Senin, 31 Juli 2017

IKUT MENDERITA BERSAMA KRISTUS4


Roma 8:17
Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Sesungguhnya hasil pimpinan Roh Kudus membuat dilahirkannya roh/gairah, spirit, semangat yang sama seperti yang ada pada Roh Kudus dan bila dituruti akan membuat seseorang memiliki roh Kristus, artinya memiliki kehidupan yang berkualitas seperti Yesus.
Sampai pada level ini seseorang dapat diajak menderita bersama dengan Tuhan.
Dalam Roma 8:17 Firman Tuhan mengatakan: “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia”.
Kepada Anak Tunggal-Nya, Bapa berjanji akan mempermuliakan-Nya, artinya memberikan kemuliaan yang Bapa pernah berikan sebelum dunia dijadikan dan sebelum Ia turun ke bumi berinkarnasi sebagai manusia (Yohanes 17 : 3-5).
Orang percaya yang menjadi anak-anak Allah juga menerima janji-janji Allah Bapa bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Tetapi untuk menerima kemuliaan bersama-sama dengan Kristus, memiliki syarat. Syaratnya adalah ikut menderita bersama dengan Dia. Menderita bersama dengan Yesus maksudnya adalah menyediakan diri memikul beban yang Tuhan percayakan demi menyelesaikan tugas yang Ia percayakan kepada anak-anak-Nya baik kehidupan sebagai murid Tuhan yang terus mau diubahkan hingga menjadi berkualitas seperti Kristus telah hidup (berkualiatas dalam ketaatan, kasih dan dalam seluruh tindakannya sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus) sehingga dapat menjadi pengubah dan membawa jiwa untuk menjadi murid Kristus yang memiliki kualitas seperti Kristus telah hidup.

Salib yang dipikul oleh Tuhan Yesus adalah penderitaan demi keselamatan orang lain. Salib kita masing-masing juga kita pikul demi keselamatan sesama. Semua orang percaya harus memiliki salibnya sendiri.
Tentu saja sebelum kita memikul salib kita sendiri, kita telah mengerjakan dan memiliki keselamatan. Sebenarnya kalau seseorang benar-benar mengalami keselamatan, maka ia pasti mengusahakan agar orang lain juga mengalami keselamatan.
Orang-orang seperti ini akan berani membayar berapa pun harganya, sebab nilai jiwa manusia lebih berharga dari semua kekayaan dunia ini. Nilai jiwa manusia tidak terhingga. Orang yang sudah mengalami keselamatan, akan mengisi hidupnya (selain terus berusaha mengerjakan keselamatannya, yaitu bagaimana menjadi anak Allah yang sempurna atau ideal) dengan mengusahakan orang lain juga mengalami kesempurnaan didalam Kristus.
Untuk melakukan ini, maka segenap hidup dipertaruhkan atau dikorbankan, baik tenaga, waktu, pikiran, harta dan lain sebagainya. Semua ini dilakukan sebagai pengabdian kepada Tuhan.

Pengorbanan segenap hidup yang dipersembahkan oleh anak-anak Allah yang baik, akan sampai pada taraf “tidak menyayangkan nyawanya dalam pengabdiannya kepada Tuhan”.
Inilah prajurit yang baik, yang rela menderita demi tugas yang disandangnya.
Penderitaan inilah yang dimaksud dengan salib kita masing-masing.
Penderitaan tersebut akhirnya menjadi kenikmatan dan kebanggaan, Paulus berkata bahwa ia bermegah dalam penderitaan salib. Maksud pernyataan ini adalah bahwa Paulus bangga jika harus mengalami berbagai kesulitan hidup, bahkan penderitaan demi pelayanan pekerjaan Tuhan, di manapun ia memberitakan Injil.
Paulus sangat percaya bahwa penderitaan yang dialami akan mengerjakan sesuatu yang sangat berharga dan mulia di kekekalan.
Apa yang ditabur tidak sia-sia. Ia akan menuainya di kekekalan. Itulah sebabnya ia memandang penderitaan yang dialaminya sebagai “karunia” (Filipi 1:29).
Karunia artinya pemberian yang sangat berharga. Ternyata tidak banyak orang yang menjadi umat pilihan Allah yang benar-benar terpilih, dan sudah mengerti kebenaran dan hidup dalam kebenaran itu. Hanya orang yang mengerti kebenaran yang rela menderita bersama dengan Tuhan Yesus. Kitalah yang harus terus berusaha menjadi umat pilihan yang benar-benar terpilih.

Kalau tidak ada salib Kristus, maka tidak akan pernah ada salib-salib lainnya. Hendaknya kita tidak memandang salib sebagai suatu beban, tetapi sebagai suatu kesempatan untuk memperoleh harta abadi yang tiada tara. Dengan salib kita masing-masing, maka Bapa juga menyediakan masa depan yang penuh harapan maksudnya tanpa salib, seseorang tidak akan dapat kesempatan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Inilah yang menjadi sumber kebahagiaan dalam diri orang percaya, yaitu mereka yang mengalami aniaya karena Kristus.
Penderitaan bersama-sama dengan Kristus mendatangkan kemuliaan.
Inilah target satu-satunya didalam hidup orang percaya dimana setiap anak-anak Tuhan yang telah dipanggilnya dapat terpilih menjadi anggota keluarga kerajaan Allah yang dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan yang dalam hidupnya selalu mengambil bagian didalam memikul beban pekerjaan Tuhan, salibnya setiap hari, penderitaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus Kristus dalam mencari yang terhilang untuk ditemukan kembali menjadi murid Kristus yang tidak serupa lagi dengan dunia ini.

Matius 10:38-39
38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Amin.

Sabtu, 29 Juli 2017

KASIH BAPA KEPADA YANG TERHILANG


Matius 18:10-14
10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.
11 (Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.)"
12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?
13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.
14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."

Pengajaran Tuhan Yesus dilanjutkan dengan menekankan penghargaan kepada mereka yang kecil. Penghargaan yang Tuhan sendiri nyatakan dengan adanya malaikat mereka di surga yang memandang wajah Bapa.
Apakah maksudnya malaikat mereka di surga?
Para malaikat di surga adalah bala tentara Allah yang hidupnya hanya bagi kemuliaan Allah yang melayani Allah dengan ketaatan yang mutlak.
Tuhan menginginkan setiap anak-anak Tuhan memiliki ketaatan yang mutlak kepada pemerintahan-Nya khususnya dalam menjadi pelayan-pelayan kebenaran dalam hidup ditengah-tengah dunia yang jahat ini.
Setiap anak Tuhan tidak boleh mengambil bagian sebagai penyesat-penyesat yang mengarahkan seseorang untuk hidup mencintai dunia dengan segala kesenangannya.
Sebab hal sama dengan seseorang sedang menjerumuskan anak kecil ke dalam dosa yang disebut oleh Tuhan Yesus sebagai penyesat.
Tuhan membenci penyesat-penyesat yang merusak jiwa anak kecil.
Tuhan mengajarkan bahwa hanya dengan hidup menjadi seperti anak kecil yang mau belajar untuk rendah hati yang hidupnya mau taat dipimpin oleh Allah yang akan merasakan hidup sebagai anggota Kerajaan Allah yang dapat seiring dan seirama dengan apa yang diinginkan atau yang dikehendaki oleh Allah (Matius 18:3-5).

Pengaruh dunia yang jahat serta berbagai filosofinya yang menawarkan harta kekayaan, pangkat, kehormatan, hobi, hiburan, barang branded serta hal lainnya menjadi sebagai tujuan kebahagiaan hidup yang wajib dicapai menyebabkan menyimpangnya seorang anak Tuhan dari panggilan/tujuan hidup yang sebenarnya, bangunan iman seorang anak Tuhan menjadi rusak dan akhirnya ambruk oleh daya tarik dunia dan pengaruhnya yang kuat memikat hati setiap orang sehingga gagal menerima mahkota kekal yang dijanjikan oleh Allah.
Kita harus menyadari betul bahwa percintaan akan dunia ini adalah sikap hidup yang membangun permusuhan dengan Allah (Yakobus 4:4).
Kita patut belajar untuk senantiasa beriman seperti Abraham yang beriman kepada Allah, Abraham taat dan rela melepaskan segala kesenangannya di negeri Ur-Kasdim sampai menyerahkan Ishak anak kesayangannya untuk dipersembahkan kepada Allah.
Seperti Allah memanggil Abraham keluar dari cara hidup lamanya di negeri Ur-Kasdim demikian juga kita dipanggil keluar dari dunia ini menuju hidup baru yang tidak serupa dengan cara pola hidup dunia pada umumnya.

Setiap anak Tuhan yang dipanggil oleh Tuhan dari pola kesesatan hidup dunia ini harus memperagakan hidup dengan penurutannya kepada kehendak Allah secara mutlak dan hidup mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Allah dan kehendak-Nya untuk dikenakan.
Dengan demikian yang patut menjadi tujuan hidup anak-anak Tuhan pada akhirnya adalah menjadikan dirinya untuķ dimuridkan oleh Tuhan sehingga dapat mengenakan kodrat Ilahi yang dikembalikan Allah kepada rancangan-Nya yang semula dimana gairah yang ada pada Allah juga dimiliki oleh anak-anak-Nya sehingga selalu seirama dalam pikiran dan kehendak.
Dari sini seorang anak Tuhan baru dapat menjadi saksi-Nya secara benar yang dapat menjadi garam dan terang dunia yang tidak akan terpengaruh dengan segala filosofi dunia dengan segala keindahannya.
Seperti Tuhan mencari yang sesat dan terhilang untuk ditemukan kembali kita pun juga diutus oleh Tuhan untuk mencari yang terhilang.
Seperti seorang anak kecil yang dikasihi Tuhan dimana para malaikat yang ditugaskan-Nya untuk melindungi mereka. Ia tidak akan membiarkan yang hilang dan tersesat.
Ia mengasihi yang tersesat. Ia sendiri akan bertindak sebagai Gembala dan terus mencari yang sesat sampai kembali ke menjadi milik-Nya.

Kalau seorang gembala akan meninggalkan 99 domba-dombanya yang tidak sesat untuk mencari satu domba yang terhilang, demikian juga Bapa di surga tidak ingin satu pun dari anak-anak-Nya terhilang.
Terhilang karena tidak percaya Tuhan dalam arti tidak memiliki penurutan/ketaatan secara mutlak kepada Tuhan, terhilang karena ajaran yang sesat yang mengarahkan seseorang menggunakan Tuhan untuk meraih harta dunia dengan segala kesenangannya, terhilang karena terus berada di dalam dosa, maupun terhilang di dalam jerat yang ditebarkan oleh si jahat, semua ini tidak diinginkan oleh Bapa di surga. Jika yang terhilang itu adalah anak-Nya yang telah dipilih-Nya, maka pasti Dia akan cari hingga dimenangkan kembali.
Tuhan begitu mengasihi kita sehingga ketika kita tersesat, Dia akan meninggalkan yang lain untuk mencari kita.
Hendaknya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan demi kesempatan yang diberikan Tuhan supaya kita bertobat dari cara hidup kita yang sia-sia yang kita warisi dari kehidupan nenek moyang (1 Petrus 1:18).
Seseorang yang tidak meresponi atau menunda hidup kembali dalam pimpinan Tuhan melalui Roh Kudus kelak akan tidak dikenal oleh Tuhan sebab ia tidak melakukan kehendak Bapa dimana Bapa telah mengutus Roh Kudus untuk mengajarkan kebenaran dan kehendak-Nya untuk dikenakan. 

