Selasa, 28 Februari 2017

TUJUAN TUHAN MEMBERIKAN KEPENUHAN ROH KUDUS


Kisah Para Rasul 2:4
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Pada hari Pentakosta murid-murid menerima baptisan Roh Kudus. Dalam peristiwa tersebut nyata sekali bagaimana mereka dipenuhi oleh Roh Kudus. Kepenuhan Roh Kudus yang mereka terima sejatinya sebagai perlengkapan untuk meneruskan karya keselamatan dari Tuhan Yesus.
Hal itu menggenapi apa yang Tuhan Yesus katakan sebelum naik ke Sorga, bahwa mereka akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun atas mereka .
Mereka akan menjadi saksi sampai ke ujung bumi.
Kisah Para Rasul 1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Dalam hal ini jelas sekali bahwa kepenuhan Roh Kudus pasti bertalian dengan tugas yang Tuhan Yesus percayakan kepada umat pilihan-Nya.
Jadi, kepenuhan Roh Kudus terjadi untuk kepentingan pekerjaan Tuhan Yesus semata-mata.
Seseorang tidak diperkenan menggunakan kepenuhan Roh Kudus untuk kepentingan diri sendiri.
Kalau ada orang yang masih hidup hanya untuk kepentingan diri sendiri dan tidak memiliki kedewasaan yang memadai, mengaku dipenuhi oleh Roh Kudus, berarti ia berdusta.

Seperti halnya Yusuf dan Daniel, mereka dipenuhi Roh Kudus untuk melakukan kehendak dan rencana Allah Israel. Mereka adalah orang-orang yang mengerti kehendak Allah pada jamannya dan bersedia melakukan atau menggenapi apa yang dikehendaki oleh Allah. Yusuf harus menyelamatkan Mesir dan saudara-saudaranya di Kanaan. Daniel harus memberi kesaksian tentang Tuhan Allah kepada bangsa kafir ketika ada di pembuangan di Kerajaan Babel.
Tentu kepenuhan Roh Kudus akan dipercayakan hanya kepada mereka yang peduli dengan pekerjaan Allah.
Bukan untuk orang yang hanya sibuk dengan kesenangannya sendiri. Kepenuhan Roh bukan untuk kesenangan pribadi atau sekedar gagah-gagahan.
Roh Kudus hanya untuk maksud tujuan Ilahi.

Betapa besar kerinduan Bapa mencurahkan Roh-Nya dan memenuhi orang percaya, sebab ini bagian dari rencana besar-Nya. Tetapi masalahnya adalah: apakah seseorang mau menyambut kepenuhan-Nya dengan segala tanggung jawab yang harus dipikul. Tanggung jawab itu adalah menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang. Tidak banyak orang yang mengerti dan peduli mengenai hal ini. Banyak orang-orang Kristen yang masih hidup untuk dirinya sendiri tetapi mau dipenuhi oleh Roh Kudus.
Pikiran mereka sudah semakin jauh dari pikiran dan perasaan Tuhan, mereka hidup hanya untuk kesenangan sendiri. Mereka berhasrat dipenuhi Roh Kudus hanya untuk “kesenangan” menikmati karunia. Tuhan menghendaki agar kita semua penuh dengan Roh Kudus guna menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan. Setiap orang percaya bisa dipenuhi oleh Roh Kudus dan menjadi penerus tongkat estafet tugas penyelamatan yaitu memberitakan Injil keselamatan dari Tuhan Yesus dengan kuasa kepenuhan Roh Kudus.

Kepenuhan Roh Kudus akan dipercayakan hanya kepada mereka yang peduli dengan pekerjaan Tuhan, siap menjadi saksi-Nya yang senantiasa memperagakan kebenaran Tuhan, menampilkan karakter Kristus dalam seluruh perilakunya dan menjadi berkat bagi sesama.

2 Timotius 1:14  Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.

Amin.

Minggu, 26 Februari 2017

TUHAN MELIHAT KEDALAMAN MANUSIA BATINIAH


Lukas 6:45
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."

Harus diperhatikan bahwa Tuhan Yesus sangat memperhatikan sikap batin atau hati seseorang (Matius 23:25-28).
Tuhan menghendaki kebenaran batiniah didalam hidup setiap orang percaya. Kebenaran batiniah maksudnya adalah sikap mengasihi dan menghormati Allah secara pantas atau sebagaimana seharusnya.
Dua kata ini tidak bisa dipisahkan, sebab tidak mungkin seseorang dapat menghormati Tuhan secara benar tanpa mengasihi Dia, sebaliknya juga demikian. Seseorang menghormati Tuhan sebab mengasihi-Nya atau karena mengasihi Dia maka dengan rela dan sukacita menghormati-Nya.
Kalimat ini kedengarannya sederhana tetapi sebenarnya tidak. Ini bukan hal yang sederhana, ini adalah hal yang sangat istimewa dan luar biasa sebab hal ini menuntut segenap waktu hidup kita untuk selalu memuliakan Dia, mata hati kita tertuju kepada Tuhan, kehendak-Nya dan rencana-Nya.
Mengasihi dan menghormati Tuhan bukan hal yang mudah dilakukan, tetapi kalau seseorang mencapai level ini dengan benar, maka itulah prestasi abadi atau harta yang tidak pernah bisa dimakan ngengat dan karat, pencuri tidak bisa mencuri serta membongkarnya.
Masalahnya adalah, menggarap dan mengolah hati memiliki sikap yang murni dan benar dihadapan Tuhan adalah pergumulan terberat dalam hidup.
Hal yang sangat sukar. Kalau saudara tidak memahami sukarnya memiliki sikap hati yang mengasihi Tuhan dan menghormati-Nya setiap saat, berarti saudara belum bergumul memiliki sikap batiniah yang benar kepada Tuhan.

Mengasihi dan menghormati Tuhan berarti sikap dimana seseorang dapat menempatkan dirinya dengan benar dihadapan Tuhan dan menempatkan Tuhan dengan benar di dalam kehidupannya.
Untuk ini seseorang harus menggunakan sepanjang waktu hidupnya dengan sungguh-sungguh berusaha sampai ia “berkenan” di hadapan Tuhan setiap saat.
Menempatkan Tuhan dengan benar berarti pertama, memiliki cinta terhadap Tuhan lebih dari pada mencintai siapa pun dan apa pun.
Kedua, berusaha mengerti apa yang dikehendaki-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Ini berarti ia harus berhenti mencari kesenangan bagi dirinya sendiri.
Ini berarti tidak ada cita-cita yang kita miliki di luar kehendak dan rencana-Nya.
Untuk ini seseorang harus hidup dalam ketakutan selama menumpang di dunia.
Ini adalah perasaan takut kepada Dia yang tidak memandang muka menghakimi manusia menurut perbuatannya, baik ataupun jahat.
Olehnya sikap mengasihi dan mengormati Tuhan akan mendorong kita untuk belajar memahami apa yang menyukakan hati-Nya dan yang menjauhi segala tindakan bisa melukai hati-Nya.
Hidup kita harus terus menerus dalam suasana ini. Hal ini akan membangun sikap hormat yang pantas bagi Dia yang layak menerima segala hormat.

Firman Tuhan menasehatkan kita agar hidup menabur dalam roh yang artinya mengelola manusia batiniah agar beroleh hidup yang kekal (Galatia 6:8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu).
Hidup yang kekal artinya hidup yang berkualitas di hadapan Tuhan selama di bumi ini dan nantinya di belakang langit biru diperkenan masuk ke dalam rumah Bapa sebagai anggota keluarga kerajaan Allah atau menjadi anak-anak Allah di keabadian.
Hidup yang berkualitas di hadapan Tuhan berarti hidup dalam persekutuan yang harmoni dengan Tuhan setiap saat.
Untuk ini seseorang harus mengenal Allah dengan benar dan memahami pikiran dan perasaan Allah.
Pada kenyataannya tidak banyak orang yang menyadari pentingnya kehidupan batiniah ini sehingga mereka mengabaikan manusia batiniahnya, sebab manusia pada umumnya lebih cendrung dan lebih suka akan hal-hal pemuasan kebutuhan jasmaniahnya.
Paulus menyadari betapa pentingnya manusia batiniahnya sehingga ia berkata bahwa ia tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah semakin merosot, namun manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari (2 Korintus 4:16).
Karena lebih pentingnya manusia batiniah sehingga Paulus tidak mempersoalkan keadaan manusia jasmaniahnya.

Manusia jasmaniah di sini adalah hal makan dan minum serta segala hal yang menyangkut perkara-perkara materi.
Manusia pada umumnya sangat mementingkan hal-hal kebutuhan jasmaninya dan lupa terhadap kepentingan yang lebih besar dari pada itu? Hal ini disebabkan mereka telah hanyut oleh segala kesenangan yang dunia tawarkan dan mereka tenggelam didalam kemabukan keindahannya sehingga mereka lupa mengelola jiwa atau batiniahnya dengan baik yang sebenarnya harta yang akan dibawa dikerajaan Bapa di sorga.
Tuhan Yesus berkata karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada, hal ini sebenarnya menunjuk jika seseorang menjadikan Tuhan Yesus sebagai harta abadi dihidupnya maka hatinya pasti akan melekat kepada Tuhan dan keadaan hatinya pasti selalu murni, tulus dan benar dalam segala hal dihadapan Tuhan, sebaliknya jika hatinya diisi oleh keindahan yang lain selain Tuhan Yesus sendiri seperti harta, kekayaan, uang, hobi, pekerjaan, bisnis dll, maka sebenarnya ia telah mendua hati dan telah mengabdi kepada dua Tuan, sebab hatinya sudah diserahkan kepada yang lain selain Tuhan sendiri.
Paulus juga menyatakan bahwa ia tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal (2 Korintus 4:18).
Sekarang yang perlu kita persoalkan hari ini adalah bagaimana dengan keadaan diri kita hari ini dihadapan Tuhan?, apakah penilaian Tuhan tentang sikap batiniah kita saat ini dihadapan-Nya, adakah hati kita masih tertaruh didalam kerajaan-Nya atau malah sibuk dengan urusan-urusan dunia fana dan tenggelam dalam keindahan didalamnya?

Jangan pernah berpikir bahwa anugerah Allah sudah cukup untuk membuat seseorang “selamat”, sehingga tidak perlu ada usaha untuk memahami batiniah manusia yang kompleks dan memperbaharuinya setiap hari.
Sikap hati atau batiniah yang harus kita kelola setiap waktu adalah sikap batiniah yang menyangkut ketulusan hati kita kepada Tuhan dan sesama kita, kerendahan hati, kesederhanaan, kemurnian motivasi melayani Tuhan, belas kasihan yang murni, pengampunan, kesediaan menerima orang lain, kerelaan diperlakukan tidak adil, kejujuran dalam segala hal dan lain sebagainya.
Justru hal inilah yang sebenarnya yang terpenting dalam kehidupan orang percaya. Keadaan manusia batiniah yang luhur ini hendaknya tidak digantikan yang lain.
Tuhan melihat dan menilai kedalaman hati seseorang dalam seluruh perilaku dihidupnya.
Jadi berkenaan dengan penilaian Tuhan terhadap hidup kita dan sikap motivasi hati kita maka hendaknya kita jangan puas mendandani manusia batiniah kita dengan kebenaran Tuhan sampai kita didapati berkenan di hadapan-Nya.
Sebab penyucian hidup percaya haruslah berlangsung sepanjang umur dihidupnya dimulai dari sebuah perjuangan setiap hari untuk terus mengenal Tuhan dan kehendak-Nya untuk dilakukan.
Dengan demikian penyucian hidup orang percaya adalah dimana ia meresponi tuntunan Tuhan untuk memiliki sikap batiniah yang murni yang terus diperbaharui oleh Tuhan setiap hari yang disertai perubahan karakter yang nyata dari manusia berdosa dengan kodrat dosanya, menjadi manusia batiniah yang berkodrat Ilahi yang peka melakukan apa yang kudus, berkenan dihadapan Tuhan.

