Minggu, 30 April 2017

MEMIKIRKAN KEKEKALAN


Kolose 3:2-4
2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Mengapa pengalaman dengan Tuhan yang berkualitas tinggi tidak bisa dialami oleh mereka yang tidak dewasa rohani?
Sebab orang Kristen yang tidak dewasa tidak memikirkan dengan serius bagaimana mencapai kehidupan yang sungguh-sungguh berkenan kepada Tuhan dan tidak menggumuli dan tidak terlalu peduli dengan masalah kekekalan.
Fokus hidup mereka adalah kehidupan hari ini, bagaimana bisnisnya selama dibumi bisa maju dan makin sukses dan menjadi orang kaya, terpandang dan di hormati oleh banyak orang sehingga mereka tidak melihat perkara-perkara rohani yang memiliki value jauh di atas perkara-perkara duniawi yang fana tersebut.
Orang seperti ini belumlah mengerti yang dibahasakan oleh Tuhan.
Yohanes 8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.
Tentu saja mereka tidak mengerti “bahasa Tuhan”, sebab mereka tidak menangkap Firman Tuhan.
Mereka tidak dapat menangkap Firman Tuhan sebab mereka tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, artinya mereka menjadi orang orang yang materialistis, menjadikan kekayaan dunia dan kesenangannya menjadi prioritas utama dan tujuan hidup.

Dalam teks Yunani Kata “menangkap” dalam Yohanes 8:43 adalah akouo, yang artinya mendengar dengan teliti atau seksama. Seseorang tidak akan mendengar secara teliti atau seksama kalau tidak tertarik atau tidak mengerti apa yang didengarnya. Hal ini sama dengan seorang murid atau seorang anak yang tidak mengerti apa yang dikatakan guru maupun orang tuanya, sebab ia tidak tertarik terhadap apa yang mereka katakan.
Tidak sedikit orang-orang Kristen yang tidak mampu mengerti Firman Tuhan secara logos. Ini yang dikatakan Tuhan Yesus bahwa “mereka tidak menangkap Firman Tuhan”.
Hal ini juga disebabkan karena mereka terbiasa mendengar ajaran yang hanya menyenangkan telinga saja.
Pikiran mereka telah dibutakan oleh ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Tuhan tidak bisa berbicara untuk menasihati dan menegor orang Kristen yang tidak mau terlalu peduli untuk menangkap Firman-Nya (logos). Orang-orang seperti ini tidak dapat dididik oleh Tuhan, tentu tidak akan dapat bertumbuh menjadi manusia sesuai rancangan Allah. Percuma mereka ke gereja, berdoa, memuji dan menyembah Tuhan karena tidak bisa “nyambung dengan Tuhan”. Pikiran mereka pasti tertuju kepada perkara-perkara duniawi, bukan masalah kekekalan.

Orang-orang yang tidak memikirkan kekekalan adalah orang yang tidak serius menjadi pengikut Tuhan Yesus. Mereka tidak bisa bersama dengan Tuhan mengalami penggarapan guna memiliki nurani Ilahi. Orang-orang seperti ini bagaimanapun tidak akan dapat “nyambung” dengan Tuhan. Orang Kristen yang dewasa adalah orang Kristen yang menggumuli dengan serius bagaimana memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan dan memikirkan kekekalan.
Dari sini Tuhan dapat membawa mereka kepada pengalaman-pengalaman bersama Tuhan untuk membentuk nurani mereka guna memiliki nurani Ilahi. Inilah orang-orang yang mengasihi Tuhan dan yang menghargai “barang yang kudus”.
Matius 7:6 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."
Mereka layak menerima apa yang terbaik, yang disediakan Tuhan bagi orang percaya.

Ketika Tuhan berkenan membangun hubungan dengan seseorang secara khusus sehingga orang itu memiliki pengalaman dengan Tuhan dalam kualitas tinggi berarti Tuhan memercayakan diri-Nya kepada orang tersebut.
Dalam Yohanes 2:23-24 Alkitab menulis: “Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua.”
Ayat ini menunjukkan bahwa banyak orang yang mengaku percaya kepada-Nya, tetapi Tuhan tidak mau berurusan dengan mereka sebab percaya mereka bukanlah percaya yang benar.
Banyak orang merasa sudah percaya kepada Tuhan dan merasa bahwa mereka sedang berurusan dengan Tuhan, padahal tidak, sebab mereka masih mengarahkan pikiran mereka kepada perkara-perkara duniawi.

Oleh sebab itu marilah kita menjadi orang Kristen yang dewasa yaitu orang Kristen yang menggumuli dengan serius bagaimana memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan dan hati yang terus memikirkan Tuhan dan kehidupan kekal bersama dengan-Nya.

Amin.

Sabtu, 29 April 2017

TUJUAN TUHAN MEMBERIKAN KESELAMATA


Roma 8:12-14
12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

Maksud dari Tuhan Yesus menjadi penebus dosa manusia adalah agar orang yang percaya kepada-Nya bisa dikembalikan kepada rancangan Allah yang semula yaitu menjadi sempurna segambar dengan-Nya dalam moral dan kesucian hidup.
Untuk mencapai hal ini orang percaya harus hidup menurut Roh sebab tanpa hidup menurut Roh maka mustahil ia bisa berjalan seiring dengan Tuhan untuk menggenapi dan melakukan kehendak Allah.
Dalam kehidupan manusia, ada 2 pikiran yang saling berebut kekuasaan setiap harinya didalam diri manusia yaitu pikiran menurut daging (pikiran, perasaan dan kehendak dalam jiwa) dan pikiran menurut Roh (pikiran, perasaan dan kehendak dalam roh).
Keduanya berbeda.
Pikiran, perasaan dan kehendak jiwa adalah hasil dari masukan atau input yang didengar dan yang dilihat orang dari dunia sekitarnya. Itu sangat dipengaruhi oleh kedagingan yang telah terjual di bawah hukum dosa.
Sedangkan pikiran, perasaan dan kehendak roh adalah sesuatu yang sesuai dengan pikiran, perasaan dan kehendak Tuhan, yang datangnya bersumber dari Tuhan.
Olehnya alkitab mengatakan : Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Roma 8:14).

Akibat jatuh dalam dosa, manusia terjual di bawah kuasa dosa (Roma. 7:14).
Ini menyebabkan pikiran dan perasaan roh seperti tidur, lemah atau bisa dikatakan mati, karena tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Roh itu berniat baik, tetapi daging lemah (Matius 26:41). Roh berkehendak melakukan kehendak Bapa, tetapi daging sudah terjual dibawah hukum dosa.
Inilah yang tidak disadari oleh Adam.
Setelah ia tahu apa yang baik dan jahat lewat memakan buah yang dilarang oleh Tuhan, ia tidak melakukan apa yang baik sesuai dengan kesucian Tuhan.
Ketika manusia terjual oleh kuasa dosa maka roh manusia tidak mampu mendominasi atau menguasai jiwanya dengan kebenaran dan kehendak Tuhan, sehingga manusia tidak lagi hidup sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan melainkan kehendak daging.
Pada akhirnya manusia hidup dengan cara menurut daging yaitu hidup menurut hawa nafsu dan kehendak mereka sendiri hal ini adalah hal yang sudah digelar oleh lusifer yang hidupnya tidak tunduk kepada kehendak Tuhan.
Dengan demikian manusia tidak mungkin bisa berkenan kepada Tuhan, karena telah hidup menurut daging.

Yang dimaksud dengan tidak berkenan kepada Tuhan adalah manusia tidak lagi mampu memenuhi tuntutan kesempurnaan sesuai dengan standar Tuhan, yaitu manusia segambar dan serupa dengan Allah Bapa.
Dan inilah yang diusahakan oleh Paulus dimana ia sendiri juga ada didalam perjuangan untuk memiliki kesempurnaan Kristus didalam dirinya dan menularkannya kepada kehidupan orang-orang percaya lainnya.
 (Kolose 1:28-29
28 Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.
29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku).
Kejatuhan manusia ke dalam dosa mengakibatkan manusia mati, artinya terpisah dari Tuhan; secara fisik, manusia bisa mati, dan tidak mampu hidup dikendalikan oleh rohnya.
Manusia terjual di bawah kuasa dosa. Bagaimanapun, manusia tidak akan mampu melakukan kehendak Tuhan yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna ketika belum adanya penebusan dosa oleh darah Tuhan Yesus.

Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus memberi peluang kembali dimana pikiran dan perasaan roh menguasai jiwa manusia kembali. Dan hal ini menuntut respon manusia itu sendiri apakah ia bersedia meninggalkan cara hidup yang lama didalam daging dan menyediakan diri untuk di isi cara hidup yang baru hidup menurut roh yang mau dipimpin oleh Roh Allah setiap waktu.
Jika jiwa kita terus diisi oleh kehendak Roh Allah maka roh kita bisa kembali menguasai jiwa kita dan jiwa yang dikuasai dan warnai hidup menurut roh ini mengendalikan seluruh kehidupan yang mengarahkannya untuk bisa melakukan kembali apa yang dikehendaki Tuhan secara sempurna.
Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya, artinya agar roh manusia kembali mendominasi kehidupan untuk mengerti dan melakukan apa baik, yang berkenan dan yang sempurna di hadapan-Nya. Dalam hal ini orang percaya dipanggil untuk sempurna. Inilah panggilan untuk hidup menurut roh, bukan menurut daging.
Tuhan mau menciptakan manusia seperti tujuan awal Tuhan menciptakan Adam pertama, Tuhan Yesus mau kita kembali kepada kodrat kita sebagai anak-anak Allah yang memiliki gaya hidup anak-anak Allah yang berkodrat ilahi yang selalu hidup menurut kehendak roh dan selalu ada dalam penurutan kepada pimpinan Roh Allah.

