Rabu, 31 Mei 2017

KETAATAN YANG DIKEHENDAKI TUHAN


Amsal 13:13 
Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.

Menjadi seorang yang taat kepada Firman Tuhan adalah ciri dari anak-anak Allah yang mengasihi Tuhan.
Tuhan Yesus adalah role model teladan kehidupan orang percaya dalam hal ketaatan yang benar.
Dalam ketaatan yang dilakukan Tuhan Yesus, nampaklah ketaatan yang sangat tinggi mutunya, sebab dilakukan tanpa pamrih.
Tanpa pamrih di sini maksudnya melakukan sesuatu tanpa niat tersembunyi maupun terang-terangan untuk memperoleh imbalan balik, baik berupa barang maupun sekadar ucapan terima kasih.
Sesungguhnya pelayan Tuhan yang sejati mempunyai ketaatan mengenakan kodrat Ilahi tanpa pamrih, mentaati Firman Tuhan dan memenuhi rencana-Nya sebagai kesukaan dan kebahagiaan dihidupnya.
Ketaatan tanpa pamrih tersebut telah ditunjukkan oleh Tuhan Yesus Kristus, inilah kodrat Ilahi yang harus dikenakan dalam hidup orang percaya (Filipi 2:5-7).
Ketaatan yang benar sebagai orang percaya yang taat kepada Firman Tuhan adalah ketaatan yang tidak berasal dari sikap oportunis, konformisme dan hipokrisi.

OPORTUNIS berarti ketaatan yang berlatar belakang motif keuntungan. Ketaatan yang dilakukan agar hidupnya diberkati Tuhan, dilindungi dari malapetaka. Ketaatan seperti ini adalah ketaatan yang nilainya sangat rendah.
Ia tidak menempatkan diri sebagai hamba di hadapan Majikan Agung, tetapi sebagai “pedagang” yang hendak mengeruk keuntungan bagi kesenangan pribadi.
Sesungguhnya ketaatan yang sejati tidak menuntut apapun dari Tuhan, sebab kita adalah orang yang berhutang keselamatan kepada Allah yang telah menebus kita dari kebinasaan kekal.
Kita adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan untuk hidup menurut roh dan bukan menurut daging (Roma 8:12-14), taat kepada pimpinan Roh Kudus adalah hal yang mutlak dan harus tergelar didalam hidup kita sebagai anak-anak Allah.
Orang percaya tidak boleh meragukan pemeliharaan Tuhan yang dashyat mendandani kehidupan umat yang berlindung dan menaruh pengharapan sepenuhnya kepada-Nya.
Sebagai umat yang dewasa, yang harus selalu digumulkan setiap hari adalah agar Roh Tuhan memampukan setiap kita dapat selalu taat kepada pimpinan-Nya dalam segala hal.
Ketaatan secara absolut kepada Tuhan adalah nilai hidup yang kehendaki oleh Tuhan untuk menjadi kodrat yang harus terperagakan bagi orang yang menjadi umat pilihan Allah.
KONFORMISME adalah ketaatan yang tidak teguh, tidak tangguh dan tidak kuat.
Sebab di dalam ketaatan konformisme, masih terbuka peluang untuk menyesuaikan diri dengan keadaan atau situasi.
Jika lingkungannya salah maka ia akan terpengaruh mengikuti cara hidup yang diserap dari lingkungannya tersebut.
Hal ini menciptakan etika situasi yang sangat kasuistik/situasional.
Konformisme akan melahirkan orang-orang yang tidak memiliki integritas sebagai anak-anak Allah yang dengan militan melakukan kehendak-Nya dan tidak memiliki ketaatan mutlak kepada Firman Allah.
Dalam ketaatan yang bersifat konformisme terdapat unsur permisif/memperbolehkan dosa-dosa yang dianggap kecil diperagakan didalam hidupnya.
Kalau merasa tidak sanggup atau kurang mampu mengatasi masalah dihidupnya, maka mereka masih membuka peluang untuk berkompromi dengan dosa demi dapat mengatasi masalahnya dan mendapat jalan keluar.
HIPOKRISI adalah ketaatan legalistik, artinya menaati hukum Tuhan hanya berdasarkan bunyinya. Melakukan hanya berdasarkan bunyinya. Menaati secara hurufiah dan mengabaikan inti dari hukum atau peraturan tersebut. Sudah barang tentu ketaatan seperti ini adalah ketaatan yang hanya membenahi atau membereskan bagian “luar” saja (manusia lahiriah) seperti yang telah dilakukan oleh tua-tua Israel, ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi pada zamannya, tetapi tidak memperhatikan/membenahi apa yang ada di dalam yaitu manusia batiniah yang harus diubah dan terus harus diperbaharui oleh Roh dan Firman Allah.
Sesungguhnya ketaatan yang Tuhan kehendaki adalah ketaatan dari dalam yaitu memperbaharui manusia batiniah dari hari ke sehari (2 Korintus 4:16), ini artinya seseorang dapat melakukan kehendak Tuhan, bukan karena faktor tekanan dari luar (baik dalam bentuk berkat positif maupun ancaman yang menakutkan), tetapi dari hati yang mengasihi Tuhan.

Selanjutnya ketaatan seseorang kepada Tuhan harus didasarkan pada kenyataan bahwa Tuhan memberi hukum-Nya untuk kebaikan.
Perintah Tuhan bukan untuk menyakiti, tetapi untuk menyembuhkan jiwa orang yang rusak, yaitu karakter dan watak atau kepribadian yang sudah rusak. Perintah diberikan untuk membentuk manusia yang berkualitas.
Perintah adalah cermin dari kehendak Tuhan yang kudus dan agung (Mazmur 119:98, 176), agar manusia dapat hidup sebagai manusia dengan segala keagungannya.
Dengan pengertian ini maka akan menggiring seseorang mentaati Tuhan dengan rela dan sukacita, sebab ketaatan tersebut akhirnya juga untuk kebaikan manusia itu sendiri.
Ketaatan kepada Tuhan harus didasarkan pada realita Tuhan memberi hukum-Nya untuk kebaikan, menertibkan kehidupan agar hubungan dengan Tuhan menjadi harmonis dan dengan sesama menjadi harmonis pula.
Ini adalah persiapan untuk masuk Kerajaan-Nya.
Ketaatan bukan hanya untuk meraih berkat hari ini, tetapi meraih berkat kekal di dalam Kerajaan-Nya nanti. Bukan untuk investasi dengan Tuhan hari ini, tetapi persiapan hari esok dan kehidupan kekal di kerajaan surga.
Dalam hal ini, Firman Tuhan berfungsi sebagai pelita kehidupan yang menerangi hidup kita kepada segala jalan kebenaran (Mazmur 119:105, 19; 19:9), kepada kehidupan yang berkualitas tinggi sebagai anak-anak Allah dan menuntun kita kepada kekekalan abadi didalam kerajaan-Nya.
Dengan pengertian ini maka seseorang akan rela melakukan Firman Tuhan dengan sukacita, seperti Pemazmur menyaksikan bahwa Firman Tuhan adalah kesukaannya (Mazmur 1).

Ketidaktaatan kepada Tuhan menyebabkan seseorang menjadi cacat dan cemar dihadapan Tuhan, dan kecemaran ini akan memisahkan diri seseorang dari Tuhan.
Kalau manusia mengakui Allah adalah Penguasanya dan Tuannya yang dijunjung tinggi dengan segala kehormatan, maka ia dengan rela dan sukacita melakukan segala kehendak-Nya.
Seperti seorang punggawa yang berusaha untuk melakukan kehendak tuannya.
Baginya, melakukan kehendak tuannya adalah kebahagiaan. Demikian juga sebagai umat Tuhan, melakukan kehendak Tuhan adalah sebuah kebahagiaan dan kehormatan sebagai anak-anak Allah.
Menuruti kehendak-Nya dengan setia secara berkesinambungan adalah ibadah yang sejati dan yang dikehendaki Allah (Amsal 3:13; Roma 12:1-2).
Dengan demikian melakukan kehendak Tuhan tidak lagi menjadi beban atau kewajiban yang menyakitkan, tetapi sebagai kebutuhan yang menyukakan hidup.

1 Petrus 1:14-16
14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. 
Amin.

Selasa, 30 Mei 2017

PENGERTIAN MENDAHULUKAN KERAJAAN ALLAH



Matius 6:31-34
31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

Banyak orang Kristen salah memahami maksud kalimat “mendahulukan Kerajaan Allah” yang dikatakan Tuhan di dalam Matius 6:33.
Banyak pendeta dan pembicara Kristen yang menjadikan ayat ini sebagai cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan jasmani. Diajarkan oleh mereka bahwa kalau seseorang “mendahulukan Kerajaan Allah”, maka Tuhan akan mengupahi atau mempahalai dengan berkat jasmani. Mencari Kerajaan Allah diartikan sebagai rajin ke gereja dan memberi dukungan terhadap pelayanan gereja.
Itulah sebabnya tidak sedikit orang bergereja hanya untuk mendapat “tambahannya”, yaitu berkat pemenuhan kebutuhan jasmani. Pemahaman yang salah ini menyesatkan, sehingga banyak orang tidak menangkap makna original/makna yang sebenarnya ucapan Tuhan Yesus ini.
Kesalahan ini telah berlangsung lama sekali, sehingga dampaknya adalah telah terbentuk bangunan berpikir yang salah dalam hidup banyak orang Kristen. Kesalahan ini sangat berakibat fatal, sebab mengakibatkan orang malah tidak menemukan Kerajaan Allah tersebut. Mata hati mereka gelap dan tidak melihat kemuliaan dari Kerajaan Allah.

Untuk memahami makna yang benar dari pernyataan Tuhan tersebut, harus terlebih dahulu melihat konteks di mana ayat ini terletak. Konteks ayat ini adalah perkataan Tuhan Yesus mengenai kekhawatiran.
Tuhan mengajarkan agar orang percaya tidak boleh memiliki kekhawatiran negatif sehingga usaha memenuhi kebutuhan jasmani mengalahkan atau melampaui panggilan untuk mengumpulkan harta di surga, mempertajam pengertian mengenal kebenaran dan mengabdi kepada Tuhan (Matius 6:19-24).
Jika masalah hal makan dan minum lebih diutamakan, maka banyak orang mengabaikan panggilan yang penting yang memiliki dampak kekal tersebut sehingga mereka digolongkan sebagai orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal ini tidak boleh terjadi.
Berkenaan dengan hal ini kita perlu memeriksa Matius 6:32, di mana terdapat pernyataan yang harus dipahami dengan benar sebelum mengupas Matius 6:33.
Dalam Matius 6:32 Tuhan Yesus berkata: Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Apa yang dicari mereka? Kehidupan jasmani dan kelangsungannya yang sementara. Sedangkan orang percaya harus memfokuskan diri pada obyek lain, yaitu Kerajaan Surga.

