Selasa, 29 November 2016

PANGGILAN UNTUK MENGHARGAI JIWA MANUSIA


Matius 18:12-14
12 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?
13 Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.
14 Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang."

Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Bapa adalah Pribadi yang memiliki inisiatif yang kuat dan tinggi mencari mereka yang terhilang untuk diselamatkan dari cara hidup yang sia-sia.
Hal ini juga menunjukkan bahwa Bapa sangat mengasihi jiwa-jiwa sebab bagi Bapa jiwa manusia sangatlah berharga.
Sikap Bapa yang sangat agung ini mestinya juga harus ada didalam sikap hidup orang percaya.
Tuhan menghendaki supaya tidak seorangpun yang binasa.
Berkenaan dengan hal ini Tuhan Yesus sudah menjadi yang sulung bagi orang percaya dalam meneladankan bagaimana mengasihi dan menghargai jiwa manusia.
Dalam kisah yang ditulis dalam Yohanes 4 mengenai perjumpaan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria merupakan peta dari hati Tuhan dalam menghargai jiwa manusia.
Walaupun Tuhan Yesus sudah sangat lelah dan lapar setelah sepanjang hari dalam perjalanan, tetapi Tuhan Yesus bisa mengabaikan keletihan-Nya demi untuk menjumpai perempuan Samaria di perigi Yakub, dekat kota Sikhar.
Itulah yang disebut Tuhan Yesus sebagai " "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya".
Selama ini tidak ada orang yang memperdulikan keselamatan dan kehidupan wanita berdosa ini, tetapi Tuhan Yesus memerhatikan dan memperdulikannya.

Ketika Tuhan Yesus di kota Yerikho, Ia berjalan terus sampai Ia bertemu dengan Zakheus dan menginap di rumahnya (Lukas 19).
Walaupun untuk itu Ia harus mendapatkan kritik dan kecaman pedas dari orang-orang yang menganggap-Nya kompromi dengan orang berdosa.
Penjelasan Alkitab yang paling tegas mengenai penghargaan Tuhan terhadap jiwa manusia tertuang dalam pernyataan-Nya sendiri ketika Ia berkata: “…sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28). Hal ini sinkron dengan Lukas 19:10, bahwa Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Di bagian lain Tuhan Yesus mengatakan: untuk apa seseorang memperoleh segenap dunia kalau jiwanya binasa atau kehilangan nyawanya?

Penghargaan terhadap nilai jiwa manusia ini dipahami benar oleh Petrus, sehingga dalam tulisannya ia menyatakan: Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (2 Petrus 3:9). Bisa dimengerti, kalau Tuhan Yesus menyatakan jika seorang anak manusia bertobat, maka ada sukacita besar di sorga.
Penghargaan terhadap nilai jiwa ini menggerakkan Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya sendiri.
Ini menunjukkan bahwa nilai jiwa manusia adalah tak terhingga.

Seorang anak Tuhan yang dirinya mau menjadi alat peraga Tuhan harus memiliki sikap seperti Tuhan Yesus dalam menilai jiwa manusia.
Demi keselamatan jiwa manusia, Tuhan Yesus harus rela mengorbankan apa pun yang ada pada-Nya.
Kalau seseorang masih memberi nilai tinggi kepada hal lain lebih dari jiwa manusia, maka ia tidak akan dapat berjalan seiring dengan Tuhan.
Orang seperti ini tidak mungkin dapat menjadi kawan sekerja Allah. Kehidupannya tidak mungkin memancarkan keagungan pribadi sebagai anak-anak Allah yang berkenan dihadapan Tuhan.
Bisa dibuktikan, orang yang mengasihi dan menghargai nilai jiwa manusia pasti memiliki pribadi yang agung yang keharuman kasih Kristus didalam dirinya pasti bisa dirasakan oleh banyak orang.

Orang yang memiliki sikap hati seperti Tuhan Yesus, pasti memiliki kepedulian terhadap orang lain.
Ia pasti merasa bertanggung jawab atau terbeban atas keselamatan orang lain. Jika demikian, maka apa pun rela ia korbankan demi keselamatan orang lain; harta, perasaan, waktu dan lain sebagainya.
Ia memiliki kegigihan yang tinggi dalam ladang pekerjaan Tuhan.
Demi kepentingan pelayanan pekerjaan Tuhan, misi dan berbagai pelayanan yang bertendensi menyelamatkan jiwa didukungnya tanpa batas.
Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang baru layak disebut sebagai orang-orang yang memperagakan kehidupan Tuhan Yesus yang pernah hadir di tengah-tengah dunia dua ribu tahun yang lalu.
Untuk hal ini seseorang tidak harus menjadi pendeta atau aktivis gereja.
Yang penting melalui segala hal yang dilakukan, ikut mengambil bagian dalam keselamatan jiwa orang lain.
Untuk ini jiwanya sendiri juga harus sudah selamat, maksudnya ia pun sendiri harus tetap mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar, terus mengambil bagian didalam kekudusan-Nya dan hidup tidak bercacat dan tidak bernoda dihadapan Tuhan setiap saat.

Pelayan Tuhan yang melayani karena penghargaannya terhadap nilai jiwa manusia, pasti melayani dengan motivasi yang murni.
Ia tidak akan bersikap diskriminatif.
Ia tidak membedakan yang kaya dan yang miskin, latar belakang suku, bangsa dan lain sebagainya.
Dalam pelayanan, baginya yang penting jiwa-jiwa diselamatkan yaitu dikembalikan kepada rancangan Tuhan yang semula menjadi anak-anak Allah yang menghidupi nilai-nilai kehidupan yang berstandar kesucian Allah.
Jadi fokus pelayanan yang benar adalah bukan pada besarnya gedung gereja dan jumlah anggota gereja.
Tentu keselamatan jiwa di sini bukan sekadar membawa orang menjadi anggota gereja, tetapi mendewasakan semua orang yang sudah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan, sehingga mereka semakin berkarakter Kristus; hidup dalam kesucian Tuhan yang sempurna.
Selama seseorang masih hidup dalam dosa, bersahabat dengan mencintai dunia dan masih hidup serupa dengan dunia ini, ini berarti ia belum bersedia diselamatkan oleh Tuhan, ia tidak mungkin bisa menyelamatkan orang lain jika ia sendiri belum bersedia masuk kedalam proses keselamatan secara benar seperti yang telah Tuhan gariskan.

Amin.

Minggu, 27 November 2016

PENGERTIAN "MENGUMPULKAN HARTA DI SORGA"


Matius 6:19-24
19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
24 Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Dari perkataan Tuhan Yesus Kristus sendiri, Tuhan menghendaki dan memerintahkan agar kita harus mengumpulkan harta di sorga dan bukan dibumi.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di sorga itu?
Terdapat bermacam-macam penafsiran terhadap pengertian mengumpulkan harta di sorga.
Ada yang mengartikan mengumpulkan harta di sorga adalah kegiatan pelayanan di gereja. Mereka menghabiskan waktu mereka untuk kegiatan-kegiatan yang dikategorikan sebagai kegiatan rohani, yaitu kegiatan yang ada di lingkungan tembok gereja.
Dengan kegiatan tersebut mereka meyakini Tuhan akan memberikan upah di dalam sorga nanti. Tanpa sadar mereka berpikir, bahwa semakin banyak dan aktif kegiatan mereka di gereja, maka upah yang diterima di sorga nanti lebih besar. Dengan pandangan ini berarti hanya mereka yang memiliki banyak kegiatan di gereja yang memperoleh upah besar di sorga. Karena konsep yang salah ini banyak orang Kristen yang mengorbankan tanggung jawabnya di rumah, pekerjaan, bisnis dan lain sebagainya demi kegiatan gereja. Dengan pernyataan ini bukan berarti kegiatan di lingkungan gereja tidak perlu. Tetapi hendaknya kita memahami dengan tepat apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di sorga, sehingga kita menempatkan kegiatan gereja secara proporsional.

Ada pula yang mengartikan mengumpulkan harta di sorga sebagai memberikan uang atau harta kepada kegiatan gereja.
Mereka berpendapat bahwa dengan melakukan tindakan tersebut diyakini memperoleh barter imbalan kekayaan dalam Kerajaan Sorga. Dengan pandangan ini mereka berpikir bahwa semakin banyak uang atau harta diberikan untuk kegiatan pelayanan gerejani maka upah mereka semakin besar di sorga.
Telah terpatri dalam pikiran banyak orang Kristen bahwa dengan menyumbangkan uang mereka untuk kegiatan gereja mereka mengumpulkan harta di sorga. Jika dipahami bahwa semakin banyak uang atau harta diberikan ke gereja maka semakin besar upah di sorga, maka hanya orang-orang kaya yang memperoleh upah dan harta besar di sorga. Pernyataan ini bukan berarti dimaksudkan agar kita tidak perlu mendukung pelayanan pekerjaan Tuhan dengan uang kita. Kita harus mencari uang sebagai pengabdian kita kepada Tuhan sebab uang adalah sarana untuk melayani Tuhan. Tetapi hendaknya kita memahami pengertian mengumpulkan harta di sorga dengan tepat.

Menjawab pertanyaan apakah yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di sorga, terebih dahulu kita harus memahami apakah yang dimaksud dengan harta di sorga itu. Harta di sorga bisa memiliki dua pengertian, dan keduanya bertalian.
Pertama, harta di sorga adalah Tuhan sendiri. Mengenai bagaimana keadaan di sorga nanti bukanlah hal yang penting, sebab yang terpenting bertemu dengan Tuhan muka dengan muka nanti. Tuhanlah kerinduan orang percaya. Penjelasan ini tidak lengkap tanpa penjelasan harta di sorga dari dimensi kedua.
Kedua, harta di sorga adalah nurani kita yang benar sesuai dengan nurani Tuhan. Dalam Matius 6:22-23 Tuhan Yesus berkata: Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Mata dalam teks ini adalah nurani. Kalau nurani seseorang “terang” atau sesuai dengan Tuhan, maka semua yang dilakukan pasti sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.

Kalau kebenaran sudah sampai pada nurani maka kebenaran batin telah dicapai, maka kesucian hidup yang sejati dicapai.
Kesucian Kristiani bukan hanya berarti tidak berbuat dosa tetapi tidak bisa berbuat dosa lagi.
Orang-orang seperti ini dapatlah berjalan bersama dalam fellowship atau persekutuan yang harmoni dengan Tuhan Yesus.
Mereka akan dilayakkan menjadi mempelai Tuhan.
Anak Tuhan yang mengarahkan menjadi mempelai atau kekasih Tuhan lah yang dikategorikan telah menemukan Tuhan.
Tuhan sudah dimiliki sebagai harta. Dengan demikian mengumpulkan harta di sorga berarti mengembangkan diri kita menjadi manusia yang memiliki gambar Kristus yang selalu dapat mengenakan kekudusan-Nya setiap saat, menjadi berkat dan pembawa terang Tuhan bagi sesama.
Orang-orang seperti ini pasti memberi waktu untuk mengambil bagian dalam pelayanan gerejani dan mendukung pekerjaan Tuhan dengan hartanya tanpa batas.
Inilah sesungguhnya perjalanan musafir pengikut Kristus yang sejati.

