Jumat, 30 September 2016

HIDUP DALAM PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN


1 Korintus 6:17  Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

Persekutuan dengan Tuhan harus berlangsung setiap saat.
Rasul Paulus menuliskan bahwa orang yang mengikatkan dirinya dengan Tuhan menjadi satu roh dengan Dia.
Satu roh artinya satu spirit.
Maksudnya, Tuhan juga rindu kita mempunyai semangat, hasrat, gairah sorgawi, pikiran, prinsip yang sama dengan Tuhan.
Ini seharusnya juga menjadi kerinduan kita. Sebagai orang percaya, sangat penting bagi kita untuk selalu ada didalam persekutuan dengan Tuhan.
Persekutuan inilah yang akan membuat kita menerima impartasi spirit Roh Kudus, maksudnya memungkinkan kita juga memiliki gairah sorgawi seperti yang dimiliki Tuhan Yesus.

Ketika Tuhan Yesus mengatakan : "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku".
Hal ini sebenarnya menunjukkan Tuhan Yesus menjadi jalan dimana manusia dapat menemukan Bapa dan memiliki hubungan persekutuan dengan Bapa.
Ini sebenarnya inti anugerah yang disediakan bagi umat pilihan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Banyak orang Kristen yang tidak mengerti dan tidak mau mengerti bahwa inti keselamatan adalah agar manusia bisa “datang kepada Bapa” guna dilayakkan kembali dapat bersekutu dengan-Nya.
Mereka berpikir inti keselamatan hanya sekedar manusia terhindar dari neraka dan diperkenan masuk sorga, sehingga mereka sudah merasa sudah menjadi umat yang selamat, tanpa perlu bergumul secara serius mengerti kehendak Tuhan untuk dilakukan sehingga tidak banyak dari mereka yang berusaha secara maksimal menyediakan waktu membangun persekutuan yang intim dengan Tuhan.

Kita sangat harus meneladani Paulus, yang ingin memiliki persekutuan dengan Tuhan dalam segala hal, termasuk dalam penderitaan-Nya (Filipi 3:10).
Kita baru layak disebut sebagai ahli waris yang berhak menerima janji-janji Allah jika kita mengambil bagian sependeritaan dengan Tuhan (Roma 8:17).
Olehnya kita perlu membangun persekutuan yang tiada henti dengan Tuhan dengan menggelar hidup didalam roh dan tidak lagi mengikuti keinginan daging.
Dari sinilah impartasi spirit dari Tuhan akan terus dapat kita rasakan didalam seluruh wilayah hidup kita.

Persekutuan ini dimulai dari kehidupan doa pribadi yang ketat dan disiplin. Selanjutnya akan berlanjut menjadi persekutuan dua puluh empat jam dengan-Nya hidup didalam roh mengikuti pimpinan Roh-Nya.
Maksudnya adalah persekutuan yang berkesinambungan dengan Tuhan, apa pun yang kita lakukan, kapan saja dan di mana saja.
Persekutuan dua puluh empat jam ini tidak bisa diajarkan dengan kata-kata atau kalimat, tetapi merupakan suatu penghayatan hidup, di mana seseorang berjalan dengan Tuhan selalu terhubung dengan Tuhan dan berdialog dengan-Nya didalam roh.
Jadi kalau kita tidak pernah memiliki jam doa yang ketat dan disiplin, jangan harap bisa mengerti apa artinya berjalan dengan Tuhan atau hidup di hadapan Tuhan.
Banyak orang menganggap remeh jam doa pribadi ini, sehingga mereka tidak pernah mempraktekkannya.
Hal ini sama artinya mengabaikan Tuhan. Ini sangat berbahaya, sebab bisa menciptakan suasana jiwa di mana seseorang tidak merasa dirinya memerlukan Tuhan lagi.

Kebersamaan terus-menerus dengan Tuhan didalam persekutuan yang terus dijalin setiap saat akan menciptakan transfer impartasi spirit Tuhan Yesus yang mengasihi jiwa-jiwa dan menginginkan tidak satu orang pun yang binasa, demikian pula kita akan terimpartasi spirit dari Tuhan untuk mengasihi jiwa-jiwa dan siap memberi diri di utus Tuhan melaksanakan kehendak-Nya.
Jadi kuncinya adalah menjaga semangat persekutuan yang terus menerus dengan Tuhan, tiada henti setiap saat dan bukan sesaat saja.
Persekutuan yang terus-menerus dan ditambah dengan memahami kebenaran Injil Tuhan untuk selalu hidup dipimpin oleh Roh Kudus akan mencelikkan mata rohani kita untuk melihat kebutuhan keselamatan jiwa orang lain.
Maka marilah kita memulai persekutuan kita dengan Tuhan tiada henti terhubung dengan Tuhan setiap saat didalam roh.
Sebab dengan terus-menerus mengadakan persekutuan dengan Tuhan setiap saat maka Tuhan akan mengimpartasikan gairah sorgawi seperti yang dimiliki-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Hendaknya gairah bersekutu dengan Tuhan setiap waktu selalu disertai dengan spirit haus dan lapar rindu mengalami perjumpaan dengan Tuhan setiap hari.
Orang yang mengasihi Tuhan adalah orang-orang yang terus menjalin persekutuan yang tiada henti dan terus berjalan dengan-Nya untuk melakukan kehendak-Nya didalam roh dan kebenaran.

1 Korintus 1:9  Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.

Amin.

Kamis, 29 September 2016

MEMBERI DIRI MENJADI ALAT KERAJAAN ALLAH


Kisah Para Rasul 9:15  Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.

Ananias segera menjalankan perintah Tuhan Yesus untuk menemui Saulus, Pada mulanya ia berkeberatan untuk pergi menemui Saulus, tetapi, setelah keberatan itu ditanggapi, ia merasa lega, dan tidak berbantah lagi.
Lihatlah betapa Tuhan mau merendah hati dengan memperbolehkan hamba-Nya berperkara dengan Dia.
Ananias sadar bahwa ia adalah alat ditangan Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya.
Tidak sedikit orang yang menolak kesempatan untuk melayani Tuhan.
Ada yang merasa tidak punya waktu, merasa lelah, merasa tidak mampu atau merasa hidupnya terlalu kotor.
Ananias sempat ragu menerima tugas dari Tuhan untuk menumpangkan tangannya ke atas Saulus, karena ia tahu betapa jahatnya Saulus (Kisah Para Rasul 9:13).
Tetapi setelah mendengarkan maksud Tuhan atas diri Saulus, Ananias taat. Saulus yang hidup sebelumnya jahat, telah dipilih Tuhan untuk memberitakan nama-Nya dan berani menderita bagi-Nya.

Tidak ada orang yang lebih bisa menghargai dirinya selain dia yang menerima bahwa dirinya adalah alat Kerajaan Allah untuk memenuhi rencana Allah.
Setiap kita yang sudah dipilih oleh Tuhan Yesus berarti memberi diri hidup sebagai alat kerajaan-Nya.
Dalam hal ini seseorang harus memutuskan apakah ia dengan rela memberi dirinya menjadi alat Kerajaan Allah dan kemuliaan-Nya atau alat kerajaan kegelapan (Lukas 11:23).
Sejak kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia, manusia diperhadapkan kepada pilihan : apakah ia berdiri di pihak Tuhan atau berdiri di pihak musuh-Nya.
Ini memang sebuah pilihan yang memang tidak mudah, sebab pada umumnya orang tidak siap meninggalkan cara hidup manusia lama dengan segala kesenangannya (Lukas 14:33) kemudian memberi diri untuk mengikut Tuhan Yesus sebagai alat kerajaan-Nya.
Tuhan Yesus adalah teladan kita, sosok Pribadi Yang Maha Agung yang rela mempersembahkan hidup-Nya secara ekstream mengasihi hidup manusia, menebusnya dengan nyawa dan darah-Nya yang mahal diatas kayu salib.
Tuhan Yesus mengosongkan diri, dalam segala hal disamakan dengan manusia untuk menunjukkan bahwa Dia dalam keadaan tubuh manusia yang fana bisa memiliki dan memilih taat melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Hal tersebut bisa membuktikan bahwa oknum iblis yaitu lusifer telah bersalah karena ia tidak memiliki ketaatan seperti yang ditampilkan oleh Tuhan Yesus dalam tubuh sebagai manusia.
Nabi Yesaya dan Yehezkiel menyingung kehidupan raja Babel dan Tirus adalah tipologi/gambaran suatu ratapan dan kecaman kepada oknum lusifer yang memberontak kepada Allah, dikatakan dalam kitab Yehezkiel, lusifer diciptakan Allah dalam keadaan sempurna, penuh hikmat dan maha indah namun ia memilih untuk tidak taat dengan ingin memiliki kerajaannya sendiri, tidak tunduk dalam kedaulatan Allah bahkan ingin menyamai Allah.
(Yehezkiel 28:12-15
12 "Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.
13 Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu.
14 Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya.
15 Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu).

Sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita dipanggil untuk ada berdiri di pihak Tuhan dengan menundukkan diri secara penuh, menyediakan diri sebagai alat kerajaan-Nya.
Hal ini harus ditandai dengan bersedia melepaskan segala milik yang dianggap penting dan berharga sebagai kesenangan hidup kemudian mengikuti kehendak Tuhan guna mengenakan kehidupan yang baru yaitu kehidupan seperti Tuhan Yesus, sebab tanpa hal ini maka tidak ada kemenangan.
Setiap anak Tuhan dipanggil mengalahkan perbuatan iblis dengan cara menggelar ketaatan yang absolut taat kepada kehendak Tuhan, menjadi saksi bagi Kristus dengan memberi diri sebagai alat kerajaan-Nya guna menampilkan kehidupan Tuhan Yesus ditengah-tengah dunia ini.
Untuk menjadi alat Kerajaan Allah dibutuhkan kedewasaan rohani yang terus diasah oleh kebenaran Firman Tuhan dan didikan Bapa melalui setiap peristiwa hidup.
Untuk itu Tuhan sangat berkepentingan memproses, mendewasakan orang-orang yang mengasihi Dia untuk bisa menjadi alat Kerajaan-Nya.
Setelah melalui proses pendewasaan akhirnya seseorang akan bersedia menyerahkan diri menjadi alat Kerajaan Allah.
Inilah laskar-laskar Kristus atau gladiator Tuhan yang dipertaruhkan melawan pekerjaan iblis.
Mereka yang berjuang menggelar hidupnya sebagai alat kerajaan-Nya adalah orang-orang yang layak disebut sebagai hamba-hamba Tuhan.
Dalam hal ini menjadi hamba Tuhan sesungguhnya bukan hasil sekolah theologia, kursus Alkitab dan lain sebagainya, tetapi berangkat dari kesediaan seseorang untuk bergaya hidup seperti Tuhan Yesus Kristus (hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa, menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna), dan menghidupi Injil didalam setiap langkah hidupnya.
Dengan demikian seseorang baru dikatakan percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima-Nya sebagai Pemilik kehidupan ini (Yohanes 1:11-12),
Orang yang dikatakan percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima-Nya sebagai Pemilik kehidupan adalah orang yang bersedia menyerahkan hidupnya bagi rencana Bapa dan melaksanakan segala kepentingan-Nya, menjadi alat bagi kemuliaan-Nya.
Itulah sebabnya dalam Doa Bapa Kami tertuang kalimat: Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.
Kalimat doa ini menunjukkan bahwa orang percaya memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan pemerintahan Allah didalam ketertundukan penuh menjadi alat bagi kemuliaan dan kerajaan-Nya.
Setiap anak Tuhan pada akhirnya dituntut kesediaannya menyerahkan diri menjadi alat bagi Kerajaan Allah, hidup untuk menyatakan kebenaran-Nya ditengah-tengah dunia, memberitakan Injil kepada setiap manusia supaya mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat dan hidup didalam pemerintahan-Nya, hidup sesuai seturut kehendak-Nya.