Kita dipanggil untuk diselamatkan, agar roh kembali mendominasi kehidupan kita.
Hari ini mari periksa diri kita apakah kita sudah memenuhi panggilan Tuhan Yesus yang memanggil kita untuk hidup menurut roh.
Hendaknya kita tidak meremehkan panggilan ini sebab tanpa memenuhi panggilan ini maka manusia tidak mungkin bisa berkenan dihadapan Tuhan, dan tentu saja kita juga tidak diijinkan Tuhan untuk turut ikut masuk kedalam kerajaan-Nya kelak.
Kerena panggilan ini sangat menentukan masuk atau tidaknya kita bisa masuk kedalam kerajaan Tuhan Yesus di surga maka hendaknya pangggilan ini haruslah menjadi gaya hidup kita sebagai orang orang percaya.

Panggilan hidup menurut Roh adalah hidup yang menuruti kehendak Bapa kita Yesus Kristus dengan taat dan setia sampai akhir.

Matius 7:21  Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Amin.

Jumat, 28 April 2017

KEHENDAK BEBAS ADALAH SEBAGAI TANGGUNG JAWAB


Kejadian 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya sehingga kita pun diberikan
kehendak bebas sebagai anugerah dari Tuhan yang dipercayakan-Nya untuk bisa diarahkan kepada hal hal yang baik dan berkenan di mata Tuhan.
Kehendak bebas adalah kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk membuat pilihan secara sukarela, terbebas dari semua faktor dari luar diri individu itu. Kehendak bebas (free will) adalah suatu istilah juga ada dalam dunia filsafat, yaitu mengenai kapasitas yang dimiliki manusia yang adalah pelaku-pelaku yang memiliki pikiran, perasaan, untuk menentukan dan memilih tindakan di antara berbagai alternatif pilihan tindakan.
Memang ada faktor-faktor di luar diri pribadi manusia itu sendiri dalam mengambil keputusan, seperti misalnya pimpinan Roh Kudus di dalam diri manusia itu, tetapi pada akhirnya keputusan akhir ada di tangan setiap individu, apakah tetap bertindak seiring dengan Roh Kudus atau bertindak dengan bebas suka-suka sendiri.
Manusia harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah diputuskan didalam hidupnya.

Kehendak bebas harus dipahami sebagai pemberian Tuhan yang sangat berharga atau tak ternilai dari Tuhan di mana manusia diberi kemampuan mempertimbangkan sesuatu, yang oleh karenanya manusia dilengkapi dengan pikiran. Tuhan sangat mengasihi dan menghargai manusia sebagai mahkluk yang diistimewakan oleh-Nya terlihat dari “manusia bisa membuat keputusan keputusan didalam hidupnya.”
Tentu saja ini menjadi kehormatan bagi manusia. Dalam kehormatan ini sekaligus membawa manusia sebagai makhluk yang beresiko sangat tinggi karena setiap pemberian yang berharga selalu disertai dengan tanggung jawab.
Yang harus dipertanggungjawabkan manusia dihadapan Tuhan adalah isi detiel detiel yang terkecil diseluruh kehidupannya yaitu dari perkataan, tindakan, perbuatan didalam hidupnya yaitu buah dari kehendak bebas yang dipercayakan Tuhan.

Setiap pemberian yang berharga pasti selalu memuat tanggung jawab didalam pemberian tersebut.
Jika pemberian yang berharga tanpa tanggung jawab, maka hal itu membuat pemberian itu sendiri menjadi tidak berharga. Seperti bumi ini diciptakan dalam keindahan dan kesempurnaan dan diberikan kepada manusia, tetapi manusia harus mengelolanya.
Demikian pula dengan keadaan manusia yang luar biasa. Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Dengan keberadaan ini manusia diberi tanggung jawab untuk dengan rela dan sukacita memilih untuk mengabdi kepada Bapa pencipta segala yang telah ada.
Pengabdian yang dilakukan harus dengan kerelaan dari diri sendiri.
Dalam kehidupan ini, manusia bisa mendukakan Roh Allah bila melangkah tidak sesuai dengan kehendak Allah. Bahkan manusia juga bisa menghujat Roh Kudus, yaitu suatu keadaan atau stadium di mana seseorang tidak lagi dapat menerima penggarapan Roh Kudus oleh karena hatinya sudah menjadi keras atau membatu.

Sebagai orang percaya yang dewasa, kita harus memahami dan menerima kehendak bebas ini sebagai kepercayaan, bukan sebagai beban yang menekan atau keberadaan yang mengancam. Kalau seseorang menyalahgunakan kebebasan kehendak, maka hal ini akan membawa dirinya kepada kebinasaan kekal.
Ini sungguh-sungguh berbahaya.
Tetapi kalau seseorang menggunakan kehendak bebasnya dengan bijaksana, maka kehendak bebas tersebut dapat menggiring orang itu kepada kehidupan atau kemuliaan bersama Tuhan dengan rela tanpa paksaan.
Dalam hal ini kehendak bebas manusia bisa mendatangkan bencana, tetapi juga bisa mendatangkan rahmat atau berkat kekal dari Tuhan.
Kalau manusia binasa, tentu yang dipersalahkan bukan Tuhan atau keberadaan kehendak bebas itu sendiri, tetapi manusia yang menjadi pelaku kehidupan.
Bisakah kita berkata: Mengapa aku memiliki kehendak bebas? Bukankah lebih aman dan baik kalau aku menjadi seperti boneka, tanpa kehendak bebas dan dikendalikan Tuhan menjadi manusia baik yang tidak bisa berbuat suatu kesalahan, sehingga dapat dijauhkan dari neraka dan didekatkan pada surga?.
Saudaraku sekalian, kita tidak bisa atau tidak boleh berkata demikian, sebab dalam kedaulatan-Nya Allah sudah menetapkan manusia untuk menjadi mahkluk yang harus menentukan keputusan apakah isi seluruh kehidupannya diarahkan kepada kehendak Tuhan dengan taat dan setia atau memutuskan untuk hidup sesuai kehendak diri sendiri yang tanpa memenuhi kehendak Tuhan didalam hidupnya.

Hendaknya kita bisa berkata seperti Paulus berkata : "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan".
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah"

2 Korintus 5:9-10 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Amin

Rabu, 26 April 2017

RINDU MENCARI KEHENDAK TUHAN


Matius 12:50 "Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."

Menanggalkan keinginan kita bukan berarti kita tidak memiliki keinginan, tetapi kita mengisi jiwa dan pikiran kita itu ke arah yang searah dengan keinginan Tuhan. Ini akan membuka kesempatan dimana kehendak Tuhanlah yang menguasai kehidupan kita. Dalam hidup ini, Tuhan menghendaki kita menjadi pribadi pribadi yang mau melakukan kehendak-Nya dengan sikap hati yang murni.
Orang yang berhasrat melakukan kehendak Tuhan akan diberi kepekaan oleh-Nya untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya, tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Tuhan, Tuhan pun tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya, sebab belum ada kemurnian hati orang itu untuk peka meresponi mencari kehendak Tuhan, dalam hal ini Tuhan memberikan waktu kepadanya untuk belajar bagaimana memiliki hasrat kerinduan terlebih dahulu untuk mencari dan mengerti kehendak Tuhan untuk hidupnya secara pribadi.

Ingat, bahwa Tuhan tidak akan memberikan barang yang kudus kepada anjing dan tidak melemparkan mutiara kepada babi (Matius 7:6).
Ucapan Tuhan Yesus ini jelas menunjukkan bahwa Ia tidak akan memberikan sesuatu yang bernilai tinggi atau berharga kepada mereka yang belum mau meresponi Tuhan dengan baik, tidak memiliki kerinduan mengerti isi Firman untuk dilakukan.
Banyak orang sudah merasa mengerti kehendak Tuhan padahal hatinya masih berada didunia ini, Tuhan mengatakan kita harus bersedia melepaskan segala sesuatu diwilayah hidup kita barulah kita bisa menjadi murid-Nya (Lukas 14:33), jadi kunci untuk seseorang bisa mengerti akan kehendak Tuhan haruslah bersedia terlebih dahulu melepaskan segala hak haknya dalam hidup ini untuk diatur sepenuhnya oleh Tuhan didalam kedaulatan-Nya sebagai Tuhan yang sudah menebusnya dari penghukuman kekal yang sebenarnya yang harusnya ia terima.

