Kamis, 30 Juni 2016

AKIBAT TIDAK MEMILIKI RASA CUKUP


1 Timotius 6:6-10
6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Berbicara mengenai memiliki rasa cukup bukan berarti mengurangi kerajinan kita untuk giat bekerja didalam kegiatan pekerjaan kita sehari-hari sebab Tuhan menginginkan kita tetap mengelola pekerjaan-pekerjaan yang telah Ia percayakan kepada kita dan semua itu harus digunakan untuk kemuliaan-Nya.
Bagi orang percaya kekayaan sorga adalah hal yang utama dari pada hal mengumpulkan harta dibumi.
Memiliki rasa cukup disini kita tidak lagi memiliki ambisi pribadi yang tujukan bagi diri sendiri, namun seluruh hidup kita seluruhnya harus dipersembahkan dan diarahkan kepada keinginan Tuhan.
Jika kita bekerja semuanya itu kita gunakan untuk memenuhi rencana dan kepentingan Tuhan didalam hidup ini dan bukan lagi bagi kepentingan diri sebab kita telah mati dan hidup kita telah dimiliki oleh Tuhan sepenuhnya untuk mengabdi kepada-Nya.
Untuk itulah alkitab mengatakan kita harus memiliki rasa cukup bagi kebutuhan jasmani bagi diri kita selebihnya kekayaan yang Tuhan percayakan adalah untuk dikelola bagi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.

Hal yang paling prinsip yang tidak boleh dilupakan disepanjang hidup orang percaya adalah panggilan mempersiapkan diri setiap waktu menjadi umat yang layak dihadapan Tuhan agar kita diperkenan oleh Tuhan kita Yesus Kristus untuk menerima perjanjian mewarisi kehidupan kekal didalam kerajaan-Nya.

Olehnya Tuhan menghendaki hidup orang percaya harus fokus kepada pengumpulan harta di sorga, dan hal ini perlu disetai hidup yang merasa cukup didalam pemenuhan kebutuhan jasmani yang ditujukan bagi diri sendiri.
Mengenai hal rasa cukup ini, pertanyaan yang harus kita jawab hari-hari ini didalam kehidupan kita hari ini adalah masihkah kita berjuang dan masih merasa kurang dalam harta benda jasmani yang ditujukan kepada diri sendiri ?
Bila kita selalu merasa demikian, itu bisa merupakan tanda bahwa kita belum sungguh-sungguh mengenal kekayaan dalam Kristus Yesus.
Dan kita masih tergolong orang orang yang Alkitab katakan orang yang masih menyayangkan nyawa.
Tuhan Yesus mengatakan didalam :
Matius 16:25-26
25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?

Dalam hal ini setiap orang percaya dipanggil untuk tidak mengumpulkan harta kekayaan dibumi ini untuk kepentingannya melainkan digunakan untuk melayani sesamanya, inilah yang dimaksud dengan kekayaan Kristus, orang percaya harus memahami betapa luar biasanya kekayaan yang terkandung dalam Kristus Yesus, yaitu kasih, damai sejahtera dan hikmat yang Tuhan berikan, serta kemuliaan yang akan kita terima baik selama hidup di dunia ini, maupun di balik kubur nanti.

Ada dua akibatnya bila orang yang tidak merasa cukup dalam harta benda dunia. Pertama, ia menjadi semakin serakah.
Ia akan semakin haus terhadap kekayaan dunia dan segala kesenangan-kesenangannya. Tak heran jika akhirnya ia akan memiliki sikap hati yang kejam, sewenang-wenang, tidak takut Tuhan dan tidak mempedulikan hukum-hukum-Nya. Ia tidak akan dapat mempermuliakan Tuhan, sebab yang ia muliakan adalah Mamon (harta benda).

Kedua, ia tidak akan memiliki damai sejahtera yang dari Tuhan, sebab ia mengejar damai duniawi yang bersifat sementara. Sekalipun hartanya berlimpah serta memiliki kedudukan dan jabatan yang tinggi, orang seperti ini tidak memiliki sukacita hidup yang sejati (Lukas 12:15). Sampai taraf tertentu, ia tidak bisa menikmati Tuhan sama sekali. Hatinya menjadi tumpul dan pengertiannya gelap. Akhirnya, ia tidak akan dapat melayani Tuhan. Yang diketahuinya hanya melayani dirinya sendiri dan menggunakan segala kesempatan dan tenaga orang lain untuk keuntungannya sendiri.
Apa pun bagi dirinya sendiri, sebab kekayaan duniawilah yang terpenting bagi dirinya. Di sanalah pelabuhan dan kesukaan hidupnya.

Karena itu sebagai orang yang diajar untuk memiliki jiwa yang mengasihi Tuhan dan sesama manusia, kita harus memahami bahwa tidak merasa cukup merupakan bahaya yang sangat mengancam bagi pengenalan kita terhadap kekayaan Kristus.
Bagaimanakah bisa kita mengenal kekayaan Kristus? Untuk itu kita harus terlebih dulu mengenal Tuhan secara mendalam, dan hidup dalam pergaulan dengan-Nya secara berkesinambungan. Pergaulan dengan Tuhan dapat diwujudkan melalui belajar Firman, pujian penyembahan, penyangkalan diri terus menerus bahwa kita bukan berasal dari dunia ini dan dunia ini adalah kemah berdiam yang bersifat sementara atau temporal, tempat dimana kita diajar oleh Tuhan menjadi umat yang layak, kudus, berkenan yang dapat memenuhi rencana-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, serta melayani-Nya dengan segenap hidup kita.
Harus ada kerja keras atau respons yang positif untuk itu.
Kita harus menambatkan pikiran kita kepada Tuhan dan kerajaan-Nya.
Harus ada waktu yang kita sediakan untuk bertemu dengan Tuhan setiap hari. Setelah itu, barulah kita dapat mengecap dan melihat kebaikan-Nya (Mazmur 34:9).

Di mata Tuhan, tidak ada yang baik jika kita masih merasa tidak cukup dalam harta benda jasmani yang ditujukan bagi diri kita.
Harta yang sesungguhnya dalam hidup orang percaya adalah Tuhan Yesus sendiri, cukuplah ada Tuhan Yesus didalam hidup kita, Tuhan lah yang kita perlukan didalam hidup ini sebab semua harta yang kita miliki yang berasal dari bumi ini akan hilang lenyap namun bagi orang yang menjadikan Tuhan sebagai harta abadi didalam hidup maka Tuhan akan menjadikan ia sebagai harta kesayangan-Nya dan memberikan hidup baginya untuk selama-lamanya bersama dengan Dia didalam kerajaan-Nya.

Hidup orang percaya adalah hidup hanya untuk menuruti kehendak-Nya setiap hari inilah bentuk mengabdian diri setiap hari kepada-Nya.
Dan Tuhan menghendaki orang percaya hidup didalam rasa cukup dengan tanda ia mulai mengumpulkan hartanya di sorga dan bukan lagi yang dibumi ini.

Matius 6:20  Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.

Amin.

Rabu, 29 Juni 2016

MENGAKHIRI PERTANDINGAN IMAN DENGAN SETIA SAMPAI AKHIR


2 Timotius 4:7-8
7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Hidup orang percaya didalam dunia ini adalah pembuktian apakah ia bisa disebut sebagai anak-anak kerajaan yang setia melakukan kehendak Bapa di sorga atau disebut sebagai anak-anak iblis yang melakukan kehendak dosa yang didalamnya ada kehendak diri sendiri, menuruti daging dan serupa dengan dunia yang semakin jahat.

Di dalam 2 Timotius 4:7-8, Rasul Paulus memberi teladan kepada kita.
Pertama, ia mengatakan bahwa ia telah mengakhiri pertandingan dengan baik.
Maksudnya, ia telah menang dalam perjuangannya melawan iblis, dunia, dosa, dan kedagingan.
Kedua, ia telah mencapai garis akhir.
Ia telah mencapai tujuan akhir dalam maraton hidup, menjalankan kehendak Tuhan dengan taat dan setia sampai akhir. Kekristenan bukanlah lari sprint (jarak pendek), melainkan maraton yang membutuhkan stamina yang sangat tinggi, latihan yang sangat berat, dan kegigihan yang luar biasa artinya setiap orang percaya harus melakukan perjuangan yang serius mengenal Tuhan dan kehendak-Nya untuk dilakukan setiap saat.
Ketiga, Paulus telah memelihara iman.
Ia tetap setia kepada Majikan Agungnya yaitu Tuhan Yesus dan Injil yang murni, sesuai dengan yang diikrarkannya.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita diikutsertakan-Nya dalam pertandingan yang wajib bagi kita (Ibrani 12:1). Dan Tuhan Yesus mengikutsertakan kita ke dalam pertandingan ini bukan hanya untuk memulainya, tetapi yang terpenting, untuk mengakhirinya dengan baik dan didapati berkenan dihadapan-Nya.
Sebagai hadiahnya, Tuhan telah menyediakan mahkota kebenaran (2 Timotius 4:8).
Dan itu bukan hanya untuk Paulus, melainkan untuk kita juga, asalkan kita merindukan kedatangan Tuhan, yang dibuktikan dengan mengikuti cara hidup yang Tuhan Yesus ajarkan dan melalui para Rasul-Nya.
Para Rasul beserta murid-murid lainnya dengan gigih dan pantang menyerah terus berlari hingga mereka mengakhiri pertandingan dengan baik, mencapai garis akhir dan memelihara iman.

Dalam tulisan Rasul Paulus didalam 1Korintus 9:24 menunjukkan bahwa orang percaya ibarat seorang atlit lari yang sedang berlomba di gelanggang lari.
Seorang atlit yang sedang berlomba harus menyadari bahwa ia bukan seorang penonton. Ia sedang dalam perjuangan berkompetisi di gelanggang pertandingan. Adapun sebagai anak-anak Tuhan, sebenarnya kita juga sedang ada dalam pertandingan.
Dalam pertandingan tersebut kita menghadapi tiga halangan yang dapat menggagalkan kita untuk sampai ke garis finish.

Halangan pertama adalah iblis.
Iblis melalui berbagai sarana selalu membujuk agar orang percaya melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya Petrus mengingatkan agar orang percaya sadar dan berjaga-jaga menghadapi Iblis.
1 Petrus 5:8-9
8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
Oleh sebab itu kita tidak boleh menganggap iblis itu lemah atau sudah kalah. Sungguh sangat berbahaya kalau kita meremehkan iblis. Kekalahan dalam suatu peperangan adalah kalau menganggap musuh lemah.
Iblis bukan musuh yang lemah, ia adalah musuh yang kuat dan berbahaya.
Harus disadari bahwa setiap hari kita diperhadapkan pada musuh ini. Bujukan Iblis membuat kita sering mengambil keputusan dan pilihan yang tidak tepat serta perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Kalau jujur, sering kita kalah dengan tidak menuruti kehendak Tuhan tetapi kehendak diri sendiri yang sangat dipengaruhi dunia sekitar kita. Banyak keputusan yang kita ambil tidak berdasarkan pimpinan Roh Kudus tetapi keinginan dan hikmat manusia.

Halangan kedua adalah dunia.
1 Yohanes 2:15-16
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Pengaruh dunia dimana kita hidup ini sungguh-sungguh sangat jahat.
Tanpa kita sadari cara hidup kita sering menjadi sama dengan cara hidup orang-orang yang bukan umat pilihan.
Padahal, standar hidup yang seharusnya dikenakan oleh anak-anak Tuhan adalah standar hidup yang berbeda dengan anak-anak dunia yang akan binasa.
Itulah sebabnya Tuhan berfirman agar kita tidak serupa dengan dunia ini.
(Roma 12:2  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna).
Orang-orang yang hidupnya serupa dengan dunia ini adalah orang-orang yang pasti tidak mengerti kehendak Tuhan. Hidupnya menyimpang dari fokus hidup yang benar. Ini berarti sebuah penyimpangan yang menuju maut dan binasa.
Jadi, orang yang tidak hidup dalam fokus yang benar adalah orang yang hidup dalam dosa karena melanggar apa  yang menjadi kehendak Tuhan.
Fokus hidup benar ini adalah pertandingan hidup yang didalamnya orang percaya melakukan perjuangan iman untuk melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan setia sampai akhir menutup mata.

