Jumat, 31 Maret 2017

MEMAHAMI ANUGERAH KESELAMATAN SECARA BENAR


Matius 7:21-23
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Tuhan Yesus memperingatkan para murid bahwa orang yang hanya mengaku percaya dibibir dengan berseru kepada Tuhan Yesus "Tuhan-Tuhan" tidak akan mampu menembus masuk kedalam kerajaan surga.
Bahkan mereka yang kelihatannya melakukan banyak hal dalam pelayanan, termasuk hal-hal yang spektakuler atas nama Tuhan tidak dengan sendirinya diakui oleh Tuhan Yesus sebagai anak-anak kerajaan yang pantas dimuliakan untuk masuk kedalam kerajaan surga.
Hanya mereka yang melakukan kehendak Bapa, itulah yang akan diakui oleh Tuhan Yesus sebagai anak-anak Allah yang akan diterima di kemah abadi di kerajaan-Nya yang kekal.
Satu hal yang sangat prinsip yang harus dipahami oleh orang percaya adalah mengenai pengertian keselamatan. Keselamatan bukan hanya berarti memberi diri dibaptis selam dan dengan bibir mengaku percaya kepada Tuhan kemudian dinyatakan selamat terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga.
Pengertian keselamatan seperti ini mengabaikan tanggung jawab individu untuk memenuhi panggilan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar sehingga tidak benar-benar berjuang dapat menjadi anak-anak Allah yang bertekun melakukan kehendak Bapa.
Mengerjakan keselamatan merupakan pergumulan hidup satu-satunya orang percaya, di mana Allah melengkapi orang percaya dan menuntun untuk mengerjakannya (Filipi 2:12-13). Pergumulan inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus sebagai perjuangan atau usaha keras untuk masuk pintu yang sesak atau sempit.
Dengan demikian keselamatan bukan sesuatu yang mudah, tetapi jalan yang sukar karena kita harus mengikuti jejak-Nya. Mengikut jejak Tuhan Yesus berarti hidup sama seperti Ia pernah menjalaninya (1 Yohanes 2:6), yaitu ketika mengenakan tubuh daging dua ribu tahun yang lalu di Palestina.

Selama ini terdapat kesesatan dalam pikiran banyak orang Kristen, keselamatan dianggap murahan ketika mereka memahami bahwa anugerah keselamatan berarti hanya menerima saja keselamatan yang disediakan Allah dalam Yesus Kristus tanpa respon untuk mengenal lebih dalam Pribadi dan kehendak-Nya untuk bertekun dilakukan, dan tanpa minat yang tinggi menjadi pribadi yang layak disebut sebagai anak-anak kerajaan surga yang memiliki keberadaan karakter anak-anak Allah yang menghidupi nilai-nilai seluruh keteladanan dan seluruh jejak yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus.
Mereka beranggapan bahwa respon dalam bentuk usaha manusia dapat merusak konsep anugerah yang Alkitab ajarkan. Mereka juga memandang respon sebagai keangkuhan, seakan-akan dengan respon tersebut manusia bermaksud mencapai keselamatan dengan usahanya sendiri. Mereka lebih percaya bahwa Allah mengatur segala sesuatu sehingga keselamatan terjadi dalam kehidupan orang yang dipilih untuk selamat tanpa respon manusia sama sekali untuk bertekun hidup didalam kehendak-Nya. Konsep keselamatan seperti ini hanya terfokus pada terhindarnya manusia dari neraka dan diperkenan masuk surga dengan cara hidup yang pasif tidak mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar serta tidak dengan segenap jiwa memenuhi panggilan Tuhan secara ketat agar mengenakan manusia baru yang segambar dan peka terhadap kehendak-Nya.

Sebenarnya banyak orang telah mengajarkan dan diajar konsep anugerah yang keliru.
Tanpa mereka sadari, mereka berharap keselamatan terjadi atau dapat berlangsung secara otomatis atau berlangsung tanpa tanggung jawab individu, tanpa berperannya respon manusia untuk hidup secara proporsional dengan tanggung jawab memperbaharui manusia batiniahnya dari hari ke hari dihadapan Tuhan.
Ditambah lagi dengan premis yang salah bahwa Allah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan dan membiarkan orang yang tidak ditentukan selamat menuju kebinasaan.
Orang-orang memiliki konsep pandangan seperti ini sebenarnya tidak memiliki bangunan iman yang diajarkan oleh Injil.
Sesungguhnya keselamatan adalah usaha Allah mengembalikan manusia kepada rancangan semula. Rancangan semula Allah adalah manusia menjadi pribadi yang segambar dan serupa dengan Allah sendiri, Penciptanya (Roma 8:29).
Segambar dan serupa artinya manusia dalam segala hal, baik yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Tuhan Yesus telah menjadi teladan memperagakan kehidupan seperti ini.
Jadi, hanya orang yang mengikuti jejak Tuhan Yesus yang dapat dikembalikan ke rancangan semula. Inilah keselamatan yang sejati didalam Kristus.
Tuhan Yesus adalah pokok keselamatan, artinya penggubah dan teladan (role model) dari karakter yang diikuti oleh setiap individu orang percaya yang menghargai dan menghormati karya keselamatan-Nya bagi kehidupan manusia.
Dalam hal ini harus ditekankan bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus.

Manusia yang segambar dan serupa dengan Allah berarti mengenakan kodrat Ilahi (divine nature).
Seharusnya Adam dan Hawa, manusia pertama, mencapai kehidupan pada level ini.
Inilah kualitas manusia yang dikehendaki oleh Allah. Jika Adam dapat mencapainya, manusia pertama ini tentu dapat menjadi "role model” bagi seluruh keturunannya dan bagi kehidupan umat manusia dibumi ini. Tetapi kenyataannya manusia pertama ini gagal mencapai target yang kehendaki oleh Allah, Adam gagal mencapai ketaatan melakukan kehendak Allah secara sempurna.
Allah menghendaki agar umat pilihan-Nya memiliki keberadaaan karakter seperti diri-Nya, ini satu hal yang dirindukan oleh Allah untuk dicapai oleh setiap umat pilihan-Nya, sebab segala sesuatu dari Dia dan oleh Dia, maka segala sesuatu patut dipersembahkan bagi kemuliaan dan kesukaan hati-Nya.
Allah yang Mahaagung adalah Allah yang berdaulat, menghendaki segala sesuatu berlangsung sesuai dengan keinginan dan rencana-Nya. Hanya dengan demikian makhluk ciptaan dapat menempatkan dirinya dengan benar serta menghargai, menempatkan Penciptanya secara patut ditempat yang teratas dan menjadi nilai yang tertinggi didalam kehidupan.

Seandainya semua manusia tetap dapat mempertahankan keberadaannya untuk bisa taat kepada Allah secara absolut yang terus menghidupi karakter yang serupa dan segambar seperti moral karakter sesuai dengan rancangan-Nya, bumi ini tidak membutuhkan hukum tertulis seperti hari ini, sebab hukumnya adalah kodrat Ilahi yang tertanam di dalam  hati manusia.
Manusia pertama sebenarnya dirancang dengan hidup tidak dibawahi bayang-bayang hukum, bisa selalu bertindak sesuai seturut kehendak-Nya dan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Ini suatu kehidupan yang sungguh-sungguh indah dan menyenangkan hati Allah.
Sebenarnya dunia seperti itulah yang dikehendaki oleh Allah.
Seandainya manusia pertama tetap memilih taat kepada Allah maka Bumi ini akan tetap menjadi hunian yang teramat baik bagi manusia.
Tetapi faktanya tanah di bumi ini telah dikutuk oleh Tuhan sejak jatuhnya manusia didalam dosa, bumi ini tidak lagi dapat menjadi hunian yang ideal karena manusia lebih banyak memilih jalannya sendiri ketimbang berjalan seturut dengan kehendak Tuhan.
Oleh sebab itu Tuhan menyediakan langit baru dan bumi yang baru sebagai hunian kekal bagi orang-orang yang menang yang mau menghargai karya keselamatan dari Tuhan dengan bertekun memberi buah ketaatan melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan dengan kesetiaan pengabdian yang tanpa batas kepada Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya.
Keselamatan dalam Yesus Kristus bertujuan mengubah manusia untuk dilayakkan masuk kedalam Kerajaan-Nya.
Bukan hanya dianggap layak, tetapi benar-benar berkeadaan layak.

Itulah sebabnya Tuhan mendidik kita agar kita terus mengambil bagian didalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10) dan dapat dikembalikan kepada rancangan-Nya yang semula dimana manusia dalam seluruh tindakannya bisa peka terhadap kehendak Allah secara sempurna, peka dengan pikiran dan perasaan-Nya, sehingga dapat menjadi umat-umat yang layak melayani-Nya didalam kekekalan.
Berkenaan dengan hal ini Rasul Petrus menyerukan agar kita berjuang untuk dapat ditemukan oleh Tuhan tak bercacat dan tak bernoda hingga sampai pada kedatangan-Nya (2 Petrus 3:14).
Itulah sebabnya hidup singkat di bumi ini sesungguhnya hanya sebagai persiapan untuk kekekalan dan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, memberi buah-buah pertobatan yang sejati dengan hidup dalam ketaatan melakukan kehendak-Nya dengan tanpa batas, hal ini hendaknya menjadi satu-satunya pergumulan atau perjuangan hidup orang percaya yang terus mau menghormati dan menghargai karya keselamatan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus diatas kayu salib.

Amin.

Kamis, 30 Maret 2017

MENDANDANI MANUSIA BATINIAH


2 Korintus 4:16-18
16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Orang-orang dunia diakhir zaman ini lebih senang menyibukkan dirinya dengan kesibukan mendandani manusia lahiriahnya agar kelihatan lebih indah dan terhormat dimata manusia yang sebenarnya dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun akan merosot dan harus ditinggalkan kelak menutup mata selamanya dibumi.
Orang orang dunia berlomba-lomba habis-habisan bagaimana bisa hidup bahagia dibumi dengan rumah menjadi lebih mewah, mobil dengan merk tertentu, perhiasan lebih kinclong dan barang-barang dunia lainnya yang dinilai dapat membahagiakan jiwanya.
Tidak heran jika seorang Kristen yang masih duniawi pergi ke gereja akan membawa segudang banyak kepentingan-kepentingan duniawi yang hendak ia doakan kepada Tuhan guna terwujud untuk membahagiakan dirinya karena Tuhan dipandang sebagai Allah yang penuh kasih, penuh dengan mujizat namun tidak dipandang sebagai Allah yang memiliki kehendak yang harus dilayani oleh setiap individu yang mengaku sebagai umat-Nya.
Kehidupan umat percaya yang dewasa sejatinya tidak lagi mempersoalkan masalah penghidupannya dibumi ini (2 Timotius 2:3-4) sebab Allah pasti memelihara umat yang terus mau bertekun menyediakan diri menjadi umat yang melakukan kehendak-Nya dengan tulus hati, selanjutnya sebagai umat percaya, seseorang harus memberi diri untuk dipakai oleh Allah menjadi alat kerajaan surga untuk melakukan kehendak Allah menjadi manusia-manusia yang berkodrat ilahi yang peka dengan pikiran dan perasaan yang Allah kehendaki untuk dilakukan.
Untuk ini Tuhan menghendaki setiap individu umat percaya harus selalu mementingkan masalah kerajaan surga yaitu mendandani manusia batiniahnya dari hari ke sehari diperbaharui oleh Tuhan dengan mendengar/membaca firman Tuhan yang murni dan mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-hari, artinya semua orang percaya adalah imamat-imamat yang rajani atau rohaniwan-rohaniwan umat kepunyaan Allah yang diberi kepercayaan oleh-Nya untuk menyatakan kebenaran-Nya diatas bumi ini.