Yohanes 12:25-26
25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Amin.

Rabu, 28 September 2016

PROSES MENJADI ANAK-ANAK TERANG


Yohanes 12:35-36
35 Kata Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi.
36 Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang." Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.

Untuk menjadi anak-anak terang, Tuhan Yesus mengatakan kita harus percaya kepada-Nya supaya kegelapan tidak menguasai hidup kita kembali.
Percaya kepada-Nya berarti harus hidup didalam tuntunan-Nya setiap saat, selalu ada didalam penurutan seluruh kehendak-Nya.
Sebab percaya bukan hanya pengakuan dimulut saja tapi harus ditunjukkan dengan tindakan nyata menuruti dan mengikuti tuntunan-Nya melalui Roh Kudus agar kita hidup didalam roh dan tidak lagi menuruti hawa nafsu daging.
Lewat penurutan kita terhadap tuntunan-Nya, kita baru layak disebut sebagai anak-anak-Nya (Roma 8:14).

Dalam Amsal 20:27 dikatakan : Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.
Keselamatan yang Tuhan Yesus berikan menuntut setiap kita menghasilkan buah pertobatan yang tidak boleh berhenti sampai kapanpun.
Pertobatan yang Tuhan Yesus kehendaki adalah mengubah cara berpikir manusia menjadi cara berpikir Kristus.
Cara berpikir ini terdapat dalam Filipi 2:5.
Tuhan menghendaki setiap kita memiliki pikiran dan perasaan-Nya (Phonero).
Phonero artinya pengertian dalam batiniah.
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan attitude artinya sikap batin atau sikap hati.
Kalau Firman Tuhan menghendaki agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus atau phroneo-Nya, itu berarti kita harus terus menerus mengisi nurani di neshamah kita dengan kebenaran Firman Tuhan sehingga terbangun cara berpikir yang selaras dengan pikiran Kristus.
Ini sama dengan proses mengubah kodrat manusia berdosa menjadi manusia yang berkodrat llahi.
Jadi, cara berpikir ini ada di wilayah neshamahnya atau roh manusia.
Perlu mendapat catatan di sini, didalam diri manusia terdapat tubuh, jiwa, neshamah/roh.
Melalui mata dan telinga, manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk mengisi jiwanya.
Apa yang di konsumsi oleh jiwa menentukan kualitas jiwanya tersebut, kualitas jiwa yang terbentuk ini akan membangun karakternya.
Apa yang konsumsi oleh mata dan telinganya juga akan mewarnai neshamahnya.
Jika neshamahnya memiliki warna yang baik maka akan membentuk hati nurani yang baik pula.
Tuhan merancang agar neshamah dan hati nurani manusia terus didewasakan agar bisa sama dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Dengan demikian neshamah yang sehat dapat menjadi pelita Tuhan, sehingga dari hati nuraninya dapat menjadi corong atau terompet (suara) Tuhan yang mengarahkan manusia untuk bisa bertindak dan berperilaku sesuai yang dikehendaki Tuhan Yesus.

Kalau jiwa manusia (pikiran, perasaan dan kehendak) diwarnai terus menerus dengan kebenaran Firman Tuhan, maka hati nurani akan terbentuk menjadi hati nurani Ilahi. Kebenaran Injil yang terus menerus ini menggores hati nurani manusia menjadi semakin murni dan semakin suci dihadapan Tuhan sehingga jiwa dan tubuhnya dapat ditundukkan oleh keinginan roh untuk menuruti kehendak Tuhan.
Kalau yang dikomsumsi adalah Firman Tuhan maka roh manusia menjadi roh yang se “chemistry” dengan Tuhan.
Inilah yang dimaksud didalam 1 Korintus 6:17 Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.
Kalau Tuhan Yesus berkata, kamu harus sempurna seperti Bapa, maksudnya bahwa kualitas hati nurani kita juga harus selaras dengan Bapa di Sorga.
Hati nurani menjadi baik kalau rohnya selalu diisi dengan Firman yang keluar dari mulut Allah.
Sebaliknya, kalau rohnya manusia diwarnai terus menerus oleh suara dunia dengan segala macam hiburan dan filosofinya yang bertentangan dengan Injil Kristus, maka roh manusia lambat laun menjadi mati akibatnya kualitas jiwanya menjadi rusak, akhirnya roh tidak lagi dapat menguasai jiwa maupun tubuh, melainkan daginglah yang menguasai jiwanya.
Jika sudah begini tentu kehidupannya tidak akan berkenan kepada Allah (Roma 8:8).

Firman Tuhan mengatakan bahwa roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.
Kata Pelita dalam teks Ibrani adalah niyr yang artinya cahaya.
Tuhan hendak menjadikan roh manusia sebagai pelita atau terang-Nya.
Dengan demikian manusia bisa mengerti kehendak-Nya, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Jadi bukan tanpa alasan Tuhan Yesus mengatakan : Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup (Yohanes 6:63)
Orang percaya yang memberi rohnya dihidupkan dengan mengisinya dengan Firman yang keluar dari mulut Allah maka dari sinilah ia bisa mengerti tuntunan apa yang dikehendaki oleh Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna untuk dilakukan didalam hidupnya.
Dalam hal ini kita mengerti mengapa Tuhan Yesus berkata : Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.
Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Mata menunjuk kepada pengertian atau kemampuan berpikir yang searah sesuai kehendak Tuhan.
Dalam hal ini mata yang dimaksud Tuhan Yesus bisa menunjuk neshamah. Kalau neshamah diisi dengan isian yang tidak sesuai dengan pikiran Tuhan, maka betapa gelapnya kegelapan itu.
Tuhan Yesus hendak mengajar kepada kita semua agar “mata” selalu dalam kondisi awas dan siaga supaya setiap saat roh kita selalu peka terhadap pimpinan Roh Kudus sehingga kita selalu dapat berjalan seiring dengan Roh Tuhan yang memimpin kita kepada terang-Nya yang ajaib yang membawa kita kepada hidup yang berkualitas sebagai anak-anak Allah yang membawa terang Tuhan didalam dunia ini.
Inilah proses dimana kita dapat menjadi anak-anak terang yang siap menerangi jiwa-jiwa yang terhilang sehingga mereka yang masih hidup dalam kegelapan dapat mengalami terang Kristus yang ajaib dan diselamatkan dari kegelapan abadi.
Ketika Tuhan Yesus berkata : "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" hal ini hendak menunjukkan isyarat bahwa roh kita harus selalu ada didalam penguasaan Firman-Nya sehingga terang Firman-Nya menjadi pelita bagi kaki kita agar langkah hidup kita tetap ada didalam rencana dan kehendak-Nya.

Lukas 11:35  Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan.

Amin.

Selasa, 27 September 2016

MEMAHAMI ARTI "ORANG-ORANG PENAKUT"


Wahyu 21:8  Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."

Orang-orang penakut adalah orang-orang yang meragukan kasih dan pemeliharaan Allah yang sempurna didalam hidupnya.
Orang-orang seperti ini pasti tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan Dia.
Hubungan yang tidak harmonis tersebut disebabkan karena ketidakpercayaan terhadap Allah.
Membandingkan dengan kehidupan bangsa Israel, mengapa bangsa Israel sering menyembah berhala?
Sebab berhala-berhala tersebut dipandang memiliki keistimewaaan seperti memberi kesuburan, memberi kemenangan dalam perang dan lain sebagainya.
Hal itu terjadi ketika kepercayaan mereka terhadap Allah menjadi kendor.
Mereka menjadi tidak takut kepada Allah, mereka lebih takut jika mereka kehilangan barang berharga, kenyamanan-kenyamanan hidup dan kelimpahan berkat-berkat secara lahiriah.
Olehnya tidak heran jika bangsa Israel mudah berpaling dan memiliki banyak sekali berhala seperti ba'aĺ, molokh, asytoret, kamos, milkol dan allah asing lainnya akibatnya hubungan mereka dengan Allah Elohim menjadi rusak.

Alkitab berkata : Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya (Markus 8:35).
Di zaman akhir ini para "penakut" ialah orang-orangnya yang dapat disejajarkan dengan orang yang mau menyelamatkan nyawanya dari pada kehilangan nyawanya karena Kristus dan Injil-Nya.
Mereka lebih takut akan penolakan dan ancaman manusia daripada takut akan Allah yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh didalam neraka, mereka adalah orang yang tidak hidup dalam menghargai kesetiaan kepada Kristus dan kebenaran Firman-Nya.
Mereka akan lebih menghargai keamanan pribadi, harta dan kedudukan secara duniawi daripada menghargai hal-hal yang bernilai kekal, sebab keamanan pribadi, harta dan kedudukan secara duniawi dinilai lebih menguntungkan, lebih bernilai tinggi dan lebih bermakna untuk dikejar sebagai sarana tempat perlindungan hidupnya dimasa-masa yang sulit didalam hidupnya.
Bagaimana bisa memiliki hubungan yang harmonis kalau hatinya ditambatkan kepada kekayaan yang menjadi tempat perlindungan?
Inilah orang-orang yang memiliki berhala atau ilah di zaman ini.
Kalaupun mereka datang berurusan kepada Tuhan, Tuhan hanya menjadi salah satu alternatif untuk menopang hidupnya.
Tetapi mereka tidak mampu mempercayai Tuhan sepenuhnya, sebab Tuhan tidak kelihatan dan seakan-akan tidak ada.

Dalam kitab Wahyu dikatakan bahwa orang yang termasuk kelompok yang akan dibinasakan adalah para penakut.
Kata penakut dalam teks aslinya adalah "deilos".
Kata ini diterjemahkan sebagai fearful (sangat ketakutan), cowardly (pengecut), timid (orang yang kurang atau tidak memiliki keyakinan). Orang-orang seperti ini tidak akan bisa memuliakan Tuhan dalam hidupnya secara benar.
Orang yang penakut tidak akan dapat menjadi perwira Tuhan untuk mengawal pekerjaan-Nya dengan tanpa batas.
Mereka sibuk dengan perasaan takutnya sendiri dan menjadi egois.
Untuk melindungi diri, maka seorang penakut akan berusaha berburu harta dunia tanpa batas demi memiliki harta sebanyak-banyaknya.
Biasanya orang-orang seperti ini menjadi pelit atau kikir.
Kalaupun ia berbagi untuk orang lain, hal itu disebabkan karena hartanya sudah terlalu banyak dan ia membutuhkan penghargaan dan pengakuan dari manusia lainnya, atau sebagai usaha untuk menyuap Tuhan yang sebenarnya tidak atau kurang dipercayainya.

Dalam hal ini dapat dimengerti penyebab mengapa banyak orang tidak berani berkorban bagi Tuhan dengan tanpa batas.
Sebab mereka adalah orang-orang penakut, mereka menahan miliknya guna mengawal kehidupan pribadinya supaya berjalan dengan mulus tanpa penderitaan dan ganguan hidup lainnya, mereka merasa tidak aman tanpa harta kekayaan.
Mereka melindungi harta kekayaannya demi keamanan dirinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “orang-orang penakut” adalah orang-orang yang tidak mungkin mengasihi Tuhan dan sesamanya.
Mereka mengasihi harta lebih dari Tuhan. Padahal Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang tidak mengasihi Tuhan berkeadaan terkutuk (1Korintus 16:22).

