Selasa, 31 Oktober 2017

MERASA SUDAH DI KENAL TUHAN


Matius 7:21-23
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Banyak orang Kristen sudah merasa dikenal Tuhan karena sudah rajin pergi ke gereja, memberi persembahan kolekte, perpuluhan, menjadi aktivis pelayan disuatu organisasi gereja bahkan menjadi seorang pendeta, ia merasa tindakan atau perilaku tersebut sudah mewakili penyembahannya kepada Tuhan, padahal melayani Tuhan berarti melayani pikiran dan perasaan-Nya setiap saat dan melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya.
Orang yang melayani perasaan Tuhan, hidupnya  akan nampak menampilkan pribadi Tuhan Yesus dalam seluruh perilakunya.
Banyak orang Kristen dengan gagahnya merasa jika mati nanti akan diterima dikemah abadinya Tuhan, padahal di balik kematian ia harus memberi pertanggung jawaban kepada Tuhan Yesus yang menghakimi tanpa memandang muka (1 Petrus 1:17).
Betapa mengerikan kalau ternyata di hadapan Tuhan Yesus ia tidak dikenal, artinya tidak diakui sebagai pribadi yang menyukakan hati Tuhan.
Hal itu disebabkan karena sepanjang hidupnya tidak melayani perasaan Tuhan dengan benar, sehingga mengabaikan pimpinan Roh Kudus yang memiliki kehendak dan rencana yang harus dilaksanakan oleh setiap orang percaya. Sepanjang hidupnya dihabiskan hanya mencari kesukaan bagi dirinya sendiri.
Ia merasa berhak dengan cara hidup demikian. Ia tidak bersungguh-sungguh bergumul untuk bisa ”dinikmati oleh Tuhan”, hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Oleh sebab itu, diperingatkan, agar kita jangan sampai terjebak dalam keadaan seperti itu.
Kita harus mulai belajar seperti yang dilakukan oleh Paulus bahwa ia berusaha berkenan kepada Tuhan, sebab ia tahu bahwa setiap orang harus menghadap tahta pengadilan Allah yang maha tinggi yaitu tahta pengadilan Kristus (2 Korintus 5:9-10)

Kalau seorang sekaliber Paulus berusaha berkenan, betapa kita harus berbuat hal yang sama.
Setiap waktu pikiran kita harus terhubung dengan perasaan Tuhan yang memiliki kehendak untuk kita penuhi, sehingga perilaku kita selalu sesuai dan seirama dengan pikiran dan perasaan Tuhan, sesuai dengan selera Tuhan. Inilah cara melayani Tuhan secara benar.
Dengan memiliki sikap menghormati Tuhan seperti ini maka setiap saat kita dapat bersiap diri untuk bertemu Sang Pencipta kita yaitu jika waktunya telah tiba bagi kita untuk memberi pertanggung jawaban hidup.
Oleh sebab itu kita harus belajar takut terhadap Tuhan, takut karena menghormati dan mengasihi Tuhan dengan segenap hidup.

Bagaimana membangun sikap takut akan Tuhan secara benar didalam kehidupan kita sebagai orang percaya, paling tidak ada 4 hal :

Pertama : Kerinduan pengenalan akan Tuhan dan kebenaran firman-Nya secara memadai setiap hari.
Dengan mengenal pribadi Tuhan secara utuh, haus dan lapar mengenal pribadi-Nya, mencari wajah-Nya setiap waktu maka kita akan semakin mengerti panggilan hidup kita dan menjadi penyembah-penyembah yang benar dihadapan-Nya didalam segala hal.
Dan tentu hal ini akan membentuk kita menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa menghormati Allah dan keagungan-Nya dalam setiap tarikan nafas kita.

Kedua : Menjaga kekudusan diri dihadapan Allah.
Panggilan hidup kudus seperti Dia kudus adalah hal yang wajib dan keharusan didalam kehidupan kita sebagai orang percaya.
Kata "kudus" dalam teks Yunani adalah : HAGIOS yang berarti "dipisahkan oleh Allah dari yang lain"
Ini menunjuk orang percaya harus memiliki kualitas hidup yang berbeda dengan orang tidak mengenal Tuhan dengan benar.
Kualitas hidup yang dimaksud disini adalah adalah kualitas hidup yang memiliki kualitas moral warga kerajaan surga yang selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat didalam Tuhan Yesus.

Ketiga : Pembelaan kepentingan dan pekerjaan Tuhan tanpa batas.
Kepentingan Tuhan adalah jiwa-jiwa diajarkan cara hidup didalam kebenaran Injil.
Orang-orang yang melayani kepentingan Tuhan hidupnya harus menjadi garam dunia yang menularkan perilaku hidup seperti Kristus kepada orang disekitarnya, membantu orang lain untuk menjadi peragaan hidup Tuhan Yesus dalam setiap denyut nadinya.
Sebagai orang percaya yang takut akan Tuhan, melayani Tuhan dalam segala hal dan melakukan apapun yang Tuhan kehendaki didalam hidup adalah kodrat hidup sebagai anak-anak Allah.
Baginya menggenapi rencana Allah atas hidupnya dan atas dunia ini adalah hal yang mendesak dan prioritas, dimana pembelaannya yang tanpa batas bekerja sebagai alat kemuliaan Tuhan untuk kepentingan-Nya membentuknya menjadi pribadi yang selalu menghormati Tuhan dalam segala hal dan tentu orang seperti ini akan menjadi anak-anak kebanggaan Tuhan yang akan mendapat bagian  didalam kemuliaan kerajaan-Nya.

Keempat : Menghadirkan kerajaan Allah didalam seluruh kegiatan hidup ini.
Setiap orang yang takut akan Tuhan akan selalu menghadirkan Tuhan dalam seluruh bagian hidup mereka masing-masing.
Bagi para pengusaha, maka ia menghadirkan pemerintahan Allah dalam bidang usaha mereka.
Bagi para pejabat pemerintah, panggilannya untuk menghadirkan pemerintahan Allah yang nyata dalam kiprah mereka di pemerintahan.
Menghadirkan kerajaan Allah dalam seluruh kegiatan hidup ini adalah panggilan hidup bagi orang percaya dan hal ini memang yang dikehendaki oleh Tuhan (Matius 6:10).
Orang yang membangun sikap takut akan Tuhan setiap waktu maka ia akan menjadi orang-orang yang tidak mudah berbuat dosa atau berbuat hal-hal yang bisa menyakiti hati Tuhan, kelak ia akan tahan berdiri setiap saat dihadapan Tuhan kapanpun Tuhan memanggilnya kembali kerumah Bapa.

Tidak boleh ada sesuatu hal yang membuat kita kurang mengasihi dan menghormati Tuhan, yang hanya bagi-Nya kita harus hidup.
Ingatlah betapa mengerikan kalau ternyata di hadapan Tuhan Yesus seseorang tidak dikenal oleh-Nya, artinya tidak diakui sebagai pribadi yang menyukakan hati Tuhan, tidak mau sepenuhnya mengikuti Tuhan, mengabaikan perasaan-Nya, tidak sepenuhnya melaksanakan kehendak-Nya didalam hidup.
Jika Tuhan berkata " Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku" ini artinya sebagai pengikut-Nya, Tuhan Yesus mau kita menjadi pribadi-pribadi yang selalu mendengar suara Tuhan dari waktu ke waktu, mendengar Ia melalui Firman-Nya, berdialog dengan-Nya melalui doa dan persekutuan dengan Roh Kudus dan menghidupi Firman-Nya setiap hari didalam kehidupan.
Mari mulailah kita mengambil sikap yang benar dalam hidup ini dengan terus mencari perkenanan Tuhan setiap hari dengan tanpa batas, mengasihi dan menghormati Tuhan secara pantas, mengenakan sikap hidup yang dapat menyukakan hati-Nya, menjaga kekudusan hidup dan senantiasa hidup dibawah pimpinan kedaulatan-Nya.

Markus 12:30-31
30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."

Amin.

Senin, 30 Oktober 2017

PELIPATGANDAAN ROHANI, BUKAN PELIPATGANDAAN DUNIAWI


2 Korintus 9:6-11
6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
9 Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya."
10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.

Di dalam konteks ayat ini Paulus sedang berbicara mengenai pelipatgandaan Rohani kepada jemaat di Korintus dan bukan pelipatgandaan mengenai harta duniawi.
Dalam ayat ini Paulus hendak menekankan
Pertama, dengan bersikap murah hati dalam memberi, jemaat/orang percaya akan beroleh kemurahan hati Allah yang melipatgandakan dan menumbuhkan buah-buah kebenaran didalam hati orang percaya (2 Korintus 9:6).
Kedua, orang Kristen/pengikut Kristus yang hidupnya seperti Kristus harus memberi dengan sukarela, tulus karena mengasihi bukan terpaksa atau menginginkan pelipatgandaan berkat secara jasmani dari pemberian tersebut (2 Korintus 9:7).
Ketiga, Allah tahu pengorbanan orang yang memberikan persembahan yang tulus dengan hati yang mengasihi sesama. Allah pasti memelihara mereka (2 Korintus 9:8-11).
Keempat, memberi sebagai wujud perhatian dan kasih kepada jemaat yang membutuhkan, dan sebagai ungkapan syukur kepada Allah yang memberikan keselamatan dan anugerah hidup yang kekal yaitu mengenal jalan hidup dalam kasih dan kebenaran-Nya yang sejati (2 Korintus 9:12-13).

Didalam kitab Roma 8:29-30 Paulus menuliskan dengan sangat jelas panggilan mengikut Kristus secara benar, panggilan tersebut berbunyi :
Roma 8:29-30
29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Pada akhirnya Paulus hendak mengajak umat agar membawa peragaan hidupnya harus menjadi serupa seperti Kristus hidup sebab orang-orang yang demikianlah yang benar-benar terhitung sebagai orang-orang yang mau hidup dalam keselamatan Tuhan Yesus Kristus, inilah orang-orang yang hidupnya mau bertekun melakukan kehendak Bapa sehingga ia dibenarkan dan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus.