1 Petrus 3:3-4
3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Amin

Sabtu, 26 November 2016

CARA MEMANDANG HIDUP YANG DIUBAHKAN


Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Sebelum ayat ini muncul Tuhan Yesus membicarakan tentang masalah mengumpulkan harta.
Tuhan Yesus berkata : "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya (Matius 6:19-20).
Para murid, diajak oleh Tuhan Yesus untuk mengambil keputusan yang benar tentang bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Tuhan ingin para murid/orang percaya menghidupi nilai kesetiaan kepada Tuhan secara benar yaitu :

Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar.
Yang harus diprioritaskan adalah harta sorgawi, bukan harta duniawi (Matius 6:19-20).
Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara.
Kedua, Tuhan Yesus mengajarkan harta duniawi harus ditempatkan sebagai hamba dan alat, jika harta duniawi menjadi prioritas kita, maka hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (Matius 6:21), hal ini tentu akan mengancam kesetiaan kita kepada Tuhan.
Hidup orang percaya tidak boleh mengabdi kepada dua tuan (Matius 6:24).
Firman Tuhan berkata hanya kepada Tuhan Allah saja kita mengabdikan hidup ini dan berbakti kepada-Nya (Lukas 4:8).
Harta tidak boleh menjadi tuan yang menjadikan kita menjadi budaknya.
Ketiga, Tuhan hendak mengajarkan jika hidup kita memiliki fokus hidup/cara memandang hidup yang salah maka kekuatiran akan menghimpit kehidupan kita, salah cara memandang hidup yang Tuhan berikan dalam soal memandang harta duniawi akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekuatiran tentang kebutuhan sehari-hari (Matius 25-31). Kehidupan Kekristenan seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (Matius 6:32).

Tuhan Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi.
Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dan tujuan dalam hidup orang percaya adalah bukan untuk memperoleh makanan yang mengenyangkan perut yang dapat binasa tetapi Tuhan mengajak memfokuskan hidup kita kepada makanan yang tidak dapat binasa yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.
Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta dibumi adalah penunjang kehidupan sementara, semua harus dipergunakan untuk membawa hidup kita menggenapkan rencana dan kehendak Tuhan atas hidup kita menjadi manusia yang dapat mencapai kesempurnaan mengenakan kodrat ilahi yang menghidupi nilai-nilai kekal didalam setiap perilaku dihidup kita.

Pada intinya Kekristenan harus dapat mengubah cara kita memandang hidup ini.
Bila cara kita memandang hidup berubah, maka seluruh gaya hidup kita juga berubah. Usaha merubah cara kita memandang hidup inilah yang dimaksud Tuhan dengan mendahulukan Kerajaan Allah. Ini suatu usaha yang sangat sulit.
Oleh sebab itu kita tidak boleh menganggapnya mudah. Banyak orang merasa sudah menjadi orang Kristen yang baik dengan memiliki moral yang baik di mata masyarakat dan pengetahuan Alkitab yang menurutnya memadai, padahal caranya memandang hidup masih tidak berbeda dengan anak-anak dunia. Merubah cara memandang hidup sama dengan merubah gaya hidup “normal”menurut dunia ke arah yang dipandang Tuhan dalam pemandangan-Nya bisa dinikmati oleh-Nya.
Merubah “kenormalan” yang dipandang dunia inilah hal yang sebenarnya nyaris tidak dapat dilakukan, sebab pola “kenormalan” ini telah mengakar selama belasan bahkan puluhan tahun. Dalam hal ini, hidup baru yang dimaksudkan oleh Alkitab, harus dimengerti secara benar.
2 Korintus 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Pada umumnya orang memahami hidup adalah makan dan minum, memiliki fasilitas (rumah, mobil dan lain sebagainya), menikah dan memiliki keturunan, menikmati segala sesuatu yang bisa dinikmati dalam hidup ini (hobby, pemandangan alam, hiburan-hiburan yang ditawarkan dunia dan lain sebagainya), meraih gelar, pangkat dan kehormatan. Demikianlah pada umumnya manusia menjalankan hidupnya. Inilah pola umum yang baku, yang dikenakan semua manusia.
Pengikut Tuhan Yesus yang sejati yang telah lahir baru harusnya ketika ia menemukan Tuhan Yesus dalam hidupnya, segala sesuatu di atas tersebut dianggapnya menjadi tidak berarti yang dalam artian bukan hal prioritas yang utama lagi dalam hidupnya.
Oleh karena hal ini Paulus berkata:
Filipi 1:21 "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan".

Tuhan harus menjadi tujuan hidup orang percaya satu-satunya.
Hidup adalah menemukan Tuhan, mengenal-Nya dengan baik dan melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Karena Tuhan lebih luas dari jagad raya dan “pribadi Agung” yang tidak terselami, maka untuk menemukan Tuhan, mengenal dan melakukan kehendak-Nya dibutuhkan perjuangan yang tidak memprioritaskan segala hal selain hanya Tuhan yang menjadi prioritas utama. Itulah sebabnya Tuhan Yesus tegas berkata: ”Kumpulkan harta di sorga bukan di di bumi. “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan”(Matius 6:19-20;24). Ini berarti kita harus mengabdi kepada Tuhan satu-satunya dan sepenuhnya atau tidak usah sama sekali.

Satu hal yang paling merusak hubungan kita terhadap Tuhan adalah “kekhawatiran”. Mengapa khawatir? sebab kita takut akan terjadi sesuatu dalam kehidupan di bumi ini. Untuk proteksinya, seseorang berusaha memiliki harta sebanyak-banyaknya. Padahal harta tidak dapat menopang kehidupan kita. Berapa harta yang kita miliki yang dapat menjamin keamanan kita? Tuhan Yesus mengatakan bahwa hidup manusia tidaklah tergantung dari kekayaan (Lukas12:15).
Jangan mencoba memproteksi diri atau meraih kebahagian dengan banyaknya harta. Itu suatu kebodohan.
Ketika Tuhan berbicara mengenai hal mendahulukan Kerajaan Sorga, terlebih dahulu Ia berbicara mengenai kekhawatiran.

Kita memang diberi Tuhan tanggung jawab dalam hal mengelola apa yang Tuhan sudah percayakan kepada kita, contoh, dalam hal bekerja, memperhatikan kesehatan dll, Setelah kita memenuhi bagian kita, barulah kita bisa berkata” hidup kami adalah hidup yang berserah kepada Tuhan”. Ini bukan berarti kita tidak peduli hari esok. Tentu kita mempersiapkan diri menyongsong hari esok sebatas yang kita bisa lakukan, di luar itu kita berserah kepada Tuhan. Hal ini kita lakukan agar fokus kita tidak menjadi bias atau melenceng dalam mendahulukan Kerajaan Sorga.

Pertaruhan dan pengorbanan untuk memiliki cara pandang baru terhadap hidup adalah seluruh hidup kita. Kita tidak bisa menjadikannya sambilan. Pertaruhan dan pengorbanan yang sedikit tidak akan membawa kita kepada pengenalan dan kehendak-Nya secara penuh. Demi supaya hubungan kita terhadap Tuhan dapat berjalan lancar atau tidak terhambat, Firman-Nya menasihati kita bahwa kita harus memiliki rasa cukup.
1 Timotius 6:6-7 "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar".
Tanpa rasa cukup manusia tidak akan pernah berhenti memburu sesuatu yang “bukan Tuhan”. Pertaruhan dan pengorbanan yang berat adalah ketika seseorang harus “barter”. Paulus menunjukkan bahwa ia harus “melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya ia memperoleh Kristus". Melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, adalah hasil dari cara memandang hidup yang diubah.
Filipi 3:7-8 "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus".
Dalam ayat ini Paulus menunjukkan betapa tidak berartinya dunia ini, itulah sebabnya ia melepaskan segala sesuatu demi memiliki Kristus. Inilah cara memandang hidup yang diubahkan.

Amin


Jumat, 25 November 2016

MEWASPADAI MENYEMBAH IBLIS VERSI MODERN


1 Yohanes 2:16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

Yang paling mengerikan dalam hidup orang percaya adalah ketika ia tidak menyadari bahwa hidupnya sedang menyembah kepada iblis.
Iblis adalah oknum jahat yang sudah sangat berpengalaman dalam hal menyesatkan manusia untuk jatuh kedalam jeratnya dan ia adalah oknum jahat yang selalu berbuat ketidakbenaran. Iblis tahu kelemahan hidup manusia yang penuh dengan berbagai keinginan keinginan didalam hidupnya, khusus di zaman modern ini iblis membuat versi modern dalam menyembahnya sehingga manusia tidak sadar bahwa hidupnya sedang menyembah dia yaitu iblis.
Menyembah iblis versi modern ini adalah ketika seseorang merasa tidak lengkap hidup tanpa memiliki berbagai fasilitas yang ada untuk kebahagiaan diri dan “prestise” nya atau kebanggaan.
Orang-orang seperti ini telah terpengaruhi dan terbentuk oleh cara hidup yang diwariskan nenek moyang dan yang dilihat dari cara hidup manusia di sekitarnya.
Ada orang yang merasa tidak lengkap jika belum memiliki baju model tertentu, merek handphone, jam tangan, merek mobil tertentu yang ia sukai, traveling ditempat tertentu seperti di Eropa, Israel dan ditempat lainnya.
Ada yang ditenggelamkan dengan berbagai macam tontonan acara televisi, sibuk dengan hobi, seperti kuliner, koleksi barang-barang branded, tas, perhiasan, tiap tahun disibukkan ganti merek mobil, perabotan furniture dan lain-lain.
Tentu saja mereka tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Mereka mengumbar keinginan memiliki apa yang orang lain miliki tanpa mempersoalkan apakah hal itu demi kepentingan Tuhan atau kesenangan dan kebanggan pribadi/nilai diri.
Sebenarnya dalam hal ini mereka tidak dimiliki oleh Tuhan tetapi memiliki hidup mereka sendiri. Mereka sudah menjadi manusia konsumeristis dan duniawi. Inilah orang-orang yang sebenarnya menyembah iblis.
Mereka menjadikan dirinya sahabat dunia, berarti memposisikan diri sebagai musuh Allah.
(Yakobus 4:4 "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?
Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah").

Orang-orang Kristen yang masih mengikat dirinya kepada percintaan akan dunia adalah orang-orang yang tidak setia, yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan seperti Esau.
Tetapi mereka tidak menyadari keadaan dan posisi mereka yang gawat tersebut.
(Ibrani 12:16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan).
Ironinya adalah dalam posisi tersebut mereka masih melanjutkan hidupnya dengan perasaan tanpa bersalah dan merasa masih setia kepada Tuhan, bahkan mereka merasa sebagai anak-anak Tuhan. Tidak jarang malah merasa sudah menjadi umat pemenang.