Amin

Jumat, 24 Februari 2017

MUTLAK HARUS HIDUP KUDUS


1 Korintus 3:16-17
16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
17 Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.

Kekudusan Allah adalah kesempurnaan kebenaran dalam seluruh hakikat-Nya yang tidak terbatas.
Dalam kekudusan-Nya, Allah hendak memperkenalkan kepada manusia bahwa Ia tidak menolerir pelanggaran terhadap hukum dan kehendak-Nya.
Dalam kekudusan-Nya, Ia menuntut hukuman setiap orang yang bersalah, (Nahum 1:2-4
2 TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.
3 TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.
4 Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu).
Itulah sebabnya maka kekudusan Allah tidak dapat dipisahkan dari keadilan-Nya. Ia tidak akan menolerir dosa yang terjadi di tengah-tengah umat-Nya.
Allah menolak tegas mereka yang tidak hidup dalam kesucian-Nya.
Sekarang ini terkesan Allah tidak atau kurang tegas.
Gereja juga sering kurang menunjukkan ketegasan Allah, gereja yang belum dewasa lebih banyak berbicara mengenai kasih, berkat, kebaikan dan kesabaran-Nya.
Padahal suatu hari Allah akan bertindak tegas.
Ia akan mengusir orang Kristen, bahkan orang yang mengaku hamba Tuhan atau pendeta dari hadirat-Nya yaitu mereka yang tidak melakukan kehendak Bapa (Matius 7:21-23).

Alkitab berkata kita sendiri adalah bait Allah dimana Roh Allah tinggal didalam diri kita, jika kita tidak hidup dalam kehendak-Nya dan tidak hidup didalam kekudusan-Nya ini berarti kita mau membinasakan bait Allah itu sendiri dan Allah tegas berkata bahwa Dia akan membinasakan orang yang merusak bait Kudus-Nya.
Berkenaan dengan hal ini maka itu berarti mulai detik ini kita tidak boleh lagi bertindak sembrono atau hidup suka-suka sendiri dan tidak memikirkan apakah tindakan yang kita ambil tersebut bisa merusak kesucian bait Roh Kudus yang ada didalam diri kita.
Bila Alkitab menyatakan mengenai kekudusan Allah, itu bukan hanya bermaksud hendak menunjukkan bahwa Allah tidak bercela dalam seluruh tindakan-Nya, tetapi juga panggilan agar umat memiliki kesucian seperti Dia, agar umat tidak tertolak di hadapan-Nya.
Umat dipanggil untuk memiliki kesucian seperti kesucian Allah.
Dalam 1 Petrus 1:16 Firman Tuhan jelas mengatakan: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Tuhan menghubungkan kekudusan-Nya dengan kekudusan umat, sebab Allah tidak bisa bersama dengan umat yang tidak kudus.
Firman Tuhan mengatakan: Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa (2 Korintus 6:17-18).

Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia tidak berkeadaan seperti Allah Bapanya.
Alkitab menyatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
Kata berdosa dalam teks aslinya adalah "hamartia" yang memiliki beberapa pengertian; di antaranya yang paling menonjol adalah tidak mengenai sasaran atau meleset dari kehendak Allah.
Inilah yang dimaksud bahwa manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Manusia tidak memenuhi atau mencapai standar sebagai anak-anak Allah.
Kualitas kehidupan yang dimiliki manusia bukanlah kualitas anak Allah.
Itulah sebabnya Allah Bapa mengutus Putra-Nya agar melalui-Nya manusia diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12).
Kalau manusia tidak dikembalikan ke rancangan semula, yaitu berkeadaan seperti Bapa yang adalah kudus, maka mereka tidak layak masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga, yang sama dengan tidak diperkenan masuk rumah Bapa, sebab yang masuk ke dalam pesta perjamuan kawin adalah orang yang sudah mengenakan pakaian pesta yang artinya dalam hidupnya ia selalu memperhatikan kekudusan hidupnya dihadapan Allah (Matius 22:1-14).

Kesucian hidup adalah hal mutlak yang harus dimiliki orang percaya (Efesus 1:4). Tuhan menghendaki setiap waktu kita harus menaruh pikiran dan perasaan yang sama seperti Tuhan Yesus dan ini berarti dalam melakukan segala sesuatu maka tindakan tersebut haruslah sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya, sehingga apapun yang kita lakukan kita melakukannya bagi kemuliaan Tuhan Yesus.
Di tengah-tengah dunia yang sudah tercemar akan dosa, kemungkinan kita untuk berbuat dosa kembali sangatlah besar.
Orang percaya harus belajar untuk hidup di dalam ketaatan kepada Bapa, bukan penurutan kepada keinginannya sendiri.
Ini artinya orang percaya mutlak harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus setiap waktu dan bukan lagi dipimpin oleh hawa nafsu dagingnya.
Dari hal ini maka terbangunlah kesucian yang sejati dalam hidup ini.
Dengan demikian kesucian bukan hanya melakukan hukum-hukum moral dan segala hal yang dipandang baik di mata manusia (demikianlah konsep agama-agama pada umumnya).
Kesucian adalah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Bapa di surga dalam segala hal.
Ini berarti orang percaya harus berangkat dari mengerti apa pun yang Bapa kehendaki dan dengan sukacita dan rela serta bersungguh-sungguh berusaha melakukannya.
Kesucian hidup adalah kehidupan yang melakukan kehendak Bapa dengan sempurna.
Kehidupan Tuhan Yesus adalah contoh kehidupan dalam kesucian yang dikehendaki oleh Bapa.

Kebiasaan hidup melakukan apa yang Bapa kehendaki akan membuat seseorang semakin memiliki kesucian seperti Bapa. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus menjadi sempurna seperti Bapa di surga (Matius 5:48).
Dengan demikian, kesucian hidup seseorang akan nampak bukan pada cara hidupnya yang kelihatan secara lahiriah, yaitu patuh atau tunduk kepada hukum-hukum, tetapi juga pada seluruh sikap hati dan sikap hidupnya yang agung yang menunjukkan karakter dan teladan pribadi Kristus ada didalam dirinya.
Dalam hal ini, sikap kerendahan hatinya, cara ia mengasihi sesamanya termasuk mengasihi musuh, ketulusan hatinya, cara ia memandang harta kekayaan dunia ini dan lain sebagainya ia memiliki keserupaan yang segambar seperti sikap hidup yang pernah diteladankan oleh Tuhan Yesus (1 Yohanes 2:6).
Bagaimanapun sikap kesucian hidup seseorang akan terpancar dari seluruh perilaku dihidupnya yaitu dimana seluruh gerak tubuh, pikiran perkataan dan perbuatannya mencerminkan sifat watak dan karakter yang kuat warga kerajaan surga yang berperilaku seperti Kristus telah hidup.
Sampai pada taraf ini seseorang barulah dapat menjadi saksi Tuhan Yesus yang efektif ditengah-tengah dunia ini.
Orang percaya yang ditunjuk oleh Tuhan Yesus yang harus hidup sebagai murid-Nya yang menjadi saksi-Nya dalam seluruh perilaku dihidupnya maka ia harus menunjukkan keagungan Pribadi Kristus melalui seluruh gerak perilaku diseluruh wilayah hidupnya yang tetap menjaga nilai kekudusan dihadapan Tuhan.
Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan memuliakan Tuhan.
Dengan hal ini “kota yang terletak di atas bukit”, yaitu terang Kristus yang diwakilkan oleh kehidupan orang percaya yang bersedia menampilkan kehidupan kudus yang melakukan kehendak Bapa maka, bau keharuman suasana kerajaan surga pasti dapat dirasakan dan dilihat oleh orang di sekitarnya dan dengan demikian ia dapat menjadi surat Kristus yang terbuka yang dapat dilihat dan dibaca oleh semua orang sehingga melalui kehidupan orang percaya, orang percaya tersebut menjadi surat undangan kerajaan surga yang mengundang dan mengajak semua orang untuk datang kepada Kristus, mengenal Pribadi-Nya dan menjadi umat-Nya yang dipersiapkan untuk hidup seturut kehendak-Nya, kudus seperti Tuhan Yesus kudus.

Amin.

Rabu, 22 Februari 2017

KESIAPAN MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN YESUS


Kisah Para Rasul 1:10-11
10 Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
11 dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."

Pernyatakan 2 malaikat Tuhan Yesus yang melayani-Nya di sorga, sudah memperingatkan kepada kita seluruh umat Tuhan bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali dengan cara yang sama yaitu diatas awan awan permai menjemput orang orang kudus-Nya yang didapatinya orang orang yang taat melakukan kehendak Bapa disorga.
Kita harus mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan ini menyangkut kehidupan pribadi kita agar kita diperkenan bertemu dengan Tuhan di awan-awan permai. Ini berarti kita harus selalu mengutamakan perkara-perkara diatas dimana Kristus ada, atau yang memiliki nilai kekal. Hal ini dapat dilakukan dengan kesetiaan terus-menerus belajar mengenal Allah dan kebenaran-Nya serta melakukan kehendak-Nya.

Perjalanan hidup kita hari ini adalah perjalanan persiapan menyambut kedatangan Tuhan yang pasti akan menyatakan diri di awan-awan permai. Dengan persiapan yang baik, kita akan dibawa Tuhan ke tempat di mana Tuhan Yesus berada bersama dengan para malaikat-malaikat kudus serta orang-orang saleh yang telah mendahului kita pulang ke rumah Bapa. Dengan demikian jelaslah bahwa perjalanan anak anak Tuhan adalah pergumulan persiapan menyambut kedatangan Tuhan kedua kali nanti dan bukan sibuk dengan pencapaian-pencapaian duniawi dan tenggelam didalamnya.
Seluruh potensi hidup kita harus diarahkan sepenuhnya kepada persiapan yaitu menyambut kedatangan Tuhan.
Ini artinya ketika seseorang sekolah, kuliah, bekerja, berumah tangga dan lain sebagainya semua itu adalah untuk diarahkan bagi kemuliaan Tuhan Yesus, yang dimana seluruh pencapaian hidupnya adalah sarana untuk supaya ia lebih efektif melayani pekerjaan Tuhan dibumi ini dan terus berjuang dengan tanpa batas mencari perkenanan hidup dihadapan Tuhan.

Fakta yang kita saksikan hari ini, tidak banyak orang Kristen yang menyelenggarakan hidup guna persiapan menyambut kedatangan Tuhan.
Orang Kristen yang tidak mengarahkan fokus hidup untuk menyambut kedatangan Tuhan adalah orang-orang Kristen yang tidak dewasa dan tidak berjaga-jaga.
Sebab kalau seseorang memiliki kedewasaan rohani dan sikap hidup yang berjaga-jaga maka seluruh hidupnya hanya diarahkan untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan yang terus berlanjut untuk menyambut hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Menyambut kedatangan Tuhan adalah hal-hal atau perkara-perkara sorgawi.
Banyak pembicara mengajarkan pengajaran yang disesuaikan dengan “semangat zaman”.
Semangat zaman maksudnya adalah gairah hidup yang sekarang ini menguasai manusia pada umumnya.
Apa yang menguasai manusia pada umumnya? Tentu perkara makan minum, kawin mengawinkan (Lukas 17:26-30). Inilah yang menjadi tujuan hidup manusia pada umumnya .
Mereka mengajarkan Alkitab, tetapi tidak mengangkat hal-hal yang prinsip dan utama dalam hidup ini, yaitu persiapan menyambut kedatangan Tuhan dengan benar.
Inilah zaman di mana orang mengumpulkan guru-guru palsu yang menyenangkan telinga mereka,
2 Timotius 4:3 "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya."
Oleh sebab itu kita harus selektif akan apa yang kita dengar.