Berkaitan dengan hal ini Paulus mengatakan bahwa " Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17).
Kerajaan Allah memiliki pengertian pemerintahan Allah hari ini melalui Roh Kudus, dan perwujudannya secara fisik nanti di langit baru dan bumi yang baru.
Kalau fokus hidup orang percaya pada kehidupan hari ini dan kelangsungannya, yaitu bagaimana menikmati dunia sama seperti orang pada umumnya, maka berarti mereka termasuk orang-orang yang akan digolongkan sebagai tidak mengenal Allah dan bukan anggota keluarga Kerajaan Allah.
Anggota keluarga Kerajaan Allah adalah orang-orang yang hatinya tidak tertaruh lagi di dunia, tetapi berusaha hidup sesuai dengan pimpinan Roh Kudus dan fokus terhadap Kerajaan Tuhan Yesus yang akan datang.
Di sini letak perbedaan mencolok antara orang percaya dan mereka yang mengaku percaya namun peragaan hidupnya tidak menunjukkan percaya kepada Tuhan Yesus.
Dalam kenyataan kehidupan komunitas Kristen banyak mereka yang belum mengenal Allah. Hal ini nampak sekali dari cara hidupnya yang tidak mendahulukan mencari Kerajaan Allah yaitu soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Secara kulit atau kemasan luar mereka orang percaya atau anak-anak Allah, tetapi di dalamnya mereka orang yang tidak mengenal Allah. Inilah orang-orang Kristen yang akan ditolak oleh Tuhan Yesus pada saat kedatangan-Nya kelak (Matius 7:21-23).
Ini berarti kita harus dalam kesadaran penuh mendahulukan kerajaaan Allah dengan hidup dipimpin oleh Roh Kudus.
Seseorang yang hidupnya dalam pimpinan Roh Kudus akan terlihat jelas dalam peragaan hidupnya yang dapat mematikan segala keinginan dagingnnya, seluruh keinginannya hanya mengingini apa yang Tuhan ingini dan tidak mengingini apa yang Tuhan tindak ingini.

Kata penting yang harus diperhatikan dalam Injil Matius 6:33 (Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu).
Carilah, kata ini dalam teks aslinya adalah zeteite (Ζητεῖτε), dari akar kata zeteo (ζητέω), yang berarti mencari, menyelidiki, memeriksa, mempertimbangkan, mencoba untuk mendapatkan, keinginan untuk memiliki, berjuang untuk sesuatu tujuan).
Kalau Tuhan berkata “carilah” artinya ada suatu perjuangan dengan keras untuk memperoleh sesuatu. Sesuatu itu adalah Kerajaan Allah dan kebenarannya.
Kebenaran dalam teks ini adalah dikaiosune (δικαιοσύνη) yang artinya adalah kebenaran yang bertalian dengan tingkah laku, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (Matius 5:20).
Berkenaan dengan hal ini Tuhan Yesus memang menghendaki agar orang percaya hidup secara luar biasa dalam peragaan kelakuan dihidupnya.
Hidup sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah adalah berkelakuan secara luar biasa hidup didalam kasih, kekudusan dan kebenaran Allah. Jadi kita harus berjuang untuk menghadirkan pemerintahan Allah dalam kehidupan pribadi. Dengan hal ini seseorang dipersiapkan menjadi warga Kerajaan Surga yang baik dengan kualitas kebaikan yang telah ditampilkan atau diperagakan oleh Tuhan Yesus selama hidup-Nya.
Hal ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa perjuangan yang keras mematikan seluruh sifat manusia lama dan kemudian hanya mengingini apa yang Tuhan ingini, mengabdikan diri secara penuh dan segenap hidup kepada kehendak Tuhan dan kerajaan-Nya saja.
Orang-orang yang mendahulukan Kerajaan Allah adalah orang-orang yang jangkauan pandangnya menembus batas.
Mereka melihat Kerajaan yang ada di balik kehidupan hari ini.
Seluruh tujuan hidup tidak lagi tertuju mencari  kesenangan dunia yang disebut sebagai kebahagiaan hidup, tetapi seluruh tujuan hidupnya hanya diarahkan kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, mengabdikan diri sepenuh-penuhnya kepada kehendak Tuhan, tunduk secara penuh hidup didalam pimpinan Roh-Nya.

Roma 14:17-18
17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
18 Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

Amin.

Senin, 29 Mei 2017

MENGIKUTI TELADAN GEMBALA AGUNG



Yohanes 13:15  sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Mengikuti Gembala Agung kita Tuhan Yesus bukan hanya berarti memberi diri beragama Kristen dan menjadi anggota salah satu denominasi gereja.
Mengikut Tuhan Yesus juga tidak cukup menjadi aktivis jemaat, bahkan menjadi seorang pendeta.
Mengikut Yesus berarti mengikut jejak-Nya.
Mengikut jejak-Nya berarti mencontoh atau meneladani seluruh gaya hidup-Nya.
Mandat untuk meneruskan karya keselamatan dalam Yesus Kristus, sebenarnya di dalamnya termuat mandat untuk menampilkan kehidupan seorang anak Allah yang dapat diteladani.
Untuk ini tidak cukup seseorang berteologi dan cakap mendiskusikan atau mengajarkannya.
Tuhan menghendaki apa yang dilakukan juga dilakukan orang percaya: sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yohanes 13:15).
Terkait dengan Kristus sebagai teladan, Petrus mengatakan: Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1Petrus 2:21). Kita harus meneladani Tuhan Yesus, supaya kita pun dapat diteladani oleh semua orang dan membawa mereka semakin serupa seperti Tuhan Yesus.
Jadi jangan mudah mengaku sebagai orang percaya jika seseorang belum ada didalam perjuangan setiap hari mengikuti teladan hidup Tuhan Yesus.
Sebab isi percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan didalam hidup setiap individu berarti kesediaan mengikuti teladan-Nya.

Ketika Kekristenan yang mestinya adalah jalan hidup berubah wajah menjadi lembaga keagamaan semata-mata, maka terbangun sebuah strata.
Dalam strata tersebut terbangun tembok pemisah antara imam (rohaniwan) dan awam (jemaat).
Tidak jarang kelompok imam menjadi “makhluk istimewa” yang berbeda dengan manusia pada umumnya.
Tidak jarang juga jemaat selalu minta didoakan agar dapat keluar dari masalah-masalah kehidupan.
Seharusnya umat diajarkan berurusan dengan Tuhan secara pribadi sebab tidak ada perbedaan antara pendeta, aktivis maupun jemaat, semua adalah disebut orang percaya yang diberi hak yang sama untuk bisa berurusan dengan Tuhan secara langsung.
Di sini gereja kehilangan keteladanan.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya adalah terang dunia.
Dalam panggilan menjadi terang dunia, seorang anak Tuhan atau seorang rohaniwan tidak cukup memberi paparan mengenai bagaimana hidup beretika sebagai anak-anak Allah, tetapi juga menampilkan kehidupan sebagai anak Allah yang melayani dan bukan untuk dilayani, berkorban apapun demi Tuhan supaya umat dibawa menjadi mempelai Kristus yang layak bagi-Nya.

Seorang hamba Tuhan (pendeta, aktivis maupun jemaat) harus menampilkan kehidupan Tuhan Yesus yang memang menjadi tujuan pelayanan itu sendiri.
Pelayanan bertujuan agar manusia dikembalikan ke rancangan semula Allah. Hal ini sama dengan dikembalikannya manusia kepada gambar Allah.
Tuhan Yesus adalah satu-satunya role model yang harus kita teladani secara sempurna (Roma 8:28-29; Matius 5:48), sebab Inilah tujuan keselamatan itu.
Kalau gereja hanya menjadi pemberi jasa menyediakan kebaktian, misa atau yang sama dengan menyediakan seremionial agama dan menjadi penyedia jasa “doa untuk berbagai masalah kehidupan”, berarti gereja masih memarkir jemaat di dunia ini dan bukan memarkir jemaat di kerajaan Bapa di sorga.
Jemaat harus diajar dan didewasakan dengan makanan yang keras sehingga semakin bisa mengenakan teladan kehidupan Tuhan Yesus dan semakin serupa dengan gambar-Nya.
Jemaat harus diajarkan bagaimana tidak lagi serupa dengan dunia ini, tidak lagi mencintai dunia sebagai tempat mencari kebahagiaan hidup, umat harus diajarkan mempersiapkan diri, berjuang setiap hari mengarahkan hidup menjadi mempelai Kristus yang layak menyambut kedatangan-Nya, menjadi umat yang berlaku tidak bercacat dan tidak bernoda yang selalu bisa mengenakan nilai-nilai kesucian Tuhan didalam kehidupannya.
Sebab tanpa hal ini mereka tidak pernah dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah.
Orang percaya seharusnya harus selalu ada didalam perjuangan untuk semakin serupa dengan Tuhan Yesus atau menjadi saudara bagi Tuhan Yesus, supaya Tuhan Yesus menjadi yang sulung bagi kehidupan semua orang percaya (Roma 8:28-29).
Seorang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus baik sebagai pendeta atau jemaat Tuhan harus menunjukkan perilakunya seperti Tuhan Yesus.
Kalimat yang lebih tepat adalah memperagakan kehidupan Tuhan Yesus setiap saat.

Paulus adalah hamba Tuhan yang berani hidup sesuai dengan pola yang Tuhan Yesus ajarkan, yaitu hidup menjadi teladan, di mana hal tersebut ada dalam banyak tulisannya. Paulus jelas sekali berkata: Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku! (1Korintus 4:16) Di bagian lain Paulus mengatakan: Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu (Filipi 3:17).
Dan banyak tulisan Paulus yang menunjukkan bahwa dirinya adalah teladan jemaat (1Korintus 4:6; 2 Tesalonika 3:7; 3:9).
Yakobus dalam suratnya juga menyatakan bahwa penderitaan yang dialaminya menjadi teladan bagi jemaat (Yakobus 5:10).

Paulus sebagai model seorang pelayan Tuhan juga telah menunjukkan kerendahan hatinya sebagai pemimpin yang melayani, mengemukakan kesaksian hidupnya bahwa ia rela menjadi hamba bagi semua orang karena Kristus (1Korintus 9:19).
Seseorang yang mau melayani Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain harus rela kehilangan meninggalkan segala milik, hak-hak kesenangan hidup didunia dan memberi diri menjadi hamba yang hidup hanya untuk mengabdikan diri hidup bagi Tuhan dan hidup dalam tuntunan-Nya setiap hari untuk melakukan kehendak-Nya.
Filosofi hidup yang hanya boleh dimiliki didalam diri orang percaya yang melayani-Nya haruslah sama dengan Filosofi hidup Tuhan Yesus yang memberi hidup-Nya hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Sikap hati seperti Tuhan Yesus adalah sikap hidup yang harus diteladani oleh setiap pengikut-Nya.
Mereka harus rela kehilangan hak-hak menikmati berbagai yang dianggap sebagai kesenangan hidup dan tidak lagi mencari kehormatan di mata manusia demi tugas yang harus diemban yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan tugas kehidupan yaitu pengabdiannya untuk hidup melayani bagi kehendak dan kepentingan Tuhan.
Tidak ada sesuatu yang boleh dijadikan nilai lebih dalam kehidupan seorang hamba yang melayani Tuhan Yesus yang oleh karenanya ia merasa memiliki hak untuk hidup membela kepentingan dan kepuasan diri sendiri.