Dari kebenaran ini mari kita bertumbuh membangun kepercayaan yang kokoh terhadap pribadi Allah kita Yesus Kriatus; bahwa Dia cukup dan segalanya bagi hidup kita.
Anak-anak Allah (huios) adalah orang-orang yang menaruh percaya sepenuhnya kepada pribadi Tuhan Yesus.
Sebelum seseorang menutup mata, Tuhan Yesus mau mendidik kita untuk memiliki sikap hati mempercayai pribadi-Nya dengan benar, sebab inilah sikap hormat mutlak yang harus dimiliki orang-orang yang masuk ke dalam anggota keluarga Kerajaan Allah.
Tuhan tidak menginginkan anak-anak-Nya mempercayai Dia secara benar setelah berada di rumah-Nya, yaitu ketika mereka menyaksikan kemuliaan Allah yang tiada tara nanti dikekekalan.
Tetapi Tuhan menghendaki kita memercayai-Nya secara benar sejak sekarang, selagi masih hidup di dunia ini.
Ciri seorang yang menaruh percayanya kepada Tuhan Yesus ia tidak akan takut lagi kehilangan kesenangan-kesenangan hidup secara duniawi bahkan kehilangan nyawa bagi kepentingan pekerjaan Tuhan, ia tidak lagi hidup bagi diri sendiri, sebab filosofi hidupnya adalah "hidup untuk Kristus, mati didalam Kristus adalah keuntungan".
Ketertarikannya terhadap keindahan dunia pasti telah menjadi pudar.
Tidak tertarik terhadap keindahan dunia berarti tidak lagi terikat dengan kekayaaan.
Segala berkat-berkat yang dipercayakan oleh Bapa dikelolanya secara maksimal untuk mengawal pekerjaan dan kepentingan Bapa sampai benar-benar ia dibebas tugaskan oleh Bapa dari segala tugasnya dibumi ini, dipanggil kembali ke rumah Bapa di Sorga guna menerima mahkota abadi dari Bapa, hidup bersama-sama dengan Dia didalam kekekalan sampai selama-lamanya.

1 Yohanes 4:18  Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

Amin.

Senin, 26 September 2016

TETAP BERSUKACITA DI TENGAH KESESAKAN


Roma 12:12  Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Paulus mengajak jemaat untuk tidak menyerah kepada masalah kehidupan, tetapi sentiasa bertekun dan bersikap positif, menjaga suasana hati tetap bersukacita dalam segala hal, bersabar dalam kesesakan, tekun berdoa dan terus menaruh harapan yang pasti kepada Tuhan Yesus.
Orang percaya yang sejati harus memiliki sukacita yang tidak sama dengan anak-anak dunia.
Anak-anak dunia pada umumnya tidak bersukacita dengan masalah-masalah kehidupan yang ia hadapi, orang percaya dipanggil untuk terus bersukacita dalam segala situasi. Inilah yang membedakan.
Persoalannya adalah mungkinkah manusia memiliki sukacita sepanjang waktu hidupnya? Ini sebuah pertanyaan yang penting yang harus kita temukan jawabannya.
Sebelum menjawab persoalan tersebut, terlebih dahulu kita akan bahas: Apa sebenarnya yang dimaksud dengan sukacita itu?
Sukacita sama artinya gembira, bahagia, senang dan bergirang.
Tetapi kata sukacita memiliki kesan lebih kuat untuk menunjukkan suasana hati yang baik atau positif.
Sukacita tidaklah sama dengan tersenyum.
Ada orang tersenyum tetapi tersenyum dalam dukacita.
Sukacita tidak sama dengan tertawa.
Bisa saja seseorang tertawa tetapi hatinya menangis.
Orang gila pun juga bisa tersenyum dan tertawa, tetapi itu bukanlah sukacita. Sukacita hendak menunjukkan suasana hati yang positif, suasana hati yang baik, yang selalu dikuasai iman percaya yang teguh kepada Tuhan Yesus yang memberikan kekuatan dan pengharapan yang baru.

Didalam Habakuk 3:17 menunjukkan di tengah keadaan yang sulit itu ia dapat merasakan sukacita seperti yang disaksikan dalam tulisannya di ayat selanjutnya (18): namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Mengapa Habakuk dapat merasakan sukacita di tengah keadaan yang sukar tersebut? Apa rahasianya?
Jawabannya di Habakuk 3:19: ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Rahasianya adalah: Ia menjadikan Tuhan kekuatannya.
Pemazmur berkata dalam Mazmur 37:4 "dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu".
Maksud ayat ini sama dengan dengan kitab Habakuk 3:17-19 bahwa kalau kita menjadikan Tuhan kekuatan kita maka kita dapat bersukacita.
Kalau selama ini kita berharap merasakan sukacita karena kekuatan di luar Tuhan seperti harta, teman pejabat tinggi, pangkat, fasilitas dunia dan lain-lain, sekarang kita harus menggantungkan sukacita kita kepada Tuhan.
Kita harus berprinsip bahwa di dalam Tuhan kita dapat merasakan sukacita walaupun keadaan serba sulit.
Bertalian dengan hal ini rasul Paulus dalam Filipi 4:4 berkata: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan.
Kata “senantiasa” artinya terus menerus dan dalam segala keadaan.

Dari penjelasan beberapa ayat ini dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa untuk merasakan sukacita, lingkungan kita tidak harus menyenangkan, tidak harus segala sesuatu berlangsung dengan baik dan aman.
Kita diajar Tuhan untuk memiliki sukacita atau suasana hati yang baik walaupun keadaan sekitar kita buruk (keadaan ekonomi, kesehatan, rumah tangga, pekerjaan dan lain-lain).
Suasana hati seorang anak Tuhan yang sejati tidak boleh ditentukan atau diatur oleh keadaan sekitar.
Kalau suasana hati orang percaya diatur atau ditentukan oleh keadaan sekitarnya, maka mereka pasti terjebak oleh situasi dunia sekitarnya.
Dari Habakuk kita memperoleh pelajaran rohani yang mahal.
Kita harus menjadikan Tuhan kekuatan kita artinya percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, terjadi atas kehendak Tuhan atau diijinkan Tuhan, bahkan rambut kepala kita pun terhitung (Matius 10:30), ini menunjukan hidup kita sepenuhnya ada didalam tangan kuasa-Nya.
Oleh sebab itu kita dapat bersyukur dalam segala keadaan sebab tangan Tuhan selalu menyertai, memberikan kekuatan dan energi agar kita selalu dapat bersukacita dalam segala hal.

Menjadikan Tuhan kekuatan artinya percaya bahwa Tuhan pasti memberi kekuatan kepada kita dalam menghadapi persoalan.
Firman-Nya berkata: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Banyak orang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri tanpa melibatkan Tuhan dan tidak berdoa, maka ia tidak menjadi kuat dalam menghadapi berbagai persoalan hidup yang berat.
Persekutuan dengan Tuhan melalui doa adalah persekutuan yang sangat penting harus selalu kita jaga.
Pada waktu berdoa kekuatan dari Tuhan akan mengalir memberikan energi didalam diri kita agar kita dapat menanggung, menghadapi segala tantangan dan persoalan hidup dizaman ini.
Menjadikan Tuhan kekuatan artinya setelah kita melakukan bagian kita, kita percaya bahwa Tuhan pasti menolong pada waktunya.
Kita harus yakin sungguh-sungguh seperti Firman-Nya yang berkata kepada Yosua bahwa Tuhan tidak akan membiarkan dan tidak akan meninggalkannya seperti itu pula janji Tuhan kepada setiap anak-anak-Nya yang menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Tuhan.
(Ulangan 31:6  Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau").
Mari kita terus percaya kepada-Nya dan selalu yakin menaruh pengharapan kepada Tuhan Yesus sebagai kekuatan di hidup kita dalam segala hal dan dalam segala situasi maka dari sanalah kita dapat merasakan sukacita mengalir di tengah kesukaran atau penderitaan maupun suasana kegembiraan didalam hidup kita sebab Dia Allah yang tidak akan membiarkan kita berjalan sendirian dan tidak akan meninggalkan kita walaupun sampai pada kesudahan zaman.

Ibrani 13:5b
Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

Amin.

Minggu, 25 September 2016

HIDUP BAGI KEPENTINGAN TUHAN


Roma 14:7-9
7 Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri.
8 Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.
9 Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.

Percaya kepada Yesus berarti hidup untuk kepentingan-Nya.
Konsekuensi menerima Yesus sebagai Kurios (Tuhan) berarti hidup kita disita untuk mengabdi kepada-Nya.
Kebenaran ini hanya dapat dipahami dan dikenakan untuk orang yang sudah dikuasai kasih Kristus.
Kristus telah mati bagi kita.
Harus disadari sedalam-dalamnya bahwa Kristus mati bukan bagi keuntungan-Nya tetapi demi kita.
Tanpa kematian-Nya, kita dikurung dalam kekuasaan iblis dan digiring ke dalam kegelapan abadi.
Tuhan Yesus datang untuk membebaskan kita. Penebusan itu mengakibatkan kita menjadi milik-Nya.
Pemilikan Tuhan Yesus ini harus disadari supaya kita “tahu diri" dan tidak lagi hidup bagi kepentingan diri sendiri atau bertindak suka-suka sendiri.
Kalau kita tidak menyadari hal ini, sebenarnya kita sedang menolak dimiliki oleh Kristus.
Jadi, kita diselamatkan oleh Tuhan Yesus supaya hidup kita dikuasai menjadi milik Tuhan dan mempersembahkan hidup sepenuh bagi Tuhan.

Dalam Roma 12:1-2 Paulus menjelaskan arti ibadah, yaitu mempersembahkan tubuh sebagai korban yang hidup, kudus dan yang berkenan.
Ini artinya Tuhan menghendaki seluruh wilayah hidup kita harus selalu dapat memuaskan hati-Nya dan irama hidup kita adalah hidup yang selalu memuliakan nama-Nya.
Jadi ketika kita berada di lingkungan keluarga, kita harus tampil sebagai pribadi yang selalu dapat membawa damai sejahtera dan menjadi teladan bagi anggota keluarga.
Di pekerjaan, kita adalah pribadi yang harus dapat tampil sebagai pribadi yang bekerja jujur, maksimal dan bertanggung jawab.
Di tengah-tengah pelayanan, kita harus tampil menjadi pribadi yang selalu siap berkorban waktu, tenaga, pikiran dan dana untuk pekerjaan Tuhan.
Dan ditengah-tengah masyarakat kita tampil sebagai surat Kristus yang terbuka yang selalu menjadi berkat bagi sesama, menampilkan kasih dan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan.
Semua perilaku yang kita tampilkan harus dapat menyenangkan hati Tuhan.
Dengan demikian kita dapat menjadi anak-anak yang selalu hidup berdiri dipihak Tuhan membawa terang Tuhan dimanapun kita melangkah.