Sebenarnya Tuhan Yesus sudah mendapat pencobaan itu, yaitu dibujuk untuk mengingini dunia ini.
Lukas 4:5-7
(5)Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.
(6)Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.
(7)Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."
Tetapi Tuhan Yesus tegas menolak sebab manusia harus menyembah Allah artinya memberi nilai tinggi Tuhan dan melayani Dia yang dikalimatkan dengan kata “berbakti”. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang percaya haruslah dilakukan bagi kepentingan Tuhan.
Pengertian ini tertutupi oleh pengajaran keliru yang beredar di banyak gereja, sebab telah diajarkan di banyak gereja bahwa mengikuti Tuhan Yesus akan mendatangkan berkat Tuhan.
Mereka berbicara mengenai berkat berkelimpahan secara jasmani, pemutusan kutuk kemiskinan dan berbagai janji berkat materi yang akan dikirimkan Tuhan dari bangsa-bangsa lain, padahal teks mengenai kekayaan bangsa-bangsa akan diberikan kepada umat pilihan adalah janji itu untuk orang Yahudi (Yesaya 60:5).
Umat pilihan yang dimaksud dalam konteks ayat tersebut adalah orang Israel dan bukanlan umat pilihan perjanjian baru yang di sebut dengan Kristen (pengikut Kristus).
Perlu digaris bawahi cara hidup orang Israel dan Kekristenan sangatlah berbeda jauh.
Umat Israel orientasi hidupnya adalah pemenuhan kebutuhan jasmani seperti hasil panen berlimpah, menang dari musuh, bebas dari penyakit, dan harta kekayaan yang berlimpah dll.
Lain halnya dengan umat perjanjian baru, umat perjanjian baru dipanggil Tuhan Yesus untuk keluar dari cara hidup yang sia-sia tersebut, Tuhan Yesus menekankan umat pilihan perjanjian baru untuk mengumpulkan harta disorga dan bukan harta dibumi (Matius 6:19:21), bersedia melepaskan segala milik untuk dipergunakan bagi kepentingan kerajaan Allah (Lukas 14:33), menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya baik keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup, fokus hidupnya hanya terarah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaaan-Nya yang selalu hidup mengambil bagian didalam kekudusan-Nya dan yang menjaga dirinya tetap berkeadaan sebagai anak-anak Allah yang memiliki kesediaan dipimpin oleh Roh Allah.

Orang percaya harus mengerti dan menerima bahwa dunia akan berlalu atau lenyap dengan segala keinginannya tetapi orang yang melakukan kehendak Bapa akan hidup (1 Yohanes 2:17).
Maksud “akan hidup” adalah hidup yang berkualitas tinggi di bumi dan nanti hidup dalam kemuliaan tiada tara di Kerajaan-Nya.
Jadi kita harus berpegang penuh dengan konsep hidup/prinsip hidup yang diajarkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus dimana Tuhan mengatakan "...engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Ini berarti segenap hidup kita haruslah kita arahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya, dalam hal ini seluruh wilayah hidup kita dari pekerjaan, bisnis, keluarga dll hanya diperuntukan untuk memenuhi kepentingan dan kehendak Tuhan demi tercapainya rencana Bapa yang memanggil kita untuk menang seperti Dia telah menang (Wahyu 3:5).
Menang disini artinya menang membinasakan pekerjaan iblis dengan menggelar hidup tidak bercacat dan tidak bernoda, setia melakukan kehendak Bapa, hidup takut akan Dia dengan tidak lagi melakukan persabahatan dengan dunia ini dengan segala indahannya.

Kolose 3:5-6 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].

Amin.

PENGERTIAN MENYALIBKAN DAGING


Galatia 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

1 Yohanes 2:6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

Jika seseorang belum bersedia mau menanggalkan seluruh gaya hidup manusia lamanya yaitu manusia yang kaya akan hasrat daging yaitu keinginan-keinginan yang berasal dari kehendaknya sendiri dengan segala hawa nafsunya, maka ia belumlah menjadi milik Kristus.
Jika dirinya bukan milik Kristus maka ia dalam posisi milik kuasa kegelapan.
Ini sungguh sangat berbahaya.
Olehnya banyak bagian Alkitab yang menasehatkan kita untuk hidup dituntun oleh Roh Allah, dengan demikian barulah kita disebut sebagai anak Allah yang sama menyediakan diri untuk dimiliki Kristus.
Seseorang yang sudah menjadi milik Kristus harus hidup oleh iman kepada Tuhan Yesus.
Seorang yang bersedia beriman kepada Tuhan Yesus haruslah bersedia tidak lagi memiliki keinginan-keinginan dari diri sendiri. Ini hal yang sukar diterima. Bagaimana keinginan harus ditanggalkan? Bagaimana bisa manusia tidak memiliki keinginan? Bukankah pada dasarnya manusia harus mempunyai keinginan dan cita-cita.
Bagi mereka yang bertumbuh dewasa didalam Tuhan, akan memahami bahwa semua keinginan harus disesuaikan dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya keinginan diri sendiri yang harus disalibkan. Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan setiap orang yang telah ditebus oleh darah-Nya.

Sudah terlalu lama banyak orang Kisten terbiasa hidup dalam berbagai hasrat dan keinginannya sendiri, hal ini mereka anggap sebagai suatu kewajaran. Tetapi kalau kita mengerti dan menerima bahwa kehidupan ini diciptakan oleh suatu Pribadi yang memiliki kehendak atau keinginan, Pribadi yang memiliki pikiran dan perasaan, maka kita harus mempertimbangkan dengan serius: Apakah kita boleh sebebas-bebasnya mengumbar keinginan kita, tanpa mempertimbangkan apakah keinginan tersebut sesuai dengan kehendak, pikiran dan perasaan Tuhan atau tidak? Harus dipahami bahwa sikap hidup dan segala gerak kehendak, pikiran dan perasaan orang percaya sebagai anak-anak Tuhan sangat mempengaruhi hati atau perasaan Tuhan yang hidup.

Sebelum kita bertobat dan mengikut Tuhan Yesus, kita merasa memiliki diri kita sendiri. Kita seperti Petrus muda yang masih “mengikat pinggang sendiri dan berjalan ke mana saja yang kita kehendaki” (Yohanes 21:18) , tetapi setelah kita makin dewasa rohani kita harus mengulurkan tangan dan orang lain akan mengikat kita dan membawa kita ke tempat yang tidak kita kehendaki”. Inilah yang dimaksud dengan kehendak yang disalibkan. Fenomena ini sejajar dengan doa Tuhan Yesus yang berbunyi: Bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu. Hal ini merupakan pelaksanaan dari Doa Bapa Kami yang berbunyi: Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga (Matius 6:10).
Dalam kehidupan ini, kehendak Tuhanlah yang harus berdaulat secara penuh.
Kita sebagai hamba-hamba-Nya memberi diri tunduk terhadap kedaulatan dan otoritas-Nya secara penuh. Inilah kehidupan dalam ketaatan penuh (total submission).
Manusia memang dirancang untuk ini sejak dirinya diciptakan.

Cepat atau lambat setiap insan akan tiba pada suatu saat dimana seseorang tidak akan memiliki keinginan apa pun, atau dipaksa tidak memiliki keinginan apa pun. Saat itu terjadi ketika seseorang akan tutup usia, dimana seluruh organ tubuh sudah tidak dapat dipakai lagi, atau pada suatu keadaan fisik baik karena kecelakaan atau sakit, organ-organ tubuhnya tidak bisa berfungsi lagi. Di saat seperti itu seseorang tidak akan mampu memiliki keinginan apa pun. Saat seperti itu pula seseorang barulah menghayati bahwa kekayaan adalah mamon yang tidak jujur atau menipu. Kekayaan bisa menjadi alat iblis yang sangat efektif dan berdaya guna membinasakan manusia, membuat manusia tidak menghormati Tuhan secara pantas.

Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan dengan tegas : Lukas 14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku".
Kalau selama hidup seseorang tidak menjadikan Tuhan Yesus sebagai sahabat abadi, ketika kemah tubuh manusianya dibongkar dan dipaksa harus meninggalkan segala sesuatu pergi menghadap Tuhan serta memberi pertanggung jawaban seluruh isi hidupnya kepada Sang Pemilik Kehidupan, maka sudah terlambat untuk ia bertobat dan membangun hubungan yang benar dengan Tuhan.
Ia tidak berkesempatan lagi untuk menjalin hubungan sebagai sahabat atau kekasih abadi-Nya.
Pintu anugerah tertutup, ia tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.
Oleh sebab itu sebelum kita ada dalam situasi dimana segala keinginan harus ditanggalkan, kita harus belajar dengan kerelaan menanggalkan segala keinginan dan mengenakan filosofi: makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaaan-Nya (Yohanes 4:34). Inilah gaya hidup yang Tuhan Yesus ajarkan. Dan setiap orang percaya wajib hidup sama seperti Dia hidup.
Ketika kita menjadi orang percaya, satu-satunya gaya hidup ini yang Tuhan kehendaki untuk kita kenakan.
Itulah sebabnya dikatakan dalam Roma 8:29 bahwa Yesus “menjadi yang sulung di antara banyak saudara”.
Dia sebagai teladan atau memulai dan kita meneladani atau mengikuti-Nya.
Dalam hal ini yang diikuti adalah kesediaan hidup dalam ketertundukan terhadap otoritas Bapa dan meninggalkan segala keinginan yang bertentangan dengan kehendak Roh Kudus demi rencana Bapa dipenuhi didalam kehidupan kita.

Amin

Rabu, 23 November 2016

MENYADARI KITA SEDANG DALAM DIDIKAN TUHAN


Ibrani 12:6-8
6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

Bagi orang percaya, kesempatan hidup yang hanya sekali di dunia yang sangat singkat ini adalah proses belajar, yang sama dengan sekolah kehidupan.
Sekolah kehidupan kita dimulai dari hal-hal sederhana yang terjadi dalam kehidupan kita setiap hari.
Itulah sebabnya kita tidak boleh menganggap remeh setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita setiap hari karena disetiap peristiwa ada unsur didikan Tuhan didalamnya dan Tuhan mau kita belajar dari-Nya dari setiap peristiwa didalam kehidupan kita.
Untuk itu sangat penting selalu menghubungkan setiap kejadian peristiwa dihidup kita dengan Tuhan agar kita bisa mengerti dan peka terhadap didikan-Nya.

Tuhan menyatakan bahwa rambut di kepala kita pun terhitung.
Matius 10:30 "Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya".
Dalam teks bahasa Inggris versi King James diterjemahkan: "But the very hairs of your head are all numbered".
Kata dihitung atau diberi nomor artinya Tuhan menandai setiap lembar rambut kita. Maksud perkataan Tuhan ini juga berarti bahwa setiap rambut kita ditandai. Pernyataan ini hendak menunjukkan betapa teliti Tuhan terhadap kita dan Ia ingin membentuk kehidupan kita dengan didikan yang super sangat teliti sehingga didalam diri kita terbentuk sifat dan karakter layaknya sebagai anak anak warga kerajaan surga yang menjunjung tinggi nilai kesucian hidup dan kasih terhadap sesama terlebih lagi kepada Tuhan kita Yesus Kristus.

Tuhan Yesus memperdulikan kita lebih dari kita memperdulikan diri sendiri.
Oleh sebab itu hendaknya kita tidak berpikir bahwa Tuhan kurang peduli terhadap keadaan kita. Kalau ada masalah hidup yang berat yang sedang kita hadapi, kita harus jujur memeriksa diri apakah hal itu akibat kesalahan kita atau bukan. Kalaupun kita mengalami kesulitan bukan akibat kesalahan kita, kita beryukur karena di balik semua peristiwa kehidupan Tuhan hendak menjuruskan kita kepada kesucian Tuhan dan kesempurnaan-Nya. Dengan demikian setiap hari setiap jam, setiap menit dan detik Tuhan menyediakan berkat pembentukan-Nya yang nilainya tidak terbatas. Kita harus mengerti bahwa Tuhan mendidik kita setiap hari agar kita yang percaya bisa mengerjakan dan memperoleh harta abadi yang tidak akan dapat diperoleh di kesempatan lain.