Tuhan Yesus mengatakan : sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Matius 20:28).
Usaha iblis untuk menawarkan segala kesenangan hidup dan segala kehormatan yang ada didalam dunia kepada Tuhan Yesus agar menjadi sosok seperti dirinya pada waktu pencobaan di padang gurun (Lukas 4:5-8) dimentahkan oleh Tuhan Yesus.
Seandainya Tuhan Yesus memikirkan kekayaan, kehormatan dunia dan mengingininya, berarti Ia menyembah iblis, dengan demikian Dia bisa dikalahkan oleh iblis.
Banyak orang Kristen merasa telah mengalahkan iblis dan menjadi pemenang.
Padahal pikiran mereka ada dalam kekuasaan iblis, yaitu ketika mengingini kekayaan atau materi dunia ini sebagai sarana kebahagiaan dan kepuasan untuk mendapat hormat dimata manusia lainnya.
Dalam hal ini harus selalu diingat bahwa medan peperangan adalah pikiran.
Kita harus selalu dalam kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita punya tidak lain sebagai sarana untuk mendukung menjadikan pribadi kita terus bertumbuh hingga serupa seperti Kristus, hidup hanya untuk memuliakan nama-Nya.
Seseorang bisa mengalahkan iblis kalau ia tidak memberi kesempatan atau tempat berpijak kepada iblis (Efesus 4:27), khususnya tempat berpijak didalam pikirannya.
Untuk ini seseorang harus sungguh-sungguh mengalami perubahan pikiran terus menerus sehingga dapat memfokuskan diri kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, hidup untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Oleh sebab itu pikiran orang percaya jangan sampai disesatkan dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus seperti Hawa diperdaya oleh ular (2 Korintus 11:3). Orang percaya tidak boleh berkompromi dengan dunia dan segala macam kesenangan hidup didalamnya.
Bagaimana pun keadaan hidup kita dan dunia di sekitar kita, kita harus tetap memilih Tuhan dan Kerajaan-Nya, hidup hanya untuk menyenangkan Tuhan dan memuaskan hati-Nya.

Selanjutnya, Firman Tuhan juga mengajar orang percaya juga menjadi teladan bagi orang percaya lain (1 Tesalonika 1:7; 1 Timotius 4:12; Titus 2:7).
Kepada para pelayan jemaat atau para pendeta, Petrus atas nama Tuhan menasihati mereka dengan perkataan ini: Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu (1 Petrus 5:3).
Hidup kita harus menjadi surat yang terbuka yang dapat dibaca semua orang. Melalui hidup kita orang dapat membangun dirinya semakin melekat kepada Tuhan.
Jadi hidup kita harus menjadi pola dimana setiap orang menemukan kehidupan Tuhan Yesus zaman sekarang yang harus diteladani.
Dalam hal ini tidak ada cara lain memperagakan kehidupan Tuhan Yesus didalam hidup kita kecuali “mati bagi dunia dan hidup bagi Kristus".
Dan ini berarti hidup kita tidak lagi dibahagiakan dengan kekayaan materi, kehormatan, pangkat, gelar dan fasilitas kesenangan dunia yang sering kali hal ini menjadi hal yang diminta oleh jemaat sebagai pokok doanya kepada Tuhan.
Jemaat yang dewasa seharusnya sudah mati bagi dunia, keinginan yang bertentangan dengan kehendak Allah semua harus disalibkan.
Kebahagiaan dan harta yang boleh dimiliki sebagai satu-satunya harta abadi dihidupnya adalah hanya Tuhan Yesus.
Jadi dengan demikian orang yang percaya kepada Tuhan Yesus artinya kesediaan memberi hidup mengikuti teladan hidup yang telah Dia berikan, menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya harta kebahagiaan hidup, menjadikan diri kita semakin bertekun hidup didalam kebenaran-Nya, taat hidup didalam tuntunan, pimpinan Roh-Nya, setia sampai akhir menuruti kehendak-Nya.

Amin.

Sabtu, 27 Mei 2017

CIRI HIDUP YANG MENGUTAMAKAN TUHAN


Filipi 2:6-8
6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Mengutamakan Tuhan artinya mengutamakan kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Mengutamakan kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya berarti mengutamakan kepentingan keselamatan orang lain menyangkut jiwa mereka dari kebinasaan api kekal.
Seorang pelayan Tuhan pasti mengutamakan orang lain.
Yesus Kristus dalam hidup-Nya memiliki filosofi : “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:28).
Seorang pemimpin yang melakukan apa yang Tuhan Yesus lakukan, tidak akan berpikir mengenai kebutuhan diri sendiri; mereka hanya berpikir bahwa diri mereka senantiasa harus berguna/menjadi berkat bagi sesamanya.
Memiliki teladan kehidupan seperti Tuhan Yesus menuntut sikap rendah hati untuk menerima siapapun yang dibebankan kepadanya (Matius 11:28).
Kristus telah memberikan contoh kerendahan hati yang paling sempurna ketika Ia disalibkan. Kerendahan hati (humility) seperti yang ditampilkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus merupakan kerendahan hati yang paling ekstrem yang telah dibuat oleh-Nya selama mengenakan tubuh manusia daging dua ribu tahun yang lampau.
Semua itu dilakukan demi untuk kepentingan keselamatan manusia ciptaan-Nya sendiri.
Hal inilah yang benar-benar dikatakan dalam naskah Yunani, yaitu mengesampingkan kemuliaan, artinya bahwa Ia memiliki kemuliaan tetapi menanggalkannya (Yohanes 17:4), yaitu: kedudukan sebagai Allah (Yohanes 5:30; Ibrani 5:8), kekayaan yang tak terbatas (2 Korintus 8:9), segala hak surgawi sebagai Yang Mahatinggi (Lukas 22:27; Matius 20:28), dan penggunaan sifat-sifat Ilahi-Nya (Yohanes 5:19; 8:28; Yohanes 14:10).

“Pengosongan diri-Nya” ini tidak sekadar berarti secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa Ilahi-Nya, tetapi juga dengan sangat rela menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian keji yang dianggap kutuk di kayu salib.
Berita-berita tentang ucapan, tindakan dan perbuatan Yesus yang ditulis pada paska kebangkitan Tuhan Yesus dengan konteks kehidupan zaman itu, tidak boleh dianggap sekadar sebagai laporan peristiwa, melainkan harus dipahami sebagai kesaksian iman dengan pesan-pesan misiologis yang diperuntukkan bagi sesama.
Pemahaman tentang kenyataan sikap rendah hati yang ditampilkan Tuhan Yesus, secara esensial dapat terus ditelaah melalui penggalian secara mendalam teks Filipi pasal 2 ini. Seorang yang mengutamakan orang lain, pasti akan terus berusaha bagaimana hidupnya menjadi berkat bagi sesama.
Ia tidak mempersoalkan apakah perbuatannya tersebut dilihat orang atau tidak.
Baginya, kedudukan bukanlah sesuatu yang penting, sebab baginya yang penting adalah kehadirannya berarti bagi semua orang dan dapat menjadi berkat.
Pelayan Tuhan seperti ini akan rela berkorban waktu, tenaga, pikiran, perasaan, dana dan segenap hidupnya demi kepentingan pekerjaan Tuhan.
Ia juga tidak akan bersikap diskriminatif dan nepotisme dalam pelayanan. Jabatan pelayan Tuhan tidak akan dipertahankan hanya karena ambisi untuk menyerahkan kekuasaan gerejani kepada keluarga sendiri.

Dalam Filipi 2:7 tertulis: melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Kata penting dalam teks ini untuk menunjukkan esensi pelayanan Yesus Kristus adalah "mengosongkan" dalam teks Yunani diterjemahkan etapeinosen (εταπεινωσεν).
Kata etapeinosen adalah kata kerja yang memiliki beberapa pengertian, antara lain to  abase (merendahkan), humble (rendah hati). Kata tapeino (ταπεινω) dalam Filipi 2:7 hendak menunjukkan kesediaan-Nya merendahkan diri dengan kerelaan.
Hal ini ditegaskan dengan kata "diri-Nya sendiri" heauton (εαυτον), yang juga ada dalam ayat itu yang diterjemahkan “himself”.
Perendahan diri yang dilakukan Tuhan Yesus adalah perendahan diri yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan penuh kerelaan.
Hal ini memberi indikasi yang jelas bahwa kesediaan-Nya merendahkan diri bukanlah sekadar kewajiban, tetapi inilah sikap hidup yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mau menjadi murid-Nya. Dan semua ini dilakukan Tuhan karena kasih-Nya yang besar kepada manusia. Dari tindakan pengosongan diri ini, ditunjukkan bahwa semua orang berharga di mata-Nya. Kerendahan hati Tuhan Yesus merupakan pintu terbuka, bahwa Ia menyambut setiap orang yang datang kepada-Nya.
Hal ini berarti bahwa Tuhan Yesus menghargai setiap individu dan tidak meremehkan orang lain.
Dengan demikian kerendahan hati berarti menyadari dan menekankan pentingnya keberadaan orang lain menyangkut keselamatan jiwanya.
Mengenakan kerendahan hati yang diajarkan oleh Tuhan Yesus akan mengangkat diri kita kepada kemuliaan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya.
Kerendahan hati yang diteladankan/diajarkan oleh Tuhan Yesus ini menuntut orang lain menjadi lebih penting dari diri sendiri.
Dengan demikian seorang pelayan Tuhan Yesus yang sejati adalah seorang yang memiliki kerendahan hati seperti sikap yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus, mengutamakan kepentingan keselamatan jiwa orang lain dan membawanya kepada jalan kebenaran yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus Kristus.

Amin.

Jumat, 26 Mei 2017

TERNYATA TIDAK DI KENAL TUHAN




Matius 7:21-23
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Banyak orang yang berkeadaan seperti orang yang sedang santai bermain perahu dayung di sebuah sungai, mengikuti aliran sungai seakan-akan keadaan tetap sama tidak berubah. Ia bersikap seakan-akan sungai tersebut tidak ada ujungnya. Sampai suatu saat ia baru sadar bahwa di depannya ada jeram yang sangat tinggi.
Ia berusaha untuk menghindarkannya untuk menjauh tetapi aliran sungai menjadi arus yang semakin kuat, sangat kuat sampai ia tidak sanggup menguasai perahunya. Akhirnya ia hanya bisa pasrah saja. Betapa mengerikan situasi itu.
Tidak ada lagi kesempatan untuk dapat menghindarkan diri dari keadaan tersebut. Sebenarnya keadaan ini dialami oleh banyak orang hari ini.
Ketika hari hidupnya semakin sempit oleh karena suatu penyakit atau kecelakaan dan usia, fisik akan semakin “drop” dengan kecepatan yang tinggi dan ia tidak sadar bahwa sudah tiba saatnya hari pembaringan terakhirnya yang sudah tetapkan oleh Tuhan.
Sementara ia tidak siap menghadap Sang Pencipta yang memberikan hidup yang seharusnya digunakan untuk belajar berkenan kepada-Nya.
Karena tidak memiliki irama hidup berkenan kepada Tuhan maka kematian akan menjadi jerat yang mengerikan.
Ia tidak akan menduga betapa mengerikan dalam keadaan tidak siap menghadapi kematian tetapi harus mati.

