Kamis, 31 Agustus 2017

DOSA PERZINAHAN MENURUT ALKITAB


Matius 5:27-28
27 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Tuhan Yesus memberikan undang-undang emas-Nya mengenai hal perzinahan, rumusan perzinahan seperti ini tidak ada dalam agama manapun juga. Dalam Perjanjian Lama, perzinahan dipandang sebagai suatu tindakan di mana terjadi hubungan badan antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh sebuah ikatan pernikahan secara hukum maupun secara adat. Dalam hal ini suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai perzinahan apabila ada kontak tubuh yang terjadi antara laki-laki dan perempuan tersebut dalam dorongan seksual, tanpa direstui oleh masyarakat baik secara hukum maupun adat serta adanya pihak ketiga dalam pernikahan. Jadi perzinahan terjadi apabila seseorang melakukan persetubuhan dengan orang lain yang telah menikah (Ulangan 22:22; Imamat 20:10). Dalam Perjanjian Lama dosa jenis ini sangat dikutuk sehingga Allah mencantumkan hukum larangan berzinah ini dalam Dasa Titah atau kesepuluh Firman.

Dalam Perjanjian Baru Tuhan Yesus membuat rumusan tentang perzinahan yang berbeda dengan konsep Perjanjian Lama. Tuhan Yesus mengisyaratkan bahwa suatu tindakan dapat dikategorikan perzinahan tidak harus atau tidak perlu lebih dulu adanya unsur kontak tubuh. Bila seseorang memandang lawan jenisnya dan tergerak nafsu birahinya dan menikmati dalam pikiran, maka tindakan ini sudah dapat dikategorikan sebagai perbuatan zinah (Matius 5:27-28). Dalam hal ini Tuhan Yesus sangat memperhatikan motivasi dasar yang mendorong seseorang melakukan suatu tindakan. Dosa tidak ditentukan pada apa yang kelihatan saja, tetapi juga apa yang tidak kelihatan, yaitu motivasi hati. Inilah yang sering juga disebut zinah dalam hati. Suatu perbuatan dikategorikan zinah tidak harus atau tidak perlu harus ada kontak tubuh seperti anggapan banyak agama dan filsafat dunia.

Kata berzinah dalam Matius 5:27-28 menggunakan satu kata yang akar katanya adalah moikheuo (μοιχεύω) yang penunjuk percabulan didalam hati. Dengan pernyataan ini dapat kita temukan bahwa memandang lawan jenis dan mengingininya merupakan tindakan zinah. Kata mengingini di sini harus dipahami secara tepat. Kata mengingini dalam teks aslinya adalah epithumesai (ἐπιθυμῆσαι), yang diterjemahkan sebagai sangat gemar, berhasrat kuat.
Kita harus dapat memberi muatan pengertian yang benar terhadap kata mengingini di sini. Kata mengingini dalam Matius 5:28 mengandung pengertian ‘birahi’.
Dalam teks Alkitab terjemahan lama diterjemahkan “bergerak syahwatnya”.
Dalam seksologi “bergerak syahwatnya” ditandai dengan ereksi.
Tindakan ini diidentifikasikan oleh Yesus sebagai sebuah perzinahan, artinya tindakan yang berpotensi merusak hakikat perkawinan.

Bila kita mengamati Matius 5, kita dapati bahwa tindakan dosa bukan hanya menyangkut perilaku yang konkret kelihatan, tetapi gerak hati dan sikap batin seseorang sudah dapat membuahkan perbuatan yang dikategorikan oleh Tuhan Yesus sebagai dosa. Ini sejajar dengan apa yang dikemukakan oleh Yohanes dalam suratnya bahwa yang namanya membunuh bukan saja menghabisi atau menghilangkan nyawa orang lain, tetapi membenci juga sudah merupakan pembunuhan di hadapan Tuhan (1 Yohanes 3:15). Dalam hal ini untuk menghindari dosa perzinahan bukanlah sekadar menjauhi lawan jenis dan tidak bergaul dengan mereka, tidak cukup pula dengan menutup seluruh bagian tubuh wanita. Untuk menghindari dosa ini, hati dan pikiran kita harus diberi terus menerus digarap oleh Tuhan, perkarakan selalu dengan Tuhan setiap hasrat yang ada didalam hati masing-masing, apakah Tuhan berkenan dengan apa yang kita pikirkan, sehingga zinah tidak dilakukan bukan karena tidak ada kesempatan, tetapi karena tidak bisa berdosa lagi. Melalui proses pendewasaan, seharusnya seseorang tidak lagi memiliki “gairah” yang dapat merusak bangunan kesucian sebagai anak-anak Allah.

Amin.

Rabu, 30 Agustus 2017

RANCANGAN ALLAH SEMULA


Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Rancangan atau rencana semula Allah menciptakan manusia agar segambar dan serupa dengan Allah merupakan rencana penciptaan manusia dengan keadaaan unggul. Allah tidak pernah bermaksud menciptakan sesuatu yang bercacat dan bercela. Allah yang sempurna adalah Allah yang menciptakan sesuatu yang pasti juga sempurna. Itulah sebabnya dalam Kejadian 1:31 Firman Tuhan mengatakan bahwa segala sesuatu yang diciptakan-Nya sungguh amat baik. Sungguh amat baik menunjuk kepada kesempurnaan ciptaan-Nya.
Namun harus dipahami bahwa kesempurnaan yang diciptakan oleh Allah bukan berarti sudah selesai, artinya Allah mau manusia harus mengembangkan diri untuk bisa berkeadaan mencapai demuth atau serupa dengan Allah.
Dalam Kejadian 1:26 Firman Tuhan mencatat: Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”.

Ada dua kata penting dalam ayat ini yaitu gambar dan rupa yang tertulis dalam bahasa Ibrani : Tselem Demuth.
Menciptakan manusia segambar (tselem) dan serupa (demuth) dengan Allah barulah rencana Allah.
Kata Tselem menunjuk pada komponen-komponen yang ada pada Allah yang juga pada manusia, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Adapun demuth-nya adalah kualitas dari komponen-komponen tersebut.
Pada kenyataannya Allah hanya menciptakan manusia menurut gambar-Nya (tselem), tetapi rupanya (demuth) tidak. Demuthnya harus dikembangkan oleh Adam dan Hawa melalui ketaatan mereka kepada perintah dan kehendak Allah.
Hal ini jelas tertulis di dalam Kejadian 1:27, "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka".
Adam diberi tanggung jawab untuk mengembangkan diri agar dapat serupa dengan Allah dengan mentaati segala perintah Allah dan tidak mengkonsumsi buah pengetahuan baik dan jahat.

Oleh sebab itu Allah memerintahkan Adam untuk bermultiplikasi dengan beranak cucu memenuhi seluruh bumi, diberi kuasa untuk mengelola atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi dan MENAKLUKKAN seluruh yang ada didalamnya.
Perintah untuk MENAKLUKKAN harus dimengerti bahwa Allah menghendaki Adam dan Hawa dalam kehendak bebasnya dapat menaklukkan segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya, termasuk menaklukkan iblis yang telah jatuh yang digambarkan dalam bentuk binatang ular.
Manusia bertanggung jawab mengembangkan diri untuk menjadi lengkap dan utuh, yang sama dengan mencapai kesempurnaan seperti yang dikehendaki oleh Allah. Tetapi ternyata manusia gagal mencapai kesempurnaan seperti yang dikehendaki oleh Allah.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23).
“Kata kehilangan” dalam Roma 3:23 dalam teks aslinya adalah hustereo yang dapat berarti gagal mencapai tujuan, tidak mencapai akhir, gagal menjadi pengikut yang mengambil bagian, rendah dalam keunggulan dan kelayakan.
Keberdosaan membuat manusia tidak mampu mencapai standar manusia ideal seperti yang dikehendaki oleh Allah.
Manusia gagal menjadi manusia yang sempurna menurut Allah.

Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus bertujuan mengembalikan manusia kepada rancangan Allah semula tersebut.
Hal ini sama artinya agar manusia kembali diberi peluang menjadi sempurna seperti Bapa, kembali diberi peluang mencapai kualitas pikiran, perasaaan dan kehendak/demuthnya yang searah, sejalan dan seirama dengan Bapa di surga.
Itulah sebabnya Bapa mengutus anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus mengosongkan diri menjadi sama dengan manusia untuk menjadi penebus dosa dunia dan memberikan Injil serta Roh Kudus agar kita yang menerima Dia diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, supaya bisa dididik, dibentuk dan diubahkan agar kembali kepada rancangan Allah yang semula untuk dapat menjadi serupa dan segambar dengan Allah dalam moral kesuciannya, dalam irama hidup yang selalu memiliki kesesuaikan dengan kehendak Allah.
Oleh sebab itu Tuhan memerintahkan kita untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya.
Perintah Tuhan untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya harus dipahami bukan supaya menjadi murid kita, tetapi menjadikan semua orang datang kepada Tuhan untuk belajar menjadi murid Tuhan dan dimuridkan oleh-Nya secara pribadi, dan panggilan itu juga termasuk untuk diri kita.
Panggilan menjadi murid-Nya dan menjadikan semua bangsa menjadi murid Tuhan Yesus adalah panggilan seumur hidup kita untuk terus diubahkan, disempurnakan dalam kebenaran dan kesucian hidup sehingga dapat menjadi saksi-saksi Tuhan untuk dapat memberitakan kebenaran Injil/kebenaran Allah yang dapat mengubahkan seseorang untuk hidup didalam rancangan-Nya semula.

Itulah sebabnya Allah harus mendidik kita dan menggarap kita melalui segala kejadian-kejadian hidup kita agar kita dapat mengenakan bagian didalam kekudusan-Nya dan menjadi anak-anak Allah yang sah/Huios dan bukan lagi anak-anak gampang/anak-anak yang tidak sah/Nothos (Ibrani 12:6-10). Seharusnya inilah hal yang mayor/hal yang besar yang menjadi ketertarikan sepanjang umur hidup kita, inilah yang dimaksud Tuhan Yesus agar kita mencari kerajaan Allah dan kebenarannya sebab Tuhan menghendaki kita dapat menemukan dan mengenakan kualitas hidup rancangan-Nya semula dimana Tuhan rindu memberikan rahasia "kualitas kehidupan kerajaan Allah (Zoe) dengan segala kelimpahannya.
Kelimpahan disini adalah kelimpahan penyingkapan dan pewahyuan lapisan-lapisan rahasia kebenaran kerajaan Allah bagi mereka yang memiliki hati lapar dan haus akan kebenaran dan yang mengasihi Allah.
Sebagai umat yang mengenal Allah, kita seharusnya tidak lagi khawatir tentang hal-hal minor, seperti soal penghidupan apa yang hendak kami makan, minum dan pakai yang adalah fokus hidup yang dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan tanggung jawab terhadap kuasa yang dipercayakan oleh Bapa untuk mengelola sebab Bapa di surga tahu kita memerlukan semuanya itu.