Hari-hari ini kita harus kembali mengevaluasi diri kita, apakah diseluruh wilayah hidup kita saat ini sudah sungguh-sungguh dapat mewakili kita layak termasuk manusia yang selalu berdiri di pihak Tuhan atau tidak?
Apakah kita sungguh-sungguh telah mengabdi kepada Tuhan atau tidak?
Menjadi orang percaya/menjadi anak-anak-Nya, kita bukan hanya untuk menerima fasilitas berkat-Nya, tetapi juga dapat menampilkan kehidupan yang selalu mengenakan pribadi Kristus yaitu hidup bagi kepentingan-Nya dan ikut mengambil bagian dalam memikul salib dan menderita untuk Dia (Filipi 1:29) dalam proyek memberitakan Injil, memuridkan jiwa-jiwa menjadi murid Kristus.
Kehidupan seperti itulah yang dikatakan sebagai “berpadanan dengan Injil”(Filipi 1:27).
Injil yang merasuki seseorang akan menjadikan hidupnya dimerdekakan oleh Tuhan.
Injil itu seperti ragi yang dapat mengubah kehidupan seseorang kepada kehidupan yang dikehendaki oleh Tuhan, hidup didalam kebenaran-Nya, menjadikannya pejuang-pejuang Injil, pejuang kebenaran, pejuang bagi Kristus untuk memusnahkan pekerjaan iblis dimuka bumi ini.

Tuhan Yesus berkata: Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan (Matius 12:30).
Hal ini menunjuk merupakan keharusan untuk diri kita hidup melayani Tuhan bagi kepentingan-Nya.
Dalam hal ini orang Kristen yang dewasa berpendirian bahwa ia tidak lagi hidup untuk menuntut Tuhan memberikan hak-haknya tetapi Tuhanlah yang berhak menuntutnya.
Orang Kristen yang dewasa melibatkan dirinya dalam masalah kepentingan Tuhan.
Harus disadari bahwa setiap orang yang telah ditebus, maka hidupnya bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk hidup bagi Dia yang sudah mati bagi dia, yaitu hidup bagi Yesus (2 Korintus 5:15).
Tuhan Yesus menuntut ketegasan kita, kepada siapa kita bersekutu dan untuk siapa kita hidup saat ini. Apakah untuk diri sendiri atau hidup bagi Dia ?
Sebagai umat yang telah dimenangkan oleh Tuhan Yesus saatnya kita berkata dengan serius " hidupku adalah untuk Kristus"
Kita tidak boleh plin-plan, dan berdiri ditengah-tengah karena sangat berbahaya.
Iblis akan selalu berusaha supaya hidup kita kehilangan arah hidup Kekristenan yang benar.
Oleh sebab itu kita harus selalu berjaga-jaga dan selalu memastikan hidup kita adalah bekerja bagi Tuhan, mengabdikan diri kepada-Nya, segenap hati segenap jiwa segenap kekuatan adalah hidup bagi Dia dan hanya untuk Dia.

2 Korintus 5:15  Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Amin.

Sabtu, 24 September 2016

ARTI PENTING BERJALAN SEIRING DENGAN ROH KUDUS


Galatia 5:16-26
16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging — karena keduanya bertentangan — sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.

Tuhan menghendaki agar diri kita menjadi pribadi yang dapat mengendalikan kehendak dalam diri kita, bisa searah, seiring dengan pimpinan Roh-Nya dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Alkitab mengatakan orang yang hidup oleh daging adalah seteru Allah (Roma 8:7)
Dari hal ini bisa dimengerti hidup didalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
Hidup oleh daging artinya segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah dan tidak hidup didalam pimpinan Roh Kudus.
Orang yang hidup oleh Roh Kudus harus menuruti kehendak Roh.
Penurutannya bukan atas dasar keterpaksaan yang mencengkeram diri seseorang dan menghilangkan kebebasannya, tetapi merupakan bagian dari kodrat Ilahi yang harus ia kenakan sebagai bentuk ketaatan, ketertundukan dan penurutannya terhadap kehendak Roh Allah.

Di ayat 25 dikatakan : Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.
Dalam terjemahan King James Version di tulis : If we live in the Spirit, let us also walk in the Spirit (Jika kita hidup oleh Roh, baiklah kita juga berjalan dalam Roh).
Ayat 25 menunjuk agar hidup kita bisa sesuai dengan kehendak-Nya, maka kita harus selalu memastikan dan membawa hidup kita senantiasa taat berjalan didalam Roh atau berjalan seiring seirama dengan Roh Kudus.
Berjalan seirama dengan Roh Kudus adalah suatu proses sinkronisasi atau penyesuaian dimana seperti tentara yang berbaris rapi mengikuti komando, kita belajar untuk berjalan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Roh Kudus.
Belajar mengendalikan kehendak kita sendiri, sehingga selaras dan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan untuk kita kerjakan didalam seluruh wilayah hidup kita.
Memang hal Ini tidak mudah untuk dilakukan, perlu waktu yang panjang untuk terus kita belajar menuruti perintah Roh Kudus dan hal ini membutuhkan keaktifan kita untuk menyangkal diri terus-menerus bahwa hidup kita bukan milik kita sendiri namun hidup kita sesungguhnya sudah dibeli oleh Tuhan Yesus menjadi milik-Nya ( 1 Korintus 6:19-20
19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!)

Pembiasaan diri berjalan menurut kehendak Roh Kudus melalui penyangkalan diri terus-menerus akan membuahkan buah Roh (ayat 22).
Paulus mengajarkan bahwa orang percaya memiliki dua pilihan, yaitu apakah ia memilih menghasilkan buah Roh (kepribadian yang serupa dengan Kristus) atau buah daging (keinginan-keinginan daging/tindakan suka-suka sendiri tanpa pimpinan Roh Kudus).
Setiap hari kita akan diperhadapkan apakah kita mau menuruti kehendak Roh Kudus atau kehendak daging kita.
Semakin kita memberi diri dipimpin oleh Roh Tuhan, semakin pekalah kita terhadap kehendak Tuhan untuk kita lakukan. Dengan cara hidup demikian ini kita akan sungguh-sungguh dapat memuaskan hati Tuhan. Oleh sebab itu, hendaknya kita terus berjuang untuk bertekun menjadi orang yang selalu dapat berjalan seiring dan seirama dengan Roh Kudus.

Orang yang sungguh-sungguh berjalan seiring dengan Roh Kudus akan ditandai dengan ciri-ciri orang yang selalu haus dan lapar menggali kebenaran Firman Tuhan setiap hari guna menemukan kehendak Tuhan untuk dikenakan didalam hidupnya. Hidupnya semakin menjadi berkat bagi orang lain artinya semakin jarang tindakannya yang melukai sesama baik dengan perkataan maupun sikapnya. Hatinya akan semakin mengasihi Tuhan, dan menjadi gembira melihat sesamanya bertumbuh imannya didalam Tuhan.
Orang-orang seperti ini hatinya tidak akan mudah bengkok dan ia akan selalu peka jika terjadi ketidakakuratan didalam sikap hatinya (ayat 26).
Orang-orang yang selalu rindu dipimpin oleh Roh Kudus akan berusaha menemukan tempatnya untuk dapat mengabdi kepada Tuhan.
Pembelaannya untuk pekerjaan Tuhan pasti luar biasa tanpa batas mencakup diseluruh wilayah hidupnya baik di keluarga, di pekerjaan, di pelayanan dan tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Ia akan menghasilkan kualitas hidup orang yang unggul dan dapat menjadi berkat yang dampaknya bisa dirasakan oleh orang di sekitarnya.
Orang-orang seperti ini akan memiliki kepribadian yang sangat kuat memegang nilai kekudusan diri dihadapan Tuhan setiap waktu dimulai dari sikap hati, perkataan, tindakan semuanya memberi pengaruh perubahan yang sangat positif bagi kehidupan orang lain maupun diri sendiri sehingga hidupnya semakin hari semakin dibawa melekat dan menjadi satu roh dengan Tuhan.

Roma 8:7-8
7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

Amin.

Jumat, 23 September 2016

TUHAN TIDAK MENGHENDAKI KEGAGALAN


1 Korintus 10:3-6
3 Mereka semua makan makanan rohani yang sama
4 dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
5 Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.
6 Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,

Sesudah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, Tuhan sendiri memimpin mereka dan melindungi dengan awan dan membuat mereka menyeberangi laut.
Tuhan memelihara mereka, memberi manna dan air dari batu karang.
Umat Israel yang telah dilimpahi begitu banyak karunia itu ternyata sebagian besar tewas dihukum Tuhan.
Penyembahan berhala, persungutan dan penolakan hidup dalam pimpinan, tuntunan Tuhan adalah bukti bahwa mereka tidak beriman.
Kisah buruk bangsa Israel harus menjadi pelajaran bagi orang percaya.
Kegagalan sebagian bangsa Israel mencapai tanah Kanaan bukan karena kesalahan Tuhan, juga bukan karena memang sebagian dari antara mereka ditentukan Tuhan untuk gagal mencapai tanah Kanaan.
Tuhan tidak memiliki rancangan kejahatan sama sekali.
Ia tidak pernah mengupayakan kecelakaan bagi umat pilihan-Nya.
Sebab rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11).
Kalau ternyata pada akhirnya ada sebagian bangsa Israel yang gagal mencapai tanah Kanaan.
Hal itu disebabkan keputusan dan pilihan mereka sendiri.
Dalam hal ini, ternyata secara individu bangsa Israel dapat memilih taat atau menolak tuntunan Tuhan.

Suatu kepastian bahwa Tuhan memilih bangsa Israel agar dapat keluar dari Mesir untuk ditempatkan di Kanaan, tanah Perjanjian, suatu negeri yang berlimpah dengan susu dan madunya tetapi ternyata sebagian besar mereka mati di padang gurun.
Apakah kegagalan tersebut disebabkan oleh pihak Tuhan (karena Tuhan tidak sanggup memindahkan bangsa itu ke Mesir) atau karena bangsa Israel sendiri yang keras kepala?
Dalam Ibrani 3:7-11 dikemukakan bahwa bangsa Israel mengeraskan hati tidak mau taat kepada Allah, walaupun selama 40 tahun mereka telah melihat perbuatan-perbuatan ajaib dan luar biasa dari Tuhan dan Tuhan dengan sangat penuh perhatian telah menuntun mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa kegagalan mereka sampai tanah Kanaan disebabkan karena mereka keras kepala, tidak mengenal jalan Tuhan dan tidak tunduk kepada Tuhan (tidak hidup dalam pemerintahan Allah dan hidup sesuai kehendak diri sendiri).