Halangan ketiga adalah keinginan daging. Keinginan daging atau kedagingan kita sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Memang diri kita sendiri tidak bisa dikatakan sebagai musuh, tetapi kedagingan kita sendiri harus disadari sebagai ancaman yang membahayakan. Mengapa demikian? Sebab diri kita sering memiliki keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Keinginan-keinginan kita yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, bila dituruti, akan membawa kita makin jauh dari ketepatan yang Tuhan kehendaki. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki agar kita menyangkal diri, artinya kita berusaha agar tidak hanyut menuruti keinginan nafsu diri sendiri.
(Lukas 9:23  Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku).
Pergumulan hidup mengiring Tuhan adalah pergumulan untuk mematikan kehendak diri sendiri, lalu menyerahkan kepada kedaulatan kehendak Tuhan yang menjadi hal utama yang harus dilakukan, ini berarti kehendak diri menjadi harus searah dan selaras dengan kemauan dan kesenangannya Tuhan dan tidak boleh meleset dengan yang diingini oleh Tuhan.
Pergumulan untuk mencapai ketepatan ini adalah pergumulan seumur hidup yang tidak boleh berhenti. Semakin kita setia melakukan kehendak Tuhan maka semakin tepatlah pilihan-pilihan, keputusan-keputusan dan tindakan kita.

Menghadapi tiga halangan tersebut kita harus sangat serius mempersiapkan diri dengan baik setiap hari.
Pertandingan kehidupan ini harus dijalani dengan segenap perhatian hidup kita. Kenyataan yang kita lihat banyak orang Kristen tidak berlaku sebagai pemain atau atlit dalam pertandingan, tetapi bersikap sebagai penonton. Bisa menyoraki orang lain tetapi tidak introspeksi hidupnya sendiri. Fokus hidup mereka menjadi meleset dan tidak ada dalam gelanggang pertandingan iman, mereka tidak menyadari tiga bahaya tersebut sedang menjatuhkan dirinya menuju kebinasaan kekal.

Saat ini Tuhan Yesus yang ada di dalam kerajaan sorga sedang menatap setiap kita anak-anak perjanjian-Nya.
Seperti Tuhan Yesus telah menang mengalahkan iblis dengan ketaatan-Nya sampai mati dikayu salib, orang percaya pun harus menang dalam pertandingan iman menjadi anak-anak kerajaan yang taat melakukan kehendak Tuhan Yesus dengan setia setiap hari sampai tarikan nafas terakhir Tuhan menjemput kita.

Amin.

Senin, 27 Juni 2016

PANGGILAN TUHAN UNTUK HIDUP DI DALAM PEMERINTAHAN-NYA (BAGIAN 2)


Lukas 14:33  Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Orang percaya harus hidup dalam penerimaan bahwa Tuhan Yesus adalah Raja didalam seluruh wilayah hidupnya. Dalam kedaulatan-Nya sebagai Raja, kita harus tunduk dalam kewibawaan-Nya untuk melakukan apa saja yang diperintahkan atau dikehendaki-Nya, termasuk panggilan pemuridan.
Syarat utama untuk bisa hidup didalam kedaulatan pemerintahan kerajaaan Tuhan Yesus adalah kesediaannya menjadi murid-Nya.
Seseorang harus bersedia dimuridkan oleh Tuhan setiap hari didalam hidupnya, dididik, diajar, dan terus dimurnikan hingga sempurna seperti yang dikehendaki-Nya.
Dalam Lukas 14.33, Tuhan Yesus sudah mematok syarat mutlak untuk menjadi murid-Nya, syarat yang harus dipenuhi itu adalah seseorang harus melepaskan dirinya dari segala miliknya dengan kata lain ia harus hidup dalam kerelaan kehilangan hak/kesenangan hidup/kepentingan pribadi.
Seseorang harus rela kehilangan hak-hak didalam hidupnya untuk mengikut Tuhan, menanggalkan kehidupan lamanya, dimulai dari cacat karakter hingga pada keinginan kesenangan diri, yaitu segala macam bentuk keinginan daging dan hawa nafsu didalam dirinya.
Dengan demikian ia baru bisa menjadi murid Tuhan yang memiliki pengenalan akan Tuhan yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu sehingga dengan demikian ia baru bisa mengupayakan melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan apa yang baik, berkenan dan yang sempurna dihadapan-Nya.

Ciri-ciri orang yang belajar hidup dalam pemerintahan Tuhan adalah selalu mencari kehendak Tuhan untuk dilakukan, memposisikan dirinya sebagai seorang pelayan Tuhan yang selalu melayani apa saja kehendak Tuhan.
Orang percaya patut meneladani sikap Maria, Ibu Yesus. Saat Malaikat Gabriel mengabarkan bahwa ia akan mengandung seorang anak laki-laki dari Roh Kudus, ia berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:38) Ia sadar dirinya hamba atau budak (dĂșlos) yang tidak berhak apa-apa atas dirinya.
Maka satu hal yang harus kita pahami, bahwa percaya kepada Tuhan Yesus sama sekali tidak berarti kita dapat mempergunakan-Nya untuk manfaat atau keuntungan diri sendiri. Percaya kepada Yesus berarti mengupayakan kepentingan Tuhan semata-mata.

Sebelum kita mengenal pemerintahan Tuhan Yesus, kita dulu adalah pribadi yang hidup dibawah kendali diri sesuka hati kita.
Diri kita sendirilah yang menjadi tuan atas hidup kita.
Tetapi setelah kita menjadi orang percaya dan sadar bahwa kita harus hidup dalam pemerintahan Tuhan, maka kita harus sudah mulai mencari kehendak Tuhan untuk dilakukan. Untuk itu kita akan bertindak lebih hati-hati.
Yang perlu kita ingat disini adalah bukan berarti hidup didalam pemerintahan dan kekuasaan Tuhan Yesus, berarti kita bisa mamakai kuasa Tuhan yang bertujuan agar kita bisa memanfaatkan Tuhan untuk kepentingan kita, tetapi harus sebaliknya, kitalah yang harus mengupayakan hidup untuk membela kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Roma 14:8  Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Masalah hidup yang paling besar yang timbul didalam hidup orang percaya hari ini adalah ketika ia belum bersedia mengembalikan kedaulatan hidupnya kepada Tuhan.
Ini berarti ia juga belum bersedia dengan rela melepaskan segala hak kesenangan hidup dan kepentingan pribadinya bagi Tuhan.
Orang seperti ini tentu akan gagal untuk di garap untuk dimurnikan oleh Tuhan menjadi seorang murid-Nya yang sejati.
Orang seperti ini tidak akan bisa membedakan mana kehendak Tuhan dan kehendak diri sendiri.
Contoh kecil yang bisa kita lihat dalam kehidupan nyata adalah seseorang yang mengaku dirinya percaya kepada Tuhan Yesus namun ia masih hidup didalam kebiasaan suka merokok, sekilas ia merasa tidak menyakiti siapapun, namun ia tidak akan pernah peka apakah yang ia lakukan itu menyenangkan hati Tuhan atau tidak.
Jika ia peka terhadap kehendak Tuhan maka ia pasti akan berpikir "Tuhan tidak mungkin mengijinkan orang-orang yang punya kebiasaan merokok untuk masuk didalam kerajaan sorga kelak, sebab keinginan daging, keinginan mata dan segala hawa nafsu dunia sudah tidak akan ada lagi disana, disana adalah tempat orang-orang yang hidupnya ada didalam penurutan terhadap kehendak Tuhan yang melakukan kehendak-Nya dengan setia yang menjaga hidup selalu ada didalam pemerintahan-Nya setiap saat.
Begitu juga kebiasaan buruk lainnya, seperti marah, iri hati, sombong, dan segala kangkuhan hidup lainnya tidak akan bisa berkenan dihadapan Tuhan.
Seseorang yang belum bersedia mengembalikan kedaulatan hidupnya kepada Tuhan, maka hal ini membuat ia tidak akan peka mendengar suara Tuhan.
Tentu ini mengakibatkan ia tidak bisa melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan secara sempurna dan tidak bisa memenuhi segala rencana Tuhan yang besar didalam hidupnya.
Yang paling mengerikan adalah ketika seseorang dihadapkan pada hari terakhirnya dibumi ini dan ia belum juga didapati Tuhan telah menyerahkan kedaulatan itu kepada Tuhan.
Tentu orang seperti ini akan berakhir sama seperti iblis yang akan dihukum didalam api kekal.
Dengan mengetahui kebenaran ini hendaknya dengan penuh kesadaran dan kerelaan hati pada detik ini mari kita mengambil keputusan untuk  mengembalikan kedaulatan yang ada pada hidup kita untuk diserahkan sepenuhnya kepada kedaulatan pemerintahan kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus.
Penyerahan kedaulatan kepada Tuhan harus diperjuangkan dengan serius setiap hari dan setiap saat.
Sehingga ia tidak mudah terbawa hanyut oleh arus dan pengaruh orang sekitar lingkungannya yang masih memperagakan hidup yang menyerahkan kedaulatan hidupnya kepada dunia.

Hidup orang percaya dengan standar Tuhan yang benar adalah ketika ia bersedia menyerahkan kedaulatan hidupnya kepada Tuhan Yesus secara penuh, memenuhi panggilan pemuridan yang bersedia melepaskan segala hak-hak kepentingan hidupnya secara pribadi untuk hidup bagi Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Menempatkan dirinya untuk selalu ada didalam penghayatan dan sadar secara penuh bahwa hidupnya ada didalam kepemilikan Tuhan secara penuh, ada didalam kedaulatan pemerintahan kerajaan Tuhan Yesus yang menunjuknya untuk selalu hidup didalam perkenanan-Nya, menemukan dan dengan setia melakukan kehendak-Nya setiap saat didalam hidupnya.

Amin.

Minggu, 26 Juni 2016

PANGGILAN TUHAN UNTUK HIDUP DI DALAM PEMERINTAHAN-NYA (BAGIAN 1)


Matius 6:10
datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Tuhan Yesus menghendaki agar orang percaya membangun kerajaan Tuhan atau menghadirkan kerajaan Tuhan didalam hidupnya, ini berarti suasana pemerintahan Tuhan harus hadir dalam hidup orang percaya setiap saat.
Di dalam doa Bapa kami yang Tuhan Yesus ajarkan khususnya didalam Matius 6:10, mengandung makna panggilan agar setiap hidup orang percaya mengakui kedaulatan Bapa didalam hidupnya.
Tuhan Yesus mengajarkan hidup orang percaya harus ada didalam pemerintahan Bapa di sorga atau hidup dibawah kedaulatan Bapa.
Ini berarti Bapa diakui sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di dalam segala sesuatu diseluruh wilayah hidupnya.
Karena itu kita harus membiasakan diri mempercayai Tuhan dan pemerintahan-Nya yang tidak kelihatan secara kasat mata.

Hari ini mari kita merendahkan hati dihadapan Tuhan untuk memeriksa kembali hidup yang sudah kita jalani selama ini, coba tanyakan kepada diri anda, selama ini sampai dengan saat ini siapakah yang telah mengatur hidup anda?,
Apakah masih dominan diatur oleh diri sendiri, atau sudah diserahkan sepenuhnya kepada kedaulatan Tuhan yang memerintahkan setiap kita hidup bagi Tuhan dan hidup bagi kepentingan-Nya (2 Korintus 5:15).