Rohaniwan bukan hanya pendeta atau mereka yang disahkan gereja atau sinode menjadi pejabatnya.
Semua orang percaya adalah imamat-imamat yang rajani (1 Petrus 2:9), ini artinya semua umat Tuhan harus menjadi atau berkelas rohaniwan, sebab kalau tidak rohaniwan berarti duniawan.
Duniawan tidak layak menjadi anak Allah dan tidak pantas menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga sebab yang umat Allah tidak dipanggil untuk hidup dalam kepentingan duniawi tetapi untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya. Untuk menjadi rohaniwan seseorang harus mengkonsumsi kebenaran yang murni setiap hari yang mengarahkan dirinya serta orang percaya yang lainnya tidak lagi serupa dengan dunia ini, tidak menjadikan fasilitas dunia sebagai tujuan kebahagiaan, sukacita dan damai sejahteranya, melainkan Tuhan Yesus sendiri sebagai tempat yang teratas didalam kehidupan umat percaya.
Untuk itu kita harus berhati-hati terhadap ajaran yang disampaikan melalui khotbah, tulisan dan berbagai media yang menularkan atau memancarkan roh yang salah atau memancarkan roh dunia yang menjadikan kita menjadi serupa dengan dunia dan menjadi duniawi.

Itulah sebabnya Paulus menyatakan dalam suratnya: Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima (2 Korintus 11:4). Pernyataan ini menunjuk adanya roh dalam pengertian spirit, gairah atau semangat yang bukan berasal dari Allah yang diajarkan atau dibagikan dalam gereja (melalui pengajaran yang salah dan berbagai bentuk pelayanan yang mengarahkan umat sehingga menjadikan Tuhan sebagai sarana memenuhi keinginan-keinginan umat untuk meraih kepentingan pribadi yang bersifat duniawi demi untuk kepuasan dirinya).
Roh palsu tersebut bisa membangun suatu sifat yang berlawanan dengan kehendak Allah.
Dalam tulisannya, Paulus hendak mengatakan bahwa kalau seseorang mendengar injil yang salah, maka sifat atau karakter Kekristenannya pasti salah juga sehingga umat tidak lagi menjadi satu tujuan dengan rencana Tuhan dan tidak lagi memahami kehendak Tuhan dengan tepat dan sempurna.
Injil yang salah membuahkan karakter yang tidak sesuai dengan karakter Tuhan. Dari hal ini maka terbangunlah monster-monster duniawi dalam kehidupan orang Kristen yang hidupnya penuh dengan keinginan daging, dan bukan lagi kehidupan berkarakter anak Allah yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah (Roma 8:14).

Paulus menyinggung mengenai manusia batiniah atau manusia rohani dalam tulisannya kepada jemaat Korintus, maksud manusia rohani di situ adalah manusia yang memiliki pikiran dan perasaan Tuhan dalam segala tindakannya (1 Korintus 2:15).
Memiliki pikiran Tuhan maksudnya adalah memahami kehendak Tuhan apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna bukan menurut manusia tetapi menurut penilaian Tuhan.
Kebalikan dari manusia rohani adalah manusia duniawi (1 Korintus 3:1-4). Manusia duniawi adalah manusia yang masih suka bertengkar, bertikai dan berselisih dengan sesamanya dan hidup dalam kepentingan diri sendiri.
Dalam tulisannya Paulus juga menunjukkan bahwa orang Kristen yang belum dewasa ini berarti belum bisa dikatakan manusia rohani, tetapi manusia duniawi. Itu berarti ia masih memiliki roh dunia yang kuat yang harus ditanggalkan sama sekali.

Roh dunia yang masih tinggal didalam diri seseorang adalah manusia daging yang hidup menuruti daging, yang sama dengan orang Kristen duniawi.
Adapun kehidupan anak Allah adalah manusia Roh, yang hidup menuruti Roh atau dipimpin oleh Roh Allah, ini adalah orang Kristen rohani yang tidak dibahagiakan dengan fasilitas hidup yang berasal dari dunia ini yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai sumber kebahagiaan sukacita yang permanen didalam hidupnya.
Untuk bisa berubah dari orang Kristen duniawi atau hidup dalam daging kepada kehidupan orang Kristen rohani yang dipimpin oleh Roh dibutuhkan perjuangan yang sangat berat.
Ini menuntut perjuangan seseorang melepaskan segala miliknya atau segala ikatan dunia yang membelenggu jiwanya kemudian baru bisa digarap oleh Tuhan untuk dididik, dimuridkan guna dituntun masuk ke dalam kehidupan yang berkualitas yang berasal dari kerajaan surga(Lukas 14:33)
Walaupun Roh Kudus bekerja aktif, tetapi umat pilihan juga harus aktif berjuang melepaskan diri dari ikatan yang bukan berasal dari Tuhan guna mengikuti dan menuruti pekerjaan Roh Kudus.
Oleh sebab itu seseorang yang sungguh-sungguh mau diubahkan harus berani menginvestasikan seluruh kehidupannya tanpa sisa untuk proses perubahan tersebut.
Ini berarti perubahan menjadi manusia rohani haruslah menjadi satu-satunya tujuan hidup.

Paulus mengatakan untuk membangun manusia rohani/manusia batiniah harus memiliki ketekunan membangunnya dari sehari ke sehari untuk selalu mengarahkan pikirannya untuk memperhatikan perkara-perkara yang tidak kelihatan atau perkara-perkara yang menyangkut kehidupan kekal.
Untuk mewujudkan hidup sebagai manusia rohani, seseorang harus mempertaruhkan segenap hidupnya bukan untuk hal apa pun kecuali bagi perubahan menjadi manusia yang memiliki manusia batiniah yang peka terhadap pikiran dan perasaan Allah.
Disini kita menemukan letak mahalnya harga keselamatan itu dan sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Surga (Lukas 13:23-24).
Keselamatan untuk manusia telah diperjuangkan oleh Tuhan Yesus di kayu salib dengan memberikan segenap diri-Nya bagi mereka yang mau menerima Dia dan menerima tuntunan-Nya.
Demikian pula orang yang mau merespon atau menyambut keselamatan yang Tuhan Yesus berikan harus memiliki kesediaan mempertaruhkan segenap hidupnya untuk mewujudkan keselamatan dengan hidup didalam tuntunan Tuhan dengan sikap hidup yang searah dengan pikiran perasaan dan kehendak Tuhan dan bukan lagi sesuai dengan kehendak diri sendiri.

Orang yang disebut membangun manusia rohani adalah orang yang tidak lagi berminat berbuat dosa lagi atau tidak berminat menjadikan dunia ini sebagai tujuan kebahagiaan hidupnya.
Hatinya seluruhnya tertuju kepada perwujudan Kerajaan Allah pada hari kedatangan Tuhan Yesus dan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk roti yang tidak dapat binasa yang Tuhan Yesus kehendaki untuk dilakukan.
Mereka dapat merasakan dan menghayati bahwa bumi ini bukanlah rumah dan tanah airnya secara permanen, sehingga hanya merindukan langit baru dan bumi yang baru dimana Tuhan Yesus memerintah sebagai Allah dan Raja.
Jiwanya tidak dapat dibahagiakan oleh dunia ini dengan segala keindahannya. Kehidupan orang seperti ini pasti memancarkan keindahan Tuhan dan menunjukkan kemuliaan Kerajaan Allah. Hanya orang-orang seperti ini yang sangat efektif menjadi saksi Tuhan Yesus dan sangat berguna bagi pekerjaan Tuhan guna menggarami orang-orang yang masih hidup dalam kesia-siaan duniawi yang telah ia warisi dari cara hidup nenek moyangnya.
Tentu tujuan hidup orang-orang yang yang menjadi saksi Tuhan Yesus ini hidupnya hanya untuk melayani Tuhan dalam perjuangan tanpa batas dengan sangat tulus bagi kepentingan Kerajaan Allah.

Orang percaya yang terus membangun manusia rohani sehingga memiliki pikiran dan perasaan Kristus, maka ia tidak akan memberi kesempatan kepada monster/manusia lamanya hidup kembali menguasai dirinya, sebaliknya ia terus bertekun mematikan monsternya untuk tidak bisa eksis sama sekali sampai ia menutup mata, pulang ke rumah Bapa, menerima hidup kekal dan mengabdi kepada Bapa Sang Pemilik Kerajaan Surga sampai selama-lamanya.

Amin.

Rabu, 29 Maret 2017

TUHAN SANGAT MEMENTINGKAN KESUCIAN HIDUP KITA


1 Petrus 1:15-16
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Penyebab seseorang yang mengaku pengikut Kristus tidak berjuang secara all out untuk bisa menjaga hidup kudus dihadapan Tuhan karena memiliki pandangan secara sempit bahwa manusia tidak mungkin bisa hidup suci seperti Tuhan suci dan cukup darah Tuhan Yesus saja yang menyucikan hidupnya dari segala dosa tanpa perlu menjaga kesucian hidupnya sekuat tenaga/all out dan mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar.
Pandangan seperti ini pula tentu juga merusak bangunan pola berpikir orang percaya yang benar yang Injil ajarkan, sehingga orang tersebut tidak berjuang secara all out untuk menjaga kesucian hidupnya dihadapan Tuhan.
Memang benar kita tidak mungkin bisa mencapai kesucian seperti kualitas kesucian yang Allah miliki, namun bukan berarti hal ini membuat kita berpandangan Allah tidak mementingkan kesucian hidup kita, justru Tuhan sangat menghendaki manusia memiliki pikiran yang sama dan perasaan yang sama seperti yang terdapat juga dalam Kristus Yesus yang telah menjadi yang sulung bagi orang percaya agar kita mengikuti apa yang telah diteladankan-Nya.
Rasul Yohanes menguatkan panggilan cara hidup orang percaya harus memiliki kehidupan seperti yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus termasuk teladan kesucian yang ditelah diperagakan oleh Tuhan Yesus (1 Yohanes 2:6 Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup).
Rasul Paulus pun juga memiliki pandangan yang sama dengan pernyataan : Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara (Roma 8:29).
Jadi jelas orang percaya dipanggil untuk hidup segambar seperti yang telah diperagakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus termasuk hidup didalam kekudusan.
Rasul Petrus memberitakan hal yang sama bahwa dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus, orang percaya harus menjaga hidupnya agar didapati hidup tidak bercacat dan tak bernoda sebagai tanda ia meresponi dan menghargai anugerah Tuhan sehingga menghormati hidup dalam perdamaian dengan Dia.
(2 Petrus 3:14  Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia).

Orang yang berpandangan tidak bisa hidup suci adalah orang yang tidak meresponi anugerah Tuhan yang telah mengutus Roh Kudus agar orang percaya dituntun kepada segala jalan kebenaran termasuk mencapai kesucian yang Allah kehendaki untuk di capai.
Allah sangat menghendaki kita mencapai dan menjaga kesucian hidup pada level yang all out/dengan segenap kekuatan kita agar kita bisa berjalan seiring dengan Dia, sebab inilah bagian dari kita menunjukkan bahwa diri kita mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan.
Kesucian hidup menjadi panggilan sangat penting dalam pengiringan kita melayani Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Raja atas hidup kita, perjuangan hidup suci bukan supaya kita dibenarkan atau dipandang sebagai jasa kita kepada Tuhan, tetapi kita menjaga kesucian hidup karena kita meresponi panggilan dan menghargai anugerah Allah yang telah sudi menebus kita dari dosa dan mengutus Roh Kudus agar kita di tuntun-Nya kepada cara hidup sebagai anak-anak Allah yang memiliki kualitas hidup yang luar biasa dalam kebenaran, dan kesucian hidup yang tidak serupa dengan dunia ini.

Allah tidak dapat berjalan dengan orang yang kotor pakaian kehidupannya yang tidak dengan segenap hati menjaga kesucian hidupnya.
Firman Tuhan mengatakan agar kita suci sama seperti Dia suci (1 Yohanes 3:3  Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci).
Tuhan menghubungkan kesucian-Nya dengan kesucian kita, dimaksudkan agar kita mengikuti keberadaan-Nya, cara pandang dan selera-Nya, dengan demikian kita baru pantas disebut sebagai anak anak kerajaan-Nya.
Menjaga kesucian hidup memang bukan hal yang mudah sebab ini merupakan bagian dari gambaran orang percaya yang berjuang keluar dari kesusahan besar guna mencuci jubah mereka dan membuatkanya putih/suci.
Kitab Wahyu 7:13-14
13 Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?"
14 Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.