Tuhan adalah pribadi yang lembut. Ia tidak memaksa orang untuk mengerti kehendak-Nya dan melakukan kehendak-Nya tersebut. Ia memberi kebebasan kepada siap individu untuk bersikap terhadap Tuhan.
Jadi, kalau hari ini Tuhan terkesan diam dan tidak peduli dengan keadaan hidup kita yang sering tidak melakukan kehendak-Nya, bukan berarti Ia masa bodoh dan tidak peduli terhadap hal tersebut.
Tuhan menghendaki kerelaan untuk melakukan kehendak-Nya. Hanya orang-orang yang haus akan kebenaran yang dipuaskan (Matius 5:6).
Kalau seseorang tidak bersedia mengerti kehendak-Nya dan tidak bersedia melakukan kehendak-Nya dengan sukacita, maka Tuhan tidak memaksa orang tersebut mengerti kehendak-Nya dan melakukannya.

Masing-masing setiap individu harus menemukan kehendak Bapa untuk dilakukan didalam hidupnya.
Oleh karena itu milikilah hati yang haus dan lapar akan kebenaran, memiliki hati yang selalu rindu mencari dan mengerti sepenuhnya akan kehendak-Nya setiap hari didalam kehidupan kita untuk kita lakukan dan berdoalah agar kita senantiasa diberi pengertian dan dimampukan oleh Tuhan untuk melakukan kehendak Tuhan didalam kehidupan dengan sempurna.
Amin.

Selasa, 25 April 2017

MENDAHULUKAN KERAJAAN ALLAH


Matius 6:33  Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Dalam hidup ini ada satu tujuan hidup yang harus kita gumulkan, kita kejar dan kita capai. Tujuan yang dimaksud dan yang juga diinginkan oleh Bapa untuk kita canangkan dan kejar untuk kita penuhi ini adalah, yaitu memuaskan hati Bapa.
Memuaskan hati Bapa artinya mengerti kehendak Tuhan dengan tepat, dan melakukannya dengan rela dan sukacita.
Kita harus selalu berfilosofi hidup bahwa tidak ada hal yang bisa kita anggap memuaskan hati kita selain memuaskan hati Bapa.
Bagi kita, memuaskan hati Bapa harus menjadi suatu kebutuhan yang selalu mendesak dan penting, sehingga akhirnya hidup kita ditenggelamkan dalam pergumulan memuaskan hati Bapa.
Ini adalah pergumulan atau perjuangan yang kudus.
Inilah sebenarnya yang dimaksud Tuhan Yesus sebagai “mendahulukan kerajaan Allah dan kebenarannya”. Orang yang masih mencari kepuasan hatinya sendiri belum bisa dikatakan mendahulukan Kerajaan Allah.

Apabila jiwa seseorang yang masih dipenuhi dengan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16), ia tidak akan pernah memiliki kerinduan untuk memuaskan hati Bapa.
Hidupnya akan ditenggelamkan dengan mencari dunia dan mengumpulkan harta di dunia. Targetnya adalah target dunia yang terus bermunculan, dari pakaian baru, ponsel baru, mobil baru, rumah baru, perhiasan baru.
Belum lagi jika ia terobsesi dengan kehormatan, maka targetnya adalah kedudukan, pangkat dan hal-hal lain yang dianggapnya memberi nilai diri.
Sampai pada level tertentu, mereka sudah menjadi mempelai Iblis, bukan mempelai Kristus.
Cara inilah yang digunakan Lucifer untuk mempersiapkan mempelai-mempelainya.

Ironisnya, banyak orang yang sedang dipersiapkan iblis menjadi mempelainya, namun tidak menyadarinya.
Mereka merasa hidup wajar, sebab tidak melanggar hukum atau merugikan sesama.
Bahkan tak jarang mereka merasa telah mendahulukan kerajaan Allah dengan tidak menyadari ia juga mengikutsertakan kepentingannya dibaliknya, mereka menyumbang kegiatan gereja dan kegiatan sosial dalam jumlah besar dengan motivasi dimana Allah akan memberikan semua yang mereka targetkan, yang mereka inginkan untuk memenuhi kepentingannya.
Anggapan mereka, mereka telah berkorban untuk Allah, telah memuaskan hati-Nya.
Pengertiannya “mendahulukan kerajaan Allah” tidak lagi murni sebab telah diisi didalamnya juga terdapat tujuan yang lain yaitu kepentingannya secara pribadi.

Jadi Inti yang benar dalam mendahulukan kerajaan Allah atau memuaskan hati Bapa bukanlah terletak pada keinginan kita dan kegiatan yang berasal dari pemikiran kita, sebab manusia yang licik bisa melakukan kegiatan yang tampak rohani dengan tujuan memuaskan keinginannya sendiri.
Namun yang memuaskan hati Bapa adalah bila kita melakukan kehendak-Nya dengan tepat sesuai dengan keinginan, pikiran dan perasaan Bapa kita Tuhan Yesus.
Olehnya kita perlu bergumul setiap hari, berdoa meminta tuntunan Roh Kudus agar kita bisa melakukan dengan tepat sesuai dengan keinginan, pikiran dan perasaan-Nya untuk dengan taat kita lakukan didalam kehidupan ini.
Anak-anak Allah yang sejati adalah orang-orang yang kerinduannya selalu mendahulukan kerajaan Allah, memberikan segenap kasihnya dengan murni dihadapan Bapa tanpa memasukkan agenda kepentingan pribadi, keinginannya hanyalah memuaskan hati Bapa, hidup didalam kasih-Nya yang bertindak sesuai dengan keinginan, pikiran dan perasaan Kristus setiap waktu.

Filipi 2:2-5
2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

Amin.

Minggu, 23 April 2017

HIDUP DALAM MENYANGKALAN DIRI SECARA BENAR


Lukas 9:23-25
23 Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.
25 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?

Agenda Tuhan dalam penciptaan awal manusia adalah manusia dapat memiliki hidup yang serupa dan segambar dengan-Nya dalam moral kesucian dan kebenaran-Nya.
Namun manusia yang hidup di akhir zaman ini sedang mengalami krisis gambar diri yang dikehendaki oleh Allah.
Hal ini bukan disebabkan oleh Allah namun  disebabkan pilihan dari manusia itu sendiri, sebab manusia diberi kehendak bebas untuk menentukan pilihannya.
Konsep gambar diri setiap orang biasanya dibangun dari apa yang dilihat, didengar dan dialami sejak masa kanak-kanaknya.
Padahal yang dilihat, didengar dan dialami seseorang belum tentu membawanya kepada gambar diri yang dikehendaki Tuhan.
Ternyata bukan hanya pengalaman yang menyakitkan atau yang dianggap negatif yang dapat merusak gambar diri, tetapi pengalaman hidup yang serba nikmat dan nyaman pun (yang dianggap positif) dapat menjadi pemicu rusaknya gambar diri seseorang sehingga lupa dengan hal-hal yang benilai kekal yang harus diutamakan yang kelak akan dibawa dikemah abadi.

Untuk mengembalikan gambar diri, seseorang harus bersedia menyangkal diri (Matius 16:24). Menyangkal diri adalah kesediaan untuk membuang konsep dan segala asumsinya mengenai kehidupan ini; asumsi mengenai keberhasilan, kebahagiaan dan lain sebagainya. Seperti yang telah dijelaskan bahwa konsep mengenai kehidupan sangat memengaruhi seseorang membangun gambar dirinya. Hanya dengan penyangkalan diri maka gambar diri yang salah bisa diganti. Penyangkalan diri artinya bersedia menanggalkan gambar diri yang salah yang tertanam dalam benaknya. Gambar diri seseorang biasanya diperoleh dari apa yang didengar, dilihat dan diserap dari orang tua dan lingkungan. Semua itu membangun konsep gambar diri seseorang.

Selama ini yang dipahami sebagai penyangkalan diri adalah sikap yang menolak perbuatan salah yang dikategorikan sebagai pelanggaran moral, dan kesediaan melakukan hukum yang dianggap sebagai standar moral. Ini sebenarnya belum bisa dikatakan sebagai penyangkalan diri secara permanen.
Penyangkalan diri yang benar adalah sikap yang menolak semua filosofi hidup yang kita telah warisi dari nenek moyang dan lingkungan kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Bahkan terhadap filosofi yang kelihatannya baik, santun, beradab dan tidak menyalahi hukum secara umum yang berasal dari dunia. Kita harus memiliki prinsip bahwa kehidupan tidak seperti Yesus bukanlah gambar diri yang benar.
Filosofi hidup yang harus dimiliki sebagai filosofi hidup satu-satunya dalam hidup kita adalah "makananku ialah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya yang selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.

Filosofi hidup yang salah yang diwariskan kepada kita pada umumnya adalah filosofi dunia yang perjuangan arah hidupnya hanya untuk meraih keberhasilan melalui sekolah, kuliah, berkarir, berdagang, mencari nafkah dengan berbagai profesi, menikah, mempunyai anak, membesarkan anak, mencari menantu, ikut membesarkan cucu dan lain sebagainya.
Semua itu dilakukan untuk meraih apa yang disebut sebagai keberhasilan atau paling tidak sebuah kelayakan atau kewajaran hidup. Sesungguhnya, anak-anak Allah dipanggil hanya untuk menyediakan diri mengabdikan diri sepenuh-penuhnya melayani kehendak Tuhan (Lukas 4:8).
Dalam seluruhnya baik makan atau minum, atau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31).
Anak Anak Allah memang harus sekolah, kuliah, berkarir, bisnis, menikah dan lain sebagainya, tetapi semua itu bukan lagi ditujukan untuk pemenuhan kepuasan diri sendiri atau untuk nilai diri namun semuanya itu harus dilakukan bagi Tuhan Yesus, demi bisa lebih efektif untuk pengabdian hidup kita sepenuhnya bagi Tuhan, bagi kemuliaan-Nya yang telah menebus kita dan membeli kita dengan darah-Nya. Inilah hidup dalam penyangkalan diri yang benar dihadapan Tuhan.