Tuhan melatih bangsa Israel untuk mengenal Tuhan, kekuatan dan pemerintahan-Nya. Melalui pengalaman di tepi Laut Teberau, Tuhan menunjukkan kehadiran kuasa dan pemerintahan-Nya. Ketika Laut Teberau terbelah, maka mereka tercelik untuk melihat kuasa pemerintahan Allah. Tuhan juga membiarkan orang-orang Mesir mengejar mereka ke tengah laut yang terbelah, sehingga orang-orang Mesir dicampakkan-Nya ke tengah laut ketika air laut itu berbalik. Di sini tampak fakta pemerintahan dan kedaulatan Tuhan dalam hidup bangsa Israel.

Menjadi orang percaya berarti kita menjadi manusia yang hidup dalam pemerintahan Tuhan.
Ternyata untuk memiliki sikap hidup yang tunduk didalam kedaulatan pemerintahan Tuhan bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah untuk dilakukan, sebab pemerintahan Tuhan yang sekarang ini belum kelihatan secara fisik sehingga bagi orang yang hidupnya masih senang mengumbar hidup dalam pemerintahan diri sendiri maka akan sulit baginya untuk bisa hidup didalam ketertundukan setiap saat didalam pemerintahan Tuhan yang sebenarnya sudah hadir sejak dunia dijadikan.
Kita sudah terbiasa mempercayai apa yang kelihatan.
Manusia pada umumnya sudah terbiasa hidup didalam pemerintahan yang berasal dari dalam dunia ini, yaitu kehendak diri sendiri, faktanya waktu yang kita habiskan setiap hari sering kali lebih banyak untuk membela kepentingan hidup yang ditujukan bagi diri sendiri dari pada hidup bagi kepentingan Tuhan.
Hendaknya detik ini kita mulai menyadari bahwa Tuhan Yesus sudah lama menantikan diri kita untuk menghadirkan dan hidup didalam kedaulatan pemerintahan kerajaan-Nya setiap saat.

Untuk mengembangkan hidup didalam kedaulatan pemerintahan Tuhan, kita harus membangun suasana jiwa yang dikuasai oleh kerinduan terhadap perkara-perkara sorgawi yaitu penghargaan kepada nilai-nilai kekekalan.
Untuk ini Tuhan Yesus berkata, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi… Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di Surga” (Matius 6:19–20).
Banyak orang salah mengerti terhadap maksud ayat ini. Sekilas ayat ini pengertiannya mudah, tetapi sebenarnya tidak.
Maksud ayat ini adalah bahwa kita harus melatih diri tidak terikat dengan hal-hal duniawi. Keterikatan terhadap hal-hal duniawi membuat kita tidak menghargai nilai-nilai kekekalan. Dan tidak menghargai nilai-nilai kekekalan berakibat kita tidak mempercayai pemerintahan Tuhan yang tidak kelihatan dan membuat kita tidak bisa menghadirkan pemerintahan Tuhan didalam kehidupan kita.

Sebagaimana Tuhan pernah menghadirkan pemerintahan-Nya di tengah umat Israel, Ia ingin kita menghadirkan pemerintahan-Nya itu dalam hidup kita.
Caranya dengan percaya kepada Tuhan dengan segenap hidup, mempersembahkan diri hidup bagi Tuhan dan membela kepentingan-Nya, taat kepada Firman-Nya, dan mempunyai cara hidup sebagaimana layaknya seorang warga Kerajaan Sorga yang setiap detik ingin selalu melakukan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan, melakukan kegiatan yang bernilai kekal, yang didalamnya ia selalu menanamkan hal-hal yang terus bisa menyenangkan hati Tuhan Yesus setiap saat.

Jadi hidup sebagai orang percaya, berarti kita menjadi milik Tuhan.
Kalau kita menjadi milik Tuhan, berarti kita harus bersedia hidup didalam pemerintahan Tuhan Yesus dan tunduk dibawah kedaulatan-Nya secara absolut.
Dengan demikian Tuhan Yesus baru bisa memiliki penuh diri kita sebagai anak-anak kerajaan-Nya yang memang disiapkan untuk menerima anugrah keselamatan kehidupan kekal, hidup bersama-sama dengan Dia sampai selama-lamanya di dalam kerajaan sorga yang tidak akan pernah tergoncangkan.

Ibrani 12:28  Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.

Amin.

Sabtu, 25 Juni 2016

MEMILIKI MATA HATI NURANI YANG DITERANGI TUHAN


Lukas 11:33-36
33 "Tidak seorang pun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya.
34 Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu.
35 Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan.
36 Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya."

Mata adalah organ tubuh yang menerima cahaya untuk melihat. Jika mata manusia baik, tubuhnya menerima terang yang datang, sehingga terang itu membanjiri tubuhnya. Tetapi jika matanya buta, maka ia tidak dapat melihat. Yang ada bukanlah terang, melainkan kegelapan. Terang tidak ada gunanya untuk orang buta, sebab baginya semuanya tetap gelap.

Tuhan Yesus menggunakan analogi mata manusia untuk mengajarkan mengenai mata hati, atau hati nurani.
Jika mata hati nurani seseorang baik, maka seseorang akan diberi kemampuan oleh Tuhan melalui Roh Kudus yang menuntunnya untuk dapat memahami kehendak Allah secara lengkap.
Kalau mata hati seseorang sudah tidak mampu mengerti kehendak Tuhan, maka rusaklah seluruh kehidupan seseorang. Apa yang dapat dilakukan seseorang yang tidak mampu lagi mengerti kehendak Tuhan? Betapa tidak berharganya manusia seperti itu.

Mata hati manusia akan dapat menerangi tubuhnya jika didalam hidupnya ia bersedia memberi diri untuk hidup didalam roh.
Ini artinya roh manusia yang sejak dari mulanya diberikan/dihembuskan oleh Allah kepada manusia, harus difungsikan menguasai seluruh jiwanya dan bukan lagi dibawah kendali daging.
Hidup menurut roh adalah hidup yang dalam segala sesuatu memiliki cara berpikir dan bertindak sesuai dengan selera dan keinginan Tuhan.
Inilah tahapan dimana rohnya baru mampu berinteraksi dengan Tuhan yang melalui Roh Kudus menuntunnya agar mengerti kehendak Tuhan secara sempurna.
Itulah sebabnya dalam Amsal dikatakan bahwa roh manusia adalah pelita Tuhan,
(Amsal 20:27 Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya).
Kata “roh” dalam teks aslinya adalah (nishmath), kata yang sama dengan yang digunakan untuk “nafas hidup” dalam Kejadian 2:7.
Akar katanya ialah (neshĂąmĂąh) yang juga dapat diartikan nafas yang vital, atau inspirasi Ilahi.
Kata “pelita” aslinya ditulis (nĂ©r), yang dapat diterjemahkan “pelita” atau “terang”. Dari hal ini kita mengerti apa yang dimaksud Paulus ketika ia berbicara mengenai terang Tuhan yang bercahaya dalam hidup kita (2 Korintus 4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus).

Jika selama ini hati nurani manusia tidak dapat berbuat apa-apa atau tidak dapat bersuara keras, ini disebabkan karena jiwa manusia yang seharusnya dikuasai oleh rohnya, telah dikuasai dan dipenuhi dengan berbagai filosofi dunia serta kehidupan yang mengumbar hidup dalam kedagingan yang semuanya itu sudah barang tentu sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Dalam hal ini mata hatinya menjadi gelap, tidak berdaya, atau mati.
Mata nurani yang gelap akan membuat jiwa akan terus dikontrol dan dikuasai oleh keinginan hidup didalam daging.
Jiwa manusia adalah motor yang menggerakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya.
Jika jiwanya sudah di ukir oleh keinginan daging/keinginan diri sendiri dan keinginan tersebut sudah menguasai jiwanya maka membuat tubuhnya menjadi gelap, jiwanya menjadi rusak dan ia tidak mengerti akan kehendak Tuhan dan tentu pada tahap ini ia tidak akan bisa berkenan dihadapan Tuhan.
Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata : Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah (Roma 8:8).  
Selama keinginan daging dan segala filosofi dunia masih hidup didalam diri seseorang maka pada tahap ini roh seseorang akan redup dan mati dan ini akan berujung kepada hilang kontak, putusnya interaksi dengan Tuhan dan ini menyebabkan hubungannya dengan Tuhan menjadi rusak dan tidak hormonis.

Olehnya Alkitab berkata : Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:24),
pernyataan ini menerangkan bagaimana tahapan supaya roh kembali menguasai jiwa, Roh kudus hanya bisa berinteraksi dengan roh yang ada didalam diri manusia sehingga jika ada dari kita yang berkata " tuntunlah aku dan seluruh hidupku ya Roh Kudus" ini berarti kita harus bersedia mematikan keinginan daging secara total agar Roh Kudus bekerja dengan leluasanya memimpinnya didalam segala kebenaran Tuhan dan segala yang kehendaki oleh Tuhan Yesus didalam hidupnya.
Jadi bukan tanpa alasan Tuhan Yesus berkata : Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup (Yohanes 6:63).
Suatu hari nanti ketika roh kita meninggalkan tubuh manusia yang fana ini untuk kembali menghadap Tuhan, maka kita baru akan lebih menyadari bertapa sia-sianya hidup yang mengumbar keinginan daging sebab semua segala sesuatu yang dihasilkan oleh pekerjaan daging akan tertinggal semua dibumi ini dan akan hilang lenyap tidak bersisa ketika kita meninggalkan kemah tubuh yang fana ini.
Jadi pergunakanlah waktu yang singkat dibumi ini untuk hidup menurut roh sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus.
Mematikan keinginan daging adalah bagian perjuangan yang harus kita kerjakan untuk bisa memulai hidup didalam roh, dan itu bukanlah bagian Tuhan yang mengerjakannya, inilah bentuk respon kita terhadap keseriusan kita mengasihi Tuhan dengan segenap hidup kita.
jika kita sudah mengerjakan bagian kita maka Tuhan kita Yesus Kristus yang penuh kasih melalui Roh Kudus sudah barang tentu akan memimpin dan menuntun langkah hidup kita ke dalam rencana dan segala jalan kebenaran-Nya.

Olehnya setiap orang percaya haruslah mengalami kelahiran baru secara menyeluruh. Segala filosofi dunia dan keinginan daging yang telah mewarnai jiwanya harus dimusnahkan sama sekali dan tidak boleh ada lagi didalam kehidupannya.
Anak-anak Allah yang mengalami kelahiran baru, rohnya dibangkitkan, dikuatkan dan diberi kesanggupan untuk berinteraksi dengan Tuhan melalui Roh Kudus.
Roh Kudus inilah yang berfungsi sebagai penghibur atau pendamping (paraklētos). Dengan kelahiran baru ini jiwa manusia memperoleh pengharapan baru, sebab ia menjadi dipengaruhi atau dikendalikan oleh hati nurani dari roh yang memiliki kesanggupan menyuarakan suara Tuhan dengan sempurna oleh pimpinan Roh Kudus.
Untuk hal ini mari kita semuanya mengalami pembaharuan pikiran terus-menerus secara intensif diubahkan oleh Firman Tuhan, agar mata hati kita semakin baik dan mengerti akan kehendak Tuhan kita Yesus Kristus secara sempurna.

Periksa kembali saat ini siapa yang sedang menguasai jiwamu?, jika hidupmu detik ini masih dalam kontrol daging, matikan segera detik ini juga, sebab kita tidak mungkin berkenan dihadapan Tuhan jika kita masih menuruti cara hidup yang demikian.
Hiduplah sesuai dengan kehendak Tuhan yang menghendaki kita hidup didalam roh, dengan demikian Roh Kudus akan mencelikkan mata hati nurani kita sehingga kita semakin mampu melihat seluruh isi kehidupan kita guna untuk ditujukan untuk terus memahami dan melakukan kehendak Allah kita Yesus Kristus apa yang baik, berkenan dan yang sempurna dihadapan-Nya.

Amin.

Jumat, 24 Juni 2016

MAKNA DI BALIK TANGISAN TUHAN YESUS


Yohanes 11:32-35
32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."
33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:
34 "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!"
35 Maka menangislah Yesus.