Tuhan tidak dapat bersekutu dengan mereka yang tidak mau mengikuti kesucian-Nya. Firman Tuhan juga tegas berkata: “Sebab itu, keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu . Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan, demikianlah firman  Tuhan, Yang Mahakuasa” (2 Korintus 6:17-18).
Hal ini adalah sesuatu yang mutlak.
Tuhan menghendaki bukan saja dosa-dosa kita diampuni atau dianggap belum pernah terjadi, tetapi Tuhan juga menghendaki agar potensi untuk berbuat dosa lagi di dalam diri kita dihapuskan atau dilenyapkan. Hal ini menuntut tanggung jawab setiap individu. Ini berarti karakter kita menjadi seperti Tuhan Yesus; dalam segala hal yang dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Bapa. Hanya orang yang berkarakter seperti Yesus yang dapat berjalan harmoni dengan Tuhan.
Inilah kebersamaan dengan Bapa yang berkualitas.
Kesucian haruslah diperjuangkan, karena seseorang tidak akan dapat memiliki kesucian tanpa perjuangan. Kesucian hidup tidak dapat dimiliki orang percaya dengan sendirinya atau secara otomatis. Seberapa besar seseorang mencapai kesucian bukan hanya tergantung dari kasih karunia-Nya, tetapi juga sangat tergantung dari respon dan perjuangan seseorang terhadap panggilan Tuhan untuk menjaga hidup kudus dihadapan-Nya.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa untuk masuk Kerajaan Surga harus berjuang.
Lukas 13:24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.

Di bagian lain Tuhan Yesus menyatakan bahwa banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih. Tentu pilihan ini juga berdasarkan respon seseorang. Sangat menyedihkan, banyak orang Kristen yang sudah merasa percaya bahwa ia pasti selamat masuk surga. Padahal dalam Matius 7:21-23, dinyatakan bahwa sekalipun seseorang sudah mengadakan banyak mujizat kalau ia tidak melakukan kehendak Bapa atau hidup dalam kesucian, ia bisa ditolak Allah. Percaya bukan hanya dalam pikiran, tetapi harus ada tindakan nyata dalam perbuatan.
Orang yang tidak hidup dalam kesucian, tidak akan mengalami Tuhan (Matius 5:8) dan orang yang tidak mengalami Tuhan ini tidak pernah berjalan harmoni dengan Tuhan. Mereka yang tidak hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, tentu mereka tidak akan diterima di kemah abadi.
Semua potensi yang Tuhan berikan  haruslah digunakan untuk meraih kesucian dan melakukan kehendak Tuhan. Perumpamaan talenta yang ditulis dalam Matius 25 bukan berbicara mengenai bakat dalam arti umum, sesungguhnya lebih dekat bertalian dengan hal kesucian atau kualitas hidup yang harus dicapai seseorang.
Setiap orang percaya masing-masing mendapat kesempatan yang berbeda, tetapi seberapa yang Tuhan berikan harus dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh. Kalau fasilitas yang Tuhan sediakan tidak digunakan secara bertanggung jawab, maka kesempatan itu akan hilang dan tidak ditemukan lagi. Untuk mengalami pertumbuhan kesucian yang baik, seseorang harus memiliki kerinduan yang kuat untuk memahami semua yang Bapa kehendaki atas hidupnya. Selanjutnya berusaha memenuhi apa yang dikehendaki Bapa untuk dilakukan. Kerinduan untuk melakukan kehendak Bapa inilah yang dimaksud haus dan lapar akan kebenaran.
Matius 5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.

Orang yang berkerinduan untuk mencapai kesucian yang menyukakan hati Bapa, pasti dapat meraihnya, karena Roh Kudus sudah termeterai didalam diri orang percaya khususnya yang menempatkan Tuhan sebagai Pribadi yang Bernilai Tinggi dari segala yang ada dikehidupannya. Ingat, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Dalam kitab Ibrani 12:10 dikatakan : Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
Dalam hal ini jelas Tuhan sangat mementingkan agar diri kita setiap saat selalu mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, Roh Kudus akan memampukan kita, mempimpin dan mengajarkan kita untuk melakukan kehendak Bapa di sorga termasuk mencapai kesucian hidup yang Bapa kehendaki agar kita bisa berjalan seiring dengan rencana-Nya.
Tidak ada yang sulit kalau sudah dilakukan dan dibiasakan, dengan datang kepada Tuhan dengan hati yang haus akan Dia dan kebenaran Firman-Nya maka Roh Kudus siap menopang dan memimpin hidup kita didalam kebenaran-Nya.
Semakin kita memperjuangkannya, semakin kita optimis bisa mencapainya dengan sempurna. Hal ini akan semakin mendorong dan menggerakkan kita memperhatikan langkah kita setiap detik, menit dan jam untuk selalu berkenan dihadapan Tuhan.
Kita akan selalu memperhatikan apakah segala sesuatu yang kita lakukan sesuai dengan kehendak-Nya?, Oleh sebab itu kalau kita salah, kita harus cepat memperbaiki.
Sejatinya, melakukan kehendak Tuhan haruslah menjadi irama hidup orang percaya setiap hari sehingga ia melakukannya tanpa memaksa diri untuk itu, karena sudah menjadi bagian dari hidupnya untuk menyenangkan hati Tuhan dan mengabdi kepada-Nya.

Matius 5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

Amin.

Selasa, 28 Maret 2017

MEMAHAMI MAKNA "TAK SEORANG PUN DAPAT MENGABDI KEPADA DUA TUAN"


Matius 6:24
Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Merupakan sebuah perjuangan yang tidak mudah untuk dapat terlepas dari kehidupan mengabdi kepada dua tuan. Sebagai hasilnya, jika seseorang sungguh-sungguh berjuang, maka dengan hati nurani yang benar seseorang mampu hanya mengabdi kepada Tuhan saja dan tidak dapat mengabdi kepada yang lain (Matius 6: 24).
Banyak orang yang hati nuraninya tidak diasah oleh kebenaran, sehingga ia tidak tahu bahwa sebenarnya ia masih mengabdi kepada dua tuan.
Dari cara hidup, sikap hati, cara berperilaku, tujuan hidup, cara ia mengulirkan waktunya, dari sini dapat diketahui apakah ia sedang mengabdi kepada Tuhan atau kepada diri sendiri yang sama dengan mengabdi kepada iblis.
Setiap orang harus memilih salah satu di antaranya. Manusia tidak boleh memilih dua-duanya atau sebagian dari kedua pilihan tersebut.
Jika seseorang menunda menetapkan pilihannya atau tidak berniat memilih salah satu, berarti ia memilih mengabdi kepada dua tuan.
Ternyata tidak sedikit orang Kristen yang menunda atau mengulur-ngulur waktu dalam menetapkan pilihan.
Penundaan ini sangat berbahaya, sebab kuasa kegelapan secara berkesinambungan dan intensif menuntun orang-orang tersebut untuk tidak akan bisa lagi dikendalikan oleh Tuhan. Akhirnya mereka hidup dalam kekuasaan atau dominasi kuasa kegelapan selamanya.
Cara iblis mendominasi seseorang sangat sistematis dan cerdas. Dari penguasaan sedikit sampai penguasaan seluruh kehidupan secara besar dan kuat. Dalam hal ini Paulus menasihati kita: Janganlah memberi kesempatan kepada Iblis (Efesus 4:27).

Dalam teks Yunani pada kata mengabdi dalam Matius 6:24 adalah : "douleuo" kata ini juga bisa berarti menjadi budak atau menjadi pelayan.
Seorang pelayan tidak boleh mengabdi kepada dua tuan, apapun yang ia kerjakan hanya untuk keinginan dan kepentingan tuannya.
Ketika Tuhan berkata bahwa kita tidak dapat memiliki dua tuan, hal ini juga menunjukkan bahwa kita tidak boleh memiliki tujuan hidup lebih dari satu. Tujuan/target satu-satunya yang harus kita miliki sebagai orang percaya hanyalah hidup bagi Tuhan, menyenangkan hati Tuhan dan hidup berkenan di hadapan-Nya.
Orang seperti ini tentu pasti akan melayani Tuhan dengan segenap hidupnya tanpa batas.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa seorang yang memiliki dua tuan akan mengasihi yang satu dan membenci yang lain.
Dari pernyataan ini Tuhan menghendaki cinta kita kepada Tuhan haruslah diberikan secara bulat atau utuh untuk Tuhan dan tidak diberikan secara setengah-setengah atau cinta yang hanya diberikan sebagian saja.
Orang percaya yang tidak mengabdi kepada Tuhan Yesus secara utuh maka hidupnya tidak mungkin berkenan dihadapan Tuhan.
Banyak orang termasuk orang percaya telah hidup mendua hati dan tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sedang mengabdi kepada dunia dan sebagian sisanya lagi diberikan untuk mengabdi kepada Tuhan.
Mengabdi kepada dunia artinya : baik makan atau minum, atau melakukan sesuatu yang lain, semuanya itu dilakukan untuk kepentinganku, kehormatanku, cita-citaku, dan mengokohkan kerajaanku.
Mengabdi kepada dunia berarti orang yang masih memberikan tahkta hatinya masih bisa dimiliki oleh hal yang lain selain Tuhan.
Tujuan hidupnya sebagian maupun secara penuh masih tertuju terhadap kesenangan hidup yang ada didalam dunia ini dan ia belum/tidak bersedia memberikan untuk hidup bagi Tuhan dan kepentingan-Nya secara utuh.

Cinta sebagian (tidak utuh)/memiliki kekasih atau tuan yang lain berarti pengkhianatan dimata Tuhan.
Hari hari ini kita harus memeriksa diri secara jujur apakah kita sudah memberikan cinta yang utuh itu hanya bagi Tuhan atau masih bagi yang lain?
Orang yang memberikan cinta yang tidak utuh kepada Tuhan biasanya ia masih bisa memilih untuk berkata" saya memang masih duniawi tetapi saya tidak membenci Tuhan".
Bagi Tuhan kalimat ini tidak akan berarti apa-apa, bagi Tuhan ini tetap merupakan suatu penghianatan.
Orang seperti ini masih bisa memilih dunia untuk dijadikan tujuan hidup dan mencari kesenangan didalamnya.
Orang-orang yang menggelar hidupnya mengabdi dengan cara seperti ini, dihari-hari terakhir mereka adalah kelompok orang yang Tuhan Yesus sebut sebagai "hamba yang jahat dan tidak setia" dan Tuhan akan berkata kepada mereka "Aku tidak pernah mengenal kamu!".
Sesungguhnya Tuhan menghendaki orang percaya memberikan tahkta dihatinya hanya untuk Tuhan sepenuhnya dan tidak boleh ada hal yang lain atau seseorang yang boleh bernilai tinggi selain dari pada Tuhan dan kehendak-Nya.

Kalau seseorang tidak mengasihi Tuhan secara utuh sesuai dengan standar-Nya, berarti ia sebenarnya sedang memilih untuk membenci Tuhan walaupun dengan mulutnya ia tidak pernah berkata untuk membenci Tuhan.
Orang seperti ini tidak akan menyadari kalau ia sedang menjadi seorang yang sudah mendua hatinya sebab ia masih bisa berkata dimulutnya "aku mengasihi-Mu Tuhan".
Dalam hal ini ketidaksetiaan bagi Tuhan berarti tidak mengasihi atau mencintai secara utuh.
Seorang pria atau wanita belum bisa dikatakan setia hanya karena tidak menikah dengan pasangan lain.
Hal ini sama seperti kita dalam memilih mengabdi kepada Tuhan Yesus, dimana kita harus memberikan hati yang bulat atau utuh hanya untuk DIA satu-satunya.
Kalau seseorang menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya “tuan”, berarti hidupnya hanya dipersembahkan untuk bisa “ berkenan dihadapan Tuhan” dan hidup bagi kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Hal ini harus diusahakan serius dengan mempertaruhkan segala sesuatu dalam hidup ini. Usaha yang serius ini menunjukkan penghargaan terhadap keselamatan yang diperjuangkan oleh Tuhan Yesus. Dengan demikian kita termasuk sekelompok kecil orang yang berusaha masuk jalan sempit (Lukas 13:23-24).