Ada yang menyongsong maut dengan ketakutan dan kengerian yang dahsyat sebab ia merasa tidak siap menghadap Penciptanya. Tetapi ada pula yang tidak terlalu takut, karena tidak pernah mengerti bagaimana standar hidup benar yang seharusnya dimiliki manusia di hadapan-Nya. Dengan gagahnya ia menyongsong maut, padahal di balik kematian ia harus memberi pertanggung jawaban kepada Tuhan Yesus.
Betapa mengerikan kalau ternyata di hadapan Tuhan Yesus ia tidak dikenal, artinya tidak diakui sebagai pribadi yang menyukakan hati Tuhan.
Hal itu disebabkan karena sepanjang hidupnya ia hanya mencari kesukaan bagi dirinya sendiri.
Ia merasa berhak dengan cara hidup demikian itu. Ia tidak bersungguh-sungguh bergumul untuk bisa ”dinikmati oleh Tuhan”, hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Oleh sebab itu, diperingatkan, agar kita jangan sampai terjebak dalam keadaan seperti itu. Kita harus mulai belajar seperti yang dilakukan oleh Paulus bahwa ia berusaha berkenan kepada Tuhan, sebab ia tahu bahwa setiap orang harus menghadap tahta pengadilan Allah yang maha tinggi yaitu tahta pengadilan Kristus.
2 Korintus 5:9-10 "Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat".

Kalau seorang sekaliber Paulus berusaha berkenan, betapa kita harus berbuat hal yang sama.
Setiap saat kita harus bersiap diri untuk bertemu Sang Pencipta kita jika waktunya telah tiba.
Oleh sebab itu kita harus belajar takut terhadap Tuhan, takut karena menghormati dan mengasihi Tuhan dengan segenap hidup.
Bagaimana membangun sikap takut akan Tuhan secara benar didalam kehidupan kita sebagai orang percaya, paling tidak ada 4 hal :

Pertama : Kerinduan pengenalan akan Tuhan dan kebenaran firman-Nya secara memadai setiap hari.
Dengan mengenal pribadi Tuhan secara utuh, haus dan lapar mengenal pribadi-Nya, mencari wajah-Nya setiap waktu maka kita akan semakin mengerti panggilan hidup kita dan menjadi penyembah-penyembah yang benar dihadapan-Nya didalam segala hal.
Dan tentu hal ini akan membentuk kita menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa menghormati Allah dan keagungan-Nya.

Kedua : Menjaga kekudusan diri dihadapan Allah.
Panggilan hidup kudus seperti Dia kudus adalah hal yang wajib dan keharusan didalam kehidupan kita sebagai orang percaya.
Kata "kudus" dalam teks Yunani adalah : HAGIOS yang berarti "dipisahkan oleh Allah dari yang lain"
Ini menunjuk orang percaya harus memiliki kualitas hidup yang berbeda dengan orang tidak mengenal Tuhan dengan benar.
Kualitas hidup yang dimaksud disini adalah adalah kualitas hidup yang memiliki kuliatas moral warga kerajaan sorga yang selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat didalam Tuhan Yesus.

Ketiga : Pembelaan kepentingan dan pekerjaan Tuhan tanpa batas.
Orang yang takut akan Tuhan tentu akan melayani Tuhan dalam segala hal dan melakukan apapun yang Tuhan kehendaki didalam hidupnya.
Baginya menggenapi rencana Allah atas hidupnya dan atas dunia ini adalah hal yang mendesak dan prioritas, dimana pembelaannya yang tanpa batas bekerja sebagai alat kemuliaan Tuhan untuk kepentingan-Nya membentuknya menjadi pribadi yang selalu menghormati Tuhan dalam segala hal dan tentu orang seperti ini akan menjadi anak-anak kebanggaan Tuhan yang akan mendapat bagian  didalam kemuliaan kerajaan-Nya.

Keempat : Menghadirkan kerajaan Allah didalam seluruh kegiatan hidup ini.
Setiap orang yang takut akan Tuhan akan selalu menghadirkan Tuhan dalam seluruh bagian hidup mereka masing-masing.
Bagi para pengusaha, maka ia menghadirkan pemerintahan Allah dalam bidang usaha mereka.
Bagi para pejabat pemerintah, panggilannya untuk menghadirkan pemerintahan Allah yang nyata dalam kiprah mereka di pemerintahan.
Menghadirkan kerajaan Allah dalam seluruh kegiatan hidup ini adalah panggilan hidup bagi orang percaya dan hal ini memang yang dikehendaki oleh Tuhan (Matius 6:10).
Orang yang membangun sikap takut akan Tuhan setiap waktu maka ia akan menjadi orang-orang yang tidak mudah berbuat dosa atau berbuat hal-hal yang bisa menyakiti hati Tuhan, kelak ia akan tahan berdiri setiap saat dihadapan Tuhan kapanpun Tuhan memanggilnya kembali kerumah Bapa.

Tidak boleh ada sesuatu hal yang membuat kita kurang mengasihi dan menghormati Tuhan, yang hanya bagi-Nya kita harus hidup.
Ingatlah betapa mengerikan kalau ternyata di hadapan Tuhan Yesus seseorang tidak dikenal oleh-Nya, artinya tidak diakui sebagai pribadi yang menyukakan hati Tuhan, tidak mau sepenuhnya mengikuti Tuhan, tidak sepenuhnya melaksanakan kehendak-Nya didalam hidupnya.
Jika Tuhan berkata " Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku" ini artinya sebagai pengikut-Nya, Tuhan Yesus mau kita menjadi pribadi pribadi yang selalu mendengar suara Tuhan dari waktu ke waktu, mendengar Ia melalui Firman-Nya, berdialog dengan-Nya melalui doa dan persekutuan dengan Roh Kudus dan menghidupi Firman-Nya setiap hari didalam kehidupan.
Mari mulailah kita mengambil sikap yang benar dalam hidup ini dengan terus mencari perkenanan Tuhan setiap hari dengan tanpa batas, mengasihi dan menghormati Tuhan secara pantas, mengenakan sikap hidup yang dapat menyukakan hati-Nya, menjaga kekudusan hidup dan senantiasa hidup dibawah pimpinan kedaulatan-Nya.

Markus 12:30-31
30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."

Amin.

Kamis, 25 Mei 2017

MAKNA KENAIKAN TUHAN YESUS KE SORGA


Filipi 3:20
Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,

Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga menunjukkan bahwa status kewargaan kita umat yang percaya kepada-Nya adalah berasal dari kerajaan sorga, tentu hal ini hanya berlaku bagi umat percaya yang memiliki percaya yang murni dihadapan-Nya dan taat melakukan kehendak-Nya dengan setia.

Pernahkah saudara menemukan jawab makna dari kita harus merayakan kenaikan Tuhan Yesus ke sorga? Apa yang menarik dari peristiwa kenaikan Tuhan Yesus sehingga dianggapnya ini sebagai hari raya? Ternyata banyak orang Kristen yang merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus tanpa pengertian.
Hanya mengekor orang lain untuk memenuhi kursi kursi di gereja untuk datang ibadah merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus ke sorga.
Kalau kita tidak mengerti makna kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, maka sia-sialah ibadah perayaan kenaikan Tuhan Yesus ke sorga.
Dalam Kisah Rasul 1:11, malaikat berkata: “.....mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Sebagai orang percaya kita jangan hanya terkesima mengagumi Tuhan Yesus yang sudah naik ke sorga, yang penting sekarang adalah bagaimana kita harus mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya kembali.
Hal ini sudah ditegaskan oleh kedua malaikat yang melayani Tuhan Yesus, Kalimat ini pasti sangat beralasan dan harusnya menjadi kalimat yang harus selalu terus untuk digaris bawahi didalam hidup kita dan harus menjadi hal yang penting sebab banyak orang Kristen yang sebenarnya tidak mempersiapkan diri untuk menerima kedatangan-Nya kembali.

Dalam Yohanes 14:1-2, Yesus berkata: “Aku pergi menyediakan tempat bagimu”.
Dibumi perumahan atau papan adalah kebutuhan primer manusia.
Itulah sebabnya pemerintah giat membangun rumah-rumah, real estate, supaya orang memiliki tempat berteduh dan nyaman tinggal.
Bukan saja di dunia sementara ini kita membutuhkan tempat tinggal, setelah roh meninggalkan tubuh ini, kita pun sangat membutuhan tempat tinggal.
Justru tempat tinggal untuk kehidupan kita yang kekal jauh lebih penting. Tempat tinggal untuk roh tidak dapat dibangun oleh tangan manusia, kontraktor manapun juga. Hanya tangan Tuhan kita Yesus Kristus yang mampu membangunnya. Manusia tidak dapat memperolehnya sekalipun memiliki banyak harta, kecuali Ia yang memiliki rumah kekal itu berkenan menganugerahkannya.

Dengan kenaikan-Nya ke sorga, Ia menyediakan tempat bagi kita, sebab Ia mau dimana Ia ada, di situ kita ada.
Ia merintis melalui pengorbanan-Nya, kematian dan kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke sorga sebagai syarat mutlak dari bukti kemenangan-Nya.
Ia akan kembali dalam kemuliaan-Nya, dimana ada tempat yang dijanjikan-Nya itu.
Dunia ini bukan rumah kita saudaraku,
Saya ulangi lagi "Dunia ini bukan rumah kita saudaraku".
Di dalam dunia ini kita hanya menumpang saja dan belajar taat kepada Tuhan Yesus.
Dengan demikian maka kematian bukanlah momok yang menakutkan, melainkan jembatan emas untuk memasuki kehidupan bahagia sempurna bersama Tuhan. Inilah pengharapan yang paling membahagiakan. Ini bukanlah janji kosong tetapi kenyataan yang akan dialami oleh setiap orang percaya yang telah bertobat dan lahir baru yang sungguh sungguh memberi hidupnya hanya untuk taat melakukan kehendak Tuhan Yesus Allah dan Bapa kita.

Dalam hal ini kita dipanggil untuk mempersiapkan diri.
Roh Kudus diutus-Nya untuk membawa kita kepada segala kebenaran-Nya sehingga kita dapat menjadi saksi-Nya membawa terang ditengah-tengah dunia yang jahat ini.
Dalam Yohanes 16:7 Tuhan Yesus berkata:“Adalah lebih berguna jika Aku pergi …” Sebab dengan kepergian-Nya, Ia mengutus Roh Kudus ke dalam dunia untuk mendampingi (tinggal di dalam) diri orang percaya.
Roh Kudus adalah parakletos ( advokad, pendamping, penghibur).
Roh Kuduslah yang akan menggarap, menyempurnakan manusia batiniah kita untuk membuat kita layak menyambut kedatangan Tuhan Yesus ke dua kalinya, oleh sebab itu kita harus menyediakan diri kita setiap saat memberi diri digarap, diajar, dididik oleh-Nya demi semakin serupa mengenakan kodrat Ilahi sebagai anak-anak Allah yang selalu hidup didalam kekudusan dan kebenaran-Nya, memberitakan jalan pertobatan dan kebenaran-kebenaran Injil kerajaan sorga bahkan hidup menjadi berkat bagi sesama.