Pasti kita sudah akrab dengan kisah Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus di Yohanes 11:1-44.
Dalam kisah tersebut terdapat ayat yang dalam bahasa aslinya terpendek di seluruh Alkitab: “Maka menangislah Yesus” (ayat 35).
Dalam teks aslinya ditulis (EdakrĂŒsen ho YēsĆ«s). Pertanyaannya mengapa Tuhan Yesus menangis?
Dengan pengertian yang benar, ayat yang terpendek ini akan menjadi ayat yang sangat memberkati kita semua.

Penting diketahui, kata yang digunakan dalam ayat ini berbeda dengan kata yang digunakan untuk menggambarkan tangisan Maria dan orang-orang Yahudi (ayat 33).
Di sana digunakan kata (klaiƍ) yang artinya “menangis meraung-raung”. Sementara Yesus hanya meneteskan air mata (edakrĂŒsen, dari akar kata dakrĂŒĆ), jauh dari kecengengan.
Tetapi perlu diakui bahwa setegar-tegarnya Tuhan Yesus, Ia pun mempunyai emosi yang bisa tersentuh dan sedih yang termanifestasi dalam tangisan. Tentunya Ia tidak sedih karena kehilangan sahabat-Nya, karena Ia sangat tahu bahwa Ia akan segera membangkitkan Lazarus.

Jadi mengapa Tuhan Yesus menangis?

Pertama, Tuhan Yesus menangis karena Ia melihat penderitaan dan kematian akan manusia akibat dari dosa.
Sebagai Allah yang Kudus, Ia sangat benci terhadap dosa. Menyaksikan bagaimana dosa bisa merusak dan membunuh manusia sangat menyedihkan bagi-Nya. Hendaknya hari-hari ini kita merasakan hal ini juga, bagaimana dosa bisa merusak, dan membuat orang lain mati, bahkan mati tanpa pengenalan akan Tuhan Yesus secara benar, mati dalam keadaan dirinya didapati tidak setia terhadap ketetapan Tuhan sehingga berakibat kebinasaan kekal.

Kedua, Ia melihat ketidakpercayaan pada orang-orang yang dikasihi-Nya. Ia telah mengatakan bahwa Lazarus akan bangkit, tetapi tidak ada yang percaya.
Bahkan Maria, orang terakhir yang diharapkan-Nya untuk percaya, ternyata juga tidak percaya.
Demikianlah, Tuhan Yesus sedih jika kita tidak percaya kepada-Nya dengan segenap hati dan hidup kita.
Hati-Nya sakit menyaksikan kita menyangsikan kebenaran Injil-Nya, seperti kebaikan-Nya dalam segala hal, termasuk dalam penderitaan (Roma 8:28).
Percaya kepada Tuhan Yesus berarti : bersedia melakukan apa saja yang diperintahkan-Nya dan dikehendaki-Nya.
Jadi ketika kita tidak bersedia melakukan apa yang sudah diperintahkan dan yang dikehendaki-Nya didalam hidup ini maka sebenarnya kita sedang tidak percaya kepada-Nya. Tentu hati Tuhan akan sedih melihat orang percaya hari-hari ini berperilaku yang hanya percaya dengan pengakuan di bibir saja dan menyembah-Nya hanya lewat kegiatan yang bersifat liturgi semata.
Menyembah Tuhan yang benar harus dibuktikan dengan memberi nilai tinggi Tuhan dari segala yang ada didalam hidupnya, memperagakan apa yang menjadi isi seluruh ketetapan dan kehendak-Nya.
Menghasilkan buah kehidupan yang sempurna dihadapan-Nya dan bersedia menjadi utusan-Nya untuk menjadi berkat bagi jiwa-jiwa.
Seseorang yang masih memberi nilai tinggi terhadap yang lain selain Tuhan Yesus, dimana hidupnya masih memberi nilai tinggi harta/barang branded, hobi, gelar/pangkat, kehormatan bahkan orang yang disayangi, maka ia belumlah layak disebut sudah menyembah Tuhan Yesus secara benar.

Ketiga, Tuhan Yesus menangis karena melihat kemunafikan orang-orang Yahudi yang menangis meraungraung (ayat 33).
Ini dibuktikan dengan penggunaan kata “masygul” (embrimaomai), artinya “marah terhadap kesalahan atau ketidakadilan”. Tuhan Yesus sedih melihat praktek keagamaan yang munafik, yang tidak menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran, tetapi dalam daging dan kepalsuan.
Roh di sini hendak menunjuk sikap batin atau sikap hati, yaitu komponen manusia yang tidak kelihatan. Dalam hal ini Tuhan Yesus ingin menunjuk orang yang mengaku percaya kepada-Nya yang penting bagi-Nya adalah sikap hati yang benar dan murni dihadapan-Nya.
Sedangkan kata kebenaran di sini adalah ibadah dengan mempersembahkan segenap wilayah hidup sebagai alat peraga bagi Tuhan yang memperagakan sikap hidup yang mengenakan pribadi Kristus yang senantiasa melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan apa yang baik, berkenan dan yang sempurna.
Tentu disini Tuhan menuntut orang percaya menghasilkan tindakan atau buah-buah kehidupan yang sesuai dengan selera dan kehendak-Nya.

Hari ini mari kita merenung sejenak masihkah kita melakukan hal-hal yang membuat Tuhan Yesus meneteskan air mataNya?
Masihkah kita terus mau berdosa? Masihkah kita tidak percaya kepada-Nya dan kepada seluruh isi ketetapan Injil-Nya?
Masihkah kita hanya menjadi Kristen agamawi, yang hanya sekedar menjalankan percayanya kepada kegiatan yang hanya bersifat liturgi semata seperti agama-agama lain pada umumnya?
Masihkah kita tidak bersedia untuk hidup bagi Tuhan sepenuhnya dan belum mau menyerahkan sepenuh hidup kita kepada-Nya?
Masihkan kita tetap hidup didalam kepentingan-kepentingan duniawi yang ditujukan kepada pemenuhan kesenangan hidup bagi diri sendiri?
Mari detik ini kita perbaiki semuanya dihadapan Tuhan, adakan pertobatan kepada Tuhan Yesus secara sungguh-sungguh supaya kelak kita tahan berdiri dihadapan Tuhan Yesus yang datang didalam kemuliaan-Nya untuk menghakimi semua manusia menurut perbuatannya baik ataupun jahat.

Lukas 21:34-36
34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Amin.

Kamis, 23 Juni 2016

TIAP DETIK SELALU BERKENAN DIHADAPAN TUHAN


Mazmur 90:10
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

Alkitab berkata masa hidup manusia hanya tujuh puluh tahun; jika kuat, delapan puluh tahun. Tujuh puluh tahun tersebut menentukan nasib kekal atau keberadaan abadi seseorang, apakah ia bisa diijinkan Tuhan untuk turut masuk ke dalam kerajaan-Nya disurga atau dihukum di api kekal karena tidak didapati berlaku setia seperti yang diingini-Nya.
Paulus menulis bahwa penderitaan ringan yang sekarang ini (selama 70 tahun), mengerjakan bagi orang percaya kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan itu.
Roma 8:18  Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.

Kalau penderitaan selama tujuh puluh tahun akan menghasilkan kemuliaan selamanya hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus di kerajaan-Nya, maka setiap detiknya sangatlah berarti untuk kita belajar hidup didalam penurutan terhadap kehendak-Nya dan hidup didalam kedaulatan Tuhan secara absolut.

Mata perhatian kita tidak boleh hanya memandang seolah-olah hanya detik terakhirlah yang menentukan nasib kekal.
Sehingga seseorang tidak mau belajar hidup berkenan dihadapan Tuhan disetiap waktunya.
Tuhan menginginkan kita kudus seperti Dia kudus,
(1 Petrus 1:16  sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus), ini berarti Tuhan menghendaki kita hidup sesuai dengan tingkat moral kesucian-Nya setiap waktu dan bukan hanya diwaktu waktu atau dihari-hari tertentu saja.
Perkataan, pikiran dan perbuatan haruslah sesuai dengan pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat pula didalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Jadi yang menentukan nasib kekal manusia bukan hanya akhir perjalanan hidupnya, melainkan sepanjang perjalanan hidupnya.
Ia mulai belajar bisa menghargai dan mengelola waktu demi waktu, detik demi detik untuk belajar hidup berkenan, membenahi karakternya yang cacat hingga disempurnakan mencapai level yang Tuhan inginkan yaitu karakter segambar dan serupa dengan Tuhan kita Yesus Kristus.
Kalau awalnya sudah salah, maka tidak mudah untuk membenahinya agar bisa sinkron kembali dengan maksud tujuan Tuhan.
Namun bukan berarti awalnya benar, akhirnya otomatis benar tentu ada proses bagian kita yang harus kita kerjakan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan didalam hidup ini, berperilaku berkenan disetiap detik hidup kita dan melakukan apa yang menjadi kesenangan Tuhan setiap waktu.

Harus diingat bahwa tak seorang pun tahu kapan detik terakhirnya harus meninggalkan bumi ini untuk selamanya. Setiap detik adalah momentum (kairĂłs) yang memuat pelajaran rohani yang berharga, sesuai dengan jadwal pembentukan yang Tuhan susun seperti kurikulum (khrĂłnos).
Itulah sebabnya Firman Tuhan menyatakan bahwa kita harus memanfaatkan setiap waktu yang ada, sebab hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:16).
Satu detik kita memiliki arti yang sangat berharga, karena itu bagian dari durasi (hĂłra), urut-urutan (khrĂłnos) dan kesempatan (kairĂłs) yang Tuhan berikan. Bila waktu digunakan dengan baik seturut dengan yang dikehendaki Tuhan, maka waktu demi waktu itu akan membawa kita kepada kemuliaan yang berasal dari Tuhan. Ingatlah bahwa hĂłra (durasi) kita makin berkurang dibumi ini, kairĂłs dapat berlalu tanpa hasil, jika kita tidak mau belajar berkenan setiap waktu dihadapan Tuhan dan tentu pembentukan Tuhan atas kita dapat menjadi sia-sia.

Detik demi detik berlalu dalam hidup manusia, Tuhan menunggu anak-anak-Nya untuk menggunakan kesempatan hidup ini untuk meraih berkat kesulungan yang dimiliki orang percaya, yaitu kesempatan untuk sempurna agar bisa dipermuliakan bersama-sama dengan Yesus (Matius 5:48).
Jangan seperti Esau yang tidak menghargai hidupnya dengan menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan.
Kita harus menjaga kesetiaan kita dihadapan Tuhan lewat hidup berkenan dihadapan Tuhan disetiap detik hidup kita dan melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa kita Yesus Kristus dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dibumi ini dengan sempurna.

Hendaknya kita memeriksa secara jujur terhadap diri kita, apakah kita sudah berlaku setia kepada Tuhan mempergunakan waktu detik demi detik untuk melakukan hal-hal yang berkenan dihadapan-Nya. Memang hal ini tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat, perlu proses waktu yang panjang hingga bisa tercapai pembentukan hidup seperti ini, namun kita harus memulainya dari sekarang sebab bisa saja detik terakhir hidup kita ternyata berakhir dimalam ini, mungkin esok hari atau diwaktu yang tidak pernah kita duga.
Olehnya Tuhan Yesus selalu mengingatkan kepada kita untuk hidup berjaga-jaga artinya hidup orang percaya harus berkenan setiap saat dihadapan Tuhan.

Jadi dengan demikian bukan hanya detik terakhir yang menentukan nasib kekal kita, tetapi juga tiap detik dihidup kita yang diberikan Tuhan kepada kita.
Detik demi detik hidup kita harus digunakan sebaik-baiknya untuk menuju dan mencapai perkenanan hidup dan kesempurnaan Kristus didalam kehidupan kita setiap waktu.