Seorang Kristen haruslah benar-benar menjadi anak-anak Allah (bukan hanya menjadi orang yang beragama Kristen).
Menjadi anak-anak Allah bukan sesuatu yang sederhana. Orang yang merasa telah “percaya” kepada Yesus belum berarti sungguh-sungguh berkeadaan sebagai anak Allah. Oleh sebab itu kita harus memahami apa yang dimaksud dengan “percaya” itu.
Percaya yang bagaimana yang dapat menyelamatkan?
Sama seperti hanya oleh iman seseorang diselamatkan. Iman datang dari pendengaran oleh Firman Kristus (dalam teks Yunani diterjemahkan : rhematou Kristou).
Firman Kristus artinya Injil yaitu apa yang diajarkan Tuhan Yesus dan yang dilakukan-Nya. Orang yang mengerti Injil adalah orang yang mendalami apa yang diajarkan Tuhan Yesus dan meneladani sikap atau gaya hidupnya. Orang yang mengaku percaya atau memiliki iman yang benar pasti ditandai dengan gaya hidup seperti yang Tuhan Yesus peragakan.

Untuk memperagakan gaya hidup-Nya, seseorang membutuhkan proses “pertumbuhan atau pendewasaan”.
Pendewasaan hanya terselenggara kalau seseorang mendengar Firman yang keluar dari mulut Allah.
Keluar dari mulut Allah artinya Firman yang murni.
Firman yang murni pasti tidak menekankan pemenuhan kebutuhan jasmani tetapi menekankan keselamatan dan membawa seseorang menjadi berkodrat Ilahi.
Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan semula atau tujuan semula.
Rancangan atau tujuan Allah yang semula adalah menjadikan manusia memiliki kebenaran, kasih dan kekudusan seperti Diri-Nya atau bermoral segambar dan serupa seperti Diri-Nya. Hal ini telah diperagakan oleh Tuhan Yesus sebagai role model bagi kehidupan orang percaya.
Itulah sebabnya mengikut Tuhan Yesus berarti mengikuti jejak-Nya. Untuk bisa mengikuti jejak-Nya seseorang harus mendalami Injil dan meneladani gaya hidup-Nya. Untuk ini membutuhkan “proses pelipatgandaan”.

Pelipatgandaan harus dipahami secara rohani bukan secara duniawi, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Kebenaran artinya perilaku seperti Sang Kebenaran yaitu Kristus, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus artinya suasana sukacita jiwa yang tidak ditopang oleh fasilitas dunia (materi).
Tuhan Yesus sendiri menyatakan, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Dalam Matius 16:26 Tuhan menasihati murid-murid : Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Untuk ini, fokus jemaat harus tertuju ke langit baru dan bumi yang baru dan bukan perkara-perkara di bumi yang bersifat fana atau sementara, “Sebab dimana ada hartamu di situ hatimu berada.”
Peragaan hidup orang benar pasti bukan berfokus pada hal-hal dunia materi, tetapi pasti pada hal rohani yang menyelamatkan.
Tuhan menghendaki setiap orang percaya memiliki pelipatgandaan secara rohani yang signifikan (Matius 13:23) sehingga dalam hidupnya selalu mendahulukan mencari Kerajaan Allah serta kebenarannya dengan demikian kita dapat mengerti arti keselamatan yang Tuhan berikan dimana kita menjadi peragaan hidup Tuhan Yesus dalam segala tindakan kita dan tidak lagi dalam percintaan dunia dan dosa.

Amin.

Sabtu, 28 Oktober 2017

CARA MENDAHULUKAN KERAJAAN ALLAH (bag-2)


Matius 6:31-34
31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Dalam konteks ayat ini Tuhan Yesus sedang berbicara mengenai kekhawatiran.
Tuhan mengajarkan agar orang percaya tidak boleh memiliki kekhawatiran negatif sehingga usaha memenuhi kebutuhan jasmani mengalahkan atau melampaui panggilan untuk mengumpulkan harta di surga, panggilan mempertajam pengertian mengenal kebenaran dan mengabdi kepada Tuhan (Matius 6:19-24).
Jika masalah hal makan dan minum lebih diutamakan, maka banyak orang mengabaikan panggilan yang penting yang memiliki dampak kekal tersebut sehingga mereka digolongkan sebagai orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal ini tidak boleh terjadi.
Berkenaan dengan hal ini kita perlu memeriksa Matius 6:32, di mana terdapat pernyataan yang harus dipahami dengan benar sebelum mengupas Matius 6:33.
Dalam Matius 6:32 Tuhan Yesus berkata: Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Apa yang dicari mereka? Kehidupan jasmani dan kelangsungannya yang sementara. Sedangkan orang percaya harus memfokuskan diri pada obyek lain, yaitu Kerajaan Surga yang kekal dimana Tuhan Yesus menghendaki di mana Ia ada kitapun berada bersama-sama dengan Dia.

Berkaitan tentang hal Kerajaan Allah, Paulus mengatakan bahwa " Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17).
Kerajaan Allah memiliki pengertian pemerintahan Allah hari ini melalui Roh Kudus, dan perwujudannya secara fisik nanti di langit baru dan bumi yang baru.
Kalau fokus hidup orang percaya pada kehidupan hari ini dan kelangsungannya, yaitu bagaimana menikmati dunia sama seperti orang pada umumnya menjadikan dunia ini sebagai fokus tujuan mencari kebahagiaan didalamnya, maka berarti mereka termasuk orang-orang yang akan digolongkan sebagai tidak mengenal Allah dan bukan anggota keluarga Kerajaan Allah.
Anggota keluarga Kerajaan Allah adalah orang-orang yang hatinya tidak tertaruh lagi kepada apa yang dunia katakan sebagai kebahagiaan dan keindahan hidup, tetapi berusaha hidup sesuai dengan pimpinan Roh Kudus dan fokus terhadap Kerajaan Tuhan Yesus yang akan datang dengan giat mengerahkan seluruh potensi hidup untuk kemuliaan Tuhan dan menyelamatkan jiwa-jiwa bagi kerajaan Tuhan Yesus.
Di sini letak perbedaan mencolok antara orang yang benar-benar disebut orang percaya dan yang tidak atau yang masih diwilayah abu-abu.
Dengan demikian mendahulukan Kerajaan Allah juga berarti bertekun hidup didalam kebenaran Allah, damai sejahtera dan sukacita oleh pimpinan Roh Kudus.
Ini berarti kita harus dalam kesadaran penuh mendahulukan kerajaaan Allah dengan hidup dipimpin oleh Roh Kudus.
Seseorang yang hidupnya dalam pimpinan Roh Kudus akan terlihat jelas dalam peragaan hidupnya yang dapat mematikan segala keinginan dagingnnya, seluruh keinginannya hanya mengingini apa yang Tuhan ingini dan tidak mengingini apa yang Tuhan tindak ingini.

Kata penting yang harus diperhatikan dalam Injil Matius 6:33 (Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu).
Carilah, kata ini dalam teks aslinya adalah "zeteite", dari akar kata "zeteo", yang berarti mencari, menyelidiki, memeriksa, mempertimbangkan, mencoba untuk mendapatkan, keinginan untuk memiliki, berjuang untuk sesuatu tujuan.
Kalau Tuhan berkata “carilah” artinya ada suatu perjuangan dengan keras untuk memperoleh sesuatu. Sesuatu itu adalah Kerajaan Allah dan kebenarannya.
Kebenaran dalam teks ini adalah dikaiosune (δικαιοσύνη) yang artinya adalah kebenaran yang bertalian dengan tingkah laku, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (Matius 5:20).
Berkenaan dengan hal ini Tuhan Yesus memang menghendaki agar orang percaya hidup secara luar biasa dalam peragaan kelakuan dihidupnya.
Hidup sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah adalah berkelakuan secara luar biasa hidup didalam kasih, kekudusan dan kebenaran Allah. Jadi kita harus berjuang untuk menghadirkan pemerintahan Allah dalam kehidupan pribadi. Dengan hal ini seseorang dipersiapkan menjadi warga Kerajaan Surga yang baik dengan kualitas kebaikan yang telah ditampilkan atau diperagakan oleh Tuhan Yesus selama hidup-Nya.

Orang-orang yang mendahulukan Kerajaan Allah adalah orang-orang yang jangkauan pandangnya menembus batas.
Seluruh talenta yang dimiliki, baik ia makan atau minum, bekerja, berbisnis, sekolah, kuliah, berumah tangga dan melakukan sesuatu yang lain semuanya ditujukan supaya ia semakin efektif menjadi alat kerajaan Allah dan kebenaran-Nya ditengah-tengah dunia yang fana ini.
Mereka melihat jauh kedepan dan memfokuskan hidupnya yaitu kepada kemuliaan dan kehidupan kekal yang akan diberikan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya.
Seluruh tujuan hidup tidak lagi tertuju mencari kebahagiaan dan keindahan dibumi ini, tetapi hanya tertuju pada Tuhan dan kemuliaan kekal hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus di Kerajaan-Nya yang bertahan kekal sampai selama-lamanya.

Roma 14:17-18
17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
18 Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

Amin.

Kamis, 26 Oktober 2017

MEMANDANG ANUGERAH SECARA BENAR


1 Yohanes 3:6-8
6 Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.
7 Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar;
8 barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.

Mereka yang masuk kerajaan Sorga atau diselamatkan adalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapa (Matius 7:21-23).
Tuhan Yesus sudah menjelaskan standar orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah orang melakukan kehendak Bapa.
Iblis tidak melarang seseorang menjadi anggota gereja yang rajin datang beribadah setiap minggu, menjadi pengurus atau pekerja gereja bahkan menjadi pendeta, tetapi ia akan berusaha menghambat dan menghancurkan orang-orang yang berusaha hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Yang paling menakutkan bagi iblis adalah orang percaya tanpa batas berusaha menggelar kehidupan yang kudus dan taat seperti Tuhan Yesus, hidup seperti Tuhan Yesus hidup.
Sebab hal inilah yang bisa mempercepat kedatangan Tuhan dan membinasakan perbuatan iblis (2 Petrus 3:11-12).
Inilah keselamatan itu yaitu dimana orang percaya bertindak sesuai dengan pimpinan Roh Allah (Roma 8:14).
Dengan kesediaan hidup dipimpin oleh Roh Allah setiap waktu dan terus membangun hati yang haus dan lapar menggali kebenaran Firman-Nya maka ia akan semakin mengerti akan kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan yang sempurna untuk dilakukan.

Bukan keselamatan jika kita tidak dengan segenap hidup melakukan kehendak Allah didalam seluruh wilayah hidup ini.
Dalam hal ini keselamatan bukan tanpa syarat.
Anugerah tidak meniadakan syarat untuk masuk Kerajaan Allah.
Anugerah bukan berarti semua dikerjakan oleh Tuhan dan manusia hanya diam seperti boneka yang tidak perlu meresponi karya keselamatan-Nya.
Inilah kesalahan banyak orang Kristen yang kalau berbicara mengenai anugerah asumsinya adalah semua serba cuma-cuma tanpa perlu mengerti kehendak Tuhan untuk dilakukan dengan tanpa batas.
Dalam hal ini kita harus kembali merumuskan pengertian anugerah secara benar.
Menempatkan anugerah pada tempat yang benar.
Kesalahan memahami anugerah berarti kegagalan menerima keselamatan yang sejati.