Tuhan Yesus menghendaki hidup orang percaya fokus untuk hidup menjadi anak-anak Tuhan yang benar.
Anak-anak Tuhan yang benar disini adalah orang orang yang terus bersedia melakukan kehendak-Nya dengan taat dan setia.
Orang yang tidak melakukan kehendak Tuhan Yesus dengan cara yang demikian berarti tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhan.
Percuma berseru kepada-Nya: Tuhan, Tuhan.. tetapi tidak melakukan kehendak-Nya.
Kalau seseorang mengaku Tuhan Yesus adalah Tuhan, maka ia harus hidup dalam penurutan kehendak-Nya secara penuh dan utuh.
Tidak melakukan kehendak Tuhan Yesus sebagai Bapa berarti sebenarnya ia tidak percaya kepada Tuhan Yesus.
Dengan demikian pengakuan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Bapa didalam hidupnya haruslah dinyatakan atau diekspresikan dengan perbuatan melakukan kehendak-Nya tanpa batas, hidup bagi Tuhan dan kepentingan-Nya. Itulah sebabnya dikatakan dalam Yohanes 1:12, siapa yang menerima Tuhan Yesus diberi kuasa supaya menjadi Anak Allah. Menerima sebagai apa? Tentu menerima sebagai majikan (tuan atau kurios) sebab Tuhan Yesuslah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia adalah sang Bapa yang kekal untuk selama-lamanya (Yohanes 1:1-3).

Mengabdi kepada Tuhan Yesus berarti bersedia tidak menjadikan dunia dan kesenangan hidup menjadi tujuan hidup namun tujuan hidup satu-satunya adalah hidup hanya bagi Tuhan, melakukan apapun yang diingini oleh Tuhan, memberikan tahkta hatinya hanya bagi Tuhan seutuhnya, hidup menyenangkan hati-Nya dan berkenan di hadapan-Nya tanpa batas.

Lukas 4:8  Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Amin.

Minggu, 26 Maret 2017

WASPADA TERHADAP PENYESATAN HALUS


Matius 18:6-9
Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
7 Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.
8 Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal.
9 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.

Anak-anak kecil adalah simbol jemat-jemaat Tuhan yang memiliki ketulusan hati dan kepolosan yang perlu diisi dan diajar kebenaran Injil Kerajaan Surga.
Anak kecil tidak mahir dalam menipu orang lain atau berpura-pura kepada orang lain. Anak kecil juga belum bisa membedakan mana baik mana jahat.
Dia tidak tahu kalau dia sedang bertemu dengan seekor serigala atau gembala yang baik.
Tuhan Yesus mengasihi domba-domba-Nya dan menganggap mereka seperti anak kecil yang sangat mudah dibuat tersesat dan harus terus diajar kebenaran bagaimana menggelar hidup yang benar sebagai anak-anak warga kerajaan Allah. Celakalah orang-orang yang membuat domba-domba kesayangan Tuhan menjadi sesat dan terhilang.
Penyesatan adalah dosa yang sangat dibenci Tuhan. Orang-orang yang menjadi penyesat-penyesat ini yang tidak mengajarkan Injil secara benar jika tidak bertobat dari cara hidup yang salah maka kelak ia akan dibuang di api kekal dihukum bersama-sama dengan iblis yang disebut sebagai bapa dari segala dusta dan penyesat.

Hari hari ini domba-domba/orang-orang Kristen pikirannya banyak disesatkan oleh pengajaran yang tidak sesuai dengan yang Injil Tuhan Yesus ajarkan, akibatnya mereka menjadi orang yang beragama Kristen yang hanya memanfaatkan Tuhan.
Ini adalah Kristen opportunis, yaitu orang Kristen yang ke gereja hanya karena mau menggunakan kuasa Tuhan untuk keuntungan duniawi.
Mereka menuruti firman karena ingin memiliki pelipatgandaan dalam berkat jasmani, dijauhkan dari kesengsaraan hidup, dijauhkan dari kesulitan ekonomi, dijauhkan dari penderitaan sakit-penyakit dan lain sebagainya. Inilah orang-orang yang tidak bersedia memikul salib dan tidak mengarahkan hidupnya kepada Tuhan dan kerajaan-Nya.
Sesungguhnya yang ia rindukan adalah kemakmuran duniawi dan kebahagiaan hidup selama didunia dan hatinya tidak sungguh-sungguh melekat kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai nilai tertinggi kehidupan.
Sesungguhnya ini bukan Injil/Firman yang Tuhan Yesus ajarkan. Injil yang Tuhan Yesus ajarkan adalah Injil yang menggiring seseorang memberikan segenap hidupnya untuk menjadi alat yang bisa dipakai oleh Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dengan motivasi mengasihi Tuhan secara penuh dan bulat, hidup untuk kepentingan Tuhan dan bukan untuk kepentingan duniawi.
Ajaran Injil yang benar juga akan mengarahkan hidup seseorang memiliki kesediaan memikul salib/penderitaan hidup dalam menjadi saksi Kristus yang menyatakan hidup didalam kasih dan kebenaran Injil, tidak menyayangkan nyawanya dalam melakukan kehendak Tuhan dengan sempurna, rela melepaskan segala ikatan-ikatan percintaan dunia/perkara-perkara duniawi demi agar hidupnya bisa dimiliki oleh Tuhan seutuhnya (Lukas 14:33 ; Matius 10:38 ; Yohanes 12:25).

Iblis berusaha menghambat pertumbuhan rohani orang-orang Kristen dengan menghujani mereka dengan kesibukan hidup dan berbagai tawaran keindahan kelimpahan berkat jasmani supaya perhatian mereka dapat dialihkan dari memperhatikan kebenaran Firman Tuhan, yang berguna bagi pertumbuhan imannya yang seharusnya terus bertumbuh untuk lebih mengenal Tuhan dan kehendak-Nya.
Penyesatan juga terjadi dalam hidup orang-orang Kristen yang sudah bertobat dan mereka yang berniat bersungguh-sungguh mau mengiring Tuhan dengan memiliki komitmen yang kuat untuk melayani Tuhan. Kelompok ini tidak bebas dari penyesatan. Iblis akan melancarkan serangannya secara halus dan intensif guna menjatuhkan mereka. Iblis akan menyerang melalui berbagai sarana dan saluran antara lain: kekecewaan dan kepahitan terhadap saudara seiman atau orang-orang yang dianggap sebagai pemimpin jemaat. Sarana ini sangat efektif untuk menghentikan laju perjalanan hidup Kekristenan mereka.
Dalam kenyataan hidup terbukti banyak mereka yang tersandung dan meninggalkan gereja.

Iblis juga berusaha untuk merangsang sekuat-kuatnya kelemahan daging yang dimiliki untuk menjatuhkan mereka.
Ada yang jatuh didalam berbagai kesombongan diri, seperti kekayaan, kepintaran, kerohanian dan lain sebagainya, sebagian lagi jatuh diikatan keinginan mata yang menjadikannya seseorang yang terus merindukan memiliki barang-barang yang dirindukan untuk dimiliki sebagai kebahagiaan hidup, nilai diri bahkan tidak sedikit orang ada yang mengikatkan dirinya pada hiburan-hiburan duniawi, hobi dan aktivitas yang tidak mendatangkan pertumbuhan rohaninya sehingga pengenalan akan kebenaran dan kehendak Tuhan menjadi miskin dan dangkal.
Paling tidak, iblis akan menghambat efektifnya seseorang menjadi pelaku Firman yang dapat memenangkan jiwa atau melayani pekerjaan Tuhan dengan tidak menyayangkan nyawa.
Mereka dihambat agar tidak efektif menjadi saksi Kristus yang membawa orang lain kepada kebenaran dan kesempurnaan Kristus yang seharus menjadi tujuan hidup setiap individu anak-anak Tuhan.
Mereka juga dicegah untuk tidak berhasil menjadi “corpus delicti”.
Corpus delicti adalah bukti perbuatan seseorang hidup didalam kebenaran dan mengejar kesempurnaan Kristus untuk menunjukkan bahwa iblis telah bersalah dan pantas untuk dihukum.
Kehidupan orang percaya harus sempurna seperti Tuhan Yesus sehingga bisa membuktikan iblis bersalah (Wahyu 12:11).

Iblis melancarkan penyesatannya sangat licin, halus dan cerdas sehingga banyak orang yang tertipu dan terjatuh didalam penyesatannya, baik yang terang-terangan maupun secara halus.
Jangan biarkan diri kita disesatkan oleh iblis maupun orang lain yang menyamar sebagai malaikat terang.
Berkenaan dengan penyesatan yang terjadi yang disebabkan adanya pengajaran Injil yang palsu oleh pengajar-pengajar yang mengaku hamba Kristus, Rasul Paulus memperingatkan dan pernyataannya didalam : 2 Korintus 11:13-15
13 Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus.
14 Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang.
15 Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.
Carilah kebenaran Tuhan dengan sungguh-sungguh dan senantiasa berdoa supaya Tuhan menuntun kita ke dalam kebenaran-Nya.
Minta belas kasihan Tuhan untuk gereja-Nya supaya tidak lagi dikuasai oleh penipu-penipu dan penyesat-penyesat yang sangat pandai menarik orang-orang ke dalam dusta dan penyesatan mereka. Tuhan pasti akan menghukum mereka yang menyesatkan anak-anak kesayangan-Nya.

Tuhan Yesus memberikan peringatan dengan berkata “celakalah!” Ini merupakan peringatan yang sangat keras. Siapa yang berani melanggar akan mendapatkan kebinasaannya. Celakalah mereka yang mengadakan penyesatan!
Celaka seperti apakah yang akan menimpa para penyesat ini?
Mereka akan mendapatkan kebinasaan kekal dari Tuhan yang menghakimi tanpa memandang muka, yang mengadili seseorang sesuai dengan perbuatannya.
Mereka yang menjadi penyesat ini adalah orang-orang yang pantas dijatuhi hukuman yang sangat mengerikan, yaitu ditenggelamkan di dalam laut dengan batu kilangan diikatkan di leher. Ini adalah lambang dari penghukuman kekal dari Tuhan bagi para penyesat yang memberitakan injil yang palsu.
Begitu mengerikannya ancaman Tuhan bagi para penyesat ini, sehingga para murid diberikan nasehat untuk mengawasi diri sebaik mungkin.
Setiap potensi berdosa yang muncul harus disingkirkan dan harus ditinggalkan. Bahkan cara penyingkiran yang diajarkan Yesus adalah dengan mengamputasi dan membuangnya supaya kita dapat masuk ke dalam hidup. Tangan menyesatkan? Buanglah tangan itu! Kaki menyesatkan? Buanglah kaki itu! Ini adalah perintah yang sangat keras.
Pernyataan Tuhan Yesus ini hendak menunjuk setiap kita dituntut untuk meninggalkan segala hal yang berpotensi menjadikan kita penyesat-penyesat dengan ajaran yang salah yang mengarahkan dan menyebabkan seseorang lebih tertarik mengikatkan dirinya kepada hal-hal duniawi dengan memakai kuasa Tuhan seolah-olah Tuhan disenangkan jika umat memuji-muji kuasa-Nya sehingga Tuhan mencurahkan berkat jasmani sebagai imbalannya.
Tuhan mengatakan : Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku" (Matius 12:50).
Tuhan disenangkan jika kita menjadi umat yang memberi diri menjadi pelaku-pelaku kehendak Tuhan yang menghidupi nilai-nilai kebenaran hidup mengasihi Tuhan dengan segenap hidup kita yang menjadikan seluruh yang kita miliki sebagai sarana mengabdian kepada Tuhan Yesus dan kepentingan-Nya.