2 Korintus 5:9-10
9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Amin.

Rabu, 22 Juni 2016

MEMATIKAN KESENANGAN DIRI UNTUK DI MILIKI OLEH TUHAN


1 Yohanes 2:15-17
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Untuk mati terhadap kesenangan diri sendiri yang disediakan oleh dunia ini sering Tuhan menghajar anak-anak-Nya yang mengasihi Dia sedemikian rupa sampai mereka menjadi pesimis terhadap keindahan dunia. Hal ini bisa terjadi kalau orang percaya tersebut sulit diubah karena keras kepala. Seharusnya Tuhan tidak perlu melukai jemaat dengan pukulan yang sangat menyakitkan, baru berubah. Dengan peringatan-peringatan yang tidak menyakitkan seharusnya orang percaya sudah disadarkan. Pukulan keras hanya diberikan kepada mereka yang tidak memiliki hati mudah bertobat.

Dalam penggarapan agar orang percaya mengalami kelahiran baru, sering Tuhan harus meremukkan kita dengan segala cara yang sangat menyakitkan, tetapi inilah jalan berkat yang Bapa sediakan bagi kita. Ketika kita dihajar Tuhan dengan pukulan yang menyakitkan, yang harus kita pikirkan adalah jalan keluar dari cacat karakter kita. Tuhan memukul untuk menyembuhkan. Tuhan memukul untuk memperbaiki dan memperbaharui.
Untuk ini haruslah kita berpikir seperti yang dianjurkan Paulus oleh ilham Roh:“Pikirkan perkara yang di atas, carilah perkara yang di atas” ayat ini sejajar dengan perkataan Tuhan Yesus “kumpulkan harta di surga bukan di bumi. Sebab dimana ada hartamu disitu hatimu berada”.
Ketika kita mengalami keadaan yang tidak menyenangkan, sesungguhnya kita sedang dibentuk oleh Allah untuk menjadi manusia baru di dalam Dia. Karena memikirkan perkara-perkara yang di atas maka seseorang akan menjadi tabah dan kuat menghadapi segala keadaan yang sulit bagaimana pun.

Dalam kehidupan banyak orang, peristiwa-peristiwa yang luar biasa bisa mengubah keadaan psikologis seseorang. Semakin besar persoalan yang dialami seseorang -yang menggoncang perasaan dan pikirannya maka dampaknya juga semakin besar. Tuhan pun memakai cara ini untuk mengubah seseorang. Tentu saja Tuhan memiliki arah yang jelas dalam mengubah hidup seseorang. Itulah sebabnya dikatakan dalam Firman Tuhan bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28).
Dalam teks aslinya tidak ada kata “turut”. Jadi, Allah bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.
Semua kejadian memang dirancang Tuhan untuk membentuk dan mendewasakan kita.

Gereja harus mengajar jemaat untuk mengerti bahwa persoalan-persolan hidup merupakan cara Tuhan mengubah orang percaya demi pendewasaan rohani mereka. Sangat keliru kalau orang percaya selalu meminta kepada Tuhan supaya terhindar dari persoalan hidup.
Gereja dan hamba Tuhan harus mengajarkan kepada jemaat untuk tidak takut terhadap persoalan sulit dalam hidup, sebab dengan cara demikianlah Tuhan mendewasakan kita.
Oleh sebab itu pemberitaan Firman yang disampaikan harus mencerdaskan orang percaya. Kecerdasan tersebut membuka mata pengertian jemaat untuk mengerti kehendak Tuhan di balik semua peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Kecerdasan jemaat dapat dibangun dalam kebenaran-kebenaran yang diajarkan kepada mereka. Dengan kebenaran-kebenaran tersebut jemaat dijadikan manusia mengerti kehendak Tuhan. Khotbah-khotbah yang menekankan dan menjanjikan berkat jasmani membuat jemaat tidak mengenali kebenaran yang menuntun umat kepada maksud dan tujuan keselamatan diberikan.

Ketika Paulus menulis surat Kolose, dimana ia menganjurkan jemaat untuk memikirkan perkara-perkara yang di atas, maksudnya adalah agar jemaat mengerti panggilan untuk memfokuskan diri hidup didalam pemerintahan Kerajaan Tuhan Yesus Kristus.
Orang yang hidup dibawah pemerintahan Tuhan Yesus tentu harus mematikan kesenangan-kesenangan diri sendiri dan mulai diarahkan kepada pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat pula didalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Artinya hanya keinginan-keinginan Tuhan lah yang menjadi kesenangan dihidup kita untuk kita lakukan dengan taat, yang selalu menjadi prioritas utama didalam hidup kita.
Dengan demikian kita mengerti mengapa Tuhan berkata: Dimana ada hartamu di situ hatimu berada (Matius 6:21).
Artinya ketika kita memikirkan setiap saat apa yang menjadi maunya Tuhan untuk kita lakukan maka harta kita adalah Tuhan Yesus sendiri, sebaliknya jika kita memikirkan sesuatu yang tidak searah dengan Tuhan yang ditujukan untuk kesenangan diri sendiri maka sebenarnya harta kita masih tertanam dibumi ini.

Hati orang percaya haruslah senantiasa tertuju dan tertanam didalam kerajaan Tuhan Yesus, dengan demikian barulah ia bisa dikatagorikan hidup didalam pemerintahan-Nya.
Ketika Tuhan mengucapkan kalimat yang meminta kesediaan kita untuk mengumpulkan harta di surga, hal ini merupakan cara Tuhan agar kita menghayati kehidupan kita sebagai warga Kerajaan Surga.
Sampai kita menyadari sedalam-dalamnya bahwa dunia ini bukan rumah kita.
Bahwa kita bukan berasal dari dunia ini. Bahwa kita telah mati bagi kesenangan dunia.
Ketika iblis gagal mencobai Tuhan Yesus menawarkan kesenangan-kesenangan dunia dan segala atributnya (Lukas 4:6-8), seperti itu juga orang percaya harus menang melawan berbagai macam tawaran-tawaran iblis yang membujuk kita untuk selalu hidup didalam kehendak diri sendiri yang semuanya itu adalah keinginan daging dan penuh dengan hawa nafsu yang berujung dosa.
Jika hati kita sudah secara total kita tanamkan di kerajaan Tuhan Yesus yang ada di sorga maka sampai tingkat ini iblis tentu tidak lagi bisa membujuk kita untuk menyembahnya lewat tawaran kesenangan-kesenangan hidup yang disediakan oleh dunia ini.
Dengan mematikan kesenangan-kesenangan diri sendiri berarti mengijinkan Tuhan untuk memiliki hidup kita seluruhnya untuk diarahkan kepada hidup yang sesuai seturut dengan kehendak-Nya

Amin.

Selasa, 21 Juni 2016

MEMAHAMI ARTI HIDUP BAGI TUHAN


1 Yohanes 1:6
Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.

Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan hidup di dalam Dia, harus hidup seperti Tuhan Yesus hidup yaitu menjadi utusan-Nya.
Sebab hidup orang percaya yang telah ditebus-Nya wajib bersedia hidup bagi Tuhan dan mengabdikan diri bagi kerajaan-Nya dan tidak lagi hidup bagi diri sendiri (2 Korintus 5:15 ; Roma 14:8)
Untuk itu hanya kalau seseorang hidup seperti Tuhan Yesus hidup, barulah ia dapat menjadi saksi. Sebab dengan demikian orang percaya dapat membuktikan bahwa dua ribu tahun yang lalu ada sosok Pribadi Agung, yang adalah Allah sendiri, pernah hidup sebagai manusia untuk menjadi penebus dosa seluruh umat manusia agar yang menerima Dia sebagai Tuhan dan bersedia hidup melakukan kehendak-Nya akan diselamatkan.

Alkitab mengatakan : Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (1 Yohanes 2:6).
Hidup seperti Tuhan Yesus berarti hidup dalam pelayanan.
Hidup yang Tuhan Yesus ajarkan adalah hidup yang melayani dan bukan untuk dilayani.
Matius 20:26-28
26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Orang-orang Kristen seperti ini barulah dapat disebut sebagai jemaat Tuhan yang misioner dan berkenan dihadapan Tuhan. Orang percaya yang tidak memperagakan hidupnya seperti Tuhan Yesus bukanlah pengikut Kristus yang sejati.
Seseorang yang belum memperagakan kehidupan Tuhan Yesus setiap hari, tidaklah layak untuk turut masuk didalam kerajaan-Nya kelak.
Memperagakan kehidupan Tuhan Yesus setiap hari inilah yang disebut pengikut Tuhan yang sejati, inilah yang dimaksud dengan memikul salib setiap hari.
Matius 10:38  Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.

Orang percaya harus menemukan tempat dimana ia dapat berkarya bagi Tuhan sebagai responnya. Untuk menggenapi rencana-Nya, Tuhan menempatkan masing-masing individu pada tempat yang khusus. Itulah panggilan tersebut.
Masing-masing orang percaya pasti memiliki panggilan yang khas, khusus dan benar-benar spesifik. Dengan demikian yang bertanggung jawab dalam pelayanan atau hidup dalam misi Bapa bukan hanya para rohaniwan, tetapi setiap orang percaya dalam panggilan masing-masing yang tidak kalah mulianya dengan seorang rohaniwan.

Oleh sebab itu jemaat yang memiliki berbagai profesi harus yakin bahwa di dalam profesi yang disandang dan digumuli tersebut ia mengerjakan pekerjaan Tuhan. Ketika Tuhan Yesus mengajak Matius pemungut cukai untuk mengikut Dia, Matius harus meninggalkan rumah cukainya, tetapi dalam Lukas 19:1-10, Zakheus yang menerima tawaran mengikut Yesus tidak harus meninggalkan rumah cukainya, ia tetap menjadi pemungut cukai. Tentu praktek-praktek fasik atau segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran Tuhan dalam pekerjaannya harus ditanggalkan dan ditinggalkan.
Di kisah yang lain ketika orang gila di Gadara hendak mengikut Tuhan Yesus menjadi seperti murid-murid yang lain (Lukas 8:39), namun Tuhan Yesus melarangnya, mengapa? Ini berarti setiap orang memiliki tempat yang berbeda dalam mengemban tugas hidup bagi Tuhan. Masing-masing orang percaya harus menemukan tempatnya yang khusus tersebut di hadapan Tuhan.

Oleh karena setiap orang pasti memiliki tempat yang khusus bagi misi Bapa atau pelayanan pekerjaan Tuhan, itulah sebabnya suatu pekerjaan dikatagorikan sebagai pekerjaan duniawi atau rohani bukan tergantung jenis pekerjaan tersebut tetapi motivasi dan tendensi pekerjaan itu diselenggarakan.
Jadi ladang Tuhan itu bukan hanya menyangkut pekerjaan-pekerjaan yang berada di lingkungan gereja tetapi segala sesuatu yang mendukung pelebaran Kerajaan Allah atau bernuansa misi Bapa, itu adalah ladang Tuhan.

Jadi pengertian ladang Tuhan bukan hanya selalu berbicara tentang kegiatan yang selalu berada di lingkungan gereja namun ladang Tuhan juga ada ditempat dimana orang percaya menjalankan profesi pekerjaan sekulernya, dimana pekerjaan tersebut ia persembahkan bagi kemuliaan nama Tuhan artinya ia bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada orang lain lewat pekerjaannya, bekerja secara jujur, menanggalkan segala bentuk praktek-praktek hidup yang tidak berkenan dihadapan Tuhan, dan menjalankan profesinya dengan motivasi hidup bagi Tuhan dan memuliakan nama-Nya dan bukan lagi karena ingin menjadi kaya dan terhormat dimata manusia, baginya perkenanan hidup dihadapan Tuhan Yesus adalah yang terpenting dari segalanya, inilah yang disebut sebagai surat Kristus yang bisa memuliakan nama Tuhan, inilah yang juga dapat disebut hidup bagi Tuhan.
Orang orang seperti ini tentu adalah orang yang memilih tidak ragu memberi dukungan dana terhadap misi pekerjaan Tuhan tanpa batas baik diwilayah gereja maupun misi penginjilan, mendukung pekerjaan Tuhan di gereja terlibat sebagai pelayan Tuhan dan membantu orang-orang yang membutuhkan dari hasil pekerjaan sekulernya.
Dengan demikian setiap orang percaya dengan yakin melakukan pekerjaan masing-masing, baik sebagai karyawan swasta, pegawai negeri, dokter, kontraktor, suster dan lain-lain untuk kemuliaan bagi nama Tuhan Yesus.
Inilah yang dimaksud dengan kalimat yang dibahasakan Paulus di dalam 1 Korintus 10:31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

Adapun seorang yang disebut penginjil yang menjadi utusan Injil dapat dikategorikan sebagai panggilan khusus. Tetapi kalau tidak melakukan pekerjaan penginjilan dengan motif yang benar, maka statusnya adalah sebagai penginjil palsu.
Bagi Tuhan yang paling penting adalah berkarya di tempat masing-masing tersebut atau memerankan panggilannya, orang percaya harus menghilangkan unsur-unsur dosa yaitu segala praktek yang bertentangan dengan Firman Tuhan dan benar-benar menunjukkan kegiatan tersebut bagi kemuliaan bagi nama Tuhan.
Pengertian ini harus dibagikan kepada semua jemaat Tuhan, agar semua jemaat Tuhan atau semua orang percaya wajib mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan dan terlibat dalam pekerjaan Tuhan tanpa batas didalam kehidupannya baik sebagai rohaniwan maupun profesi pekerjaan sekuler dan semuanya itu dikerjakan dengan satu motivasi yaitu hidup bagi kepentingan Tuhan kita Yesus Kristus dan memuliakan nama-Nya.