Orang percaya yang memiliki langkah menyambut kedatangan Tuhan dengan benar maka ciri yang muncul didalam hidupnya adalah :

Pertama, ia selalu menyadari dan menghayati kehadiran Tuhan dalam dunia ini yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak yang harus dituruti setiap saat oleh orang percaya dengan taat dan setia, membawa seluruh hidupnya diarahkan hanya untuk menggenapi segala rencana-Nya.
Dunia sekitar kita semakin ateis, semakin fasik dan tidak memperdulikan Allah. Makin jarang orang yang menghayati kehadiran Tuhan dan memperdulikan akan kehendak-Nya untuk dilakukan didalam hidupnya.
Olehnya sebagai orang percaya kita dipanggil untuk terus tekun menghayati kehadiran-Nya, memperdulikan apa yang menjadi keinginan Tuhan untuk kita lakukan dengan setia, sebab Ia adalah Allah yang hidup yang memiliki kehendak, mata-Nya selalu tertuju kepada setiap manusia, oleh sebab itu kita harus selalu hidup didalam kekudusan-Nya dengan tidak bercacat cela setia melakukan kehendak-Nya secara bertekun.

Kedua, bisa dipercaya oleh Tuhan dalam segala hal, agar Tuhan berkenan melibatkan kita dalam rencana-rencana agung-Nya.
Seperti yang telah disinggung di atas, kita harus hidup benar, berkenan kepada Tuhan dan bertumbuh dewasa, jujur, mengasihi satu dengan yang lain, dan terus berjalan didalam kebenaran-Nya.
Hanya kalau kita membersihkan diri dari apa yang najis, maka kita akan menjadi perkakas Tuhan untuk pekerjaan yang mulia yang dapat menjadi saksi-Nya ditengah-tengah dunia ini (2Timotius 2:19-22).

Ketiga, selalu hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, memiliki sikap haus dan lapar mengenal Pribadi-Nya dan kebenaran-Nya serta selalu mempertanyakan kehendak-Nya dalam hidup kita setiap hari untuk kita peragakan didalam hidup.
Setiap kita harus percaya bahwa kita memiliki tempat dalam rencana Allah yang agung dan mulia. Kita pasti memiliki bagian dalam Kerajaan Allah.
Menjadi kehendak Tuhan agar kita lebih mengenal Pribadi-Nya, kebenaran-Nya dan kehendak-Nya bahkan terus terlibat dalam pekerjaan atau rencana-Nya.
Segala sesuatu yang kita rencanakan atau inginkan tidak boleh terlepas atau terpisah dari rencana agung-Nya, yaitu melebarkan Kerajaan-Nya di atas muka bumi ini (Matius 28:19-20).

Firman Tuhan didalam 2 Timotius 4:5 berkata : "Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!"
Selama kita menantikan kedatangan Tuhan Yesus kita harus bisa menguasai keinginan daging kita yaitu dengan memiliki pengendalian diri dalam segala hal, dikuasai Roh Kudus setiap saat, sabar dalam memikul salib, dan terus setia melakukan kehendak Bapa, menunaikan tugas pelayanan kita kepada-Nya dengan memenangkan jiwa bagi kemualian nama-Nya.

Harus dimengerti bahwa waktu untuk Tuhan menggarap manusia yang ada didunia ini ada batasnya yaitu pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali, ingatlah segala sesuatu ada masanya.
Sisi lain yang harus kita sadari bahwa waktu hidup kita juga terbatas dan ada masanya.
Betapa bahagianya hidup seseorang yang benar-benar ditujukan kepada Tuhan, sebab hanya dengan berbuat demikian ia mengisi hidup ini secara benar. Dengan demikianlah seseorang memiliki arah hidup yang jelas. Memiliki fokus hidup yang benar atau orientasi hidup yang benar.

Matius 24:46
Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

Amin

Senin, 20 Februari 2017

TUJUAN PENDEWASAAN HIDUP OLEH TUHAN


1 Korintus 10:13
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Ada dua pilar penting dalam pekerjaan Tuhan. Yang pertama, keselamatan setiap orang. Mereka yang belum mengenal Yesus adalah obyek penyelamatan kita yang Tuhan tugaskan bagi kita untuk diberitakan kabar keselamatan. Yang kedua, Tuhan menghendaki setiap orang percaya didewasakan dan dilahirkan kembali oleh Tuhan menjadi menusia baru yang berkualitas kerajaan surga. Umat Tuhan harus memiliki kedua hal ini; sebab tidaklah lengkap bila umat Tuhan hanya memikirkan keselamatan jiwa-jiwa tanpa melakukan pendewasaan rohaninya dihadapan Tuhan.

Ayub mengalami pencobaan yang sangat berat dalam hidupnya, namun melalui segala pencobaan itu, Tuhan meningkatkan kualitas hidup Ayub. Dengan demikian kita tahu bahwa Tuhan juga memproses orang-orang non-Yahudi untuk memiliki kelayakan di hadapan Tuhan tentu dengan ukuran manusia Perjanjian Lama.
Itulah sebabnya Alkitab mengatakan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Perhatikan, dikatakan kekuatan manusia, bukan kekuatan anak Tuhan. Ini menunjukkan bahwa semua manusia juga mengalami pencobaan, bukan hanya orang-orang percaya. Jika kita memperhatikan kehidupan orang-orang lain di sekitar kita, pada kenyataannya mereka juga mengalami berbagai persoalan hidup yang disebut sebagai pencobaan. Masalahnya adalah bagaimana setiap individu meresponi setiap permasalahan hidupnya dan memperlakukan sesamanya di tengah segala pergumulan hidupnya.

Dalam Lukas 16:19–31 dikisahkan tentang seorang kaya yang mendapat pencobaan, yaitu kehadiran seorang pengemis bernama Lazarus di depan rumahnya. Bagaimana ia memperlakukan Lazarus, itulah yang memberi nilai atas hidupnya. Sayang sekali ia tidak memperlakukan Lazarus dengan baik, sehingga ketika kematiannya menjemput ia terbuang sebagai orang yang terhukum selamanya di api kekal.
Berbeda kejadiannya jika orang kaya tersebut memutuskan untuk tetap hidup didalam kasih yang mengasihi sesama manusia, ia akan digolongkan Tuhan sebagai domba dalam Mat. 25:31–46. Mereka menolong orang lapar, bertelanjang, di penjara dan lain sebagainya. Perlakuan mereka terhadap orang-orang yang membutuhkan pertolongan atau orang-orang yang menderita tersebut disejajarkan dengan perlakuan mereka terhadap Tuhan.

Selama kita masih bernafas dan diijinkan Tuhan untuk tetap hidup hingga sampai sekarang ini, kita tetap akan diproses untuk didewasakan oleh Tuhan.
Tidak peduli dalam posisi apapun manusia itu kaya ataupun miskin Tuhan tetap akan membentuk hidupnya sesuai dengan ketentuan dan kehendak-Nya. Namun dari pada itu Tuhan tidak akan pernah mengintervensi setiap orang dalam ia mengambil keputusan dan responnya dalam pembetukkan Tuhan tersebut.
Bagi orang percaya yang benar benar serius menghargai dan menempatkan Tuhan ditempat yang sepantasnya didalam hidupnya ia akan terus mendapat garapan melalui Roh Kudus untuk terus bisa lebih mengenal kehendak Tuhan, terus dimurnikan dan didewasakan lebih lagi lewat kejadian peristiwa dihidupnya baik dalam situasi yang baik maupun dalam pergumulan masalah hidup.

Tuhan berusaha mendewasakan kita agar kita menjadi pribadi pribadi yang murni benar benar mengasihi Tuhan, berkeadaan sebagaimana layaknya sebagai anak anak kerajaan Allah yang hidupnya taat dan berkenan dihadapan-Nya.
Masalah masalah yang ada dihidup kita adalah proses pendewasaan oleh Tuhan, lewat proses tersebut Tuhan akan membentuk, mengarahkan hidup kita untuk fokus mempersiapkan diri dan kelayakan diri dihadapan Tuhan, dan akhirnya kita terbiasa untuk memikirkan lebih serius mengenai kelayakan diri kita untuk diterima di kerarajaan Bapa yang kekal disurga dan sekaligus menjauhi tindakan tindakan yang mengakibatkan sampai kepada neraka kekal.
Setelah terbiasa untuk memikirkan kekekalan itu, kita akan menjadi pribadi pribadi yang sangat serius mempersiapkan diri kita untuk menjadi mempelai mempelai Kristus yang tidak bercacat cela dan layak menerima mahkota hidup kekal dikerajaan-Nya.
Dan pada akhirnya kita menjadi tidak akan menomorsatukan lagi hal-hal keindahan dunia maupun persoalan-persoalan hidup yang ada di bumi yang sementara ini. Dengan demikian setiap persoalan yang kita hadapi di bumi akan terasa kecil di hadapan kita sebab ada Tuhan yang lebih besar dari masalah kita dan sebaiknya memang kita lebih harus terus mempersoalkan dengan serius mengenai mempersiapkan kelayakan hidup kita dihadapan Tuhan dan itu jauh lebih penting dari semua masalah masalah hidup kita dibumi ini agar kita menjadi mempelai-mempelai yang disambut layak sebagai putra dan putri kerajaan oleh Bapa di surga.

Tuhan Yesus memperlakukan semua manusia dengan adil, dan menggarap mereka juga melalui segala kejadian peristiwa dihidupnya untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya.
Bagi orang percaya yang menghargai dan meresponi dengan baik penggarapan, pembentukan dan pendewasaan oleh-Nya maka ia dipersiapkan oleh-Nya menjadi mempelai-mempelai kerajaan yang layak menerima mahkota kehidupan kekal dikerajaan Bapa di surga.

Titus 2:12 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.

Amin.

Jumat, 17 Februari 2017

DI PANGGIL UNTUK HIDUP KUDUS


2 Timotius 2:20-21
(20)Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.
(21)Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.

Bagi manusia, tidak ada yang lebih bernilai daripada jika manusia itu dipakai Tuhan untuk memenuhi rencana-Nya, sebab manusia memang diciptakan Tuhan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Seperti perabot yang dipakai untuk maksud yang mulia, orang yang dipakai Tuhan harus hidup dalam kesucian. Makin kudus dan bersih hidup seseorang, maka ia akan makin efektif dipakai oleh Tuhan.

Apa sebenarnya kekudusan itu? Dalam bahasa Ibrani, “kudus” ditulis (qâdash) yang artinya “dipisahkan dari yang lain untuk digunakan”. Dalam bahasa Yunani (hagios) yang artinya “berbeda dari yang lain”.
Dalam Kekristenan, kekudusan harus dipahami berbeda dengan konteks agama-agama pada umumnya. Kekudusan Kristen berawal dari penebusan oleh darah Yesus. Manusia yang berdosa diampuni, dan segala dosa yang pernah dilakukan diperhitungkan tidak pernah terjadi, sebab Tuhan Yesus memikul di kayu salib. Ini kekudusan secara pasif, yaitu kita menerima pengampunan dosa tanpa usaha kita sama sekali.
Selanjutnya, mereka yang sudah dikuduskan oleh darah Yesus diharapkan menjadi pribadi yang tidak berbuat dosa lagi. Dalam hal ini perlu kerja sama antara kita dengan Tuhan melalui Roh Kudus. Kita harus memiliki kesediaan untuk hidup tidak dikuasai dosa, sementara itu Tuhan menyediakan Firman (Yoh. 17:17) dan segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita untuk mendewasakan kita (Rm. 8:28). Inilah kekudusan secara aktif. Proses pengudusan ini haruslah sebuah proses yang dialami setiap anak Tuhan secara nyata.