Berkenaan dengan hal ini Tuhan berfirman bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini (1 Korintus 10:11).
Dalam hal ini jelas sekali, Firman Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan bangsa Israel tersebut, khususnya kegagalan sebagian bangsa Israel sampai tanah Kanaan menjadi gambaran kehidupan orang percaya dalam mencapai Kerajaan Sorga.
Dalam Matius 7:21 Tuhan memperlihatkan fakta adanya orang-orang percaya yang ditolak karena tidak hidup dalam kehendak Bapa di Sorga.
Kalau ada sebagaian orang Kristen keras kepala dan tidak tunduk kepada kehendak Tuhan seperti bangsa Israel, maka Tuhan tidak akan mengijinkan mereka untuk masuk Kerajaan Sorga.
Dalam hal ini kehidupan bangsa Israel bisa menjadi gambaran kehidupan orang percaya.
Menatap sejarah perjalanan bangsa Israel di padang gurun, kita dapat melihat perjalanan hidup kita hari ini.
Mari kita renungkan sejenak, apakah kehidupan Kekristenan yang kita jalani sekarang sudah cukup mewakili kita sudah ada didalam penurutan segala kehendak Bapa di Sorga?.
Mari perhatikan sikap hati kita terhadap sesama apakah sudah tulus mengasihi?.
Adakah batiniah kita masih menyimpan amarah, dendam, kepahitan, kesombongan, iri hati dan lain sebagainya?.
Apakah sikap hidup kita setiap menit, jam, hari sudah dapat memuaskan hati Tuhan?
Apakah setiap saat kita taat mengambil bagian didalam kekudusan-Nya?
Banyak hal yang harus kita benahi didalam kehidupan kita agar kita menjadi anak-anak yang dapat memuaskan hati-Nya.
Olehnya hidup kita tidak boleh lepas dari Injil dan pimpinan Roh Kudus agar senantiasa kita dituntun Tuhan untuk selalu ada didalam segala jalan kebenaran dan penurutan segala kehendak-Nya.
Tanah Kanaan adalah gambaran dari Kerajaan Bapa di Sorga dimana orang percaya dipanggil untuk menjadikan Kerajaan Bapa sebagai pelabuhan akhir.
Gambaran ini sangat fair dan logis.
Itulah sebabnya sejarah perjalanan bangsa Israel di padang gurun dijadikan gambaran kehidupan orang percaya.

Demikian pula dalam kehidupan manusia pada umumnya, apakah seseorang pada akhirnya sampai ke Kerajaan Bapa, di langit baru dan bumi yang baru atau tidak, bukanlah semuanya ditentukan oleh Tuhan tetapi Tuhan juga ingin melihat pilihan dan keputusan dan respon manusia itu sendiri.
Firman Tuhan jelas sekali berkata bahwa Ia tidak menghendaki seorang pun binasa.
Ia menginginkan semua orang berbalik dan bertobat dan menggelar hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya, hidup didalam pemerintahan Allah (hidup bagi kepentingan Tuhan dan tidak lagi hidup untuk diri sendiri [2 Korintus 5:15]).
Tetapi kalau manusianya menolak bertobat, dan masih memiliki kerajaaannya sendiri, maka sebenarnya Tuhan pun tidak akan memaksa seseorang untuk berbalik dan bertobat kepada-Nya.
Tuhan menginginkan kerelaan yang bulat dan utuh dari dalam diri manusia dengan kesadaran rohnya mau hidup didalam kehendak-Nya.
Perlu menjadi cacatan penting disini, Tuhan tidak pernah menghendaki kegagalan dalam hidup orang percaya.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus dalam pernyataan-Nya di kitab Wahyu, kepada setiap jemaat yang menerima surat, Ia menghendaki mereka menang (Wahyu 2:7,11,17, 24, 26 ; 3:5,12,21).
Kemenangan ini adalah perjuangan yang harus dilakukan dengan mengerahkan segenap hati, kekuatan dan akal budi.
Hal ini sekaligus menunjukkan kecintaannya kepada Tuhan.
Jadi, Tuhan tidak pernah menghendaki seorang pun binasa, tetapi menghendaki orang percaya mengalami kemenangan secara terus-menerus didalam hidupnya, menjadi setia sampai akhir dan tidak mengalami kegagalan untuk sampai pada Kanaan Sorgawi didalam kekekalan kerajaan Bapa di Sorga.

2 Petrus 3:9  Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

Amin.

Kamis, 22 September 2016

HIDUP DI DALAM KAWASAN YANG BARU


2 Korintus 3:17  Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

Dalam ayat ini Paulus hendak menjelaskan bahwa hanya jika terang kemuliaan Kristus bersinar atas diri seseorang artinya hidupnya selalu ada didalam ketaatan dalam pimpinan Roh Kudus, barulah ia memiliki pengertian akan pernyataan Tuhan, mengerti kebenaran untuk dilakukan dan hidupnya dimerdekakan oleh kebenaran-Nya.
Hal ini bisa terjadi ketika orang mau meresponi panggilan Tuhan untuk hidup dalam ketaatan penuh dalam pimpinan Roh Kudus setiap saat dan menyambut anugerah Kristus (2 Korintus 3:16).
Pada saat itulah Tuhan menyingkapkan selubung yang telah lama menutupi hatinya sehingga penglihatan rohaninya tidak terhalang lagi mengerti kebenaran Allah secara lengkap.
Maka pada saat itu orang akan memahami bahwa anugerah Tuhan Yesus sangat mahal dan didalam ada kemerdekaan yang sejati.
Kemerdekaan ini bukan hanya meliputi kemerdekaan dibebaskan dari dosa, tetapi yang paling penting adalah ia dimerdekakan dari cara hidup manusia lama yaitu cara hidup manusia daging yang sia-sia yang telah ia warisi dalam cara hidup nenek moyang.
Dalam hal ini dalam hidupnya harus terus berusaha memancarkan kehidupan karakter manusia baru yang dibentuk oleh Tuhan melalui pimpinan Roh Kudus.
Kemuliaan ini tidak boleh memudar sampai kapanpun tetapi harus terus mentransformasi hidup hingga makin lama makin menyerupai Kristus.
Inilah kehidupan kawasan baru bagi setiap hidup orang percaya.
Seperti seorang wanita yang ingin kelihatan wajahnya selalu tampil cantik, ia akan berusaha untuk merawat wajahnya dengan seksama dengan berbagai perawatan-perawatan yang menyehatkan. Dalam hal ini sama seperti kehidupan rohani kita harus terus dijaga, dirawat dan mengisinya dengan kebenaran Injil setiap hari dan hidup didalam pimpinan Roh Kudus, setiap saat ada didalam segala penurutan terhadap kehendak-Nya.

Tuhan berkenan ditemui dan dialami setiap saat agar umat belajar dari Tuhan mengenai kesucian hidup seperti kesucian-Nya dan memahami dimensi kekekalan, yang untuk itu umat pilihan diselamatkan. Dalam hal ini setiap anak-anak Allah harus berjuang untuk sungguh-sungguh dapat menemukan dan mengalami Tuhan setiap hari. Allah menyediakan berkat yang tidak ternilai setiap hari bagi kita dalam pergaulan dengan Dia setiap hari, bahkan setiap saat. Hal tersebut harus dipandang utama, sebab memang untuk itu kita sebagai umat pilihan diperkenan hidup. Inilah kehidupan yang bermutu atau hidup kekal itu.
Orang yang menjatuhkan pilihannya kepada Tuhan, berarti mengasihi Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang akan menerima anugerah keselamatan dari Tuhan setiap hari, yaitu diprosesnya secara maksimal untuk dikembalikan ke rancangan semula Allah melalui segala peristiwa kehidupan.
Walaupun seseorang belum membuat pilihan yang sepantasnya, yaitu belum memilih Tuhan sebagai satu-satunya pilihan tetapi masih mendua hati, tetapi Tuhan masih berkenan menuntunnya agar bertumbuh sehingga dapat membuat pilihan yang benar.
Orang mendua hati artinya : ia lebih tertarik dunia ini dengan segala kesenangannya, tenggelam menghabiskan banyak waktu di kegiatan-kegiatan yang bukan hasil dari pimpinan/tuntunan Tuhan.
Menurut Alkitab mereka seperti Esau yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan (Ibrani 12:16-17). Cabul di sini menunjuk percabulan rohani yaitu kenikmatan hidup yang dibangun dari kekayaan dunia dan segala kehormatan manusia. Ketika seseorang lebih tertarik sesuatu atau seseorang lebih dari ketertarikannya kepada Tuhan berarti ini merupakan suatu perselingkuhan.

Seperti Abraham yang rela tanpa syarat tunduk penuh kepada tuntunan Tuhan dimana ia rela meninggalkan negeri Ur-kasdim, tidak memiliki kenyamanan hidup di negeri asalnya itu dan rela kehilangan segala sesuatu, seharusnya kita juga memiliki kehidupan seperti itu.
Jika kita memperhatikan kehidupan Abraham dengan teliti, maka kita temukan kehidupan Abraham tidak ada duniawinya sama sekali, dalam kehidupan Abraham ia rela anaknya Ishak dipersembahkan untuk Tuhan ketika Tuhan memintanya demi pembuktian ketaatannya dihadapan Tuhan.
Ia pun rela berbagi tempat dengan keponakannya Lot dan memberikan Lot pilihan terlebih dahulu untuk memilih tempat yang terbaik untuk Lot tinggal menetap, lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar.
Bagi Abraham dimanapun ia melangkah ia tahu Allah akan menyertainya, dalam hidupnya ia hanya berpegang kepada janji Allah, percaya kepada Allah sepenuhnya dan hidup taat dihadapan-Nya.
Itulah kehidupan iman yang harus menjadi pola iman kita.
Kehidupan Abraham menjadi inspirasi kehidupan kita dan harus terperagakan dalam kehidupan kita.
Seperti Adam dan Hawa yang gagal hidup dalam memberi diri taat hidup dalam tuntunan Tuhan, mengakibatkan ia kehilangan kuasa untuk mengelola taman Eden yang telah dipercayakan oleh Tuhan, hubungan antara Sorga dan Bumi menjadi terputus.
Namun dalam kasih dan kesabaran-Nya Tuhan tetap mengasihi manusia dan Tuhan memutuskan untuk turun sendiri kedalam dunia untuk menebus kesalahan dosa-dosa yang telah diperbuat manusia agar bisa kembali conecting dengan Kerajaan Bapa di Sorga dan manusia kembali diberi kesempatan hidup didalam pimpinan Roh-Nya.

Olehnya sebagai orang-orang yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus harus memberi diri masuk dalam didikan-Nya guna dibentuk menjadi pribadi yang taat menggelar kehidupan yang selalu ada didalam pimpinan dan kehendak-Nya setiap saat.
Dunia ini merupakan sekolah kehidupan yang sangat luar biasa bagi hidup orang percaya, sebab Tuhan sendiri yang berkenan menjadi gurunya.
Inilah sebenarnya inti dari kasih karunia yang Tuhan berikan, yaitu Tuhan memberi kuasa sebagai anak-anak Allah (Yohanes 1:12).
Kuasa di sini adalah exousia, yang artinya hak istimewa.
Exousia meliputi penebusan darah Tuhan Yesus, materai Roh Kudus, diberi Injil dan juga kehadiran dan didikan Tuhan setiap hari melalui segala peristiwa (Roma 8:28).
Tuhan melalui Roh Kudus yang dapat menuntun umat pilihan untuk bisa mencapai prestasi-prestasi rohani (kesucian dan kesempurnaan) yang setinggi-tingginya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Hal ini dipandang proses penting bagi Tuhan sebab orang percaya yang telah ditebus-Nya harus masuk kedalam perlombaan berjuang mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar dan harus keluar dari keadaannya yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan kepada sikap hidup yang berkenan kepada Tuhan.
Inilah sesungguhnya sekolah kehidupan dari Tuhan yang hanya diperoleh oleh umat pilihan yang dirancang untuk menjadi segambar dengan Allah, menemukan kemuliaan Allah yang hilang agar hidup dalam kawasan yang baru yaitu hidup didalam penurutan terhadap pimpinan dan kehendak Allah dengan taat dan dapat menularkan kehidupannya kepada orang-orang yang belum mengenal jalan kebenaran-Nya.