2 Korintus 5:15  Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Amin.

Sabtu, 22 April 2017

NAIK KE TINGGKAT YANG LEBIH TINGGI


Matius 19:16-21
16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."

Bagaimana seseorang bisa mengenali, bahwa dirinya masih berkeadaan jauh dari standar kesucian atau kebenaran Tuhan?
Ia harus memiliki kesungguhan untuk mencapai standar hidup yang luar biasa. Ia tidak boleh merasa puas dengan kebaikan yang telah ia capai. Ia harus selalu bertanya kepada Tuhan : Apakah ada yang lebih baik dari apa yang sudah kucapai hari ini?, hal ini seperti pertanyaan orang muda yang kaya dalam Matius 19:20: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Hanya orang yang haus dan lapar akan kebenaran yang akan dipuaskan (Matius 5:6).
Orang yang selalu ingin mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam kesucian Tuhan dan yang sungguh-sungguh berusaha yang akan memperoleh jawaban.
Seseorang tidak dapat dinaikkan ke tingkat yang lebih tinggi kalau ia sendiri tidak memiliki kepedulian, keinginan dan usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapainya (Lukas 13:23-24).

Banyak orang yang tidak memiliki kerinduan untuk mencapai tingkat kesucian atau kebenaran yang lebih tinggi disebabkan karena menganggap hal tersebut tidak terlalu penting. Bagi mereka segala kesenangan hidup yang ada didalam dunia ini lebih penting untuk dicapai dan lebih berarti untuk dikejar serta membahagiakan.
Tanpa disadari, mereka merendahkan nilai-nilai kesucian dan kebenaran Tuhan serta mencampakkannya seperti sampah.
Orang yang merendahkan nilai-nilai kesucian Tuhan adalah orang yang pada dasarnya tidak menghormati Tuhan secara pantas.
Keadaan ini membangun gambar diri yang sangat buruk, sebuah gambar diri yang fasik dan jauh dari yang dikehendaki dan dirancang oleh Allah.
Pada dasarnya mereka sedang menghina Tuhan. Tetapi mereka tidak merasa demikian, sebab mereka masih melakukan kegiatan gereja dan dihargai oleh sesamanya sebagai orang baik.
Inilah orang-orang yang tidak mendahulukan Kerajaan Surga, walaupun mereka adalah orang-orang yang aktif dalam kegiatan gereja. Kerinduan untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam kesucian harus berangkat dari diri sendiri.
Hal ini tidak bisa dipaksakan. Ini adalah pilihan. Bila seseorang menunda memilih hal ini, maka ia tidak akan memiliki kerinduan tersebut untuk selamanya. Ia menyia-nyiakan hidupnya.

Seseorang yang terus semakin peduli menjadi pribadi yang bertumbuh dalam kesucian Tuhan, maka semakin nyata bangunan gambar diri sesuai dengan kehendak dan rancangan Allah. Dalam hal ini sangat jelas bahwa terbangunnya gambar diri seseorang adalah terbangunnya kesucian yang berstandar Allah terperagakan dalam kehidupan seseorang. Orang seperti ini memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah.
Ia bukan saja tahu apa yang baik menurut ukuran umum, tetapi ia juga mengerti apa yang baik menurut pikiran dan perasaan Allah.
Tentu saja hal ini akan membawa seseorang bisa berpikir, berucap dan bertindak selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Jika dipersoalkan sampai seberapa jauh kesucian hidup dapat dicapai? Jawabannya adalah “bisa tidak terbatas”.
Seandainya seseorang memiliki waktu umur hidupnya 1.000 tahun di bumi, maka waktu 1.000 tahun itu pun tidak cukup untuk menjangkau kesucian dan semua kebenaran Tuhan yang tersedia bagi manusia. Itulah sebabnya sangat mungkin perkembangan kesucian dan kebenaran Tuhan dalam hidup seseorang berlanjut terus nanti di langit baru dan bumi yang baru. Tetapi hal ini hanya dialami oleh orang-orang yang selama hidup di dunia peduli dan menghargai kesucian dan kebenaran Tuhan untuk dicapai didalam hidupnya.

1 Yohanes 3:3  Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.

Amin.

Jumat, 21 April 2017

KEBUTUHAN YANG KUAT AKAN TUHAN


Matius 6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.

Mengapa Tuhan Yesus tidak mengucapkan ini hanya dengan “Berikanlah kami makanan kami?” Mengapa harus ada “hari ini” dan “secukupnya”?
Tentu kata-kata ini memiliki kebenaran.
Tuhan membatasi kalimat ini dengan “hari ini” dan “secukupnya”.
Dalam terjemahan versi King James kalimat ini dituliskan “Give us this day our daily bread” yang artinya “Berikanlah kami pada hari ini roti harian kami.”
Perhatikan kata "hari ini" atau "this day". Mengapa bukan minggu ini, bulan ini, tahun ini atau bahkan seumur hidup kami?
Penggunaan kata hari ini dimaksudkan agar kita hidup dalam ketergantungan dengan Tuhan. Apabila manusia pertama tidak jatuh ke dalam dosa, maka itulah yang menjadi gaya hidup mereka; mereka akan hidup dalam ketergantungan dengan Tuhan dan tetap sama seperti itu. Sebab Adam dan Hawa tidak akan dapat terlepas dari Tuhan Semesta Alam, Bapa Sumber Segala Berkat. Di sini Allah menghendaki keintiman yang terus-menerus. Ketergantungan dan keterikatan dengan-Nya adalah agenda-Nya agar manusia intim dengan Tuhan sehingga bisa seturut dan satu selera dalam cara berpikir dan bertindak.

Didalam Keluaran 16:25-26 : Selanjutnya kata Musa: “Makanlah itu pada hari ini sebab hari ini adalah sabat untuk Tuhan, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang. Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu.” Tidaklah kebetulan bahwa ketergantungan ini juga sudah terlihat pada saat bangsa Israel keluar dari Mesir.
Dalam ayat Keluaran 16:14-26 kita melihat bahwa ketika Tuhan memberikan manna di padang gurun, Ia menyuruh umat-Nya mengambil manna secukupnya untuk satu hati, kecuali hari Sabat.
Dengan memunggut manna setiap hari, Tuhan hendak mengajar bangsa Israel untuk menjalin hubungan dengan-Nya terus menerus.
Setiap hari bangsa Israel menengadah ke langit menyaksikan manna yang diturunkan Tuhan. Setiap hari mereka melihat tangan Tuhan yang Maha Pemurah menurunkan berkat. Tuhan menghendaki setiap hari kita datang kepada-Nya sebab Tuhan selalu menyediakan berkat-Nya yang baru bagi kita yaitu berkat Rohani yang lebih bernilai kekal sehingga kita memiliki kualitas hidup berkeadaan sebagai anak-anak Allah yang dapat menyelenggarakan hidup dalam pengabdian dan penyembahan yang benar kepada Allah Bapa kita Tuhan kita Yesus Kristus.

Dengan hidup dalam ketergantungan dan keintiman dengan Allah, manusia tidak hanya menerima pemeliharaan Tuhan secara jasmani, tetapi lebih dari itu, manusia juga menerima berkat rohani yang mendewasakan dan menyempurnakan, lewat seluruh peristiwa dihidup kita Tuhan mendewasakan kita dengan berbagai hal agar kita keluar seperti emas yang dimurnikan, dapat selalu mengambil bagian didalam kekudusan Allah dan peka terhadap kehendak-Nya untuk dilakukan.
Di balik kata "hari ini "tersebut, Allah menarik kita sebagai anak-anak-Nya untuk datang kepada-Nya secara berkesinambungan dan terus-menerus. Keterikatan persekutuan yang intim dengan Tuhan setiap waktu seperti inilah yang harus menghiasi hidup kita setiap hari.
Mari kita menjadikan kebutuhan akan Allah setiap hari sebagai irama hidup kita, sehingga tiada hari di mana kita tidak berhubungan dengan-Nya secara khusus.
Apabila hubungan itu terus berjalan baik, maka kita akan mafhum bahwa tujuan kita datang kepada Tuhan yang sesungguhnya bukanlah makanan, melainkan Tuhan sendiri yang menjadi tempat bergantung kita sepenuhnya, tempat kita mengikat diri dan mengabdi kepada-Nya selamanya.
Dengan menyadari bahwa Tuhan Yesus-lah tujuan kita, maka kita pun dapat berkata seperti Pemazmur berkata : Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya (Mazmur 73:25-26).

Amin.