Yohanes 6:27  Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

Amin.

Senin, 20 Juni 2016

MENGENAL KAUSALITAS TERJADINYA SAKIT PENYAKIT DI DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA


1 Korintus 6:20  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Tuhan adalah Tuhan yang baik (Mazmur 34:9). Allah yang penuh kasih (1Yohanes 4:8). Allah tidak menghendaki anak-anak-Nya menderita (Mazmur 23). Seperti seorang bapak sayang anaknya, demikianlah Allah Bapa sayang kepada kita. Betapa bersyukur dan berbahagianya kita memiliki Allah seperti Tuhan Yesus. Tetapi masalahnya adalah mengapa terdapat penderitaan, khususnya sakit penyakit? Banyak orang Kristen yang menderita berbagai penyakit.
Faktanya pada saat ini juga banyak di antara orang-orang Kristen yang sedang menderita sakit penyakit, juga akibat epidemik penyakit dan berbagai kausalitas/sebab akibat lainnya, sama seperti yang dialami oleh orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus.
Padahal yang sering disuarakan di mimbar gereja adalah bahwa oleh bilur-Nya kita disembuhkan, virus dan bakteri tidak bisa berjangkit kepada orang yang sudah memiliki penebusan darah Tuhan Yesus, sebab semua penderitaan dan sakit penyakit telah dipikul-Nya di kayu salib. Bagaimana kita dapat memahami hal ini?

Kita harus terlebih dahulu memahami bahwa sakit penyakit ada dalam kehidupan manusia berawal dari dosa yang masuk ke dalam dunia, sehingga semua yang baik menjadi rusak (Roma 3:23). Manusia kehilangan kemuliaan Allah. Artinya manusia telah tidak lagi memiliki keadaan seperti ketika manusia diciptakan oleh Tuhan.
Keadaan manusia yang telah jatuh dalam dosa adalah keadaan manusia yang terkutuk. Manusia hidup dalam kutuk. Manusia hidup tanpa pengharapan dan berkat Tuhan. Namun Puji nama Tuhan Yesus, Tuhan Yesus telah menanggung segala dosa kita dan memikul segala penderitaan karena perbuatan dosa kita
Yesaya 53:4 "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah".
Inilah jalan satu-satunya manusia bebas dari kutuk. Oleh karena Tuhan Yesus kita dibebaskan dari segala kutuk. Tuhan menanggung segala penderitaan dan sakit penyakit kita. Oleh sebab itu di dalam Tuhan kita menerima jaminan kesehatan, selama kita ada dalam kehendak-Nya.

Kalau Tuhan Yesus sudah memikul dosa dan segala sakit penyakit kita, tetapi mengapa masih terdapat orang Kristen yang sakit?
Ada 3 penyebab mengapa masih ada orang Kristen yang sakit.
Pertama, sakit penyakit itu dialami karena dosa yang dilakukan oleh orang tua kita. Kesalahan orang tua kadang-kadang ikut ditanggung juga oleh anak-anaknya. Seperti yang ditulis dalam Keluaran 20:5, Tuhan menimpakan kesalahan orang tua kepada anak-anaknya.
Dalam Alkitab juga dikisahkan mengenai Gehazi yang menipu demi kekayaan atau memperoleh uang, maka Tuhan menghukumnya dengan kusta yang dialami bukan saja oleh dia sendiri tetapi juga keturunannya (2Raja-raja 5).
Jika kita sekarang dalam posisi sebagai orang tua ataupun belum menikah, maka hiduplah sepadan dengan isi perintah Injil yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita, hidup didalam kasih, mempetakan dan mengarahkan hidup kita kepada kehendak Tuhan apa yang baik, berkenan dan yang sempurna dimata Tuhan.
Suatu hari nanti kita pasti akan melahirkan keturutan-keturunan Ilahi yang kudus, tentu kita juga harus mengarahkan dan mempetakan kehidupan mereka kepada pengenalan akan Tuhan secara benar sehingga anak-anak kita kelak menjadi generasi yang dipakai menjadi alat kemualiaan bagi Tuhan kita Yesus Kristus.
Jika tidak demikian maka hidup banyak orang tua kelak akan menularkan penyakit kepada anak-anaknya, inilah yang sebenarnya disebut juga penyakit keturunan/kutuk keturunan.

Kedua, sakit penyakit juga bisa dialami seseorang disebabkan oleh disiplin Tuhan karena dosa kejahatan atau kesalahan orang itu sendiri.
Sebenarnya orang tersebut sudah bertanggung jawab menjaga kesehatan dengan pola makan dan pola hidup yang baik, tetapi didalam hidupnya ia tidak mau dengar-dengaran kepada Tuhan.
Hidupnya ia isi bergelimang dengan dosa dan kejahatan.
Dosa dan kejahatan disini bukan hanya menyangkut kesalahan pelanggaran pada moral umum namun juga kesalahan yang terjadi pada sikap batiniah yang tidak jujur, iri, sombong, pamer, dendam kepahitan, mencintai dunia sebagai tempat firdausnya mencari kesenangan hidup, hidup demi kepentingan diri sendiri, memberi nilai tinggi hal yang lain selain Tuhan dan lain sebagainya.
Kehidupan yang tidak dengar-dengaran akan Tuhan akan mendatangkan disiplin dari Tuhan. Disiplin ini tidak berarti Tuhan sedang membencinya, tetapi tindakan Tuhan untuk mendewasakannya, mengubahkannya menjadi pribadi yang mau mengenakan kodrat Ilahi mengambil bagian dalam kekudusan-Nya yaitu menjadi pribadi yang taat menjaga kesucian hidup dan taat terhadap kehendak Tuhan.
Banyak penyakit yang dialami oleh seseorang karena hidupnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Hal ini juga bisa terjadi juga bagi anak-anak yang tidak menghormati orang tua, mereka juga bisa dihukum dengan menjadi pendek umur (Efesus 6:3). Pendek umur karena sakit-penyakit bisa disebabkan karena tidak mau dengar-dengaran dengan disiplin yang Tuhan berikan.

Ketiga, sakit yang disebabkan oleh tindakan manusia itu sendiri, yaitu tidak menjaga pola hidup dan pola makan yang baik. Bagaimanapun, walau sebagai anak-anak Tuhan, kita tetap harus tunduk kepada tatanan Tuhan, bahwa apa yang ditabur seseoranag itu juga yang akan dituainya.
Jadi walaupun orang Kristen rajin ke gereja, walaupun menjadi aktivis jemaat bahkan menjadi pendeta, ia tetap harus menuai apa yang telah ditaburnya.
Seperti iblis berusaha menjatuhkan Tuhan Yesus dan berusaha agar ia bisa melenyapkan gerak pelayanan-Nya, demikian pula iblis bermaksud hendak membunuh umat pilihan agar pertumbuhan mengenakan kodrat Ilahi digugurkan/gagal total.
Dengan cepat membunuh seorang anak Tuhan dengan tipu dayanya, berarti iblis berhasil mempersempit gerak umat pilihan untuk mencapai kesempurnaan didalam Kristus, dengan kata lain iblis berhasil mencegah dan menghambat terbangunnya karakter manusia yang memiliki jejak hidup yang bermoral serupa seperti Tuhan Yesus.

Jadi hendaknya orang percaya saat ini menyadari dengan serius dengan 3 hal diatas dan memperhatikan apa yang dibahasakan Petrus yang mengatakan : Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini (1 Petrus 1:17).
Dengan kata lain Petrus juga mau menasehatkan supaya kita menjadi manusia yang bijaksana selama menumpang hidup didalam kemah sementara dibumi ini, mempergunakan waktu yang Tuhan berikan dengan sebaik-baiknya, tidak menyia-nyiakannya untuk membenahi hidup yang berkenan kepada Tuhan, mengerti yang dikehendaki-Nya apa yang baik, berkenan dan yang sempurna guna untuk memenuhi rencana Tuhan untuk mencapai manusia yang berkeadaan sebagai manusia berkarakter seperti Kristus yang adalah sempurna.

Amin.

Minggu, 19 Juni 2016

BERJAGA-JAGA DENGAN HATI YANG MURNI


Roma 2:16  Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.

Dalam hidup ini hanya ada dua kemungkinan yang akan dialami orang percaya, yaitu membuat hati nuraninya semakin seperti Tuhan Yesus, atau hati nuraninya seperti dunia ini. Pilihan ini tergantung masing-masing individu.

Yang kita perlu sadari betul dalam kehidupan setiap kita adalah penghakiman Tuhan itu pasti akan datang, Tuhan akan menghakimi seluruh umat manusia mulai dari motivasi didalam hati, perkataan sampai dengan perbuatan. Maka dari itu jagalah seluruh hidup kita dari praktek hidup kefasikan dunia/sikap acuh tak acuh terhadap kehendak Tuhan dan satu hal yang harus kita waspadai jangan pernah berdiri diwilayah abu-abu/hidup setengah-setengah buat Tuhan, Alkitab mengatakan orang yang hidupnya ada diwilayah abu-abu akan dimuntahkan oleh Tuhan dengan kata lain ditolak seperti orang fasik dan disamakan dengan orang pendosa lainnya (Wahyu 3:16).
Untuk itu hati kita harus diterangi oleh Firman Tuhan setiap hari agar tetap bersih, sadar dan waspada terhadap hidup yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dan menjauhkan diri dari sikap hidup yang setengah-setengah bagi Tuhan dan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Tuhan Yesus menginginkan persekutuan yang harmonis dengan umat-Nya, dengan demikian hati nuraninya akan terus diasah dan semakin didewasakan untuk selalu peka terhadap kebenaran Tuhan yang menuntun hidupnya kepada kehendak-Nya yang sejati.