Di akhir zaman ini kita harus mewaspadai pengajaran para gembala-gembala palsu yang menyamar sebagai malaikat terang.
Mereka orang-orang upahan yang hanya mau cari keuntungan pribadi.
Mereka orang-orang yang sangat jahat, setan yang menyamar menjadi pelayan Kristus. Mereka menyesatkan jemaat Kristus dengan khotbah-khotbah mimpi mereka, dengan kalimat-kalimat janji yang hanya memuaskan hawa nafsu dan keserakahan manusia.
Mereka secara sadar maupun tidak adalah utusan iblis di dalam gereja Tuhan yang membuat para domba tersesat dan menjauh dari kebenaran Tuhan.
Jemaat diperbolehkan meraih sebanyak-banyaknya melalui apa yang ditawarkan oleh fasilitas dunia sebagai kebahagiaan hidup dan Tuhan diminta untuk mewujudkan segala keinginan yang sebenarnya adalah berisi hawa nafsunya yang dibungkus dengan doa-doa seolah-olah ia sedang berurusan dengan Tuhan dan sedang mengandalkan-Nya.
Hal yang lain yang perlu kita waspadai adalah adalah domba Tuhan tersesat karena dia lebih memilih untuk mendengarkan dirinya sendiri dan menolak firman Tuhan, menolak pimpinan Roh Kudus yang memimpinnya.
Merasa diri lebih pintar dari Tuhan dan merasa tidak memerlukan Tuhan.
Domba Tuhan juga disesatkan karena hawa nafsunya dan keberdosaan yang membelenggu dan memperbudak oleh pola hidup dunia ini.

Mari kita belajar melihat kasih Tuhan yang besar kepada kita.
Dia mengasihi dan memanggil kita menjadi anak-Nya.
Apakah alasan Dia mencari kita ketika kita terhilang?
Mengapa Dia tidak membiarkan kita terhilang, membuang kita, atau menghukum kita? Bukankah kita lebih pantas menerima hukuman-Nya?
Pemberontakan kita jauh lebih jahat daripada pemberontakan seekor domba yang tersesat. Pemberontakan kita lebih mirip pemberontakan seekor anjing yang menggigit tangan tuannya ketika tuannya sedang memberi dia makan. Pemberontakan kita lebih mirip pemberontakan seorang budak yang dibebaskan dan dipelihara hidupnya oleh seorang tuan, tetapi merampok dan memukul tuan itu, bahkan menghina dia dengan cara yang sangat kejam.
Kita telah melemparkan hinaan dan hujatan kepada Tuhan ketika kita berdosa kepada Dia. Tetapi Dia tetap melihat kita seperti seekor domba kecil yang tengah tersesat.
Alangkah besarnya kesabaran dan kasih Allah. Kalau kita menunda pertobatan kita kepada Tuhan, kita bukanlah domba.
Kita serigala buas yang lapar, siap merampok, mengoyak, dan membunuh siapa pun demi kepentingan kita sendiri. Tetapi Tuhan mencari kita seperti seorang mencari domba, bukan serigala buas. Dia tidak datang dengan senjata dan jaring. Dia datang dengan seruan-Nya memanggil kita pulang.
Inilah anugerah yang besar itu, Tuhan akan mencari domba-Nya yang hilang. Dia akan memanggil kembali melalui teguran firman-Nya. Dia akan memberikan ketidaktenteraman di dalam hati orang-orang yang sedang memberontak dan menolak Dia.
Dia akan memberikan teguran-Nya yang keras dan peringatan-Nya melalui berbagai peristiwa dihidup kita baik berupa sakit penyakit maupun penderitaan hidup lainnya sehingga benar-benar seseorang kembali mengenakan bagian didalam kekudusan-Nya.
Dia akan memanggil kembali domba-Nya itu dengan cara-Nya, entah dengan hajaran, teguran keras, seruan peringatan, panggilan lemah lembut, pukulan tongkat, apa pun yang diperlukan supaya domba itu pulang kembali. Pertanyaan yang kita jawab dengan serius hari ini adalah : Apakah kita sedang terhilang? Setiap orang yang menjauhi Tuhan, menjauhi persekutuan, menjauhi kebenaran firman, menjauhi kehidupan doa yang intim dengan Tuhan, dia sedang terhilang.
Celakalah orang yang terhilang tetapi dia tidak sadar kalau dia sedang terhilang.
Berbahagialah orang yang sadar dia sedang terhilang dengan segala jeritan, rintihan dihatinya yang memiliki komitmen penuh bertobat dengan serius kepada Tuhan akhirnya membuat dia kembali kepada panggilan Sang Gembala yang sedang mencari dia untuk dikembalikan kepada rancangan-Nya semula.

Sampai kapankah kita mau menjadi domba yang hilang?
Tidak tahukah kita bahwa Tuhan tidak menginginkan kita terus berada dalam keadaan terhilang?
Kapankah terakhir kali kita merasakan kehangatan persekutuan dengan Dia?
Kapan terakhir kali kita menyadari keagungan firman-Nya dan kebesaran kasih-Nya yang mau mendengar doa-doa seruan pertobatan anak-anak-Nya?
Tetapi jika kita terus keraskan hati, terus menolak Dia, terus merasa kita berhak kecewa kepada Dia, maka kita akan terus di dalam ketersesatan kita.
Jangan keraskan hati, jangan menolak suara-Nya yang memanggil kita kembali kepada-Nya. Kembalilah hari ini juga karena Dia mau mendapatkan kita, menggendong kita, dan bersukacita bersama-sama dengan seluruh pasukan bala tentara malaikat di surga karena domba yang terhilang kini telah kembali ke dalam kawanan yang dipimpin oleh Sang Gembala yang agung, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.

Wahyu 3:19  Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Amin.

Jumat, 28 Juli 2017

MENJADI PENGIKUT TUHAN YESUS YANG SEJATI


Markus 8:34
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Sungguh memprihatinkan dan menyedihkan apabila seseorang merasa sudah mengikut dan percaya Tuhan Yesus, padahal sesungguhnya dimata Tuhan sebenarnya belum.
Ciri utama yang menandakan seseorang pengikut Tuhan Yesus yang sejati adalah
Setiap orang yang mau bersedia mengikut Tuhan dengan menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Tuhan dengan memberikan segenap hidupnya mengabdikan diri sepenuhnya untuk hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya.

Jika kita boleh jujur isi percaya kita hari-hari ini belumlah memenuhi standar yang sesuai dengan keinginan Tuhan.
Sering kita temukan masih banyak di lingkungan kehidupan orang percaya karena dengan ia mengucapkan kalimat “Saya mengikut Engkau Yesus”, berarti ia sudah mengikut dan percaya Tuhan Yesus, bahkan seseorang yang rajin datang ke gereja beribadah setiap minggu sudah di cap dan layak dikatakan sebagai pengikut sejati Tuhan Yesus dan percaya kepada-Nya.
Bila seseorang yang bergereja kemudian di cap stempel berarti sudah layak dikatakan pengikut sejati dan sudah percaya kepada Tuhan Yesus, berarti tolak ukurnya semua orang yang ke gereja bisa masuk Surga? Apakah demikian adanya?
Tentu kita sepakat dan setuju, bahwa tidak semua orang ke gereja pasti masuk Surga.
Ini berarti bahwa tidak semua orang yang ke gereja adalah pengikut Tuhan Yesus yang sejati. Pertanyaannya, sudahkah kita termasuk menjadi pengikut Tuhan Yesus yang sejati?

Ini harus kita persoalkan dengan serius, agar jangan sampai saat bertemu dengan Tuhan, Ia berkata, “Aku tidak mengenal kamu!” (Matius 7:23; 25:12).
Untuk ini kita harus sungguh-sungguh serius memeriksa diri setiap hari bahkan setiap saat secara jujur dihadapan Tuhan. Status sebagai orang Kristen hendaknya tidak menipu diri kita dengan merasa sudah menjadi pengikut Kristus, padahal belum menjalankan isi percaya dengan sikap hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Mari kita renungkan bersama, jika sekarang Tuhan Yesus berdiri didepan kita untuk mempertanyakan seluruh isi kehidupan kita ini apakah kita sudah siap?, pantaskah sosok sikap hidup kita yang sekarang ini diterima sebagai pengikut-Nya yang sejati dan diterima turut masuk kedalam kerajaan-Nya? Seberapa jauh langkah hidup kita meneladani cara hidup-Nya dan seberapa giat kita sudah melakukan pembelaan dan peduli terhadap pekerjaan-Nya?
Kalau tokoh di zaman para Rasul dan jemaat Tuhan mula-mula berani membela dan tidak menyayangkan nyawanya dalam mempertahan iman yang murni dan mengamalkan isi percaya mereka kepada Tuhan Yesus, harusnya kita juga memiliki semangat yang sama seperti jemaat Tuhan mula-mula, membawa semangat keberanian dan kesetiaan yang sama untuk kita miliki didalam kehidupan pengiringan kita kepada Tuhan Yesus.

Jika sejatinya memang kita belum menjadi pengikut Tuhan Yesus yang sejati, marilah kita mengambil keputusan saat ini juga sebelum batas waktu masa kesabaran Tuhan habis.
Kita tidak akan tahu kapan masa kesabaran Tuhan akan habis, bisa saja berakhir hari ini, esok hari atau kapanpun bisa terjadi, artinya jika tiba-tiba mendadak disuruh menghadap Tuhan sekarang untuk memberi tanggung jawab isi kehidupan, ini berarti kita harus mempersiapkan diri setiap saat kapan saja Tuhan memanggil kita. Jika seseorang tidak mempersiapkan diri setiap hari membenahi kehidupanya untuk layak dihadapan Tuhan maka sudah dipastikan ia akan terpisah selamanya dengan hadirat Tuhan dan ini tentu hal yang paling mengerikan dan menjadi bencana abadi.
Olehnya Tuhan Yesus berkali-kali menasehati orang percaya untuk selalu berjaga-jaga setiap waktu.

Dalam hal mengikut Tuhan yang sejati yang dibutuhkan bukan ucapan, tetapi tindakan.
Gambaran hal ini sejajar dengan yang Tuhan Yesus katakan di dalam perumpaan tentang dua orang anak
Matius 21:28-31
28 "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.
29 Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.
30 Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.
31 Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Dengan demikian jelaslah sudah bahwa tindakan nyata akan membuktikan apakah kita benar-benar layak disebut pengikut Kristus yang sejati dan perlu menjadi cacatan di sini Tuhan Yesus sangat menghendaki setiap orang percaya memiliki irama hidup yang mendahulukan kerajaan Allah.

Hari-hari ini banyak orang Kristen merasa sudah menjadi pengikut Tuhan Yesus hanya dengan mengambil keputusan hanya dengan perkataan, tetapi tindakannya tidak membuktikan bahwa dirinya memang pengikut Yesus.
Abraham tidak akan disebut sebagai orang beriman, dan tidak akan disebut Sahabat Allah kalau ia hanya berkata, “Ya Allah, aku bersedia mengurbankan anakku”, tetapi tidak benar-benar naik ke bukit Moria untuk mempersembahkan anaknya, Ishak (Yakobus 2:20–24).
Kalau kita mengikut Tuhan Yesus dan mengaku sudah percaya kepadanya, maka isi percaya tersebut haruslah di buktikan dengan tindakan nyata dan kesetiaan kita untuk hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya tanpa batas.
Orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus yang sejati dan berani percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan didalam hidupnya maka ia harus membuktikan untuk bisa bersedia memikul salib dan menyangkal dirinya setiap hari.
Memikul salib dan penyangkalan diri setiap hari berarti menjadi orang yang berani keluar dari cara hidup manusia pada umumnya supaya bisa mengenakan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru tersebut adalah cara hidup yang diperagakan oleh Tuhan Yesus. Dengan memperagakan apa yang menjadi isi teladan dari kehidupan Tuhan kita Yesus Kristus didalam hidup kita setiap waktu, maka kita baru layak disebut sebagai pengikut Tuhan Yesus yang sejati yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati.