Anugerah justru menempatkan orang percaya pada pertaruhan yang mahal, sebab ia harus belajar melakukan kehendak Tuhan Yesus, hidup seperti Tuhan Yesus hidup.
Inilah yang dimaksud dengan percaya itu yaitu percaya yang dibuktikan dengan perbuatan yang taat melakukan kehendak Tuhan, bukan dengan kata-kata yang hanya bisa berkata "aku percaya Tuhan Yesus".
Alkitab sangat jelas mengatakan :
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (1 Yohanes 2:6).
Itu berarti setiap orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus harus memenuhi panggilan Tuhan untuk menggelar kehidupan yang penuh dengan kasih, taat, kudus tidak bercacat cela dan hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Berangkat dari sini kehidupannya baru bisa menjadi saksi Tuhan Yesus yang efektif ditengah kegelapan dunia ini.
Sebagai buahnya Alkitab jelas mengatakan “yang percaya kepada-Nya” beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).

Dalam Matius 7:21-23 mereka yang memanggil nama Yesus sebagai Tuhan harus melakukan kehendak Bapa, jika tidak maka ia belum bisa dikatakan sebagai orang percaya.
Percaya dalam teks Yunani adalah Pisteuo yang berarti menyerahkan diri kepada obyek yang dipercaya.
Kalau seseorang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus berarti ia harus mempercayakan seluruh hidupnya diatur oleh Tuhan dan harus mau menerima ajakan Tuhan Yesus untuk dibentuk menjadi anak-anak Allah yang layak bagi-Nya.

Tuhan Yesus telah memberikan teladan-Nya dalam segala hal dengan sempurna ketika Ia mengenakan tubuh manusia.
Walaupun Tuhan Yesus adalah Allah itu sendiri Ia telah berkenan memberikan teladan hidup dan menjadi yang sulung bagi kehidupan orang percaya bagaimana menggelarkan kehidupan sebagai anak Allah yang berkenan kepada Bapa.
Menjadi anak Allah berarti melakukan kehendak Bapa.
Tuhan Yesus tidak menerima orang yang mengaku percaya kepada-Nya tetapi tidak berkelakuan seperti diri-Nya.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa saudara-saudara-Nya adalah orang yang mendengar Firman Tuhan dan melakukan Firman itu atau menjadi pelaku Firman atau pelaku kehendak Allah (Lukas 8:21). Dengan demikian jelas sekali syaratnya untuk menjadi anggota keluarga Allah yaitu melakukan kehendak Allah tanpa batas.
Tanpa syarat ini dipenuhi seseorang tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Syarat ini bukanlah bernilai suatu jasa, tetapi bernilai sebagai “respon” terhadap anugerah Allah yang tidak terkatakan.

Kesalahan memahami anugerah berarti kegagalan menerima keselamatan yang sejati.

1 Yohanes 1:6-7
6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.

Amin.

Rabu, 25 Oktober 2017

APA ITU KEINGINAN DAGING ?


Roma 8:5-8
5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

Penting sekali untuk memahami apa yang dimaksud dengan keinginan daging.
Sebab dengan memahami apa yang dimaksud dengan keinginan daging maka kita dapat mengerti lebih tajam apa yang dimaksud hidup menurut roh. Sehingga dengan demikian pemahaman kita mengenai hukum roh kehidupan menjadi lebih lengkap.
Kata keinginan dalam teks aslinya adalah phroneo (φρονέω) yang artinya adalah way of thinking (cara berpikir) atau mindset (pola berpikir). Pada dasarnya phroneo adalah cara menerima sesuatu, memroses, menganalisa dan mempertimbangkan sesuatu tersebut untuk kemudian membuat keputusan.
Keinginan daging sebenarnya tidak hanya menunjuk kepada suatu gairah, hasrat dan keinginan, tetapi kepada cara bertindak yang berasal dari dorongan kebutuhan daging, kebutuhan jasmani atau hawa nafsunya.
Tentu hal ini berdasarkan pertimbangan yang bukan dari Allah. Sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak seseorang sudah membangun cara dan pola berpikir yang demikian.
Semua manusia telah membangun dirinya dengan keinginan daging. Hal inilah yang membuat manusia hidup menurut daging artinya dalam memilih, mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan cara berpikir daging. Dengan demikian mereka hidup dalam kodrat dosa, artinya selalu meleset dari kehendak Allah yang sempurna. Tindakan-tindakannya tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Hidup menurut daging pada dasarnya adalah hidup dengan cara berpikir yang tidak sesuai dengan cara berpikir roh.

Orang yang hidup menurut daging berarti tidak hidup dalam pimpinan Roh Kudus, dengan demikian ia tidak dapat disebut sebagai anak Allah (Roma 8:14). Ini bukan berarti orang tersebut pasti menjadi jahat atau berkarakter seperti hewan. Manusia masih bisa berbuat baik sesuai dengan norma yang diajarkan oleh keluarga, sekolah, pergaulan dan lingkungannya. Tetapi cara berpikir manusia tidak bisa sinkron dengan cara berpikir Allah. Dalam hal ini, manusia tidak bisa mencapai kesucian Allah, artinya tidak mampu bertindak selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Cara dan pola berpikir ini (cara berpikir daging) tidak dapat diubah secara mudah kalau sudah menetap lama dalam diri seseorang.
Bahkan pada titik level tertentu tidak bisa diperbaiki lagi.
Sebagai contoh ketika seseorang lebih memilih menghabiskan waktunya mencari hiburan layar kaca, jalan-jalan ke mall, mencari pemuasan jiwa yang berasal dari fasilitas dunia ini dari pada memilih mencari pengenalan akan Tuhan melalui pembacaan Alkitab, mendengarkan CD Khotbah dan lain sebagainya maka sebenarnya ia sedang dikuasai oleh keinginan atau cara berpikir daging yang menuntut untuk selalu dipuaskan.
Bisa dipahami, jika seseorang ada dalam keinginan daging maka segala sesuatu yang dilakukan bertentangan dengan pikiran dan perasaan Roh Kudus sehingga Roh Kudus didukakan. Walaupun tindakan atau perilaku seseorang baik dan tidak melanggar norma umum di mata manusia, tetapi tidak mencapai standar kesucian yang Allah kehendaki.
Tuhan menghendaki setiap orang percaya berperilaku segambar seperti Kristus hidup dan mengikuti jejak-Nya (Roma 8:29 ; 1 Petrus 2:21), proses ini bisa terwujud jika seseorang terus mengisi pikirannya dengan kebenaran Injil yang Tuhan Yesus ajarkan dan hidup dipimpin oleh Roh Kudus dan mentaati-Nya.
Allah tidak berkenan kepada mereka yang hidup menurut daging. Dalam hal ini kita menemukan bahwa Allah yang berdaulat, secara mutlak menghendaki kesucian orang percaya seperti kesucian-Nya. Itulah sebabnya Allah berkata: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Petrus 1:16). Allah menghendaki agar orang percaya mengenakan kodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan-Nya.
Di zaman Perjanjian Lama, hidup dalam daging masih bisa diterima, yang penting mereka tidak melanggar hukum Taurat. Tetapi di zaman Perjanjian Baru, standarnya adalah sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.

Sebagai umat Perjanjian Baru, kita bersyukur sebab kepada kita Tuhan Yesus menganugerahkan kesempatan dan potensi untuk dapat memiliki kesempurnaan seperti Tuhan sendiri (Roma 8:29).
Hal ini tidak dapat diperoleh umat Perjanjian Lama, siapapun mereka. Tokoh-tokoh hebat dalam Perjanjian lama seperti Abraham, Musa, Daud dan lain sebagainya tidak memiliki anugerah seperti umat Perjanjian Baru.
Sehebat bagaimanapun mereka, tetap tidak akan dapat melebihi keunggulan umat Perjanjian Baru yang hidupnya diberi fasilitas keselamatan yaitu penebusan oleh darah Tuhan Yesus, diberikan Injil kebenaran kerajaan Allah, disertai Roh Kudus yang mengajar, memimpin dan menuntun kepada segala kebenaran yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus, dan melalui segala hal orang percaya digarap oleh Tuhan, dalam segala peristiwa dihidupnya Tuhan menyempurnakannya sehingga dapat menjadi anak-anak Allah yang mengenakan kodrat Ilahi.
Itulah sebabnya kepada umat Perjanjian Baru Tuhan Yesus memerintahkan agar mereka menjadi sempurna seperti Bapa di surga.
Umat Perjanjian Baru dapat memiliki kecerdasan atau cara berpikir seperti Tuhan sendiri, hal ini memang dikehendaki oleh Tuhan dan tentu bagi mereka yang mau mengasihi Tuhan, menghidupi kebenaran Injil dan hidup didalam pimpinan-Nya melalui Roh Kudus. Itulah sebabnya dalam Kekristenan tidak dibutuhkan syariat-syariat atau peraturan-peraturan agama pada umumnya, sebab dengan mengenal dan menghidupkan Injil yang diajarkan oleh Tuhan Yesus didalam hidupnya, hidup didalam kasih dan kesediaan hidup dipimpin oleh Roh Kudus dimana orang percaya selalu mengenakan pikiran dan perasaan Kristus maka kecerdasan roh atau spirit dari Roh Kudus membuat orang percaya dapat memahami kehendak Allah ; apa yang baik, berkenan kepada Allah dan yang sempurna untuk dilakukan sebagai irama hidup secara permanen.

Amin.