Karena berarti “dipisahkan dari yang lain”, kekudusan bukan hanya berarti tidak melakukan dosa-dosa moral secara umum, tetapi juga dipisahkan, atau tidak terikat, dengan keindahan dunia. Sebagai perabotnya Tuhan, kita hidup dalam ketertundukan kepada Tuhan dan bersedia dipakai untuk tujuan-Nya.
Keselamatan yang Tuhan Yesus berikan bukanlah hanya bertujuan supaya manusia terhindar dari neraka dan diperkenan masuk surga.
Keselamatan yang Tuhan berikan kepada seluruh umat manusia yang menerima-Nya juga memuat panggilan agar umat berjuang agar bisa mencapai kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela dihadapan Tuhan.
Tuhan tidak memaksakan kehendak-Nya atas hidup manusia.
Sesungguhnya manusia harus bertanggung jawab meresponi keselamatan yang telah Tuhan berikan dan setiap individu harus menentukan pilihannya apakah ia mau memenuhi panggilan untuk hidup didalam kehendak Tuhan yang memanggilnya untuk hidup kudus seperti Dia kudus dan hidup tidak bercacat cela dihadapan-Nya.
Atau tetap memilih menggelar hidup suka-suka sendiri seperti yang telah digelar oleh iblis.
Pada dasarnya Tuhan sudah sangat adil dengan memberikan hak kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidupnya.

Menjadi seorang yang tidak bercacat atau tidak bercela tergantung individu tersebut. Itulah sebabnya Petrus mengatakan: “siapkanlah akal budimu…. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1Petrus 1:13-16).
Firman ini sangat jelas menyatakan bahwa orang percaya harus memenuhi panggilan untuk hidup kudus dihadapan Bapa sebab setiap orang yang memanggil-Nya Bapa maka ia harus menjaga kekudusan hidupnya seperti Bapa adalah kudus.
Itulah sebabnya Perjanjian Baru tidak memberi peluang bagi orang percaya boleh hidup didalam dosa atau kesalahan kembali.
Tuhan Yesus mengatakan : orang percaya harus sempurna seperti Bapa di sorga (Matius 5:48), sebab hal inilah yang menjadi cerminan yang menunjukkan hidupnya memiliki ketertundukan sebagai anak-anak yang hidup bawah otoritas pemerintahan kerajaan Bapa di Sorga.
Ini adalah harga mati yang tidak dapat ditawar.
Orang-orang seperti inilah yang dapat secara efektif dipakai menjadi alat dalam tangan Tuhan menjadi utusan-utusan-Nya untuk memberitakan Injil dan mengajarkannya kepada orang lain yang belum mengenal kebenaran-Nya, sebab bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki gairah menggelar hidup didalam ketertundukan terhadap kebenaran dan kehendak Tuhan bisa memberitakan Injil-Nya secara benar.
Firman Tuhan sangat jelas menuntut kita untuk hidup tidak bercacat dan tidak bercela, bahkan Tuhan menghendaki agar orang percaya menjadi sempurna seperti Bapa.
Dengan demikian Firman Tuhan menghendaki agar orang percaya memiliki kekudusan seperti Bapa.
Dalam tulisan Paulus kepada jemaat Korintus jelas sekali dikatakan bahwa mereka harus hidup tidak bercela dan tidak hidup dalam persekutuan dengan orang berdosa.
Jika menuruti hal ini, maka Allah akan menerima mereka sebagai anak-anak-Nya (2 Korintus 6:14-18).

Dalam kamus hidup orang percaya hanya ada satu dari dua pilihan, terang atau gelap.
Orang percaya tidak diperkenankan ada di daerah abu-abu atau sebuah level mediokritas (setengah-setengah).
Orang percaya harus menempatkan diri di tempat terang dan berperilaku sempurna seperti Bapa.
Untuk ini orang percaya harus berjiwa besar dan bermental baja, artinya orang percaya harus berani menerima perintah Tuhan untuk hidup tidak bercacat dengan optimis, bahwa Dia yang memerintahkan orang percaya berbuat sesuatu, pasti Tuhan menyanggupkannya, sebab Tuhan sudah memberi Injil-Nya, Roh Kudus dan penggarapan-Nya secara langsung, menuntunnya didalam segala jalan kebenaran-Nya.
Dalam suratnya Paulus mengatakan: “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus” (1Timotius 6:14).
Orang yang menolak hidup kudus atau hidup yang tidak bercacat dan tidak bercela berarti menolak menjadi anak Allah atau menolak menjadi anak tebusan.
Memang hanya karena anugerah kita diselamatkan dan menjadi anak Allah.
Tetapi anugerah-Nya tidak menempatkan orang percaya secara otomatis berkeadaan sebagai anak Allah.
Berkeadaan sebagai anak Allah adalah hasil perjuangan dari orang percaya yang menerima Yesus sebagai Tuhan, yang selalu menempatkan Tuhan sebagai pemilik kehidupannya secara penuh dan berdaulat atas seluruh hidupnya.
Itulah sebabnya jika seseorang menolak untuk menggelar hidup kudus dan menolak untuk hidup tidak bercacat cela dihadapan-Nya, berarti ia sedang menolak menjadikan Yesus sebagai Tuhannya.
(1 Tesalonika 4:7-8
7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu).

Bersedia dikuduskan berarti bersedia mengalami kematian diri manusia lama (Galatia 2:20).
Meskipun mengalami kematian diri, kita tetap memiliki kehendak bebas, tetapi melalui penyangkalan diri terus-menerus, kita akan menyerahkan kehendak kita dan hak kita kepada Tuhan: hak dihormati, hak dihargai, hak memiliki, dan sebagainya. Ini suatu keharusan, sebab “dipisahkan dari yang lain” berarti berbeda dengan dunia ini. Dengan pertumbuhan manusia baru kita yang semakin dewasa, karakter kita semakin terbentuk dalam kekudusan yang benar. Ini memungkinkan kita dipakai Tuhan secara benar, sebab hanya orang yang kuduslah yang dapat berjalan dengan-Nya dalam keharmonisan hubungan yang dikehendaki-Nya.

Ibrani 12:10, 14
(12)Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
(14)Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.

Rela dipakai Tuhan berarti rela dikuduskan, rela dipisahkan dari dunia ini untuk dipakai oleh Tuhan menjadi saksi-Nya di tengah-tengah dunia yang cemar ini dengan menggelar hidup didalam kasih dan kebenaran, didalam kekudusan dan yang semakin serupa dengan gambar Kristus.

1 Petrus 1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Amin.

Kamis, 16 Februari 2017

MEMILIKI PETA BERPIKIR YANG BENAR


1 Petrus 1:18-19 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Setiap orang memiliki peta berpikir.
Peta ini terbangun dari paling tidak tiga hal, pertama pengalaman hidup, yaitu reaksi inderanya terhadap peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi didalam kehidupannya.
Kedua, berbagai filosofi hidup yang diserapnya.
Ketiga, gen yang dimiliki masing-masing individu dengan karakteristiknya yang khusus dan khas.
Siapa anda hari ini adalah akumulasi dari pengalaman masa lalu anda.
Melihat hidup seseorang maka dapat melihat masa lalu atau perjalanan hidupnya dan gen yang diwariskan dari nenek moyang. Kedatangan Tuhan Yesus hendak memperbaharui peta berpikir ini. Inilah yang dimaksud dengan menebus kita cari cara hidup yang sia-sia yang diwarisi dari nenek moyang.
Tentu untuk proses penebusan tersebut dibutuhkan keaktifan ke dua belah pihak. Dari pihak Tuhan tentu tidak perlu diragukan,Tuhan melalui Roh Kudus menuntun kita kepada segala kebenaran dan kita harusnya memberi diri untuk diperbaharui dari hari ke hari.

Berbicara mengenai cara kita mengubah peta berpikir kita kepada apa yang Tuhan Yesus kehendaki bisa kita temukan di isi mandat/amanat agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:18-20. Dalam teks bahasa Yunani dalam ayat ini terdapat kata “tereo” yang bisa berarti to observe (mempelajari; mengamati, berpegang teguh).
Dalam ayat ini juga ditemukan kata “perintah” dalam teks aslinya dari kata entellomai, yang juga bisa diartikan tuntutan atau instruksi.
Dengan demikian, orang percaya harus mempelajari atau mengamati dengan seksama semua yang diperintahkan, diinstruksikan atau dituntut oleh Tuhan. Jadi orang percaya bukan hanya melakukan perintah tanpa pengertian apa yang diperintahkan, diinstruksikan dan dituntut oleh Tuhan, tetapi juga mengerti makna atau esensi dari perintah, instruksi atau tuntutan-Nya tersebut.
Dengan kalimat lain, Tuhan ingin kita diajar berpikir cerdas untuk mengerti kehendak Tuhan bukan hanya sekedar melakukan. Di sini yang hendak diajarkan adalah cara berpikir atau sistim berpikirnya Tuhan.
Kedatangan Tuhan Yesus memberi gen baru dalam kehidupan orang percaya, inilah “kuasa” supaya dapat menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12).
Roh Kudus yang dimateraikan dalam diri orang percaya adalah gen baru. Kalau orang percaya tidak aktif berjalan dalam pimpinan Roh melalui pembaharuan Firman setiap hari, semua ini menjadi sia-sia. Talenta yang diberikan sia-sia.
Anugerah yang besar ini hendaknya tidak disia-siakan. Oleh sebab itu kalau seorang Kristen mengerti anugerah yang besar ini, ia pasti tidak akan memfokuskan diri kepada perkara-perkara duniawi.

Perlu dipahami secara benar bahwa dalam hidup orang percaya tidak lagi terikat dengan sistem agama dan tatacara liturginya, justru hal itu merusak kebenaran yang Tuhan Yesus ajarkan.
Tuhan Yesus berkata bahwa saatnya orang tidak menyembah Allah di Yerusalem atau di atas gunung Gerizim, tetapi dalam Roh dan kebenaran.
Didalam Yohanes 4:21, 24 dikatakan demikian :
Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Roh di sini hendak menunjuk sikap batin atau sikap hati, yaitu komponen manusia yang tidak kelihatan.
Sedangkan kebenaran di sini adalah ibadah dengan mempersembahkan segenap wilayah hidup kita sebagai alat peraga bagi Tuhan dan membawa sikap yang taat untuk sungguh sungguh mengenakan pribadi Kristus agar bisa senantiasa melakukan apa yang menjadi kehedak Allah didalam dirinya.
Ibadah ini adalah ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan, waktu atau sistem yang berasal dari manusia.
Tiap detik hidup kita harus mencerminkan irama penyembahan kepada Bapa di sorga dimana seluruh gerak hidup kita melakukan apa yang kudus, melakukan kebenaran dan selalu menaruh pikiran dan perasaan yang sama di dalam Kristus.
Selama peta itu manusia lama belum diubah, walaupun ke gereja bertahun-tahun, bahkan sekolah Alkitab menjadi pendeta, ia tidak akan mengerti kebenaran. Inilah misteri dari kehidupan Kristen, juga misteri iman dan kelahiran baru. Bagaimana kita bisa mengatakan seseorang memiliki iman yang benar? Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa seseorang sudah lahir baru?
Di dalam pikiran hampir semua orang beragama, termasuk orang-orang Kristen, telah terpeta sebuah sistem, yaitu peta orang beragama. Peta yang dimiliki tersebut justru lebih banyak pengaruh dari agama-agama sekitar. Kalau di Barat, Kekristenan berhadapan dengan fislsafat, tetapi di Timur Kekristenan berhadapan dengan agama-agama dan berbagai aliran kepercayaan yang mistis. Filsafat dunia dan berbagai agama tersebut membangun peta berpikir yang bertentangan dengan Alkitab. Kemerdekaan bisa terjadi kalau seseorang tetap di dalam Firman Tuhan yang murni, menjadi murid Tuhan Yesus yang taat dan mengerti kebenaran.