Kita harus menjadi umat yang dewasa yang mengerti kehendak-Nya menjadi umat yang hanya mengikatkan hati sepenuhnya dan seluruh kehidupan kita hanya kepada Tuhan dengan memberi nilai tinggi Tuhan setinggi-tingginya dengan motivasi kasih yang murni sebagai cinta kasih kita kepada-Nya yang telah menebus kita dari dosa.
Sebagai pengikut Kristus yang sejati kita dituntut untuk menjaga diri sekuat tenaga sehingga kita tidak menyesatkan domba-domba kecil yang Tuhan sangat kasihi.
Selanjutnya kita dipanggil menjadi penjaga bagi saudara-saudara kita, yang terus membangun, meneguhkan, menguatkan dan mengarahkan iman mereka kepada hidup dalam kesempurnaan gambar Kristus yang bertekun menantikan kedatangan-Nya, mengikuti seluruh jejak-Nya yang selalu mengikatkan harapan, sukacita dan kebahagiaan hati dan seluruh hidup hanya kepada Tuhan Yesus dan perkenanan-Nya atas hidup kita.

Yohanes 12:25
Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.

Amin.

Sabtu, 25 Maret 2017

KRITERIA PENGHUNI KERAJAAN SURGA


Wahyu 22:5
Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.

Didalam Markus 10:24 dikatakan : Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Mengapa Tuhan tidak membuat jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah itu mudah? Jawabnya adalah sebab Tuhan memiliki tatanan dan Ia konsekuen atas tatanan tersebut, karenanya Dia menegakkannya dengan integritas yang sempurna.
Kerajaan Allah secara fisik atau dunia yang akan datang (langit baru dan bumi yang baru) tidak akan dihuni oleh sembarangan manusia, itulah tatanannya. Surga yang diajarkan Alkitab bukan surga di mana pria-pria yang diperkenankan masuk ke sana adalah pria-pria yang akan disambut bidadari cantik dan masih perawan. Bisa dibayangkan betapa sedih perasaan istri yang melihat suaminya berpoligami di kekekalan dengan mereka yang masih perawan.
Orang percaya tidak memiliki surga seperti itu. Itu bukanlah surga di mana Tuhan Yesus menjadi Rajanya.
Di dunia saja tatanan Allah adalah monogami, bagaimana mungkin di surga ada praktik poligami?

Orang yang diperkenan masuk ke dalam Kerajaan Surga adalah orang-orang yang memiliki keberadaan yang layak masuk ke sana. Kalau ia seorang pria, pasti dia pria yang baik di mana hidup pernikahannya tidak tercela. Kehidupan seksnya kudus. Kalau ada agama atau kelompok orang Kristen yang mengajarkan bahwa masuk surga dikesankan mudah, maka Allah yang diajarkan atau diperkenalkan adalah Allah yang palsu. Tidak sedikit ajaran yang mengesankan atau secara langsung mengajarkan bahwa keselamatan adalah sesuatu yang mudah terjadi atau berlangsung dalam kehidupan seseorang. Itu ajaran yang salah. Tuhan Yesus jelas mengatakan bahwa mereka yang berusaha masuk Kerajaan Surga saja belum tentu bisa, apalagi yang tidak berusaha. Orang yang mau masuk ke dalam keluarga Kerajaan Surga harus sungguh-sungguh memiliki perjuangan yang tiada henti disepanjang umur hidupnya untuk hidup selalu seturut dengan kehendak Tuhan (Lukas 13:23-24).

Mereka yang masuk ke dalam Kerajaan Surga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama adalah mereka yang menjadi anggota masyarakat, dan yang kedua adalah mereka yang menjadi anggota keluarga Kerajaan.
Untuk menjadi anggota masyarakat saja tidak mudah, apalagi menjadi anggota keluarga Kerajaan atau bangsawan surgawi. Orang yang diperkenan masuk menjadi anggota masyarakat adalah mereka yang memiliki kasih terhadap sesamanya dengan benar. Perbuatan baik mereka kepada orang yang membutuhkan pertolongan diperhitungkan sebagai perbuatan baik kepada Tuhan sendiri (Matius 25).
Kelompok ini adalah mereka yang tidak mendengar Injil atau salah mendengar Injil, tetapi tidak memusuhi Tuhan Yesus.
Di dunia kita hari ini, sudah sulit menjumpai orang yang sungguh-sungguh memiliki belas kasihan terhadap sesama, bahkan juga di kalangan orang Kristen. Pada umumnya orang mau beruntung, senang dan selamat sendiri.
Pada umumnya orang tidak mempedulikan sesamanya, bahkan yang terjadi di mana manusia menjadi serigala bagi sesamanya. Orang-orang seperti ini adalah monster-monster jahat yang akan dibuang ke dalam api kekal.
Masyarakat Kerajaan Surga hanya dihuni oleh orang-orang yang tidak membahayakan bagi sesamanya, orang-orang yang sangat peduli terhadap sesamanya (Matius 25:31-46).
Ini adalah orang-orang yang memiliki keberadaan sebagai orang yang memiliki moral yang baik, dan bukan monster yang jahat.

Adapun yang menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga adalah mereka yang memiliki kehidupan anak Allah di dalam dirinya yaitu hidup didalam penurutan pimpinan Roh Kudus setiap saat yang hidupnya melakukan kebenaran yang Injil ajarkan sehingga hidup mereka tidak didapati cacat dan cela dalam hati, perkataan maupun dalam tindakannya.
Mereka bisa berkata dalam kenyataan bahwa hidup mereka bukan mereka lagi, tetapi Yesus yang hidup di dalam mereka. Mereka tidak memiliki monster sama sekali didalam dirinya.
Untuk menjadi anak-anak Allah harus memiliki keberadaan segambar dan serupa dengan Allah sendiri; sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Tuhan Yesus.
Orang yang hanya sekedar memiliki moral baik masih produk agama, produk dunia dan produk pendidikan budi pekerti, tetapi kehidupan anak Allah haruslah produk yang selalu meresponi hidup dalam ketaatan dalam pimpinan Roh Kudus yang menuntun ia kepada kesempurnaan gambar Kristus.
Itulah sebabnya dikatakan di dalam Firman Tuhan: Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya (Efesus 2:10), Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Efesus 1:4).
Orang-orang yang mendapat kesempatan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah adalah orang pilihan Tuhan yang memilih untuk hidup kudus tak bercacat cela dalam seluruh pikiran, perkataan dan tindakannya, menjunjung tinggi nilai kebenaran dan kasih kepada sesama dan mereka selalu menaruh pikiran dan perasaan Kristus setiap saat didalam diri mereka, mereka inilah yang dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Memang sebelum dunia dijadikan Allah merancang suatu keluarga di mana Tuhan Yesus menjadi saudara tertua dan manusia yang hidup dalam kedaulatan Allah secara penuh (Efesus 5:4-5).
Dan Tuhan Yesus menjadi Tuhan dan Raja yang memerintah dikerajaan sorga.

Menjadi umat pilihan bukan berarti pasti terpilih. Umat pilihan diberi tanggung jawab untuk meresponi anugerah Allah agar layak menjadi anak-anak Allah yang berkarakter seperti Tuhan Yesus (1 Yohanes 2 6).
Dalam hal ini orang percaya harus mengerti bahwa mereka diproyeksikan untuk menjadi bagian dari kelompok anak-anak Allah yang menjadi anggota keluarga Kerajaan atau menjadi bangsawan surgawi. Untuk itu orang percaya juga harus menyadari panggilannya untuk menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Tuhan kita Yesus Kristus.

Amin.

Jumat, 24 Maret 2017

BERJUANG MASUK JALAN SEMPIT


Lukas 13:22-24
22 Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
23 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"
24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.

Suatu hari ada seorang bertanya kepada Tuhan Yesus: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?”
Pertanyaan ini muncul setelah Tuhan Yesus berbicara mengenai Kerajaan Surga. Jadi pertanyaan ini berbicara sekitar apakah sedikit orang yang bisa masuk Kerajaan Surga.
Tuhan Yesus menjawab: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat (Lukas 13:23-24). Jawaban ini jelas sekali menunjukkan bahwa tidak mudah seseorang dapat masuk Kerajaan Allah. Walaupun Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa tetapi Tuhan tidak membuat jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah itu mudah. Sebab seseorang perlu meresponi keselamatan dari Tuhan untuk selalu berjuang menggelar hidup berkenan yang sama dengan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, Inilah tatanan Tuhan yang tidak dapat diubah.

Kata berjuang dalam teks aslinya adalah agonizomai (ἀγωνίζομαι), yang memiliki arti sempit (berjuang, bergumul, bekerja keras).
Tetapi kata ini dalam pengertian yang lebih luas berarti masuk dalam sebuah perlombaan atau kontes di mana terdapat saingan atau musuh yang membuat sulit atau sukar pergumulan perjuangan tersebut.
Kata agonizomai menunjukkan perjuangan yang harus merenggut atau menyita semua perhatian kita, dan mengalahkan semua kepentingan.
Dalam kitab Ibrani 12:1 mengemukakan mengenai adanya perlombaan.
Kata perlombaan dalam teks tersebut adalah agon (ἀγών), selain memiliki pengertian sebagai the place of contest (tempat pertandingan atau perlombaan) juga bisa berarti sebuah peperangan atau pertempuran (a battle).

Selanjutnya kata penting yang harus dianalisa adalah kata “berusaha”.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa banyak orang berusaha (masuk Kerajaan Allah), tetapi tidak akan dapat.
Kata berusaha ini dalam teks aslinya adalah zetesousin (ζητήσουσιν), dari akar kata zeteo (ζητέω). Kata ini selain bisa berarti merindukan juga bisa berarti to seek in order to find (mencari sesuatu untuk memperoleh).
Tuhan Yesus menunjukkan bahwa untuk masuk Kerajaan Allah tidak cukup dengan merindukan atau mencari dengan kadar tanpa perjuangan berat. Kalau hanya merindukan dan mencari Kerajaan tersebut ala kadarnya saja, maka tidak akan dapat memperolehnya atau tidak akan dapat masuk ke dalamnya.

Tentu tidak ada orang yang merindukan neraka. Semua orang beragama yang baik juga berusaha untuk dapat menghindari neraka dengan mencari Kerajaan Allah. Tetapi masalahnya apakah kadar pencariannya sudah sampai pada level berjuang (agonisomai) atau hanya berusaha (zeteo). Dalam kehidupan komunitas orang Kristen, kita temukan orang-orang Kristen yang pergi ke gereja dengan rajin. Bahkan di antara mereka ada yang mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan gereja sebagai aktivis. Ada pula yang menjadi seorang rohaniwan atau pendeta yang disahkan sinode sebagai pejabat gereja. Semua itu belum tentu sudah berkategori “berjuang” (agonizomai).
Sebab tidak sedikit orang yang bergereja hanya untuk kepentingan hidup di bumi, yaitu demi pemenuhan kebutuhan jasmani. Tidak sedikit pula aktivis dan rohaniwan yang mengambil bagian dalam kegiatan gereja hanya untuk kepentingan individu atau lembaga (institusi). Mereka belum masuk perjuangan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus. Mereka belum bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Pertanyaan penting terkait dengan hal ini adalah mengapa masuk ke dalam Kerajaan Allah itu sukar? Tentu jawabnya harus ada di sekitar pernyataan Tuhan tersebut. Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka yang tidak diperkenan masuk Kerajaan Allah adalah mereka yang melakukan kejahatan (Lukas 13:27).
Kata kejahatan dalam teks aslinya adalah adikia (ἀδικία). Kata adikia ini berarti : ketidakadilan, kelaliman hati, perbuatan melanggar hukum dan keadilan, ketidakbenaran).
Dunia sekitar kita sudah menjadi jahat seperti yang dikemukan oleh Tuhan Yesus sebagai adikia.
Semua ini ada perhitungannya nanti di pengadilan Allah/takhta pengadilan Kristus yang dipimpin oleh Tuhan Yesus. Sebab yang ditabur orang itu juga akan dituainya. Bagi kita yang penting, tidak ikut masuk dalam praktek hidup adikia yang mewabah dalam kehidupan hampir semua manusia di sekitar kita hari ini.
Orang-orang yang ditolak oleh Tuhan Yesus juga termasuk orang-orang yang sudah makan minum semeja dengan Tuhan. Ini berarti mereka orang-orang yang kelihatannya sudah akrab dan dekat dengan Tuhan, yang kelihatannya hidup melayani selama di dunia namun sebenarnya hidupnya masih terdapat kepentingan-kepentingan duniawi yang melayani kepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan Tuhan (Lukas 13:25-29).
Hal ini menjadi peringatan bagi kita yang merasa hari ini dekat dengan Tuhan karena pergi ke gereja, menjadi aktivis juga menjadi pendeta.