1 Petrus 3:4  tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Amin.

Rabu, 21 September 2016

BEKERJA UNTUK MAKANAN YANG TIDAK DAPAT BINASA


Yohanes 6:27  Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

Ketika seseorang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, maka kehidupannya, termasuk segala miliknya, disita oleh suatu Kerajaan (2 Korintus 5:15).
Kerajaan itu adalah Kerajaan Allah.
Kalau seluruh hidupnya disita, itu berarti di bumi ini ia hanya sebagai orang yang menumpang (1 Petrus 1:17) yang diberikan tugas kehidupan melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, artinya ia tidak lagi memiliki kepentingan yang lainnya selain mengabdikan diri kepada kerajaan Tuhan Yesus dengan tanpa batas.
Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam pemerintahan Allah dan bukan hidup dalam pemerintahan diri sendiri (bertindak suka-suka sendiri tanpa pimpinan Roh Allah).
Pemerintahan Allah adalah kehidupan yang diatur dan dikendalikan oleh Tuhan. Ini adalah kehidupan yang diarahkan untuk mewarisi Kerajaan Sorga. Kenyamanan hidup duniawi tidak lagi menjadi tujuan.
Sebab kerajaan Tuhan Yesus bukanlah dibumi ini.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan dalam Yohanes 18:36 Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
Kepada murid-murid-Nya Tuhan Yesus berkata : "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu".
"Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu".
Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17).

Pada mulanya murid-murid Tuhan Yesus mengikut Tuhan Yesus sebab mereka menginginkan kebersamaan dengan Tuhan Yesus dalam kelimpahan duniawi dan kehormatan dari manusia salah satunya Yudas iskariot.
Murid-murid Tuhan Yesus, seperti kebanyakan orang Yahudi, berharap suatu hari Tuhan Yesus akan menjadi seorang penguasa seperti raja Herodes atau kaisar di Roma, sehingga mereka dapat memiliki kemuliaan di bumi ini seperti yang dirindukan oleh manusia pada umumnya. Ternyata setelah murid-murid mengikut Tuhan Yesus justru mengalami keadaan yang sebaliknya.
Mereka bukan hanya kehilangan segala sesuatu yang mereka harus tinggalkan, bahkan mereka juga teraniaya.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan kalau seseorang mau mengikut Tuhan Yesus, ia harus melepaskan segala sesuatu (Lukas 14:33).
Dengan melepaskan segala sesuatu, seseorang barulah memperoleh Kristus (Filipi 3:7-9).

Dalam hal tersebut bisa dimengerti kalau Firman Tuhan mengatakan bahwa kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus, yaitu walaupun Ia adalah pemilik segala sesuatu tetapi Ia mengosongkan diri.
Mengosongkan diri maksudnya adalah melepaskan semua hak-Nya sebagai Allah selama mengenakan tubuh manusia.
Orang percaya pun dipanggil Tuhan untuk melepaskan segala miliknya (Lukas 14:33) kemudian mengikut Tuhan menjadi murid-Nya untuk menyelesaikan tugas kehidupan yang di percayakan-Nya.
Alkitab mengatakan Tuhan Yesus menjadi yang sulung diantara kita semuanya guna untuk meneladani-Nya
Orang percaya harus melepaskan segala sesuatu, barulah memperoleh kemuliaan bersama Tuhan.
Sebelum memperoleh itu, orang percaya harus melanjutkan karya keselamatan yang telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus di kayu salib agar diberitakan sampai ke ujung bumi.

Sekarang Tuhan Yesus telah naik ke sorga, dan tugas penyelamatan diserahkan kepada orang percaya.
Tugas penyelamatan tersebut dapat dikerjakan hanya oleh mereka yang meneladani hidup-Nya.
Pertama, harus belajar bagaimana tidak lagi terikat dengan percintaan dunia dan keinginan-keinginan dosa di dalam diri kita, supaya bisa belajar untuk memiliki karakter Tuhan Yesus.
Hal ini sangat tegas dikatakan oleh Rasul Yohanes dalam suratnya di 1 Yohanes 2:15-16
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Kedua, mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan, yaitu bagaimana membawa orang lain bisa mengikuti jejak Tuhan Yesus sehingga menjadikannya sebagai jalan dan tujuan hidup satu-satunya yang permanen.
Ini adalah proyek mencetak manusia memiliki karakter seperti Tuhan Yesus (Roma 8:28-29).

Sebagai jemaat Tuhan yang sedang mengemban tugas menyelesaikan tugas Bapa dibumi ini, kita tidak boleh menjadikan harta kekayaan dunia menjadi tujuan hidup bagi kepuasan diri.
Apalagi mengahabiskan banyak waktu tenggelam dengan segala hiburan dunia ini.
Hendaknya masing-masing kita meresponi panggilan Tuhan Yesus yang mengajak kita semua bekerja, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.

Kehidupan seorang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus harus selalu dalam perjuangan kehidupan yang setia bertekun melakukan kehendak Bapa dan memenuhi rencana-Nya.
Untuk ini orang percaya, selain berusaha untuk hidup berkenan kepada Tuhan, juga harus mengusahakan agar tidak seorang pun binasa.
Tidak binasa artinya bisa diperkenan masuk dunia yang akan datang menjadi mempelai Tuhan Yesus, yaitu orang-orang yang dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kekekalan sampai selama-lamanya.

1 Petrus 2:21  Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Amin.

MENGOSONGKAN DIRI


Filipi 2:5-8
5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Seorang yang mengikut Tuhan Yesus harus berani menanggalkan harga diri yang berhubungan untuk nilai diri.
Hal ini bukan berarti seseorang menjadi ceroboh, sehingga orang tidak menghargai hidupnya sendiri.
Harga diri untuk nilai diri yang dimaksud sini artinya keinginan untuk diberi nilai tinggi oleh manusia lainnya akan kelebihan-kelebihan yang ada didalam dirinya.
Nilai harga diri seseorang bisa ditentukan oleh bermacam-macam ukuran sesuai dengan filosofi hidup seseorang.
Ada yang ingin orang lain menilai dirinya dengan materi atau kekayaan yang telah dicapainya, yang lainnya ingin dinilai dengan pencapaian pendidikannya, ada yang ingin dinilai dari pangkatnya dan ada yang meminta dinilai dari dengan “keakuan” (aku adalah aku), aku terhormat, aku lebih berpengalaman, aku harus dihargai.
Orang-orang seperti ini akan mudah terluka kalau direndahkan oleh siapa pun. Mereka biasanya sudah mematok harga dan menuntut untuk dihargai orang lain.
Sebagai anak Tuhan, kita harus bersikap dengan benar ketika kita dianggap berharga di mata manusia lainnya demi kepentingan pekerjaan Tuhan dan kemuliaan nama-Nya yaitu dengan terus memiliki sikap hati tidak menuntut penghargaan orang atas diri kita demi kepuasaan diri kita sendiri.
Bila Tuhan Yesus menjadi Tuhan atas kita maka demi kepentingan Tuhan, kita harus rela melepaskan segala rupa keinginan perasaan untuk dimanjakan dengan sanjungan dari manusia lain demi kepuasan diri, dengan demikian setiap langkah kita adalah usaha untuk mempermuliakan nama-Nya.

Harga diri bertalian dengan perasaan, sebab ketika nilai yang diberikan orang kepada dirinya tidak seperti yang diharapkan, maka ia tersinggung atau terluka karena merasa direndahkan.
Harga diri inilah yang membuat seseorang menuntut orang lain untuk memperlakukan dirinya sedemikian rupa sesuai dengan keinginannya.
Kita harus sadar bahwa tatkala kita bertobat maka Tuhan telah menebus kita dalam segala hal.
Oleh sebab itu kita tidak boleh menghargai diri kita secara berlebihan, sehingga kita lupa bahwa kita bukan milik kita sendiri.
Kita adalah milik Tuhan. Keberadaan kita semata-mata untuk kemuliaan dan keagungan nama Tuhan, bukan diri kita sendiri.
Jadi segala sesuatu yang kita lakukan untuk membuat diri kita berharga semata-mata demi kepentingan Tuhan, bukan diri sendiri.
Kita harus memiliki sikap hati yang sama seperti Tuhan Yesus yang dengan kerelaan dan kerendahan hati-Nya, mengosongkan diri yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Hal ini menunjuk kita tidak boleh mencari hormat bagi diri sendiri, biarlah setiap tindakan yang kita lakukan semuanya itu kita tujukan hanya untuk kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus.

Jika dalam keluarga, pergaulan dan pelayanan seseorang memasang tarif harga diri, pada prinsipnya itu adalah “kesombongan”.
Dalam kehidupan sering hal ini menjadi awal sebuah bencana.
Banyak orang yang memanjakan perasaannya sehingga ia mengorbankan kepentingan yang besar.
Hal ini terjadi sebab pribadi orang tersebut tidak matang, perasaannya masih bisa sakit, dan belum sehat.
Dalam hal ini kita harus mengerti bahwa penyaliban diri, bukan hanya menyangkut keinginan-keinginan yang bertentangan dengan Firman Tuhan, tetapi juga perasaan agar dihargai untuk nilai diri. Kita tidak boleh memanjakan perasaan demi kepuasan diri.
Bila Tuhan Yesus menjadi Tuhan juga atas kita, maka demi kepentingan Tuhan, kita rela tidak berambisi mengejar sesuatu untuk nilai diri yang tujuannya mendapat pujian dari manusia lainnya.

Dalam Filipi 2:1-3 Paulus memberi nasehatnya yang tertulis: (Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga)
Dengan demikian dapat dimengerti, bahwa panggilan untuk meneladani Kristus bertalian dengan hidup bersama-sama dengan orang lain dan menganggap bahwa yang lain lebih utama dari dirinya sendiri.
Kita mengutamakan orang lain demi kepentingan Tuhan, bukan demi kepentingan siapa pun dan apa pun.
Hal ini dimaksudkan bahwa meneladani gaya hidup Kristus bertujuan agar kita menjadi berkat bagi orang lain, di mana pun kita berada mendatangkan keuntungan bagi orang lain dalam bingkai pelayanan pekerjaan Tuhan sehingga nama Tuhan Yesus selalu dipermuliakan.

Dalam surat lainnya Paulus menasehati kita agar tidak menjadi pribadi yang mudah cemburu melihat kemajuan orang lain atau memegahkan diri sendiri dan menjadi sombong, tetapi yang benar adalah ia malah harus bersuka cita karena kebenaran Tuhan :
1 Korintus 13:4-7
4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran.
7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Hendaknya rumah, mobil, perhiasan, pangkat, gelar, kehormatan manusia dan lain sebagainya bukan ajang kita berlomba-lomba untuk menaikan bandrol harga diri kita.
Sebagai umat Tuhan, sesuatu yang bernilai tinggi dan dapat memberi kebahagiaan tentu saja bukan perkara-perkara duniawi tetapi sesuatu yang bernilai tinggi dan dapat memberi kebahagiaan adalah melakukan kehendak atau keinginan Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Inilah prinsip hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus (Yohanes 4:34).
Itulah sebabnya dengan tegas Tuhan Yesus menolak memiliki dan menikmati keindahan dunia yang sama artinya dengan menerima bujukan menyembah Iblis (Matius 4:8-10).
Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita harus menyembah Tuhan Allah dan hanya kepada Dia saja kita berbakti.
Kata menyembah dalam teks aslinya adalah proskuneo artinya memberi nilai tinggi.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa yang bernilai tinggi adalah Allah. Selama seseorang masih memberi nilai tinggi kepada segala sesuatu selain daripada Tuhan maka hal ini sudah membuat dirinya sebagai penyembah-penyembah ilah lain di zaman ini.
Kebahagiaan yang dibangun dari sesuatu, baik uang, kehormatan dan lain sebagainya adalah hal yang harus menjadi perhatian kita agar kita tidak di belenggu, yang akhirnya tidak bisa dilepaskan.