Sistem agama yang terpeta dalam pikiran banyak orang Kristen, menjadi halangan bagi kebenaran untuk diajarkan. Untuk ini kita harus memiliki peta baru yang dikehendaki oleh Tuhan. Untuk memiliki peta baru tersebut, seseorang harus mengalami kelahiran baru dari pertobatan terus menerus. Oleh karenanya setiap orang percaya harus mengalami pembaharuan pikiran. Dengan peta baru tersebut seseorang akan dapat menyerap apa yang Tuhan Yesus ajarkan, tetapi kalau belum diubah petanya, maka tidak akan mengerti bahasa Tuhan.
Yohanes 8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.
Seperti contohnya, Nikodemus tidak bisa mengerti apa yang diajarkan Tuhan Yesus sebab ia telah memiliki sistem dalam pola berpikir beragamanya.
Hendaknya hidup kita terus tetap ada didalam Firman-Nya agar kita lebih peka untuk bisa memiliki pikiran dan perasaan didalam Tuhan kita Yesus Kristus sehingga kita mengerti apa yang di bahasakan Tuhan hari hari ini untuk kita lakukan didalam kehidupan kita.

Yohanes 8:31-32
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Amin.

Rabu, 15 Februari 2017

KONSISTENSI MENGERJAKAN KESELAMATAN


Filipi 2:12-15
12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,
15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,

Konsistensi artinya tetap, tidak berubah, taat kepada prinsip, selalu selaras atau sesuai antara perbuatan dan perkataan.
Dalam sejarah kehidupan orang percaya yang pertama diwakili oleh murid-murid, nampak inkonsistensi (ketidakkonsistenan) murid-murid dalam pengiringan dan kesetiaannya kepada Tuhan Yesus.
Beberapa waktu sebelum Petrus menyangkal Tuhan Yesus tiga kali, ia berjanji akan selalu bersama-sama dengan Tuhan. Ia berjanji tidak akan menyangkal Tuhan Yesus, jangankan penjara, mati pun ia rela bersama dengan Tuhan (Matius 26:30-35).
Tetapi faktanya, Petrus menyangkal Tuhan Yesus. Tindakan Petrus menyangkal Yesus seperti menghina-Nya di depan umum.

Memang bisa dimengerti bagaimana suasana emosi para murid pada waktu Yesus menghadapi saat-saat krisis.
Tuhan Yesus sudah menyampaikan kalau Ia akan menghadapi puncak dari karya keselamatan-Nya, yaitu diserahkan ke tangan orang berdosa dan mati di kayu salib. Murid-murid dengan perasaan sentimentil, perasaan satu korps dengan Tuhan Yesus, mengatakan bahwa mereka siap menghadapi keadaan apa pun dan bagaimanapun bersama dengan Dia, khususnya Petrus yang berjanji akan tetap setia. Faktanya, Petrus menyangkal sampai tiga kali.
Murid-murid lainpun meninggalkan Yesus, sehingga Ia sendiri berhadapan dengan imam besar, Herodes dan Pontius Pilatus dan sendirian dalam menghadapi penderitaan-Nya di kayu salib. Ini adalah bentuk ketidakkonsistenan (inkonsistensi) murid-murid Tuhan Yesus pada waktu itu.

Mengapa Petrus menyangkal Yesus sampai tiga kali? Mengapa tidak cukup satu kali saja? Hal ini untuk membuktikan bahwa Petrus dengan sengaja dan sadar telah menyangkal Tuhan Yesus.
Dalam hal ini nyata bahwa Petrus tidak setia.
Tuhan memberi kesempatan apakah Petrus sungguh-sungguh mengasihi Tuhan atau tidak. Dan ternyata Petrus belum mengasihi Tuhan sebagaimana mestinya. Kalau hanya satu kali menyangkal, Petrus bisa berkilah bahwa pada waktu itu ia tidak sadar atau dengan alasan lain yang dikemukakan.
Tetapi kalau sampai tiga kali, ia tidak dapat menyangkal kenyataan ketidaksetiaannya kepada Yesus.
Dari peristiwa ini Tuhan memberi kesempatan Petrus untuk membuktikan apakah ia sungguh-sungguh bersedia mengasihi Tuhan dan membayar kasihnya dengan nyawanya. Kasih yang diberikan kepada Tuhan harus dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan dengan segenap kekuatan.

Ketika seseorang tidak bersikap konsisten, Tuhan masih memberi kesempatan beberapa kali. Tetapi hal itu tidak akan berulang-ulang sampai tidak terbatas, kesempatan itu selalu terbatas.
Jika seseorang tidak memanfaatkan kesempatan itu, maka Tuhan akan mengambil kesempatan tersebut (Yohanes 15:2).
Ketika seseorang diuji apakah mengasihi Tuhan, tetapi tidak mengasihi Dia, Tuhan masih memberi kesempatan beberapa kali. Tetapi kalau kesempatan itu berlalu, maka Tuhan tidak akan memberi kesempatan sama sekali. Suatu hari nanti seseorang tidak dapat beralasan mengapa ia tidak mengasihi Tuhan sebab Tuhan sudah memberi waktu yang banyak untuk melakukan pertobatan secara benar.
Pertobatan yang benar adalah pertobatan hidup yang selalu konsisten mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar terhadap Tuhan, membawa dan menyelenggarakan hidup yang terus ada didalam perkenanan Tuhan setiap saat, melayani Dia dan menuruti kehendak-Nya dengan tanpa batas.
Hal ini tentu harus diekspresikan dengan kesediaan menjaga hidup tetap didalam kekudusan, kesediaan berkorban waktu, tenaga, perasaan, uang dan lain sebagainya bagi pekerjaan Tuhan.

Ketika seseorang diberi kesempatan berulang-ulang agar memiliki ketetapan hati untuk hidup kudus, berkorban waktu, tenaga, perasaan, uang dan lain sebagainya bagi pekerjaan Tuhan, tetapi ia tidak bersedia melakukannya secara benar yaitu dengan sikap yang konsisten, maka orang seperti itu tidak lagi diperhitungkan sebagai orang yang dapat dilibatkan dalam kepentingan Kerajaan Sorga.
Orang itu seperti “kartu mati” yang tidak berguna sama sekali bagi kepentingan Tuhan sebab Tuhan menginginkan segenap hidup dipersembahkan bagi Dia dan bukan sebagian hidup kita (2 Korintus 5:15).
Kita jangan bertindak seperti Petrus telah menyangkal Tuhan Yesus dimana kita tidak melakukan yang Tuhan minta untuk kita setia kepada-Nya, mengerjakan bagian yang ditetapkan untuk kita kerjakan. Sebab ini sama saja kita kelak akan disamakan dengan orang-orang fasik yang mengerti Firman Tuhan namun tidak memiliki kesediaan menghidupinya dengan sungguh-sungguh.
Orang-orang seperti ini tentu tidak akan dikenal oleh Tuhan, bagian hidup mereka akan mendapat bagian didalam api kekal, terpisah dari hadirat Allah selamanya.
Oleh sebab itu kita harus menyadari dengan tepat, kita ada di posisi mana saat ini. Apakah kita sudah berulang-ulang menolak menggunakan kesempatan yang baik untuk menyenangkan hati Bapa dan melayani Tuhan? Harus selalu diingat bahwa kesempatan selalu ada batasnya.

Memang tidak ada orang Kristen yang berniat hendak berkhianat kepada Tuhan Yesus. Sama seperti yang dilakukan oleh Petrus.
Petrus pun tidak bermaksud dan merencanakan hendak berkhianat dengan menyangkal Yesus, tetapi ketika ia tidak berjaga-jaga dan waspada dalam setiap pilihan dan tindakannya, maka ia berkhianat kepada Tuhan.
Dalam kecerdikannya iblis menggiring banyak orang Kristen seperti yang dialami Petrus. Mereka dalam kehidupan yang ceroboh, tetapi mereka tidak menyadari keadaan tersebut.
Mereka tidak bersungguh-sungguh memperhatikan apakah setiap tindakan, keputusan dan pilihan-pilihannya sesuai dengan kehendak Bapa atau tidak.
Oleh sebab itu, orang percaya harus menyadari bahwa setiap saat adalah suasana peperangan rohani di medan perang. Dalam kamus kehidupan orang percaya, tidak pernah ada gencatan senjata dengan kuasa kegelapan dan tidak pernah ada daerah netral. Semua wilayah adalah wilayah perang dimana setiap saat Tuhan mau kita tetap memilih Tuhan dan kerajaan-Nya, memilih untuk tetap didalam konsistensi mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar sampai akhir menutup mata.

Amin.

Selasa, 14 Februari 2017

TIDAK MEMBERI KESEMPATAN KEPADA IBLIS


Lukas 4:6-8
(6)Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.
(7)Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."
(8)Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Dalam Lukas 4:6, diberitahukan kepada kita bahwa Tuhan Yesus tidak menolak ketika iblis menyatakan bahwa iblis memiliki kekuasaan atas materi, yaitu dunia. Ternyata Tuhan memang menyerahkannya untuk dikuasai iblis. Kata menyerahkan atau diserahkan dalam teks aslinya adalah paradedotai.
Dalam bahasa Ingris diterjemahkan “it has been delivered” (dilepaskan).
Dalam hal ini dapat dimengerti mengapa iblis dapat memberikan kekayaan kepada siapa saja yang dikehendakinya.
Jadi kekayaan dunia ini dapat menjadi semacam umpan yang menyenangkan untuk menjerat manusia supaya binasa. Cara inilah yang dipakai oleh iblis untuk mencoba menjerat Yesus, namun tawaran iblis ini dimentahkan atau ditolak mentah mentah oleh Tuhan Yesus dengan perkataan Firman Allah yang hidup, dalam hal ini Tuhan hendak memberikan contoh teladan bagaimana selayaknya pengikut pengikut-Nya harusnya tidak tertarik dengan kesenangan yang ada didunia ini.
Iblis membeli manusia dan menyita imannya dengan menggunakan harta dunia ini.
Manusia yang masuk dalam perangkap iblis lewat kesenangan duniawi yang ada didalam dunia ini, maka ia dirusak karena mengingini hal tersebut.
Sehingga manusia tidak sadar bahwa ia ingin sudah menjadikan bumi menjadi tempat tujuan hidupnya dan bukan lagi Kerajaan Bapa di Sorga.

Tuhan memang memperhatikan bangsa Israel dengan memberkati mereka secara jasmani. Tetapi setelah masuk zaman Israel rohani yaitu zaman anugerah dimana orang percaya menjadi umat pilihan, yaitu umat Perjanjian Baru, maka berkat jasmani bukanlah prioritas utama.
Sebab tujuan Tuhan memilih orang percaya sebagai umat pilihan Tuhan semata-mata agar orang percaya mewarisi Kerajaan Tuhan Yesus yang akan datang, dan bukan kerajaan dari dunia ini.
Hal inilah yang sering kurang dipahami oleh banyak orang Kristen, bahkan banyak hamba-hamba Tuhan.
Banyak orang Kristen telah terlalu jauh mentolerir praktek hidup yang sebenarnya sangat duniawi menurut Tuhan.
Tidak sedikit kegiatan-kegiatan rohani ternyata digerakkan oleh semangat duniawi ini.
Semua kegiatan tersebut walau bungkusnya pelayanan tetapi di dalamnya banyak motivasi lain yang buruk supaya Tuhan memperkaya hidupnya dibumi. Dengan kondisi gereja seperti ini, banyak orang Kristen menjadi tawanan harta kekayaannya tanpa mereka sadari, ia menjadi pribadi yang memikirkan hartanya setiap hari, ia menjadi pribadi yang takut kehilangan harta yang sudah dihasilkan dari keringatnya sendiri, orang orang seperti ini sebenarnya telah berhasil ditawan oleh iblis karena mengingini dunia ini.