Selasa, 18 April 2017

MENYADARI IBLIS MASIH BERBAHAYA


1 Petrus 5:8
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Salah satu bahaya yang tidak disadari dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini adalah terlalu optimis menganggap iblis tidak berdaya lagi. Iblis dianggap sudah kalah sama sekali. Lagu-lagu yang dinyanyikan di banyak gereja hari-hari ini memuat syair-syair yang mengesankan bahwa iblis tidak perlu diwaspadai karena Tuhan Yesus sudah menang. Iblis yang cakap dalam strategi berusaha agar orang Kristen memiliki gambaran bahwa iblis lemah, tidak berdaya dan tidak perlu diwaspadai sama sekali.
Iblis akan terus berusaha membangun pengertian dalam banyak komunitas Kristen bahwa kekuatan iblis sudah tidak berarti sama sekali dan iblis adalah oknum yang kurang membahayakan, iblis adalah oknum yang mudah diinjak-injak.
Oleh sebab itu dimunculkan dalam pikiran orang Kristen bahwa oknum iblis tidak perlu dipikirkan. Kalau iblis disebut-sebut, maka itu berkenaan dengan kekalahannya. Kalau orang Kristen menyanyikan lagu yang memuat syair mengenai dikalahkan iblis itu berarti usaha untuk lebih memantapkan kekalahan iblis.
Dan mereka yang menyerukan hal ini merasa sudah ada dipihak Tuhan sebagai umat pemenang. Benarkah demikian? Hal ini akan membuat orang Kristen menjadi tidak waspada terhadap gerakan kuasa kegelapan yang sangat cerdik. Petrus menyatakan bahwa iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Ternyata iblis belumlah bisa dikatakan tergeletak tak berdaya seperti gambaran yang sering ditunjukkan sebagian gereja kepada banyak jemaatnya hari ini.

Penyesatan pikiran dalam banyak orang Kristen ini mengkondisikan iblis lebih bebas beroperasi melancarkan serangannya. Ini adalah kondisi yang sangat berbahaya. Di pihak lain banyak orang Kristen yang merasa sudah menang tetapi sebenarnya ada di dalam tawanan. Banyak orang Kristen berpikir bahwa yang penting mereka masih ke gereja, giat bekerja di ladang Tuhan, dan melakukan kegiatan yang tidak melanggar moral. Bila orang Kristen memiliki kehidupan seperti ini bukan berarti sudah ada dalam kemenangan.
Kemenangan dalam Tuhan tidak diukur dengan ukuran di atas ini. Kemenangan dalam Tuhan harus diukur dengan ukuran yang benar, yaitu ketaatan seperti yang dilakukan Tuhan Yesus.
Harus dimengerti bahwa kemenangan Tuhan Yesus di kayu salib bukan membuat iblis tidak berdaya sama sekali. Kalau iblis tidak berdaya sama sekali Petrus tidak perlu mengingatkan jemaat terhadap gerakan musuh itu. Secara yuridis iblis sudah terbukti salah dan patut dihukum.
Tetapi hukuman itu belum dilaksanakan.
Iblis masih berkesempatan beroperasi.
Paulus juga mengatakan bahwa orang percaya harus waspada agar tidak memberi kesempatan kepada iblis (Efesus 4:27).
Kata "Kesempatan" disini dalam teks aslinya adalah "topon" yang berarti pangkalan atau tempat berpijak atau landasan.
Iblis masih bisa berpijak dalam kehidupan orang yang sudah mengaku dan telah percaya kepada Tuhan Yesus.
Kalau orang percaya memahami bahwa iblis masih berdaya guna membinasakan manusia, maka orang percaya akan bersikap lebih berjaga-jaga.

Dalam Matius 12:43-45, Tuhan Yesus menyatakan bahwa bisa terjadi kemungkinan bahwa orang yang telah menerima pelepasan dari kuasa kegelapan dapat kembali dikuasai kuasa kegelapan, sehingga keadaannya menjadi lebih jahat.
Dalam Matius 12:43-45 tersebut Tuhan Yesus memberi peringatan yang jelas bahwa kuasa kegelapan dapat memobilisir pasukannya untuk membinasakan kehidupan seseorang. Kelepasan yang diberikan Tuhan Yesus menempatkan keadaan manusia seperti Adam dan Hawa semula di Eden. Orang percaya diperhadapkan kepada pilihan: menjadi anak-anak Allah yang taat seperti Tuhan Yesus atau memberontak seperti lucifer.
Didalam 2 Korintus 11:3,14 Rasul Paulus “takut” kalau-kalau jemaat Tuhan dapat diperdaya oleh iblis.
Dalam teks aslinya kata takut adalah “foboumai” dan dalam terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan frighten (Cemas) atau to be alarmed (gelisah).
Perasaan Paulus yang “takut” ini merupakan indikasi bahwa iblis tidak boleh dianggap ringan.
Dengan peringatan ini kita harus benar-benar waspada terhadap musuh satu ini.
Dengan kecerdikannya ia menipu manusia dengan dustanya (Yohanes 8:42-47) dan menyesatkan pikiran seseorang menjadi tumpul sehingga buta akan kebenaran Injil yang sejati (2 Korintus 3:14).
Dalam Efesus 4:17, Paulus mengingatkan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang telah mengenal Allah bisa hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Harus disadari bahwa iblis masih memiliki peluang untuk merebut manusia agar menjadi miliknya agar suatu hari nanti bersama menghuni kerajaan kegelapan. Oleh karena bahaya ini maka Tuhan Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya agar Bapa melindungi dari yang jahat (Yohanes 17:13-17).
Tentu doa ini masih berlaku bagi kita sekarang, bahwa kita harus memberi diri hidup dalam tuntunan Bapa di Sorga.

Didalam Injil Matius diceritakan mengenai Petrus, walaupun ia dekat dengan Tuhan Yesus, tetapi pikirannya dikuasai oleh iblis (Matius 16:22-23).
Pikiran yang dikuasai oleh iblis artinya pikiran yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi yang namanya dikuasai oleh iblis, bukan hanya kalau orang berbuat sesuatu yang kelihatannya jahat atau melanggar moral tetapi ketika berpikir yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, itu sudah berarti dikuasai oleh iblis.
Juga Alkitab menulis mengenai Yudas yang dimasuki oleh iblis (Lukas 22:3).
Yudas adalah murid Tuhan Yesus yang menjual Tuhan Yesus dengan 30 keping perak. Orang-orang tidak menduga kalau Yudas berbuat sangat jahat kepada Tuhan Yesus.
Kelihatannya ia baik-baik saja sebagai orang dekat Tuhan Yesus, tetapi sesungguhnya ia dikuasai oleh iblis. Itulah sebabnya ia tega mengkhianati gurunya.
Jadi, bukan jaminan kalau orang kelihatannya dekat dengan Tuhan itu pasti tidak dikuasai oleh iblis. Siapa pun, kalau tidak sadar dan tidak berjaga-jaga, maka iblis pasti bisa menelannya.
Hendaknya kita tidak menjadi sombong.
Para aktivis gereja hendaknya tidak merasa sudah menjadi aktivis gereja atau sudah menjadi pelayan Tuhan lalu merasa kebal terhadap iblis.
Iblis tidak takut terhadap orang Kristen, pelayan Tuhan bahkan pendeta. Iblis hanya takut kepada anak-anak Tuhan yang hidupnya sungguh-sungguh menjadi alat peraga kebenaran Tuhan yang kudus yang selalu berjalan dan bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan setiap waktu.
Disini yang penting adalah hidup di bawah penguasaan Tuhan melalui gaya hidup dalam ketaatan terhadap pimpinan Roh Kudus dan meletakkan firman Tuhan diatas segalanya.

Hidup sebagai umat pilihan adalah perjuangan untuk menjadi pemenang, kemenangan yang dimaksud adalah kemenangan seperti yang diraih oleh Tuhan Yesus, yaitu taat sampai mati bahkan mati di kayu salib. Tentu hal ini didahului dengan pengenalan akan Allah yang memadai sehingga seseorang mengerti kehendak Allah, apa yang baik dan yang berkenan dan yang sempurna.
Perjuangan orang percaya seperti perjuangan Adam dan Hawa di taman Eden.
Perjuangan untuk tidak mengkomsumsi buah yang dilarang untuk dikonsumsi ini berbicara mengenai mengkonsumsi filosofi dunia atau mengkonsumsi kebenaran yang diajarkan oleh Injil.
Iblis akan berusaha menyediakan menu jiwa yaitu pengajaran-pengajaran yang kelihatannya Alkitabiah tetapi sebenarnya menentang kebenaran.
Pengajaran-pengajaran yang salah tersebut adalah pengajaran yang memperbolehkan umat memakai kuasa Tuhan untuk meraih kebahagiaan yang berasal dari dunia ini, tidak heran umat biasanya didorong untuk berdoa supaya terjadi mujizat pemulihan ekonomi, semakin diberkati jika rajin pergi kegereja dan memberi persembahan kolekte dan perpuluhan.
Padahal hal tersebut dilakukan demi harapan supaya Tuhan bisa mengokohkan cita-cita, kebahagiaan duniawi dan mewujudkan keinginan-keinginan yang belum terwujud.
Tuhan sebenarnya dihadirkan sama seperti seorang dukun yang setelah diberikan uang, dukun tersebut diminta untuk melakukan segala keinginannya supaya dapat terwujud.
Inilah penyesatan iblis yang tidak sedikit orang belum menyadarinya.
Hal inilah membuat iblis bisa mengikat seseorang supaya tidak dapat keluar dari cara hidup yang serupa dengan dunia ini sehingga selalu hidup di dalam kuasa dosa/“meleset” (teks Yunani: hamartia, Roma 3:23).
Inilah bahaya terbesar dalam kehidupan orang Kristen dewasa ini.