Pernyataan Tuhan di Lukas 13:27 dengan kalimat “Aku tidak tahu dari mana kamu datang”, dalam teks aslinya terdapat kata pothen (πόθεν) juga bisa menunjuk mengenai kondisi bukan sekadar tempat. Jadi Tuhan hendak menunjuk sumber kondisi hidup seseorang yang ditolaknya, Tuhan tidak mengenal dan tidak menemukan kehidupan dan kondisi hati seperti gambaran-Nya, dalam hal ini orang tersebut tidak memiliki hati yang sama yang mengikuti jejak hidup-Nya, sehingga Tuhan mengatakan "Aku tidak tahu dari mana kamu berasal".
Hal ini bertalian dengan kata adikia, kejahatan dalam hati.
Ketika seseorang terlihat baik dimata manusia, belum tentu demikian di hadapan Tuhan, sebab Tuhan menyelidiki hati manusia apakah semua yang lakukannya bersumber dari hati Tuhan dan untuk kepentingan-Nya.
Orang yang menyatakan mengikut Tuhan Yesus harus berani berjuang tanpa henti mengenakan gaya hidup yang berbeda dengan cara hidup yang dimiliki orang dunia pada umumnya yang pada umumnya adalah cara hidup yang salah yang diwarisi dari nenek moyang.
Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan kita agar kita dapat ditebus atau dimerdekakan dari cara hidup tersebut (1 Petrus 1:17-18).
Semua kegiatan hidup orang percaya harus didasarkan pada satu tujuan yaitu berjuang tanpa henti menyelenggarakan hidup seperti hidup Tuhan Yesus termasuk di dalamnya menyelamatkan jiwa-jiwa.

Keselamatan jiwa-jiwa adalah bagaimana membawa orang menjadi manusia yang memiliki karakter hidup seperti Tuhan Yesus.
Orang-orang yang memiliki tujuan hidup ini sama dengan orang yang kehilangan nyawa (psuke).
Pikiran, perasaan dan kehendaknya sepenuhnya diarahkan pada kepentingan Kerajaan Sorga.
Prinsipnya seperti Tuhan Yesus bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikannya (Yohanes 4:34).
Prinsip hidup seperti ini dibahasakan Paulus dengan kalimat : Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21).
Ia menyadari bahwa kalau Kristus telah mati untuk dirinya maka ia harus hidup bagi Kristus.
Sekarang kalau ia hidup, berarti ia hidup untuk memberikan buah demi kemuliaan Tuhan Yesus yang telah mati bagi dirinya (2 Korintus 14-15).
Inilah kehidupan yang dipersembahkan bagi Tuhan sepenuhnya atau tanpa batas.
Tidak heran kalau orang-orang seperti ini bisa berkata: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi "diriku" tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaku”, artinya setiap orang percaya dipanggil oleh Tuhan untuk tidak menikmati atau mengasihi dunia ini, apalagi mengikatkan hatinya kepada harta dunia, dunia ini adalah tempat ia menumpang sementara waktu untuk belajar mengenal kehendak Tuhan, mempersembahkan hidup bagi kepentingan Tuhan dan segala fasilitas yang ada didunia ini adalah sarana untuk pengabdian dan melakukan kehendak-Nya dengan taat sampai benar-benar diperkenan oleh Tuhan sebelum ia memasuki dunia yang sesungguhnya didalam kerajaan-Nya secara fisik di sorga yang kekal.

Amin.

Kamis, 23 Maret 2017

PERJUANGAN MENJADI PERAWAN SUCI


2 Korintus 11:2-4
2 Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
3 Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
4 Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.

Paulus memakai gambaran pertunangan atau pernikahan Yahudi, dimana Yesus Kristus adalah mempelai pria, jemaat Korintus mempelai wanita.
Paulus tidak mau jemaat Korintus ternodai oleh ajaran yang sebenarnya bukan yang diajarkan oleh Injil/ajaran sesat, sehingga tidak lagi setia kepada Kristus.
Paulus memberikan contoh tentang Hawa yang diperdaya oleh ular yang licik (2 Korintus 11:3). Paulus khawatir jika jemaat Korintus tersesat, karena mereka bersikap "sabar" terhadap beredarnya ajaran para rasul palsu (2 Korintus 11:4).
Masa kini, ada begitu banyak pengajar Alkitab atau pengkhotbah di mimbar. Itulah kesempatan bagi kita untuk mendengar pengajaran dari orang-orang yang mengakui dirinya sebagai hamba Tuhan atau pengajar Alkitab.
Kita tentu harus bersikap selektif dalam hal ini.
Jangan terima pengajarannya dengan mentah-mentah. Selidiki betul-betul apa yang menjadi tekanan pengajarannya.
Dan yang tidak kalah penting, bandingkanlah dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab.
Jika penekanan pengajarannya hanya berkutat kepada kuasa, mujizat dan menggunakan Tuhan supaya hidup semakin diberkati dalam berkat jasmani, hidup nyaman dibumi dan memiliki kemakmuran jasmani yang berlimpah maka sudah dipastikan ajaran tersebut adalah injil yang lain/injil yang bukan diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Sekilas memang mengesankan bahwa Tuhan menjadi obyek perhatian dan menyembahan, tetapi sebenarnya dibaliknya ia memiliki kepentingan agar Tuhan memenuhi keinginan-keinginannya, keterlibatan Tuhan hanya sebagai alat untuk meraih kebahagiaan duniawi.
Sementara itu tidak sedikit para hamba-hamba Tuhan tidak dengan tegas mengajarkan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Penyesatan ini luar biasa, sama seperti orang yang berpenyakit kanker ganas tetapi tidak diberi informasi mengenai penyakitnya. Bila keadaan ini berlarut-larut maka akan sampai titik dimana tidak dapat diobati dan penyakit tersebut akan merenggut nyawanya. Banyak jemaat yang sebenarnya tidak berkualitas sebagai perawan suci, tetapi mereka tidak menyadari keadaan ini.

Pengajaran Injil yang benar tidak akan menikberatkan penghargaan dan pemenuhan hal-hal materi yang sebenarnya adalah duniawi.
Pengajaran Injil yang benar adalah pengajaran yang menekankan bagaimana seseorang digiring kepada pertobatan sejati yang berjuang menjadi perawan suci bagi Tuhan Yesus yang hidupnya sepenuhnya diarahkan hidup bagi Tuhan dan melakukan kehendak-Nya (2 Korintus 5:15), mengasihi Tuhan secara bulat dan utuh yang menjadikan Tuhan sebagai nilai tertinggi kehidupan.
Terdapat perjuangan yang berat untuk menjadi perawan suci bagi Tuhan.
Perjuangannya terletak pada saat kita harus melepaskan segala ikatan dan kecintaan kita terhadap apa pun dan siapapun serta menempatkan Tuhan Yesus sebagai pribadi yang paling berharga dan tercinta.
Hal ini digambarkan oleh Alkitab bahwa orang percaya harus meninggalkan ayah dan ibu dan bersatu dengan pasangan hidup. Demikian pula kita harus menanggalkan segala keterikatan dengan dunia ini (Ibrani 12:1; Markus 10:21-22). Perjuangan ini sangat berat, sebab keterikatan dengan mamon adalah ikatan yang nyaris tidak dapat dipatahkan.
Oleh pertolongan Tuhan kita bisa melakukannya.
Dahulu kita terikat dengan dunia, sekarang kita harus terikat sepenuhnya dengan Tuhan (1 Korintus 6:17).
Orang yang ingin terikat dengan Tuhan harus menjadi satu roh dengan Tuhan, satu selera dan satu rasa dengan Tuhan, ini berarti seseorang harus memiliki kesediaan mengarahkan hidup seluruhnya untuk melakukan kehendak Tuhan, hidup dalam pimpinan-Nya dan menyenangkan hati-Nya setiap saat.
Inilah usaha untuk menempatkan diri sebagai mempelai wanita yang setia bagi Tuhan Yesus.
Suatu kali nanti ketika pesta perkawinan Anak Domba berlangsung semua orang yang setia sampai akhir menjadi mempelai-Nya yang menjaga kesucian hidupnya akan memperoleh kebahagiaan yang luar biasa.

Sementara masih di dunia ini, orang percaya menghadapi kuasa kegelapan yang terus berusaha untuk menarik mereka masuk dalam persekutuan dengan kuasa gelap itu (2 Korintus 11:2-3). Terdapat orang-orang Kristen yang tidak setia, yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk kacang merah (Ibrani 12:16-17).
Mereka menikmati dunia seperti anak dunia menikmatinya. Hatinya sebenarnya sudah diserahkan dan dimiliki oleh yang lain selain Tuhan, Ini adalah sebuah ketidaksetiaan.
Dalam Ibrani 12:16 terdapat kata Cabul. Percabulan di sini bukan percabulan badan secara fisik (seks) tetapi percabulan rohani.
Salah satu hukum Tuhan yang mengatakan "jangan ada padamu Allah lain" hal ini bukan hanya dimengerti bahwa ada yang disembah selain Tuhan atau menggantikan obyek yang disembah dengan obyek lain, tetapi juga ketika hati dan pikiran seseorang sudah tertuju kepada hal-hal perkara duniawi dan hubungan eksklusif dengan Tuhan digantikan menyibukkan diri dengan hal pemenuhan kebutuhan kemakmuran jasmani maka itu adalah pelanggaran yang berat.
Mengapa demikian? Sebab memang manusia diciptakan untuk Tuhan sebagai mempelai-Nya yang tidak bercacat dan tidak bercela (2 Petrus 3:11-14).
Terkait dengan hal ini, Iblis tidak terlalu takut kalau orang Kristen pergi ke gereja dan menjadi pengerja gereja bahkan menjadi pendeta, tetapi Iblis gentar kalau ada anak-anak Tuhan yang sungguh-sungguh mau mengikatkan dirinya dengan Tuhan dalam hubungan yang eksklusif yang hanya Tuhan menjadi tujuan hidupnya dan yang menjadi tempat utama dan nilai yang tertinggi kehidupan.

Orang-orang yang menjadi mempelai sebagai perawan suci ini akan pasti sangat militan dan mengasihi Tuhan secara luar biasa. Mereka akan menaruh hidupnya untuk ikut membinasakan pekerjaan iblis dengan berani tidak serupa dengan dunia dan hidup tidak bercacat dan tak bernoda sambil menantikan kedatangan Tuhan.
Seharusnya tujuan seluruh kegiatan pelayanan pekerjaan Tuhan adalah bagaimana mempertunangkan jemaat dengan Tuhan Yesus dan sungguh-sungguh mempersiapkan jemaat Tuhan menjadi perawan suci yang tak bercacat bagi Tuhan (2 Korintus 11:2-3).
Menjadi perawan suci artinya memiliki hati yang sungguh-sungguh hanya terarah kepada Tuhan sebagai nilai tertinggi kehidupan.
Orang-orang yang berkualitas sebagai perawan suci tidak mempersoalkan kenyamanan hidup dibumi ini, penghargaannya terhadap hal-hal materi dan hal duniawi telah menjadi pudar sebab hal tersebut sudah bukan lagi merupakan tujuan hidupnya.
Tujuannya hanyalah Tuhan dan kerajaan-Nya, apa yang ia usahakan didalam seluruh wilayah hidupnya adalah sarana untuk pengabdian diri kepada Tuhan dan tidak lagi untuk mementingkan kepentingan pribadi.
Dalam hal ini, ia lebih mempersoalkan perkenanan hidupnya setiap hari dihadapan Tuhan, ia menyadari bumi ini bukan rumah tinggal permanennya sehingga ia sangat sadar bahwa selama hidup dibumi yang ia butuhkan ialah mencari, mengerti dan melakukan kehendak Tuhan secara sempurna.
Memang sangat jarang orang yang memiliki kualitas seperti ini, tetapi kita harus berusaha untuk dapat mencapainya. Tuhan akan memampukan kita mencapainya. Betapa luar biasa agungnya orang yang memiliki kualitas sebagai perawan suci bagi Tuhan ini. Sesungguhnya inilah ukuran sukses kehidupan sebagai anak Tuhan.