Kita harus sadar bahwa kita adalah musafir dalam dunia fana ini, dunia bukanlah rumah kita, tetapi dunia adalah benar-benar padang perantauan yang suatu hari harus kita tinggalkan.
Orang-orang yang menyadari hal ini tidak akan meratap tatkala ia tidak berkesempatan memiliki kekayaan seperti yang lain yang dapat memenuhi hidupnya dengan kekayaan dunia.
Harus dicamkan benar-benar bahwa bagi orang percaya harta dunia telah turun dari tahtanya, dan sekarang yang boleh disebut satu-satunya harta abadi orang percaya adalah Tuhan Yesus.
Seperti Tuhan Yesus tegas menolak bujukan untuk menyembah dan berbakti kepada iblis, dengan mengesampingkan perkara-perkara dunia ini, maka kita juga harus bersikap demikian.
Kehidupan Tuhan Yesus merupakan teladan yang harus kita ikuti.
Hanya kalau kita sungguh-sungguh bersikap seperti Tuhan Yesus, maka kita dapat menjadi manusia rohani yang berkenan dihadapan-Nya.
Dengan demikian kita akan dibuat semakin memahami kebenaran-kebenaran Allah Bapa yang sejati dan memiliki tingkat kedewasaan rohani yang akan semakin bertumbuh cepat dan normal.
Di tengah-tengah suasana dunia yang materialistis ini, kita harus tetap berpegang teguh kepada kebenaran Firman Tuhan sebagai prinsip hidup kita.

Kemenangan terhadap iblis adalah ketika seseorang tidak memberi “kesempatan” kepada Iblis dalam hidup kita yaitu dalam hati dan pikiran.
Efesus 4:27 "dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis".
Kata “kesempatan” disini dalam teks aslinya adalah topon yang artinya tempat berpijak(foothold). Memberi kesempatan kepada iblis berarti membiarkan hati dan pikiran dihinggapi berbagai keinginan pribadi sehingga menghalangi rencana Tuhan tergenapi dalam hidup.
Bangsa Israel yang melawan Musa dengan berniat hendak kembali menikmati Mesir adalah suatu tindakan menghalangi rencana Allah untuk membawa bangsa itu ke Kanaan. Sama dengan orang Kristen yang berniat menikmati dunia dan kesenangan dunia juga menghalangi rencana Tuhan membawa mereka kepada kemuliaan kerajaan-Nya. Orang Kristen seperti ini adalah orang Kristen yang kalah. Mereka sama seperti istri Lot yang gagal menerima keselamatan yang disediakan Allah bagi keluarga Lot. Kegagalan orang Kristen menerima keselamatan bukanlah sekenario Tuhan tetapi keputusan dengan sadar oleh masing-masing individu.

Yakobus 4:7-8 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!

Sebagai anak-anak kerajaan sorga yang di tugaskan melakukan kehendak Tuhan selama dibumi ini, kita harus tegas menolak semua tawaran iblis lewat kesenangan-kesenangan duniawi yang ada didalam dunia ini, dengan demikian kita menjadi orang orang yang hanya memilih Tuhan Yesus sebagai kekasih abadi, dengan demikian kita tidak akan ragu lagi mempersembahkan harta kekayaan dan seluruh wilayah hidup kita untuk kita pergunakan hanya bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Amin.

Sabtu, 11 Februari 2017

HIDUP HANYA UNTUK MENYENANGKAN HATI BAPA (Bag.2)


2 Korintus 5:15  Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Setiap orang percaya harus mengerti dan sadar bahwa ketika Tuhan Yesus menebus kita dari dosa kita yang seharusnya kita pikul sendiri maka kita adalah orang orang yang berhutang kepada-Nya, olehnya segenap hidup kita haruslah kita persembahkan untuk hidup bagi Tuhan, dalam hal ini kita harus menyenangkan hati Tuhan sebagai buah pertobatan kita dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Sering kita mengatakan bahwa kita mau menyenangkan hati Tuhan. Tahukah saudara dengan cara bagaimanakah kita menyenangkan hati Tuhan?
Seseorang yang gagal menyenangkan Tuhan dalam kehidupan setiap hari dan setiap saat melalui segala perbuatan dan di segala situasi, tidak akan dapat menyenangkan Tuhan dalam kegiatan pelayanan gerejani.
Pelayanan gereja hanya menjadi kamuflase semata-mata ketika ia gagal menyenangkan hati Tuhan didalam perbuatannya sehari-hari.
Hendaknya orang percaya tidak berpikir bahwa dirinya bisa menyenangkan hati Tuhan melalui kegiatan pelayanan gereja tanpa menyenangkan hati Tuhan dalam kehidupannya setiap saat dan dalam segala situasi.
Kalau jemaat atau aktivis gereja atau seorang pendeta berpikir bahwa keberadaannya yang selalu ada dalam kegiatan pelayanan gereja berarti sudah hidup di pihak Tuhan dan telah menyenangkan hati Tuhan, maka ia adalah orang yang menyesatkan dirinya sendiri.
Orang seperti ini juga pasti bisa membuat jemaat dan banyak orang di luar gereja menjadi keliru dalam bersikap kepada Tuhan.

Menyenangkan hati Tuhan bukanlah perbuatan yang mengkampanyekan kuasa dan kebaikan Tuhan dalam kesaksian berkat-berkat jasmani serta mujizat, hal itu Tuhan adakan sebagai tanda yang menyertai orang percaya dan bukan untuk menjadi tolak ukur seseorang sudah menyenangkan hati-Nya.
Menyenangkan hati Tuhan adalah hal yang lebih menekankan kepada bagaimana orang percaya menjadi manusia Kristus yang sempurna dengan mengenakan gaya hidup Tuhan Yesus Kristus, inilah maksud dari keselamatan itu diberikan.
Orang yang ingin menyenangkan hati Tuhan harus memiliki sikap hidup : makanannya ialah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya tanpa batas dalam hidupnya.
Menyenangkan hati Tuhan setiap saat adalah pilihan setiap saat pula yang menunjukkan apakah seseorang memilih Tuhan atau tidak. Orang yang hidupnya tidak menyenangkan hati Tuhan setiap saat adalah orang yang tidak memilih Tuhan. Ia memilih dirinya sendiri dan memilih dunia ini.
Dengan berusaha menyenangkan hati Tuhan setiap saat melalui segala hal dan segala situasi, hal ini menunjuk bahwa ia mau berusaha mewarnai hidupnya dengan hidup dalam ketertundukan kepada Tuhan tanpa batas.
Seharusnya jika ia seorang pendeta sekalipun, ia harus memiliki sikap hati yang belum merasa puas dan layak sebagai hamba Tuhan sebelum ia mewarnai hidupnya dengan hidup dalam ketertundukan kepada Tuhan tanpa batas.

Dua hal utama yang harus dimengerti untuk menyenangkan hati Tuhan. Pertama, kita harus memahami dengan lengkap keseluruhan rencana Tuhan atas dunia ini.
Keseluruhan rencana Tuhan antara lain mengapa Tuhan menciptakan manusia, mengapa Tuhan sendiri yang turun ke dunia, apakah keselamatan itu dan lain sebagainya.
Seseorang tidak akan dapat menyukakan hati Tuhan tanpa mengerti kebenaran Alkitab secara tepat dan lengkap.
Di dalam keseluruhan rencana Tuhan tersebut kita sebagai umat pilihan Tuhan harus menemukan juga “Tujuan Tuhan” menempatkan kita diposisi sekarang ini. Orang Kristen yang mau menyenangkan hati Tuhan harus menemukan "Tujuan Utama Tuhan" didalam hidupnya.
Hal tersebut bisa ditemukan lewat pertemuannya setiap hari dengan Tuhan, menyiapkan waktu khusus datang kepada Tuhan untuk bersekutu dengan-Nya dan peka terhadap bahasa Tuhan yang Tuhan nyatakan didalam setiap peristiwa dihidupnya.

Kedua, kita harus memahami bagaimana memiliki sikap hati atau manusia batiniah yang benar dihadapan Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah pemahaman yang akurat mengenai kebenaran Injil yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Kebenaran Injil akan membuka pengertian kita terhadap manusia macam apakah yang dikehendaki oleh Tuhan. Manusia yang dikehendaki oleh Tuhan bukan manusia yang taat kepada hukum moral saja, tetapi yang memiliki sikap batiniah yang baik sesuai standar Tuhan Yesus.
Inilah yang dimaksud oleh Firman Tuhan bahwa kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kritus (Filipi 2:5-8).
Standar hidup yang benar dari Tuhan Yesus untuk umat-Nya adalah : ada tertulis didalam Injil Matius 5:48 "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Hendaknya kita tidak berpikir bahwa Tuhan bisa disukakan kalau kita menjadi aktivis gereja bahkan pendeta, juga tidak cukup dengan memberi uang dalam jumlah besar berapa pun.

Tuhan hanya disukakan oleh orang yang dalam segala tindakannya berkenan kepada-Nya setiap saat, menghormati dan menghargai kehadiran Tuhan, memberi Nilai Tinggi Tuhan Yesus dari segala yang ada didalam hidupnya dan berusaha menjadi sempurna seperti Bapa kita Tuhan Yesus Kristus yang adalah sempurna.

Amin.

Jumat, 10 Februari 2017

HIDUP HANYA UNTUK MENYENANGKAN HATI BAPA (Bag.1)


Roma 15:1-3
1 Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.
2 Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.
3 Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku."

Pengembaraan hidup Kekristenan seseorang yang sampai pada tahap akhir atau puncak kesempurnaan di bumi sesuai dengan bagian atau porsinya akan ditandai dengan satu hal, yaitu merindukan atau mengingini dengan sangat kuat bagaimana ia bisa menyukakan hati Bapa.
Kerinduan ini menjadi sebuah kehausan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Kerinduan ini memicu jiwanya untuk menghayati keberadaan dan kehadiran Allah Bapa sebagai Pribadi yang hidup yang selalu menyertai hidupnya setiap saat.
Oleh karena hal ini, maka orang percaya tersebut semakin mengerti dan merasakan pikiran, perasaan dan kehendak Bapa untuk dilakukan.

Bersamaan dengan itu ada desakan dalam hatinya, bagaimana bisa menyenangkan Pribadi Bapa dengan segala pengorbanan dan pertaruhan, yaitu dengan apa pun yang ada padanya untuk dipersembahkan dengan rela.
Untuk menyenangkan hati Bapa kita Tuhan Yesus tentu tidak cukup hanya dengan beragama Kristen, menjadi anggota gereja yang aktif, pergi ke gereja, menjadi aktivis gereja, atau bahkan sekalipun menjadi pendeta. Menyenangkan hati Bapa adalah berkeadaan selalu berkenan kepada Bapa, yaitu berpikir, berucap dan melakukan segala sesuatu yang selalu sesuai dengan pikiran, perasaan dan kehendak Bapa.

Betapa beruntung dan berbahagianya kalau seseorang bisa selalu menyenangkan hati Bapa.
Bapa adalah Pribadi yang Mahaagung, yang dari pada-Nyalah segala sesuatu ada.
Bapa kita Yesus Kristuslah yang memiliki kerajaan, kuasa dan kemuliaan (Matius 6:13 ; Yohanes 1:3).
Betapa bahagia dan beruntungnya bisa menyenangkan hati Tuhan Yesus yang telah mengorbankan diri-Nya demi untuk menyelamatkan kita agar terhindar dari api neraka, mendewasakan kita untuk sempurna seperti Bapa dan yang membuka kemungkinan untuk dapat dimuliakan bersama-sama dengan Dia dalam Kerajaan-Nya. Anugerah yang diberikan kepada kita melalui Tuhan Yesus tidak ternilai.