Yohanes 14:21
Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
Amin.

Kamis, 27 Juli 2017

PENGERTIAN SEMPURNA SEPERTI BAPA


Matius 5:48
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Orang-orang yang tidak mengenal Injil dengan benar maka akan menyebabkan ia tidak bertumbuh secara benar.
Kehidupan umat Perjanjian Lama hanya berkesempatan memilih satu dari dua opsi, yaitu menjadi baik(taat kepada taurat) atau jahat (meninggalkan taurat).
Tetapi untuk umat Perjanjian Baru atau orang Kristen memiliki tiga pilihan :
pertama, menjadi sempurna seperti Bapa (Matius 5:48), belajar memiliki pikiran dan perasaan Kristus atau memiliki kesalehan seperti Tuhan Yesus.
Kedua, cukup menjadi baik saja dengan standar agama pada umumnya yang kebaikan moralnya dilandaskan pada hukum (Ibrani 7:19).
Ketiga menjadi jahat (Matius 7:21) (tidak taat, meleset dari kehendak Tuhan).
Harus ditegaskan bahwa menjadi orang Kristen berarti harus menjadi saleh seperti Tuhan Yesus.
Orientasi hidupnya hanyalah menjadi sempurna seperti Bapa dan taat melakukan kehendak-Nya.

Pandangan bahwa manusia tidak bisa sempurna seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kita harus sempurna sama seperti Bapa di sorga adalah sempurna, membuat kehidupan kekudusan dan kesalehan Kekristenan seseorang tidak bertumbuh secana normal seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.
Hal ini juga membuat mereka tidak memiliki usaha untuk menjadi sempurna dengan benar.
Pikiran seperti itu adalah “mental block” yang membuat seseorang menjadi tidak memiliki gairah yang proporsional untuk menjadi orang saleh Tuhan.
Karena dangkalnya pemahaman keselamatan oleh Anugrah-Nya, sehingga mereka berpikir menjadi orang baik saja sudah cukup dan yang penting mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan maka ia tetap ada dalam keselamatan-Nya.
Dengan masih memegang pandangan seperti ini maka sebenarnya mereka menjauhkan dari standar Kekristenan yang dikehendaki oleh Tuhan.

Kalau Tuhan berkata bahwa kita harus sempurna seperti Bapa di sorga (Matius 5:48) atau menjadi serupa dengan Tuhan Yesus (Roma 8:28-29), tentu ini bukan hanya kalimat yang menghiasi lembar Alkitab.
Orang percaya harus menerimanya dengan percaya dan tidak memandang Tuhan berdusta atas apa yang difirmankan-Nya.
Sempurna yang dimaksud oleh Tuhan Yesus harus dipahami dengan benar.
Kata sempurna dalam teks aslinya adalah teleios.
Kata teleios memiliki beberapa pengertian antara lain: (dibawa ke akhir atau ujungnya, tidak mengingini apa pun yang diperlukan untuk kelengkapan, mewujudkan integritas dan kebajikan manusia, bertumbuh secara penuh, dewasa, matang).
Kesempurnaan itu sendiri adalah hal mutlak dan absolut harus kita kejar untuk kita kenakan, ukurannya adalah Tuhan Yesus sendiri.
Kesempurnaan manusia memang tidak mungkin bisa menyamai kesempurnaan Tuhan sebab siapakah kita sehingga ingin menyamai Tuhan.
Yang dimaksud oleh Tuhan Yesus kita harus sempurna disini adalah masing-masing kita memiliki ukuran kesempurnaan yang telah ditetapkan Tuhan untuk dikenakan, artinya tuntutan yang diberikan kepada kita masing-masing individu berbeda-beda sesuai dengan ukuran segenap kemampuannya memberikan yang terbaik untuk Tuhan, dalam hal ini yang diberi banyak dituntut banyak, yang diberi sedikit dituntut sedikit pula (Lukas 12:48).
Masing-masing harus memberi penyembahan hidup dan pengabdian yang terbaik secara menyeluruh dan all out untuk terus mengenakan kebenaran-Nya, memuaskan hati Tuhan dengan tanpa batas dan tanpa ada yang disisakan untuk kesenangan diri dan kepuasan daging.

Kalau dikatakan bahwa kita harus sempurna seperti Bapa, bisa berarti bahwa perilaku kita sebagai anak-anak Allah harus melebihi ukuran kebaikan manusia dunia pada umumnya.
Itulah sebabnya dalam Matius 5 Tuhan Yesus membuat perbandingan antara hukum taurat/hukum yang diberlakukan kepada manusia pada umumnya dan hukum yang diberlakukan bagi anak-anak Allah.
Salah satunya dalam Matius 5:20 dikatakan : "Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga".
Hal ini menunjuk orang percaya harus memiliki standar kesalehan lebih tinggi dari hanya sekedar menjalankan hukum agama saja atau yang kita sebut hanya bisa menjadi orang baik saja.
Yang dimaksud hidup keagamaan kita harus lebih benar dari ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi artinya menunjuk kesejajaran dengan perintah Tuhan Yesus agar hidup kita haruslah sempurna seperti Bapa di Sorga dimana semua tindakan kita, baik yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan, harus selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan dan tidak ada celah untuk berbuat dosa kesalahan dari sikap hati maupun sikap perilaku hidupnya.

Kalau segala sesuatu yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan berarti orang tersebut sudah memulai kehidupan yang mengenakan kodrat Ilahi yang memang hal itu sudah dipersiapkan dan disediakan Tuhan untuk diraih guna membunuh manusia lama yang berkodrat manusia daging.
Ini berarti telah terjadi perubahan, dari hukum dosa (kecenderungan manusia berbuat salah atau sesuai dengan keinginannya sendiri) menjadi manusia yang dalam segala tindakannya selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Untuk menjadi sempurna harus diusahakan dengan sangat serius oleh orang percaya sebab hal ini akan menutup ruang gerak dan peluang iblis untuk kembali menyesatkan pikiran dan perilaku yang bertentangan dengan kekudusan, kebenaran dan kehendak Allah.
Kesempatan belajar meraih kesempurnaan yang Tuhan sediakan adalah anugrah-Nya yang tersedia setiap hari untuk diraih menjadi milik kita.
Dengan intensifnya Roh Kudus menuntun kita kepada segala kebenaran-Nya agar kita memiliki kesalehan yang berstandar Tuhan Yesus; artinya seperti kesalehan yang telah dikenakan-Nya.
Setiap hari, ketika kita mulai membuka mata pada pagi hari, hendaknya kita menetapkan hati untuk berubah dan lebih peka mengerti kehendak Tuhan, berpikir dan berperasaan seperti Kristus (Filipi 2:4-7), yaitu bertumbuh menjadi orang saleh, berusaha untuk hidup tidak bercacat dan tidak bernoda dari menit pertama bangun dipagi hari sampai pada rebah kembali tubuh ditempat tidur.
Perlu kita sadari kesempatan untuk berubah memiliki waktu yang terbatas, olehnya waktu yang Tuhan berikan untuk kita belajar menjadi manusia yang dikehendaki-Nya adalah anugerah yang sangat mahal dan tidak boleh kita sia-siakan.

Menuju perubahan-perubahan hidup seperti yang Tuhan Yesus kehendaki harus selalu diperjuangkan dengan membangun suatu kepekaan belajar Injil setiap hari, selalu rindu datang kepada Tuhan duduk diam dibawah kaki-Nya guna mendengar suara-Nya, menangkap tegoran-tegoran-Nya dan semua nasihat serta tuntunan-Nya.
Proses inilah yang akan membawanya kepada kepekaan mengenakan kehidupan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Sehingga seseorang benar-benar mengerti apa yang diingini oleh Tuhan; apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Orang-orang yang mau bersedia meresponi perkataan Tuhan Yesus mengejar dan mengenakan kesempurnaan seperti Bapa di Sorga (Matius 5:48), maka dalam level tertentu ia akan rela menyerahkan apa pun yang dimilikinya, semua kemampuan potensi diri, dan berkat-berkat yang telah dipercayakan oleh Tuhan pasti akan dimaksimalkan untuk membela bagi kepentingan Kerajaan Sorga.

Jika semua anak Tuhan mengenakan kesempurnaan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki ini, dimana ia membawa kehidupannya semakin peka dengan pikiran, perasaan dan pimpinan Tuhan maka kehidupan ini akan menjadi sangat luar biasa indahnya dan pasti orang di sekitarnya akan mencium keharuman gambar Allah dalam setiap perilaku kebenaran, kekudusan dan kasihnya yang menjadi berkat bagi sesama, yang membuat Tuhan Yesus semakin dipermuliakan didalam irama hidup yang ditampilkannya.

Kolose 1:28
Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

Amin

Selasa, 25 Juli 2017

POLA KEHIDUPAN KEKRISTENAN YANG SEJATI


Matius 6:19-21
19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Umat Perjanjian Baru adalah umat yang akan mewarisi Kerajaan Surga, yang pikirannya harus tertuju kepada perkara-perkara yang “di atas” bukan yang di bumi. Panggilan umat Tuhan hanya satu, yaitu mengumpulkan harta di surga bukan di bumi. Pemenuhan kebutuhan jasmani harus diajarkan sebagai hal yang tidak rumit. Solusinya harus ditemukan sendiri dalam kehidupan dengan kerja keras dan sikap bertanggung jawab (Tuhan pasti berkati), bukan diselesaikan dengan berdoa meminta mujizat Tuhan.
Kalau kita membaca banyak kejadian ditulis didalam Alkitab bahwa Tuhan Yesus banyak sekali mengadakan tanda mujizat, itu semua dilakukan Tuhan dengan maksud untuk memberitakan Firman Allah/Injil Kerajaan Surga bisa diberitakan kepada orang-orang yang belum percaya, kepada orang-orang yang belum mengenal kebenaran dan mempertegas bahwa Ia adalah Mesias yang datang yang dijanjikan oleh Allah bagi bangsa Israel.
Kita harus menempatkan dengan benar bahwa doa adalah dialog kita dengan Tuhan, mencari, mengenal, menemukan kehendak-Nya untuk dilakukan, semakin melekatkan diri dengan erat menjadi sahabat-Nya yang memberi diri melakukan apa saja yang Ia inginkan.
Doa dan pelayanan pelayan Tuhan tidak ada artinya kalau jemaat tidak bertobat, kerja keras dan bertanggung jawab.
Apa yang ditabur masing-masing pribadi akan dituainya. Di sini yang sangat penting adalah jemaat diajar bagaimana menabur dengan baik. Bukan menabur uang, tetapi menabur dalam roh, yaitu perbuatan sesuai dengan Roh Kudus (Galatia 6:8).
Prinsip tabur tuai ini tidak boleh diisi dengan isi yang berbeda dengan konteks Alkitab, atau apa yang dimaksud oleh Alkitab.
Pengajaran yang mengajarkan bahwa jemaat kalau memberi mendapat imbalan, bahkan berkali lipat, merupakan ajaran yang tidak membangun sikap hati yang benar di hadapan Tuhan karena bisa mengarahkan jemaat untuk memakai Tuhan sebagai sarana mewujudkan segala keinginan dan ambisi dan hawa nafsunya, padahal umatlah yang harus memberi diri dipakai oleh Tuhan sebagai sarana-Nya, alat-Nya untuk melakukan kehendak dan rencana-Nya atas dunia ini.