Realitas hidup manusia yang tidak bisa dibantah didalam hidup ini adalah realitas kematian tubuh secara fisik.
Kematian tubuh secara fisik ini adalah realitas yang tidak pernah bisa diprediksi kapan terjadinya, maka hidup orang percaya harus melakukan persiapan-persiapan kelayakan dirinya dihadapan Tuhan dari sekarang.
Persiapan itu adalah sikap hidup berjaga-jaga setiap waktu untuk selalu melakukan kehendak Bapa dengan hati yang murni.
Mungkin dari kita saat ini masih bisa berkata : "saya masih muda, sehat, kuat dan tidak mungkin saya mati sekarang".
Dan ada juga yang berpendapat didalam hatinya : "Tuhan tidak mungkin memanggil saya sekarang karena saya masih banyak tugas yang harus diselesaikan".
Perlu kita pahami jika Tuhan menghendaki maka pada waktu tidurpun nyawa seseorang bisa diambil oleh Tuhan.
Untuk inilah Tuhan Yesus berkata : Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya"(Matius 25:13).
Berjaga-jaga disini bukan saja berbicara tentang kedatangan Tuhan Yesus secara fisik dibumi kelak namun juga berjaga-jaga bahwa setiap saat manusia bisa saja menyongsong kematiannya setiap saat pada saat yang tidak ia duga.
Yang mengerikan adalah orang tersebut didapati tidak berjaga-jaga, tentu pada akhirnya nasibnya harus berakhir didalam penghukuman yang mengerikan untuk selamanya dikekekalan.
Untuk ini pertobatan yang sungguh sungguh harus dilakukan sekarang: setiap hari dan setiap saat dengan hati yang murni dihadapan Tuhan dan terus mengerjakan keselamatan dengan sikap hidup yang terus setia bertekun melakukan kehendak Tuhan.
Sebenarnya inilah yang dimaksud dengan berjaga-jaga dan berdoa tiada berkeputusan; suatu relasi yang terus dibangun dengan Tuhan setiap waktu,
hati yang selalu terhubung dengan Tuhan setiap waktu tanpa berkeputusan sehingga ia bisa mengetahui kehendak Tuhan apa yang baik, berkenan, dan yang sempurna.

Persiapan menyongsong kehidupan di lorong kekekalan dikerajaan surga tidak boleh ditunda.
Ini harus dianggap sebagai penting dan darurat. Kita harus selalu berpikir bahwa hari ini adalah hari terakhir kita hidup. Besok tidak ada kesempatan lagi.
Jadi setiap kali disebut hari ini, berarti kesempatan yang sangat berharga untuk membenahi diri.
Bila kita membiasakan diri memiliki sikap hidup seperti ini, maka kita barulah memahami dan dapat melakukan apa yang dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Matius 6:33). Teks ini muncul berkenaan dengan panggilan Tuhan atas orang percaya untuk hanya mengumpulkan harta di surga (Matius 6:19–20), agar hati nurani kita menjadi benar, yaitu memiliki pengertian-pengertian dari sudut pandang Tuhan. (Matius 6:22–23).

Hati nurani yang murni dihadapan Tuhan yang terus berjaga-jaga untuk mendorong seseorang melakukan kehendak Tuhan inilah harta yang tidak pernah bisa diambil oleh siapapun. Harta dunia bisa dirusak oleh ngengat dan karat, pencuri bisa mencuri serta membongkarnya, tetapi harta berupa hati nurani yang sesuai dengan Tuhan inilah yang tidak bisa diambil oleh siapapun.

Olehnya kita perlu mendewasakan hati nurani kita, mengasahkan dengan kebenaran Firman Tuhan yang murni dan bertekun mengadakan persekutuan yang intim dengan Tuhan setiap saat.
Dengan hati nurani yang benar yang terus didewasakan oleh Firman Tuhan yang murni, kita akan semakin mengerti bahwa orang percaya tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.
Kita tidak bisa mengabdi kepada keinginan Tuhan dan kepada keinginan dunia/diri sendiri secara sekaligus.
Kita harus memilih dan memutuskan salah satu dan haruslah kita memilih hanya mengabdi kepada Tuhan dan keinginan-Nya saja (Matius 6: 24).
Tanpa mengasah hati nurani dengan kebenaran, orang tidak tahu bahwa sebenarnya ia masih mengabdi kepada dua tuan. Bahkan saya sebagai penulis saja baru menyadari hal ini setelah lebih diasah oleh kebenaran Firman Tuhan. Dulu saya merasa bahwa saya sudah benar-benar full time hidup buat Tuhan; ternyata belum.

Hati nurani kitalah yang akan menerangi diri kita untuk melihat seberapa murni kita hidup bagi Tuhan.
Di tingkat ini kita harus seperti Paulus yang bisa berkata bahwa kita melayani Tuhan dengan hati nurani yang murni dihadapan-Nya.
Kisah Para Rasul 24:16  Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.
Maksudnya, dalam hidup ini khususnya dalam pelayanan ia tidak memiliki agenda sendiri namun semuanya adalah agendanya Tuhan. Yang bisa mengerti ada tidaknya agenda sendiri hanyalah orang yang hati nuraninya telah diterangi oleh Tuhan. Oleh karena itu Asahlah hati nurani kita oleh kebenaran sekarang juga, sebagai tindakan berjaga-jaga sebab suatu hari nanti kita harus mempertanggungjawabkan semuanya dihadapan Tuhan kita Yesus Kristus.

Pada akhirnya Tuhan sangat menghendaki orang percaya memiliki sikap hati nurani yang bersih dan murni yang berjaga-jaga setiap saat, terus didewasakan dari waktu ke waktu sehingga ia bisa mengerti dan membedakan mana yang baik, yang berkenan kepada Tuhan kita Yesus Kristus dan yang sempurna.

Amin.

Sabtu, 18 Juni 2016

MEMAHAMI ARTI MELAKUKAN KEHENDAK BAPA


Matius 7:21-23
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Dari mulut Tuhan Yesus sendiri terlontar pernyataan bahwa hanya mereka yang melakukan kehendak Bapa yang masuk ke dalam Kerajaan Surga atau diselamatkan (Matius 7:21-23). 
Rupanya ini adalah harga mati yang tidak dapat ditawar lagi. Melakukan kehendak Bapa adalah syarat untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Bapa. 
Melakukan kehendak Bapa di sini untuk umat Perjanjian Baru adalah melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. 

Umat Perjanjian Lama cukup dengan melakukan hukum-hukum (taurat). 
Dalam hal ini yang diberi banyak dituntut banyak dan yang diberi sedikit dituntut sedikit. 
Umat Perjanjian Baru dituntut untuk mampu melakukan kehendak Bapa sesuai dengan kelasnya (kelas umat Perjanjian Baru). 
Menolak hal ini berarti sama dengan menolak keselamatan. 
Ini bukan berarti keselamatan seseorang dapat diperoleh melalui perbuatan baik. Perbuatan baik bagaimana pun tidak akan menyelamatkan kalau Tuhan Yesus tidak mati di kayu salib. Melakukan kehendak Bapa adalah respon terhadap keselamatan, bukan jasa. 
Tuhan Yesus tidak melarang orang-orang ada bersama-sama dengan Dia dalam seluruh kegiatan pelayanan, tetapi Ia akan melarang orang masuk Kerajaan-Nya bila tidak melakukan kehendak Bapa. 
Seperti Yudas diperkenan bersama-sama dengan Tuhan Yesus dalam berbagai kegiatan pelayanan, tetapi ketika ia berkhianat kepada Tuhan Yesus maka ia harus masuk ke dalam kebinasaan. 
Yudas masuk kedalam kebinasaan bukan karena ditentukan untuk binasa tetapi ia memilih bertindak sesuai dengan keinginannya. 
Ia tidak melakukan kehendak Bapa tetapi melakukan kehendaknya sendiri. 
Iblislah yang berbisik kepadanya untuk melakukan sesuatu yang dapat menghasilkan uang dan Yudas menyetujuinya sehingga iblis merasukinya. 
Iblis tidak terlalu mencegah seseorang menjadi angota gereja yang rajin, menjadi pengurus atau pekerja gereja bahkan menjadi pendeta, tetapi yang iblis akan usahakan adalah menghambat dan menghancurkan orang-orang yang berusaha hidup dengan melakukan kehendak Bapa. 
Ketika sesorang tidak melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa di surga maka sebenarnya ia sedang menjadi sekutunya iblis. Olehnya Tuhan Yesus akan menolak mereka dan tidak mengizinkan mereka turut masuk kedalam kerajaan-Nya yaitu bagi mereka yang didapati dalam hidupnya tidak bertekun melakukan kehendak Bapa setiap waktu.

Melakukan kehendak Bapa adalah panggilan umat perjanjian baru yang mutlak harus dilakukan setiap waktu dengan ketekunan mengerjakannya setiap hari. Panggilan ini bukan kegiatan sambilan atau hanya dilakukan pada waktu tertentu sebab hidup orang percaya adalah hidup bagi Tuhan dan kepentingan-Nya bukan lagi hidup bagi kepentingan diri sendiri. 
Olehnya Paulus berpesan kepada jemaat di Roma : 
Roma 14:7-8
7 Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri.
8 Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.
Kalau hari ini kita masih hidup bagi diri sendiri, segeralah ambil keputusan berbalik arah dan kembali kepada kehendak yang telah Tuhan Yesus perintahkan kepada kita yaitu hidup bagi Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya yang melakukan kehendak-Nya dengan taat dan bertekun melakukan hukum kasih dan menjadi berkat bagi sesama yang didalamnya ia juga menaruh pikiran dan perasaan Tuhan didalam hidup setiap waktu. 

Panggilan Tuhan Yesus yang ditujukan kepada orang percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan, harus disertai dengan kehidupan yang melakukan kehendak Bapa sebab seorang yang tidak melakukan kehendak Bapa berarti belum menerima Yesus sebagai Tuhan. 
Dalam hal ini menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan tidak cukup dengan pernyataan bibir dan ibadah seminggu sekali datang ke gereja. 
Melakukan kehendak Bapa juga bukan berarti hanya hidup menuruti hukum, tetapi yang lebih tepat adalah dalam segala hal orang percaya bertindak sesuai keinginan Bapa dan selera-Nya. 
Hal yang paling menakutkan bagi iblis adalah orang percaya yang berusaha melakukan kehendak Bapa seperti yang diperagakan oleh Tuhan Yesus sebab dengan begitu orang percaya baru bisa berhasil menelanjangi perbuatan iblis yang tidak bisa tunduk kepada Bapa yang berkuasa atas segala sesuatu. Untuk itu alkitab mengatakan : iblis hanya bisa dikalahkan dengan Darah Anak Domba dan kesaksian hidup orang percaya (Wahyu 12:11).
Kesaksian disini adalah kesaksian hidup dalam ketaatan dalam melakukan kehendak Bapa.
Tuhan Yesus telah menang melawan kuasa kegelapan dengan kematian-Nya diatas kayu salib, darah-Nya yang tercurah adalah simbol hidup dalam ketaatan dalam melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa.
Filipi 2:8-11
8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 
10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 
11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! 

Sebagaimana Tuhan Yesus telah menang,  orang percaya juga harus menang seperti Tuhan Yesus.
Wahyu 3:21  Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.

Dengan demikian dapat dirumuskan pula bahwa keselamatan adalah hidup yang bertekun melakukan kehendak Bapa. 
Bukanlah keselamatan jika tidak melakukan kehendak Bapa. 
Dalam hal ini keselamatan dapat terealisir dalam kehidupan manusia bukan tanpa syarat. 
Anugerah tidak meniadakan syarat untuk masuk Kerajaan Tuhan. 
Anugerah bukan berarti semua dikerjakan oleh Tuhan dan manusia hanya diam seperti boneka yang tidak perlu meresponi karya keselamatan-Nya. 
Orang yang tidak melakukan kehendak Bapa berarti menolak keselamatan atau tidak mau mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. 
Inilah kesalahan banyak orang Kristen yang kalau berbicara mengenai anugerah asumsinya adalah semua serba cuma-cuma. Jika bukan cuma-cuma berarti bukan anugerah. Dalam hal ini kita harus kembali merumuskan pengertian anugerah secara benar. Menempatkan anugerah pada tempat yang benar. Kesalahan memahami anugerah berarti kegagalan menerima keselamatan yang sejati. Anugerah justru menempatkan orang percaya pada pertaruhan yang mahal, sebab ia harus belajar melakukan kehendak Tuhan Yesus secara mutlak. Inilah yang dimaksud dengan percaya itu.

Melakukan kehendak Bapa adalah Percaya kepada Tuhan Yesus dengan segenap hidup, segenap hati, segenap jiwa hidup bagi Tuhan dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. 