Didalam Ibrani 5:8-9 dikatakan :
8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
Setelah Tuhan Yesus mencapai kesempurnaan-Nya Ia menjadi pokok keselamatan artinya dapat menjadi penggubah bagi mereka yang taat kepada-Nya. Orang percaya harus memberi dirinya dididik, dimuridkan oleh Tuhan menjadi murid-Nya, sehingga dapat diubahkan, disempurnakan keberadaan kualitas hidupnya (Zoe-nya) dan menjadi serupa dengan Dia yang telah menjadi yang sulung bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.
Dengan demikian setiap orang percaya yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus mengisi sepanjang hidupnya di bumi hanya untuk proses pemuridan menjadi serupa dengan Yesus atau menjadi sempurna seperti Bapa di surga yang adalah sempurna sehingga dapat diutus menjadi saksi-Nya kepada semua orang, bangsa-bangsa dan sampai keujung bumi.
Amin.

Selasa, 29 Agustus 2017

PEMAHAMAN TENTANG KESELAMATAN BUKAN KARENA PERBUATAN BAIK


Efesus 4:17-24
17 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia
18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.
19 Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.
20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.
21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,
22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,
23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

Seorang bernama Buford semasa mudanya ia memiliki kebiasaan merokok, setelah ia dibaptis ia merasa sudah menjadi seorang yang baru dilahirkan dan merasa sudah selamat, ketika di pagi hari ia sedang duduk santai di teras rumahnya, ia mulai menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan sambil memegang sebatang rokok yang sedang menyala, ia menyambut dan menikmati suasana hari paginya yang cerah dengan nyanyian bagi Tuhan, segera setelah selesai ia bernyanyi dengan tanpa rasa bersalah kepada Tuhan ia mulai menikmati rokoknya kembali.
Suaranya yang indah seolah-olah meluluhkan hati Allah dan menyangka bahwa Allah sedang disenangkan hati-Nya melalui suara merdunya.
Jika kebiasan ini terus berlanjut hingga ia menutup mata maka ia mati dengan hidup tanpa memenuhi panggilan tanggung jawab mengenakan manusia baru yang berkodrat Ilahi/mengenakan kepenuhan Kristus dalam seluruh perilakunya.
Salah satu alasan banyak orang membenarkan diri atau membenarkan tindakan mereka yang jelas-jelas tidak menghormati Allah Yang Maha Kudus, sehingga mereka dengan sejahtera tidak mengusahakan diri melepaskan segala keterikatan perhambaan dunia yang merusak dan mencemarkan tubuh yang adalah bait Roh Kudus karena pengertian mereka yang salah mengenai konsep keselamatan bukan karena perbuatan baik.
Memang benar, sudah merupakan harga mati bahwa perbuatan baik bagaimanapun tidak akan dapat menyelamatkan manusia akibat kejatuhannya ke dalam dosa.
Harus dimateraikan di dalam batin kita dengan kuat bahwa perbuatan baik sama sekali tidak dapat menyelamatkan (Efesus 2:8-9).
Dengan pemahaman ini, maka seseorang tidak dapat membanggakan diri di hadapan Tuhan dan di depan sesamanya.
Keselamatan hanya oleh anugerah; sola gratia.

Keselamatan dapat tersedia hanya oleh karena korban Tuhan Yesus di kayu salib. Kalau Tuhan Yesus tidak mati di kayu salib, maka semua manusia tanpa penghakiman pasti meluncur menuju penghukuman kekal, sebab memang semua manusia telah jatuh dalam dosa. Siapa pun manusia itu, baik manusia pertama, Adam, Abraham, Ayub, Daud, Daniel, Elia, Elisa dan semua tokoh Perjanjian Lama sehebat apa pun tidak ada yang bisa masuk surga.
Korban darah binatang domba, kambing dan lembu yang mereka tumpahkan sesungguhnya hanya lambang dan semacam voucher sementara.
Darah binatang tidak dapat menyucikan dosa dan korban itu tidak dapat dijadikan sebagai sarana penebusan.
Hanya korban darah Tuhan Yesus sampai pada kematian-Nya di kayu salib adalah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah dosa seluruh manusia.
Yesuslah Anak Domba Allah yang menghapus semua dosa manusia (Yohanes 1:29).
Kata menghapus dalam Yohanes 1:29 sebenarnya dalam teks aslinya adalah airo (αἴρω), yang artinya lebih tepat diterjemahkan “mengangkat”.
Semua dosa manusia telah diangkat di kayu salib, tetapi keberadaan manusia lama seseorang yang masih bisa membawanya kepada hidup dalam perbudakan dosa dan manusia yang berkodrat daging belum diselesaikan.

Harus diingat bahwa orang percaya yang ditebus oleh darah Yesus, tidak otomatis bisa mengenakan kodrat Ilahi.
Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rencana Allah sempurna, yaitu menjadikan manusia dapat segambar dan serupa dengan Allah, yang sama dengan berkodrat Ilahi.
Untuk ini harus digumuli oleh setiap individu, sebab perubahan hidup sehingga dapat mengenakan kodrat Ilahi tidak dapat terjadi atau berlangsung secara otomatis (Filipi 2:12-13).
Masing-masing individu harus mengusahakannya dengan memperbaharui cara berpikir manusia batiniahnya dengan cara berpikir Injil yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus yang adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan sehingga berubah memiliki pikiran Kristus dan mengenal seluruh kebenaran Allah.
Inilah bagian dari mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar kepada Allah secara benar.
Banyak orang Kristen berpikir bahwa korban Yesus di kayu salib sudah all in, artinya semua masalah bisa berdosa kembali di kemudian hari telah tuntas diselesaikan sehingga tidak ada perjuangan yang proporsional melahirkan dirinya menjadi manusia yang mengenakan kepenuhan karakter Kristus didalam seluruh perilakunya. Mereka tidak mengerti bahwa harus ada perjuangan melawan kodrat dosa di dalam dirinya yang harus dikikis habis yaitu manusia lama yang hidupnya berjalan didalam kedagingan untuk digantikan dengan kodrat Ilahi.

Manusia daging adalah cara berpikir daging yang mengumbar cara hidup manusia lama yang masih bisa tersinggung, sombong, mau diperhitungkan memiliki kemampuan atau ingin dipuji, dihargai, dihormati, bahkan tindakan yang merusak tubuhnya seperti hobi kuliner berlebihan atau makan yang berlebihan, kebiasaan merokok, kebiasaan minum minuman yang keras beralkohol, bahkan yang paling membahayakan diakhir zaman ini adalah seseorang menjadi konsumerisme tanpa batas demi kepuasan hawa nafsunya.
Seseorang yang menerima dan percaya kepada Tuhan Yesus harus ditandai dengan kesediaan mengikuti seluruh jejak-Nya.
Hal ini tidak sederhana sebab memerlukan membentukkan karakter manusia baru didalam Kristus. Berkaitan dengan hal ini Tuhan Yesus mengatakan kita harus dilahirkan kembali, jika tidak maka kita tidak dapat diubah menjadi murid Tuhan sehingga kita tidak dapat melihat Kerajaan Allah (Yohanes 3:3).
Tuhan menghendaki perubahan karakter, dari karakter manusia berdosa atau manusia lama yang dahulu kita warisi dari cara hidup yang salah dan sia-sia dari cara hidup nenek moyang menjadi manusia Allah yang segala tindakannya sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Seseorang yang memiliki pikiran Kristus tidak akan lagi mau diperhamba oleh apapun sebab seluruh hidupnya hanyalah untuk berbakti kepada kehendak Allah saja.
Seseorang yang memiliki pikiran Kristus pasti selalu mengusahakan diri untuk menjadi sempurna maksudnya agar orang percaya bisa berkeadaan serupa dengan Yesus dalam seluruh moral kesucian hidup, sehingga Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Dengan demikian keberadaan orang percaya harus menjadi seperti Yesus. Inilah target yang harus dicapai setiap anak-anak Allah demi menggenapkan rencana Allah yang menghendaki kita menjadi perawan suci yang tak bercacat dan tak bernoda yang siap menyongsong kedatangan Tuhan Yesus.
Dengan demikian orang percaya dapat dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, atau menjadi anak-anak Allah yang dapat mewarisi janji-janji Allah dan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, sehingga dimuliakan bersama dengan Dia (Roma 8:17).

Kalau Tuhan Yesus berkata : Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Matius 5:20), hal ini menunjuk orang percaya harus hidup secara luar biasa dalam seluruh kelakukan dihidupnya yang mencerminkan kesempurnaan seperti Bapa dalam seluruh moral kesucian atau serupa dengan Tuhan Yesus sehingga kita layak dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus di Kerajaan-Nya yang kekal sampai selama-lamanya.

1 Petrus 2:2 
Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,
Amin.

Senin, 28 Agustus 2017

UKURAN HIDUP KEKAL


Lukas 18:18-19
18 Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
19 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.

Dalam Lukas 18:18-19 termuat dialog antara Tuhan Yesus dengan seorang kaya. Orang kaya ini bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Orang kaya ini memperkarakan apakah kebaikan itu atau mengenai perbuatan manusia yang berkategori baik itu? Orang kaya ini percaya bahwa perbuatan yang baik akan menghasilkan kehidupan yang kekal. Hidup kekal bukan hanya semata-mata menunjuk kehidupan nanti di surga setelah mati, sebab pada umumnya orang tertumbuk pada kata “kekal”, asumsinya bahwa hanya di surga ada kekekalan.
Padahal berbicara mengenai kekekalan bukan hanya di surga ada kekekalan, tetapi juga di neraka. Sesungguhnya hidup yang kekal berbicara mengenai hidup yang berkualitas atau hidup yang bermutu.
Hidup kekal berbicara mengenai kebaikan yang ideal menurut Tuhan bukan menurut manusia. Hidup kekal bukan hanya memuat pengertian panjangnya hidup, tetapi juga memuat dalamnya hidup atau kualitas hidup.