Dengan demikian Makna Kenaikan Tuhan Yesus Ke Sorga adalah Ia pergi menyediakan tempat tinggal bagi umat percaya yang membawa hidupnya taat dan setia hidup dibawah pemerintahan-Nya, menjadi saksi bagi dunia ini dengan menyatakan kemuliaan Tuhan Yesus melalui sikap hidup menjadi terang Kristus bagi sesama, menampilkan kehidupan Tuhan Yesus ditengah-tengah dunia ini, berjalan bersama Roh Kudus dengan hidup taat dipimpin oleh Roh dan Kebenaran-Nya.
Dengan kenaikan-Nya ke sorga Ia sedang memberikan kesempatan waktu untuk kita belajar menjadi umat-Nya yang taat kepada kehendak-Nya, menjadi saksi-Nya yang menyatakan terang-Nya yang ajaib dan dengan kenaikan-Nya pula menandakan Ia pasti akan datang kembali segera, yang penting sekarang adalah bagaimana kita harus mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya kembali dengan didapati-Nya hidup kita dalam keadaan kudus, taat terhadap kehendak-Nya dan tidak bercacat cela dihadapan-Nya.

2 Korintus 5:1
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

Amin.

Rabu, 24 Mei 2017

MENGHAYATI KEHADIRAN TUHAN


Mazmur 139:2-4
2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
4 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.

Sesungguhnya manusia itu tidak pernah bisa bebas. Manusia harus terikat.
Masalahnya adalah terikat kepada siapa, Tuhan atau iblis ?
Manusia yang mau terikat dengan Tuhan harus ada dalam kesadaran terus-menerus bahwa dirinya hidup di semesta yang diperintah oleh Tuhan, diri kita tidak lepas dari pandangan-Nya, Ia menyelidiki hati dan perbuatan setiap orang.  Oleh sebab itu manusia harus menghormati kehadiran Tuhan secara pantas.
Dengan demikian yang terpenting adalah mendahulukan Kerajaan Allah.
Di dalamnya termasuk belajar hidup dalam penghayatan bahwa kita hidup dalam pemerintahan Tuhan yang tidak kelihatan. Karena itu kita harus peduli hukum-Nya, kehendak-Nya dan rencana-Nya agar digenapi. Memang kita belum sempurna; untuk menjadi sempurna juga tidak bisa instan; tetapi menghayati kehadiran Tuhan adalah sangat perlu agar kita dapat bertumbuh dalam kesucian-Nya.

Ada beberapa hal yang akan kita alami dan rasakan bila menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup ini.

Pertama, menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup ini akan menghindarkan kita berbuat salah. Kita akan memiliki perasaan takut akan Tuhan yang sangat kuat, yang membuat kita berusaha untuk mencapai kesucian seperti yang dikehendaki oleh Bapa.

Kedua, menghayati kehadiran Tuhan akan membuat kita merasakan damai sejahtera-Nya dan terbebas dari perasaan takut, cemas, khawatir dan berbagai perasaan negatif lainnya sekalipun di bumi ini banyak bahaya yang tidak pernah kita duga. Orang yang mudah memiliki perasaan negatif umumnya kurang menghayati kehadiran Tuhan.

Ketiga, menghayati kehadiran Tuhan akan membuat hati kita selalu rindu memuliakan Tuhan. Kita tidak hanya memuliakan Tuhan sesaat pada waktu menyanyi di gereja, tetapi selalu memuliakan dan menghormati Tuhan dengan benar dalam penghayatan terus-menerus hidup mengenakan kebenaran-Nya, kasih-Nya, kekudusan-Nya, sehingga hati kita selalu didapati murni, jujur dan tulus dalam segala hal apapun yang kita kerjakan.
Menghormati Tuhan berarti menyadari bahwa hanya Tuhan yang layak dihormati. Kita tidak perlu berusaha mencari penghormatan atau nilai diri dari siapa pun; maka kita pun akan bersikap rendah hati dan tidak sombong.

Keempat, menghayati kehadiran Tuhan akan mendorong kita selalu bernyala-nyala dalam pembelaan bagi pekerjaan Tuhan.
Dalam melayani Tuhan, kita akan memiliki sikap hati yang benar, murni dan tulus; tidak melayani karena menginginkan suatu upah atau hadiah baik materi, sanjungan, pujian atau yang lain.
Kebenaran ini tidak cukup hanya diaminkan, tetapi harus diperagakan sehingga benar-benar membuktikan bahwa kita menghayati kehadiran Tuhan dimanapun kita melangkah. Memperagakannya akan memberikan kekuatan batin yang luar biasa dalam diri kita.

Kita harus menghayati kehadiran Tuhan setiap saat agar kita terus dapat bertumbuh dalam kesucian-Nya dan memiliki sikap takut akan Tuhan secara benar dan secara pantas.

Amin.

Senin, 22 Mei 2017

MENEMUKAN KEKASIH ABADI YANG SESUNGGUHNYA


Efesus 5:1-2
1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih
2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.

Menjadi orang Kristen belumlah secara otomatis bisa disebut sebagai anak-anak Allah.
Menjadi anak Allah bukanlah status tetapi sebuah keberadaan diri yang mengembangkan kodrat ilahi secara nyata didalam hidupnya.
Menjadi anak-anak Allah ditandai dengan penurutannya kepada pimpinan Roh Allah setiap waktu (Roma 8:14).
Menjadi anak-anak Allah berarti menjadi kekasih Allah.
Menjadi kekasih Allah artinya menjadi penurut-penurut Allah dalam segala hal yang hidupnya selalu dipimpin oleh Roh Allah.
Menjadi kekasih Allah juga berarti Allah adalah sumber kebahagiaan lebih dari apa pun.
Jika seseorang memiliki kekasih hati maka kekasih hati itu mewarnai hidupnya dengan sangat dominan. Kekasih hati menjadi kekayaan yang lebih berharga dari apa pun. Kekasih hati seperti candu yang mengikat seseorang sampai tidak dapat terlepas. Kekasih hati adalah belenggu dan penjara yang nikmat dan nyaman yang membuat seseorang tidak ingin keluar dari ruangan penjara tersebut. Dunia menyediakan beragam jenis kekasih hati. Pada dasarnya ketika seseorang tidak menjadikan Tuhan sebagai kekasih hatinya berarti ia sedang menjadikan sosok lain sebagai kekasih hatinya.

Kekasih hati yang berasal dari dalam dunia ini hanya bisa memberikan kesenangan sementara, tidak lebih dari tujuh puluh tahun.
Seseorang pasti akan merasakan penyesalan yang teramat dalam ketika ia terbangun di kekekalan dalam kondisi dirinya yang belum kokoh atau tidak menjadikan Tuhan sebagai kekasih hati abadi satu-satunya didalam hidupnya.
Lagi pula kekasih yang berasal dari dalam dunia ini tidak dapat menjamin hidup ini dengan sempurna, apalagi di kekekalan.
Hanya satu pribadi yang dapat menjadi kekasih abadi, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Oleh sebab itu sangatlah bodoh dan malang kalau kita tidak memilih Tuhan Yesus menjadi kekasih abadi. Untuk menjadikan sesuatu atau seseorang di dunia sebagai kekasih sangat mudah, karena mereka kelihatan, dapat disentuh dan dinikmati secara nyata. Tetapi menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih hati yang abadi adalah suatu hal yang sulit, bahkan bisa dibilang mustahil karena Tuhan tidak kelihatan dan kadang Tuhan bersikap seperti tidak ada.
Menjadikan sesuatu atau seseorang di dunia sebagai kekasih tidak memerlukan perjuangan, tetapi menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih hati yang abadi membutuhkan perjuangan dan pertaruhan segenap hidup menuruti kehendak-Nya dan mengikuti seluruh jejak-Nya.
Banyak orang merasa telah menjadi kekasih Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai kekasihnya hanya karena memiliki perasaan sentimental sesaat ketika berada disuasana ibadah di gereja. Perasaan cinta kepada Tuhan yang tidak dibangun lewat penurutan-penurutan terhadap kehendak Allah setiap hari bahkan setiap waktu sering kali membuat perasaan tersebut menjadi tidak stabil, tidak kokoh dan tidak permanen. Perasaan cinta kepada Tuhan harus dibangun dari pengertian yang kokoh persekutuan yang intim setiap hari.
Pengertian yang kokoh ini adalah dimana seseorang terus menyediakan diri mengenakan kodrat Ilahi sebagai anak-anak Allah yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah, menjadi penurut-penurut Firman Allah dengan setia sehingga akan membangun perasaan cinta yang permanen kepada Tuhan Yesus.

Untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih jiwa yang abadi, seseorang harus berani percaya kepada Tuhan Yesus dengan benar. Percaya yang benar dibangun dari mengenal dengan benar siapa Tuhan Yesus dan bergumul secara ketat untuk mengerti kehendak-Nya atas hidup kita untuk dilakukan. Untuk itu kita harus berusaha mempelajari mengenai pribadi-Nya, yang sama dengan belajar untuk mengenal Tuhan.
Usaha ini menunjukkan bahwa kita serius untuk mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan untuk dimiliki sebagai kekasih-Nya.
Tanpa mengenal Tuhan seseorang tidak akan dapat menjadikan Dia sebagai kekasih. Bagaimana seseorang bisa berkasih-kasih dengan sosok yang tidak dikenalnya dan tidak dirasakannya?
Pengenalan akan Tuhan dibangun dari dua pilar, pertama pengenalan secara kognitif atau nalar. Kedua, pengalaman nyata dalam kehidupan setiap hari bersekutu dengan Tuhan dan menuruti firman Allah sehingga setiap kejadian peristiwa ada rhema/penggarapan-Nya yang bertujuan menyempurnakan hidup kita.
Tidak memiliki kekasih yang berasal dari dalam dunia ini bukan masalah atau tidak terlalu bermasalah, tetapi kalau seseorang menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih hati yang abadi berarti ia harus menutup hati terhadap siapa pun dan apa pun.
Semua yang dimiliki, baik orang maupun barang harus digunakan untuk melayani kesenangan-Nya.
Begitu ekstrimnya hal ini sampai Tuhan Yesus menggunakan kalimat:  "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku" Lukas 14:26.

Menjadikan Tuhan sebagai kekasih berarti mempersembah hati, pikiran, perasaan, tenaga, harta atau segenap hidup untuk mengabdi kepada-Nya, sebab dalam hubungan dengan Tuhan Ia adalah Mempelai Pria dan kita sebagai mempelai wanita yang selalu siap sedia melayani-Nya.
Ketika seseorang mengabdi kepada Tuhan, maka pengabdian itu menciptakan keindahan hubungan dan kenikmatan sebagai kekasih Tuhan. Untuk ini seseorang yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai kekasih harus berusaha untuk mengerti apa yang dikehendaki oleh Tuhan guna menyukakan hati-Nya.
Seseorang tidak bisa menjadi kekasih Tuhan kalau masih egois atau berurusan dengan Tuhan hanya karena mau memperoleh berkat dan pertolongan dari berbagai persoalan hidup demi membela kepentingan pribadinya/memuaskan hasrat kepentingan pribadinya dan bukan untuk kepentingan Tuhan.
Dalam hal ini seseorang bisa menjadi kekasih Tuhan yang baik jika bertumbuh dewasa dimana apa yang diperoleh dari Tuhan dikembalikan lagi untuk kemuliaan-Nya atau menjadi berkat bagi sesama.
Seiring dengan pendewasaan seseorang yang hidupnya dipersembahkan hidup bagi Tuhan, segenap hidupnya diberikan melayani perasaan dan kehendak Tuhan maka hubungan yang eksklusif dengan Tuhan akan semakin terbangun secara berkualitas dan dirinya layak disebut sebagai kekasih Tuhan yang abadi.