Jadi bukan tanpa alasan kalau Paulus berkata: “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” Dengan mendengar Firman yang benar dan mengalami pembaharuan pikiran terus menerus yang diarahkan kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, kita mengerti bagaimana seharusnya mengasihi Tuhan dengan melakukan apa yang baik, berkenan dan yang sempurna sesuai dengan kehendak-Nya (Roma 12:2). Diri kita harus dibersihkan melalui pembaharuan pikiran terus menerus dengan Firman Tuhan yang murni, sehingga kita dapat melekatkan hati kita kepada Tuhan Yesus secara benar dan nyanyian jiwa kita secara permanen adalah "Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi, sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya".

Amin.

Selasa, 21 Maret 2017

MENGENAL ARTI KEKAYAAN KRISTUS


2 Korintus 8:7-9
7 Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.
8 Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.
9 Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Alkitab mengatakan bahwa oleh karena kita, Tuhan Yesus telah menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.
Salah besar bila kita memaknai kekayaan dalam teks ini sebagai kekayaan jasmani, sebab konteksnya sama sekali bukan masalah bendani. Lebih tegasnya, yang dimaksud dengan kekayaan tersebut adalah kekayaan dalam iman, perkataan, pengetahuan mengenai kebenaran, kesungguhan untuk membantu, dan kasih terhadap pelayanan pekerjaan Tuhan (ayat 7). Inilah sejatinya yang harus menjadi Tujuan kehidupan Kristiani yang murni, yang benar dan berkenan dihadapan Tuhan.

Jadi kekayaan di sini adalah berkat rohani atau harta sorgawi yang disediakan bagi kita untuk mempersiapkan kita memasuki Kerajaan Tuhan Yesus Kristus.
Kata “menjadi miskin” di sini teks aslinya adalah (ptōkhévō) yang berasal dari akar kata (ptōkhós) yang berarti “orang yang tidak memiliki apa pun”. Kata ini pula yang digunakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 5:3, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah…”
Tuhan Yesus, Allah yang Mahamulia itu telah menjadi manusia dalam kesederhanaan, bukan dalam kemahakayaan-Nya. Itu dilakukan-Nya agar manusia bisa memiliki kehidupan yang berkualitas tinggi sebagai anak-anak Allah yang berkodrat ilahi, hal ini tentu bagi mereka yang mau menerima dan menyambut panggilan-Nya.
Mereka yang menerima-Nya dan mengenal serta menggelar hidup didalam keselamatan yang sejati dilayakkan memasuki Kerajaan Surga; tandanya adalah tujuan hidupnya sudah diarahkan kepada kerajaan surga, tentu orang seperti ini akan terus bertumbuh didalam pengenalan akan Tuhan (selalu mencari apa yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan), setiap perkataan yang keluar dari mulutnya adalah perkataan kudus dan benar, memiliki kesediaan hidup didalam kebenaran yang Injil ajarkan serta peduli dan memiliki tindakan pelayanan kasih bagi sesamanya.

Sekali lagi ditegaskan bahwa kekayaan dalam ayat ini bukan kekayaan jasmani atau materi.
Pemelesetan ayat tersebut ke arah kekayaan jasmani/kemakmuran berkat jasmani sangatlah berbahaya sebab bisa menjauhkan orang Kristen dari kebenaran Injil yang sejati.
Akibatnya fokus orang Kristen tidak lagi kepada Tuhan Yesus dan Kerajaan-Nya, melainkan kepada kemakmuran berkat jasmani yang pasti orientasinya adalah untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya.
Dengan menyatakan ini bukan berarti kita tidak membutuhkan berkat jasmani.
Kita tetap membutuhkannya namun hal tersebut bukanlah sebagai tujuan hidup kita, namun sebagai sarana kita untuk mengabdi kepada Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya, menjadi saksi-Nya yang efektif dan dapat menjadi berkat, menjadi terang yang menyatakan kebenaran-Nya ditengah-tengah dunia ini.
Oleh sebab itu kita harus bekerja keras dan memaksimalkan seluruh potensi yang ada pada kita guna memenuhi tanggung jawab pengabdian kita kepada Tuhan.
Sebagai Bapa yang memelihara kita dengan sempurna, Tuhan pasti memberkati dan selalu membuka jalan untuk kehidupan nafkah jasmani kita.
Kini yang perlu kita fokuskan dan pikirkan adalah bagaimana dapat menyerap berkat rohani sebanyak-banyaknya.
Perlu diingat berkat rohani tidak bisa diberikan oleh siapa pun, kecuali oleh Sang Juruselamat yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Tuhan Yesus menjadi manusia dalam kesederhanaan, agar kita diingatkan bahwa kebutuhan jasmani bukanlah tujuan penebusan-Nya melainkan Tuhan menghendaki kita dipenuhi kekayaan rohani yaitu kekayaan dalam segala kelimpahan iman, perkataan, pengetahuan mengenai kebenaran Injil kerajaan sorga, kesungguhan untuk membantu, menjadi berkat bagi sesama, dan kasih terhadap pelayanan pekerjaan Tuhan.

Amin.

Senin, 20 Maret 2017

MENGENAKAN KRISTUS


Roma 13:12-14
12 Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!
13 Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.
14 Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.

Setiap orang Kristen harus menaati firman Tuhan. Setiap orang Kristen juga harus hidup suci seperti Tuhan adalah suci (1 Yohanes 3:3). Setiap orang Kristen juga dituntut untuk mengasihi (Yohanes 15:12-14) dan terus mengejar kesempurnaan dalam perilaku sebagai anak-anak kerajaan Bapa di sorga (Matius 5:48).
Mengasihi adalah sesuatu yang dituntut oleh Tuhan setelah Tuhan lebih dahulu mengasihi kita.
Kita dituntut untuk memberi respon kepada Tuhan.
Kita harus berinisiatif untuk mengasihi, sebab inilah identitas orang percaya yang seharusnya dimana Tuhan Yesus sudah lebih dahulu mengasihi dan menjadi yang sulung bagi orang percaya.
Karena itu mengasihi adalah suatu tindakan yang meneladani Tuhan yang sudah lebih dahulu mengasihi kita.

Pada zaman Paulus, orang-orang Romawi memiliki hidup yang sangat rusak. Kebiasaan foya-foya, mabuk-mabukan, dan kehidupan seks yang rusak menjadi sesuatu yang biasa. Orang-orang Kristen tinggal di tengah-tengah lingkungan yang seperti ini. Tiap-tiap hari mereka melihat tingkah laku penuh dosa dari orang-orang ini.
Sangat mudah untuk orang Kristen terlibat di dalam dosa-dosa tersebut jika ia tidak bertekun mengenal kebenaran dan tidak tinggal didalam-Nya.
Bila demikian dan tiap-tiap hari orang-orang sekeliling mereka melakukan hal-hal dosa, maka kemungkinan besar hal-hal tersebut tidak lagi dianggap perbuatan dosa.
Inilah cara iblis menggoda kita untuk berbuat dosa. Yang pertama iblis akan menyatakan bahwa melakukan perbuatan melanggar Firman Tuhan itu bukanlah dosa, “Bukankah semua orang melakukannya"?
Dan ketika seseorang masuk dalam tipuan iblis ini barulah dia mengerti bahwa dosa itu sangat merusak dan jauh lebih besar daripada kekuatan kita untuk meninggalkannya bahkan sampai pada tingkat bisa membinasakan. Tetapi sering kali ketika seseorang sadar akan hal ini semua sudah terlambat.

Menghadapi lingkungan yang penuh dosa ini, orang-orang Kristen di Roma perlu kekuatan dari Tuhan. Inilah mengapa Paulus menuliskan bagian ini, yaitu supaya orang-orang Kristen, bukan hanya di Roma, tetapi di mana pun, tahu bagaimana melawan dosa.
Apa sajakah yang diajarkan Paulus?
1. Kesadaran akan situasi peperangan rohani setiap waktu.
Dalam ayat 12 Paulus mengatakan marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan. Paulus mengingatkan kepada setiap orang Kristen bahwa dulu kita semua mengenakan perbuatan-perbuatan kegelapan sebagai pakaian kita.
Itulah keadaan kita yang dahulu yang menjadi identitas kita.
Pakaian kita adalah pakaian kecemaran dan kejahatan. Dengan menjadi milik Kristus kita harus meninggalkan semua jenis kecemaran ini seperti seorang yang melepaskan pakaian lama dan mengenakan pakaian baru.
Tetapi Paulus mengatakan setelah melepaskan pakaian kecemaran, kita harus memakai pakaian perang senjata terang.
Kenakanlah senjata terang, demikian ditulisnya. Sering kali kita merasa bahwa meninggalkan dosa atau pengudusan adalah sesuatu yang terjadi secara otomatis tanpa perjuangan apa pun dari kita. Ini merupakan cara pandang yang salah.

Memang benar bahwa kita diselamatkan oleh Kristus dan Roh Kudus menyucikan kita dari dosa.
Memang benar bahwa ini merupakan sesuatu yang terjadi di luar kekuatan kita karena kita adalah pendosa-pendosa cemar yang terlalu kotor dan lemah untuk bisa hidup suci. Tetapi hal ini tidak berarti kita menjadi orang-orang yang menyenangi keadaan kotor kita dan tidur di dalamnya.
Kita bukanlah orang-orang yang menikmati dosa.
Orang yang mengatakan membenci dosa tetapi tidak melakukan apa-apa untuk meninggalkan dosa adalah orang yang fasik dan munafik.
Kristus menyelamatkan kita dan Roh Kudus menyucikan kita, ini benar.
Tetapi ini juga berarti kita beriman kepada Kristus dan kita berjuang untuk hidup suci. Diselamatkan oleh Tuhan tidak menghilangkan tuntutan Tuhan terhadap diri kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Untuk itulah Paulus mengingatkan untuk mengenakan senjata perang.
Mengenakan baju perang untuk hidup di dalam terang Kristus setiap saat.
Senjata terang tersebut ialah Firman Tuhan yang dihidupi didalam seluruh gerak hidup dan hidup didalam pimpinan Roh Kudus secara mutlak.
Sadarkah bahwa kita sedang berperang?
Tidak ada kata santai, saat kita lengah kita akan jatuh. Seorang yang sedang berperang akan awas dan peka terhadap segala hal supaya musuh tidak memanfaatkan celah untuk mengalahkan dia.

2. Memiliki pertumbuhan iman yang progresif.
Ayat 13 mengatakan untuk hidup dengan sopan.
Hidup sopan dapat juga diterjemahkan berjalan dengan semestinya.
Hidup orang percaya harus berjalan di dalam terang dan terus ada didalam terang Kristus. Hari demi hari menjadi makin bertumbuh dalam kedewasaan rohani baik dalam kesucian, kasih dan ketaatannya kepada Tuhan.
Pertumbuhan rohani orang percaya sejatinya merupakan hal yang harus terus menerus terjadi. Dengan mengenal hal ini maka hari demi hari kita akan menghidupi hidup yang berkenan kepada Tuhan sebagai cara yang seharusnya.
Pertumbuhan rohani yang semakin sempurna mengenakan Kristus bukanlah suatu pilihan tetapi sesuatu yang harus wajib digelar dan diperjuangkan oleh setiap orang percaya.
Hidup dalam terang bukanlah suatu opsi, tetapi merupakan sesuatu yang seharusnya kita kerjakan. Hidup dalam terang juga bukanlah suatu prestasi hebat yang dicapai oleh seseorang, melainkan cara hidup yang sewajarnya dimiliki oleh orang percaya.
Mengasihi Tuhan, mengasihi sesama, dan mengasihi kekudusan Tuhan bukanlah merupakan suatu prestasi yang harus diberikan penghargaan, tetapi hal-hal tersebut adalah yang seharusnya dilakukan dalam hidup orang percaya yang mau beriman dan meresponi panggilan Tuhan Yesus.
Tidak melakukan hal-hal tersebut merupakan suatu penghinaan terhadap Tuhan.
Maka berjalan di dalam kepantasan, kesopanan, dan keadaan yang sewajarnya dan terus bertumbuh dalam kesucian hidup dihadapan Tuhan, merupakan hal-hal yang secara konsisten harus dimiliki di dalam hidup sehari-hari.