Tuhan mengemukakan kepada orang muda yang kaya, bahwa untuk memiliki suatu kehidupan yang berkualitas atau hidup kekal seseorang harus menuruti segala perintah Tuhan dalam Taurat-Nya.
Tuhan Yesus berkata: “… Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah….Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 19:18-19). Orang kaya tersebut mengaku bahwa dirinya sudah melakukan hukum-hukum Tuhan dengan baik. Mendengar ucapan pemuda yang kaya itu Tuhan Yesus tidak membantah (Matius 19:20). Ini berarti memang ia telah melakukan perintah Tuhan dengan baik. Ini juga berarti, bahwa di dunia ini sangat besar kemungkinan adanya orang-orang yang memang dapat melakukan perintah Allah atau hukum-hukum agama secara baik, atau mencapai kualitas kebaikan menurut hukum-hukum agama yang ada. Dengan demikian, ditinjau dari kehidupan umat Perjanjian Lama, ada orang-orang yang sudah merasa berkategori memiliki hidup kekal atau hidup yang berkualitas.

Rupanya orang muda yang kaya ini merasa apa yang telah dilakukannya itu tidak cukup membuat dirinya telah mencapai hidup yang berkualitas. Itulah sebabnya orang muda yang kaya ini berkata kepada Tuhan Yesus, apalagi yang harus dilakukannya. Tuhan menjawab: “Jikalau kamu mau sempurna pergilah dan juallah segala milikmu dan bagikanlah kepada orang miskin, lalu datanglah kepada-Ku”.
Di sini ada hal yang harus kita perhatikan dengan serius, bahwa ada kebaikan nilai umum atau kebaikan nilai subyektif.
Ini adalah kebaikan manusia. Tetapi di sisi lain ada kebaikan yang bernilai obyektif, mutlak dan ideal menurut perspektif Tuhan. Ini adalah kebaikan yang sempurna.
Jika pemuda kaya tersebut bersedia melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, maka ia akan menjadi salah satu murid Tuhan Yesus. Tetapi sampai akhir Injil ditulis, nama pemuda kaya ini tidak pernah dikenal. Ia meninggalkan Tuhan dengan sedih dan tidak bersedia melakukan apa yang Tuhan perintahkan.

Ditinjau dari hukum Taurat pemuda kaya ini sudah benar, tetapi kalau ditinjau dari standar atau ukuran umat Perjanjian Baru, ia belum benar-benar benar, belum seperti keadaan yang Allah kehendaki untuk dipenuhi didalam hidupnya.
Belum benar-benar benar tidak dikaitkan dengan Allah yang memang sudah mutlak benar, tetapi dikaitkan dengan hukum atau norma manusia yang selama ini dianggap sudah benar, tetapi sebenarnya belum benar jika dibandingkan dengan standar hidup kekal ukuran umat Perjanjian Baru.
Orang percaya dipanggil Tuhan untuk memiliki hidup kekal atau kehidupan berkualitas yang tidak didasarkan pada hukum Taurat atau hukum manapun, tetapi didasarkan pada kehendak Allah; sebab kehendak Allah adalah ukuran kebenaran atau kebaikan yang benar-benar benar. Hukum yang tertulis belumlah mewakili kehendak-Nya secara sempurna.
Oleh sebab itu kita perlu bergumul setiap hari secara ketat untuk selalu menemukan kehendak-Nya untuk kita penuhi didalam hidup kita, karakter mana yang perlu masih diubahkan oleh Tuhan untuk kita kenakan, manusia batiniah seperti apa yang Tuhan kehendaki sehingga kita semakin menjadi serupa dengan Dia yang adalah kudus dalam seluruh keberadaan-Nya.
Tuhan Yesus mau kita juga memiliki moral kesucian yang tak bercacat cela dalam seluruh gerak pikiran, cara berucap dan dalam seluruh tindakan kita.
Dengan demikian kita baru dapat menjadi saksi-saksi Tuhan Yesus yang menyatakan terangnya bersama-sama dengan Dia yang adalah Raja terang dunia yang telah mengalahkan hukum dosa dan hukum maut.

Amin.

Sabtu, 26 Agustus 2017

MEMILIKI TUJUAN HIDUP SECARA BENAR


Matius 16:26-27
26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Sangat menyedihkan kalau untuk keadaan yang sementara di bumi ini seseorang berusaha untuk memperoleh kebahagiaan hidup dan terhindar dari segala kesulitan ekonomi dan ancaman bahaya, tetapi untuk keadaan kekekalan hampir semua orang tidak peduli nasibnya. Dalam hal ini banyak orang sangat ceroboh, pikirannya masih duniawi sehingga sangat mudah disesatkan oleh iblis dengan tawaran kesenangan hidup dengan segala keindahannya agar manusia terus mencari kepuasan hidup yang berasal dari dunia ini.
Mata hatinya semata-mata tertuju kepada bagaimana hidupnya semakin mapan, kaya dan terhindar dari berbagai kesulitan hidup.
Terkait dengan hal keadaan kekal ini Tuhan Yesus mengatakan : Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16:26).
Apa gunanya, juga berarti apa untungnya.
Dari penjelasan ini kita tahu bahwa tujuan Tuhan memberi keselamatan bukanlah untuk bertujuan supaya kita hidup dan menyibukkan diri untuk mengumpulkan harta di bumi, namun adalah sebaliknya Tuhan memberi perintah supaya setiap orang percaya harus menyibukkan dirinya untuk mengumpulkan harga di surga yaitu bagaimana hidup semakin diubahkan oleh firman Tuhan, memancarkan kebenaran Allah dalam seluruh tindakan perilaku hidup, memenangkan banyak jiwa sebanyak-banyaknya dengan menjadi saksi bagi Tuhan dan menjadi surat Kristus terbuka dimana hidup kita bisa dibaca oleh semua orang sehingga orang melihat kehidupan kita mereka juga diubahkan dan mengenal kebenaran Kristus dan mengenal Allah yang benar untuk disembah dan dimuliakan.

Banyak orang tidak memikirkan bahwa semua materi yang dimilikinya sekarang di bumi ini sama sekali tidak dapat menolong keadaannya di kekekalan. Terkait dengan hal ini, Tuhan Yesus menyatakan : Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa (Yohanes 6:27). Tuhan Yesus mengatakan hal ini ketika melihat banyak orang yang fokus hidupnya hanya untuk kehidupan fana di bumi ini, bahkan mereka yang mau berurusan dengan diri-Nya. Tuhan Yesus mengatakan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang”.
Banyak gereja sekarang ini sesat tanpa mereka sadari, yaitu ketika mereka mengarahkan jemaat untuk mempersoalkan masalah kehidupan fana di bumi ini sehingga dalam berurusan dengan Tuhan umat bukan lagi memberi diri untuk dipakai menjadi alat melayani kehendak-Nya, namun sebaliknya Tuhan diminta umat untuk melayani keinginan-keinginan umat dalam doa-doanya yang meminta pemulihan ekonomi dan masalah pemenuhan kebutuhan jasmani.
Tuhan Yesus menasihati kita agar kita bekerja bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Tuhan Yesus kepada kita; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah dengan materai-Nya.
Ketika orang bertanya apa yang harus mereka perbuat, Tuhan Yesus menjawab: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.
"Percaya kepada Tuhan Yesus yang diutus Allah" artinya bukan hanya mengakui status-Nya sebagai Juru Selamat atau mengenal sejarah-Nya dan mengakui sejarah hidup-Nya, Tetapi setiap kita yang mengaku Tuhan Yesus adalah Allah pemilik kehidupan kita berarti kita bersedia dengan segenap hidup mengikuti seluruh jejak hidup-Nya, karena itulah keselamatan yang Tuhan Yesus maksudkan, yaitu manusia dikembalikan kepada rancangan Allah semula dimana Tuhan Yesus menghendaki apa yang telah dilakukan dan diajarkan-Nya adalah role model/gaya hidup yang harus diteladani bagi seluruh umat percaya.

Oleh sebab itu pelayanan gereja harus hanya berorientasi pada kehidupan yang mengarahkan jemaat Tuhan untuk hal tersebut.
Pengajaran Firman Tuhan harus membuka pikiran untuk dapat mengerti bagaimana menjalani hidup seperti yang Allah kehendaki. Selain itu, gereja harus mengarahkan kehidupan seseorang agar benar-benar memiliki percaya kepada Tuhan Yesus secara benar yang terekpresikan lewat peragaan hidupnya yang semakin jelas menampilkan wajah Kristus dalam setiap tindakannya.
Dengan demikian yang boleh dipandang sebagai tujuan hidup satu-satunya dalam kehidupan orang percaya adalah bekerja untuk makanan yang tidak dapat binasa yaitu dapat menampilkan kehidupan Tuhan Yesus didalam seluruh tindakannya, menjadi saksi bagi Tuhan untuk mengubahkan kehidupan banyak orang agar mengenal jalan keselamatan dalam Yesus Kristus, menyelamatkan sebanyak mungkin orang untuk dikembalikan kepada rancangan Allah sehingga semua manusia hidup didalam kebenaran dan kehendak-Nya dan layak masuk ke dalam anggota keluarga Kerajaan Surga.

Roma 8:29
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Amin.

Jumat, 25 Agustus 2017

CARA TUHAN MENDEWASAKAN KITA


Ibrani 12:8-10
(8)Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
(9)Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
(10)Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Dalam penggarapan agar orang percaya mengalami kelahiran baru, sering Tuhan harus meremukkan kita dengan segala cara yang sangat menyakitkan, tetapi inilah jalan berkat yang Bapa sediakan bagi kita. Ketika kita dihajar Tuhan dengan pukulan yang menyakitkan, sebenarnya Tuhan sedang mengajarkan sesuatu hal didalam hidup kita yang sebenarnya itu adalah untuk kebaikan kita.
Tuhan memukul untuk menyembuhkan cacat pada karakter kita. Tuhan memukul untuk memperbaiki dan memperbaharui hidup kita dan mengajarkan bagaimana seharusnya menggelar dengan benar hidup kita ke arah yang dikehendaki-Nya. Untuk ini haruslah kita berpikir seperti yang dianjurkan Paulus oleh ilham Roh:“Pikirkan perkara yang di atas, carilah perkara yang di atas”, ayat ini sejajar dengan perkataan Tuhan Yesus “kumpulkan harta di surga bukan di bumi. Sebab dimana ada hartamu disitu hatimu berada”. Ketika kita mengalami keadaan yang tidak menyenangkan, sesungguhnya kita sedang dibentuk oleh Allah untuk menjadi manusia baru di dalam Dia.
Karena memikirkan perkara-perkara yang di atas maka seseorang akan menjadi tabah dan kuat menghadapi segala keadaan yang sulit bagaimana pun.