Dalam setiap keadaan, Tuhan mendatangkan kebaikan bagi kita.
Tentu selama kita mengerti maksud Tuhan di balik semua kejadian yang kita alami. Dalam kenyataan hidup ini, yang namanya bencana hidup itu hanyalah satu, yaitu seseorang terpisah dan terbuang dari hadirat Tuhan selama-lamanya/menjadi orang terhukum yang terkena murka Allah selamanya dikekekalan ketika sudah menutup mata. Inilah yang disebut bencana abadi bagi hidup manusia tersebut.
Itulah sebabnya sering Tuhan mengijinkan masalah berat kita alami agar kita terhindar dari bencana abadi ini.
Kalau seseorang mengerti hal ini, maka dalam hidup orang percaya harusnya tidak ada persungutan, tetapi yang ada adalah ucapan syukur menghiasi mulut, hati dan pikirannya karena bisa mendapatkan kehormatan dari Tuhan untuk menjadi murid-Nya.
Inilah yang dimaksud dengan menaruh percaya kepada-Nya. Orang yang menaruh percaya kepada Tuhan adalah orang-orang yang peduli terhadap apa yang dipedulikan oleh Tuhan. Tentu yang dipedulikan oleh Tuhan adalah kesucian dan kesempurnaan hidup kita ini.
Untuk itu dengan sangat teliti Tuhan menggarap kita melalui pendidikan sekolah kehidupan guna kesempurnaan kita dihadapan-Nya.

Pernyataan Tuhan Yesus dalam Matius 10:30 mengisaratkan bahwa Tuhan sangat teliti memperhatikan kita.
Ketelitian Tuhan nyata dalam tindakan-Nya menyeleksi setiap peristiwa yang diijinkan-Nya terjadi dalam hidup kita. Tuhan menaruh jaring di depan kita agar kita terhindar dari kejadian yang tidak perlu kita alami. Jadi, semua kejadian yang kita alami telah melalui seleksi Tuhan.
Tuhan mengontrol dan mengendalikan segala keadaan. Dengan demikian Tuhan membentuk kita melalui segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini, termasuk masalah-masalah sederhana yang terjadi dalam kehidupan ini.
Tuhan turut berkerja dalam segala hal (Roma 8:28).
Persungutan adalah sikap tidak menghargai kebijaksanaan Tuhan dan sikap penolakan terhadap penggarapan Tuhan melalui didikan-Nya.
Ingat, orang yang hidupnya bersungut-sungut pada akhirnya akan dibinasakan oleh malaikat maut.
1 Korintus 10:10  Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Orang yang suka bersungut-sungut adalah orang yang berhenti bertumbuh atau sukar bertumbuh, tentu ia tidak akan bisa memenuhi rencana dan kehendak Tuhan yang menginginkan setiap orang percaya mengambil bagian dalam kodrat Ilahi dan kekudusan-Nya.
Anak sekolah yang baik adalah anak yang suka menerima tugas. Sebab tugas tersebut membuat dirinya tambah maju dan cerdas. Rata-rata anak yang marah menerima PR adalah anak bodoh dan malas.

Kehidupan orang percaya harus mengalami perubahan ke arah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Memang hanya untuk itulah kita hidup. Hidup di dunia ini adalah masa persemaian atau pembibitan.
Bibit yang buruk tidak akan ditanam Tuhan di taman abadi-Nya.
Kalau orang tidak menyadari ini, maka filosofi hidupnya adalah: Mari kita makan dan minum sebab besok kita mati (1Korintus 15:32).
Inilah pertimbangan hidup manusia pada umumnya, sebab mereka tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa hidup di dunia ini hanya masa persemaian.
Masa persemaian yang singkat itu waktu sangat berharga, karena menentukan apakah ia akan menjadi bibit yang terbuang atau bibit yang digunakan.
Jika kita sungguh-sungguh menyadari realitas ini, maka kita akan memilih sekolah kehidupan yang Tuhan berikan untuk dimaknai sebagai pertolongan dari Tuhan bagi kita dari pribadi yang gelap menuju terang Tuhan agar kita bisa hidup bersama sama dengan Tuhan selama lamanya sampai di kekekalan. Sebab hakekat Tuhan adalah terang, jika manusia ingin hidup bersama sama dengan Tuhan, ia harus mau dididik Tuhan untuk masuk kedalam terang-Nya hingga sempurna seperti diri-Nya.
Pada akhirnya kita dapat mengerti betapa berharganya hidup ini.
Keberhargaan hidup ini terletak pada kesempatan di mana Bapa berkenan mendidik kita agar kita menjadi “sempurna seperti diri-Nya adalah sempurna” dan "kudus seperti diri-Nya adalah kudus"

Ayub 5:17  Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.

Amin.

PENGHAYATAN HIDUP YANG BENAR SEBAGAI WARGA KERAJAAN SORGA


Yohanes 15:19  Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.

Tuhan Yesus mempersiapkan para murid-Nya untuk menanggung konsekuensi akibat menjadi pengikut-Nya, yaitu mereka akan dibenci dunia.
Pertanyaannya, mengapa dunia membenci para murid Tuhan Yesus?
Karena dunia tidak suka dosa-dosanya ditelanjangi oleh terang Yesus (Yohanes 5:22).
Karena itu, siapa pun yang menjadi pengikut-Nya harus mengenakan kesucian seperti yang Tuhan Yesus teladankan sebab tanpa hal ini berarti mereka adalah orang-orang yang masih bersahabat dengan dunia yang berdiri menjadi musuh Allah (Yakobus 4:4).
Tidak heran jika para pengikut Kristus yang sejati disebut musuhnya dunia sebab mereka bukanlah milik dunia dan bukan berasal dari dunia ini.

Tuhan menyatakan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, sama seperti Dia bukan berasal dari dunia ini (Yohanes 17:16).
Pernyataan Tuhan Yesus ini sebenarnya memuat panggilan bahwa orang percaya harus menggelar kehidupan yang tidak serupa dengan dunia ini.
Dari sikap hati, perkataan, perbuatan dan seluruh irama hidupnya adalah irama hidup yang mencerminkan sikap seluruh perilaku yang segambar seperti Kristus.
Oleh karena penebusan darah Tuhan Yesus dan kesediaan orang percaya terus bertumbuh ke arah kesempurnaan menjadi umat-umat yang mengikuti jejak Tuhan Yesus sebagai tujuan dan jalan hidupnya, maka berangkat dari hal ini orang percaya layak terdaftar sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah yang namanya tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba.
Sebagai orang percaya kita perlu menyadari bahwa hidup di bumi ini hanyalah persiapan untuk memasuki hidup di dunia yang akan datang di kerajaan Tuhan Yesus Kristus.
Sehingga di bumi ini gerak seluruh hidup orang percaya hanyalah dipanggil untuk hidup melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya secara sempurna, menggelar kehidupan yang berkeadaan sebagai anak-anak Allah yang mengikuti seluruh jejak Tuhan Yesus, hidup didalam kebenaran-Nya, menjadi saksi-Nya yang bertekun menampilkan kehidupan yang tidak bercacat dan tak bernoda sesuai dengan kesucian yang berstandar seperti Kristus hidup.
Dengan cara berpikir dan memiliki prinsip hidup seperti ini, seseorang barulah dapat berjalan seiring dengan Tuhan secara benar.

Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya bukan berasal dari dunia ini, seperti Dia juga bukan berasal dari dunia ini. Hal ini juga menunjuk bahwa orang percaya bukan bagian dari dunia ini, orang percaya tidak boleh lagi menjadikan dunia ini sebagai tempat mencari kesenangan hidup serta memuaskan segala keinginan dan hasrat diri sendiri.
Dunia ini akan dihancurkan sesuai dengan apa yang dikatakan Petrus dalam suratnya bahwa langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya (2 Petrus 3:10).
Orang percaya akan dipindahkan oleh Tuhan ke tempat di mana Dia berada. Orang percaya adalah orang-orang yang akan dibawa keluar dari dunia ini ke kota yang memiliki dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Itulah kota yang dirindukan oleh Abraham (Ibrani 11:10).

Oleh sebab itu, kalau mau menjadi seorang yang diperhitungkan sebagai berasal dari atas, kita harus meninggalkan sama sekali percintaan dengan dunia ini tanpa ada yang disisakan.
Percintaan dunia artinya hasrat menikmati hidup di bumi sama seperti orang-orang dunia pada umumnya.
Harus diingat bahwa orang percaya tidak berkewajiban memiliki segala sarana yang ada di dunia ini.
Sesungguhnya yang penting adalah melayani Tuhan dengan segala sesuatu yang Tuhan percayakan kepada orang percaya.
Jadi kalau orang percaya study, berkarir, bekerja, berumah tangga dan melakukan segala kegiatan hidup, semua itu diperuntukkan bagi kepentingan kemuliaan Allah dan persiapan memasuki Kerajaan Sorga, menjadi pribadi yang terus berubah kearah manusia yang mengenakan kodrat ilahi yang bertekun mengambil bagian didalam kekudusan-Nya.
Orang percaya tidak dipanggil untuk membangun kerajaannya di bumi secara permanen.
Sampai kapan pun bumi tidak pernah dapat menjadi firdaus yang nyaman, sebab bumi telah terkutuk.
Hal ini bisa kita lihat keaadaan alam yang tidak menentu, keadaan cuaca yang tidak lagi bisa di prediksi, musibah-musibah seperti banjir, gempa bumi, epidemi penyakit yang datang silih berganti, kabar perang, dan kejahatan manusia yang semakin bertambah jahat.

Oleh sebab itu sebagai anak Tuhan yang memahami kebenaran ini seharusnya kita tidak lagi terbelenggu oleh percintaan akan dunia.
Jika seorang Kristen masih menjadikan dunia sebagai tempat firdaus untuk meraih segala kesenangan hidup didalamnya, maka bagian mereka adalah api kekal, disamakan dengan orang-orang fasik, sebab persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yakobus 4:4).
Sejatinya, banyak orang Kristen berkeadaan seperti ini namun mereka belum juga mengambil langkah pertobatan penuh untuk mengubah arah hasrat hidupnya secara benar.
Perlu di garis bawahi, untuk menjadi seorang yang mewarisi langit baru dan bumi yang baru, orang percaya harus belajar melepaskan diri dari segala ikatan. Ikatan yang paling dominan dan bisa menjadi dosa permanen yang tidak bisa dilepaskan sampai selamanya adalah percintaan dunia.
Ikatan dengan dunia adalah ikatan yang sudah mendarah daging, yaitu terbangun sejak kecil di lingkungan tradisi orang tua yang menekankan “sukses hidup dalam dunia” sebagai sarana sumber kebahagiaan hidup yang pada umumnya tidak sedikit orang menjadikannya sebagai tujuan hidup, membangun nilai diri dan kepuasan diri sendiri.