Dengan menyadari anugerah Tuhan, kita harus terus bertumbuh dalam iman, yaitu dalam kedewasaan rohani sampai pada satu level di mana dalam hidup ini kita hanya mau menyenangkan hati Bapa kita Tuhan Yesus.
Kita tidak lagi menjadikan sesuatu sebagai tujuan, cita-cita atau obsesi dalam kehidupan ini, sebab tujuan hidup kita adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya atau menyenangkan hati Bapa. Ketika kita berkerinduan hidup hanya untuk menyenangkan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, maka segala sesuatu di bumi ini menjadi tidak berarti atau tidak berharga lagi, sebab yang berharga hanyalah Bapa dan kerajaan-Nya.
Oleh sebab itu kita harus menyangkal diri, artinya meninggalkan naluri, nafsu, dan keinginan-keinginan kedagingan kita dan mengarahkan diri kepada apa yang dikehendaki oleh Bapa harus kita lakukan.

Kehidupan orang yang hanya mau menyenangkan hati Bapa adalah kehidupan yang didalamnya ia selalu menebarkan keharuman Kristus dengan hidup saling mengasihi dan menopang bagi sesamanya yang membutuhkan uluran tangannya, hidup didalam kekudusan dan selalu melakukan apa yang baik berkenan dan yang sempurna di hadapan Allah, inilah hidup yang berkualitas tinggi dan kekal itu yang harus selalu diperagakan dengan tanpa batas baik dalam dunia hari ini maupun di dunia yang akan datang.
Di sinilah seseorang menemukan perhentian atau pelabuhannya hanya hidup untuk menyenangkan hati Tuhan Yesus.

Orang yang tidak memiliki prinsip hidup hanya untuk kesenangan hati Tuhan sangat berpotensi memiliki banyak kesenangan yang lain selain Tuhan dan hidupnya tentu menjadi semakin rumit sebab dibelenggu oleh banyak keinginan yang berasal dari dunia ini.
Hidupnya akan terbelenggu oleh banyak hal yang bisa menjadi kesenangan dan obsesinya.
Kalau seseorang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan, maka ia akan berusaha menyenangkan diri sendiri.
Dan dunia menyediakan fasilitas untuk ia memuaskan kesenangan diri tersebut.
Dengan cara ini iblis menjerat hidup seseorang, sampai akhirnya tertangkap dan ditawan olehnya.

Tidak mungkin orang seperti ini dapat mengabdi kepada satu Tuan, yaitu Tuhan Yesus.
Orang yang tidak memiliki prinsip hidup hanya untuk menyenangkan hati Tuhan Yesus pasti mempunyai banyak tuan didalam hidupnya.
Hidupnya akan dibuat tenggelam dengan berbagai kesibukan demi meraih berbagai kesenangan hidup yang berasal dari dunia ini, sampai tidak mengingini Tuhan dan Kerajaan-Nya sama sekali.
Suatu hari di hadapan takhta pengadilan Kristus, ia akan sangat menyesal memperlakukan Tuhannya secara tidak pantas.
Orang seperti ini tidak akan siap dan tidak akan tahan berdiri bertemu dengan Tuhan Yesus untuk memberi pertanggung jawaban seluruh isi hidupnya selama dibumi.

Oleh sebab itu hari ini kita harus mengambil keputusan yang benar yaitu dengan serius mempersembahkan seluruh hidup kita hanya untuk menyenangkan hati Tuhan Yesus, seluruh arah tujuan hidup kita sepenuhnya kita arahkan dan tujukan bagi kepentingan untuk melakukan kehendak-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan secara bertekun.

Amin.

Rabu, 08 Februari 2017

MENGHIDUPI KARAKTER KRISTUS SETIAP HARI


1 Yohanes 2:6  Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

Kita harus menyadari bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan untuk mengubah karakter kita sehingga searah dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Bila kita tidak mengerti kebenaran ini, kita akan gagal menjadi tempat Roh Kudus diam, sebab kita akan mendukakan Roh Kudus terus-menerus, dan akhirnya memadamkannya (Efesus 4:30, 1Tesalonika 5:19).
Jika demikian maka Itu berarti  kita memberi kesempatan atau pangkalan kepada iblis untuk menjadi budaknya kembali (Efesus 4:27).
Kehidupan seorang Kristen atas akan tampak seiring berjalannya waktu apakah ia bisa menumbuhkan karakter Kristus didalam hidupnya atau gagal memenuhi panggilan ini yang merupakan kehendak Tuhan.
Apabila kehidupan rohaninya tidak bertumbuh sebagaimana mestinya, yang seharusnya setiap saat menghidupi karakter Kristus didalam hidupnya maka sebenarnya ia sedang menolak menerima keselamatan yang Tuhan Yesus sudah anugrahkan.
Sebab orang yang mau menerima anugrah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus harus hidup sama seperti DIA hidup, artinya seseorang harus menghidupi ajaran kebenaran yang telah Tuhan Yesus ajarkan yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna setiap hari, hidup kudus seperti DIA kudus.

Kalau harus jujur, kita mengakui bahwa dalam keadaan-keadaan tertentu terkadang masih muncul perilaku jahat yang ada dalam kehidupan kita. Inilah yang bisa disebut “karakter yang berasal dari iblis”, yang telah terbentuk sejak kita dilahirkan sampai dewasa.
Karakter itu antara lain: dusta, materialisme, kesombongan, kebencian, gila hormat, dendam, fitnah, permusuhan, pertikaian, dan lain sebagainya.
Dosa seperti ini bukan saja bisa terjadi atas seorang jemaat Tuhan, tetapi juga terjadi atas para pemimpin jemaat.
Oleh sebab itu perjalanan kehidupan kita sebagai murid Tuhan Yesus tidak boleh berhenti atau jalan ditempat dan tidak bertumbuh, kita harus terus bertumbuh kembang hingga memiliki karakter seperti Tuhan Yesus.
Setiap hari kita harus belajar dari Tuhan Yesus, apa yang menjadi watak atau karakter-Nya. Bila ada tindakan yang tidak sesuai dengan tindakan Tuhan Yesus, itu berarti “manusia lamanya masih hidup" tindakan yang harus diambil adalah melumpuhkan karakter manusia lama membuangnya kemudian meninggalkannya.
Langkah mematikan manusia lama atau manusia daging ini harus dilakukan setiap hari dan memang usaha ini membutuhkan waktu yang tidak konstan untuk bisa melumpuhkannya secara total, namun dengan melakukan pembaharuan pikiran yang diubahkan terus menerus oleh kebenaran Injil Kristus setiap hari maka Roh Kudus akan menggarapnya dan mengarahkannya untuk mengerti dan melakukan kehendak Tuhan.

Jadi jika kita mulai mengingat mengenai amanat agung Tuhan kita Yesus Kristus yang memerintahkan kita untuk menjadikan semua bangsa menjadi Murud-Nya dan mengajarkan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya, sebenarnya ini juga berarti mencakup pewarisan karakter Kristus yang harus diterima setiap orang percaya.
Karenanya gereja harus menjadi sekolah Alkitab yang baik.
Tidak cukup hanya menyediakan persekutuan doa, family altar, kelompok sel, kelas pendalaman Alkitab dan sejenisnya; tetapi yang disampaikan dalam segenap kegiatan gereja haruslah kebenaran yang berkuasa menguduskan jemaat, yaitu yang menanamkan karakter Kristus dalam diri setiap anggota jemaat sehingga jemaat semakin mengerti maksud keselamatan itu diberikan yaitu dimana jemaat Tuhan harus sempurna seperti Bapa di sorga yang adalah sempurna (Matius 5:48), inilah harga yang harus kita bayar sebagai umat pilihan Tuhan.
Tidak ada cara lain yang dapat dilakukan untuk membasmi karakter iblis yang diwarisi dari nenek moyang kita selain meninggalkan cara hidup kita yang lama kemudian menghidupi karakter Kristus dan menanamkannya didalam loh hati kita yang paling dalam sebagai irama hidup yang harus terus dimunculkan dan diperagakan didalam hidup ini.

Apabila kita sungguh-sungguh mau menyerahkan hati kita kepada Tuhan, berarti kita memberi diri untuk diubahkan terus menerus lewat kebenaran Firman dan pimpinan Roh Kudus.
Hidup sebagai umat pilihan berarti hidup yang bersedia membayar harga untuk mengubah watak, karakter dan kepribadian kita untuk semakin menjadi seperti yang Tuhan Yesus kehendaki yaitu semakin serupa dengan gambaran-Nya.

Roma 8:29  Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Amin.

Selasa, 07 Februari 2017

BERTOBAT DARI CARA HIDUP YANG SALAH DAN SIA SIA


1 Petrus 1:17-19
17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Bertobat dari cara hidup yang salah dan sia sia adalah hidup yang merubah seluruh cara memandang hidup dan semua filosofinya yang tidak sesuai dengan maksud Tuhan dalam menciptakan kehidupan ini.
Sikap pertobatan ini adalah menyangkut cara berpikir dan sikap hati yang pastinya akan berdampak kedalam perbuatan. Pertobatan yang sejati berfokus pada perubahan pikiran dan sikap hati yang tentu saja akan diekpresikan dengan tindakan yang berkenan dihadapan Tuhan.
Dalam bahasa Yunani untuk kata bertobat ini adalah (metanoia) yang artinya perubahan pikiran. Ini berbeda dengan pertobatan menurut konsep agama-agama pada umumnya termasuk pada bangsa Israel yaitu perubahan perbuatan. Ini yang dinyatakan dalam kata “bertobat” yang digunakan di Perjanjian Lama, (shub) yang artinya “berbalik”. Berbalik dari perbuatan yang salah ketika bangsa Israel tidak melakukan Taurat, dan menyembah allah asing.

Bertobatan hendaknya tidak hanya berfokus kepada pengubahan perbuatannya saja namun juga harus disertai pertobatan yang bisa mengubahkan cara berpikirnya dalam memandang setiap perbuatan dosa tersebut.
Memang secara umum dalam pertobatan ada pula perubahan pola berpikir dan sikap hati, tetapi tidak menyeluruh atau tidak terlalu berarti, sebab kalau satu atau lebih perbuatan salahnya diubah, belum tentu pola berpikirnya berubah secara menyeluruh. Tetapi kalau pikiran mengalami perubahan, maka perbuatannya pun pasti berubah dan ia pasti lebih benar benar untuk sungguh sungguh meninggalkan segala macam bentuk dosa didalam kehidupannya.
Setelah seseorang bertobat, ia harus terus-menerus mengalami pembaruan pikiran (metamorfusthe, Roma 12:2). Pembaruan pikiran inilah yang membuat kita mengerti kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Bertobat dari perbuatan yang salah bisa dilakukan dalam waktu singkat, tetapi bertobat dari cara hidup yang salah atau yang sia sia tidak bisa dilakukan dengan singkat karena ini harus disertai perubahan cara berpikir manusia lama kearah cara yang benar yang Tuhan kehendaki yaitu menjadi manusia yang menaruh pikiran dan perasaan Kristus. Tentu untuk memperolehnya kita harus memenuhi pikiran kita dengan Firman Tuhan setiap hari secara memadai.
Bertobat dari perbuatan yang salah bisa dilakukan dengan cara menunjukkan perbuatan yang salah tersebut dan mengarahkan kepada perbuatan yang benar atau baik, tetapi bertobat dari cara hidup yang salah atau yang sia sia hanya bisa dilakukan dengan cara menunjukkan/memfokuskan arah hidup kepada hidup dalam kebenaran Tuhan (Yohanes 8:32).
Hidup dalam kebenaran Tuhan adalah hidup yang cara pandang atau cara berpikirnya telah diperbaharui oleh Firman Tuhan dari waktu ke waktu yang akan menjadikan, membentuk pribadinya menjadi pribadi yang mengasihi Tuhan dan sangat takut untuk menyakiti hati Tuhan karena hidupnya khususnya pikirannya telah dikuasai sepenuhnya oleh Firman Tuhan dan Roh Kudus yang menaungi hidupnya.