Gereja tidak boleh merangsang jemaat untuk memperoleh sebanyak-banyaknya dari apa yang disediakan dunia ini dan memberi kesan bahwa ingin kaya bagi kepentingan diri sendiri itu diperbolehkan. Kenyataan ini tidak dapat dibantah dengan bukti nyata seperti yang kita saksikan di banyak gereja. Mereka mengajarkan doa Yabes agar Tuhan meluaskan tanah dan daerahnya, memberkati umat dengan berkat yang berlimpah.
Dalam hal ini kita harus membedakan panggilan umat perjanjian lama dan umat perjanjian baru sangatlah berbeda.
Doa Yabes akan sangat efektif pada zamannya, yaitu jaman Perjanjian lama di mana pola pikir bangsa Israel atau umat Perjanjian Lama terfokus pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Yang dipahami oleh mereka adalah mengenai berkat akan tanah dunia yang berlimpah susu dan madu sebab selama bertahun-tahun lamanya kehidupan bangsa Israel diperbudak oleh bangsa mesir.
Dan memang Allah perlu memberkati dan memelihara mereka dengan memberi hukum-hukum-Nya serta berkat jasmani bagi yang taat kepada-Nya supaya bangsa itu tidak punah sebab dari bangsa Israel harus keluar seorang Mesias yang menyelamatkan dunia dari kebinasaan dosa (Yohanes 4:22).
Tetapi anak-anak Allah di zaman Perjanjian Baru dipanggil untuk mewarisi langit baru dan bumi yang baru. Oleh sebab itu doa yang diajarkan adalah Doa Bapa Kami : Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (Matius 6:11).
Di sini kita menemukan prinsip bahwa “makan untuk hidup supaya dapat menggenapkan rencana Allah, dan bukan hidup untuk makan supaya bisa memuaskan keinginan daging”.

Jemaat harus puas berkenaan dengan kebutuhan jasmani, tetapi selalu haus dan lapar akan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.
Tanpa merasa puas dan cukup dengan apa yang ada, maka jemaat tidak akan mencari Tuhan dengan benar.
Ingatlah Ibadah harus disertai rasa cukup (1 Timotius 6:6).
Mengikut Tuhan Yesus harus berani seperti Tuhan Yesus, yaitu tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Lukas 9:58).
Ini bukan berarti membuat orang percaya menjadi miskin.
Justru ketika seseorang tidak melekatkan hatinya kepada kekayaan dunia ini, maka Tuhan dapat memercayakan hal-hal yang besar dari Dia untuk kemuliaan-Nya.
Orang percaya yang memiliki sikap hati yang benar pasti rajin bekerja, jujur, dan produktif, sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain atau tidak menjadi benalu bagi sesamanya, tetapi menjadi berkat bagi banyak orang.
Dengan kehausan dan kelaparan akan kebenaran, jemaat terpacu atau terdorong untuk bertumbuh dalam mengenal kebenaran dan mengenakan kebenaran sebagai bagian dari proses “kloning”.
Proses kloning di sini adalah pelatihan yang Tuhan lakukan agar anak-anak-Nya bisa berkata : hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku (Galatia 2:19-20) dengan kata lain umat percaya menyediakan diri dengan rela dan sukacita memberikan pikirannya, tenaganya, hartanya dan seluruh potensi hidupnya untuk hidup bagi Tuhan, melakukan apa yang berkenan kepada Allah dan mengasihi sesamanya.
Inilah sebenarnya tujuan inti pelayanan, setiap individu dikuasai oleh Kristus, sehingga kehidupan Kristus nyata dalam hidup mereka. Dengan demikian gereja memproduksi manusia-manusia seperti Kristus. Dalam hal ini keberhasilan gereja adalah melahirkan orang-orang yang berkarakter Kristus.

Gereja menjadi “Sekolah Alkitab” yang mendidik jemaat menjadi pelayan-pelayan Tuhan hasil dari pendewasan dan peragaan pribadi Kristus dan bukan umat-umat yang manja yang berkelas peminta-minta berkat, mencari Tuhan karena mengingini dompetnya Tuhan. 
Seluruh kegiatan gereja harus memiliki esensi pelayanan dimana umat dibentuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan/murid-murid Tuhan yang memberikan hidupnya untuk melayani kehendak Tuhan didalam hidupnya dan bagi sesamanya.
Untuk menyelenggarakan hal ini hamba/pelayan Tuhan harus masuk proses cloning terlebih dahulu, dengan demikian seorang pelayan Tuhan bisa meng”impact” atau mengimpartasi “jiwa atau semangat hamba Kristus” kepada jemaat yang dilayani.
Inilah sukarnya mengiring Tuhan dan sukarnya menjadi pelayan Tuhan, bukan hanya pada penderitaan fisik, tetapi seluruh kehidupan yang diserahkan kepada Tuhan sehingga seseorang tidak bermilik sama sekali, sebab seluruh miliknya dipersembahkan bagi Tuhan demi kepentingan Kerajaan Surga.
Hanya demikian seorang pelayan jemaat dapat menampilkan kehidupan Yesus, sehingga kehidupannya menjadi pola dimana jemaat juga membangun diri mereka untuk mengikuti teladan Kristus.

Kolose 3:2-3
2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Amin.

Senin, 24 Juli 2017

MENGHIDUPKAN KARAKTER ANAK ALLAH


Yohanes 1:11-12
11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;

Menjadi masalah yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya adalah bagaimana menghidupi karakter Anak Allah di dalam dirinya. Adalah kasih karunia kalau manusia dimungkinkan menjadi anak-anak Allah.
Bukan hanya statusnya, tetapi benar-benar bisa berkeadaan/berkarakter seperti yang pernah diperagakan oleh Tuhan Yesus selama mengenakan tubuh manusia, sehingga patut atau layak disebut anak Allah.
Hanya oleh korban Tuhan Yesus hal ini dimungkinkan. Inilah yang disebut sebagai anugerah, hal mana tidak pernah ada di Perjanjian Lama atau dalam agama dan keyakinan manapun.

Untuk bisa benar-benar berkeadaan sebagai anak-anak Allah seseorang harus mengalami proses dilahirkan oleh Allah untuk menjadi manusia baru yang dikembalikan kepada rancangan-Nya semula (segambar dan serupa dengan Allah).
Dilahirkan oleh Allah untuk menjadi segambar dan serupa dengan Allah ini maksudnya adalah menjadikan nurani orang percaya menjadi nurani Ilahi. Sampai pada taraf menjadi nurani Ilahi inilah seseorang baru bisa dikatakan sudah mengalami kelahiran baru. Perubahan nurani ini bisa terjadi kalau seseorang mengalami pembaruan pikiran terus menerus oleh kebenaran Firman Tuhan, baik secara logos atau rhema. Hal ini hanya bisa terjadi oleh pekerjaan Roh Kudus, selama seseorang memberi diri atau meresponi penggarapan-Nya.

Harus diingat ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa hal ini mengakibatkan kita semua adalah anak Adam yang memiliki gambar dan rupa Adam (Kejadian 5:3) dan tidak lagi segambar dan serupa dengan Allah.
Puji syukur kepada Allah kita Tuhan kita Yesus Kristus oleh kasih karunia-Nya Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, dan semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah yang bernurani Ilahi yang bisa sepikiran dengan Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.
Oleh sebab itu seseorang yang menerima Yesus sebagai Tuhan harus mengalami kelahiran baru melalui proses melalui Air dan Roh (Yohanes 3:5). Dilahirkan oleh Air artinya kesediaan seseorang mati bersama-sama dengan Kristus, mati dari dosa, mati dari perbuatan daging kemudian hidup sebagai manusia baru yang mengenakan pikiran Kristus yang dipimpin oleh Roh Kudus. Dilahirkan dari Roh artinya kesediaan seseorang meresponi pimpinan Roh Kudus dan mentaati hasrat atau gairah dan kehendak yang ada pada Roh Kudus yang memimpinnya.
Kelahiran baru akan menempatkan seseorang sebagai anak-anak Allah, sebab berkeadaan sebagai anak Allah yang setiap saat hidup menuruti gairah yang ada pada Roh Kudus yang memimpinnya. Oleh kasih karunia di dalam Yesus Kristus kita dapat memiliki keberadaan sebagai anak Allah yang segambar dan serupa dengan Allah.
Inilah rancangan semula Allah yang harus dipenuhi oleh mereka yang percaya kepada Yesus Kristus. Dengan demikian orang percaya harus memasuki perjuangan mengalami kelahiran baru dan perubahannya yang terus menerus bertumbuh secara normal mengembangkan benih atau kodrat Ilahi atau manusia Allah di dalam dirinya.

Kelahiran baru tidak dapat terjadi secara otomatis/tanpa respon manusia tersebut.
Alkitab menggunakan istilah kelahiran untuk proses ini, yang dalam teks aslinya adalah gennao (γεννάω) yang artinya dilahirkan dari atas, tentu saja hal ini memiliki kesejajaran atau paralel dengan proses kelahiran anak manusia. Kelahiran dimulai dari pertemuan benih pria (sperma) dengan sel telur (ovum), kemudian menjadi zigot. Zigot berkembang terus menjadi janin dalam kandungan.
Selama 9 bulan janin harus dikandung, yang merupakan masa inkubasi, untuk siap dilahirkan ke luar dari rahim ibu.
Hal ini sejajar dengan iman datang dari pendengaran, pendengaran oleh Firman Kristus. Untuk menjadi iman perlu proses mendengar. Tentu tidak cukup satu kali mendengar khotbah, atau membaca satu buku, tetapi melalui proses yang panjang. Dalam hal ini dibutuhkan respon yang memadai dari setiap individu untuk tekun mengalami pembaharuan pikiran oleh Firman Tuhan dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus.
Kalau seseorang tidak tekun mendengar atau menerima Firman, bagaimana bisa memiliki iman? Firman di sini dalam teks aslinya adalah rhema (ῥῆμα), artinya Firman Tuhan yang dialami atau diterima dalam situasi konkret. Hal ini bisa terjadi melalui pengalaman hidup di mana Roh Kudus berbicara kepada seseorang.
Suara Roh Kudus itulah rhema.
Tentu orang bisa menangkap rhema kalau memiliki logos yang benar.
Logos adalah pengertian mengenai Fiman Tuhan yang dipelajari dari Alkitab, baik melalui khotbah langsung, buku, radio, televisi, internet dan lain sebagainya.
Seorang yang tidak memiliki logos yang benar tidak akan mendengar rhema yang benar pula.