Untuk mengalahkan iblis kita harus tunduk kepada Allah dengan tidak lagi mengingini sesuatu yang bukan berasal dari hati Tuhan, tidak mengingini dunia ini dapat membahagiakan hidupnya (cukup Tuhan Yesus-lah yang menjadi sumber damai sejahtera dan sukacitanya), tidak lagi mengingini apa yang Tuhan tidak ingini, sebaliknya ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan untuk hanya mengingini apa yang Tuhan ingini yaitu hidup didalam ketertundukan dalam penguasaan Roh Kudus, menyediakan diri sebagai alat peraga Tuhan untuk melakukan apa yang telah diteladankan-Nya, menjadi alat kebenaran dan hidup didalam kekudusan Allah yang sejati.
(Yakobus 4:7-8
7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
8 Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!)
Sebagai anak-anak kerajaan sorga yang di tugaskan melakukan kehendak Tuhan selama dibumi ini, kita harus tegas menolak semua tawaran iblis lewat kesenangan-kesenangan duniawi yang ada didalam dunia ini, tidak lagi memanfaatkan Tuhan untuk meraih kebahagiaan dunia, dengan demikian kita menjadi orang orang yang hanya memilih Tuhan Yesus sebagai kekasih abadi, dengan demikian kita tidak akan ragu lagi mempersembahkan harta kekayaan dan seluruh wilayah hidup kita untuk kita pergunakan hanya bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Amin.

Senin, 17 April 2017

HIDUP DALAM PERTOBATAN YANG SEJATI


Wahyu 3:19
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!

Menemukan hidup seperti yang Tuhan kehendaki bukan sesuatu yg sederhana.
Ini adalah sesuatu yang benar-benar sukar.
Sukarnya terletak pada beberapa hal:
1.   Kita adalah manusia berdosa yang di dalam diri kita mengalir hasrat/kekuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan (Roma 7:21-26).
Kita dipanggil untuk berusaha berkenan kepada Tuhan (2 Korintus 5:9-10). Sebuah usaha berjalan dalam Roh, tidak hidup menurut daging (Roma 8:9; Galatia 5:18, 24-25).
2.   Kita sudah terpengaruhi oleh model atau gaya anak-anak dunia sehingga apa yang kita miliki hari ini sudah merupakan model atau gaya hidup yang tidak sewarna dengan Injil. Banyak orang sudah terbiasa dengan model atau gaya hidup seperti itu. Dalam hal ini kita dipanggil untuk mengalami pembaharuan pikiran setiap hari (Roma 12:2).
3.   Dunia dimana kita hidup ini semakin jahat, kuasa gelap berkerja dengan giat merusak pola hidup umat pilihan Tuhan. Bagaimana menemukan hidup yang dikehendaki Tuhan merupakan perbaruan yang tidak mudah. Tetapi menjelang akhir jaman kita harus lebih bersungguh-sungguh.

Proses pertobatan yang sejati sama dengan proses ditebus dari cara hidup yang sia-sia yang kita warisi dari nenek moyang,
Dalam 1 Petrus 1:18-19 dinyatakan bahwa Tuhan menebus kita dari cara hidup kita yang sia-sia yaitu cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang.
Kalimat tradisi nenek moyang terjemahan teks asli dari “anastrophes patroparadotou” yang bisa berarti gaya hidup orang tua atau nenek moyang.
Untuk ini, kita dipanggil untuk memiliki ketaatan yang sungguh-sungguh untuk hidup baru sesuai dengan kekudusan Allah (1 Petrus 1:14-17,22).
Cara hidup baru ini bukan hanya berbicara mengenai moral atau perilaku, tetapi juga fokus atau tujuan hidup.
Seorang yang telah diperbaharui akan memiliki fokus hidup kepada perkara-perkara yang diatas.
Kalau ada cara hidup yang sia-sia tentu ada cara hidup yang tidak sia-sia pula.
Cara hidup yang benar adalah kehidupan yang dimiliki Tuhan, dalam penurutan kepada kehendak-Nya dan hidup dalam pengabdian sepenuh kepada-Nya.
Dengan pencurahan darah Yesus kita menjadi milik Tuhan (1 Korintus 6:17-20).
Dengan pencurahan darah-Nya kita tidak lagi dapat dimiliki oleh iblis tetapi kita dapat dimiliki oleh Allah asal kita mau menurutinya dan tidak memberi diri diperhamba oleh dosa (Galatia 5:1).
Kehidupan kita harus ditundukkan kepada pengaturan Allah yaitu melalui Firman-Nya. Tuhan memberi kita benih-Nya agar kita mampu hidup dalam pengaturan Allah.
Asal kita mau melangkah dalam pimpinan Roh Kudus setiap saat dengan ketaatan tanpa batas. Sebelum kita ditebus dengan darah Yesus kita tidak dapat hidup dalam pengaturan-Nya, sebab yang mengikat kita adalah tradisi nenek moyang, cara hidup leluhur kita yang tidak mengenal kebenaran. Tetapi setelah ditebus oleh darah Yesus kita hidup di dalam “gaya hidup” anak-anak Allah.

Seorang yang mengalami pertobatan sejati mengarahkan hidup kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya saja. Ini sama dengan bahwa hidupnya berpusat kepada Tuhan.
Tetapi orang percaya tidak dapat hidup berpusat pada Tuhan selama ia masih memiliki hati yang mendua.
Mendua hati berarti masih mencintai dunia dengan segala kesenangan didalamnya. Mencintai dunia ditandai dengan harapan bisa dibahagiakan dengan menikmati kesenangan yang didasarkan kepada fasilitas dunia ini.
Alkitab berkata bahwa orang yang mendua hati tidak tenang dalam hidupnya.
Kalau ada orang Kristen yang hatinya masih mendua tetapi hidupnya masih bisa tenang, berarti ia tidak memiliki nurani anak Allah yang benar. Ia bukan warga Kerajaan Sorga yang baik. Ia berbakat masuk neraka.
Karenanya, orang percaya harus berani memancangkan perhatian dan tujuan hidupnya hanya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Harus diakui bahwa arah perjalanan hidup manusia dewasa ini makin tidak jelas.
Sebagian besar orang tenggelam dalam kesibukan melakukan berbagai kegiatan yang hanya sekedar untuk mempertahankan hidup yang orientasinya untuk kepentingan diri sendiri.
Sebagian lain berusaha untuk menikmati hidup dengan segala caranya, bahkan dengan cara yang melanggar moral umum.
Inilah orang-orang masih mengarahkan tujuan hidupnya kepada dunia ini dan bukan kepada kerajaan surga.

Rasul Paulus dalam suratnya berkata: “Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul” (1 Korintus 9:26).
Bagai seorang atlet yang sedang turun di medan pertandingan ia tahu persis dimana garis akhirnya, ia tahu kemana seharusnya ia melangkah.
Perhatikan kata "berlari", bukan berjalan.
Hal ini menunjuk kepada pergumulan kompetisi yang hebat dalam pertandingan itu.
Bukan hanya kecepatan langkah yang harus dimilikinya tetapi juga arah langkahnya.
Hidup ini adalah sesuatu yang sangat hebat, pergumulan yang luar biasa artinya sesuatu yang harus dilakukan secara serius. Pergumulan itu bukan terletak pada sukarnya mencari nafkah, sukarnya mempertahankan reputasi, membela harga diri dan nama baik, mengokohkan kedudukan dan kekuasaan tetapi pada mempertahankan konsistensinya pada arah perjalanan hidup yang benar melakukan kehendak Tuhan dan hidup didalam pimpinan dan penguasaan Roh Kudus setiap waktu.
Seseorang yang arah hidupnya sudah benar ia harus terus bertahan untuk ada pada jalur yang benar, ia tidak boleh menyimpang ke kanan atau ke kiri. Terdapat banyak tekanan dalam hidup ini, tekanan yang bertujuan agar orang percaya bergeser dari jalur perjalanan hidup yang benar yang sudah dimiliki. Tekanan itu datang dari si musuh yaitu kuasa kegelapan dalam berbagai bentuk dan cara. Orang percaya harus tetap waspada dan berjaga-jaga agar dapat mengenali tipu daya si musuh tersebut. Tekanan ini disebutkan oleh Petrus sebagai “penderitaan” yang dialami semua saudara seiman di seluruh dunia (1 Petrus 5:9).
Tekanan itu bukan saja keadaan hidup yang tidak menyenangkan. Justru keadaan hidup yang menyenangkan jauh lebih berbahaya.