Amin

Minggu, 21 Mei 2017

MENGENAL ILAH-ILAH PALSU AKHIR ZAMAN


Matius 4:8-10
8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
9 dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Siapakah yang patut disembah selain Allah? Tentunya tidak ada.
Tetapi kita sering menyembah hal lain selain daripada Allah. Walaupun rajin pergi ke gereja setiap minggu, kenyataannya, kehidupan kita tidak tentu adalah kehidupan yang menyembah Allah Bapa yang di Sorga.
Lalu, bagaimana tanda-tanda kita sedang menyembah ilah lain?
Untuk mengenal apa itu menyembah ilah lain, kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu menyembah Tuhan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa hubungan antara Allah dan manusia adalah hubungan yang bersifat covenantal, artinya adalah manusia hidup untuk menyatakan kemuliaan Allah, sepenuhnya hidup untuk menyembah Allah, serta harus bertanggung jawab kepada Allah.

Sekarang kita akan melihat beberapa ciri dari penyembahan kepada sesuatu yang bukan Allah, atau ilah-ilah palsu, yang mungkin kini kita sedang menyembahnya.
Ilah palsu bukan hanya hal-hal yang terlihat dengan jelas.
Biasanya yang disebut sebagai ilah lain terdiri dari harta, kekuasaan, dan seks.
Namun, tahukah kita bahwa ilah palsu juga dapat berbentuk lain, seperti harga diri kita, rasa nyaman, keluarga, pasangan hidup, anak, bahkan theologi, pelayanan, atau bahkan allah yang kita ciptakan sendiri di pikiran kita (misalnya allah yang selalu mengasihi saja tanpa menghukum).
Masing-masing ilah palsu tersebut ditulis dalam Alkitab dan diceritakan bagaimana orang yang menyembah ilah palsu akhirnya satu per satu mengalami akhir yang buruk.
Ilah lain membuat kita berpusat pada sesuatu yang bukan Allah.
Natur dari ilah palsu itu begitu simpel, yaitu membuat kita tidak hidup bagi Allah tetapi hidup bagi kesenangan diri sendiri, hidup untuk membela kepentingan pribadi sehingga pusat hidup kita berada pada ilah palsu tersebut. Orang yang menjadikan harta sebagai ilah palsu akan mengejar harta seumur hidupnya dan tidak akan puas dengan harta sebesar apa pun.
Orang yang menjadikan keamanan sebagai ilah yang dia sembah, tidak akan berani mengambil risiko ketika kemuliaan Allah lebih dinyatakan melalui risiko yang diambil.
Orang yang menjadikan status sebagai ilah akan menilai segala sesuatu berdasarkan status, baik dengan mencari perusahaan yang terkenal, maupun mencari pasangan yang memiliki status sosial yang tinggi.

Semua ilah tersebut memiliki kesamaan, yaitu membuat fokus hidup manusia tidak lagi untuk berlari dengan mata terpandang pada Kristus, tetapi terpandang kepada ilah lain. Seperti Alkitab mengatakan, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon.” Dalam hal ini, dapat kita lihat bahwa jikalau kita mengabdi pada ilah tertentu, maka kita tidak mungkin bisa taat kepada Allah.
Ilah lain menjanjikan apa yang tidak bisa dipenuhi.
Ilah akan menjanjikan apa yang ilah tersebut tidak bisa penuhi. Contohnya seperti Baal yang tidak dapat menurunkan hujan di saat bangsa Israel membutuhkan hujan (1 Raja-Raja 18:20-31).
Misalkan uang, kepada orang yang cinta uang, uang menawarkan kekuasaan, keamanan, dan kebahagiaan. Tetapi uang tidak dapat memberikan semua itu. Uang tidak bisa membayar status kita yang berdosa, hanya darah Kristus yang bisa. Uang tidak akan dapat meloloskan kita dari murka Allah, hanya darah Kristus yang bisa. Uang juga tidak akan memberikan kita kebahagiaan ketika kita berhadapan dengan murka Allah, hanya darah Kristus yang bisa.

Apa yang kita nilai berharga selain Allah kemungkinan besar adalah ilah/berhala kita.
Kita harus ingat, bahwa apa yang seharusnya paling berharga bagi kita adalah Allah yang telah menciptakan kita dan menyerahkan nyawa Anak-Nya yang tunggal bagi kita. Namun, dari banyak pemberian Allah yang kita nikmati, apa yang kita nilai paling berharga? Apakah yang kita paling takut kehilangan dalam hidup ini? uang, harta kekayaaan/barang berharga, pekerjaan, bisnis, jabatan, kehormatan, orang yang dikasihi ?
Apakah yang paling membuat kita bahagia dalam hidup?
Bisa saja jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut adalah ilah-ilah zaman ini.
Orang yang meletakkan sukacita, kebahagiaan dan damai sejahteranya kepada pribadi selain Tuhan maka ia sedang menyembah ilah-ilah palsu yang berasal dari dunia ini.
Kita harus sadar Allah telah menciptakan kita, menyatakan kemuliaan-Nya kepada kita, dan menyerahkan nyawa Anak-Nya yang tunggal demi menebus dosa-dosa kita.
Jadi, mari kita mengevaluasi ilah-ilah lain yang kita masih sembah sampai hari ini dan putuskan kepada siapa kita mengabdikan diri kita, hendaknya mulai dari detik inilah kita memutuskan dengan tegas untuk segera meninggalkan ilah-ilah tersebut kemudian selanjutnya hanya mengabdikan diri dan meletakkan sukacita, damai sejahtera dan kebahagiaan hidup kita hanya kepada satu-satunya Penguasa Agung Kerajaan Sorga, mengikatkan diri menjadi satu Roh dengan Allah kita Tuhan kita Yesus Kristus.

1 Korintus 6:17  Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.

Amin.

Sabtu, 20 Mei 2017

MEMAHAMI ARTI PERTOBATAN


Matius 18:1-3
1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Kata "Bertobat" dalam teks Yunani adalah "metanoia" yang berarti perubahan pikiran/pembaharuan pikiran.
Pembaharuan pikiran merupakan proses yang mutlak harus terjadi dalam pertobatan sejati. Pertobatan itu sendiri adalah pembaharuan pikiran (metanoia).
Pembaharuan pikiran ini membutuhkan saran Firman Tuhan yang ketat setiap hari.
Tuhan Yesus menyatakannya dengan jelas bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti tetapi juga setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4).
Proses pertumbuhan manusia dapat terjadi bila tubuh diberi makanan, demikian pula dengan kehidupan rohani.
Pemberitaan kebenaran bagi jemaat Tuhan merupakan hal yang utama dan penting dalam pelayanan gereja Tuhan.
Hal ini diteguhkan oleh berita dalam Kisah Rasul 6:1-2, bahwa para rasul Tuhan perlu mengutamakan pelayanan pemberita Firman. Kita tidak boleh mengabaikan tanggung jawab untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan atau kebenaran Firman Tuhan. Rasul-rasul menekankan pengajaran Firman Tuhan.

Alkitab berkata bahwa umat Tuhan binasa karena tidak mengenal Allah (Hosea 4:6).
Kalimat "umat Tuhan binasa karena tidak mengenal", dalam teks lain disebutkan “kekurangan dalam mengenal Tuhan” (lack of knowledge).
Mereka binasa bukan karena dosa-dosa fisik seperti yang dikenal secara umum, tetapi “tidak atau kurang mengenal Tuhan“.
Dari pernyataan Hosea ini jelaslah dapat ditemukan peran yang sangat besar pengenalan akan Tuhan dalam kehidupan umat. Ini berarti kemalasan belajar kebenaran Firman Tuhan, yang berdampak kebodohan dan merupakan dosa yang sangat membahayakan.
Pertobatan yang sejati adalah pembaharuan pikiran yang berdampak seseorang tidak serupa atau sama dengan dunia ini (Roma 12:2). Banyak orang tidak mengenal diri dengan benar sebab ia tidak peduli bagaimana dirinya di pemandangan Tuhan.
Ia lebih peduli bagaimana orang memandang dirinya; reputasi, nama baik, penampilan lahiriah yang penuh dengan perhiasan yang menempel di tubuh, baju yang dikenakan, kendaraan, sampai tindak-tanduk yang ditampilkan didepan umum.
Kalau mereka tidak berubah berarti tidak bertobat.

Tidak serupa dengan dunia ini harus dipahami dengan benar. Tidak serupa disini yang terutama bukan pada penampilan lahiriah, tetapi “pikiran” atau “budi”.
Dalam teks aslinya kata "budi" dalam Roma 12:2 adalah nous, yang diterjemahkan mind juga understanding (pengertian).
Bertalian dengan hal ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa pikiran Petrus yang tidak sesuai dengan pikiran Allah adalah dari setan (Matius 16:21-23).
Petrus berkata demikian, sebab ia berpikir sama seperti orang-orang Yahudi berpikir. Petrus pikir mengikuti suara terbanyak, ia berpikir bahwa itulah yang terbaik. Dunia telah cemar, suara terbanyak atau gaya hidup kebanyakan manusia pada umumnya, bukanlah ukuran kebenaran.
Inilah yang terjadi dalam hidup banyak orang Kristen hari ini, mereka membiarkan pengertian yang tidak sesuai dengan kebenaran Allah menguasai mereka. Pengertian seperti ini merupakan kendaraan iblis membinasakan umat Tuhan.
Iblis adalah si pencuri yang datang untuk membunuh dan membinasakan, tetapi banyak orang mengira apa yang dipikirkan itu baik untuk dirinya. Kita harus mengenali hal ini dan berkata kepada Tuhan: “Selidikilah aku ya Tuhan.”

Tuhan menghendaki agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus dalam hidup bersama, sebagai jemaat Tuhan.
Kata “pikiran” dan “perasaan” ini dalam teks aslinya phroneisto, yang didalam terjemahan lain diterjemahkan sikap/attitude.
Dalam hidup bersama atau dalam hidup bersekutu dengan manusia lain yang menjadi pola tindak kita adalah sikap Kristus.
Pikiran dan perasaan Kristus itu diterjemahkan dalam hidup secara kongkrit dalam bentuk ketaatan kepada Bapa dan kesetiaannya merendahkan diri untuk kepentingan orang lain.
Ini adalah hal yang sangat berbeda dengan kebiasaan hidup manusia pada umumnya. Manusia memiliki kecenderungan memerintah, berkuasa, dihormati, disanjung, dipuji (Lukas 22:24-30; Galitia 5:26).
Orang Kristen yang pola pikirnya diubah tidak akan memiliki sikap hidup yang salah.
Arah hidup ditujukan kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Ia selalu membenahi diri agar memiliki sikap Kristus, sikap anak Allah yang menyukakan hati Bapa (menyangkal diri).
Turut serta mengambil bagian dalam pelayanan dengan mempertaruhkan segenap hidup tanpa batas bagi kepentingan dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus (memikul salib).