2 Korintus 5:15  Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Amin.

Kamis, 16 Juni 2016

DI TEBUS SUPAYA MENJADI SEMPURNA SEPERTI BAPA


Matius 5:48  Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Di dalam ayat ini mengandung tingkatan kualitas moral yang berkualitas tinggi yang harus dimiliki orang percaya dan kualitas hidup ini mengandung nilai-nilai kekal yang melampaui kehidupan orang beragama pada umumnya.
Tuhan berfirman agar umat kudus seperti Dia kudus (1Petrus 1:16). Hal ini sama dengan mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibrani 12:10) dan sama dengan mengenakan kodrat Ilahi (2 Petrus 1:3-4).
Kata sempurna dalam Matius 5:48 dalam teks aslinya adalah teleioi dari kata teleios. Kata ini memiliki beberapa pengertian antara lain: having attained the end or purpose, complete, perfect (telah mencapai akhir atau tujuan, lengkap, sempurna). Juga berarti full-grown, mature, adult (penuh kedewasaan, matang, dewasa).
Kemudian kata “harus” pada ayat ini berarti bukan sesuatu yang bisa atau boleh dihindari. Ini pasti sesuatu yang bernilai mutlak dan tidak boleh tidak.
Kata harus di dalam teks ini memberi kabar baik, sebab di balik kata harus di sini Tuhan Yesus memberikan sebuah potensi atau isyarat bahwa kita bisa melakukannya.

Pada hakekatnya Tuhan tidak bisa mentolerir satu kesalahanpun didalam diri manusia sebab Tuhan menciptakan manusia menurut rupa dengan gambar-Nya (Kejadian 1:26) artinya manusia dituntut untuk memiliki perilaku dan moral yang serupa seperti pencipta-Nya, oleh sebab itu pada saat manusia pertama gagal melakukan proyek kesempurnaan ini, ia jatuh didalam ketidaktaatan dihadapan Tuhan dengan melanggar apa yang Tuhan perintahkan untuk tidak memetik dan memakan buah dari pohon kehidupan, maka sebenarnya Tuhan dengan segala usaha-Nya berusaha untuk mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yang semula agar menjadi taat terhadap kehendak-Nya, Ia turunkan hukum taurat, hukum-hukum sipil mengatur kehidupan umat pilihan-Nya dan mengutus banyak Nabi-nabi untuk menasehati dan memberitahukan bagaimana cara hidup yang dikehendaki Tuhan.

Proyek kesempurnaan ini menjadi tertunda ketika manusia jatuh didalam dosa, olehnya umat Israel pada waktu itu tidak dituntut untuk menjadi sempurna seperti Bapa namun hanya dituntut untuk taat kepada hukum-hukum yang Tuhan sudah turunkan kepada Musa.
Sampai pada akhir masa kesabaran-Nya, proyek kesempurnaan yang tertunda itu akhirnya dijalankan kembali, kali ini Tuhan sendiri yang turun meninggalkan surga dan mengambil rupa sebagai manusia agar Dia disamakan dengan manusia, untuk mewujudkan rencana besar yang sudah tertunda ini Tuhan menebus seluruh umat manusia dari dosa-dosa mereka dengan kasih-Nya mati dikayu salib (Yesaya 63:8-9).
Dalam pelayanan-Nya Tuhan Yesus memberikan teladan kepada umat pilihan-Nya bagaimana memperagakan hidup yang berkenan dihadapan Tuhan dengan memberikan perintah kepada umat pilihan-Nya untuk masuk kedalam proyek-Nya yang tertunda tersebut untuk dijalankan kembali yaitu "haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna", sekaligus memberikan perintah yang baru kepada umat pilihan untuk hidup didalam hukum kasih yang menggenapi hukum taurat.
Jika kita memperhatikan ayat-ayat sebelumnya dari (Matius 5:1-48) maka kita bisa temukan Tuhan Yesus memberitahukan contoh cara hidup yang benar yang harus diteladani sebagai umat pilihan-Nya, kemudian di ayat terakhir 48 Tuhan Yesus menyatakan kesimpulan akhirnya dengan perkataan "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Orang yang menerima karya keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus, atau yang menerima penebusan oleh darah Tuhan Yesus Kristus adalah orang-orang yang dikehendaki oleh Tuhan untuk menjadi sempurna seperti Dia.
Bagi manusia sepertinya memang proyek ini agak mustahil untuk dicapai, dan memang bagi manusia mustahil, tetapi sebagaimana Tuhan Yesus menembus kemustahilan dengan menjelma menjadi manusia, itu menjadi tidak mustahil.
Sebab Tuhan yang bijaksana tidak mungkin memberi perintah yang sifatnya mutlak yang harus dilakukan sementara kita tidak bisa melakukannya.

Untuk menjadi sempurna seperti Bapa seseorang harus melewati tahap dilahirkan kembali sebagai manusia yang baru terlebih dahulu sebab tanpa kelahiran baru sebenarnya seseorang tidak berniat untuk selamat dan tidak akan pernah bisa diselamatkan, artinya tidak pernah bisa diperbaharui untuk mencapai kesempurnaan Kristus.
Tanda kelahiran baru dimulai seseorang akan bersedia hidup dituntun oleh Roh dan mematikan seluruh keinginan daging, (Efesus 4:17-32), (Galatia 5:16-26). Memang hal ini tidak bisa dilakukan dalam sekejap ini perlu proses yang panjang dan memerlukan pertobatan yang serius dihadapan Tuhan setiap hari.
Pertobatan adalah proses setiap hari dimana seseorang meninggalkan cara hidupnya yang lama dan mengalami pembaharuan pikiran yang diubahkan oleh Firman Tuhan yang murni dari waktu ke waktu. Pertobatan ini dimotori oleh pengertian yang benar terhadap Firman Tuhan dan membangun hubungan yang intim dengan Tuhan setiap waktu dan hidup didalam persekutuan dengan Roh Kudus.

Ketika Tuhan Yesus berkata kepada banyak orang dan murid-murid: "...Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (Matius 5:20), ini berarti hidup orang percaya harus melampaui kehidupan beragama pada umumnya.
Orang beragama hanya mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan hukum-hukumnya semata agar bisa menjadi manusia yang baik dimata manusia, namun bagi Tuhan, orang percaya harus lebih dari itu dimana ia harus memiliki nilai moral seperti Bapa di surga, sikap moral yang sempurna kudus tidak bercacat cela, dan didalamnya ada kasih dan pikiran, perasaan Tuhan.
Olehnya Tuhan Yesus sendiri mengungkapkan hal ini dengan mengatakan, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”
Berarti apabila kita telah menjadi orang percaya, kita harus mau masuk ke dalam proyek kemustahilan ini.
Bagaimana ini dapat kita lakukan?
Dalam Filipi. 2:5, Paulus berpesan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Bukan hanya sekadar seperti Kristus, tetapi memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Dalam suratnya untuk jemaat di Kolose Paulus menyatakan:
Kolose 1:28-29
28 Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.
29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

Untuk suratnya yang tujukan kepada jemaat di Filipi Paulus pun bersaksi menyatakan : Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus (Filipi 3:12).
Orang percaya ditangkap dan dipilih oleh Tuhan Yesus supaya akhirnya memiliki kehidupan yang sempurna seperti diri-Nya.
Hidup selama 70 sampai 80 tahun merupakan masa untuk mengejar suatu prestasi abadi, yaitu sempurna seperti Bapa. Jika fokus hidup orang percaya tertuju kepada hal yang lain, maka target yang harus dicapai tidak akan tercapai. Sebab yang sungguh-sungguh berusaha saja bisa nyaris tidak bisa meraih apalagi yang tidak sungguh-sungguh. Untuk terselenggaranya hidup sesuai dengan kehendak Tuhan atau sempurna seperti Tuhan Yesus, Roh Kudus dimeteraikan dalam kehidupan orang percaya. Roh Kudus inilah yang bekerja keras mengubah dan mengerami kehidupan manusia orang percaya agar bisa di kembalikan pada tujuan rancangan Tuhan yang semula, sempurna seperti diri-Nya dan kudus seperti kekudusan-Nya.

Kehidupan Tuhan Yesus adalah standar kita.
Demi proyek-Nya terwujud dengan sempurna, Dia telah merendahkan diri-Nya untuk meninggalkan kesetaraan-Nya sebagai Allah, mengosongkan diri-Nya, menjadi manusia seorang hamba dan taat sampai mati di kayu salib. Dia telah melakukan yang mustahil bagi manusia, sekarang giliran kita.
Tuhan Yesus Allah yang Mahatinggi menunjukkan keteladanan-Nya untuk rendah hati, rela kehilangan segala hak-Nya, bahkan hak atas nyawa-Nya, untuk menunjukan betapa seriusnya Tuhan dalam mengasihi dan menyediakan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Ini bukan sifat bawaan manusia pada umumnya, karena manusia pada umumnya tidak rela dirinya diabaikan. Manusia tidak rela haknya dirampas. Manusia tidak rela hatinya disakiti.
Tetapi Tuhan Yesus menghendaki orang yang percaya kepada-Nya memiliki sikap hidup yang sempurna yang memiliki pikiran dan perasaan-Nya, cara hidup yang sempurna yang bermoral Ilahi, Itulah yang harus kita miliki dalam hidup kita.

Jadi untuk belajar menjadi sempurna seperti Bapa berarti belajar hidup seperti Tuhan Yesus dan mengikuti jejak-Nya, hal pertama selain dituntut kelahiran baru, hal yang lain yang harus kita pelajari adalah menjadi seorang hamba.
Menjadi seorang hamba artinya belajar untuk rela kehilangan hak, tidak terikat kepada apa pun, taat kepada Tuhan, melayani Tuhan dan sesama didalam kasih Tuhan.
Jadi melayani Tuhan jangan lagi dilatarbelakangi karena ketakutan atau keinginan kita atas berkat jasmani dari-Nya namun dikarenakan kita mengasihi Tuhan.
Selanjutnya kita harus tekun mempelajari Firman-Nya dan belajar untuk melakukannya didalam kehidupan kita. Dari ketekunan inilah maka akan berbuah untuk dapat menaruh pikiran dan perasaan Kristus itu dalam diri kita yang membuat setiap langkah dihidup kita akan selalu melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.
Pada akhirnya perjuangan menjadi sempurna seperti Bapa adalah perjuangan yang tiada henti tanpa batas disepanjang umur hidup kita.

Akhirnya, sebagaimana Kristus dimuliakan, kita juga akan dimuliakan bersama dengan Dia (Roma 8:30).
Ini anugerah yang luar biasa bagi kita yang menerima penebusan dari-Nya. Jadi proyek kesempurnan ini bukan lagi hal yang mustahil, sebab sekali lagi ditegaskan, bahwa yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Allah kita Yesus Kristus. Inilah kabar baik bagi kita, bahwa kita yang menerima penebusannya akan dimampukan untuk menjadi sempurna seperti diri-Nya.

Menolak proyek menjadi sempurna seperti Bapa berarti sebenarnya menolak untuk diselamatkan, sebab orang yang beroleh selamat-Nya adalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapa di surga.
Hendak-Nya kita melakukan kehendak Tuhan yang menginginkan disetiap langkah hidup kita berjalan didalam kehendak-Nya secara sempurna selanjutnya membantu orang lain masuk kedalam proyek agung Bapa untuk diselamatkan supaya menjadi sempurna seperti diri-Nya.
Olehnya Bapa kita Yesus Kristus sebelum naik ke surga memerintahkan para Rasul dan murid-murid lainnya pergi untuk memberitakan Injil kepada manusia sampai keujung bumi, membaptis mereka dalam nama-Nya sebagai tanda keseriusan manusia dalam melakukan pertobatan dan mengajarkan mereka untuk menjadi seorang murid yang hidupnya berkenan dan sempurna dihadapan Bapa surga (Matius 28:19-20).
Bagi umat tebusan, menjadi sempurna seperti Bapa adalah proyek yang tidak mustahil, jika kita mau mengenakan pikiran dan perasaan Kristus setiap waktu dan bertekun didalam Firman dan melakukan kehendak-Nya tanpa batas didalam kasih.

Roma 8:29  Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Amin.