Senin, 23 Oktober 2017

MEMANDANG RENCANA BAPA


Matius 6:31-33
31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Kita sudah mendapat gambaran yang jelas bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan keadaan segambar dengan Allah.
Artinya manusia dapat berpikir, bertindak dan melakukan segala hal sesuai dengan isi hati Tuhan dan perasaan Tuhan. Dalam hal ini manusia mampu berkenan dihadapan Tuhan, walaupun tanpa diberi peraturan, hukum dan syariat.
Kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa melenyapkan kemampuan ini.
Oleh kematian Tuhan Yesus di kayu salib, Tuhan merebut kita dari tangan kuasa kegelapan.
Ia memberikan Injil-Nya dan Roh Kudus-Nya untuk menuntun, memuridkan dan mendewasakan, agar umat pilihan dapat dikembalikan kepada kemampuan semula itu.
Inilah maksud anugerah keselamatan itu diberikan, bagi umat yang mau menyambut anugerah-Nya dengan respon yang benar membawa hidupnya berpadanan dengan Injil Kristus, yang hidupnya mau dituntun oleh Roh Kudus maka mereka akan dikembalikan kepada rencana besar Bapa sehingga mereka kembali menjadi ciptaan yang baru yang mengerti kehendak Bapa, melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Bapa.
Oleh sebab itu jangan sia-siakan anugerah dan kesempatan ini. Jangan menjadi orang Kristen yang hanya mengenal liturgi gereja atau datang kebaktian, tetapi haruslah kita memandang rencana Bapa yang besar, yaitu mengembalikan manusia untuk segambar dengan Allah tersebut.
Bertumbuh dalam iman adalah proses pemulihan gambar Allah. Oleh sebab itu pikiran kita harus terus diisi oleh Firman Kristus setiap hari secara memadai, ini mutlak lebih penting dibandingkan segala sesuatu yang kita upayakan dalam hidup ini.
Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan “mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya”.
Untuk berfokus pada hal ini, pikiran kita tidak boleh dipenuhi keinginan-keinginan duniawi, kekhawatiran dan ketakutan terhadap hal-hal menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani. Bekerja keras memaksimalkan potensi tetap menjadi bagian yang harus kita kerjakan, tetapi dengan fokus hidup yang benar melakukan segala seauatu demi untuk kemuliaan Allah, kita tidak akan khawatir, sebab Bapa tahu dan mengerti apa yang kita butuhkan didalam hidup ini.

Semua yang kita lakukan dalam hidup ini haruslah menjadi sarana agar kita bisa memenuhi rencana besar Bapa; menjadi manusia yang memiliki moral berpikir dan bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Bapa, memiliki manusia batiniah yang selalu seirama dengan moral kesucian Bapa.
Kesempatan untuk dikembalikan kepada rancangan Bapa semula adalah anugerah yang tiada tara. Anugerah ini tidak dapat terbeli dengan uang.
Hal yang dapat menghambat pertumbuhan iman kita untuk dapat masuk kedalam rencana besar Bapa adalah percintaan akan dunia, semangat zaman yang mengarahkan manusia menjadi materialisme, cinta uang, cinta harta dan lain sebagainya.
Kita harus waspada sebab iblis memakai hal tersebut untuk memberi selubung dan balok besar dimata kita agar kita tidak dapat lagi memandang rencana Bapa sebagai hal yang terpenting untuk di penuhi.
Anugerah Bapa agar kita dapat kembali menjadi ciptaan yang baru yang serupa dan segambar dengan diri-Nya tidak terbeli oleh waktu, sebab bila waktu berlalu, hilanglah kesempatan.
Inilah yang dimaksud oleh Rasul Paulus dengan pernyataandalam suratnya untuk jemaat di Efesus : "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan" (Efesus 5:15-17).
Oleh sebab itu, selagi masih ada kesempatan, manfaatkanlah waktu kita untuk menerima penggarapan dari Tuhan melalui Roh Kudus. Sampai suatu hari nanti kita didapati Tuhan memiliki kehidupan pribadi seperti yang diinginkan-Nya, dan Bapa bisa menyatakan bahwa kita adalah anak-anak yang berkenan kepada-Nya.

Bila kita memandang rencana Bapa, ketika kita mulai membuka mata pada setiap pagi hari, marilah kita tetapkan hati untuk berubah, yaitu bertumbuh menjadi pribadi yang mampu mengerti kehendak Tuhan, berpikir dan berperasaan seperti Kristus.
Ini tidak boleh dikalahkan oleh kesibukan dan segala masalah yang terjadi dalam kehidupan kita. Kita harus selalu berpikir bahwa kesempatan untuk berubah akan segera lenyap, dan kita akan kehilangannya untuk selamanya.
Dengan demikian kita tidak lagi menyia-nyiakan waktu yang ada untuk terus bertumbuh menjadi anak-anak Allah yang selalu dapat mengenakan pikiran, perasaan dan karakter Kristus, peka dan mengerti akan kehendak Bapa untuk kita penuhi sebagai pengabdian diri kita kepada Bapa kita di surga.

Amin. 

Minggu, 22 Oktober 2017

MEMULIAKAN TUHAN DENGAN TINDAKAN


Mazmur 86:11-13
11 Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu.
12 Aku hendak bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya;
13 sebab kasih setia-Mu besar atas aku, dan Engkau telah melepaskan nyawaku dari dunia orang mati yang paling bawah.

Jika setiap hari kita tidak memberikan nilai tinggi kepada Tuhan tetapi malah memberikan nilai tinggi kepada yang lain, namun kita berkata, “Terpujilah Tuhan,” sejatinya kita munafik.
Jika kita berani berkata “Aku memuliakan Engkau Tuhan,” perlu dipertanyakan, mana buktinya? Jika hanya bibir yang berkata bahwa kita memuliakan Tuhan tetapi tindakan kita tidak mencerminkan perkataan kita tersebut, itu omong kosong belaka.
Daud juga menulis Mazmur yang mengatakan bahwa ia memuliakan Allah, dan itu juga tidak sekadar perkataan di bibir saja, namun ia juga ingin membuktikannya.
Daud sadar dan tahu pasti bahwa ia memuliakan Tuhan dengan hidup menurut kebenaran-Nya; dengan itu Tuhanlah yang menjadi kesukaannya.
Banyak orang cakap memuliakan Tuhan dengan bibirnya di gereja, tetapi tidak memuliakan Tuhan dalam peragaan konkret melalui tindakan setiap hari. Mari kita belajar memuliakan Tuhan dengan tindakan kita yang rela melakukan apapun demi kesukaan hati Allah.

Adapun ciri-ciri orang yang memuliakan Tuhan :

Pertama, seseorang yang memuliakan Tuhan, akan mencari Dia dengan segenap hati (Mazmur 119:2). Ia memberikan waktunya setiap hari untuk bergaul dengan Tuhan dalam doa dan membaca Firman-Nya.
Paulus menyatakan bahwa pengenalan akan Kristus lebih mulia dari semuanya (Filipi 3:7–8),
Seorang pemuda yang jatuh cinta kepada seorang gadis akan menganggap gadis tersebut lebih bernilai dari semua manusia yang ia temui bahkan lebih bernilai dari orang tuanya sendiri. Ia akan merindukannya dan ingin senantiasa bersama-sama dengannya. Ia suka membaca suratnya dan bercakap-cakap denganya.
Demikian pula kita dengan Tuhan.
Orang yang memuliakan Tuhan harus bersedia meninggalkan kegiatan yang tidak berdaya guna membangun manusia batiniahnya, ia mulai mengasingkan diri bersama Tuhan demi untuk bersekutu dan mengenal kehendak-Nya, ia rela meninggalkan meja bilyar, papan catur, atau game komputernya serta hobi-hobi lainnya untuk menyendiri bersama dengan Tuhan.
Ia suka bercakap-cakap dalam doa dengan Tuhan, mendengar Firman-Nya dan menyembah Tuhan. Ia sudah pasti rajin pergi kebaktian ke gereja demi mengenal Pribadi-Nya, Firman-Nya tanpa perlu didorong seperti Kristen gerobak.

Kedua, Orang memuliakan Tuhan adalah orang menghargai Firman Tuhan dan memperagakannya sebagai kodrat hidup secara permanen (Mazmur 119:12–16).
Omong kosong seseorang mengatakan memuliakan Tuhan, kalau ia tidak menghargai Firman-Nya, ucapan-Nya, perintah-perintah-Nya.
Kalau kita menghargai Tuhan kita juga menghargai Firman-Nya. Kalau kita menjunjung tinggi dan menghormati Tuhan, kita tentu juga menjunjung tinggi perintah-Nya dengan melakukan Firman Tuhan sebagai kesukaan dan natur hidup yang permanen.
Zakheus ketika bertemu dengan Tuhan Yesus dan mendengarkan Firman-Nya, ia meresponi Tuhan dan Firman-Nya dengan menyerahkan hartanya bagi kepentingan sesama dan penyelesaian masalah dosanya dengan segera tanpa menundanya (Lukas 19:1–10).
Dengan kata lain, orang yang memberi nilai tinggi Tuhan dan memperlakukan Tuhan lebih tinggi dari segala perkara pasti menjunjung tinggi Firman Tuhan, kebenaran dan kekudusan sebagai kodrat hidup yang harus selalu terperagakan di dalam hidupnya demi dapat melayani Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.

Dengan demikian orang yang memuliakan Tuhan adalah orang memiliki jiwa yang haus mencari Tuhan, mengenal Pribadi-Nya dengan segenap hatinya dan menghargai Firman Tuhan dalam peragaan hidup melakukan Firman Tuhan, menjunjung tinggi nilai kebenaran dan kekudusan sebagai gaya hidupnya secara permanen.
Amin.

Sabtu, 21 Oktober 2017

MENJADI UTUSAN TUHAN


Yohanes 20:21
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."

Allah menulis Dekalog yang dikenal dengan Kesepuluh Firman diatas loh batu (Keluaran 24:12; 31:18; 34:1-4).
Apa maksudnya?
Sebenarnya Tuhan dapat saja menulis diatas papyrus (sejenis kertas pada jaman dulu) atau menggunakan sarana lain.
Di sini Tuhan hendak menunjukkan kasih-Nya kepada manusia.
Dekalog atau Kesepuluh Firman diberikan kepada manusia sebagai wujud kasih-Nya.
Untuk itu hendaknya orang percaya tidak memandang keliru maksud Tuhan memberi hukum-Nya.
Di dalam Dekalog itulah Tuhan menyatakan hakekat-Nya, yaitu watak atau karakter Tuhan.
Ini harus benar-benar dimengerti.
Hukum diberikan Tuhan bagi umat bukan untuk membebani tetapi merupakan rambu-rambu yang menggiring umat kepada hidup keberkatan.
Jadi, kalau Allah menulis surat-Nya dengan jari-Nya sendiri itu untuk menunjukkan kasih Allah yang luar biasa. Ketika seseorang mengirim surat kepada seseorang yang dikasihinya pasti ditulis sendiri dengan tangan sendiri.
Seperti Paulus menulis surat dengan tangannya sendiri untuk menunjukkan cinta kasihnya kepada jemaat Tuhan (1Korintus 16:21; Galatia 6:11; Kolose 4:18; 2Tesalonika 3:17).