Amin.

Kamis, 18 Mei 2017

MEMBANGUN MEZBAH PRIBADI BAGI TUHAN


Ibrani 13:15
Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.

Pelayanan tanpa batas juga harus dalam bentuk perjumpaan dengan Tuhan.
Dalam perjumpaan tersebut anak-anak Allah bukan hanya menyampaikan suatu permohonan, tetapi memuji dan menyembah Tuhan secara pribadi. Hal ini harus dilakukan setiap orang Kristen tanpa kecuali.
Setiap hari, di tengah-tengah segala kesibukan dan tugas-tugas kehidupan untuk keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya, seorang anak Allah harus membangun mezbah pribadi bagi Tuhan. Inilah perjumpaan penting yang tidak boleh dihindari atau ditiadakan.
Ini lebih berharga dan lebih penting dari segala urusan lainnya. Mezbah pribadi bagi Tuhan adalah kegiatan yang mutlak harus diadakan setiap hari dan tidak boleh ditunda. Waktu yang tersedia harus memadai (minimal 30 menit). Dari waktu 30 menit, nanti berkembang menjadi lebih lama.
Semakin mengalami keindahan dalam perjumpaan dengan Tuhan, maka semakin membutuhkan atau menuntut waktu lebih lama. Perjumpaan dengan Tuhan itu bisa berupa mezbah doa pribadi di mana kita meneduhkan jiwa untuk merenungkan kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebenaran Tuhan. Inilah saat di mana kita merenungkan eksistensi Tuhan dan kebesaran-Nya yang tiada tara.

Pada perjumpaan dengan Tuhan tersebut, kita harus belajar memuji Tuhan dengan buah bibir yang memuliakan nama-Nya serta menyembah Dia (Ibrani 13:15). Hati kita harus ditundukkan untuk menyembah Tuhan.
Inilah pelayanan pribadi bagi Tuhan yang tidak bersangkut paut dengan manusia lain.
Ini urusan atau relasi Tuhan dengan pribadi kita masing-masing. Mengembangkan pelayanan pribadi seperti ini sangat penting, sebab dari pelayanan pribadi kepada Tuhan dalam bentuk menyembah Allah, kita terus dapat mengembangkan perasaan cinta yang tulus kepada Allah.
Tetapi dalam hal ini harus dicatat, bahwa Allah kita bukanlah Allah yang hanya senang disanjung dan disembah dengan kata-kata di waktu-waktu tertentu.
Allah kita adalah Allah yang menghendaki kehidupan penyembahan kita harus sesuai perilaku hidup kita sehari-hari yang selalu dapat memancarkan kasih dan kebenaran Tuhan, bertindak sesuai seturut kehendak-Nya. Tentu kehendak Allah adalah kehidupan yang sesuai dengan pola kesucian-Nya.
Dalam hal ini kehidupan Tuhan Yesus adalah teladan kita satu-satunya yang menjadi model kehidupan yang dapat menyukakan hati Bapa di surga, karena telah sesuai dengan pola kesucian Tuhan.

Dari usaha menyediakan diri membangun mezbah pribadi untuk Tuhan tersebut banyak pengalaman adi kodrati yang melampaui akal pikiran dapat diperoleh. Sebuah pengalaman batin yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata kepada orang lain. Dari mezbah pribadi ini terjalin hubungan yang sangat erat dan eksklusif dengan Tuhan.
Inilah yang memicu kecintaan kita kepada Tuhan. Kecintaan kepada Tuhan merajut motivasi pelayanan yang murni bagi Tuhan yang kita tujukan bagi sesama.
Dengan demikian pelayanan pribadi kepada Tuhan dalam mezbah pribadi membangun pelayanan yang murni dan benar bagi sesama kita. Oleh sebab itu membangun mezbah pribadi bagi Tuhan harus merupakan kebutuhan yang sangat mutlak.

Seorang pelayan jemaat yang memiliki perjumpaan pribadi dengan Tuhan dan melakukan pelayanan pribadi kepada-Nya dalam bentuk penyembahan yang benar dari hati ke hati, maka keintimannya kepada Tuhan akan nampak dari getar ketulusan doanya, hidupnya yang selalu meneladani Kristus, kasihnya yang tulus kepada sesama dan kuasa dalam pelayanan ketika menghadapi kuasa kegelapan dengan segala manifestasinya.
Bagaimanapun, kualitas seseorang yang berjumpa dengan Tuhan setiap hari akan terpancar jelas dalam kehidupan sehari-hari dimana ia selalu dengan ketat menjaga kesucian hatinya, ucapannya, tindakannya agar tetap searah dengan pikiran dan perasaan Kristus, dapat menjadi berkat bagi sesamanya, dan tanpa batas menampilkan wajah Tuhan Yesus didalam seluruh sikap hidupnya.

Kolose 3:16-17
16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Amin.

Rabu, 17 Mei 2017

PELAYANAN TANPA BATAS KEPADA TUHAN


Yohanes 12:25-26
25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Setelah melayani pekerjaan Tuhan puluhan tahun barulah kita menyadari benar apa yang dimaksud dengan pelayanan itu.
Pada dasarnya yang dahulu kita pahami mengenai pelayanan, adalah apa yang kita lihat dari para pejabat gereja, aktivisnya dan pendidikan teologi yang dipelajari di Sekolah Tinggi Teologi. Pengertian kita dulu mengenai pelayanan adalah kegiatan di sekitar gereja yang dilakukan oleh mereka yang memiliki legitimasi (pengesahan) untuk pelayanan, yaitu para pejabat gereja dan yang lulus dari sekolah Alkitab. Konsep kita mengenai pekerjaan pelayanan antara lain khotbah, memimpin puji-pujian, mengorganisir serta berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan gereja. Itulah sebabnya kalau kita mengajak orang melayani Tuhan, berarti ikut serta dalam kegiatan gereja.
Konsep pelayanan yang tidak tepat ini membatasi pelayanan secara utuh dan lengkap yang seharusnya dilakukan setiap orang percaya bagi Tuhan.

Harus diingat bahwa menyembah Allah harus dalam Roh dan kebenaran, artinya ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan dan waktu serta sistim yang dibuat manusia (Yohanes 4:24).
Konsep yang salah mengenai pelayanan menutup peluang banyak anak Allah untuk melayani pekerjaan-Nya, sehingga banyak orang-orang yang tidak pernah melayani Tuhan sepanjang umur hidupnya.
Dalam sejarah gereja telah tercatat kesalahan ini (Matius 23:15).
Para ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi mengambil keuntungan materi dan non materi dari konsep salah tersebut.
Mereka menjadi sangat berkuasa mendominasi kehidupan umat dan memanipulasi kehidupan umat untuk kepentingan pribadi dan institusi dengan menggunakan nama Tuhan.
Sebagai akibatnya terbentuk strata dalam gereja, strata pelayan Tuhan dan bukan pelayan Tuhan. Timbul konsep pekerjaan gereja dan pekerjaan dunia, imam dan awam.

Hari ini kesalahan tersebut terulang.
Dengan munculnya nabi-nabi palsu yang mengatasnamakan Tuhan mengajarkan ajaran-ajaran yang sebenarnya tidak Alkitabiah. Mereka mempengaruhi umat untuk tenggelam dengan kegiatan gereja seolah-olah itulah yang disebut sebagai mencari dan melayani Tuhan, untuk menjadi umat yang berkenan kepada-Nya, guna meraih berkat jasmani dan surga.
Padahal tidak demikian, kegiatan gereja baru sebagian dari usaha untuk mencari dan melayani Tuhan.
Kerajaan manusia di dalam gereja harus diganti menjadi Kerajaan Tuhan, artinya bahwa pemerintahan Tuhan harus terselenggara dalam kehidupan orang percaya dalam seluruh kegiatannya, bukan hanya dalam lingkungan gereja. Pelayanan yang benar adalah pelayanan tanpa batas. Pelayanan tanpa batas artinya seluruh waktu dan seluruh kegiatan hidup adalah usaha atau tindakan yang dilakukan demi untuk kepentingan atau keuntungan Tuhan sehingga memuaskan dan menyenangkan hati-Nya (Galatia 1:10).
Ini adalah pelayanan yang tidak dibatasi oleh ruangan, berarti bukan hanya di lingkungan gereja dan lembaga-lembaga Kristen.
Tempat pelayanan orang percaya adalah seluruh wilayah di mana mereka dapat menyelenggarakan hidup bagi kepentingan sesama.

Dalam hal ini kita harus belajar apa yang dimaksud dengan ibadah. Ibadah, atau yang dalam lingkungan gereja juga sering disebut sebagai kebaktian, bukan hanya terselenggara di gereja, tetapi di manapun orang percaya berada harus beribadah atau berbakti kepada Tuhan. Dalam Roma 12:1 dikatakan bahwa ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai korban yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah.
Ini berarti ketika seseorang menggunakan seluruh potensi dalam kehidupannya untuk kepentingan Tuhan, itu berarti sebuah ibadah.
Hidup bagi Tuhan bukan hanya kegiatan yang orientasinya hanya dalam kegiatan gereja, tetapi semua kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan sesama manusia.
Kata “ibadah” dalam Roma 12:1 ini adalah latreia yang lebih tepat diterjemahkan service (melayani). Jadi kalau selama ini banyak orang berpikir bahwa pelayanan adalah kegiatan gereja semata-mata, maka ini adalah suatu pandangan yang keliru, sesungguhnya pelayanan kepada Tuhan adalah seluruh waktu dihidup kita yang selalu melayani perasaan dan kehendak-Nya untuk kita lakukan.

Amin.