Dalam kehidupan banyak orang, peristiwa-peristiwa yang luar biasa bisa mengubah keadaan psikologis seseorang. Semakin besar persoalan yang dialami seseorang yang menggoncang perasaan dan pikirannya maka dampaknya juga semakin besar. Tuhan pun memakai cara ini untuk mengubah dan membentuk sifat seseorang sesuai dengan apa yang menjadi seharusnya ditampilkan sebagai anak anak-Nya.
Tentu saja Tuhan memiliki arah yang jelas dalam mengubah hidup seseorang. Itulah sebabnya dikatakan dalam Firman Tuhan bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Sebenarnya dalam teks aslinya tidak ada kata “turut”. Jadi, Allah bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia. Semua kejadian memang dirancang Tuhan untuk membentuk dan mendewasakan kita.

Ketika Paulus menulis surat Kolose, dimana ia menganjurkan jemaat untuk memikirkan perkara-perkara yang di atas, maksudnya adalah agar jemaat mengerti panggilan untuk memfokuskan diri pada perwujudan Kerajaan Allah. Dengan demikian kita mengerti mengapa Tuhan berkata: Dimana ada hartamu di situ hatimu berada. Ketika Tuhan mengucapkan kalimat yang meminta kesediaan kita untuk mengumpulkan harta di surga, hal ini merupakan cara Tuhan agar kita menghayati kehidupan kita sebagai warga Kerajaan Allah. Sampai kita menyadari sedalam-dalamnya bahwa dunia ini bukan rumah kita secara permanen. Bahwa kita bukan berasal dari dunia ini. Bahwa kita telah mati bagi kesenangan dunia. Sampai tingkat ini iblis tidak lagi bisa membujuk kita untuk menyembahnya lewat tawaran kesenangan yang ada didalam dunia ini seperti yang pernah ia tawarkan pada saat ia mencobai Tuhan Yesus (Lukas 4:5-8)

Untuk mati terhadap kesenangan dunia/keinginan-keinginan duniawi sering Tuhan menghajar anak-anak-Nya yang mengasihi Dia sedemikian rupa sampai mereka menjadi pesimis terhadap meraih keinginan-keinginan duniawi tersebut.
Hal ini bisa terjadi kalau orang percaya tersebut sulit diubah karena keras kepala. Seharusnya Tuhan tidak perlu melukai jemaat dengan pukulan yang sangat menyakitkan, baru berubah. Dengan peringatan-peringatan yang tidak menyakitkan seharusnya orang percaya sudah disadarkan. Pukulan keras hanya diberikan kepada mereka yang tidak memiliki hati mudah bertobat.
Hendaknya arah pandangan hati kita tidak digantikan dengan berbagai keinginan-keinginan duniawi yang bertentangan dengan kehendak Allah, namun sebaliknya, hati kita harus terus untuk kita arahkan kepada kehendak dan rencana Tuhan Yesus dan kerajaaan-Nya karena disanalah kehidupan yang sebenarnya yang menjadi tujuan hidup bagi orang orang percaya.

Titus 2:12
Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini

Amin.

Kamis, 24 Agustus 2017

BERINTEGRITAS DALAM KEJUJURAN DAN KEBENARAN


Matius 5:33-37
33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
34 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Kejujuran adalah bagian dari menjaga kekudusan diri dihadapan Allah.
Jujur didefinisikan sebagai Hati yang lurus; tidak berbohong atau berkata apa adanya, tidak curang atau mengikuti aturan yang berlaku, tulus iklas; tidak munafik atau bermuka dua.
Jadi, jujur adalah sikap moral yang sejati, yang berasal dari hati yang bersih, lalu diterjemahkan ke dalam tutur kata dan perbuatan. Kejujuran tidak datang dari luar, melainkan datang dari dalam hati manusia ketika seseorang mengakui kebenaran Allah.
Dalam Alkitab, Tuhan telah menetapkan dengan sangat jelas, bahwa berdusta, menipu, dan mencuri itu salah (Keluaran 20:15-16; Imamat 19:11-13).
Tuhan mengulangi ketetapanNya ini sepanjang sejarah. Tuhan menghukum mati Akhan yang tidak jujur (Yosua 7:11), Tuhan juga menghukum mati Ananias dan Safira yang berbohong (Kisah Para Rasul 5:3-4). Siapa saja yang tidak jujur melawan Tuhan karena hal itu melanggar ketetapan-Nya.
Kejujuran tidak akan berbohong.
Alkitab mengatakan, “Karena itu saudara-saudara semuanya, jangan lagi berdusta. Berkatalah benar yang satu dengan yang lainnya” (Efesus 4:25).
Berkata dusta adalah kekejian bagi Tuhan (Amsal 12:22).

Dalam Matius 5 yang isinya dikenal sebagai golden rule (undang-undang emas), Tuhan Yesus menyinggung mengenai sumpah. Dalam Matius 5:33-37 Tuhan Yesus mengajarkan agar orang percaya memiliki integritas dalam kejujuran.
Oleh sebab bersumpah adalah suatu perbuatan yang di dalamnya seseorang memanggil atau menggunakan nama Tuhan, di mana Tuhan sebagai saksi utama untuk meneguhkan atau menyuguhkan kebenaran atas apa yang seseorang nyatakan atau janjikan, maka orang percaya harus benar dalam hal ini. Sebenarnya ada dua macam sumpah, yaitu :
Pertama sumpah promissoir.
Ini adalah sumpah yang mengandung janji-janji, misalnya dalam sumpah yang dituntut dari seorang pegawai pemerintah pada waktu diangkat dalam jabatannya.
Dalam sumpah ini seseorang berjanji hendak melaksanakan kewajibannya sebaik-baiknya. Kedua, sumpah assertoir.
Ini adalah sumpah yang meneguhkan kebenaran suatu keterangan yang diberikan. Sumpah jenis ini dilakukan dalam hukum pidana, hukum proses, hukum sipil, hukum tentara dan lain-lain, yakni kalau seseorang dipanggil untuk memberi kesaksian.

Tuhan tidak menghendaki orang percaya mengangkat sumpah sebagai sarana untuk menipu atau mengelabui sesamanya.
Apa yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 5:33-37 harus dipahami dengan benar. Untuk itu kita harus meneliti dengan benar maksud larangan sumpah dalam teks atau ayat tersebut. Sebenarnya konteks ayat tersebut adalah integritas kejujuran yang harus dimiliki orang percaya.
Yang hendak ditekankan dalam ayat tersebut adalah “sumpah dusta” atau upaya untuk menutupi kebenaran dengan mengangkat sumpah. Ada beberapa ayat dalam Perjanjian Baru yang berbicara mengenai sumpah.
Di mana Allah ditampilkan sebagai saksi (Matius 26:63-64; 2 Korintus 1:23; 1 Tesalonika 2:5).
Di dalam ayat-ayat ini tidak ada indikasi bahwa mengangkat sumpah di hadapan pemerintah itu salah. Yang penting dalam mengangkat sumpah adalah orang percaya tidak boleh berdusta. Dalam menjadikan Allah sebagai saksi ketika seseorang menyatakan suatu kesaksian, kesaksiannya harus benar. Dan dalam memberi kesaksian tersebut, ia harus hidup dalam kebenaran dan kesadaran dalam hati.

Orang percaya harus dapat membedakan mana yang benar dan yang tidak benar.
Dalam hal ini orang percaya tidak akan mengucapkan sumpah untuk membela suatu kejahatan atau demi kepentingan individu atau kelompok sehingga mengorbankan keadilan.
Dalam mengangkat sumpah, orang percaya harus menegakkan keadilan.
Dengan demikian orang percaya dapat tampil sebagai saksi keadilan.
Bila seseorang mengangkat sumpah, namun ternyata ia tidak memenuhi kewajibannya (sumpah promissoir) atau menyatakan suatu dusta (sumpah assertoir), maka berarti ia telah menyebut nama Tuhan dengan sia-sia. Selanjutnya kesetiaan kepada sumpah harus dibatasi dan ditentukan oleh kehendak Allah. Tuhan tidak menghendaki kita mentaati sumpah secara mekanis, otomatis, dan terpaksa. Tetapi ketaatan kepada kewajiban dan pengakuan kebenaran kita harus dibangun di atas kesadaran bahwa kita adalah hamba Tuhan yang harus mengabdi kepada Tuhan semata-mata dan menjadi hamba kebenaran.

Menjunjung tinggi kejujuran sama dengan menjunjung tinggi kebenaran Allah dan menghormati Allah, sebab Allah itu jujur. Kebenaran adalah bagian dari apa yang ada didalam diri-Nya dan sebagai anak-anak Allah, kita di tuntut untuk memiliki moral yang sama seperti yang Allah kehendaki, kudus seperti Dia kudus.
Dia adalah Allah yang tidak akan mungkin berdusta (Titus 1:2), dan “Allah tidak mungkin berdusta” (Ibrani 6:18).
Karena Tuhan itu benar, berdusta merupakan pelanggaran terhadap sifat-Nya.
Karena Tuhan itu benar, menipu merupakan perlawanan terhadap diri-Nya. Karena Tuhan itu benar, mencuri adalah penghinaan terhadap diri-Nya.
Karena Allah itu benar maka semua yang keluar dari dalam hati haruslah lurus dan penuh dengan kejujuran.
Dengan demikian maka merupakan sifat-Nya yang menetapkan kejujuran sebagai kebenaran-Nya, dan ketidakjujuran, penipuan, dan pencurian ditetapkan-Nya sebagai kejahatan dimata-Nya.
Kejujuran ditetapkan Tuhan agar manusia kembali memiliki moral ilahi sebagai anak-anak Allah yang sudah sepatutnya mengembangkan hidup yang berkodrat ilahi.
Batasan yang Tuhan buat untuk menjaga agar kita bahagia, sejahtera dan aman.
Tuhan tahu betapa bahayanya jika kita melanggar batasan yang Tuhan sudah tetapkan. Tuhan sangat tahu bahwa kita akan sengsara jika kita keluar dari ketetapan Allah.

Amsal 14:2
Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia.
Amin.

Rabu, 23 Agustus 2017

RELASI TERHADAP ALLAH DAN SESAMA MANUSIA SECARA BENAR


Matius 5:22-24
22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Dalam Matius 5:22-24, Tuhan Yesus memberikan pengajaran-Nya atau hukum-Nya yang tidak akan pernah ditemukan di dalam agama manapun.
Kemarahan yang tidak patut dan sikap menuduh yang tidak berdasar, merupakan sikap hati, belum menjadi tindakan yang melanggar moral menurut pengertian umum, tetapi menurut Tuhan bagi anak-anak Allah sudah merupakan tindakan yang membuat seseorang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Dalam hal ini suatu perbuatan dinyatakan sebagai kesalahan bukan hanya tindakan lahiriah yang nyata, tetapi sikap hati yang tidak sesuai dengan kesucian Allah.
Tuhan menghendaki agar umat-Nya sebelum berurusan dengan Tuhan harus dalam keadaan hati yang bersih terhadap sesama. Jika tidak, maka segala bentuk ibadahnya menjadi sia-sia. Dalam hal ini ibadah di gereja tidak dapat dipisahkan dari langkah-langkah atau fakta kehidupan setiap hari.
Oleh sebab itu hendaknya kita tidak berpikir bahwa yang penting adalah ke gereja dan melakukan seremoni, tetapi sesungguhnya sikap hati terhadap sesama memainkan peranan penting dalam relasi dengan Allah. Tuhan menghendaki perdamaian dengan semua orang, artinya hidup tanpa musuh dengan siapa pun.