Kalau untuk pertumbuhan janin dibutuhkan nutrisi dan pemeliharaan yang serius dan benar, maka paralel dengan hal ini, maka pertumbuhan rohani membutuhkan baik logos maupun rhema. Inilah yang disebut sebagai menghidupi karakter Ilahi atau karakter anak Allah dimana seseorang tidak sedang berjalan ditempat tetapi terus bertumbuh mengembangkan kodrat Ilahi didalam perilakunya.
Fokus hidup harus mengerucut hanya pada kepentingan bertumbuhnya benih Ilahi atau karakter anak Allah tersebut. Dalam hal ini respon manusia sangat dibutuhkan.
Jadi kalau dikesankan bahwa lahir baru adalah sesuatu yang mudah terjadi bahkan bisa otomatis karena kasih karunia, maka tidak akan ada perjuangan yang memadai dan proporsional dari individu untuk mengenal Pribadi dan kehendak Allah yang memiliki kehendak dan rencana untuk digenapi oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Menyadari hal ini maka target yang harus kita capai adalah bagaimana “mematikan” monster manusia lama di dalam diri kita, kemudian mengenakan manusia baru yang terus bertumbuh kuat dan berakar didalam kebenaran Firman Tuhan, sehingga pikiran dan perasaan Kristus yang mencengkeram dan menguasai hidup kita. Karena memang inilah yang dikehendaki oleh Tuhan, agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Inilah yang dimaksud perjuangan menghidupkan karakter anak Allah yang bernurani Ilahi yang dapat menjadi saksi-Nya dalam perkataan, perbuatan dan seluruh keberadaannya.
Suatu hari kalau kita menghadap Bapa di surga, Ia menemukan karakter Tuhan Yesus dalam hidup kita dimana Tuhan telah menjadi yang sulung diantara semua orang-orang percaya.
Amin.

Sabtu, 22 Juli 2017

MERAJAKAN TUHAN YESUS DALAM KEHIDUPAN SETIAP HARI


(Baca LUKAS 19:11-17).
Lukas 19:27
Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku."

Di dalam Lukas 19:11-27 Tuhan Yesus mengemukakan suatu perumpamaan yang tegas sekali, yang dengan sangat kuat hendak menunjukkan bahwa setiap orang yang tidak mau mengaku Yesus sebagai Raja akan dibinasakan.
Bangsawan yang ditampilkan di sini menunjuk kepada Tuhan Yesus.
Hamba-hambanya yang diberi talenta menunjuk kepada orang percaya.
Seteru-seteru bangsawan tersebut adalah orang-orang yang tidak mau menerima Tuhan sebagai Rajanya.
Dari perumpamaan ini terdapat beberapa fakta kehidupan bahwa tidak semua orang yang dipercayai Tuhan mengemban kepercayaan itu dengan baik.
Ada pihak-pihak yang terang-terangan atau sembunyi-sembunyi menolak ia menjadi rajanya.
Yang terang-terangan adalah mereka yang memusuhi Yesus, mereka adalah orang tidak percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan, sedangkan yang tidak terang-terangan adalah mereka yang berstatus hamba-Nya/orang percaya tetapi tidak mau taat kepada-Nya, tidak bertanggung jawab mengembangkan dan menyelesaikan tugas yang telah di berikan.
Lalu kita termasuk kelompok yang mana? Harus dengan serius kita selidiki diri kita sendiri, dan dengan jujur apakah tugas dan tanggung jawab sebagai orang percaya sudah kita penuhi dengan taat dan setia ?
Hendaknya kita memperhatikan apa yang alkitab katakan :
2 Korintus 13:5  Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.

Kesalahan hamba yang tidak mengembangkan apa yang dipercayakan kepadanya adalah ia tidak menyadari adanya tanggung jawab yang harus diselesaikan dengan tuntas, dan ia salah persepsi terhadap tuannya.
Ia menganggap tuannya keras, mengambil apa yang tidak pernah ia taruh dan menuai apa yang tidak pernah ia tabur.
Ini gambaran sikap hidup banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa Allah telah memberi anugerah dan anugerah itu harus dipertanggungjawabkan, dimana orang percaya dituntut mengembangkan kepribadiannya menjadi pribadi yang memiliki karakter Kristus, segambar dengan-Nya dan menularkan cara hidup yang demikian kepada sesamanya.
Tuhan akan mempertanyakan ketaatannya kepada Tuhan selama ia hidup, sampai sejauh mana pribadinya bisa mengembangkan karakter yang mengasihi Tuhan dan sesamanya.
Sejauh mana ketertundukan seseorang terhadap kehendak Tuhan Yesus yang menjadi Raja atas hidupnya adalah ketika seseorang berjuang atau tidak berjuang sama sekali mengembangkan karakternya hingga memiliki karakter Kristus kemudian menjadi saksi-Nya membawa jiwa untuk juga memiliki cara hidup yang sama.
Seseorang yang tidak mau berjuang melahirkan karakter Kristus didalam hidupnya, tidak dapat menjadi saksi yang benar untuk dapat menyatakan kemuliaan Allah, inilah yang dimaksud oleh Tuhan orang-orang yang tidak mau mengaku Tuhan Yesus sebagai Rajanya.
Orang seperti ini tentu masih menyimpan dan menyelenggarakan hidup didalam kedagingan manusia lamanya dan merasa terbebani, merasa terancam kenyamanan hidupnya dalam mengemban tugas ketaatannya dan pelayanannya kepada Tuhan.

Mari penuhi panggilan dari Tuhan Yesus yang menghendaki kita memperlakukan-Nya sebagai Raja setiap hari dalam kehidupan ini.
Tunduk kepada otoritas-Nya, mengembangkan sikap kepribadian yang memiliki ketaatan penuh terhadap seluruh kehendak dan rencana Tuhan Yesus, menghidupi nilai-nilai kekal didalam hidup, berkenan sampai akhir dihadapan-Nya, serta menyelesaikan dengan sempurna tanggung jawab sebagai anak-anak Kerajaan menjaga kekudusan hidup dan membawa jiwa-jiwa datang kepada Tuhan untuk belajar mengenal Pribadi-Nya, kehendak-Nya untuk diselenggarakan didalam hidup dengan tanpa batas berapapun harganya.

Wahyu 17:14
Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."

Amin.

Jumat, 21 Juli 2017

TUJUAN SATU-SATUNYA PERJALANAN HIDUP ORANG PERCAYA


2 Petrus 3:11-13
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup
12 yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.
13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.

Pada akhirnya perjalanan hidup manusia adalah, apakah ia diperkenan oleh Tuhan masuk ke dunia yang akan datang di langit baru dan bumi yang baru atau binasa untuk selama-lamanya di api kekal.
Petrus menuliskan bahwa bumi yang kita diami sekarang ini kelak akan hangus dan hancur oleh nyala api bahkan semua unsur yang ada dibumi hilang lenyap (2 Petrus 3:10).
Olehnya Rasul Petrus menasehati umat percaya untuk memperhatikan perkara-perkara rohani, kesucian dan kesalehan didalam hidup ini dan bukan perkara-perkara duniawi yang bersifat sementara bahkan kelak harus ditinggalkan.
Kalau sepintas di Perjanjian Lama menekankan hal-hal duniawi atau bendani, di lain pihak Perjanjian Baru menekankan hal-hal rohani.
Hal ini mengesankan bahwa Allah yang dinyatakan Alkitab bisa berubah.
Kalau demikian apakah Allah benar-benar bisa berubah, sementara terdapat banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang tidak berubah?
Sebenarnya Alkitab Perjanjian Lama tidak menekankan hal-hal duniawi semata-mata dan melupakan hal-hal rohani.
Abraham sebagai teladan iman kita yang hidupnya menjadi inspirasi dan pola iman kita menunjukkan kehidupan yang sangat rohani.
Ketaatannya kepada Allah sangatlah mutlak, ia rela melepaskan segala kesenangannya demi dapat menyenangkan dan memuaskan hati Allah. Pola iman Abraham sangat menunjukkan kehidupannya bukan terfokus kepada berkat jasmani tetapi kepada hal-hal yang sangat rohani.
Di zaman kegenapan menjadi rohani artinya memfokuskan diri kita kepada kesempatan untuk hidup mengambil bagian didalam kekudusan Allah, dan belajar dari pribadi yang Maha Agung Tuhan kita Yesus Kristus bagaimana menemukan kehidupan yang berkualitas tinggi sebagai anak-anak Kerajaan Allah yang dikehendaki oleh Allah yaitu menjadi serupa dan segambar seperti Kristus telah hidup.

Jika kita teliti sejarah bangsa Israel, sebenarnya bangsa itu bukanlah bangsa yang secara materi diberkati Tuhan. Dibanding dengan bangsa Cina, bangsa Israel jauh dari kejayaan.
Bangsa Cina bisa menguasai negerinya selama ribuan tahun. Sedangkan bangsa Israel hanya beberapa ratus tahun saja.
Perlu kita pertanyakan : Seberapa banyak berkat jasmani yang Tuhan berikan kepada umat Israel?
Berapa lama mereka menikmati tanah yang berlimpah susu dan madu?
Kalau kita mengamati kehidupan bangsa Israel, ternyata mereka tidak terlalu lama menikmati kemakmuran materi atau kemakmuran jasmani.
Dalam sejarah bangsa Israel tercatat bahwa selama 430 tahun mereka diperbudak bangsa Mesir. Sekitar tahun 1440 SM mereka meninggalkan Mesir. Selama 40 tahun mengembara di padang gurun.
Kemudian setelah menetap di tanah Kanaan (tahun 1400 SM), yaitu negeri perjanjian bagi keturunan Abraham, ternyata mereka tidak tidak terlalu lama menetap di sana, sebab mereka harus jatuh ke tangan berbagai musuhnya.
Israel Utara jatuh ke tangan bangsa Asyur tahun 722 SM dan Israel Selatan jatuh ke tangan bangsa Babel pada tahun 586 SM.
Zaman yang paling gemilang hanya pada zaman Daud dan Salomo. Akhirnya bangsa Israel dibuang ke dalam pembuangan.
Mereka mendiami tanah Kanaan tidak lebih dari 700 tahun, itu pun selalu jatuh ke tangan musuh atau ditindas musuh-musuh di sekitar Kanaan.

Catatan sejarah paling tragis adalah ketika Yerusalem dihancurkan Jendral Titus dari Roma tahun 70. Sejak itu bangsa Israel tercerai berai (diaspora) ke seluruh dunia. Pada waktu perang dunia kedua tahun 1939 sampai 1945, enam juta orang Yahudi dibantai oleh Hitler. Sebenarnya sejak bangsa Israel jatuh ke tangan musuhnya tahun 722 SM dan 586 SM mereka tidak pernah memiliki kerajaan sendiri yang diperintah oleh keturunan Yahudi. Baru pada tanggal 14 Mei 1948 negara Israel sekuler dideklarasikan di Tel Aviv.
Banyak orang tidak memahami sejarah bangsa Israel, sehingga mereka selalu membayangkan bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang diberkati Tuhan secara materi atau jasmani. Banyak orang menjadikan Abraham sebagai contoh seorang yang diberkati secara jasmani, tetapi mereka tidak melihat kehidupan Abraham yang sesungguhnya.
Hidup Abraham disita untuk sebuah pengembaraan untuk menemukan negeri yang Tuhan janjikan.
Segala sesuatu yang Abraham lakukan dalam menjalani hidupnya hanyalah untuk menemukan negeri yang Tuhan janjikan. Abraham sama sekali tidak mencari kenyamanan di bumi. Ia malahan meninggalkan Ur-Kasdim, meninggalkan kemapanannya untuk hidup sebagai pengembara mengikuti apa saja yang Tuhan perintahkan.