Dalam Perjanjian Lama kita menemukan beberapa kisah yang berkaitan dengan hal disorientasi ini. Kisah-kisah itu antara lain kehidupan Lot dan keluarganya (Kejadian 19: 1-29).
Tuhan Yesus mengingatkan orang percaya agar tidak seperti istri Lot (Lukas 17:32).
Istri Lot tidak fokus melarikan diri dari Sodom dan Gomora karena hatinya masih teringat dengan harta kekayaannya yang hangus terbakar sehingga ia menoleh kebelakang dan melanggar apa yang diperintahkan oleh Tuhan.
Keselamatan yang disediakan Allah atas hidupnya gagal terwujud.
Iblis adalah oknum jahat yang selalu berusaha agar orang percaya tidak fokus kepada kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.
Orang percaya harus mencontoh sikap Tuhan Yesus sendiri yang tidak dibelokkan oleh bujukan iblis pada waktu pencobaan dipadang gurun. Bahkan iblis membujuk Tuhan Yesus untuk berbelok dari misinya agar menghindari salib. Tetapi  Tuhan Yesus tetap pada tujuan pelayanan-Nya (Matius 16:21-23). Sebagaimana iblis menunjukkan kepada Tuhan Yesus kemuliaan dunia dan membujuk Tuhan Yesus untuk membelokkan misi-Nya (Lukas 4:5-8), iblis juga berusaha membelokkan orang percaya dari arah hidup yang benar dengan memberi umpan keindahan dunia ini.
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus berkata: “..aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Yesus Kristus” (Filipi 3:13-14).
Dalam pernyataannya ini menunjukkan bahwa ia memiliki arah hidup yang jelas. Inilah arah pertobatan yang sejati itu.
Oleh sebab itu, langkah yang harus dilakukan orang percaya adalah memberi diri mengikuti segala jalan yang ditunjukkan-Nya untuk mengarahkan hidupnya kepada pengumpulan harta di surga dan bukan di bumi.
Orang percaya harus percaya kebenaran Firman Tuhan yaitu prinsip-prinsip kebenaran dalam Injil.

Pembaharuan pikiran merupakan proses yang mutlak harus terjadi dalam pertobatan sejati. Pertobatan itu sendiri adalah pembaharuan pikiran (teks Yunani : Metanoia).
Pembaharuan pikiran ini membutuhkan saran Firman Tuhan. Manusia hidup bukan hanya dari roti tetapi juga setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4).
Proses pertumbuhan manusia dapat terjadi bila tubuh diberi makanan, demikian pula dengan kehidupan rohani. Pemberitaan kebenaran bagi jemaat Tuhan merupakan hal yang utama dan penting dalam pelayanan gereja Tuhan. Hal ini diteguhkan oleh berita dalam Kisah Para Rasul 6:1-2, bahwa para rasul Tuhan perlu mengutamakan pelayanan pemberita Firman, itulah sebabnya pelayanan diakonia perlu diserahkan kepada orang lain.
Mereka berkata bahwa: mereka tidak puas karena melalaikan Firman Allah.
Kita tidak boleh melalaikan pelayanan Firman atau memberitakan Firman Tuhan.
Gerakan ROH KUDUS dan pengaruhnya yang dahsyat dewasa ini telah melahirkan pelayanan yang luar biasa dalam gereja dan kehidupan pelayanan pribadi hamba-hamba Tuhan.
Karena pekerjaan ROH KUDUS, banyak gereja mengalami pertumbuhan yang dramatis sekali, yaitu dalam waktu singkat gelombang orang-orang yang tidak mengenal Yesus menjadi anggota gereja, bahkan terdapat pemulihan orang-orang Kristen yang selama ini tidak tertarik dengan kegiatan gereja menjadi pengunjung gereja yang setia.
Pertumbuhan yang dramatis ini dialami oleh gereja-gereja aliran Pentakosta dan kharismatik, yang didukung oleh suasana liturgi yang menarik. Karunia-karunia ROH KUDUS didemontrasikan secara menakjubkan melalui hamba-hamba Tuhan yang memiliki kharisma. Namun demikian, kita tidak boleh mengabaikan tanggung jawab untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan atau kebenaran Firman Tuhan. Rasul-rasul menekankan pengajaran Firman Tuhan.

Alkitab berkata bahwa umat Tuhan binasa karena tidak mengenal Allah (Hosea 4:6).
"Umat Tuhan binasa karena tidak mengenal", dalam teks lain disebutkan “kekurangan dalam mengenal Tuhan” (lack of knowledge).
Mereka binasa bukan karena dosa-dosa fisik seperti yang dikenal secara umum, tetapi “tidak atau kurang mengenal Tuhan“.
Dari pernyataan Hosea ini jelaslah dapat ditemukan peran yang  sangat besar "pengenalan akan Tuhan" dalam kehidupan umat.
Ini berarti kemalasan belajar kebenaran Firman Tuhan, yang berdampak kebodohan dan merupakan dosa yang sangat membahayakan.
Pertobatan yang sejati adalah pembaharuan pikiran yang berdampak seseorang tidak serupa atau sama dengan dunia ini (Roma 12:2). Serupa dalam teks aslinya suschematizo yang berarti "sesuai dengan pola", yaitu pola dunia pada umumnya.
Banyak orang tidak mengenal diri dengan benar sebab ia tidak peduli bagaimana dirinya di pemandangan Tuhan.
Ia lebih peduli bagaimana orang memandang dirinya; reputasi, nama baik, penampilan lahiriah yang penuh dengan perhiasan yang menempel di tubuh, baju yang dikenakan, kendaraan, sampai tindak-tanduk yang ditampilkan didepan umum.
Kalau mereka tidak berubah berarti tidak bertobat.
Tidak serupa dengan dunia ini harus dipahami dengan benar. Tidak serupa disini yang terutama bukan pada penampilan lahiriah, tetapi “pikiran” atau “budi” yang ubahkan oleh cara hidup yang Injil ajarkan.
Kata "budi" dalam teks aslinya adalah nous, yang diterjemahkan mind atau understanding (pengertian).
Bertalian dengan hal ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa pikiran Petrus yang tidak sesuai dengan pikiran Allah adalah dari setan (Matius 16:21-23). Petrus berkata demikian, sebab ia berpikir sama seperti orang-orang Yahudi berpikir. Petrus pikir mengikuti suara terbanyak, ia berpikir bahwa itulah yang terbaik. Dunia telah cemar, suara terbanyak atau gaya hidup kebanyakan manusia pada umumnya, bukanlah ukuran kebenaran.

Tuhan menghendaki agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus dalam hidup bersama, sebagai jemaat, berkeluarga dan bermasyarakat.
Kata “pikiran” dan “perasaan” ini dalam teks aslinya phroneisto, yang didalam terjemahan lain diterjemahkan sikap, attitude.
Dalam hidup bersama atau dalam hidup bersekutu dengan manusia lain yang menjadi pola tindak kita adalah sikap Kristus.
Pikiran dan perasaan Kristus itu diterjemahkan dalam hidup secara kongkrit dalam bentuk ketaatan kepada Bapa dan kesetiaannya merendahkan diri untuk kepentingan orang lain. Ini adalah hal yang sangat berbeda dengan kebiasaan hidup manusia pada umumnya. Manusia memiliki kecenderungan memerintah, berkuasa, dihormati, disanjung, dipuji dan mementingkan kepentingannya sendiri (Lukas 22:24-30; Galatia 5:26).
Orang Kristen yang pola pikirnya diubahkan dan diwarnai oleh pola hidup yang diajarkan oleh Firman Tuhan akan terus mengalami pertobatan kearah yang benar dan sulit memiliki sikap hidup yang salah.
Arah hidup pertobatan sejati tersebut ditujukan kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Ia selalu membenahi diri (menyangkal diri) agar memiliki sikap Kristus dalam pikiran, setiap perkataan maupun dalam seluruh tindakannya, ia akan selalu mengembangkan kodratnya sebagai anak Allah yang menyukakan hati Bapa di Sorga melalui seluruh gerak kehidupannya yang tidak bercacat dan tak bercela.
Tentu seseorang yang mengalami arah pertobatan yang sejati akan turut serta mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dengan mempertaruhkan hidup tanpa batas bagi Tuhan (memikul salib) hidup didalam kebenaran dan selalu mengambil bagian didalam kekudusan-Nya selanjutnya menularkan kehidupan yang agung berkeadaan sebagai anak-anak Allah ini kepada orang lain disekitarnya dimanapun ia melangkah.

Amin.

Sabtu, 15 April 2017

MAKNA DAN KUASA KEBANGKITAN TUHAN YESUS


Roma 6:5-9
(5)Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
(6)Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
(7)Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
(8)Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.
(9)Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.
Kebangkitan Tuhan Yesus adalah bukti bahwa akan adanya kebangkitan bagi semua manusia untuk dunia yang baru.
Tentu manusia yang akan dibangkitkan untuk menerima hidup yang kekal adalah orang-orang yang selalu mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar sehingga selalu ada didalam gaya hidup melakukan kehendak-Nya dengan setia.
Orang percaya dipanggil untuk memiliki kebangkitan dan tubuh kemuliaan seperti kebangkitan dan tubuh kemuliaan Tuhan Yesus.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa kita harus menang seperti Dia menang.
Kemenangan ini tidak diperoleh secara otomatis ketika seseorang menjadi Kristen, tetapi harus melalui perjuangan yang berat sepanjang hidup di bumi ini.
Inilah yang dimaksud dengan perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Perlombaan itu adalah melahirkan dirinya sehingga memiliki kualitas hidup/moral karakter seperti yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus selama mengenakan tubuh daging dua ribu tahun yang lampau.
Mengikuti jejak Tuhan Yesus dalam seluruh kualitas hidup-Nya yang taat tak bersyarat melakukan kebenaran dan mengasihi manusia adalah inti hidup kekristenan kita.
Setiap orang yang mengaku percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus harus memiliki kesediaan tanpa batas mengikut jejak-Nya atau gaya hidup-Nya.