Terkait hal relasi dengan sesama, Tuhan Yesus juga berkata : Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5:38-44).
Pernyataan Tuhan ini sangat luar biasa.
Sikap mengalah, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan adalah keistimewaan dalam Kekristenan yang tidak terdapat dalam agama lain. Dalam hal ini jelas orang Kristen tidak akan menjadi ancaman terhadap orang lain dan tidak memaksakan agamanya terhadap orang lain.

Tuhan Yesus juga menegaskan hal ini dalam Matius 5:46-47, apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
Dari pernyataan ini sangat jelas sekali bahwa orang percaya harus memiliki keadaan yang unggul dan luar biasa dalam berkelakuan melebihi semua manusia di sekitarnya, bahkan melebihi tokoh-tokoh agama manapun.
Dari hal ini, sangatlah jelas bahwa orang percaya harus berjuang untuk bertumbuh menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Allah atau menjadi berkenan kepada-Nya. Perjuangan memiliki keadaan yang unggul atau luar biasa ini adalah respon terhadap anugerah Allah, bukan usaha untuk mencapai keselamatan.
Perjuangan ini merupakan buah pertobatan dari anugerah yang telah Tuhan beri dan disediakan bagi kita.
Kita diselamatkan supaya menghasilkan buah-buah keselamatan sesuai dengan standar yang Allah kehendaki, maka seseorang harus masuk proses menjadi manusia unggul berjuang tanpa batas mengenal Pribadi-Nya, mengubah diri dan memperbaharui manusia batiniahnya dari hari ke hari demi dapat sempurna mengenakan kodrat Ilahi menjadi serupa seperti yang telah diperagakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Tentu saja perubahan seorang anak Tuhan yang  memiliki gairah yang kuat mengejar kesempurnaan Kristus yang terus berjuang mengenakan kodrat Ilahi sebagai anak-anak Allah maka keharumannya dapat dirasakan oleh orang-orang disekitarnya dimana orang disekitarnya hidupnya juga diubahkan dan mengenal kemuliaan Kristus dalam setiap peragaan perilaku hidupnya yang mengasihi dan menjadi berkat bagi sesama manusia.

Filipi 3:10-12
10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.

Amin.

Selasa, 22 Agustus 2017

MENGASIHI TUHAN SECARA BENAR


1 Yohanes 2:15
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.

Mengasihi Tuhan berarti bersedia untuk tidak mengasihi dunia ini sebagai tempat mencari yang disebut sebagai kebahagiaan hidup fana.
Jika tidak demikian maka ia belum sama sekali mengasihi Tuhan dengan secara benar.
Bagi orang percaya kebahagiaan hidup adalah adanya kehadiran Roh Allah ditengah-tengah mereka yang menuntunnya kepada seluruh kebenaran-Nya, memberikan damai sejahtera dan sukacita surgawi.
Dalam Roma 8:28 Firman Tuhan jelas sekali mengatakan bahwa Allah bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.
Jadi, kalau seseorang tidak mengasihi Tuhan, maka ia tidak akan mengalami realisasi dari Roma 8:28 tersebut.
Apa sebenarnya maksud mengasihi Tuhan di sini?
Kita harus menemukan jawaban atas pertanyaan ini dengan benar.
Hal ini sangat berarti sekali dalam hidup Kekristenan kita.

Orang yang mengasihi Tuhan adalah orang yang tidak berharap dunia dengan segala fasilitasnya dapat membahagiakan dirinya.
Hal ini harus menjadi prinsip penting yang tertanam di dalam hati. Adapun realisasinya masih membutuhkan waktu yang panjang belajar Firman Tuhan secara ketat untuk mengubah pola berpikir manusia dunia (manusia lama) menjadi manusia yang mengenakan pikiran Kristus, mulai belajar sungguh-sungguh menumpahkan cinta yang benar kepada Tuhan dengan bereaksi melepaskan segala kesenangan hidup yang tidak sesuai dengan pikiran Kristus kemudian dengan segenap hati mempersembahkan hidup untuk mengabdi kepada kehendak-Nya dan bukan lagi hidup bagi diri sendiri.
Seiring dengan perjalanan waktu di mana kita belajar kebenaran Firman Tuhan dan memahami semakin mendalam serta bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, maka kita semakin mengerti bahwa keindahan Tuhan jauh melampaui segala keindahan dunia ini.
Dari pengalaman nyata kita mengalami Tuhan dan membuktikan keberadaan-Nya (eksis-Nya), maka kehidupan untuk memperoleh kebahagiaan bagi kepentingan diri sendiri yang berasal dunia ini juga semakin surut sebab kita akan semakin disadarkan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, dan bumi ini bukan rumah kita, kita semakin disadarkan bahwa keagungan Tuhan dan kerajaan-Nya lebih berharga dari apa yang ditawarkan oleh keindahan dunia ini.
Sampai diri kita pada saatnya bisa mencapai pengakuan seperti pengakuan Pemazmur : "yang kuingini Engkau saja".
Dalam prinsip hidup seperti ini kita dapat bertekad untuk rela melepaskan segala milik kita (Lukas 14:33) untuk dikuasai secara penuh oleh Tuhan demi kita dapat dimuridkan sehingga dapat diubah mengenakan Pribadi-Nya, dapat dimiliki Tuhan dan hidup dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan menjadi murid-Nya yang terus disempurnakan.
Orang yang mengasihi Tuhan, mereka adalah orang yang berhasrat kuat untuk dapat menyenangkan hati Tuhan dan berusaha untuk tidak melukai hati-Nya.
Seperti Abraham yang kuat dan berhasrat menyenangkan Tuhan dengan rela melepaskan kesenangannya yaitu Ishak demi mentaati kehendak Tuhan untuk dipenuhinya.
Tuhan menginginkan kita memiliki kecintaan yang benar kepada-Nya dengan rela melepaskan kesenangan-kesenangan atau Ishak-Ishak kita yang membuat kasih kita kepada Tuhan terbagi kepada hal yang lain.
Tentu saja Tuhan mau kecintaan kita kepada Tuhan secara benar harus menghasilkan buah dimana kita dapat membantu sesama kita, menjadi berkat dan dapat mengasihi sesamanya seperti mengasihi diri sendiri.
Kita sekolah, kuliah, bekerja giat, berbisnis, berkeluarga semuanya demi supaya efektif agar dapat memberikan hidup kita, pengabdian diri kepada Tuhan dan kerajaan-Nya yang tidak lagi ditujukan demi meraih hidup hanya untuk membela kepentingan pribadi (2 Korintus 5:15).
Walau dalam proses untuk dapat menyenangkan hati Tuhan sering terjadi di mana seseorang masih gagal juga (jatuh bangun), tetapi gairah untuk berubah dan bisa sungguh-sungguh menyenangkan hati Tuhan tidak pernah surut.
Baginya menyenangkan hati Tuhan adalah segalanya, lebih dari menyenangkan diri sendiri atau menyenangkan manusia mana pun.
Tetapi faktanya, merealisir hal ini tidak mudah. Dibutuhkan perjuangan berat mentaati kehendak Tuhan dengan akurasi atau sesuai seperti yang Tuhan inginkan.
Orang yang mengasihi Tuhan tidak akan mendua hati dan tidak akan pernah mengabdi kepada dua tuan, ia tidak akan berhenti berjuang untuk dapat benar-benar menyenangkan hati Tuhan.
Tuhan menandai orang-orang seperti ini dan memberikan anugerah pembentukan setiap saat demi kebaikannya dan menjadikan alat-Nya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat oleh semangat zaman yang semakin jahat.

Yohanes 14:21
Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
Amin.

Senin, 21 Agustus 2017

KEADAAN YANG SEHARUSNYA DIMILIKI


Matius 5:20
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Dalam Matius 5:20 Tuhan mengatakan dengan sangat jelas: Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Kata hidup “keberagamaanmu” dalam Matius 5:20 adalah dikaiosune (δικαιοσύνη).
Kata ini lebih tepat diterjemahkan kebenaran yang bertalian dengan kelakuan, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yaitu sikap hati dan pola berpikir kita.
Kata dikaiosune menyangkut integrity, virtue, purity of life, rightness, correctness of thinking feeling, and acting (integritas, kebajikan, kemurnian hidup, kebenaran, kebenaran perasaan berpikir, dan perilaku).
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan righteousness. Kata ini dalam konteks tersebut bisa berarti beberapa, antara lain: state of him who is as he ought to be, righteousness, the condition acceptable to God (keadaan yang semestinya dimiliki, sebuah keadaan atau kondisi yang diterima oleh Tuhan).

Keadaan yang semestinya dimiliki, menunjuk kepada keadaan manusia yang seharusnya dikenakan sesuai atau seperti yang dirancang oleh Allah sejak semula ketika diciptakan.
Jadi, kalau orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan hidup melebihi dari kelakukan, sikap hati dan pola berpikir ahli Taurat dan orang-orang farisi, maksudnya bahwa manusia dibawa kepada keadaan sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia itu.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia tidak berkeadaan seperti yang Allah kehendaki. Dalam hal ini luar biasa di mata manusia adalah kewajaran di dalam pemandangan mata Tuhan. Manusia harus berkeadaan seperti yang Allah inginkan. Bisa dimengerti kalau Tuhan Yesus mengatakan “harus” sempurna seperti Bapa.

Dengan pernyataan Tuhan Yesus bahwa orang percaya harus lebih benar dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hal ini mengisyaratkan bahwa penerimaan dan tuntutan Bapa terhadap umat Israel yang masih hidup di dalam Taurat dengan umat Perjanjian Baru adalah berbeda.
Dengan demikian orang percaya sebagai umat Perjanjian Baru harus memiliki standar moral lebih dari umat Perjanjian Lama yaitu moral yang tidak bercacat dalam seluruh perilakunya baik dari sikap hati, motivasi hati, cara berucap hingga perbuatannya yang adalah untuk memuliakan Tuhan.
Demikianlah, mereka yang diberi banyak dituntut banyak, sedangkan yang diberi sedikit dituntut sedikit.
Orang percaya yang mengenal Tuhan Yesus dan Injil-Nya berarti diberi banyak, maka dituntut banyak, yaitu harus sempurna seperti Bapa atau menjadi serupa dengan Tuhan Yesus (Matius 5:48 ; Roma 8:29).