Hari ini Tuhan masih menulis surat dengan tangan-Nya sendiri.
Surat itu tidak ditulis di atas kertas, dan juga bukan di atas batu.
Tetapi Ia menulis surat-Nya di atas loh daging manusia yaitu didalam hati manusia (2Korintus 3:1-3).
Itulah sebabnya Tuhan memberikan dan menuliskan Firman-Nya di dalam hati orang percaya.
Tuhan membimbing orang percaya kepada segala kebenaran, agar mereka dapat menjadi surat yang Tuhan tulis kepada dunia.
Kehadiran orang percaya di tengah-tengah masyarakat adalah kehadiran kasih Tuhan, pertolongan Tuhan, firman Tuhan dan penampilan Tuhan sendiri.
Olehnya orang percaya tidak boleh lagi hidup suka-suka sendiri dan menggelar perilaku hidup yang sembarangan sebab selama ia hidup ia membawa reputasi Allah dalam setiap langkahnya.
Itu sebabnya orang percaya harus bertekun belajar Injil setiap hari agar selaras dengan pikiran, perasaan dan kehendak Tuhan dan memberi diri dipimpin oleh Roh Allah untuk selalu hidup ada didalam penurutan kehendak-Nya.
Orang yang tidak memberikan waktunya untuk belajar Injil dengan serius dan bersekutu secara pribadi dengan Tuhan setiap hari tidak akan dapat menjadi saksi Tuhan yang efektif ditengah dunia yang semakin jahat ini.

Tuhan mengasihi dunia ini dengan mengutus orang percaya ke dalam dunia (Matius 10:16; Yohanes 20:21).
Jadi perlu disadari selalu bahwa selama hidup dibumi ini, orang percaya adalah utusan-utusan Tuhan Yesus, duta-duta besar Tuhan yang diutus ke tengah-tengah dunia ini.
Orang percaya hidupnya tidak bisa memuliakan Tuhan jika ia belum dapat menjadi utusan Tuhan.
Maksudnya dapat menjadi saksi Tuhan dalam keselarasan kata-kata dan perbuatan. Tentu perbuatan disini perbuatan yang mengenakan kebenaran Injil-Nya, tindakan yang selalu selaras dengan pikiran dan perasaan Kristus, hasil buah tindakan dari penurutannya terhadap pimpinan Roh Allah dan bukan lagi hidup dalam kehendak diri sesuka hatinya.
Inilah sebenarnya yang dimaksud menjadi saksi yang bisa menggiring seseorang mendapatkan kemerdekaannya didalam Kristus.
Bukan saja dapat bersaksi dengan kata-kata, tetapi menjadi saksi dalam perbuatan.
Ketika lagu pujian yang dinaikan kepada Tuhan pada saat di gereja maupun diwilayah lainnya haruslah dapat dibuktikan dan tercermin dalam tindakan nyata setiap hari yang sesuai dengan isi pujiannya kepada Tuhan.
Jika tidak demikian maka setiap lagu pujian tersebut hanyalah merupakan kamuflase belaka yang tidak berarti sama sekali dan tidak dapat dinikmati dihadapan Tuhan.

Hidup orang percaya adalah hidup yang memuliakan Tuhan Yesus dengan segenap hidupnya.
Hidup orang percaya adalah hidup yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus benar-benar hidup, Ia Juru Selamat, Tuhan yang baik, penuh kasih, kudus dan lain sebagainya.
Hidup orang percaya membawa reputasi Allah. Jadi hendaknya dengan kesadaran penuh hidup orang percaya harus menunjukkan kualitas hidup yang unggul sebagai anak-anak Tuhan sebab hidup orang percaya ditunjuk oleh Tuhan menjadi kota yang terletak diatas gunung dimana hidupnya dilihat oleh orang sekitarnya, ia harus menjadi teladan hidup yang berdampak dan dapat dicontoh bagi orang disekitarnya, menjadi yang setia menghidupi nilai-nilai jalan kebenaran yang Tuhan Yesus ajarkan, berangkat dari sini maka nama Tuhan Yesus dipermuliakan.

Panggilan kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang bersedia menjadi utusan Bapa yang menampilkan pribadi seperti Bapa kita Tuhan Yesus. Inilah kehidupan sejatinya anak-anak Tuhan yang sejati yaitu dipanggil dan diutus oleh Bapa menjadi saksi-Nya ditengah-tengah dunia ini.
Bersaksi bukan hanya dengan kata-kata, tetapi menjadi saksi dalam segala tindakan/perbuatan yang selalu menghidupi jalan kebenaran Injil yang Tuhan Yesus ajarkan.

Amin.

Kamis, 19 Oktober 2017

JALAN YANG LEBAR ATAU JALAN YANG SEMPIT ?


Matius 7:12-14
12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
13 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."

Tuhan Yesus mengatakan bahwa "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi"
Didalam ayat ini sebenarnya memuat pengajaran Tuhan agar orang percaya hidup didalam kasih yang tulus terhadap sesama.
Tuhan Yesus mengajarkan orang percaya harus mengambil posisi diri yang memberi dampak bagi dunia yaitu sebagai garam dan terang dunia.
Didalamnya orang percaya mengambil bagian untuk memberi, bukan lagi menjadi orang yang menerima (Kisah Para Rasul 20:35), menolong, bukan lagi ditolong (Lukas 10:30-36), melayani, bukan lagi untuk dilayani (Matius 20:28).
Dengan demikian kita bisa melaksanakan hukum kasih yang telah memuat semua perintah hukum Taurat dan kitab para nabi.

Tuhan Yesus didalam mengajaran-Nya juga mengatakan bahwa jalan menuju kehidupan adalah jalan yang sempit dan sedikit orang yang bisa mendapatinya.
Ada 2 jalan yang tersedia bagi manusia.
Jalan bagi pengikut Kristus adalah sempit: terbatas dan tidak bebas, karena merupakan jalan yang penuh dengan tantangan dan penderitaan (Filipi 1:29 ; 2 Timotius 3:12).
Jalan sempit ini merupakan jalan kehidupan anak Tuhan yang tetap memilih hidup didalam kebenaran yang Injil ajarkan dan tidak lagi serupa dengan dunia ini.
Jalan yang sempit ini adalah jalan di mana umat Tuhan dipanggil untuk hidup mengikat kebebasan hidupnya hanya kepada Tuhan demi dapat dimiliki oleh Tuhan sepenuhnya, dipimpin oleh Roh-Nya untuk menjadi anak-anak Allah yang menuruti segala kehendak-Nya.
Orang yang tetap setia dan bertahan sampai akhir untuk terus berjuang dengan bertekun masuk ke jalan yang sempit ini, diujung hidupnya tersedia Mahkota Kehidupan Kekal yang dijanjikan oleh Tuhan (Yakobus 1:12).

Jalan lebar atau jalan yang luas adalah jalan yang membawa seseorang kepada kebinasaan kekal.
Untuk bisa memasuki jalan yang sempit, Tuhan mengatakan kita harus berjuang untuk bisa masuk ke dalamnya (Lukas 13:34), tanpa perjuangan kita tidak akan dapat masuk kedalamnya.
Perjuangan memilih jalan yang sempit adalah perjuangan melawan godaan memilih jalan yang lebar yang menawarkan keindahan kesenangan dunia melalui keinginan mata yang menggiurkan, perjuangan melawan manusia lama atau manusia daging yang senang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, perjuangan melawan keangkuhan hidup yang membuat kita menjadi tinggi hati dan sombong baik secara terang-terangan maupun secara terselubung.
Perjuangan ini membutuhkan ketekunan seumur hidup seseorang, dan tidak boleh berhenti sedikitpun apalagi menyerah karena orang yang berjuang saja Tuhan katakan hanya sedikit orang yang dapat memasukinya apalagi yang tidak ada didalam perjuangan membawa hidupnya menuruti kehendak Tuhan secara bertekun maka sudah dipastikan ia akan menuju jalan yang lebar, terdisqualifikasi dari jalan menuju kehidupan kekal yang sempit tersebut.
Fakta dunia ini menunjukkan bahwa manusia akan selalu diajak oleh kuasa kegelapan untuk memilih jalan yang banyak alternatif lain yang menuju jalan lebar, yang kelihatannya enak, indah, dan layak di kejar dan dimiliki sebagai kepuasan dan gaya hidup.

Ciri seseorang yang memilih jalan lebar ia adalah seorang yang tidak pernah peduli akan pertumbuhan rohaninya dihadapan Tuhan, ia tidak pernah mempersoalkan apakah dirinya dari waktu-waktu yang telah ia gulirkan setiap harinya mendapat perkenanan Tuhan atau tidak, ia tidak berjuang keras untuk mencari dan mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan secara bertekun.
Orang-orang Kristen yang menganggap kekristenan sebagai jalan yang mudah sering tidak sungguh-sungguh belajar kebenaran Tuhan sehingga tidak memiliki pertumbuhan rohani yang benar dihadapan Tuhan.
Mereka tidak punya kerinduan bertumbuh untuk mencapai tingkat rohani atau kesempurnaan karakter Kristus didalam dirinya demi menjadi mempelai Tuhan yang tak bernoda.
Ini dapat menimbulkan kepuasan rohani yang membuat mereka bersikap sombong atau angkuh; merasa bahwa mereka tidak perlu membenahi dirinya lagi.
Inilah kebutaan rohani, seperti yang dialami jemaat Laodikia (Wahyu 3:17). Seseorang yang sudah merasa puas atas hidup kerohaniannya, akan menjadi haus terhadap hal-hal duniawi, tenggelam didalam berbagai kesenangan-kesenangan yang ditawarkan oleh dunia ini.
Tetapi kalau seseorang haus dan lapar akan kebenaran, ia merasa puas atas hal-hal duniawi, dan tidak menjadikan dunia ini sebagai tempat untuk memburu harta kekayaan maupun kesenangan hidup dengan segala hawa nafsunya.
Orang-orang yang memilih masuk ke jalan yang lebar ialah mereka yang mau menikmati kenyamanan dunia dengan segala kesenangannya.
Mereka inilah kelompok orang yang dimaksud Tuhan Yesus sebagai orang-orang yang “mau menyelamatkan nyawanya, dan tidak mau kehilangan nyawanya” (Matius 10:39, 16:25; Markus 8:35; Lukas 9:24, 17:33; Yohanes 12:25).