Dalam ayat ini juga Paulus memperingatkan kembali mengenai kerusakan yang terjadi. Kemabukan, pesta pora, perdebatan karena kepentingan diri, semua ini merupakan hal-hal yang dilakukan untuk menyenangkan diri dengan cara yang membangkitkan murka Allah.
Ini adalah kesenangan dunia yang dilakukan untuk mencapai kepuasan diri dengan cara yang menjijikkan.
Orang-orang melakukan percabulan seks dalam pikiran maupun secara fisik, orang-orang yang ingin memuaskan nafsu makan minum dengan berpesta pora menikmati makanan dengan jauh melebihi yang seharusnya, orang-orang serakah terus mencari keuntungan tidak peduli berapa banyak hal yang sudah dia langgar dan orang-orang yang mencari kehormatan demi meninggikan diri dan kepuasan diri agar dikenal oleh banyak orang adalah hal-hal yang sebut sebagai penyembahan berhala yang mendatangkan murka Allah (Kolose 3:5).
Maka Paulus mengatakan, hiduplah dengan cara yang seharusnya.
Berjalanlah dengan sepatutnya hari demi hari. Bukan hidup suci hanya kalau natal, atau hari minggu, atau kalau ada pelayanan, tetapi setiap saat, setiap melangkah dalam hidup, harus dilakukan dengan seharusnya sebagai orang-orang kudus.

3. Mengenakan Tuhan Yesus Kristus.
Mengenakan Tuhan Yesus Kristus artinya hidup didalam segala penurutan terhadap segala keinginan Tuhan Yesus untuk dilakukan didalam seluruh wilayah hidup.
Hanya bila kita berada dalam penurutan kepada kehendak dan rencana Tuhan Yesus Kristus barulah kita dapat memiliki kekuatan untuk berperang.
Dengan demikian perlengkapan senjata terang yang dimaksudkan Paulus adalah adalah penurutan terhadap Firman Kristus yang kita dapat melalui penggalian firman Tuhan setiap hari dan Rhema Tuhan melalui pertemuan dengan Tuhan baik didalam doa pribadi maupun melalui seluruh peristiwa hidup.
Penurutan kita kepada Kristuslah yang menjadi kekuatan untuk menghancurkan kuasa iblis.
Mengenakan Kristus harus merupakan tindakan yang kita kerjakan secara aktif. Mengenakan Kristus berarti juga meneladani cara Kristus hidup.
Kita meneladani Kristus yang membenci dosa. Kita meneladani Dia yang taat kepada kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna.
Kita meneladani Tuhan Yesus yang rela mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba yang mau melayani manusia yang membutuhkan pertolongan serta mengajarkannya cara hidup didalam kebenaran-Nya.
Kita meneladani Tuhan yang menang atas dosa, selama mengenakan tubuh manusia, tidak sedikitpun ditemukan dosa didalam kehidupan-Nya selama Ia mengenakan tubuh manusia yang memiliki kehendak bebas untuk bisa berbuat apa saja yang Ia kehendaki.
Untuk itulah Ia menganjurkan setiap orang percaya harus menang seperti Dia telah menang (Wahyu 3:5).
Mengenakan Kristus berarti kerelaan dan kesiapan untuk memikul salib kita masing-masing untuk hidup menyatakan kebenaran-Nya dan menjadi saksi-Nya ditengah-tengah dunia ini.

Surat kepada orang Ibrani mengatakan bahwa perjuangan kita melawan dosa belum sampai mencucurkan darah (Ibrani 12:4).
Dia dicambuk, dipaku, dan mati di atas kayu salib untuk menjadi penebus dosa kita supaya kita bisa dilayakkan, diperkenan untuk dididik, dimuridkan menjadi seorang yang meneladani kualitas kesucian kehidupan-Nya.
Karena itu meneladani Kristus berarti berjuang secara all out dengan segenap kekuatan kita meneladani dan mengikuti jejak-Nya seperti Kristus yang mencucurkan darah untuk mengalahkan dosa.
Kesediaan mengenakan Kristus dalam seluruh kehidupan kita akan membuahkan hubungan yang harmoni dengan Tuhan Yesus.
Relasi dengan Allah adalah yang paling penting. Ini merupakan berlian yang paling mahal yang harganya tidak terhingga nilainya.
Siapakah yang mau menukarkan berlian yang dia miliki untuk kotoran kucing (dosa)?
Tetapi jika kita lemah membangun relasi kita untuk mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya maka keindahan dosa membuat kita buta sehingga kita lebih memilih kotoran kucing (dosa) dan mengabaikan berlian (relasi dengan Tuhan).
Mengapa kita menukarkan relasi yang intim dengan Allah dengan terus berbuat dosa? Mengapa kita begitu bodoh, rela merusak relasi kita dengan Allah demi berbuat dosa? Mengapa kita begitu buta dan tidak melihat keindahan kemuliaan berelasi dengan Allah dan terpikat oleh cahaya palsu dari dosa?
Hari ini tetapkan hati kita meresponi nasehat Paulus untuk mengenakan Kristus didalam seluruh kehidupan kita.
Kiranya Tuhan berbelas-kasihan kepada kita semua dan memberikan tuntunan dan kekuatan-Nya untuk menjadi pemenang meraih mahkota abadi yang Ia janjikan bagi kita yang mau bertekun setia hidup didalam penurutan kepada-Nya.

Amin.

Sabtu, 18 Maret 2017

SEPIKIRAN DAN SEPERASAAN YANG SAMA DENGAN TUHAN


Filipi 2:5-7
5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Pikiran adalah medan pergumulan yang menentukan apakah seseorang dikuasai oleh Tuhan Yesus atau setan.
Paulus dalam tulisannya mengemukakan bahwa dirinya menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Korintus 10:5). Ini merupakan perjuangan yang harus dilakukan oleh setiap anak Tuhan. Pikiran adalah tempat di mana terdapat pangkalan, apakah pangkalan untuk Tuhan atau musuh-Nya. Itulah sebabnya Firman Tuhan mengatakan agar kita menjaganya dengan segala kewaspadaan (Amsal 4:23).

Orang percaya harus menyadari betul bahwa Firman Tuhan jelas sekali mengatakan bahwa kita harus menaruh pikiran dan perasaan Kristus.
Ini berarti kitalah yang harus berpikir dan berperasaan seperti Kristus dengan sengaja dan sadar.
Salah satu hakekat Tuhan yang tidak bisa dibantah adalah bahwa Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak-Nya kepada manusia. Dalam hal ini Tuhan tidak akan mengintervensi kebebasan manusia untuk bertindak. Proses memiliki pikiran dan perasaan Kristus bukanlah proses otomatis dalam waktu singkat. Juga bukan sebuah peristiwa yang bersifat adikodrati dan mistis, tetapi melalui sebuah proses natural yang bertahap serta membutuhkan waktu panjang.
Proses ini berlangsung melalui pembaharuan pikiran yang diubahkan oleh Firman Tuhan yang murni secara terus menerus, bersedia menyalibkan keinginan daging dan segala hawa nafsu duniawi kemudian hidup didalam pimpinan Roh Kudus secara mutlak.

Kalau seseorang bersedia menaruh pikiran dan perasaan Tuhan Yesus melalui ketekunan hidupnya berpadanan dengan Injil (Filipi 1:27), maka Tuhan yang akan mengerjakan di dalam diri orang tersebut baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Filipi 2:13), artinya Tuhan memberi kemampuan dalam diri seseorang untuk bisa seirama dengan Tuhan.
Harus diperhatikan bahwa seseorang harus terlebih dahulu mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar artinya berusaha sungguh-sungguh untuk menjadi pelaku kehendak Tuhan Yesus yang setia. Dengan takut dan gentar menunjukkan kesadarannya bahwa untuk memiliki pikiran dan perasaan Kristus adalah hal yang sangat sulit, tidak bisa terwujud dengan mudah, perlu perjuangan yang panjang didalam ketekunan mengadakan persekutuan yang erat dan intim dengan Tuhan Yesus setiap hari dengan penuh kerinduan dan kehausan untuk bersekutu dengan-Nya.

Memiliki pikiran dan perasaan Kristus artinya segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus.
Ini sama dengan menjadi sempurna seperti Tuhan Yesus.
Adalah keliru kalau seseorang berpikir bahwa dengan sendirinya Tuhan akan menanamkan pikiran kepada seseorang supaya dapat memiliki pikiran dan perasaan-Nya sementara orang tersebut masih memiliki pikiran yang kuasai oleh keinginan daging dan kehendak diri sendiri.
Orang yang tidak mau belajar memiliki pikiran dan perasaan Kristus, maka ia sangat mudah disesatkan oleh kuasa kegelapan sebab jika tidak dipenuhi pikiran Kristus maka iblis dengan leluasa menguasai pikiran manusia tersebut sehingga didalam hidupnya tidak akan pernah terjadi pertobatan yang sejati dihadapan Tuhan.
Paulus menasehatkan umat percaya di Korintus untuk berhati-hati dalam menjaga pikiran sebab tipu daya iblis sangat sulit untuk terditeksi jika mereka tidak menaruh pikiran dan perasaan yang sama seperti Kristus.
2 Korintus 11:3  Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.

Sebenarnya melalui pembaharuan pikiran setiap hari yang terus isi dan warnai oleh Firman Tuhan dan persekutuan yang harmoni dengan Tuhan Yesus, maka cita rasa jiwa seseorang menjadi sama dengan cita rasa Tuhan.
Inilah yang akan membentuk pikiran dan perasaan Kristus didalam dirinya.
Dengan memiliki pikiran dan perasaan Kristus, maka ia semakin peka terhadap kehendak Tuhan untuk di gelar didalam hidupnya, dengan demikian seseorang bisa bersekutu dengan Tuhan secara harmonis.
Memiliki pikiran dan perasaan Kristus berarti seseorang bersedia tidak akan lagi tertarik terhadap keindahan dunia serta kemegahannya sebagai tujuan hidup dibumi ini, dibumi segala yang diusahakan adalah sebagai sarana memuliakan Tuhan, memenuhi rencana dan kehendak Tuhan, sebab tujuan hidup orang percaya yang benar adalah Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya, dengan demikian tentu saja dengan keadaan seperti ini iblis tidak bisa menjeratnya. Iblis tidak menemukan pangkalan dalam pikirannya untuk dikuasainya.

Orang percaya harus memahami bahwa kematian Tuhan Yesus yang menyediakan anugerah keselamatan menempatkan manusia yang mau percaya kepada-Nya memiliki target untuk menjadi sempurna seperti Bapa (Matius 5:48) dan memenuhi rencana dan kehendak Bapa menjadi anak-anak Allah yang menyatakan kemuliaan-Nya dengan hidup didalam kebenaran dan selalu menaruh pikiran dan perasaan yang sama seperti yang terdapat juga didalam Tuhan Yesus Kristus.
Olehnya setiap saat kita harus menaruh pikiran dan perasaan yang sama seperti Tuhan Yesus, sehingga seluruh gerak hidup kita selalu berkenan dan dapat dinikmati dalam pemandangan-Nya.
Jadi, kalau seseorang mau menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat ini berarti ia harus memiliki kesediaan menaruh pikiran dan perasaan Kristus didalam dirinya dan Tuhan melalui Roh Kudus tentu akan menggarap, mendidik, menuntun orang percaya yang rindu yang mau berjalan dan mau sepikiran dan seperasaan dengan Dia dan kepadanya akan dituntun kedalam seluruh jalan kebenaran-Nya.

Menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan bukan hanya mendapat keselamatan secara otomatis, tetapi harus berjuang mengerjakan keselamatan yang Tuhan berikan dengan takut dan gentar dengan mengisinya melakukan seluruh kehendak Tuhan dengan sempurna yang dalam seluruh tindakannya ia memiliki pikiran dan perasaan Kristus.

Mazmur 139:1-2
1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

Amin.