Keadaan seperti yang Allah inginkan adalah keadaan yang diterima oleh Allah (the condition acceptable to God).
Orang-orang beragama samawi seperti orang Yahudi berusaha diterima oleh Allah dengan melakukan hukum Taurat. Paulus dalam suratnya tegas mengatakan bahwa tidak seorang pun dapat dibenarkan dengan melakukan hukum Taurat.
Karenanya Paulus juga menasehati mereka yang melakukan hukum Taurat untuk tidak bermegah atau sombong dengan menjalani hukum Taurat tersebut.
Seseorang hanya dibenarkan oleh darah Yesus Kristus melalui iman terhadap Allah Anak, Tuhan Yesus Kristus.
Kalau Tuhan Yesus tidak mati di kayu salib, maka tidak ada seorang pun yang dihakimi. Ini berarti tanpa penghakiman semua manusia meluncur masuk api kekal tanpa ada yang menahan sama sekali, sebab memang semua manusia telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.

Kalau Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya harus berkeadaan diterima oleh Allah melebihi dari ahli Taurat dan orang Farisi, berarti orang percaya dihakimi dengan ukuran berbeda. Bisa dimengerti mengapa Paulus mengatakan bahwa ia berusaha untuk berkenan. Berkenan artinya berkeadaan diterima oleh Allah sesuai dengan standar yang diinginkan oleh Tuhan (the condition acceptable to God). Berkenan yang dimaksud oleh Paulus adalah diterima dalam rumah Bapa sebagai anggota keluarga Kerajaan.
Hal ini lebih dari sekadar masuk dunia yang akan datang, tetapi keadaan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus, menjadi anggota keluarga-Nya.

Amin.

Sabtu, 19 Agustus 2017

KAYA DI HADAPAN TUHAN


Lukas 12:20-21
20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Mari kita persoalkan dengan serius apa definisinya kaya itu?, apakah punya harta yang begitu banyaknya, sehingga tidak habis dipakai tujuh turunan?
Kalau seperti itu ukurannya, orang kaya dalam perumpamaan Tuhan Yesus ini benar-benar kaya (Lukas 12:19) namun, mengapa Tuhan Yesus menyebut bahwa orang kaya ini bodoh (Lukas 12:20), dan juga bahwa orang kaya ini "tidak kaya di hadapan Allah" (Lukas 12:21)?
Perumpamaan ini merupakan jawaban Tuhan Yesus atas permintaan seseorang agar Tuhan membela dia mengenai harta warisan.
Tuhan Yesus menolak permintaan itu, sebaliknya mengingatkan bahwa keterikatan pada harta kekayaan itu berbahaya (Lukas 12:15 ; 1Timotius 6:9-10).
Hal ini bisa membuat seseorang tidak kaya dihadapan Tuhan.
Dalam perikop ini kalimat "malam ini juga jiwamu akan diambil" menunjuk orang kaya tersebut tidak memperhitungkan adanya panggilan mendadak yaitu waktu ia harus menghadap Allah Yang Maha Tinggi, meninggalkan semua harta yang telah dikumpulkan dengan susah payah dan mempertanggungjawabkan seluruh isi hidupnya dihadapan Tuhan.

Dalam segala hal kita memang harus berharap dan bergantung kepada Tuhan. Tetapi berharap atas sesuatu yang telah disediakan oleh Tuhan dimana kita harus meraihnya sendiri dan bergantung kepada Tuhan dengan menunggu tindakan-Nya atas sesuatu yang sebenarnya menjadi tanggung jawab kita adalah kesalahan fatal.
Banyak orang terjebak dalam kesalahan ini. Mereka menunggu lawatan Tuhan, jamahan Tuhan, pemulihan, kebangunan rohani atau apa pun namanya demi pendewasaan tetapi mereka tidak memperolehnya, sebab Tuhan sudah memberikan atau menyediakan, dan orang percaya harus meraihnya dengan tindakan nyata atau respon yang memadai.
Inilah tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan di kekekalan nanti.

Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah, kita harus percaya bahwa setiap hari Tuhan sudah menyediakan “menu” pendewasaan yang pasti akan berdaya guna untuk mengubah hidup kita dari manusia duniawi menjadi manusia Allah/manusia Roh yang dapat berjalan seiring dengan-Nya.
Menu untuk pendewasaan rohani/pendewasaan hidup adalah “berkat kekal”.
Dalam Mazmur 23:5 tertulis:“Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.”
Hidangan di ayat ini tentu bukan hidangan jasmani (bukan rumput untuk makanan jasmani) tetapi makanan rohani dalam dimensi Allah untuk dicurahkan bagi pendewasaan hidup kita sebagai anak-anak-Nya.
Hidangan ini lebih jauh bernilai dibanding dengan hidangan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani kita.
Untuk ini kita harus benar-benar jeli menangkap segala sesuatu yang Tuhan sediakan tersebut.
Berkat jasmani seharusnya bukan lagi menjadi fokus hidup orang percaya, tetapi berkat kekal/didikan Tuhan melalui hidup kita harus selalu menjadi menu makanan utama dalam hidup kita yaitu pembelajaran tentang bagaimana hidup didalam kehendak Tuhan dan selalu berkenan dihadapan-Nya setiap saat.
Kenyataannya hidup manusia di akhir zaman ini menunjukkan adanya fakta dimana manusia lebih banyak terfokus kepada berburu berkat jasmani dari pada berkat rohani/berkat kekal yang disediakan oleh Tuhan yang kelak akan dibawa pada saat menghadap tahkha pengadilan Kristus.
Orientasi berpikir manusia akhir zaman yang tidak mengenal Allah adalah mereka akan selalu terfokus kepada hal-hal pemenuhan berkat jasmani yang fana, pergumulan hidup mereka tidak lain adalah apa yang hendak kami makan, apa yang hendak kami minum dan kami pakai yang tidak lain adalah hal-hal yang dicari oleh manusia yang tidak mengenal Allah (Matius 6:31:32).
Hal ini bukan berarti kita tidak perlu mempersoalkan berkat jasmani, kita percaya berkat jasmani sudah disediakan Tuhan bagi kita yang selalu mengandalkan Tuhan, meraihnya dengan melakukan bagian kita bekerja dengan rajin dan dengan tanggung jawab, doa dan dengan penuh ucapan syukur.

Bukan hal yang sederhana kalau Tuhan Yesus berkata bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4).
Firman dalam arti logos tidak boleh berlalu, kita harus dengan tekun belajar dan menerima yang disediakan Tuhan setiap kali ada pertemuan-pertemuan bersama didalam ibadah, apalagi Firman dalam arti Rhema (suara Tuhan/pesan Tuhan yang harus kita kenakan).
Rhema adalah suara Tuhan yang diterima seseorang pada waktu-waktu tertentu berkenaan dengan peristiwa kehidupan yang dijalani.
Dalam waktu yang singkat di hidup ini Tuhan menyediakan rhema-Nya untuk mengubah manusia menjadi manusia Roh yang bisa berjalan seiring dengan pikiran, perasaan dan kehendak-Nya.
Oleh sebab itu betapa berharganya waktu hidup ini.
Ketika seseorang menutup mata, ia dapat menghayati betapa dahsyat dan berharganya waktu hidup ini, sebab di dalamnya Tuhan mau berurusan dengan anak manusia guna menjadikan mereka sebagai anak-anak yang berperilaku sesuai dengan kehendak-Nya.
Kesempatan ini hanya satu kali dan singkat. Ini merupakan anugerah yang tiada taranya.
Tidak menghargai anugerah ini berarti tidak menghargai Tuhan sendiri.

Orang yang dengan tekun memungut manna sorgawi yaitu suara Tuhan yang didapat untuk dikenakan didalam hidup setiap hari akan menjadikan dirinya kaya di hadapan Tuhan, tetapi orang yang ditenggelamkan dengan berbagai urusan pemenuhan kebutuhan jasmani sema-mata akan mati dalam keadaan tidak kaya di hadapan Tuhan.
Jadi sebenarnya inilah alasan Tuhan Yesus mengatakan : kumpulkan bagimu harta di sorga dan bukan harta dibumi, sebab Tuhan sangat mementingkan kekayaan harta sorgawi yang akan dibawa pada saat menghadap tahkta-Nya.
Ini adalah pilihan, kita menjadi kaya di bumi ini atau menjadi kaya di sorga.
Kita tidak bisa menjadi kaya dua-duanya.
Sebab firman Allah berkata " Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (Matius 6:24)."
Kalau pun secara duniawi kita kaya, kita harus menggunakan kekayaan itu untuk kepentingan Kerajaan Sorga dan tidak merasa memilikinya.
Orang percaya yang secara finansial berlimpah tidak merasa kaya secara materi sebab ia merasa bahwa semuanya itu milik Tuhan yang harus dikelola secara benar dan bertanggung jawab kepada Tuhan.
Seorang anak Tuhan tidak boleh terikat dengan apapun selain terikat kepada Tuhan.
Orang yang hatinya terikat kepada Tuhan akan selalu berpikir bahwa mutlak dalam penggunaan berkat-Nya harus dalam komando Tuhan, bukan berdasarkan pertimbangan pribadi.
Inilah bendahara-bendahara yang jujur di hadapan Tuhan yang berkatnya adalah mengerti kebenaran dan memiliki hartanya sendiri di Kerajaan Sorga nanti.

Lukas 16:11-13
11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Amin.

Jumat, 18 Agustus 2017

MEMAHAMI PELIPATGANDAAN SECARA BENAR


Matius 13:23
Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

Dalam Injil Matius 13:1-23 Tuhan Yesus menjelaskan mengenai pelipatgan­daan. Konteks pelipat gandaan itu adalah mengenai benih Firman (Injil) yang ditabur dan berbuah dalam kehidupan pendengarnya yang “mengerti” Firman-Nya. Buah di sini bukan uang atau harta benda atau materi lainnya, tetapi karakter Kris­tus yang diperagakan oleh orang percaya. Allah Bapa menghendaki agar suatu hari nanti (di penghakiman terakhir), Bapa menemukan pribadi anak-Nya dalam hidup orang percaya. Inilah prestasi yang harus kita capai selama hidup di dunia ini. Jadi, kalau selama ini dikesankan bahwa pelipatgandaan itu adalah obyeknya uang, maka itu adalah penyesatan yang merusak bangunan iman yang murni. Sebagai akibat­nya fokus orang percaya diselewengkan, sehingga hal utama yang harus digumuli yaitu pembaharuan pikiran dan karakter Kristus melalui Firman Tuhan diabaikan.
Oleh sebab itu segala usaha untuk meraih berkat jasmani dengan menggunakan kuasa Tuhan adalah pe­nyimpangan, sebab Allah sebagai Bapa pasti memenuhi kebutuhan kita.