Berkenaan dengan hal didalam Yohanes 8:31-32 Tuhan menyatakan : Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Mengenal kebenaran memerlukan waktu yang panjang.
Dalam Yohanes 8:31, kata tetap dalam teks aslinya adalah (ménō) yang berarti “terus-menerus menetap” atau “terus-menerus bertahan”.
Jadi, tetap dalam Firman artinya terus-menerus mempelajari Firman Tuhan.
Dengan demikian bila digambarkan, pertobatan itu bukan suatu titik, tetapi seperti suatu garis panjang. Pertobatan juga merupakan pembaharuan pikiran yang tiada henti sampai kita menutup mata.
Jadi orang yang benar benar serius ingin bertobat kepada Tuhan pasti akan selalu merasa miskin, haus dan lapar akan Firman-Nya yang akan terus menerus menyempurnakan hidupnya, dan adalah wajar apabila selama hidup ini, kita akan terus merasa miskin di hadapan Tuhan agar kita bisa diperkaya oleh Tuhan dalam memahami kebenaran Firman-Nya yang menyelamatkan hidup kita.

Jika ingin dimerdekakan didalam hidup kita, kita harus bertobat dari cara hidup yang salah dan sia sia yang telah kita warisi dari nenek moyang kita, mengubah cara berpikir yang benar yaitu selalu hidup didalam ketetapan Firman-Nya, mengisi pikiran kita dengan Firman-Nya dari waktu kewaktu sehingga kita menjadi peka akan kehendak Tuhan didalam hidup dan membuat kita bisa memiliki pikiran dan perasaan Tuhan disetiap waktu, dengan demikian kita akan menjadi pribadi pribadi yang selalu menjauhkan diri dari cara hidup yang sia sia yang tidak dikehendaki oleh Tuhan.

2 Korintus 5:17
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Amin.

Senin, 06 Februari 2017

DOA BAPA KAMI Bag. 1

Shalom saudaraku...silahkan menyimak program baru dari kami yaitu "Suara Renungan Back To Bible" yang membahas seri "Doa Bapa Kami bag. 1", klik video yang telah kami upload dan saudara juga bisa membuka video ini di chanel youtube dengan link berikut : https://youtu.be/IvfRW_vHb2A

Untuk mendownload mp3 "Suara Renungan Back To Bible (Seri doa Bapa kami bagi 1)"  Silahkan klik link yang kami sediakan berikut ini : http://www.4shared.com/mp3/Xd_QdWAece/Suara_RBTB__Doa_Bapa_Kami_.html

"Suara Renungan Back To Bible akan kami hadirkan setiap hari minggu, saudara bisa mendengarkannya atau mendownloadnya. Kiranya dengan adanya program baru ini dapat memberkati saudara semuanya untuk terus bertumbuh menjadi anak-anak Allah yang taat melakukan kehendak Tuhan kita Yesus Kristus.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.


Sabtu, 04 Februari 2017

PRIORITAS HIDUP ORANG PERCAYA


Yosua 24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"

Sadar akan rentang waktu usia yang terbatas dalam hidup manusia di bumi ini sesungguhnya merupakan kesempatan untuk memilih kepada siapa kita mengabdi. Dengan kepribadian-Nya yang Mahaagung, Tuhan tidak memaksa manusia untuk mengabdi kepada-Nya; setiap individu harus memutuskannya sendiri dengan rela dan sukacita.
Tuhan menguji setiap hati manusia apakah hidupnya hanya untuk mentaati Tuhan atau hidup sesuai kehendaknya sendiri, memerdulikan Tuhan hanya sekedar saja supaya begitu menutup mata berharap bisa masuk Sorga .

Pertanyaan yang diajukan Yosua kepada bangsa Israel di hari tuanya sebelum ia mengundurkan diri sebagai pemimpin bangsa itu, sebetulnya juga merupakan pertanyaan yang ditujukan Alkitab kepada kita. Kepada siapa kita akan mengabdi? Kita harus memutuskannya hari ini.

Menunda keputusan sampai waktu hidup kita usai berarti tidak pernah mengambil keputusan untuk mengabdi kepada Tuhan. Walaupun sebenarnya kita tidak berniat untuk mengkhianati Tuhan, jika kita terus-menerus menunda keputusan itu, akhirnya adalah kebinasaan. Inilah penyakit banyak orang Kristen hari ini, menunda apa yang seharusnya mendesak untuk segera dilakukan. Kuasa kegelapan meninabobokan orang Kristen untuk tidak terlalu terburu-buru mengabdi kepada Tuhan sepenuhnya. “Nanti saja, sesudah punya uang. Sekarang cari uang dulu,” kata setan.

Mari kita renungkan, apakah kita masih menunda-nunda untuk menggumuli hal-hal yang menyangkut keberadaan kekal atau nasib kekal kita? Apakah kita menganggap hal lain lebih mendesak daripada hal kerajaan sorga dan kebenaran-Nya untuk dikenal, dimengerti setiap hari dan mengenakannya?
Jika dibandingkan dengan itu kita lebih memilih berjam-jam berjalan-jalan keliling mal, menonton sinetron, menyenangkan hati dengan hobi dan sebagainya, kita harus bertobat. Jika kita masih berpikir bahwa hidup ini hanya sekali sehingga menikmati dunia hari ini adalah kesempatan yang tidak akan terulang lagi, kita harus bertobat. Sebab di langit dan bumi yang baru nanti ada kehidupan yang jauh lebih sempurna dari apa yang dapat kita peroleh dari dunia hari ini.

Banyak orang Kristen berpikir bahwa Tuhan senang jika kita menikmati dunia hari ini seperti anak-anak dunia lainnya. Itulah sebabnya mereka berdoa mohon bantuan Tuhan untuk bisa meraih kehidupan yang nyaman di dunia ini. Betapa hal ini menyakiti hati-Nya. Kalau Alkitab mengatakan bahwa kita harus mencari dahulu Kerajaan Sorga dan kebenaran-Nya, itu berarti segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan demi keadaan kekal yang kelak kita dikenal oleh Tuhan Yesus sebagai anak-anak Allah yang memprioritaskan Dia dan kerajaan-Nya, melakukan kehendak-Nya secara bertekun. Karena itu mengabdi kepada Tuhan adalah prioritas utama yang tak tergantikan oleh apa pun. Putuskan untuk mengabdi kepada-Nya sekarang.

Cara kita menjalani kehidupan ini menunjukkan siapa yang menjadi prioritas kita dan kepada siapa kita berbakti dan mengabdikan hidup kita apakah kepada : Tuhan Yesus sebagai Allah kita atau kesenangan dunia ini yang disebut sebagai hamba iblis.

Amin.

Jumat, 03 Februari 2017

IMAN ORANG PECAYA HARUS DI UJI OLEH TUHAN


Matius 25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.

Iman orang percaya harus dimurnikan oleh Tuhan lewat perjalanan hidupnya bersama sama dengan Tuhan.
Seseorang dapat menjadi bijaksana adalah sebuah perjalanan panjang yang diajar oleh Roh Kudus.
Hal ini tidak bisa diperoleh dengan cepat. Pada suatu saat akan datang pengujian apakah seseorang bijaksana atau tidak. Tuhan Yesus memberi perumpamaan mengenai gadis bodoh dan bijaksana. Kata bijaksana dalam teks tersebut adalah phronimos yang artinya : cakap, penuh dengan hikmat (Matius 25:2).
Didalam alkitab masalah digambarkan dengan hujan, banjir dan angin badai, hal ini menunjuk kepada pengujian yang pasti akan dialami setiap individu (Yakobus 1:12; 1 Petrus 1:6-7).
Tuhan Yesus sendiri mengalami pengujian ini yang sama dengan baptisan api (Lukas 12:50; Markus 10:38).
Demikian pula dunia akan dibawa ke masa pengujian atau yang sama dengan penampian.
Yohanes Pembaptis berbicara mengenai penampian ini.
Yohanes Pembaptis berbicara kepada orang-orang yang kelihatannya mau menjadi pengikut Tuhan tetapi tidak sungguh-sungguh mau bertobat, bahwa mereka akan ditampi (Matius 3:7-12). Penampian itu akan membuktikan apakah mereka sungguh-sunguh bertobat atau tidak.

Yohanes Pembaptis mengajak setiap pendengarnya untuk memiliki kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan. Hal ini sejajar dengan spirit Perjanjian Baru yang menuntut orang percaya sungguh-sungguh berkualitas sebagai anak Allah.  Soal status keturunan Abraham secara daging tidak lagi berarti di zaman anugrah ini, Pada jaman anugerah yang penting adalah pertobatan yang dibuktikan dengan baptisan dan bersedia dikubur (mematikan manusia lama), mulai mengenakan konsep baru, hidup baru yang tidak lagi serupa dengan dunia ini melainkan memiliki keserupaan yang segambar seperti Kristus telah hidup (Roma 6:1-5 ; 1 Yohanes 2:6).
Berkenaan dengan hal ini maka Tuhan perlu mendidik setiap orang percaya untuk hidup didalam kehendak-Nya setiap hari.
Tuhan akan bertindak tegas kepada setiap orang.
Ketegasan Tuhan itu digambarkan oleh Yohanes dengan kapak (Matius 3:10 Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api).

Dalam Yohanes 15:1-7, Tuhan Yesus menyatakan bahwa carang yang berbuah dibersihkan untuk lebih banyak berbuah tetapi carang yang tidak berbuah dikeratnya.
Harus dipersoalkan, apakah kita termasuk carang yang berbuah atau tidak.
Supaya kita lolos dari keratan, Tuhan Yesus memperlengkapi orang percaya dengan baptisan api.
Baptisan api adalah penderitaan karena mengikut Tuhan Yesus.
Hal ini akan terjadi atas setiap orang percaya,
Markus 9:49 "Karena setiap orang akan digarami dengan api".
Masa penampian yang Tuhan akan lakukan atas manusia dibumi ini pasti terjadi.
Tuhan bagai seorang petani gandum yang membersihkan tempat pengirikan untuk mengumpulkan gandum ke dalam lumbung, tentu debu jeraminya dibuang. Ini berbicara mengenai masa penampian yang sekarang sedang berlangsung. Penampian itu melalui pengaruh dunia yang jahat dan penganiayaan atas orang percaya, apakah orang percaya tetap setia dalam imannya.
Dan juga melalui pengajaran sesat dan transfer spirit dari roh jahat melalui berbagai sarana dunia apakah anak Tuhan masih tetap berdiri kokoh dengan iman kepada Kristus.
Apakah anak-anak Tuhan tetap memilih Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya atau memilih kesenangan yang di tawarkan iblis lewat keindahan dunia ini, menggelar hidup suka-suka sendiri seperti anak-anak dunia yang memiliki kebebasan hidup sebebas-bebasnya dan sesuka hatinya.
Anak-anak Tuhan yang tidak bergaul dengan Tuhan setiap waktu akan terbawa oleh arus spirit jahat dunia ini.

Ibrani 10:38 Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."

Hendaknya sebagai umat pilihan Tuhan kita harus menjaga Iman percaya kita tetap murni, kuat dan kokoh dihadapan Tuhan menjadi umat-umat yang taat kepada kehendak-Nya, membangun Iman yang kokoh seperti mendirikan rumah diatas batu karang sehingga kita tidak mudah digoyahkan oleh pengaruh dunia yang semakin jahat diakhir zaman ini.

Amin.