Dalam suratnya kepada jemaat Kolose Paulus mengatakan: Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan (Kolose 3:4). Kristus adalah hidup kita dan tujuan akhir hidup kita, artinya kehidupan yang kita jalani ini adalah kehidupan yang mengenakan cara berpikir seperti Tuhan Yesus yang selalu mengarahkan diri kepada perkara-perkara yang di atas (Kolose 3:1-3).
Dengan ini kita dapat memenuhi apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus agar kita hanya mengumpulkan harta di sorga bukan yang ada di bumi.
Sejak di bumi ini kita sudah memindahkan hati kita di Kerajaan Sorga.
Ini berarti prioritas utama dalam hidup kita harus mengutamakan perkara-perkara rohani atau yang memiliki nilai kekal, sebab inilah harta abadi yang akan kita bawa pada saat menghadap Tuhan Yesus untuk memberi pertanggungjawaban isi seluruh kehidupan kita.
Untuk bisa memindahkan hati kita sepenuhnya kedalam Kerajaan Sorga maka yang perlu kita lakukan dengan setia adalah terus menerus belajar mengenal Allah dan kebenaran-Nya serta melakukan kehendak-Nya secara bertekun.
Orang Kristen yang tidak memindahkan hati ke sorga, sebenarnya ia tidak akan pernah dapat menjadi alat peraganya Tuhan dalam memberitakan Injil kebenaran atau menjadi saksi-Nya, karena Tuhan tidak dapat berjalan seiring dengan mereka yang hatinya masih terikat percintaan akan dunia ini dengan segala kesenangan dan keindahannya.

Filipi 3:18-19
18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

Amin.

Selasa, 22 November 2016

MELATIH TUBUH DEMI MENERIMA MAHKOTA ABADI


1 Korintus 9:25-27
25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.
26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Rasul sekelas Paulus menyatakan bahwa didalam hidupnya ia tetap membawa dirinya ada didalam perjuangan menguasai tubuh seluruhnya untuk melakukan kehendak Allah dan untuk kemuliaan-Nya.
Paulus mengatakan : tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (1 Korintus 9:27).
Dalam tulisannya ini Paulus menyatakan bahwa dirinya sendiri harus memperlakukan tubuhnya dengan benar sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai pemilik tubuhnya.
Melatih tubuh dan menguasai seluruhnya berarti Paulus berjuang untuk dapat menguasai diri dari belenggu keinginan-keinginan dagingnya yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Kata melatih dalam teks aslinya adalah "hupopiazo" yang bisa berarti menyerang, memperlakukan dengan kasar, siksaan dan menganiaya.
Inilah sebenarnya yang dimaksud Alkitab sebagai mematikan segala keinginan daging dan kenajisan (Kolose 3:5; 1 Petrus 2:11).
Dalam banyak bagian dalam Alkitab, orang percaya diarahkan untuk hidup dalam tuntunan Roh, bukan keinginan daging, sebab keinginan daging membawa maut (Roma 8:6-7; Galatia 5:16, 24-25).

Ada pun kata “menguasai seluruhnya” dari teks aslinya adalah "doulagogeo", yang artinya memperbudak, menguasai, menundukkan dan mengendalikan.
Orang percaya harus dapat mengendalikan seluruh hidupnya atau tubuhnya yang kelihatan supaya berkenan di hadapan Tuhan.
Inilah yang dimaksud oleh Yohanes sebagai orang percaya harus menjauhkan diri dari keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16).
Berkenaan dengan hal ini secara ekstrem Tuhan Yesus menasehati orang percaya: Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka (Matius 5:29; 18:9)
Maksud dari pernyataan Tuhan Yesus, tidak ada celah bagi orang percaya untuk bisa hidup menikmati dosa.
Kita harus memilih dengan tegas dan serius, apakah hidup kita, kita bawa didalam keinginan Tuhan dalam kerajaan terang atau tetap memilih didalam kekuasaan kerajaan gelap.
Harus kita sadari kerajaan terang dan gelap tidak bisa bersatu.
Ciri seseorang yang masih hidup didalam kuasa kerajaan gelap ialah ia masih menyelenggarakan hidup suka-suka sendiri, tidak hidup didalam pimpinan Roh Kudus yaitu Roh Allah yang memiliki perasaan dan kehendak, khususnya didalam diri orang percaya.
Untuk itu sebagai orang percaya kita harus berlatih untuk membiasakan diri melakukan segala sesuatu dalam tubuh kita ini sesuai dengan yang diingini oleh pemiliknya yang baru, yaitu Tuhan.
Hal ini membutuhkan perjuangan yang sangat berat, sebab selama bertahun-tahun manusia sudah biasa menggunakan tubuhnya sesuai dengan kesenangan dan seleranya sendiri.
Roh Kudus menolong dalam perjuangan ini, sampai akhirnya kita bisa mengatakan "hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus lah yang hidup didalam aku".
Hidup orang percaya adalah hidup dalam iman kepada Tuhan Yesus (Galatia 2:19-20)
Iman kepada Tuhan Yesus berarti hidup dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan Yesus secara total.

Dalam tubuh kita ini telah terekam berbagai hasrat daging yang sudah menjadi bagian yang sulit terpisahkan.
Hasrat daging tersebut selalu menuntut untuk dipuaskan.
Seseorang yang belum bisa menguasai tubuh/dagingnya ketika ia belum memiliki barang atau sesuatu yang ia sukai maka ia merasa belum terpuaskan dan belum merasa lengkap jika belum mendapatkannya.
Seharusnya sebagai anak-anak Allah yang hidupnya menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya, maka kita perlu memastikan terlebih dahulu segala sesuatu yang kita kehendaki hendaknya harus berasal dari Allah dan dikehendaki juga oleh Allah dan bertujuan untuk memuliakan Dia.
Jika kita melihat kehidupan Paulus yang sudah mengenal Tuhan Yesus, ia sendiri harus berjuang menghadapi hasrat-hasrat dalam daging atau tubuhnya tersebut. Memang secara hukum Taurat ia bisa dinilai tidak bercacat (Filipi 3:6), tetapi jika ditinjau dari kesucian Tuhan, Paulus masih tetap bergumul melakukan perjuangan melawan segala hal-hal yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan yang ada didalam dirinya (Roma 7:21-23).
Oleh anugerah Tuhan, perjuangan yang dilakukan berakhir pada kemenangan, artinya ia berhasil menguasai dan mengendalikannya.

Perjuangan untuk menundukkan daging atau tubuh agar selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, sama dengan perjuangan untuk memberi keleluasaan Roh Kudus memperagakan kehidupan Tuhan Yesus di dalam diri orang percaya.
Ini adalah perjuangan yang harus dialami setiap orang percaya.
Ketika Paulus menyatakan: Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa (Roma 7:26), Kalimat ini hendak menunjukkan pergumulan antara kehendak Roh dan kehendak daging yang menjadi pergumulan Paulus, tetapi pada akhirnya jika perjuangan untuk selalu menuruti kehendak Roh dilakukan secara terus-menerus maka kemenangan untuk dapat melakukan kehendak Tuhan dapat dicapai secara sempurna.
Perjuangan melakukan kehendak Roh Kudus adalah perjuangan menyangkut penggunaan pikiran, lidah, mata, dan tindakan seluruh anggota tubuh kita yang lain dan semua panca indera kita harus selalu dapat dipergunakan sesuai dengan standar kesucian Tuhan.
Salah satu prinsip yang penting untuk bisa mencapai kemenangan hidup yang abadi berkenan sampai akhir dihadapan Tuhan adalah terus menerus menghayati bahwa tubuh kita bukan milik kita sendiri.
Tetapi milik Tuhan untuk digunakan Tuhan sesuai dengan keinginan dan kemuliaan-Nya.

Amin.

Senin, 21 November 2016

PANGGILAN MENGUMPULKAN HARTA ABADI


Lukas 12:20-21
20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Menyenangkan hati Tuhan adalah harta abadi yang tidak akan pernah bisa diambil oleh siapa pun.
Tidak keliru kalau hal ini bisa dikatakan sebagai “harta di Sorga”, sebab Tuhan tidak akan memperkenan orang yang tidak menyukakan hati-Nya masuk ke dalam Kerajaan-Nya.
Orang kaya dalam Lukas 12:16-21, menggambarkan orang yang hidup hanya untuk kesukaan sendiri.
Ia sibuk dengan segala cita-cita dan keinginannya tanpa mau mengerti bagaimana seharusnya menyenangkan hati Tuhan.
Akhirnya ia mati dalam keadaan tidak kaya di hadapan Tuhan (Lukas 12:20-21).
Hal ini sejajar dengan yang dikisahkan oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 16:19-31. Dalam kisah tersebut Tuhan Yesus menunjukkan nasib orang kaya yang tidak menyukakan hati Tuhan di kekakalan.
Oleh karena ia membiarkan Lazarus mati dalam penderitaan di depan matanya, maka orang kaya tersebut tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Tuhan Yesus (Matius 25:41-46).

Hari-hari ini pun Tuhan memberi kesempatan bagi setiap orang percaya untuk mengumpulkan harta di Sorga tetapi banyak orang mengabaikannya.
Mereka lebih suka mengumpulkan harta di dunia yaitu memuaskan diri sendiri dengan segala keinginan dan cita-citanya sehingga tidak memperdulikan Tuhan dan sesamanya, tidak memperdulikan bahwa panggilan hidup orang percaya adalah mengumpulkan harta di sorga dan bukan harta dibumi (Matius 6:19-20).
Padahal Tuhan memberi waktu yang terbatas di bumi ini untuk menunjukkan atau membuktikan bahwa mereka mengasihi Tuhan dengan berusaha menyenangkan hati-Nya.
Orang yang gagal menyenangkan hati Tuhan berarti gagal menjadi anak-anak Allah.
Sebab anak-anak Allah ditandai dengan kehidupan menyukakan hati-Nya.
Inilah harta Sorga yang harus dikumpulkan melalui proses dalam perjalanan waktu.
Proses, maksudnya adalah adanya tahapan-tahapan perubahan dari sikap hati menyukakan hati sendiri kepada menyukakan hati Tuhan.
Sikap hati menyukakan diri sendiri ini tidak mudah diubah, karena sudah berakar lama, belasan bahkan puluhan tahun. Pertumbuhan memiliki sikap menyukakan Bapa sama dengan pertumbuhan kedewasaan rohani memiliki pikiran dan perasaan Kristus; yang kesukaan-Nya melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Jadi, menumbuhkan sikap hati menyukakan Tuhan sama dengan menumbuhkan kedewasan rohani agar kita layak menjadi anak-anak Allah.
Untuk ini seseorang harus menyediakan diri tanpa batas untuk belajar setiap hari melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan dan bukan lagi hidup melakukan kehendak diri sendiri.
Hal ini sama dengan mengumpulkan harta abadi/harta disorga.
Waktu yang tersedia untuk belajar sangatlah terbatas 70-80 tahun saja.
Waktu yang sangat terbatas tersebut adalah modal yang Tuhan berikan kepada kita guna menjadi anak-anak Allah yang bisa diterima dikemah abadi-Nya.
Kalau kita menyia-nyiakan kesempatan ini, maka kita tidak akan memiliki kesempatan yang kedua.

Harta abadi adalah harta kita yang akan kita bawa di kekekalan, harta ini adalah :
pertama, kebenaran Tuhan atau Firman Tuhan atau suara Tuhan (baik logos maupun rhema). Logos Firman Tuhan biasanya kita dapatkan dalam kemasan pengajaran dan pengertian, sedangkan rhema suara Tuhan secara langsung yang diterima seseorang melalui keadaan dan pergumulan khusus masing-masing individu.
Kedua, perubahan karakter, dari mengenakan karakter manusia dunia menjadi manusia yang mengenakan karakter Kristus, dari manusia yang hidup didalam daging menjadi manusia yang hidup dipimpin oleh Roh, hidup menjadi berkat bagi sesama dan menularkan karakter yang agung ini kepada orang lain yang belum mengenakan karakter Kristus.
Ketiga, Roh Kudus yang dimateraikan didalam diri kita, melalui pekerjaan Roh Kudus yang bekerja dalam segala keadaan dan pengalaman hidup setiap hari didalam hidup kita maka kita dibawa oleh Tuhan untuk mengenal kehendak-Nya untuk dilakukan serta terus mengubahkan kita menjadi pribadi yang berkodrat ilahi yang peka dan semakin mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan apa yang baik berkenan dan yang sempurna (2 Timotius 1:14  Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita).