Sebagai umat pemenang yang telah dimenangkan oleh Tuhan Yesus dari belenggu kuasa kegelapan, sesuatu yang bernilai tinggi dan dapat memberi sukacita, kebahagiaan dalam hidup kita hendaknya adalah melakukan kehendak atau keinginan Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Roma 11:36  Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Amin

Senin, 19 September 2016

HARUS SEMPURNA SAMA SEPERTI BAPA ADALAH SEMPURNA


Matius 5:48  Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Orang-orang yang tidak mengenal Injil dengan benar maka akan menyebabkan ia tidak bertumbuh secara benar.
Kehidupan umat Perjanjian Lama hanya berkesempatan memilih satu dari dua opsi, yaitu menjadi baik(taat kepada taurat) atau jahat (meninggalkan taurat).
Tetapi untuk umat Perjanjian Baru atau orang Kristen memiliki tiga pilihan :
pertama, menjadi sempurna seperti Bapa (Matius 5:48), belajar memiliki pikiran dan perasaan Kristus atau memiliki kesalehan seperti Tuhan Yesus.
Kedua, cukup menjadi baik saja dengan standar agama pada umumnya yang kebaikan moralnya dilandaskan pada hukum (Ibrani 7:19).
Ketiga menjadi jahat (Matius 7:21) (tidak taat, meleset dari kehendak Tuhan).
Harus ditegaskan bahwa menjadi orang Kristen berarti harus menjadi saleh seperti Tuhan Yesus.
Orientasi hidupnya hanyalah menjadi sempurna seperti Bapa dan taat melakukan kehendak-Nya.

Pandangan bahwa manusia tidak bisa sempurna seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kita harus sempurna sama seperti Bapa di sorga adalah sempurna, membuat kehidupan kekudusan dan kesalehan Kekristenan seseorang tidak bertumbuh secana normal seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.
Hal ini juga membuat mereka tidak memiliki usaha untuk menjadi sempurna dengan benar.
Pikiran seperti itu adalah “mental block” yang membuat seseorang menjadi tidak memiliki gairah yang proporsional untuk menjadi orang saleh Tuhan.
Karena dangkalnya pemahaman keselamatan oleh Anugrah-Nya, sehingga mereka berpikir menjadi orang baik saja sudah cukup dan yang penting mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan maka ia tetap ada dalam keselamatan-Nya.
Dengan masih memegang pandangan seperti ini maka sebenarnya mereka menjauhkan dari standar Kekristenan yang dikehendaki oleh Tuhan.

Kalau Tuhan berkata bahwa kita harus sempurna seperti Bapa di sorga (Matius 5:48) atau menjadi serupa dengan Tuhan Yesus (Roma 8:28-29), tentu ini bukan hanya kalimat yang menghiasi lembar Alkitab.
Orang percaya harus menerimanya dengan percaya dan tidak memandang Tuhan berdusta atas apa yang difirmankan-Nya.
Sempurna yang dimaksud oleh Tuhan Yesus harus dipahami dengan benar.
Kata sempurna dalam teks aslinya adalah teleios.
Kata teleios memiliki beberapa pengertian antara lain: (dibawa ke akhir atau ujungnya, tidak mengingini apa pun yang diperlukan untuk kelengkapan, mewujudkan integritas dan kebajikan manusia, bertumbuh secara penuh, dewasa, matang).
Kesempurnaan itu sendiri adalah hal mutlak dan absolut harus kita kejar untuk kita kenakan, ukurannya adalah Tuhan Yesus sendiri.
Kesempurnaan manusia memang tidak mungkin bisa menyamai kesempurnaan Tuhan sebab siapakah kita sehingga ingin menyamai Tuhan.
Yang dimaksud oleh Tuhan Yesus kita harus sempurna disini adalah masing-masing kita memiliki ukuran kesempurnaan yang telah ditetapkan Tuhan untuk dikenakan, artinya tuntutan yang diberikan kepada kita masing-masing individu berbeda-beda sesuai dengan ukuran segenap kemampuannya memberikan yang terbaik untuk Tuhan, dalam hal ini yang diberi banyak dituntut banyak, yang diberi sedikit dituntut sedikit pula (Lukas 12:48).
Masing-masing harus memberi penyembahan hidup dan pengabdian yang terbaik secara menyeluruh dan all out untuk terus mengenakan kebenaran-Nya, memuaskan hati Tuhan dengan tanpa batas dan tanpa ada yang disisakan untuk kesenangan diri dan kepuasan daging.

Kalau dikatakan bahwa kita harus sempurna seperti Bapa, bisa berarti bahwa perilaku kita sebagai anak-anak Allah harus melebihi ukuran kebaikan manusia dunia pada umumnya.
Itulah sebabnya dalam Matius 5 Tuhan Yesus membuat perbandingan antara hukum taurat/hukum yang diberlakukan kepada manusia pada umumnya dan hukum yang diberlakukan bagi anak-anak Allah.
Salah satunya dalam Matius 5:20 dikatakan : "Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga".
Hal ini menunjuk orang percaya harus memiliki standar kesalehan lebih tinggi dari hanya sekedar menjalankan hukum agama saja atau yang kita sebut hanya bisa menjadi orang baik saja.
Yang dimaksud hidup keagamaan kita harus lebih benar dari ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi artinya menunjuk kesejajaran dengan perintah Tuhan Yesus agar hidup kita haruslah sempurna seperti Bapa di Sorga dimana semua tindakan kita, baik yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan, harus selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan dan tidak ada celah untuk berbuat dosa kesalahan dari sikap hati maupun sikap perilaku hidupnya.

Kalau segala sesuatu yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan berarti orang tersebut sudah memulai kehidupan yang mengenakan kodrat Ilahi yang memang hal itu sudah dipersiapkan dan disediakan Tuhan untuk diraih guna membunuh manusia lama yang berkodrat manusia daging.
Ini berarti telah terjadi perubahan, dari hukum dosa (kecenderungan manusia berbuat salah atau sesuai dengan keinginannya sendiri) menjadi manusia yang dalam segala tindakannya selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Untuk menjadi sempurna harus diusahakan dengan sangat serius oleh orang percaya sebab hal ini akan menutup ruang gerak dan peluang iblis untuk kembali menyesatkan pikiran dan perilaku yang bertentangan dengan kekudusan, kebenaran dan kehendak Allah.
Kesempatan belajar meraih kesempurnaan yang Tuhan sediakan adalah anugrah-Nya yang tersedia setiap hari untuk diraih menjadi milik kita.
Dengan intensifnya Roh Kudus menuntun kita kepada segala kebenaran-Nya agar kita memiliki kesalehan yang berstandar Tuhan Yesus; artinya seperti kesalehan yang telah dikenakan-Nya.
Setiap hari, ketika kita mulai membuka mata pada pagi hari, hendaknya kita menetapkan hati untuk berubah dan lebih peka mengerti kehendak Tuhan, berpikir dan berperasaan seperti Kristus (Filipi 2:4-7), yaitu bertumbuh menjadi orang saleh, berusaha untuk hidup tidak bercacat dan tidak bernoda dari menit pertama bangun dipagi hari sampai pada rebah kembali tubuh ditempat tidur.
Perlu kita sadari kesempatan untuk berubah memiliki waktu yang terbatas, olehnya waktu yang Tuhan berikan untuk kita belajar menjadi manusia yang dikehendaki-Nya adalah anugerah yang sangat mahal dan tidak boleh kita sia-siakan.

Menuju perubahan-perubahan hidup seperti yang Tuhan Yesus kehendaki harus selalu diperjuangkan dengan membangun suatu kepekaan belajar Injil setiap hari, selalu rindu datang kepada Tuhan duduk diam dibawah kaki-Nya guna mendengar suara-Nya, menangkap tegoran-tegoran-Nya dan semua nasihat serta tuntunan-Nya.
Proses inilah yang akan membawanya kepada kepekaan mengenakan kehidupan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Sehingga seseorang benar-benar mengerti apa yang diingini oleh Tuhan; apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Orang-orang yang mau bersedia meresponi perkataan Tuhan Yesus mengejar dan mengenakan kesempurnaan seperti Bapa di Sorga (Matius 5:48), maka dalam level tertentu ia akan rela menyerahkan apa pun yang dimilikinya, semua kemampuan potensi diri, dan berkat-berkat yang telah dipercayakan oleh Tuhan pasti akan dimaksimalkan untuk membela bagi kepentingan Kerajaan Sorga.

Jika semua anak Tuhan mengenakan kesempurnaan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki ini, dimana ia membawa kehidupannya semakin peka dengan pikiran, perasaan dan pimpinan Tuhan maka kehidupan ini akan menjadi sangat luar biasa indahnya dan pasti orang di sekitarnya akan mencium keharuman gambar Allah dalam setiap perilaku kebenaran, kekudusan dan kasihnya yang menjadi berkat bagi sesama, yang membuat Tuhan Yesus semakin dipermuliakan didalam irama hidup yang ditampilkannya.

Kolose 1:28  Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

Amin

MENGAMBIL BAGIAN DALAM KEKUDUSAN ALLAH


Ibrani 12:10  Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Penghayatan yang benar terhadap realitas kekekalan seharusnya dapat menggetarkan jiwa kita dan membangkitkan perasaan krisis dimana kita harus semakin memberi diri hidup memuaskan dan menyenangkan hati Tuhan dalam segala perkara.
Kuasa kegelapan berusaha menyembunyikan kenyataan ini dengan cara menciptakan suatu suasana dunia yang seakan-akan tidak pernah ada ujungnya, orang percaya diupayakan untuk dihambat agar jangan mengenakan kekudusan yang seharusnya dikenakan sebagai gambar diri sebagai anak-anak Allah. Sebisa mungkin dibuat terlena, tenggelam dalam keindahan dunia dan keindahan menikmati dosa sehingga melupakan realitas kehidupan kekal yang menuntut setiap orang percaya menjaga gambar Allah yang ada didalam dirinya, hidup kudus seperti Dia kudus dan yang selalu ada didalam penurutan melakukan kehendak-Nya dengan taat selama ia hidup dibumi ini.

Orang percaya yang tidak mau mengambil bagian dalam kekudusan Allah maka sudah dipastikan ia termasuk orang-orang yang di tolak oleh Tuhan pada hari Tuhan Yesus mendeklarasikan kerajaan-Nya.
Mengambil bagian dalam kekudusan Allah adalah bagian kehidupan yang sangat penting yang harus selalu dijaga dan harus selalu dikenakan didalam kehidupan orang percaya, sebab dari sanalah ia dinilai mampu menghargai dan menghormati gambar Allah yang telah Tuhan percayakan didalam dirinya.
Jika tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk hidup kudus seperti Dia kudus berarti ada usaha oleh diri sendiri untuk merusak gambar Allah didalam dirinya.
Mengambil bagian dalam kekudusan Allah berarti memiliki pola berpikir seperti Tuhan Yesus.
Kekudusan di sini tidak sekedar dipahami sebagai mengerti dan melakukan hukum-hukum agama, sehingga dapat dinyatakan sebagai orang yang tidak bersalah atau suci karena melakukan hukum, peraturan atau syariat.
Kekudusan seperti ini adalah kekudusan umat Perjanjian Lama yang hidup di bawah Hukum Taurat.
Agama-agama di dunia ini pada umumnya memiliki pola kekudusan seperti ini.
Tidak sedikit orang Kris­ten yang masih berpola pikir seperti ini.
Mereka merasa sudah baik sehingga tidak merasa perlu memburu kebenaran Tuhan guna memiliki kekudusan, pola berpikir yang segambar dengan pikiran dan perasaan Kristus.