Tuhan Ye­sus menyatakan, “Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan dit­ambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Kuasa Tuhan disediakan agar orang percaya “menjadi anak-anak” Alah (Yohanes 1:11-13). Kuasa Allah bukan dimanipulasi untuk kepentingan pribadi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan jasmani. Sebagai perbandingan, orang-orang yang tidak mengenal Kristus tanpa kuasa Allah juga dapat melimpahi dirinya dengan berkat jasmani.

Ini berarti orang percaya di bumi ini hanyalah fokus bagaimana men­jadi warga Kerajaan Sorga yang baik (model atau prototipenya adalah Tuhan Yesus).
Hidup di dunia hanyalah “masa persemaian.” Dunia bukan rumah kita, kita bukan berasal dari dunia ini (Tuhan Yesus sendiri yang menyatakan).
Untuk ini butuh pergumulan proses pendewasaan yang tidak mudah.
Tuhan menyatakan bahwa kita tidak mungkin bebas dari kesulitan. Setiap hari ada kesusahannya sendiri. Oleh sebab itu jangan membangun Firdaus di bumi. Inilah saatnya kita kembali kepada ajaran Kristus yang murni. Hati-hati dengan penyesatan yang sangat cerdas dan licik yang dilakukan iblis. Ingat, ajaran yang benar adalah ajaran yang menga­rahkan umat kepada dua hal yaitu karakter yang disempurnakan dan persiapan diri menuju Langit Baru dan Bumi yang Baru di di Kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus.

Kolose 1:28-29
28 Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.
29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

2 Petrus 3:13-14
13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.

Amin.

Kamis, 17 Agustus 2017

HIDUP SECARA LUAR BIASA DALAM KELAKUKAN


Matius 5:45-48
45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya harus seperti Bapa, maksudnya dalam konteks harus melakukan kebaikan bagi semua orang, yaitu kepada orang baik maupun orang jahat, kepada orang benar maupun orang yang tidak benar (Matius 5:45-48). Di ayat-ayat sebelumnya Tuhan Yesus menunjukkan pula perbedaan antara hukum yang dipahami orang beragama pada umumnya dan hukum yang harus dipahami dan dilakukan orang percaya. Dalam perikop ini Tuhan Yesus mengemukakan beberapa hal, antara lain mengenai pembunuhan, kemarahan, tuduhan kafir terhadap saudara lain, sikap terhadap orang yang memusuhi, sumpah dan lain sebagainya. Tuhan Yesus menekankan agar dalam segala hal dan kepada semua orang, orang percaya harus bersikap seperti Bapa. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menasihati agar kita sempurna seperti Bapa (Matius 5:48).
Allah Bapa adalah satu-satunya Pribadi yang mempunyai segala kuasa, kemuliaan dan Kerajaan, tetapi dalam menyelenggarakan pemerintahan-Nya, Bapa menyerahkannya kepada Tuhan, yaitu Tuhan Yesus (Daniel 7:13-14
13 Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
14 Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah).
Tuhan Yesus adalah kepala pemerintahan jagad raya ini, Dia-lah Allah yang menciptakan langit dan bumi dan mengelola isi kehidupan dibumi ini (Yohanes 1:1-3), pemerintahan-Nya yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mikha 5:1)
Tuhan Yesus menaungi semua manusia dari suku manapun, bangsa manapun, golongan dan agama manapun.
Walaupun banyak manusia, bahkan sebagian besar manusia tidak mengenal Dia dan tidak mengakui pemerintahan-Nya, tetapi Dia tetap kepala pemerintahan kehidupan ini, Allah Yang Berkuasa, Bapa Yang Kekal dan Raja Damai (Yesaya 9:5).

Sebagai anak-anak Theos (Allah) yang juga adalah Bapa, kita harus juga bersikap sama seperti Bapa terhadap semua orang.
Memang pertama perhatian kita kepada saudara seiman, selanjutnya juga kepada semua orang. Kasih kita kepada semua orang tidak boleh dibatasi pada suku, golongan dan agama. Kepada semua orang kita harus bersikap bijaksana dan penuh kasih.
Semua orang di sini tentu yang pertama anggota keluarga kita, yaitu orang tua, pasangan hidup, anak-anak, keluarga besar, tetapi juga kepada pegawai-pegawai kita, kolega bisnis, tetangga dan semua orang yang kita jumpai. Dalam hal ini, kita diajar untuk menjadikan semua manusia adalah sesama kita tanpa membeda-bedakan.
Harus diingat bahwa suatu saat dalam Kerajaan Bapa kita dan Tuhan kita Yesus Kristus, kita akan memerintah semua bangsa (Wahyu 2:26 ; Wahyu 22:5) Karena itu mengasihi semua orang harus dimulai dari sekarang.
Dengan demikian, orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa.
Luar biasa bukan dalam penampilan lahiriah, harta, gelar, pangkat, kedudukan dan lain sebagainya; tetapi orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan.
Dalam Mataius 5:20, Tuhan Yesus berkata: Maka Aku berkata kepadamu : Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Ahli Taurat dan orang Farisi adalah tokoh-tokoh agama yang dipandang sebagai orang saleh yang melebihi masyarakat. Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya harus lebih benar dari mereka. Ini berarti orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa.
Tingkat keluarbiasaannya adalah kehidupan moral yang melebihi tokoh-tokoh agama pada umumnya yaitu orang percaya dipanggil untuk memiliki pikiran Kristus dalam seluruh tindakannya, segala sesuatu yang dilakukan harus selalu dikaitkan dengan Tuhan apakah Tuhan disenangkan atau malah sebaliknya.
Inilah yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus memberi tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah dan itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1).

Amin

Rabu, 16 Agustus 2017

MEMBERI DIRI UNTUK DIMURIDKAN


Matius 11:29-30
29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."

Dalam banyak bagian di dalam Alkitab Tuhan Yesus mengajarkan kepada orang percaya untuk memiliki hubungan pribadi yang sangat eksklusif dengan diri-Nya. Misalnya kalau Tuhan berfirman :” Belajarlah pada-Ku".
Ini berarti setiap orang percaya harus belajar langsung dari Tuhan.
Dalam kesaksiannya secara implisit nampak bagaimana Paulus belajar dari Tuhan mengenai banyak hal yang tidak dapat diajarkan manusia kepadanya (Galatia 1:15-19; 1 Korintus 11:23; 2 Korintus 12:1). Pengalaman pribadi seperti ini harus dialami setiap individu, barulah sungguh-sungguh menjadi murid Tuhan. Salah satu bukti atau ciri orang sungguh-sungguh menjadi murid Tuhan Yesus yaitu akan semakin seperti Tuhan. Untuk ini setiap orang percaya memiliki hak istimewa untuk dimuridkan langsung oleh Tuhan. Bagai seorang penjunan Tuhan akan menggarap setiap umat pilihan menjadi pribadi seperti yang dikehendaki-Nya.
Tanpa pertemuan dua pribadi yaitu Tuhan Yesus dengan masing-masing individu, maka tidak akan terbangun manusia Allah seperti yang dikehendaki-Nya.

Kalau Firman Tuhan mengatakan bahwa : “…manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Keluar dari mulut Allah berarti sesuatu yang keluar dari hati-Nya.
Ini bukanlah Firman dalam arti “pengetahuan didalam nalar saja” tetapi menjadi “rhema” (ῥῆμα).
Kalau Tuhan Yesus adalah Logos yang menjadi manusia, Rhema adalah suara Tuhan Yesus yang menuntun orang percaya untuk dapat menuju kedewasaan seperti Tuhan Yesus. Rhema lebih berarti perkataan (utterance or thing said ; pernyataan atau mengatakan sesuatu), pasti hal ini berkenaan dengan peristiwa atau pergumulan hidup yang sedang dialami seseorang.
Tentu saja rhema masing-masing orang sangat berbeda sesuai dengan pergumulan hidup masing-masing. Sesungguhnya inilah yang bisa mendewasakan karena menjadi makanan rohani.
Hal ini menjawab pertanyaan, mengapa mereka yang sudah belajar banyak Firman di Sekolah Alkitab, pendalaman Alkitab, seminar rohani, KKR dan lain sebagainya tetapi tidak menampilkan kehidupan Ilahi atau tidak dewasa, sebab mereka tidak mendengar suara Tuhan langsung dari hati-Nya (rhema) atau tidak sungguh-sungguh bergumul belajar kepada Tuhan secara langsung setiap hari dan menemukan kehendak-Nya untuk dipenuhi didalam hidupnya.
Dalam hal ini setiap orang tidak cukup hanya mendengar khotbah rohaniwan di mimbar gereja. Kebenaran Firman Tuhan yang didengarnya (logos) harus bersuara atau menjadi suara yang jelas menasihati dalam kehidupannya secara pribadi dalam konteks pergumulan yang dihadapinya. Seseorang harus peka bagian mana dalam hidupnya yang Tuhan mau ubahkan sehingga ia semakin dapat berjalan seiring dengan rencana Tuhan.
Untuk ini setiap orang percaya harus bergumul dengan serius guna menemukan Tuhan secara pribadi.

Dalam usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula, manusia harus memberi diri digarap oleh Tuhan sebagai responnya.
Tanpa respon yang memadai, maka proses dikembalikannya seseorang ke rancangan Allah semula tidak akan terwujud dalam kehidupan ini. Respon inilah yang dimaksud dengan iman. Iman bukan sekadar sebuah persetujuan pikiran atau pengaminan akali. Iman bukan hanya di wilayah pikiran, di mana seseorang hanya mengakui status Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Iman adalah tindakan, seperti yang dilakukan oleh Abraham. Abraham disebut sebagai bapa orang percaya sebab hidupnya menjadi pola dengan mana orang percaya membangun imannya kepada Tuhan.
Abraham menerjemahkan atau mewujudkan imannya dengan tindakan-tindakan, yaitu dimulai dari kesediaannya meninggalkan Urkasdim dan kaum keluarganya, untuk menemukan negeri yang memiliki dasar dan dibangun oleh Allah sendiri (Ibrani 11:8-10).