Untuk mengumpulkan harta abadi, haruslah diperjuangkan dengan benar-benar serius.
Nilai keseriusannya adalah seluruh hidup kita tanpa batas.
Inilah satu-satunya perjuangan yang harus dimiliki dalam hidup orang percaya supaya diterima dikemah abadi di kerajaan Tuhan Yesus.
Segala bentuk kegiatan dan perjuangan didalam seluruh hidup kita haruslah bertujuan untuk memperoleh harta abadi ini.
Ini adalah sebuah pilihan yang sulit dan bisa dipandang aneh, berlebihan atau ekstrim.
Tetapi tanpa radikalisme menjadi seseorang yang terus berjuang dengan tanpa batas mengumpulkan harta abadi dihadapan Tuhan maka seseorang tidak pernah menjadi kaya di hadapan Tuhan.
Manusia yang mau meresponi panggilan Tuhan untuk mengumpulkan hartanya yang di sorga maka ia akan memiliki harta abadi ini sampai di kekekalan.

Amin.

Sabtu, 19 November 2016

PERTOBATAN BERARTI PENURUTAN PERNUH KEPADA-NYA.


1 Yohanes 5:3  Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,

Pertobatan yang sejati adalah penurutan seseorang terhadap segala kehendak Allah secara penuh.
Pertobatan yang dewasa atau berkualitas kepada Allah adalah langkah berbalik dari mencintai dunia menjadi mencintai Tuhan sepenuhnya.
Mencintai Tuhan sepenuhnya artinya mencintai Tuhan dengan tulus tanpa ada maksud-maksud tertentu di balik cintanya kepada Tuhan.
Pertobatan yang mengarah menjadi kekasih Tuhan membuat seseorang bukan saja melakukan hukum, tetapi juga melakukan segala sesuatu yang diinginkan Tuhan.
Di sini seseorang barulah menjadikan Tuhan sebagai kekasih jiwa abadi.
Pertobatan yang benar membawa seseorang tidak lagi dapat digirangkan atau dibahagiakan oleh kekayaan dunia dengan segala keindahannya, tetapi disukacitakan hanya oleh Tuhan.
Orang yang masih bisa dibahagiakan dengan harta kekayaan dunia serta keindahannya maka sebenarnya kasih akan Bapa tidak ada didalam orang tersebut (1 Yohanes 2:15), ia belumlah dikategorikan mengasihi Tuhan dengan segenap hati (Markus 12:30).
Orang percaya yang mengalami pertobatan yang dewasa memiliki kerinduan yang kuat untuk bertemu dan selalu ingin berdialog dengan Tuhan guna melakukan segala kehendak-Nya. Pertobatan seperti ini barulah bisa membawanya menjadi mempelai Tuhan yang sejati.

Umat pilihan yang disebut sebagai mempelai Tuhan Yesus memang dirancang untuk menjadi kekasih Tuhan dan tidak lagi mencintai dunia ini sebagai tempat mencari kesenangan hidup.
Tidak banyak orang yang mau meresponi panggilan sebagai umat pilihan untuk berkeadaan seperti ini, yaitu memiliki relasi yang istimewa dengan Tuhan dengan segenap hatinya mengasihi Tuhan tanpa ada yang disisakan untuk yang lainnya.
Orang yang mengasihi Tuhan tentu adalah orang yang pasti mengasihi sesama manusia.
Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan orang percaya yang memiliki iman percaya yang benar.
Iman yang dimaksud ini adalah iman yang mengacu kepada iman Abraham (Roma 4:2). Firman Tuhan mengatakan bahwa kita dibenarkan karena iman.
Iman adalah tindakan.
Iman Abraham diterjemahkan dalam tindakan Abraham bersahabat dengan Allah (Yakobus 2:23).
Allah (Elohim) yang dipanggil Yahwe itu adalah Tuhan Yesus yang menyatakan diri berkali-kali kepada Abraham.
Harus diingat bahwa Tuhan Yesus yang menciptakan langit dan bumi dan yang memerintah sejak zaman purbakala (Mikha 5:1).

Kekristenan bukanlah agama dan berisi hukum-hukum.
Alkitab menyatakan bahwa tidak seorang pun dapat dibenarkan karena melakukan hukum (Roma 3:20, 28).
Kekristenan adalah jalan hidup, di mana orang percaya harus mengenal Allah yang dipercayai, bergaul, mengerti kehendak-Nya dan melakukannya sehingga terjalin hubungan yang konkret dengan Dia.
Tentu orang yang melakukan hal ini akan menjadi orang-orang yang taat kepada Allah tanpa ada kecendrungan untuk berbuat dosa kembali sebab setiap detik waktu dihidupnya tidak lagi terlewatkan untuk selalu bergaul dengan Allah guna menjadi pribadi yang selalu melakukan seluruh kehendak-Nya dan menghidupi seluruh kebenaran-kebenaran-Nya.
Ketika Abraham diperintahkan Tuhan untuk mengorbankan anaknya, ia melakukannya dengan tidak ragu-ragu sama sekali.
Iman seperti Abraham inilah yang harus kita teladani.
Betapa salahnya kalau seseorang merasa sudah percaya kepada Tuhan Yesus maka ia sudah merasa dibenarkan.
Dibenarkan harus memiliki percaya yang benar, artinya memiliki isi dari percayanya yang di tunjukkan dengan tindakan penurutan segala kehendak Allah.
Abraham memiliki tindakan dari imannya, yaitu penurutannya terhadap apa saja yang minta oleh Allah.
Abraham melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan.
Ia harus meninggalkan Urkasdim, mengganti nama walau belum memiliki anak, menjadikan anak tunggalnya sebagai korban bakaran dan lain sebagainya.
Karena penurutannya tersebut maka ia dibenarkan.
Jika kita melihat dengan jujur kehidupan banyak orang Kristen hari ini, mereka hanya mengaku bahwa Yesus adalah Juru Selamat hanya dengan pergi ke gereja dan taat mengembalikan perpuluhan, lalu merasa sudah merasa memiliki iman.
Orang percaya dikatakan memiliki iman yang benar kalau memiliki iman seperti Abraham yaitu setiap detik didalam hidupnya selalu hidup didalam penurutan kepada kehendak Allah seperti Abraham tanpa ada keraguan sedikitpun.
Untuk membangun iman yang benar seperti iman Abraham, seseorang harus mau membawa dirinya bergaul dengan Tuhan dan mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan tanpa ada keraguan dan bantahan sedikitpun terhadap segala kehendak-Nya.

Pada akhirnya semua orang Kristen harus memiliki pergumulan seperti Abraham, yaitu berjuang untuk melakukan kehendak-Nya secara khusus atau istimewa dalam kehidupan masing-masing individu.
Orang percaya harus memiliki kehidupan pertobatan yang membawa hidupnya diubah secara terus menerus sampai memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Sehingga apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan selalu sinkron dengan kehendak Tuhan.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus membaptis kita dengan Roh Kudus.
Tuhan Yesus membaptis kita dengan Roh Kudus, artinya melalui pekerjaan Roh Kudus orang percaya dibimbing Tuhan mencapai kesempurnaan yang membuat seseorang dapat berjalan dengan Tuhan melakukan kehendak-Nya secara tepat sehingga orang-orang yang di baptis oleh Tuhan dengan Roh Kudus bisa memiliki hubungan yang ideal harmoni dengan Tuhan.
Harus diingat bahwa seseorang tidak akan dapat memiliki hubungan yang harmoni dengan Tuhan jika ia tidak ada didalam perjuangan untuk membangun dan memiliki karakter yang serupa dan segambar seperti Tuhan Yesus (1 Yohanes 2:6).

Amin.

Jumat, 18 November 2016

MEMBERI PERTANGGUNGAN JAWAB DI HADAPAN ALLAH


Roma 14:12  Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.
 
Sementara waktu bergulir terus 1-80 tahun umur manusia tanpa sadar semakin mendekati hari penghakiman Allah.
Tanpa disadari pula kuasa kegelapan membuat manusia terlena dalam berbagai kegiatan sehingga tidak memiliki sikap berjaga-jaga.
Tuhan Yesus berkata dalam Injil bahwa orang percaya harus berjaga-jaga sebab kita tidak tahu akan hari maupun akan saat kedatangan Tuhan atau hari kematian kita masing-masing (Matius 25:13).
Kata “berjaga-jaga” dalam teks bahasa asli Yunani adalah gregoréuo yang artinya “tetap terjaga, tidak tidur” atau “waspada”. Pertanyaannya adalah bagaimanakah sikap berjaga-jaga itu?
Sikap berjaga-jaga adalah selalu berusaha mengoreksi diri apakah suatu tindakan baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan itu berkenan dihadapan Allah dan sungguh-sungguh berasal dari Allah.
Orang percaya tidak boleh lagi melakukan hal-hal yang tidak diingini dan yang bukan berasal dari Allah.
Dengan demikian sikap berjaga-jaga artinya mengusahakan diri agar setiap saat bersedia dan dapat memberi pertanggungjawaban bila diminta oleh Tuhan.

Tuhan Yesus mengatakan hal berjaga-jaga ini setelah Ia memaparkan perumpamaan mengenai lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh (Matius 25:1-12).
Kehidupan orang percaya dapat digambarkan seperti lima gadis yang bijaksana dan lima gadis yang bodoh. Pada intinya, kelebihan gadis bijaksana dari gadis bodoh adalah mereka memikirkan kelangsungan hidup pelita mereka.
Lima gadis bijaksana memiliki persediaan minyak, sedangkan 5 gadis lainnya yang bodoh tidak menyediakan minyak. Persediaan minyak bisa menunjuk persiapan orang percaya menghadapi kekekalan, yaitu kesiapan mempertanggungjawabkan diri di hadapan Tuhan.
Orang-orang seperti ini agak langka dan makin langka.
Pada umumnya banyak orang hanya memusingkan dirinya dengan soal kelangsungan penghidupannya sekarang, hari ini di bumi ini.
Mereka selalu berkutat dengan permasalahn apa yang hendak ia makan, minum dan ia pakai. Ada juga yang memusingkan siapa pasangan hidupnya, pekerjaan, ekonomi, rumah, mobil, perhiasan, barang-barang branded dll.
Tidak heran kalau mereka tenggelam dengan berbagai kesibukan hidup mencari kepuasan diri menikmati apa sedang dunia tawarkan kepada mereka yang dimana kebahagiaannya yang ditawarkan sebenarnya hanya bisa nikmati dalam waktu yang singkat 70-80 tahun.