Jalan menuju kehidupan adalah jalan yang sempit, sesak, dan sedikit orang yang masuk melaluinya. Ini jalan yang tidak disukai banyak orang, sebab jalan yang dituju ini adalah jalan yang penuh dengan perjuangan dan jalan yang sukar.
Tetapi inilah jalan kebenaran dalam Tuhan Yesus Kristus, yaitu jalan yang sukar dan sempit dimana tidak banyak orang tertarik untuk masuk ke dalamnya.
Penting sekali untuk kita ingat bahwa mengiring Tuhan Yesus berarti berjalan dalam pergumulan yang tidak pernah usai memikul salib, yaitu hidup dalam penyangkalan diri dan melayani Tuhan dengan tanpa batas melakukan segala kehendak-Nya.
Dalam Lukas 14:28–33 dipaparkan perumpamaan mengenai orang yang mau membangun sebuah menara dan raja yang mau maju berperang.
Sekali lagi kedua perumpamaan ini menegaskan bahwa mengiring Tuhan bukan hal yang murah dan gampang, melainkan sebaliknya, mahal harganya dan sulit.
Untuk menekankan betapa tidak mudahnya seseorang mengikut-Nya, Tuhan menegaskan agar kita menghitung dulu anggarannya.
Maksudnya adalah agar kita mempertimbangkan dengan serius keputusan untuk menjadi anak-anak Tuhan. Sebab jalan yang Tuhan tawarkan adalah jalan yang sempit dan sesak dan butuh perjuangan yang serius seumur hidup untuk setia bertekun memasukinya.

Kekristenan atau Injil harus diajarkan secara benar dan lengkap.
Kita dipanggil bukan saja untuk menjadi “orang beragama Kristen” yang hanya menikmati keselamatan jiwa atau mendapat jaminan masuk surga bila mati nanti, tetapi kita dipanggil untuk mengikut Tuhan Yesus sebagai murid-Nya, yaitu mengikuti seluruh jejak hidup yang telah diperagakan-Nya.
Setiap orang yang ingin mengikut Tuhan Yesus, harus membayar harga pengiringan untuk hidup dengan setia menuruti segala kehendak-Nya.
Keputusan kita untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus berarti kita memilih jalan yang sempit dan siap membayar harganya dan selalu berjuang tanpa batas melakukan segala kehendak-Nya, berjuang membenahi diri menjadi pribadi seperti yang diingini-Nya dan hidup didalam peragaan kasih dan kebenaran-Nya.

Lukas 13:23-24
23 Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"
24 Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.

Amin.

Selasa, 17 Oktober 2017

SYARAT UTAMA MENGIKUT TUHAN YESUS


Matius 16:24-27
24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Tuhan Yesus tegas mengatakan, menyangkal diri dan memikul salib merupakan syarat utama untuk mengikut-Nya, guna menerima keselamatan yang disediakan-Nya. Menyangkal diri dan memikul salib bukan paket tambahan, tetapi paket utama yang harus dikenakan oleh orang percaya.
Namun banyak orang tidak memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan menyangkal diri dan memikul salib itu. Jika paket utama sudah salah dimengerti, bagaimana mungkin kita mengikut Tuhan Yesus dengan benar?
Oleh sebab itu setiap orang Kristen harus mempersoalkan dengan serius, apa yang dimaksud menyangkal diri dan memikul salib itu, dan apakah kita sudah benar-benar melakukannya dengan ketaatan dan ketekunan yang tinggi.
Menyangkal diri dan memikul salib adalah sebuah “harga” yang harus dibayar untuk mengikut Tuhan Yesus dengan benar.
Kalau tidak berani membayar harganya, berarti tidak akan memperoleh keselamatan secara penuh; bahkan bisa-bisa tidak akan pernah mengerti dan memiliki keselamatan yang dikerjakan Tuhan Yesus di kayu salib.
Amin bahwa keselamatan itu adalah anugerah Allah dan bukan usaha manusia, tetapi jika kita mengesampingkan keharusan menyangkal diri dan memikul salib setiap hari, maka kita tidak akan pernah menjadi pengikut Tuhan Yesus yang sejati.
Kuasa kegelapan terus berusaha untuk menutup-nutupi dan menggelapkan pengertian yang benar mengenai hal ini, agar orang tidak pernah mengikut Tuhan Yesus dengan benar.

Selama ini menyangkal diri dimengerti sebagai sekadar usaha untuk menolak dosa, yang dipahami sebagai segala perbuatan yang melanggar hukum atau melanggar etika. Menyangkal diri model ini memang akan menghasilkan orang-orang baik dan santun di kalangan orang Kristen dan di masyarakat, tetapi mereka belum memenuhi syarat sebagai warga Kerajaan Sorga yang menyenangkan hati Tuhan.
Orang-orang seperti ini akan merasa puas dengan Kekristenan yang telah mereka capai, dan akhirnya mereka mengalami stagnasi dalam pertumbuhan iman.
Sejatinya iman kepada Tuhan adalah penurutan terhadap kehendak Allah, dan kehendak Allah tidak bisa dan tidak cukup diwakili oleh dengan hanya menjalankan hukum, peraturan atau nilai-nilai etika.
Kehendak Allah adalah segala hal yang diingini oleh Tuhan dalam pikiran dan perasaan-Nya.
Dengan memahami ini kita bisa mengerti bahwa menyangkal diri adalah kesediaan untuk melepaskan semua pola berpikir, filosofi dunia dan cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Pemahaman ini melampaui apa yang dimengerti sebagai melakukan hukum, peraturan atau memahami nilai-nilai etika serta kesantunan hidup.
Dengan menyangkal diri, kita memahami pikiran dan perasaan Tuhan serta hidup di dalamnya dengan sukacita dan kerelaan mengasihi Tuhan Yesus secara pantas dengan tanpa batas, bersedia berkorban apapun demi melakukan kehendak-Nya, taat kepada segala perintah-Nya.

Filosofi hidup yang diwariskan oleh dunia ini kepada kita pada umumnya adalah perjuangan untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan melalui bersekolah, berkarier, mencari nafkah, menikah, mempunyai anak, membesarkan anak, membesarkan cucu dan lain sebagainya.
Semua itu dilakukan untuk meraih apa yang disebut sebagai kebahagiaan dan keberhasilan atau paling tidak sebuah kelayakan atau kewajaran hidup manusia dunia pada umumnya.
Namun anak-anak Tuhan tidak dipanggil menjadikan hal tersebut sebagai kebahagiaan atau tujuan dihidupnya.
Anak-anak Tuhan dipanggil untuk mengabdi kepada Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai harta abadi, kebahagiaan yang sejati dan tujuan hidup satu-satunya yang dimana segala perintah dan kehendak-Nya merupakan prioritas yang harus diutamakan untuk dilakukan secara bertekun.
Kita harus melakukan apa pun juga hanya untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31). Jadi seorang anak Tuhan memang harus bersekolah, berkarier, menikah dan lain sebagainya, tetapi semua itu harus dilakukan bukan lagi untuk menjadi tujuan hidup ataupun dipandang sebagai kebanggaan dan keberhasilan kita secara pribadi, melainkan semuanya itu kita lakukan, karena kita melakukannya bagi kemuliaan Tuhan Yesus yang telah menebus kita dan membeli kita dengan darah-Nya, yang didalamnya memuat panggilan kepada orang percaya untuk memberikan dan mengerahkan seluruh potensi hidupnya untuk melakukan kehendak Tuhan dan memuliakan Dia lewat segenap irama hidupnya.
Jadi penyangkalan diri juga adalah sikap hidup dengan kesediaan berkata “tidak” kepada dosa, kepada semua filosofi dunia dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan berkata "ya" untuk taat kepada seluruh perintah dan kehendak Tuhan untuk dilakukan.

Selanjutnya seperti Tuhan Yesus yang mengambil jalan salib, maka semua pengikut-Nya pun harus mengikuti jejak-Nya.
Tuhan Yesus menjelaskan dan mengubah konsep para pengikut-Nya tentang panggilan hidup mereka, bahwa menjadi pengikut-Nya tidaklah mudah, karena harus siap memikul salibnya setiap hari yaitu mempersembahkan hidup seutuhnya bagi-Nya.
Salib adalah berbicara mengenai kesediaan dan kerelaan menyingkirkan segala keinginan yang tidak sesuai dengan selera-Nya, rela mengalami berbagai kesulitan, pergumulan, tantangan, dan ancaman karena Dia, dan mengarahkan langkah kita mengikuti jejak-Nya dengan kesetiaan dan ketekunan yang tinggi.
Tuhan Yesus memberikan alasan melalui suatu paradoks yang bernilai kekekalan. Bila seorang tidak bersedia melepaskan kesenangan hidup menikmati dunia, ia adalah orang-orang yang disebut orang yang tidak rela kehilangan nyawanya untuk Tuhan.
Orang seperti ini akan kehilangan kesempatan hidup selamanya dikekekalan.
Sebaliknya bila seorang rela kehilangan kesempatan menikmati kesenangan hidup yang dunia tawarkan hari-hari ini sebagai tujuan dan kebahagiaan hidup atau rela kehilangan nyawanya untuk Tuhan, maka ia akan memperoleh kehidupan yang mulia di dalam kekekalan dikerajaan-Nya (Matius 16:25-26).
Jadi, Jika kita merasa diri kita pengikut Kristus, mari kita menyangkal diri dan memikul salib setiap hari, membayar berapapun harganya untuk taat kepada segala perintah-Nya agar kita terus ditemukan oleh Tuhan setiap hari berkenan dan tak bercacat dihadapan-Nya.

Amin.

Senin, 16 Oktober 2017

HIDUP BAGI KEPENTINGAN KERAJAAN ALLAH


2 Timotius 2:3-4
3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Dalam suratnya, Paulus menasehati Timotius untuk menjadi prajurit yang baik yang berjuang hidup bagi kepentingan Kristus.
Prajurit artinya orang yang bertugas sebagai abdi suatu negara atau kerajaan untuk membela kepentingan suatu negara atau kerajaan dalam peperangan.
Orang percaya yang hidupnya memilih Tuhan, ia akan  di didik dan di dewasakan sampai pada taraf dapat dipercayai Tuhan menjadi prajurit-Nya.
Tentu saja menjadi prajurit Kristus merupakan panggilan yang harus diresponi oleh setiap umat pilihan, bagi yang tidak dengan segenap hati meresponnya maka ia bukan termasuk prajurit Kristus yang berkenan kepada komandannya.
Orang yang menjadi prajurit Kristus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah prajurit Tuhan dan berusaha untuk menemukan tempat untuk berjuang bagi kepentingan-Nya dengan pertaruhan yang tidak terbatas.
Ciri prajurit Kristus yang baik adalah setiap waktu selalu ada di dalam perjuangan melakukan kehendak Tuhan, hidup didalam rencana-Nya dan tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, serta berusaha untuk bisa berkenan kepada komandannya (2 Timotius 2:4).
Pertanyaan pertama yang kita ajukan kepada diri sendiri adalah perjuangan apakah yang sedang kita lakukan sekarang?
Apakah kita sedang berjuang dalam perjuangan untuk kepentingan Kerajaan Allah atau tidak?
Betapa terhormat dan membanggakan kalau kita mengerti dan dipercayai Bapa untuk mengabdikan diri kita berjuang demi kepentingan Kerajaan Bapa di Sorga.
Tetapi sayang sekali, sangat sedikit orang mau menerima panggilan terhormat ini.