Kalau menghubungkan iman Abraham hanya dengan berkat jasmani, maka orang percaya akan kehilangan esensi kebenaran dari kehidupan sosok Abraham.
Negeri yang menjadi tujuan Abraham bukanlah tanah Kanaan di dunia ini, memang tanah Kanaan di Timur Tengah menjadi tanah perjanjian bagi keturunan Abraham.
Tanah itu diberikan Allah kepada keturunan Abraham untuk menggenapi lahirnya Mesias, yaitu agar semua bangsa di dunia diberkati oleh Tuhan dalam arti mereka berkesempatan diberi peluang yang sama dapat mengenal kasih karunia/anugerah keselamatan bagi mereka yang mau menyambut Tuhan Yesus, menerima Dia dan bersedia mengikuti jejak-Nya (Yohanes 1 :11-12).
Adapun tanah perjanjian bagi Abraham adalah negeri yang direncanakan dan dijanjikan oleh Tuhan. Tanah Kanaan di Timur Tengah hanyalah tempat menumpang sementara, bukanlah hunian tetap. Sedangkan Kanaan Surgawi di Langit Baru dan Bumi yang Baru adalah hunian tetap yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus (Yohanes 14:1-3), inilah tempat tujuan akhir hidup orang percaya yang menantikan Tuhan Yesus dengan hati yang tertuju kepada Dia dan kerajaan-Nya (2 Korintus 5:1 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia).
Negeri di Langit Baru dan Bumi yang Baru itulah yang dirindukan oleh Abraham dan para Rasul-Rasul Tuhan Yesus berserta para murid-murid lainnya sebagai tujuan akhirnya.
Sebagaimana tujuan akhir Abraham adalah Kerajaan Surga, maka orang percaya harus berprinsip dan berpendiran teguh seperti kehidupan Abraham yang menantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

Ibrani 11:8-10
8 Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
10 Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.

Amin.

Rabu, 19 Juli 2017

MENDAHULUKAN KERAJAAN ALLAH DAN KEBENARANNYA


Matius 6:31-34
31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Dalam konteks ayat ini Tuhan Yesus sedang berbicara mengenai kekhawatiran.
Tuhan mengajarkan agar orang percaya tidak boleh memiliki kekhawatiran negatif sehingga usaha memenuhi kebutuhan jasmani mengalahkan atau melampaui panggilan untuk mengumpulkan harta di surga, panggilan mempertajam pengertian mengenal kebenaran dan mengabdi kepada Tuhan (Matius 6:19-24).
Jika masalah hal makan dan minum lebih diutamakan, maka banyak orang mengabaikan panggilan yang penting yang memiliki dampak kekal tersebut sehingga mereka digolongkan sebagai orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal ini tidak boleh terjadi.
Berkenaan dengan hal ini kita perlu memeriksa Matius 6:32, di mana terdapat pernyataan yang harus dipahami dengan benar sebelum mengupas Matius 6:33.
Dalam Matius 6:32 Tuhan Yesus berkata: Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Apa yang dicari mereka? Kehidupan jasmani dan kelangsungannya yang sementara. Sedangkan orang percaya harus memfokuskan diri pada obyek lain, yaitu Kerajaan Surga yang kekal dimana Tuhan Yesus menghendaki di mana Ia ada kitapun berada bersama-sama dengan Dia.

Berkaitan tentang hal Kerajaan Allah, Paulus mengatakan bahwa " Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17).
Kerajaan Allah memiliki pengertian pemerintahan Allah hari ini melalui Roh Kudus, dan perwujudannya secara fisik nanti di langit baru dan bumi yang baru.
Kalau fokus hidup orang percaya pada kehidupan hari ini dan kelangsungannya, yaitu bagaimana menikmati dunia sama seperti orang pada umumnya menjadikan dunia ini sebagai fokus tujuan mencari kebahagiaan didalamnya, maka berarti mereka termasuk orang-orang yang akan digolongkan sebagai tidak mengenal Allah dan bukan anggota keluarga Kerajaan Allah.
Anggota keluarga Kerajaan Allah adalah orang-orang yang hatinya tidak tertaruh lagi kepada apa yang dunia katakan sebagai kebahagiaan dan keindahan hidup, tetapi berusaha hidup sesuai dengan pimpinan Roh Kudus dan fokus terhadap Kerajaan Tuhan Yesus yang akan datang dengan giat mengerahkan seluruh potensi hidup untuk kemuliaan Tuhan dan menyelamatkan jiwa-jiwa bagi kerajaan Tuhan Yesus.
Di sini letak perbedaan mencolok antara orang yang benar-benar disebut orang percaya dan yang tidak atau yang masih diwilayah abu-abu.
Dengan demikian mendahulukan Kerajaan Allah juga berarti bertekun hidup didalam kebenaran Allah, damai sejahtera dan sukacita oleh pimpinan Roh Kudus.
Ini berarti kita harus dalam kesadaran penuh mendahulukan kerajaaan Allah dengan hidup dipimpin oleh Roh Kudus.
Seseorang yang hidupnya dalam pimpinan Roh Kudus akan terlihat jelas dalam peragaan hidupnya yang dapat mematikan segala keinginan dagingnnya, seluruh keinginannya hanya mengingini apa yang Tuhan ingini dan tidak mengingini apa yang Tuhan tindak ingini.

Kata penting yang harus diperhatikan dalam Injil Matius 6:33 (Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu).
Carilah, kata ini dalam teks aslinya adalah "zeteite", dari akar kata "zeteo", yang berarti mencari, menyelidiki, memeriksa, mempertimbangkan, mencoba untuk mendapatkan, keinginan untuk memiliki, berjuang untuk sesuatu tujuan.
Kalau Tuhan berkata “carilah” artinya ada suatu perjuangan dengan keras untuk memperoleh sesuatu. Sesuatu itu adalah Kerajaan Allah dan kebenarannya.
Kebenaran dalam teks ini adalah dikaiosune (δικαιοσύνη) yang artinya adalah kebenaran yang bertalian dengan tingkah laku, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (Matius 5:20).
Berkenaan dengan hal ini Tuhan Yesus memang menghendaki agar orang percaya hidup secara luar biasa dalam peragaan kelakuan dihidupnya.
Hidup sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah adalah berkelakuan secara luar biasa hidup didalam kasih, kekudusan dan kebenaran Allah. Jadi kita harus berjuang untuk menghadirkan pemerintahan Allah dalam kehidupan pribadi. Dengan hal ini seseorang dipersiapkan menjadi warga Kerajaan Surga yang baik dengan kualitas kebaikan yang telah ditampilkan atau diperagakan oleh Tuhan Yesus selama hidup-Nya.

Orang-orang yang mendahulukan Kerajaan Allah adalah orang-orang yang jangkauan pandangnya menembus batas.
Seluruh talenta yang dimiliki, baik ia makan atau minum, bekerja, berbisnis, sekolah, kuliah, berumah tangga dan melakukan sesuatu yang lain semuanya ditujukan supaya ia semakin efektif menjadi alat kerajaan Allah dan kebenaran-Nya ditengah-tengah dunia yang fana ini.
Mereka melihat jauh kedepan dan memfokuskan hidupnya yaitu kepada kemuliaan dan kehidupan kekal yang akan diberikan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya.
Seluruh tujuan hidup tidak lagi tertuju mencari kebahagiaan dan keindahan dibumi ini, tetapi hanya tertuju pada Tuhan dan kemuliaan kekal hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus di Kerajaan-Nya yang bertahan kekal sampai selama-lamanya.

Roma 14:17-18
17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
18 Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

Amin.

Selasa, 18 Juli 2017

HIDUP BAGI KEPENTINGAN TUHAN


2 Korintus 5:14-15
14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.
15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Percaya kepada Tuhan Yesus bukan berarti dapat menggunakan Tuhan untuk kepentingan kita, tetapi hidup untuk kepentingan-Nya. Konsekuensi menerima Yesus sebagai Kurios (Tuhan) berarti hidup kita disita untuk mengabdi kepada-Nya. Kebenaran ini hanya dapat dipahami dan dikenakan untuk orang yang sudah dikuasai kasih Kristus dan menyadari bahwa Kristus telah mati bagi mereka dan membeli mereka dengan harga yang sudah lunas dibayar (1 Korintus 6:19-20).
Harus disadari sedalam-dalamnya bahwa Kristus mati bukan bagi keuntungan-Nya tetapi demi kita. Tanpa kematian-Nya, kita dikurung dalam kekuasaan iblis dan digiring ke dalam kegelapan abadi. Ia datang untuk membebaskan kita. Penebusan itu mengakibatkan kita menjadi milik Allah secara penuh. Pemilikan Allah ini harus disadari supaya kita “tahu diri” untuk tidak lagi hidup untuk kepentingan pribadi namun untuk kepentingan Tuhan yang telah menebus kita.
Kalau kita tidak menyadari hal ini, kita tidak pernah menerima keselamatan menjadi milik yang pasti sebab kita tidak mengakui kepemilikan Kristus atas diri kita.

Hidup ini harus ada yang memiliki.
Orang yang menyadari bahwa ia ada dalam pemilikan Kristus maka ciri utamanya adalah ia selalu ada dalam penurutan yang mutlak kepada kehendak Allah setiap saat didalam hidupnya dan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan Yesus lakukan (Yohanes 14:12).
Jadi, “diselamatkan” berarti dikuasai menjadi milik Tuhan untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Kepentingan Tuhan atas hidup kita, kita dapat dikembalikan kerancangan-Nya menjadi anak-anak Allah yang dapat mengenakan kodrat Ilahi berjalan didalam kekudusan-Nya, menjadi saksi-Nya dan menularkan/mengajarkan cara hidup Injil Kristus kepada semua orang.
Tidak mengerti hal ini berarti juga kita tidak mengerti prinsip keselamatan.
Orang yang diselamatkan harus mempersembahkan hidupnya sepenuh bagi Tuhan.
Dalam Roma 12:1-2 Paulus menjelaskan arti ibadah, yaitu mempersembahkan tubuh sebagai korban yang hidup, kudus dan yang berkenan. Ini artinya membudidayakan tubuh untuk kepentingan kehidupan sesuai dengan maksud Tuhan dan tidak menggunakan tubuh dalam bentuk perbuatan yang melanggar Firman Tuhan. Ini merupakan kewajiban agar anak-anak Tuhan meningkatkan kualitas kemampuan kerja dalam membudidayakan semua potensi yang ada di dalam dirinya untuk kemuliaan Tuhan (Yohanes 6:27) dan belajar kebenaran Alkitab untuk mengerti bagaimana menggunakan tubuh sesuai dengan Firman Tuhan.