Orang-orang yang terus terlena dengan kesibukan diri sendiri ini tidak sadar bahwa ada tuntutan Tuhan supaya mempersiapkan diri menghadapi fakta kekekalan setelah kematian, sehingga sebenarnya banyak dari mereka yang tidak siap mempertanggungjawabkan diri di hadapan Tuhan.
Orang-orang seperti ini tidak akan tahan berdiri dihadapan Tuhan karena tidak bisa mempertangungjawabkan hasil dari keseluruhan hidupnya sejak hidup dibumi.
Betapa berbahayanya keadaan manusia seperti ini, kerena ia akan menerima penghukuman api kekal yang didalamnya ia tidak lagi berkesempatan untuk dapat memperbaiki diri untuk bisa berdamai dengan Allah.
Ironisnya banyak orang Kristen berkeadaan seperti ini namun tidak juga mau bersungguh-sungguh memperbaiki diri guna mempersiapkan diri menghadapi hari penghakiman dari Allah.
Hal ini memang tidak mengherankan sebab hal ini sudah dinubuatkan dalam kitab Daniel yang berbunyi : Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya (Daniel 12:10).
Untuk itu setiap orang percaya harus belajar mempertanggungjawabkan diri di hadapan Tuhan sejak dibumi ini.
Selama paru-paru kita Tuhan ijinkan masih bisa bernafas, maka waktu itulah kesempatan yang terbaik untuk terus intens memperbaiki diri, berbenah diri dihadapan Tuhan untuk terus menjadi pribadi yang bisa menyukakan hati-Nya setiap waktu, menjadi pribadi yang selalu setia melakukan segala kehendak-Nya.
Menyukakan hati Tuhan hanya bisa dilakukan jika kita terus membawa diri kita semakin serupa dengan Kristus, selalu hidup berpadanan dengan Injil kebenaran-Nya setiap waktu.

Memberi pertanggungjawaban kepada Tuhan harus dilakukan seseorang sejak masih hidup dibumi ini.
Setiap hari seseorang harus menyediakan waktu yang cukup untuk menghadap Tuhan guna mempertanggungjawabkan setiap lembar harinya.
Bila hari itu kita melakukan suatu pelanggaran atau dosa, maka kita mohon pengampunan dan melakukan pemberesan, namun hal ini harus disertai dengan perubahan cara berpikir dan pola hidup yang sejalan dengan isi kebenaran Injil yang menghendaki setiap kita menjadi manusia baru yang mengenakan karakter Kristus dan dengan kesadaran penuh untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dihari-hari ke depan untuk melakukan kehendak-Nya dengan taat.
Kita harus sadar bahwa upah dosa adalah maut.
Jadi jangan mempermainkan Allah yang sudah memberikan kesempatan untuk kita bisa hidup didalam keselamatan dari-Nya.
Dengan demikian setiap hari kita harus belajar menjadi pribadi yang dikehendaki oleh Tuhan dan dengan rela menyediakan diri dibentuk oleh-Nya melalui segala kejadian dan peristiwa dihidup kita, menangkap setiap pesan-pesan Tuhan untuk kita hidupi, berjuang tiada henti menjadi pribadi anak-anak Allah yang memiliki nature/kodrat ilahi yang segambar dengan Kristus.
Kalau seseorang terus bersedia belajar menyelesaikan setiap lembar harinya di hadapan Tuhan secara benar dan bertanggung jawab yang disertai dengan sikap takut akan Tuhan, maka pada hari dimana ia sudah waktunya harus berdiri dihadapan Tuhan untuk memberi pertanggungjawaban seluruh isi kehidupannya maka ia akan menjadi seorang yang bisa tahan berdiri dihadapan Tuhan Yesus Hakim Yang Agung, Tuhan Semesta Alam yang akan menghakimi seluruh umat manusia yang ada didalam dunia ini.

Daniel 12:2  Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.

Amin.

Kamis, 17 November 2016

KESERIUSAN MENJADI ANAK-ANAK ALLAH


Yohanes 8:31-32
31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Proses menjadi murid Tuhan sama artinya dengan proses menjadi anak-anak Allah.
Sebutan sebagai anak-anak Allah adalah suatu keberadaan dan tidak secara bisa otomatis dilekatkan bagi orang yang tidak serius mengejar keberadaan sebagai anak-anak Allah.
Keseriusan kita sebagai anak-anak Allah mengharuskan kita memperdalam pengenalan akan Dia, yang dibangun melalui belajar dan mengenakan kebenaran Firman Tuhan dan memiliki kehidupan doa pribadi yang dibangun setiap hari dengan Tuhan.
Tentu juga melalui persekutuan dengan orang yang takut akan Tuhan, merindukan Tuhan dan sungguh-sungguh menyadari bahwa hidup ini hanya untuk mengabdi kepada-Nya.
Demi hubungan yang harmonis dengan Tuhan, kita harus menyerahkan apapun yang ada pada kita bagi Tuhan, sampai kita benar-benar dapat berkata dan mengakui didalam hati "tak ada yang kuingini selain berkenan dihadapan Tuhan" dengan ini kita menjadikan Tuhan segalanya dan harta hidup kita satu-satunya didalam hidup ini.

Harga keseriusan kita mengikut Tuhan Yesus adalah segenap hidup kita, tanpa ada yang disisakan.
Dengan demikian Kekristenan yang sejati adalah seluruh hidup kita.
Percaya kepada Tuhan Yesus, berarti hidup kita dibeli oleh Tuhan untuk hidup didalam penurutan terhadap kehendak-Nya.
Petrus membahasakan hal ini dengan pernyataan : "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat"(1 Petrus 1:18-19).
Dan Paulus membahasakan hal ini dengan kalimat: Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Korintus 6:20).

Olehnya kita harus memberi diri sepenuhnya menjadi orang Kristen yang benar dihadapan Tuhan dan serius membangun dari hari ke hari mengejar keberadaan sebagai anak-anak Allah yang berkenan dihadapan Tuhan.
Kekristenan bukanlah sambilan, Kekristenan adalah segenap hidup yang serius menjadikan Tuhan sebagai tempat perhentian artinya hidupnya tidak lagi mengejar segala sesuatu yang sia-sia yang disediakan oleh dunia ini namun yang kesukaannya adalah merenungkan Firman Tuhan siang dan malam, hidup didalam penurutan kehendak-Nya. Keseriusan dengan Tuhan ditandai dengan kesediaan kita untuk mengenakan manusia baru sebagai anak-anak Allah yang selalu mengawasi atau memperhatikan pertumbuhan rohaninya hingga serupa seperti Tuhan Yesus, hidup yang selalu mengikuti jejak-Nya.
Pertumbuhan rohani sama artinya dengan penyempurnaan karakter kita dihadapan Tuhan.

Untuk pendewasaan atau pertumbuhan karakter kita seperti Kristus, ada perangkat yang harus kita perhatikan.
Pertama adalah Firman Tuhan.
Firman Tuhan inilah yang sebenarnya merupakan kunci penting dalam kelahiran baru dan pertumbuhannya.
Firman Tuhanlah makanan yang menghidupkan dan menumbuhkan.
Dari rentetan Fiman yang didengar, maka tumbuhlah atau terbentuklah kesadaran mengenai kebenaran yang berasal dari Tuhan.
Kebenaran inilah yang memerdekakan (Yohanes 8:31-32).
Kesadaran akan kebenaran inilah yang membuat seseorang mengalami kelahiran baru.
Dalam pembacaan di Yohanes 8:31-32 ini, yang harus diperhatikan adalah kata "tetap", kata ini dalam teks aslinya adalah "Meineete" yang berarti terus menerus.
Firman Tuhan harus didengar secara terus menerus dan tidak boleh berhenti dan harus dapat dimengerti secara lengkap sebab berangkat dari sini pengertian seseorang terhadap kebenaran Tuhan akan terbuka dan pengertian inilah yang menentukan sikap hidup seseorang dan seluruh pandangan hidupnya untuk berjalan didalam kehendak Tuhan.
Pencarian kita yang tanpa henti dalam pengenalan akan Allah akan dipandu oleh Roh Kudus demi pemberitaan Firman yang disambut oleh seseorang.
Selanjutnya, Firman Tuhan yang didapat akan membuka pikiran untuk mengerti kebenaran, dan kebenaran itulah yang akan memerdekakan.
Proses ini juga sama artinya dengan proses “metamorfouste”.

Hal yang kedua supaya proses untuk pendewasaan atau pertumbuhan karakter kita seperti Kristus adalah Penyangkalan diri setiap hari.
Penyangkalan diri adalah perjuangan berat, pergumulan yang menyita seluruh kehidupan kita.
Ini lebih dahsyat dari peperangan manapun.
Karena mahalnya perjuangan penyangkalan diri ini maka buahnya akan menghasilkan hidup yang kekal yang nilainya tiada terhingga.
Selama ini banyak orang menganggap penyangkalan diri suatu proses yang mudah dan otomatis terjadi setelah orang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus. Itu konsep yang salah.
Pandangan ini terlampau menyederhanakan penyangkalan diri sebagai sikap menolak perbuatan yang melanggar hukum dan tidak sesuai dengan etika dan norma; padahal menyangkal diri adalah usaha terus-menerus untuk memenuhi dan melakukan apapun yang Tuhan inginkan baik melalui hukum-hukum yang tertulis maupun secara langsung melalui pimpinan Roh Kudus.
Olehnya untuk mengerti apa yang dapat memuaskan hati Tuhan itu tidak cukup diwakili oleh huruf-huruf hukum dan peraturan. Orang harus memiliki kecerdasan roh dan kepekaan untuk dapat mengerti kehendak Tuhan, apa yang baik, yang menyenangkan-Nya dan yang sempurna.
Untuk hal ini harus ada usaha yang sangat serius dan penuh perjuangan untuk melepaskan segala keterikatan manusia lama, memberi diri dibentuk oleh Tuhan mengenakan manusia baru dan terus memelihara persekutuan dengan Tuhan setiap waktu.
Proses penyangkalan diri tentu harus selalu didukung keseriusan kita menggali dan memahami kekayaan Injil untuk mengerti kebenaran-kebenaran. Pengertian akan kebenaran-kebenaran itu yang akan mencerdaskan kita dan mempertajam kepekaan kita untuk mengerti kehendak Tuhan.

Mengerti kebenaran Tuhan dan mempertajam kepekaan tidak bisa diraih dalam sekejap, membutuhkan sebuah proses bertahap yang sangat ketat. Kita harus menganggap bahwa memahami kebenaran Tuhan sebagai kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan ini.
Selain belajar kebenaran terus-menerus, kita harus menyediakan waktu untuk menyendiri dengan Tuhan, agar kita dapat menyerap kehadiran Tuhan yang memberi hikmat.
Dalam perjumpaan tersebut pasti Tuhan berbicara, dan kita mendapat nasehat yang sangat kuat.
Momentum ini tidak bisa digantikan dengan apa pun.
Melalui perjumpaan pribadi tersebut kita akan mengalami pengalaman-pengalaman luar biasa, yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata kepada orang lain.

Berjuanglah memenuhi panggilan kita sebagai anak anak Allah yang serius membentuk karakter Kristus yang sejati didalam hidup yaitu melalui perjuangan yang tiada henti mengenal Pribadi-Nya, tinggal tetap didalam Firman-Nya, menyangkal diri setiap hari dengan didukung menggali kebenaran Alkitab secara ketat dan tiada henti membangun kehidupan doa perjumpaan yang terus-menerus dengan Pribadi yang Agung Tuhan kita Yesus Kristus.

Roma 8:17  Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Amin.