Orang yang mendengar dan menerima berita Injil harus memberi diri dimuridkan untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus, yang adalah prototipe manusia yang dikehendaki oleh Allah. Untuk layak menjadi murid Tuhan Yesus atau bisa diubah oleh Tuhan Yesus, seseorang harus meninggalkan segala sesuatu (Lukas 14:33).
Sama seperti Abraham meninggalkan Urkasdim dan kaum keluarganya, orang percaya juga harus meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya.
Maksudnya bukan untuk mengasingkan diri, namun tidak menjadi serupa dengan dunia ini dalam hal tujuan hidup dan cara bagaimana menyelenggarakan hidup dihadapan Allah.
Proses pemuridan ini adalah proses untuk menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, dan merupakan pergumulan sepanjang hidup. Hidup sebagai orang percaya hanya untuk perubahan ini.
Hal ini bukan suatu usaha yang berpusat pada manusia (anthroposentris).
Kesempurnaan dalam Tuhan atas diri seseorang adalah tindakan dan keadaan yang selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Ini adalah kehidupan yang berpusat pada Allah (Teosentris).
Justru di sini orang percaya menjadi Teosentris secara benar. Tuduhan bahwa pengajaran mengenai kesempurnaan membuat seseorang menjadi anthroposentris, menunjukkan ketidakpahamannya terhadap kebenaran ini.

Setiap orang percaya memiliki hak istimewa untuk dimuridkan langsung oleh Tuhan.
Dan mestinya memang setiap orang percaya harus memberi diri untuk dimuridkan oleh Tuhan secara langsung sehingga ia bukan hanya menjadi umat yang percaya, tetapi menjadi umat yang dipercayai oleh Tuhan dalam proyek penyelamatan jiwa-jiwa untuk dikembalikan kepada rancangan dan kehendak Allah yang semula dimana Allah menghendaki kita menjadi serupa seperti Tuhan kita Yesus Kristus.
Amin.

Selasa, 15 Agustus 2017

MERUBAH KODRAT DOSA MENJADI BERKODRAT ILAHI


2 Petrus 1:3-4
3 Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

Bagi orang beragama pada umumnya yang memiliki hukum-hukum atau syariat yang harus ditaati, maka mereka tidak memerlukan perubahan kodrat hidup.
Bagi mereka yang penting adalah pembinaan atau pendidikan agama, supaya umat mengenal tatanan hukum mereka dan memenuhinya dalam hidup keseharian. Seperti bangsa Israel, mereka tidak perlu mengalami kelahiran baru yang mengubah kodrat hidup mereka, dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi. Dengan kodrat manusia (human nature) saja mereka sudah bisa melakukan hukum-hukum atau syariat agama mereka. Keadaan manusia yang sudah jatuh dalam dosa masih berpotensi menjadi manusia yang bermoral baik. Tentu kebaikan di sini adalah kebaikan yang sangat relatif. Kebaikan yang relatif artinya kebaikan dari sudut pandang mata manusia yang bisa berubah dan masing-masing individu atau komunitas memiliki perspektif yang berbeda.
Dalam hal tersebut di atas harus dipahami bahwa kejatuhan manusia ke dalam dosa tidak membuat manusia harus atau mesti menjadi seperti hewan. Manusia tetap dapat memiliki moral yang baik, karena masih berkemampuan untuk melakukan perbuatan baik berdasarkan hukum. Manusia masih bisa berkuasa atas dosa, dalam arti kejahatan yang melanggar norma manusia. Karena hal inilah maka Allah berkata kepada Kain bahwa dosa sudah mengintip di depan pintu, tetapi ia harus berkuasa atasnya (Kejadian 4:7, tapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya).
Dalam kasus tersebut jelas sekali bahwa Kain mestinya dapat menghindari praktik pembunuhan, tetapi ternyata Kain memilih untuk membunuh adiknya. Dalam kehendak bebasnya Kain memilih membunuh adiknya.

Adalah sangat keliru kalau seseorang berpikir bahwa kejatuhan manusia membuat manusia tidak dapat berbuat kebaikan sama sekali.
Kebaikan yang mampu manusia pada umumnya lakukan adalah kebaikan berdasarkan norma umum, bukan berdasarkan standar kesucian Allah.
Berdasarkan norma umum artinya berdasarkan hukum yang diterapkan secara legalistis.
Legalistis artinya melakukan hukum sesuai dengan bunyinya.
Bagi umat perjanjian lama kalau hukum berbunyi : jangan membunuh artinya tidak menghabisi nyawa seseorang dengan tindakan pembunuhan.
Kalau hukum berbunyi : Jangan berzinah artinya tidak melakukan hubungan badan dengan seseorang yang bukan pasangan sahnya atau belum disahkan secara hukum agama.
Bagi umat Perjanjian Baru adalah umat yang harus hidup berdasarkan kesucian Allah.
Maka kategori membunuh untuk umat perjanjian baru adalah bukan hanya dalam arti menghabisi nyawa secara fisik tetapi jika seseorang membenci sesamanya maka ia adalah seorang pembunuh (1 Yohanes 3:15  Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya).
Demikian juga seseorang telah berzinah jika telah memandang perempuan serta mengingininya maka ia sudah berzinah dengan dia didalam hatinya.
Hal ini ditegaskan Tuhan Yesus didalam Matius 5:27-28 dengan kalimat :
27 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Umat perjanjian baru dipanggil untuk hidup secara sempurna untuk mengenakan Kodrat Ilahi yaitu perilaku hidup yang berdasarkan kesucian Allah dimana segala tindakannya yang selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Untuk bisa memiliki kemampuan selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, tidak cukup hanya melalui pembinaan atau pendidikan oleh sistem agama atau manusia, tetapi harus dikerjakan oleh Roh Kudus atas mereka yang meresponi dan memiliki kesediaan mengerjakan keselamatan dengan sikap takut dan gentar karena mengasihi Allah.
Penggarapan Roh Kudus tersebut bisa sampai pada tingkat di mana kodrat seseorang diubah, dari kodrat manusia (human nature) berubah berkeadaan menjadi berkodrat Ilahi (divine nature).
Kodrat Ilahi dapat menempatkan manusia atau memberi kemampuan manusia untuk dapat mengerti kehendak Allah.
Kodrat yang diubah berarti pola berpikir yang diubah sama sekali sehingga seirama, sepikir, seperasaan dengan apa yang dipikirkan oleh Kristus untuk dikenakan (Filipi 2:5-7).
Pola berpikir yang diubah dari pola berpikir manusia menjadi seperti pola berpikir Tuhan Yesus, akan membuat seseorang dapat mengerti kehendak Allah dalam hidupnya dengan tepat. Setelah mengerti kehendak Allah, maka barulah dapat melakukan kehendak Allah dengan benar.
Perubahan kodrat ini sama dengan pengalaman kelahiran Baru.
Hal ini hanya dapat terjadi dalam kehidupan umat pilihan Perjanjian Baru.
Roh Kudus menuntun orang percaya melalui proses yang panjang sampai seseorang mengalami kelahiran baru. Kelahiran baru adalah titik awal dari perjalanan di mana kodrat Ilahi ditemukan dalam kehidupan seseorang.

Yohanes 3:5-6
5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Amin.

Senin, 14 Agustus 2017

PERUMPAMAAN BENIH YANG JATUH DI TANAH YANG BAIK


Matius 13:8-9, 23
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

Hasil yang keempat dari benih yang ditabur adalah benih yang jatuh di tanah yang baik, lalu bertumbuh dan berbuah. Berarti dalam perumpamaan ini, yang salah bukan benihnya tetapi tanahnya. Benih ialah Injil Kerajaan Sorga/Firman Allah.
Tuhan Yesus ingin menunjuk bahwa banyak orang yang mendengar Injil Kerajaan Sorga pun tidak juga dapat bertumbuh jika hatinya tidak disiapkan sepenuhnya untuk menerima Firman dengan bulat dan utuh untuk dipenuhi didalam hidupnya..
Itu karena hati mereka bukan merupakan tanah yang siap menerima Firman Tuhan.
Dan memang kenyataannya hati sebagian besar manusia memang bukan tanah yang baik sebab hati mereka sudah diberikan kepada dunia ini dengan segala percintaannya.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan banyak yang terpanggil sedikit yang terpilih.

Tanah yang baik ialah orang yang mendengar Firman Tuhan dan mengerti kemudian pengertiannya tersebut mulai melakukan isi Firman Tuhan sebagai kebutuhan didalam hidupnya.
Yang dimaksud “mendengar” di sini (teks Yunani : akuō) artinya “mendengarkan dengan penuh perhatian”. Maksudnya tidak sekadar datang ke gereja pada hari Minggu dan mendengarkan khotbah dengan sepintas lalu; tetapi “mendengar” ialah rajin mencari dan mendengarkan Firman Tuhan secara memadai setiap hari sehingga pencarian Firman Tuhan merupakan kesukaannya dan dipandangnya sebagai kebutuhan hidup, bukan kewajiban.
Inilah orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran dan mereka pasti akan dipuaskan oleh kebenaran-kebenaran Tuhan yang pasti akan disingkapkan rahasianya untuk diketahui dan kemudian untuk diperagakan.

Kata “mengerti” dalam ayat 23, teks aslinya (sünyēmi) yang berarti “merangkai fakta-fakta menjadi pengetahuan yang rapi dan utuh”. Sama seperti merangkai kepingan-kepingan puzzle menjadi satu gambar yang utuh. Berarti “mengerti” adalah kegiatan aktif untuk memikirkan Firman-Firman yang didengarnya, dan berusaha memahami hubungan yang sebagaimana mestinya. Kemudian ia menyimpan Firman itu dalam hatinya dan melakukannya. Jadi mengerti bukan hanya pengertian akali semata, melainkan suatu aktivitas mendalami Firman dan menghayatinya, sehingga seseorang dapat menjadi pelaku Firman.

Dengan menjadi tanah yang baik yang siap menerima Firman Tuhan dan memiliki kebututuhan untuk melakukannya maka buah kehidupannya dapat bertumbuh dengan pelipatgandaan yang luar biasa.
Alkitab mengajarkan bahwa buah ialah:

1. Jiwa-jiwa yang dimenangkan ;
Yohanes 4:34-36
Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.
Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.

2. Kekudusan ;
Roma 6:22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.

3. Berbagai kebaikan dan kebenaran yang disebut buah Roh dan pekerjaan baik ;
Galatia 5:22-23
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Kolose 1:10
sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah,

Jadi untuk bisa berbuah banyak, marilah kita belajar untuk menjadikan hati kita menjadi tanah yang baik untuk Firman Tuhan. Sediakan hati kita untuk mendengarkan Firman Tuhan dengan rendah hati dan berusaha menggalinya hingga mengerti dan memiliki kebutuhan untuk melakukan Firman Tuhan dengan bertekun dalam hidup bahkan sampai kita menutup mata.

Matius 5:6
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.

Amin.