Pernahkan kita benar-benar berperkara dengan Tuhan, yaitu apakah kita sungguh-sungguh kita telah termasuk manusia yang berdiri di pihak Tuhan atau tidak?
Apakah kita sungguh-sungguh telah mengabdi kepada Tuhan atau tidak?
Menjadi orang percaya, menjadi anak-anak-Nya bukan hanya untuk menerima fasilitas berkat-Nya, tetapi juga memberkati pekerjaan-Nya. Kita dipanggil untuk menderita bersama-sama dengan Dia (Filipi 1:29).
Paulus adalah sosok manusia yang benar-benar termasuk kelompok orang yang mengabdi kepada Tuhan.
Paulus bukan hanya sosok yang berjuang hidup bagi kepentingan Tuhan dalam memberitakan Injil Kristus namun ia juga pelaku firman yang melatih tubuhnya dan berusaha berkenan kepada Allah dalam seluruh perilakunya.
Inilah yang Tuhan kehendaki, agar kita memiliki pergumulan yang sama dengan Paulus. Kehidupan seperti itulah yang dikatakan sebagai “berpadanan dengan Injil” (Filipi 1:27). Injil yang merasuki seseorang akan menjadikan orang itu “pejuang bagi Kristus”. Kita belum dirasuki jiwa injil yang benar bila belum tampil sebagai “pejuang Kristus”.
Injil itu seperti ragi. Ragi itu pasti mengubah. Perubahan tersebut sampai tingkat radikal. Inilah yang diharapkan dan dikehendaki Tuhan bahwa kebenaran Tuhan menjadikan kita pejuang-pejuang Injil, pejuang kebenaran, pejuang bagi Kristus dalam menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya.
Bila tidak demikian, berarti Injil yang diterima salah. Tidak ada orang yang menerima Injil yang benar yang tidak menjadi pejuang bagi Kristus.

Tuhan Yesus berkata : barang siapa tidak mengumpulkan bersama Yesus, ia mencerai-beraikan (Lukas 11:23).
Merupakan keharusan untuk membantu (melayani) Tuhan bagi kepentingan-Nya. Dalam hal ini orang Kristen yang dewasa berpendirian bahwa ia tidak berhak menuntut Tuhan tetapi Tuhanlah yang berhak menuntutnya sebab hidupnya telah dibeli untuk hidup bagi kepentingan-Nya.
Orang Kristen yang dewasa tidak hanya melibatkan Tuhan dalam masalahnya, tetapi melibatkan dirinya dalam masalah pekerjaan Tuhan. Harus disadari bahwa setiap orang yang telah ditebus, maka hidupnya bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk hidup bagi Dia yang sudah mati bagi dia, yaitu hidup bagi Yesus.
Tuhan Yesus menuntut ketegasan kita, kepada siapa kita bersekutu dan untuk siapa kita hidup. Dunia adalah sebuah realitas yang harus dihadapi dengan serius. Kita tidak boleh plin-plan, karena sangat berbahaya.
Banyak orang Kristen yang tidak hidup serius. Mereka seperti orang yang sedang tidur. Mereka dibuat iblis kehilangan arah hidup Kekristenan yang benar.
Oleh sebab itu kita harus selalu berjaga-jaga dan giat dalam bekerja bagi kepentingan Tuhan dengan segenap hati, hal ini adalah harga mati bagi orang percaya yang hidupnya ada didalam kepemilikan Kristus.

Filipi 1:29
Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,

Amin.

Senin, 17 Juli 2017

MENTAATI PIMPINAN ROH ALLAH YANG DIAM MENETAP


Roma 8:9
Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Kalimat "jika memang Roh Allah diam di dalam kamu", Kata penting dalam ayat ini adalah “diam” dalam teks aslinya adalah oikeo (οἰκέω) yang berarti to dwell in yang berarti tinggal bersama dalam satu rumah.
Kata oikeo bertalian dengan kata oikos yang artinya rumah.
Hal ini menunjuk kepada kebersamaan dalam keadaan harmonis dalam satu rumah.
Dalam ayat ini Paulus menunjukkan bahwa orang percaya yang memiliki Roh Kudus atau benar-benar dirinya menjadi rumah Roh Kudus adalah mereka yang ada dalam kebersamaan yang harmonis dengan Roh Kudus karena mengikuti pimpinan-Nya. Sebagai buahnya dilahirkan hasrat atau gairah yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Orang percaya harus menuruti hasrat atau gairah yang terdapat pula dalam Roh Kudus tersebut. Hasrat atau gairah itu juga ada di dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus.
Pada waktu Tuhan Yesus mengenakan tubuh manusia Ia memberikan teladan dan menjadi prototipe manusia sejati yang berjalan bersama Roh Kudus secara sempurna, sehingga Tuhan Yesus berhasil melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna.

Banyak orang Kristen merasa bahwa dirinya pasti memiliki Roh Allah, tetapi dari pernyataan Paulus ini tegas dikatakan bahwa kalau orang hidup menurut daging (secara terus menerus) berarti Roh Allah tidak diam di dalam dirinya. Hal ini terjadi karena seseorang menolak kehadiran Roh Kudus secara tetap di dalam dirinya atau tidak memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus.
Inilah orang yang mendukakan Roh Kudus, memadamkan dan akhirnya menghujat Roh Kudus. Roh Kudus yang lemah lembut selalu menuntun orang percaya dengan kesabaran, tetapi kesempatan yang diberikan kepada setiap individu pasti terbatas. Jika seseorang menolak pimpinan Roh Kudus terus menerus, maka ia mendukakan Roh Kudus. Jika hal ini berlarut-larut maka ia bisa memadamkan Roh Kudus, artinya ia tidak mampu mendengar suara Roh Kudus atau tidak menangkap sama sekali peringatan-Nya. Dalam hal ini Roh Kudus disia-siakan, sehingga tidak berfungsi sama sekali. Akhirnya orang seperti ini akan menghujat Roh Kudus. Bukan tidak mungkin seorang Kristen yang masih beragama Kristen, pergi ke gereja tetapi sebenarnya sudah tidak mampu mendengar suara Roh Kudus atau tidak mampu lagi menerima peringatan Tuhan melalui Roh Kudus.

Dengan hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah atau hidup dalam pimpinan Roh, maka seseorang mampu hidup seperti hidup yang telah dijalani oleh Yesus dua ribu tahun yang lampau waktu mengenakan tubuh manusia. Dengan demikian Roh Kudus diam (oikeo) dalam kehidupan orang tersebut.
Jika hal ini terjadi, maka orang tersebut memiliki roh Kristus/roh mengurapan yang melahirkan ketaatan kepada Bapa.
Orang yang memiliki roh Kristus adalah milik Kristus. Sebaliknya, seorang yang tidak hidup dalam pimpinan Roh Kudus pasti tidak dalam penurutan terhadap kehendak Allah.
Mereka juga pasti tidak memiliki hasrat atau gairah Kristus. Orang-orang seperti itu tidak dapat menjadi milik Kristus, sebab mereka memiliki dirinya sendiri.

Paulus mengatakan: Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran (Roma 8:10).
Dengan gairah Kristus menguasai seseorang, maka terjadi proses penyempurnaan di mana keinginan daging dapat dimatikan, sehingga roh Kristus yang sama dengan gairah yang ada dalam Yesus menguasai orang percaya tersebut.
Inilah orang-orang yang dimerdekakan dari hukum dosa dan maut. Hasrat atau gairah yang dilahirkan dari kebenaran yang diajarkan Roh Kudus dapat menguasai kehidupan seseorang, yaitu atas tubuhnya yang tadinya ada dalam cengkeraman kodrat atau hukum dosa .

Kemudian Paulus mengatakan: Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu (Roma 8:11).
Dalam tulisan ini Paulus menyatakan mengenai janji Tuhan, bahwa jika kita hidup dalam pimpinan Roh, kita menjadi anak-anak Allah yang suatu hari akan memiliki kebangkitan seperti kebangkitan yang dialami oleh Tuhan Yesus. Dalam hal ini kebangkitan dari antara orang mati dan memiliki kemuliaan seperti Tuhan Yesus tidak dialami sembarang orang, tetapi hanya mereka yang memiliki gairah Tuhan Yesus atau Roh Kristus atau ketaatan seperti Kristus telah hidup. Mereka adalah orang-orang yang layak dibangkitkan dengan tubuh kebangkitan seperti tubuh Tuhan Yesus.

Amin.

Sabtu, 15 Juli 2017

MENJADI BAIT ALLAH YANG KUDUS


Efesus 2:21-22
21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Tuhan mempunyai rencana bagi setiap kita untuk kemuliaan-Nya. Maukah kita memberi diri untuk dibentuk-Nya menjadi pribadi yang dilayakkan sebagai anggota kerajaan Allah yang kudus, dan berkenan dihadapan-Nya? Maukah kita melayani-Nya, sebagai batu hidup untuk membangun bait Allah? (1 Petrus 2:5).
Tuhan ingin membangun bait Allah yang baru, yaitu gereja-Nya secara universal, yang tidak merupakan bangunan fisik yang dibuat manusia, melainkan bangunan yang disusun dari orang-orang percaya di dalam Tuhan. Dari tulisan Rasul Paulus, kita dapat mempelajari beberapa hal.

Pertama, gereja adalah bangunan yang rapi tersusun dari orang-orang percaya. Gereja dirancang oleh Tuhan Yesus sebagai batu-batu yang disusun secara rapi oleh-Nya, hal ini menunjuk Tuhan punya kepentingan untuk membentuk hidup kita sesuai rancangan dan kehendak-Nya, oleh karena itu kita harus menyediakan diri dengan segenap hati menerima pembentukan dari-Nya dengan respon yang terus mau belajar taat mengenakan kehendak-Nya setiap hari.
Kedua, gereja adalah bait Allah, tempat kudus bagi-Nya.
Karena itu sebagai imamat yang rajani, kita harus senantiasa mempersembahkan kurban syukur kepada Allah, melalui hati dan bibir kita (Ibrani 13:15) yang dibuktikan dengan perbuatan kita sehari-hari yang memuliakan Dia.
Ketiga, gereja adalah tempat kediaman Allah.
Roh-Nya tinggal di dalam kita (1 Korintus 6:19).
Allah sudah membeli kita sebagai bahan bangunan untuk rumah-Nya, supaya Ia bisa tinggal di dalam kita. Karena itu kita tidak boleh hidup semau kita sendiri, tetapi harus hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Saat Salomo membangun bait Allah, ia mempersiapkan batu-batu di tempat penggalian yang jauh, sehingga di tempat konstruksi bait Allah tidak terdengar suara palu, kapak atau perkakas besi lain (1 Raja-Raja 6:7). Artinya, Roh Kudus mempersiapkan kita terlebih dahulu supaya layak menjadi bagian dari gereja rohani-Nya.
Kita harus mau dibentuk sesuka-Nya tanpa mengeluh.
Segala kesulitan hidup merupakan bagian dari pembentukan yang dilakukan oleh Allah agar kita menjadi serupa dengan gambaran Tuhan Yesus, dan saat bangunan gereja rohani ini selesai maka saat itu juga Tuhan Yesus datang kembali menjemput orang percaya, membawanya ketempat dimana Ia ada orang percaya pun ada bersama dengan Dia.
Jadi, sesulit apapun keadaan kita dalam mengiring Tuhan, pastikan kita tetap menyediakan diri kita dengan rela dibentuk oleh Tuhan menjadi pribadi yang dilayakkan sebagai anggota kerajaan Allah.
Biarkan Tuhan membentuk diri kita menjadi bagian dari bangunan yang indah dimata-Nya.
Bangunan indah ini adalah peningkatan karakter umat pilihan dari waktu ke waktu menjadi semakin serupa seperti karakter Kristus.