KEPANTASAN DIRI MASUK KE PESTA PERKAWINAN ANAK DOMBA


Wahyu 19:7  Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Pernahkan kita mempersoalkan secara serius untuk selalu memeriksa diri kita apakah kita sudah menampilkan kehidupan sebagai mempelai Kristus yang sejati?.
Menurut anda bagaimana penilaian Tuhan terhadap kehidupan yang sudah anda gelar selama ini, apakah Tuhan akan memberi nilai yang baik sehingga dipantaskan turut masuk ke dalam pesta perkawinan Anak Domba yang Maha Dashyat itu?.
Kata perkawinan dalam ayat diatas teks aslinya adalah "gamos" yang berarti pesta perkawinan, upacara perkawinan.
Sesungguhnya kata perkawinan dalam teks tersebut bukanlah menunjuk perkawinan dalam arti harafiah seperti yang kita kenal dalam kehidupan manusia. Tetapi hanya sebuah figuratif.
Orang percaya yang hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan setia sampai akhir memelihara imannya maka merekalah yang layak berjumpa dan disambut sebagai mempelai bagi Kristus (2 Korintus 11:2-3).
Perjumpaan orang percaya dengan Tuhan Yesus suatu hari nanti digambarkan sebagai sebuah pesta perkawinan.
Kata “mempelai” juga bukanlah mempelai dalam pengertian harafiah atau pengertian umum.
Mempelai hendak menunjuk bahwa orang percaya adalah kekasih Tuhan yang nanti suatu hari akan dipertemukan dengan Tuhan sebagai kekasih-Nya.
Kata perkawinan hendak menunjukkan hubungan yang sangat istimewa antara orang percaya dengan Tuhan Yesus.

Perjumpaan orang percaya yang setia dengan Tuhan Yesus adalah perjumpaan yang sangat luar biasa.
Hal ini seharusnya menjadi kerinduan orang percaya yang benar-benar telah bertumbuh dalam iman dan mencapai kedewasaan rohani yang memiliki pikiran dan perasaan Kristus didalam dirinya.
Kerinduan mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus tidak mungkin dimiliki oleh orang percaya yang tidak setia.
Dengan hal ini kita dapat menemukan ciri dari seorang Kristen yang setia dan dewasa rohani secara benar.
Cirinya adalah merindukan Tuhan.
Hanya Tuhan yang menjadi sumber bahagia dan sukacitanya.
Orang percaya yang sungguh-sungguh merindukan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaan dihidupnya maka ia akan dibawa sampai ketahap "Tuhan Yesus cukup bagiku, yang lain tak ku ingini lagi".
Hal ini sebenarnya sejajar dengan ungkapan Rasul Paulus dengan kalimat : Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21).
Dari ungkapan ini menandakan ciri bahwa Rasul Paulus benar-benar menghidupi jejak yang diteladankan oleh Tuhan Yesus yang tidak lagi menjadikan fasilitas dunia sebagai tempat kebahagiaan hidup/tujuan hidup (Lukas 4:5-8).
Kebahagiaan hidup orang percaya yang sesungguhnya sejatinya adalah dapat mencapai keadaan diri yang layak disebut sebagai mempelai Kristus yang setia yang ditemukan Tuhan dengan tidak bercacat cela dihadapan-Nya, ini merupakan kebahagiaan hidup yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Kesetiaan sebagai orang Kristen tidaklah cukup diukur dengan kehadirannya di gereja hari Minggu. Tidak cukup pula ditandai dengan aktivitasnya di dalam kegiatan gereja. Bahkan belumlah cukup diukur dengan menjadi fulltimer gereja atau menjadi pendeta.
Kesetiaan kepada Tuhan Yesus paling tidak ditandai dengan dua hal.
Pertama, kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela. Ini adalah orang-orang yang benar-benar membawa dirinya sebagai mempelai Kristus yang selalu dapat memberi nilai tinggi Tuhan setiap hari dengan menggelar hidup dalam kesucian dihadapan-Nya dengan tanpa batas.
Kedua, hati yang tidak mengingini materi dunia sebagai tujuan hidupnya seperti (rumah, mobil, perhiasan, barang banded dan lain sebagainya yang bersifat materi) dan kehormatan manusia.
Tidaklah salah memiliki semua itu, justru sebaliknya kita harus memilikinya demi melayani pekerjaan Kristus dibumi ini, tetapi semua itu tidaklah dicari dan dimiliki demi kebahagiaan diri dan kepentingan pribadi.
Semua yang ada pada kita haruslah dipersembahkan kepada Tuhan sebagai milik-Nya dan digunakan untuk kepentingan Kerajaan Sorga.

Orang percaya yang memiliki kerinduan terhadap Tuhan sama dengan memiliki pengharapan mengenai kehidupan bahagia dikerajaan Tuhan Yesus dilangit baru dan bumi yang baru.
Pengharapan seperti ini menyucikan dirinya sama seperti Dia adalah suci (1Yohanes. 3:3).
Maksud ayat ini adalah bahwa seorang yang mengarahkan hidupnya menjadi mempelai Kristus yang selalu berjuang untuk tidak bercacat dan tidak bercela yang kerinduannya menantikan kedatangan Tuhan Yesus dengan setia, maka pada waktu hari kedatangan Tuhan adalah menjadi suatu milik yang pasti tubuhnya akan diubah dalam sekejap menjadi tubuh yang mulia seperti tubuh Tuhan Yesus.
Tubuh yang tidak akan mengalami kematian untuk selama-lamanya.
Pada waktu itulah terjadi perjumpaan antara kita dengan Tuhan Yesus. Perjumpaan itulah yang disebut sebagai Perkawinan Anak Domba.
Tentunya perjumpaan antara orang percaya yang setia dengan Tuhan Yesus adalah perjumpaan yang juga dinantikan dan dirindukan oleh Tuhan Yesus.
Oleh sebab itu betapa kita harus sungguh-sungguh terus menerus membenahi diri untuk menjadi seperti perawan suci yang layak dipertemukan dengan Tuhan. Perawan suci artinya hidup tidak bercacat dan tidak bercela serta tidak terikat dengan dunia ini sama sekali.
Keadaan ini merupakan syarat mutlak untuk menjadi mempelai Tuhan Yesus yang sejati.

1 Tesalonika 5:23  Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.

Amin.

Rabu, 16 November 2016

MENJADI BAIT ALLAH YANG KUDUS


Efesus 2:21-22
21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Tuhan mempunyai rencana bagi setiap kita untuk kemuliaan-Nya. Maukah kita memberi diri untuk dibentuk-Nya menjadi pribadi yang dilayakkan sebagai anggota kerajaan Allah yang kudus, dan berkenan dihadapan-Nya? Maukah kita melayani-Nya, sebagai batu hidup untuk membangun bait Allah? (1 Petrus 2:5).
Tuhan ingin membangun bait Allah yang baru, yaitu gereja-Nya secara universal, yang tidak merupakan bangunan fisik yang dibuat manusia, melainkan bangunan yang disusun dari orang-orang percaya di dalam Tuhan. Dari tulisan Rasul Paulus, kita dapat mempelajari beberapa hal.

Pertama, gereja adalah bangunan yang rapi tersusun dari orang-orang percaya. Gereja dirancang oleh Tuhan Yesus sebagai batu-batu yang disusun secara rapi oleh-Nya, hal ini menunjuk Tuhan punya kepentingan untuk membentuk hidup kita sesuai rancangan dan kehendak-Nya, oleh karena itu kita harus menyediakan diri dengan segenap hati menerima pembentukan dari-Nya dengan respon yang terus mau belajar taat mengenakan kehendak-Nya setiap hari.
Kedua, gereja adalah bait Allah, tempat kudus bagi-Nya.
Karena itu sebagai imamat yang rajani, kita harus senantiasa mempersembahkan kurban syukur kepada Allah, melalui hati dan bibir kita (Ibrani 13:15) yang dibuktikan dengan perbuatan kita sehari-hari yang memuliakan Dia.
Ketiga, gereja adalah tempat kediaman Allah.
Roh-Nya tinggal di dalam kita (1 Korintus 6:19).
Allah sudah membeli kita sebagai bahan bangunan untuk rumah-Nya, supaya Ia bisa tinggal di dalam kita. Karena itu kita tidak boleh hidup semau kita sendiri, tetapi harus hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Saat Salomo membangun bait Allah, ia mempersiapkan batu-batu di tempat penggalian yang jauh, sehingga di tempat konstruksi bait Allah tidak terdengar suara palu, kapak atau perkakas besi lain (1 Raja-Raja 6:7). Artinya, Roh Kudus mempersiapkan kita terlebih dahulu supaya layak menjadi bagian dari gereja rohani-Nya.
Kita harus mau dibentuk sesuka-Nya tanpa mengeluh.
Segala kesulitan hidup merupakan bagian dari pembentukan yang dilakukan oleh Allah agar kita menjadi serupa dengan gambaran Tuhan Yesus, dan saat bangunan gereja rohani ini selesai maka saat itu juga Tuhan Yesus datang kembali menjemput orang percaya, membawanya ketempat dimana Ia ada orang percaya pun ada bersama dengan Dia.
Jadi, sesulit apapun keadaan kita dalam mengiring Tuhan, pastikan kita tetap menyediakan diri kita dengan rela dibentuk oleh Tuhan menjadi pribadi yang dilayakkan sebagai anggota kerajaan Allah.
Biarkan Tuhan membentuk diri kita menjadi bagian dari bangunan yang indah dimata-Nya.
Bangunan indah ini adalah peningkatan karakter umat pilihan dari waktu ke waktu menjadi semakin serupa seperti karakter Kristus.

Model manusia yang direncanakan dan dikehendaki oleh Allah adalah model manusia yang selalu mengenakan karakter Tuhan Yesus (Roma 8:29).
Menyadari hal ini berarti kita tidak boleh lagi serupa dengan dunia ini, saatnya kita harus masuk terus menerus kedalam proses pembaharuan pikiran yang terus diubahkan oleh Firman Tuhan setiap hari dengan tanpa batas mencari perkenanan-Nya untuk dihidupi dan dilakukan didalam hidup secara bertekun.
Sebagai orang percaya yang ditempatkan sebagai umat pilihan-Nya, kita tidak boleh lagi mengabaikan Tuhan.
Mengabaikan Tuhan artinya seseorang lebih banyak mengutamakan kepentingan kesenangan diri sendiri seperti memburu gelar demi nilai diri dihadapan manusia, gila kekuasaan, kehormatan, berlimpahnya harta kekayaan dan lain sebagainya.
Banyak gereja-gereja lebih menekankan membangun fasilitas fisik daripada kehidupan rohani dan iman jemaat Tuhan. Gereja yang benar akan lebih menekankan pembangunan rohani jemaat Tuhan, mempersiapkan umat Tuhan menjadi mempelai Kristus yang layak, kudus dan tidak bercacat cela.

Gereja harus memahami panggilan agung untuk membangun secara bertekun karakter Kristus didalam kehidupannya.
Orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan yang berstandar Kristus sendiri.
Tuhan Yesus adalah Allah yang sempurna dalam kelakuan, maka jelas kita dipanggil untuk sempurna seperti Tuhan Yesus dalam setiap kelakuan kita.
Allah datang ke dalam dunia bukan saja hendak menyelamatkan jiwa kita, tetapi juga watak kita.
Kita bukan saja dipanggil untuk dibenarkan, tetapi juga menjadi benar-benar benar.
Berkenaan dengan hal inilah kita harus selalu memberi diri dibentuk oleh Bapa, menjadi bait Allah yang kudus demi dapat menjadi anak kesukaan Bapa.
Menjadi anak kesukaan Bapa berarti kita menjadi orang yang selalu memuaskan hati Bapa dalam segala hal, baik yang kita renungkan, pikirkan, ucapkan dan yang kita lakukan.

Amin.