Dalam Lukas 14:15-26 Tuhan mengemukakan perumpamaan tentang orang-orang yang suka berdalih dan banyak alasan, dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus hendak membongkar kepalsuan orang-orang yang merasa dirinya adalah umat Allah, tetapi sesungguhnya tidak memberi respons yang sepadan dengan keumatan yang sejati.
Umat pilihan yang diumpamakan sebagai para undangan yang seharusnya orang yang wajib pertama kali menghadiri undangan dari Tuhan ternyata memberikan respons yang mengecewakan terhadap Tuan Rumah yang telah mengundangnya, mereka berdalih dengan kesibukan dan segala keperluan kepentingan pribadinya.
Pada umumnya orang-orang yang suka berdalih seperti ini berjuang hanya untuk kepentingan kerajaannya sendiri.
Kalau adapun yang ia perjuangkan untuk kepentingan pekerjaan Tuhan atau Kerajaan Allah, mereka hanya memberikan dukungan ala kadarnya.
Orang-orang seperti ini bukanlah prajurit Kristus yang sejati tetapi penonton atau supporter yang berdiri di wilayah abu-abu.

Seharusnya semua orang percaya hanya hidup untuk kepentingan Kerajaan Allah (2 Korintus 5:15), sebab seseorang yang ditebus oleh darah Tuhan Yesus harus terlibat dalam perjuangan bagi kepentingan Kerajaan Allah.
Orang percaya yang memilih Tuhan dan berdiri dipihak-Nya pasti selalu sedang ada dalam perjuangan bagi kepentingan Kerajaan Allah.
Harus dicatat dalam hal ini bahwa tidak pernah ada “genjatan sejata” melawan kuasa kegelapan, sebab selama bumi berputar dimana iblis belum dihukum selalu ada peperangan melawan oknum ini.
Kalau seseorang tidak sedang berjuang untuk kepentingan Kerajaan Allah berarti ia sedang ada dalam posisi di luar jalur.
Tentu orang yang diluar jalur ini adalah orang-orang yang sama artinya berdiri dipihak oknum si jahat yaitu iblis.
Dalam kehidupan orang percaya tidak ada wilayah dimana kita tidak hidup untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Firman Tuhan berkata: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31).
Dalam ayat ini Paulus hendak mengajak orang Kristen di Korintus, untuk tidak hidup dalam perjuangan yang mementingkan diri sendiri, tetapi sebaliknya Paulus mengajak umat untuk berjuang dan memperdulikan kepentingan sesamanya yang semuanya itu dalam segala sesuatu dilakukan bagi kemuliaan Allah.

Pernyataan Paulus ini juga harus mendapatkan perhatian kita, orang-orang Kristen yang hidup diakhir zaman ini. Sebagai prajurit Kristus yang sejati kita harus mengorbankan kepentingan diri kita untuk kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya agar kita terus berkenan kepada Komandan Agung kita Tuhan Yesus Kristus.
Hidup seperti demikianlah yang Paulus inginkan dilakukan jemaat Tuhan di Korintus dan semua umat Kristen dimasa ini sehingga hidup kita sebagai prajurit Kristus dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Sebagai laskar-laskar Kristus yang sejati hendaknya kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri tetapi hidup untuk Kristus yang telah mati bagi kita, hanya untuk Dia lah kita mengabdikan hidup ini dengan tiada batas.

Roma 14:8 
Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Amin.

Sabtu, 14 Oktober 2017

TANDA HIDUP YANG DI KUASAI OLEH ROH KUDUS


1 Tesalonika 4:7-8
7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.

Mengejar kekudusan, kebenaran dan kesempurnaan cara hidup sebagai anak-anak Allah adalah ciri yang kuat seseorang sedang berjalan seiring dan dikuasai oleh Roh Kudus.
Ada satu kesalahan prinsip yang kerap disampaikan dari mimbar gereja, bahwa dalam menyerahkan kehendak kita sendiri untuk dikontrol Roh Kudus sepenuhnya, kita cukup menjadi pasif mutlak, sebab semua dikendalikan oleh Roh Kudus.
Tampaknya cukup “rohani”, tapi nyatanya Tuhan tidak bekerja dengan cara demikian. Tuhan sangat menghargai kehendak bebas yang telah dipercayakan-Nya kepada kita sejak penciptaan.
Iblis sangat ingin menguasai hidup kita melalui/menggunakan kebebasan kita memilih tanpa dikuasai oleh Roh Kudus. 
Penguasaan roh-roh jahat atas diri seseorang, biasanya akan dimulai dari tingkat yang paling kecil sehingga orang tidak sadar bahwa iblis sedang berusaha menguasai hidupnya sampai akhirnya seluruh kehidupan dikuasai olehnya. Seperti sarang laba-laba yang berkembang dari bentuk kecil, proses penguasaan Iblis meresap masuk terus ke dalam diri kita, jika kita tidak waspada dan tidak betul-betul menyerahkan diri kepada pemilikan Tuhan.

Kita harus mengerti benar apa yang dimaksud dengan penyerahan kepada Tuhan. Berserah kepada Tuhan bukan berarti menjadi pasif, tetapi sebaliknya menjadi aktif. Aktif mencari kehendak-Nya dan mengenal-Nya lebih dalam.
Untuk ini, mengerti isi Alkitab/Fiman Tuhan adalah hal yang mutlak. Sebab tidak akan mungkin bagi kita untuk mengerti kehendak-Nya, kalau kita tidak mengerti Kitab Suci.
Jarang sekali bahkan boleh dikatakan tidak ada orang yang tidak mengerti isi Alkitab, tetapi bisa mendengar suara Tuhan secara permanen atau terus-menerus. Jika ada yang demikian tentu ia adalah seorang pendusta. Tuhan tentu tidak akan mempercayakan pesan-Nya kepada orang yang tidak rindu menggali kebenaran Firman-Nya guna mengenal diri-Nya.
Perlu kita hayati dan mengkaji lebih mendalam apa yang disampaikan Hosea berkenaan dengan pengenalan akan Tuhan ini. Alkitab berkata bahwa umat-Nya binasa karena tidak mengenal Allah (Hosea 4:6). Dalam King James Version dikatakan “lack of knowledge” atau “kurang pengetahuan”, “kurang mengenal Tuhan”. Seseorang tidak akan peka mendengar suara Roh Kudus, jika ia tidak memahami isi Alkitab/Firman Tuhan secara memadai.

Roh Kudus tidak akan berbicara menggantikan Alkitab. Justru Roh Kudus mengingatkan atau memberitakan kepada masing-masing individu apa yang Tuhan katakan (Yohanes 14:26). Ia tidak akan sembrono dengan berbicara secara terus-menerus kepada orang yang tidak menghargai Alkitab/Firman Tuhan.
Justru di sini kita temukan, bahwa orang yang bisa dipercaya bahwa dirinya mendengar suara Tuhan adalah orang yang mengerti kebenaran Firman Tuhan yang tertulis didalam Alkitab.
Kalau seorang pembicara Firman tidak menyampaikan kebenaran Firman yang murni, bisa dipastikan suara Tuhan yang diakuinya sebagai murni dari Tuhan adalah kebohongan. Orang ini bisa disebut nabi palsu, yang tidak menggiring umat kepada kebenaran.
Biasanya isi Firman yang disampaikan nabi palsu adalah mengajarkan percaya Tuhan Yesus namun mentolerir umat boleh meminta apapun kepada Tuhan yang berkaitan dengan kesenangan pribadi yang berasal dari fasilitas dunia ini sebagai kebahagiaan hidupnya.
Contoh kecil, ketika seseorang melihat temannya memiliki gaya hidup yang senang mengoleksi barang-barang branded yang mahal dengan tanpa batas sebagai barang koleksi kesenangannya, hobinya dan kebahagiaannya, ia pun merasa boleh mempunyai keinginan/ambisi yang sama untuk memiliki kesenangan yang diumbar oleh temannya tsb, padahal Tuhan tentu tidak menghendaki orang percaya memiliki cara pandang hidup yang demikian.
Orang percaya tidak boleh serupa dengan orang dunia yang tidak mengenal Tuhan Yesus, orang dunia membolehkan segala sesuatu menjadi kesenangan dirinya sendiri tanpa perlu persetujuan atau bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu namun orang percaya memiliki sesuatu ketika ia diijinkan oleh Tuhan.
Inilah yang dimaksud oleh Paulus yang tertulis di Roma 12:2 "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna".
Inilah letak istimewanya orang percaya dimata Tuhan bahwa orang percaya isi hidupnya harus dibawa didalam ketaatan penuh kepada Tuhan dalam penguasaan oleh Tuhan melalui Roh Kudus untuk diarahkan hidupnya hanya demi kepentingan Tuhan dan bukan lagi ikutan ikutan seperti orang dunia yang tidak mengenal kebenaran dan boleh menikmati dunia dengan kehendak bebasnya yang diumbar sesuka hatinya.

Jadi bukti/tanda bahwa hidup kita sebagai orang yang hidup dikuasai oleh Roh Kudus adalah kita dengan aktifnya berusaha mengejar pengenalan akan Allah dengan hati yang haus dan lapar akan kebenaran-Nya, menggali dan terus berjuang untuk mengerti kehendak-Nya, memeliharanya dan mengenakan secara ketat dengan hati yang taat karena mengasihi Allah.
Respon orang percaya yang benar terhadap anugerah keselamatan yang diberikan oleh Tuhan adalah ketika ia selalu menyediakan seluruh hidupnya dikuasai penuh oleh pimpinan Allah melalui Roh Kudus.
Orang-orang seperti ini pasti dengan sungguh-sungguh memelihara Firman Tuhan didalam hati dan pikirannya, ia merasakan, menghayati dan memberikan penghormatan secara penuh kehadiran Tuhan melalui Roh Kudus setiap saat yang hadir untuk memimpinnya, hal ini akan membentuknya menjadi pribadi yang senantiasa menjaga kekudusan dan kemurnian sikap hati, ucapan dan perbuatannya setiap waktu dengan sikap takut dan gentar terhadap Tuhan dengan tanpa batas disepanjang waktu.
Pertanyaan yang harus kita jawab hari ini,
Sudahkah tanda ini ada didalam diri kita saat ini ?

Segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu dalam kebersamaan dengan Tuhan melalui pimpinan Roh Kudus.
Dengan demikian kita baru layak disebut sebagai anak-anak Allah.

Roma 8:12-14
12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
Amin.

Kamis, 12 Oktober 2017

MENGHIDUPI KARAKTER KRISTUS SETIAP HARI


1 Yohanes 2:6 
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. 

Kita harus menyadari bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan untuk mengubah karakter kita sehingga searah dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Bila kita tidak mengerti kebenaran ini, kita akan gagal menjadi tempat Roh Kudus diam, sebab kita akan mendukakan Roh Kudus terus-menerus, dan akhirnya memadamkannya (Efesus 4:30, 1Tesalonika 5:19).
Jika demikian maka Itu berarti kita memberi kesempatan atau pangkalan kepada iblis untuk menjadi budaknya kembali (Efesus 4:27).
Kehidupan seorang Kristen akan tampak seiring berjalannya waktu apakah ia bisa menumbuhkan karakter Kristus didalam hidupnya atau gagal memenuhi panggilan ini yang merupakan kehendak Tuhan.
Apabila kehidupan rohaninya tidak bertumbuh sebagaimana mestinya, yang seharusnya setiap saat menghidupi karakter Kristus didalam hidupnya maka sebenarnya ia sedang menolak menerima keselamatan yang Tuhan Yesus sudah anugrahkan.
Sebab orang yang mau menerima anugrah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus harus hidup sama seperti DIA hidup, artinya seseorang harus menghidupi ajaran kebenaran yang telah Tuhan Yesus ajarkan yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna setiap hari, hidup kudus seperti DIA kudus.

Kalau harus jujur, kita mengakui bahwa dalam keadaan-keadaan tertentu terkadang masih bisa meleset dari kehendak Allah, perjuangan kita adalah mematikan karakter-karakter yang tidak seiring dengan pikiran dan perasaan Kristus antara lain seperti : dusta, materialisme, kesombongan, kebencian, gila hormat, dendam, fitnah, permusuhan, pertikaian, dan lain sebagainya.
Langkah mematikan manusia lama atau manusia daging ini harus dilakukan setiap hari dan memang usaha ini membutuhkan waktu yang tidak konstan untuk bisa melumpuhkannya secara total, namun dengan melakukan pembaharuan pikiran yang diubahkan terus menerus oleh kebenaran Injil Kristus setiap hari maka Roh Kudus akan menggarapnya dan mengarahkannya untuk mengerti dan melakukan kehendak Tuhan.

Apabila kita sungguh-sungguh mau menyerahkan hati kita kepada Tuhan, berarti kita memberi diri untuk diubahkan terus menerus lewat kebenaran Firman dan pimpinan Roh Kudus.
Hidup sebagai umat pilihan berarti hidup yang bersedia membayar harga untuk mengubah watak, karakter dan kepribadian kita untuk semakin menjadi seperti yang Tuhan Yesus kehendaki yaitu semakin serupa dengan gambaran-Nya.

Roma 8:29 
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Amin.

Rabu, 11 Oktober 2017

KESIAPAN MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN YESUS


Kisah Para Rasul 1:10-11
10 Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
11 dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." 

Pernyatakan 2 malaikat Tuhan Yesus yang melayani-Nya di sorga, sudah memperingatkan kepada kita seluruh umat Tuhan bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali dengan cara yang sama yaitu diatas awan awan permai menjemput orang orang kudus-Nya yang didapatinya orang orang yang taat melakukan kehendak Bapa disorga.
Kita harus mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan ini menyangkut kehidupan pribadi kita agar kita diperkenan bertemu dengan Tuhan di awan-awan permai. Ini berarti kita harus selalu mengutamakan perkara-perkara diatas dimana Kristus ada, atau yang memiliki nilai kekal. Hal ini dapat dilakukan dengan kesetiaan terus-menerus belajar mengenal Allah dan kebenaran-Nya serta melakukan kehendak-Nya.

Perjalanan hidup kita hari ini adalah perjalanan persiapan menyambut kedatangan Tuhan yang pasti akan menyatakan diri di awan-awan permai. Dengan persiapan yang baik, kita akan dibawa Tuhan ke tempat di mana Tuhan Yesus berada bersama dengan para malaikat-malaikat kudus serta orang-orang saleh yang telah mendahului kita pulang ke rumah Bapa. Dengan demikian jelaslah bahwa perjalanan anak anak Tuhan adalah pergumulan persiapan menyambut kedatangan Tuhan kedua kali nanti dan bukan sibuk dengan pencapaian-pencapaian duniawi dan tenggelam didalamnya.
Seluruh potensi hidup kita harus diarahkan sepenuhnya kepada persiapan yaitu menyambut kedatangan Tuhan.
Ini artinya ketika seseorang sekolah, kuliah, bekerja, berumah tangga dan lain sebagainya semua itu adalah untuk diarahkan bagi kemuliaan Tuhan Yesus, yang dimana seluruh pencapaian hidupnya adalah sarana untuk supaya ia lebih efektif melayani pekerjaan Tuhan dibumi ini dan terus berjuang dengan tanpa batas mencari perkenanan hidup dihadapan Tuhan.

Fakta yang kita saksikan hari ini, tidak banyak orang Kristen yang menyelenggarakan hidup guna persiapan menyambut kedatangan Tuhan.
Orang Kristen yang tidak mengarahkan fokus hidup untuk menyambut kedatangan Tuhan adalah orang-orang Kristen yang tidak dewasa dan tidak berjaga-jaga.
Sebab kalau seseorang memiliki kedewasaan rohani dan sikap hidup yang berjaga-jaga maka seluruh hidupnya hanya diarahkan untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan yang terus berlanjut untuk menyambut hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Menyambut kedatangan Tuhan adalah hal-hal atau perkara-perkara sorgawi.
Banyak pembicara mengajarkan pengajaran yang disesuaikan dengan “semangat zaman”.
Semangat zaman maksudnya adalah gairah hidup yang sekarang ini menguasai manusia pada umumnya.
Apa yang menguasai manusia pada umumnya? Tentu perkara makan minum, kawin mengawinkan (Lukas 17:26-30). Inilah yang menjadi tujuan hidup manusia pada umumnya .
Mereka mengajarkan Alkitab, tetapi tidak mengangkat hal-hal yang prinsip dan utama dalam hidup ini, yaitu persiapan menyambut kedatangan Tuhan dengan benar.
Inilah zaman di mana orang mengumpulkan guru-guru palsu yang menyenangkan telinga mereka,
2 Timotius 4:3 "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya."
Oleh sebab itu kita harus selektif akan apa yang kita dengar.

Orang percaya yang memiliki langkah menyambut kedatangan Tuhan dengan benar maka ciri yang muncul didalam hidupnya adalah :

Pertama, ia selalu menyadari dan menghayati kehadiran Tuhan dalam dunia ini yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak yang harus dituruti setiap saat oleh orang percaya dengan taat dan setia, membawa seluruh hidupnya diarahkan hanya untuk menggenapi segala rencana-Nya.
Dunia sekitar kita semakin ateis, semakin fasik dan tidak memperdulikan Allah. Makin jarang orang yang menghayati kehadiran Tuhan dan memperdulikan akan kehendak-Nya untuk dilakukan didalam hidupnya.
Olehnya sebagai orang percaya kita dipanggil untuk terus tekun menghayati kehadiran-Nya, memperdulikan apa yang menjadi keinginan Tuhan untuk kita lakukan dengan setia, sebab Ia adalah Allah yang hidup yang memiliki kehendak, mata-Nya selalu tertuju kepada setiap manusia, oleh sebab itu kita harus selalu hidup didalam kekudusan-Nya dengan tidak bercacat cela setia melakukan kehendak-Nya secara bertekun.

Kedua, bisa dipercaya oleh Tuhan dalam segala hal, agar Tuhan berkenan melibatkan kita dalam rencana-rencana agung-Nya.
Seperti yang telah disinggung di atas, kita harus hidup benar, berkenan kepada Tuhan dan bertumbuh dewasa, jujur, mengasihi satu dengan yang lain, dan terus berjalan didalam kebenaran-Nya.
Hanya kalau kita membersihkan diri dari apa yang najis, maka kita akan menjadi perkakas Tuhan untuk pekerjaan yang mulia yang dapat menjadi saksi-Nya ditengah-tengah dunia ini (2Timotius 2:19-22).

Ketiga, selalu hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, memiliki sikap haus dan lapar mengenal Pribadi-Nya dan kebenaran-Nya serta selalu mempertanyakan kehendak-Nya dalam hidup kita setiap hari untuk kita peragakan didalam hidup.
Setiap kita harus percaya bahwa kita memiliki tempat dalam rencana Allah yang agung dan mulia. Kita pasti memiliki bagian dalam Kerajaan Allah.
Menjadi kehendak Tuhan agar kita lebih mengenal Pribadi-Nya, kebenaran-Nya dan kehendak-Nya bahkan terus terlibat dalam pekerjaan atau rencana-Nya.
Segala sesuatu yang kita rencanakan atau inginkan tidak boleh terlepas atau terpisah dari rencana agung-Nya, yaitu melebarkan Kerajaan-Nya di atas muka bumi ini (Matius 28:19-20).

Firman Tuhan didalam 2 Timotius 4:5 berkata : "Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!"
Selama kita menantikan kedatangan Tuhan Yesus kita harus bisa menguasai keinginan daging kita yaitu dengan memiliki pengendalian diri dalam segala hal, dikuasai Roh Kudus setiap saat, sabar dalam memikul salib, dan terus setia melakukan kehendak Bapa, menunaikan tugas pelayanan kita kepada-Nya dengan memenangkan jiwa bagi kemualian nama-Nya.

Harus dimengerti bahwa waktu untuk Tuhan menggarap manusia yang ada didunia ini ada batasnya yaitu pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali, ingatlah segala sesuatu ada masanya.
Sisi lain yang harus kita sadari bahwa waktu hidup kita juga terbatas dan ada masanya.
Betapa bahagianya hidup seseorang yang benar-benar ditujukan kepada Tuhan, sebab hanya dengan berbuat demikian ia mengisi hidup ini secara benar. Dengan demikianlah seseorang memiliki arah hidup yang jelas. Memiliki fokus hidup yang benar atau orientasi hidup yang benar.

Matius 24:46
Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

Amin