Senin, 15 Mei 2017

CIRI KHUSUS PELAYAN TUHAN YANG SEJATI (Bag - 2)



2 Timotius 2:3-4
3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Seorang Pelayan Kristus yang sejati adalah seorang pelayan Tuhan yang hidupnya selalu memperagakan dan memberitakan kebenaran yang tidak mempersoalkan perkara-perkara dibumi yang menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani.
Menjadi besar di mata Allah adalah memiliki hati atau kehidupan seorang pelayan/hamba Tuhan yang selalu mau sepenanggungan dengan Tuhan.
Inilah orang besar dan kaya di mata Allah.
Dalam Lukas 17:7-10 kita menemukan penjelasan mengenai hati seorang hamba.
Dari penjelasan tersebut kita menemukan ciri kehidupan seorang pelayan Tuhan.
Ciri seorang pelayan Tuhan yang benar,
pertama: Bekerja sepenuh hati bagi Tuannya.
Tuan di sini adalah Tuhan Yesus sendiri.
Ini adalah sebuah kehidupan yang dihargai Allah, dan sungguh-sungguh berharga. Kehidupan semacam inilah yang sudah ditemukan oleh rasul Paulus (Filipi 1:21; 2 Korintus 5:14-15; 1 Korintus 6:19).
Seorang yang hidup bagi Tuhan, bagai prajurit yang baik tidak memusingkan penghidupannya sendiri (2 Timotius 2:4). Kehidupan sebagai milisi Kerajaan Surga semacam inilah yang jarang kita temukan dalam kehidupan orang percaya di zaman ini.
Tetapi inilah pola hidup yang seharusnya kita miliki. Orang-orang seperti ini pasti tidak menghamba kepada mamon (Lukas 16:13).
Seorang yang hendak melayani Tuhan tidak boleh memikirkan hari depannya dengan kacamata dunia (2 Timotius 2:3-4).
Kata “menderita” dalam teks aslinya adalah sunkakopateson, sebuah “pesakitan”, yaitu penderitaan yang kita pikul karena melayani Tuhan. Tentu saja orang-orang seperti ini tidak menuntut upah sama sekali.
Baginya, menderita bagi Tuhan Yesus adalah kehormatan yang luar biasa.

Tuhan Yesus berkata kepada seorang yang mau mengikut-Nya : Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang tetapi anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Lukas 9:58).
Dari pernyataan Tuhan Yesus tersebut, jelas sekali bahwa hendaknya kita mengiring Tuhan bukan karena jaminan hidup duniawi, tetapi karena mengasihi Dia.
Hal ini yang ditawarkan iblis kepada Yesus (Matius 4).
Ini sebuah pencobaan yang dari iblis: asal Yesus mau menyembah kepada penghulu kegelapan tersebut, maka Yesus akan menerima segala kemuliaan dunia.
Tetapi Tuhan Yesus menolak dan menjawab: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah kamu berbakti.
Siapa menjadikan dirinya sahabat dunia, ia adalah musuh Allah (Yakobus 4:4).
Hendaknya kita tidak menjadi seperti Yudas, atau Demas yang mengasihi dunia sehingga mengkhianati Tuhan.
Pelayan Tuhan tidak boleh menjadi hamba uang (1 Timotius 3:3; Ibrani 3:5 ).
Sikap ini harus dimulai hari ini, hendaknya kita tidak mencari tempat pelayanan karena uang. Pelayanan bukan perburuan terhadap uang, tetapi jiwa yang diubahkan menjadi seperti Yesus.

Kedua, hidup dalam pengaturan Allah.
Kita harus menerima kenyataan bahwa di luar pengaturan Tuhan adalah kehidupan yang tidak tertib, rusak dan kebinasaan. Menjadi pelayan Tuhan adalah menjadi seorang yang tunduk kepada pengaturan Allah. Dalam pelayanannya, rasul Paulus hanya hidup seturut rencana dan kehendak Allah.
Segala sesuatu yang kita lakukan harus dalam pimpinan Tuhan dan diperuntukkan bagi kemuliaan Tuhan (1 Korintus 10:31).
Allah yang mengetahui talenta kita dan segala karunia khusus-Nya. Ia tahu di mana kita harus berada. Disegala waktu dan tempat kita berada merupakan suatu pelayanan hidup kita kepada Tuhan dan kesempatan dimana kita dapat menyenangkan hati-Nya, hidup didalam pengaturan-Nya.
Orang percaya yang berusaha menyenangkan hati Tuhan adalah pribadi-pribadi yang mencari perkenanan Tuhan, bukan perkenanan manusia (Galitia 1:10).
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa bergumul untuk didapati Tuhan tidak bercacat tidak bercela dalam segala hal dimulai dari sikap hati, cara berucap dan bertindak.
Prinsip hidupnya selalu berlandaskan pada Firman Tuhan dan mengaturan Allah melalui Roh Kudus. Tidak perlu peduli apa kata dunia terhadapnya, seorang pelayan Tuhan tetap menampilkan diri sebagai pelayan Tuhan yang hidup bagi Tuhan dan hidup didalam pengaturan-Nya yang siap menderita bagi kebenaran Tuhan, dan kebenaran Tuhan bisa diberitakan dan diperagakan (2 Korintus 6:4-10).
Untuk memiliki kehidupan semacam ini orang harus bergumul, belajar terus menerus hidup bagi Tuhan dan hidup didalam pengaturan-Nya, sebab seorang yang ingin menjadi pelayan Tuhan berarti ia adalah orang yang mau membangun rumah rohani yang kokoh dan tentu hal tersebut dibutuhkan waktu yang panjang serta kesediaan diri melepaskan warna dunia yang ada didalam jiwanya kemudian selanjutnya menggoreskan dalam-dalam warna jiwa yang baru kedalam dirinya, yaitu pikiran dan perasaan Tuhan dengan Firman Tuhan yang keluar dari mulut Allah setiap hari.
Untuk ini memang perlu proses hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan dimulai perkara-perkara kecil.
Kelak seorang pelayan Tuhan yang sudah dibentuk oleh Allah, taat dan setia dalam perkara-perkara kecil, maka ia baru dapat dipercaya oleh Allah melakukan hal-hal yang besar dimana kebenaran dan kekudusan Allah dapat terperagakan oleh setiap pribadi yang menerima keselamatan dari Tuhan kita Yesus Kristus.
Amin.

Minggu, 14 Mei 2017

CIRI KHUSUS PELAYAN TUHAN YANG SEJATI (Bag - 1)


Lukas 22:24-27
24 Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
25 Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
26 Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
27 Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.

Ciri khusus pengikut Tuhan Yesus yang sejati adalah selalu menyediakan diri sebagai pelayan-Nya.
Dewasa ini pengertian “pelayan Tuhan” telah rancu. Dan kalau pengertian pelayan Tuhan tidak jelas, maka pengertian pelayanan pekerjaan Tuhan pun menjadi kacau.
Dan kalau pengertian pelayanan salah, maka misi pelayanan gereja telah gagal.
Yang ada di dalam benak banyak orang tentang pelayan Tuhan adalah mereka yang memakai dasi berjas, dikerumuni orang untuk didengar, berdiri memimpin kegiatan gereja dan dihormati orang banyak sebagai orang yang berkualitas khusus. Tetapi Tuhan Yesus menunjukkan siapa dan bagaimana hamba itu dalam beberapa perikop ini (Lukas 22:24-27; Yohanes 13:12-17).
Pelayan Tuhan adalah mereka yang merendahkan diri untuk mendatangkan berkat bagi sesamanya. Ini berarti seseorang harus menjadi hamba bagi sesamanya demi kemuliaan Tuhan (1 Korintus 9:19; Yohanes 13). Hanya kalau seseorang dapat menjadi hamba bagi sesamanya, ia dapat memberkati orang lain dan pantas disebut pelayan Tuhan.
Berkat bagi orang lain artinya membuat orang mengenal Allah, disempurnakan sehingga layak masuk rumah Bapa sebagai anggota keluarga-Nya. Ini berarti seorang pelayan Tuhan tidak harus berdiri di mimbar dan berkhotbah. Melalui segala sarana, sesungguhnya Allah hendak menjadikan semua orang percaya sebagai saluran berkat-Nya.

Untuk memiliki pribadi yang dapat dipakai Allah, tidak mudah. Seseorang harus melalui proses pembentukan.
Dalam Alkitab kita jumpai tokoh-tokoh yang diproses Tuhan sedemikian rupa dan kemudian hari mereka dipakai Tuhan secara luar biasa. Tokoh-tokoh itu antara lain: Musa, Yusuf, Daud, Nabi-nabi perjanjian lama, murid-murid Yesus dan tentu juga pelayan-pelayan Tuhan sekarang ini. Tidak ada jalan lain untuk dapat menjadi alat kepercayaan Tuhan selain menerima pembentukan-Nya terlebih dahulu.
Dalam hal ini, gelar kesarjanaan Sekolah Tinggi Teologi atau ijazah sekolah Alkitab bukanlah modal utama dalam melayani pekerjaan Tuhan di lingkungan gereja.
Dalam Matius 11:28-30 terdapat petunjuk adanya pembentukan itu.
Tuhan berkata dalam teks ini: Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku. Kuk di sini adalah “zugon” (Yunani), ini adalah lambang pendidikan dan perbudakan.
Demikianlah seorang pelayan Tuhan haruslah seorang yang mengalami pendidikan dari Tuhan atau pendewasaan, kemudian barulah Tuhan mempercayainya sebagai alat-Nya. Jangan kita berpikir bahwa sekolah Alkitab dengan kurikulum yang tersaji sudah cukup dapat menjadikan seseorang sebagai pelayan Tuhan yang benar.

Yang terpenting adalah bagaimana seseorang memberi diri dibentuk oleh Allah. Dari bibir kita harus meluncur doa: “Bentuklah aku Tuhan”. Tetapi pada kenyataannya, tidak banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh memberi diri dibentuk oleh Allah.
Mereka tidak mempersiapkan diri untuk menerima pembentukan Allah, sebagai gantinya mereka sibuk dengan banyak hal. Ketika mereka mengalami sedikit masalah mereka sudah berteriak meminta jalan keluar dan meminta dilepaskan dari segala masalahnya tanpa mau belajar dari setiap kejadian peristiwa kehidupannya yang didalamnya Tuhan sedang mengajarkan kebenaran dan kekudusan-Nya untuk dikenakan.
Padahal atas orang percaya Allah menyediakan menu-menu pendewasaan guna pembentukan hidup guna menjadi umat bisa seturut dengan kehendak dan rencana-Nya.
Untuk itu kita harus menyediakan diri untuk menerima pembentukan-Nya tersebut melalui permasalahan hidup dan melalui segala peristiwa didalam hidup kita.
Tuhan juga menyediakan menu-menu khusus dalam pembentukan hidup kita antara lain: Rhema Firman Tuhan, pengajaran melalui hamba-pelayan Tuhan yang takut akan Tuhan, waktu yang digunakan untuk berdoa dan membaca Alkitab, penggarapan Allah melalui semua peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup ini yang melaluinya kita disempurnakan (Roma 8:28).

Dalam Alkitab kita menjumpai Yusuf, Musa, Daud dan banyak tokoh lain yang diproses Tuhan, setelah melalui semua itu barulah mereka dapat menjadi bejana Tuhan yang dipakai sebagai alat didalam Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya (Yeremia 18:1-6).
Kalau kita mau menjadi murid Tuhan yang rajin, memanfaatkan waktu, memperhatikan setiap peristiwa yang terjadi dan kesediaan menyangkal diri, maka kita akan bertumbuh wajar, sehingga semakin seperti Yesus.
Dengan cara inilah maka unsur-unsur “manusia lama atau kodrat dosa” dikikis oleh Tuhan dari dalam hidup kita. Unsur-unsur liar itu antara lain: perasaan negatif, gampang tersinggung atau kecewa, mau menang sendiri, mata duitan, mata keranjang, haus kekuasaan, keinginan disanjung dan dipuji dan lain sebagainya. Setelah kita melewati proses pembentukan Tuhan yang menyakitkan, kita dapat dilayakkan untuk melayani Dia, guna menjadi saluran berkat-Nya bagi banyak orang.

Amin.