Kata "kudus" (hagios) artinya di pisahkan dari yang lain atau berbeda dari yang lain.
Orang percaya dipanggil untuk memiliki cara hidup yang berbeda dari dunia ini.
Orang dunia tidak memandang kekudusan menjadi hal yang penting namun tidak dengan hidup orang percaya yang sejati.
Bagi orang percaya yang sejati hidup kudus menunjukkan statusnya sebagai anak-anak Allah dihadapan Tuhan.
Kekudusan orang percaya bukanlah kekudusan yang dibangun pada “melakukan hukum tetapi memiliki pola berpikir seperti Kristus”.
Seperti Tuhan Yesus yang berkeadaan tidak bisa berbuat dosa, seluruh hakekatnya benar dan kudus adanya, seperti itulah orang percaya dipanggil untuk hidup kudus seperti Dia kudus.
Inilah maksud Tuhan Yesus menebus kita agar menjadi umat yang layak bagi kerajaan-Nya.
1 Petrus 1:14-16
14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Kalau Tuhan Yesus melakukan kebenaran, karena hakekat-Nya demikian adanya; Ia tidak bisa me­nyangkali hakekat-Nya yang Maha Kudus.
Orang percaya dipanggil untuk memiliki keberadaan seperti ini.
Orang percaya bisa hidup benar sesuai dengan kekudusan dan kehendak Allah, bukan karena di bawah tekanan atau bayang-bayang hukum, tetapi menjadi kudus adalah karena bagian dari kodrat ilahi sebagai manusia ciptaan baru yang telah ditebus Tuhan Yesus dari kuasa dosa.
Paulus mengatakan bahwa orang percaya harus hidup menurut pimpinan Roh (Galatia 5:18).
Jika roh orang percaya yang terus digores dengan kebenaran-Nya maka kebenaran-Nya itu akan mengarahkan hidupnya dapat memiliki pikiran Kristus yang terus menyempurnakan kekudusannya dihadapan Allah.

Melalui proses pemuridan atau pendewasaan, yang pasti digarap oleh Tuhan Yesus sendiri, Tuhan mengajarkan hakekat-Nya kepada kita yaitu mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, kudus seperti Dia Kudus.
Menjadi anak-anak Allah berarti kita memiliki cara berpikir dan bertindak seperti cara Tuhan Yesus berpikir dan bertindak.
Ini berarti kita tidak boleh membuka sedikitpun celah bagi dosa dan iblis untuk memperbudak hidup kita kembali.
Untuk itu kita harus menjelajah dan menggali Alkitab secara memadai untuk memiliki pemahaman takut akan Tuhan secara benar.
Orang yang menghormati dan takut akan Tuhan Yesus secara benar adalah orang-orang yang menghayati keberadaan Tuhan yang maha hadir, selalu taat menjaga kekudusan hidupnya dalam segala hal dari sikap hati, perkataan, perbuatannya harus sesuai seleranya Tuhan dan harus selalu dapat memuaskan hati-Nya.
Olehnya tidak ada cara yang lain selain mengenakan pola berpikir yang sama yang terdapat juga didalam Kristus Yesus.
Itulah sebabnya kita harus belajar kebenaran Firman Tuhan dan mengenakannya di sepanjang umur hidup kita, sebagai makanan rohani yang mutlak harus tercukupi kebutuhannya (Matius 4:4).

Dengan pimpinan Roh Kudus, Tuhan mengajar dan mendidik kita sampai berhasil lulus dan menang mengalahkan pekerjaan iblis dibumi ini.
Tuhan Yesus menjadi yang sulung yang telah menang atas iblis, artinya bahwa orang percaya juga dapat memiliki pengalaman atau kemampuan yang sama, menang seperti Tuhan Yesus telah menang.
Tuhan Yesus telah menjadi pokok keselamatan artinya menjadi “penggubah”, mengatur dan merancang hidup orang percaya agar dapat memiliki kualitas hidup seperti diri-Nya, kudus seperti Dia adalah kudus.

2 Korintus 7:1  Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.

Amin.

Sabtu, 17 September 2016

PERHENTIAN DI DALAM TUHAN


Kolose 3:2-3
2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.

Sesungguhnya ketika seseorang mengambil keputusan untuk menerima dengan segenap hati mengakui bahwa dirinya adalah milik Tuhan Yesus, maka sejak itu ia masuk dalam proses perhentian atau kematian di dalam Tuhan.
Kematian dalam Tuhan artinya usaha untuk memadamkan atau mematikan keinginan daging yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dan mengarahkan hidup sepenuhnya hanya untuk menyelesaikan kepentingan-Nya.
Ini adalah tindakan untuk memadamkan kesenangan-kesenangan hidup yang berkenaan dengan kesenangan duniawi, agenda-agenda pribadi harus digantikan dengan agenda-agenda Tuhan artinya setiap rencana hidup kita harus diatur dan disesuaikan dengan pimpinan Tuhan, keinginan kita sudah mulai harus diarahkan kepada perkara-perkara diatas yaitu perkara-perkara dimana kita hidup hanya untuk menyelesaikan tugas kehidupan dan kepentingan Tuhan di bumi ini, mengarahkan diri sepenuhnya untuk melakukan kehendak Tuhan dengan taat.
Kita tidak boleh menganggap hal ini sebagai hal biasa, sehingga kita mengabaikannya.
Kita harus menganggap hal ini sebagai hal yang penting dan mutlak untuk dialami.
Orang yang masuk dalam proses kematian di dalam Tuhan berpotensi dilahirkan kembali oleh Allah menjadi ciptaan yang baru, sehingga memiliki kodrat Ilahi dan layak disebut sebagai anak-anak Allah yang dapat memuaskan hati-Nya.

Gereja harus mengajar jemaat untuk menjadi rohani dengan mengajarkan kebenaran ini. Gereja tidak boleh mengajarkan pengajaran yang berorientasi pada berkat jasmani, yang justru membuat jemaat tidak mengenali maksud tujuan Kekristenannya.
Yang dimaksud sebagai khotbah duniawi adalah khotbah yang menekankan kebutuhan jasmani di bumi.
Hal ini membuat jemaat tidak menghayati bahwa mereka adalah orang yang menumpang di bumi.
Seharusnya jemaat diajar untuk bekerja keras guna untuk memenuhi rencana Tuhan dan menyelesaikan kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Dari hasil kerja keras tersebut seseorang dapat membeli kebutuhan hidup atas pimpinan Tuhan, seperti dapat membeli rumah dimana rumah tersebut adalah tempat berkumpul keluarga, sekolah mempraktekan kasih dimana keluarga diajak untuk terus mengenal Tuhan Yesus, mengarahkan hidupnya untuk masuk ke dalam rencana dan pimpinan Tuhan, hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan terus dapat memuaskan selera-Nya.

Ketika Tuhan Yesus berkata: Di mana ada hartamu di situ hatimu berada (Matius 6:21). Tuhan mengucapkan kalimat ini, Ia sedang menantang kesediaan pengikut-Nya untuk tidak menjadikan hidupnya dibumi sebagai tempat untuk mengumpulkan harta yang bersifat duniawi demi untuk kepuasan diri.
Olehnya Tuhan berkata dengan sangat jelas dalam Matius 6:19-20 :
19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Hal Ini sebenarnya menunjuk bagian dari cara menghayati bahwa orang percaya adalah orang yang menumpang di bumi yang ditempatkan Tuhan untuk menyelesaikan tugas kehidupan sebagai anak-anak Tuhan yang makanannya adalah hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Tuhan memberitahukan kita dan berkata orang percaya bukan berasal dari dunia ini (Yohanes 15:19).
Olehnya Injil memberi cara hidup yang harus kita kenakan yaitu kita telah mati bagi kesenangan dunia dan hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus didalam Allah.
Sampai tingkat ini iblis tidak lagi bisa membujuk kita untuk menyembahnya lewat tawaran kenikmatan dan keindahan dunia ini (Lukas 4:5-8).

Kematian diri ini tidak menghilangkan kehendak bebas manusia.
Manusia tetap memiliki kehendak dirinya yang sudah diselaraskan dan diarahkan oleh pimpinan Tuhan Yesus melalui Roh Kudus.
Melalui pimpinan Roh Kudus orang percaya diajar menyangkal diri, memikul salib terus menerus, serta menyerahkan kehendak dirinya kepada kehendak Tuhan.
Ketika kita menundukkan diri sepenuh, maka seluruh hak kita diserahkan kepada Tuhan.
Dalam hal ini Paulus juga memberi teladan ketika ia berkata: Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalamku.
Maksud pernyataan ini adalah bahwa kalau seseorang hidupnya dikuasai oleh Kristus sepenuhnya maka barulah ia dapat menjadi ciptaan yang baru, yang lama telah berlalu dan tidak boleh dimunculkan kembali.
Hal ini tidak dialami oleh banyak orang. Hanya orang yang bersedia mengakui dan menghayati bahwa dirinya adalah makhluk yang menumpang di bumi yang adalah milik Kristus sepenuhnya maka menyelesaikan tugas Bapa melalui kegiatan hidup di bumi ini adalah untuk persiapan untuk hidup  bersama-sama dengan Tuhan Yesus dan melayani-Nya tanpa batas di dalam kekekalan.

Tuhan sudah menaruh Roh-Nya dalam diri kita sebagai pendamping yang membawa kita kepada segala kebenaran.
Roh Kudus adalah pengasuh kita yang pasti menuntun kita kepada kedewasaan rohani yang benar.
Dalam perkembangan atau transformasi yang hidupnya selalu taat dipimpin oleh Roh Kudus secara terus menerus seorang akan dapat berkata: Hidupku bukannya aku lagi melainkan Kristus yang hidup didalam Aku (Galatia 2:20).
Di sinilah kematian seseorang nampak nyata.
Sebagai akibatnya tentu kemuliaan Tuhan nampak nyata dalam hidupnya. Selanjutnya, tidak ada lagi bagian hidupnya yang digunakan untuk kepentingannya sendiri, tetapi semua yang dimiliki dan dilakukan hanya untuk kemuliaan Allah semata-mata.
Dalam pernyataan Paulus berkata: di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Filipi 3:10).
Kalimat “menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” artinya mati seperti Tuhan Yesus mati.
Tentu kematian diri dari segala perbuatan dosa dan dosa disini adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan pikiran, perasaan dan kehendak Allah.
Seperti Tuhan Yesus telah menang menyelesaikan tugas Mesias-Nya, seperti itu juga kita harus menang menyelesaikan tugas kehidupan yang telah Tuhan Yesus perintahkan, hidup didalam kehendak-Nya, menjadi saksi-Nya dan mengajarkan kepada semua orang tentang segala sesuatu yang telah diajarkan kepada kita dan menjadi serupa dengan Dia didalam ketaatan kepada-Nya.

1 Korintus 6:20  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Amin.