Model manusia yang direncanakan dan dikehendaki oleh Allah adalah model manusia yang selalu mengenakan karakter Tuhan Yesus (Roma 8:29).
Menyadari hal ini berarti kita tidak boleh lagi serupa dengan dunia ini, saatnya kita harus masuk terus menerus kedalam proses pembaharuan pikiran yang terus diubahkan oleh Firman Tuhan setiap hari dengan tanpa batas mencari perkenanan-Nya untuk dihidupi dan dilakukan didalam hidup secara bertekun.
Sebagai orang percaya yang ditempatkan sebagai umat pilihan-Nya, kita tidak boleh lagi mengabaikan Tuhan.
Mengabaikan Tuhan artinya seseorang lebih banyak mengutamakan kepentingan kesenangan diri sendiri seperti memburu gelar demi nilai diri dihadapan manusia, gila kekuasaan, kehormatan, berlimpahnya harta kekayaan dan lain sebagainya.
Banyak gereja-gereja lebih menekankan membangun fasilitas fisik daripada kehidupan rohani dan iman jemaat Tuhan. Gereja yang benar akan lebih menekankan pembangunan rohani jemaat Tuhan, mempersiapkan umat Tuhan menjadi mempelai Kristus yang layak, kudus dan tidak bercacat cela.

Gereja harus memahami panggilan agung untuk membangun secara bertekun karakter Kristus didalam kehidupannya.
Orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan yang berstandar Kristus sendiri.
Tuhan Yesus adalah Allah yang sempurna dalam kelakuan, maka jelas kita dipanggil untuk sempurna seperti Tuhan Yesus dalam setiap kelakuan kita.
Allah datang ke dalam dunia bukan saja hendak menyelamatkan jiwa kita, tetapi juga watak kita.
Kita bukan saja dipanggil untuk dibenarkan, tetapi juga menjadi benar-benar benar.
Berkenaan dengan hal inilah kita harus selalu memberi diri dibentuk oleh Bapa, menjadi bait Allah yang kudus demi dapat menjadi anak kesukaan Bapa.
Menjadi anak kesukaan Bapa berarti kita menjadi orang yang selalu memuaskan hati Bapa dalam segala hal, baik yang kita renungkan, pikirkan, ucapkan dan yang kita lakukan.

Amin.

Kamis, 13 Juli 2017

MENAKLUKKAN AKAL BUDI KEPADA HUKUM ALLAH


2 Korintus 10:3-5
3 Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,
4 karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.

Rasul Paulus tegas mengatakan bahwa ia sendiri secara sadar menaklukkan pikirannya/akal budinya kepada Kristus.
Hal ini menunjuk bahwa Paulus selalu bertindak menurut gairah pikiran Kristus.
Inilah yang dimaksud hidup menurut roh (2 Korintus 12:18).
Hidup menurut roh dalam konteks ini menunjuk suatu hasrat atau gairah, yaitu gairah yang lahir dari pimpinan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
Dengan demikian hidup menurut roh artinya seseorang memiliki gairah Kristus di dalam kehidupannya, dan menuruti roh (gairah) tersebut.
Proses dipimpin oleh Roh yang membuat seseorang hidup menurut roh harus diawali dari penebusan atas manusia berdosa melalui darah Tuhan Yesus di kayu salib.
Itulah sebabnya dalam Roma 8:3-4 tertulis: "Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut roh".
Ini barulah langkah awal yang dilakukan oleh Tuhan, tanpa peran kita sama sekali.
Tetapi selanjutnya orang yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus harus dengan ketat mewarnai hidupnya, mengisi pikiran dengan Firman Tuhan setiap hari secara memadai dan meninggalkan cara hidup yang sia-sia yang diwarisi dari nenek moyang (1 Petrus 1:17-18), yaitu dengan cara hidup menurut roh bukan menurut daging agar terbebas dari penghukuman.

Itulah sebabnya Roma 8:12-13, tertulis bahwa orang percaya berhutang bukan untuk hidup menurut daging, tetapi hidup menurut roh. Dengan demikian, setiap orang percaya tidak bisa tidak, harus hidup menurut roh, bukan menurut daging. Orang yang masih hidup dalam daging pasti binasa.
Orang percaya dipanggil tidak untuk hidup menurut daging, tetapi menurut roh.
Sebab hanya orang yang hidup menurut roh yang tidak ada dalam penghukuman.
Dari pernyataan Paulus tersebut jelas sekali kebenaran bahwa bebas dari penghukuman tidak secara otomatis diterima atau dialami semua orang Kristen yang hanya dengan mulut mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, dan yang merasa hatinya percaya atau pikirannya setuju terhadap status Yesus tersebut.
Harus selalu kita sadari bahwa percaya kepada Tuhan Yesus tidak berhenti dipengakuan dibibir saja tetapi harus dibuktikan melalui tindakan iman dalam penurutan terhadap kehendak Allah, mengikuti seluruh jejak hidup yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus (1 Petrus 2:21).
Bebas dari penghukuman hanya terjadi atau berlaku atas mereka yang tidak hidup menurut daging, tetapi hidup menurut roh, dengan cara inilah orang percaya dapat menghargai karya penebusan yang ditelah dikerjakan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib. Berkenaan dengan hal ini kita semakin mengerti bahwa yang dikatakan sah sebagai anak-anak Allah dihadapan Allah adalah mereka yang hidupnya dipimpin Roh Allah (Roma 8:14).

Paulus menyatakan : Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut roh, memikirkan hal-hal yang dari roh.
Orang yang hidup dalam daging adalah orang yang tidak hidup sesuai dengan pikiran, perasaan dan kehendak Allah.
Bagi bangsa Israel sebelum zaman anugerah, perkenanan atau kehendak Allah diukur dengan taat melakukan hukum Taurat, tetapi di zaman Perjanjian Baru, perkenanan Allah diukur dengan hidup atau berperilaku selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Itulah sebabnya kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Filipi 2:5-7).
Memiliki pikiran dan perasaan Kristus sama artinya memiliki roh Kristus atau ketaatan sama seperti Kristus telah hidup yang makanan-Nya hanya melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Hal ini sama dengan hidup menurut roh.
Inilah yang diusahakan Paulus bahwa dengan sungguh-sungguh ia menaklukkan akal budinya kepada hukum Allah, sekalipun ia masih mengenakan tubuh yang terikat dengan kodrat dosa (Roma 7:25).
Hukum Allah di sini merupakan kebalikan dari hukum dosa (hamartia). Jadi hukum dosa (hamartia) menunjuk kepada kodrat dosa, sedangkan hukum Allah dalam konteks ini menunjuk kepada kodrat Ilahi atau standar kesucian Allah.
Usaha menaklukkan akal budi kepada hukum Allah (kodrat Ilahi yang berstandar kesucian Allah) merupakan usaha untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus agar menghasilkan hidup menurut roh.

Perjalananan hidup yang terus menerus taat dipimpin oleh Roh Kudus menghasilkan hidup menurut roh/gairah spirit atau hasrat yang sama seperti yang ada pada Roh Kudus yang memimpinnya.
Inilah hidup kemerdekaan yang sejati dimana seseorang memiliki pembebasan dari hukum dosa atau kodrat dosa atau hidup dari keinginan daging atau hidup yang tidak sesuai dengan pikiran Kristus.

Amin.

Rabu, 12 Juli 2017

PENGHARAPAN YANG BENAR DAN MENYUCIKAN


1 Petrus 1:13-16
13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.
14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Mengapa banyak orang yang menyebut dirinya Kristen tetapi tidak berniat untuk mencapai kesucian hidup di dalam Tuhan?
Mengapa sekalipun Tuhan mengatakan bahwa itu tidak mustahil, tetapi sulit sekali bagi manusia untuk berusaha apalagi benar-benar hidup kudus?
Firman Tuhan tegas berkata, “Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”.
Nasihat untuk memiliki kekudusan seperti kekudusan Allah sendiri diawali dengan nasihat agar orang percaya menaruh seluruh pengharapan atas kasih karunia yang akan dianugerahkan kepada orang percaya pada waktu kedatangan-Nya (ayat 13). Ini berarti tidak ada yang lebih kita nantikan dan kita harapkan daripada kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Pada waktu itulah Tuhan akan mengaruniakan kemuliaan bersama dengan-Nya dalam Kerajaan Surga.

Rasul Yohanes juga menulis bahwa setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (1 Yohanes 3:3 ), pengharapan disini tentu menunjuk pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua kali menjemput orang percaya yang taat kepada-Nya dan memberikan hidup kekal selama-lamanya didalam kerajaan-Nya.
Inilah ciri utama orang yang menantikan kedatangan Tuhan dimana ia menggelar kehidupannya seperti Kristus telah hidup didalam kesucian dan kebenaran.
Dengan demikian bila seseorang masih memiliki pengharapan yang lain dimana dunia dianggap masih dapat membahagiakan hidupnya tentu ia tidak akan sungguh-sungguh mempunyai pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus secara benar, ia tidak mungkin dapat sungguh-sungguh memiliki hasrat untuk hidup suci, sebab hidupnya akan disita untuk mencari kepuasan hidup yang berasal dari dunia untuk dapat membahagiakan dirinya.
Percuma nasihat diberikan kepada orang percaya untuk memiliki kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, kalau tidak menaruh pengharapan sepenuhnya menantikan akan kedatangan Tuhan di dalam hatinya.

Dunia hari ini telah membuat manusia dipenuhi oleh berbagai pengharapan, terutama pada kekayaan duniawi dan segala kesenangannya. Yang menjadi impian orang adalah uang banyak, rumah besar, mobil mewah, terhormat di mata orang lain, anak sukses dalam studi, jodoh yang sesuai dengan keinginannya dan lain sebagainya. Gairah untuk hidup dalam kesucian telah tersingkir oleh berbagai harapan dan cita-cita fana ini, hidupnya dihabiskan semata-mata untuk pencarian dan menikmati kesenangan hidup dunia hari ini sehingga tidak memperhatikan hal utama dimana perlombaan yang diwajibkan bagi orang percaya adalah dapat melakukan kehendak Bapa, menyelesaikan pekerjaan-Nya, dengan demikian mahkota kekal yang hendak kita kenakan di surga, harus kita menangkan sejak di bumi dengan taat melakukan kehendak Bapa, takut dan gentar mengerjakan keselamatan dan hidup didalam kesucian-Nya.
Jadi, jawaban dari pertanyaan mengapa banyak orang tidak berniat untuk hidup suci adalah karena mereka telah menaruh pengharapan yang salah.
Orang yang menaruh pengharapan kepada dunia tidak akan memiliki kerinduan yang ideal yang sungguh-sungguh untuk hidup suci sebab hatinya masih tertaruh didalam dunia ini untuk dapat membahagiakannya dan ia tidak sepenuhnya berminat menaruh seluruh pengharapan kebahagiaannya di Kerajaan Bapa di Surga.

Hanya orang yang menaruh sepenuhnya pengharapan kepada kedatangan Tuhan Yesus dan menantikan perwujudan kerajaan-Nya secara fisik dilangit baru dan bumi yang baru yang pasti dapat memiliki dan berkerinduan untuk hidup didalam kekudusan-Nya secara ideal sesuai dengan standar Tuhan yaitu seperti Kristus telah hidup.
Hari ini pertanyaan yang harus kita jawab adalah di manakah kita menaruh pengharapan kita hari ini?
Pengharapan yang benar dalam kehidupan orang percaya yang sejati adalah pengharapan atas kasih karunia dalam ketekunan menantikan kedatangan Tuhan Yesus yang dimana ia terus melahirkan dirinya menjadi anak-anak Allah yang senantiasa berkerinduan untuk hidup didalam kesucian-Nya, menularkan cara hidup yang demikian kepada semua orang disekitarnya dan menjadi saksi-Nya dalam perbuatan yang menjadi berkat bagi sesama.

Amin.