Dalam Filipi 3:10-11 Paulus menunjukkan bahwa mengikut Tuhan Yesus Kristus berarti berusaha untuk mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya, persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana seseorang menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. Mengenal Dia dan kuasa kebangkitan Tuhan berarti mengenal bagaimana hidup dalam ketaatan tanpa batas.
Jadi, kuasa kebangkitan Tuhan Yesus terletak pada ketaatan-Nya dan integritasnya hidup didalam kasih yang kudus dan kebenaran yang tak bercacat cela.
Untuk meraih kualitas hidup seperti ini dibutuhkan perjuangan yang sangat berat untuk taat secara mutlak hidup dipimpin oleh Roh Allah dan kesediaan untuk tidak mengikat jiwanya dengan apapun juga yang berasal dari dalam dunia ini, kemudian selanjutnya memberi jiwanya hanya terikat dengan satu-satunya Pribadi yaitu hanya kepada Tuhan Yesus.
Tidak ada barang bagus berkualitas tinggi dapat diperoleh dengan harga murah.
Untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus yang menang, dituntut keberanian untuk melakukan barter.
Paulus menyatakan bahwa ia melepaskan semuanya supaya memperoleh Kristus (Filipi 3:8).

Tuhan Yesus menuntut semua orang yang mengaku sebagai murid-Nya harus memiliki kesediaan melepaskan segala miliknya yang dipandang paling berharga dan bernilai tinggi (Lukas 14:33) sehingga Tuhan dapat berkarya secara leluasa untuk memimpinnya kepada segala kebenaran-Nya untuk dilakukan secara sempurna.
Karenanya Tuhan menunjuk syarat/standar sebelum seseorang memutuskan menjadi pengikut-Nya. Tuhan menganalogikannya seperti seseorang yang sedang ingin membangun sebuah menara dan terlebih dahulu harus duduk untuk menghitung anggarannya supaya menara yang dibangun tidak gagal/sia-sia karena kekurangan dana untuk membangunnya.
Menara tersebut harus dibangun sampai selesai. Dalam hal ini ada kemungkinan terdapat orang-orang yang gagal membangun menara. Gagal membangun menara sama dengan gagal menerima keselamatan abadi.
Aspek yang harus diperhatikan dengan gambaran ini adalah bahwa mengikut Tuhan Yesus adalah suatu harga yang sangat tinggi seperti seseorang membangun sebuah menara.
Membangun menara/Mengikut Tuhan Yesus bukan harga yang murah. Mengikut Tuhan Yesus berarti bersedia mengikuti seluruh jejak-Nya, teladan-Nya dan gaya hidup-Nya.
Oleh sebab itu Keselamatan adalah usaha Tuhan Yesus mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya, tidak heran jika sedikit orang yang mau meresponi untuk masuk dalam proyek keselamatan dengan sikap hati dan sikap hidup yang benar yang mau berjuang melakukan segala sesuatu demi kepentingan dan untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31).

Itulah sebabnya ketika Tuhan Yesus menjawab pertanyaan mengenai sedikit sajakah orang yang diselamatkan, Tuhan Yesus menyatakan agar orang percaya berjuang untuk masuk jalan sempit. Sebab banyak orang berusaha masuk tetapi sedikit yang dapat masuk (Lukas 13:23-28).
Orang percaya tidak perlu bingung terhadap kenyataan adanya orang-orang yang gagal untuk diselamatkan.
Paulus sendiri dengan jelas menyatakan bahwa sejarah perjalanan bangsa Israel menjadi pelajaran bagi orang percaya.
Kegagalan mereka masuk tanah Kanaan menjadi contoh bagi kita yang hidup di jaman akhir ini (1 Korintus 10:1-11).
Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih (Matius 22:14).
Dalam perumpamaan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus tersebut terdapat tamu undangan pesta seorang raja ada yang tidak mengenakan pakaian pesta (Matius 22:1-13).
Dalam hal ini nyatalah bahwa mengikut Tuhan Yesus berarti merajut pakaian pesta, yaitu menjaga roh, jiwa dan tubuhnya terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada sampai kedatangan Yesus Kristus atau sampai kematian tubuh secara fisik menjemput.
Sehingga kelak dalam kebangkitan di kekekalan ia diterima di kemah abadi menerima mahkota kehidupan kekal yang Tuhan Yesus janjikan.

Dalam Kitab Daniel 12:2 dikatakan demikian : Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.
Orang yang akan bangkit untuk menerima hidup yang kekal tentu adalah orang-orang yang ditemukan imannya oleh Tuhan tetap teguh berpegang kepada penurutan terhadap kehendak-Nya.
Iman adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada pihak yang dipercayai yaitu Tuhan Yesus.
Orang percaya harus hidup dalam kebenaran moral Tuhan Yesus sendiri, inilah kebenaran moral Allah yaitu mengambil bagian dalam kekudusan Allah; memiliki pola berpikir-Nya.
Dengan kualitas hidup seperti ini semua tindakannya sesuai dengan keinginan Allah Bapa.
Tanpa mati bersama dengan Kristus, tidak ada kebangkitan.
Karena itu marilah kita mulai sekarang juga memastikan bahwa manusia lama kita telah mati.
Kita harus berani menanggalkan segala kesenangan daging dan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Allah.

Kita harus berani menjadi orang-orang yang kehilangan hak untuk dipuji, hak untuk disanjung, hak untuk dihargai.
Untuk menjaga agar kita tidak menyerah kepada sifat manusiawi lama kita, marilah kita mulai mengenali kelemahan-kelemahan kita dan apa hal-hal yang biasanya membuat kita jatuh.
Kembangkan penguasaan diri yang kokoh, dan jauhilah hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Sebagai gantinya, gunakan waktu kita untuk hal-hal yang memuliakan Tuhan. Contohnya, mempelajari Firman Tuhan, membaca buku-buku yang bermutu, dan mendengarkan khotbah-khotbah yang menyampaikan isi pengajaran Injil yang murni yang menjuruskan hidup kita untuk semakin serupa dan menjadi sempurna berkarakter Kristus.
Bersekutulah dengan saudara-saudara seiman.
Pikirkan apa yang dapat kita lakukan untuk melayani Tuhan dimanapun kita berada. Relakanlah diri kita untuk taat dipimpin oleh Tuhan, dan percayalah bahwa dengan pimpinan-Nya kita niscaya sanggup untuk memastikan bahwa manusia lama kita tidak akan bangkit kembali.
Ketaatan kita kepada Tuhan Yesus dalam melakukan apa saja demi untuk pengabdian dan kemuliaan Tuhan Yesus adalah bukti bahwa kita telah mati bagi dosa dan bangkit dalam kehidupan yang baru bersama sama dengan Tuhan Yesus Kristus.
Amin.

TUBUH BAGI KEMULIAAN ALLAH


1 Korintus 6:19-20
19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Firman Tuhan mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus.
Hal ini jelas mengindikasikan bahwa kita tidak berhak lagi menggunakan bait Roh Kudus ini untuk kepentingan apa pun selain untuk kepentingan Tuhan.
Kepentingan Tuhan adalah Tuhan dapat menampilkan diri-Nya di dunia dengan menggunakan tubuh kita ini.
Ini bukan sesuatu yang sederhana dan mudah.
Itulah sebabnya, bahkan nyaris tidak ada orang yang merelakan tubuhnya menjadi alat peraga Tuhan.
Orang rela percaya kepada Tuhan dalam pikiran atau nalarnya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, orang rela menyerahkan sepersepuluh penghasilannya untuk gereja, orang rela menjadi aktivis bahkan pendeta, tetapi untuk tidak memiliki tubuhnya demi diserahkan kepada Tuhan melayani segala keinginan, kepentingan dan rencana-Nya orang akan sangat berkeberatan.
Melepaskan pemilikan atas tubuhnya berarti kehilangan segala sesuatu (Lukas 14:33).
Tetapi hal ini tidak bisa atau tidak boleh dihindari, sebab faktanya memang tubuh kita telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar, bahwa tubuh kita sudah bukan milik kita sendiri.

Tuhan Yesus membeli tubuh kita agar Dia bisa menggunakan tubuh kita untuk menghadirkan diri-Nya di dunia kita hari ini. Hanya dengan cara demikian seseorang bisa menjadi saksi bagi Tuhan Yesus.
Kehidupan kita melalui gerak seluruh tubuh kita menjadi bukti bahwa memang dua ribu tahun yang lalu pernah hadir seorang pria bernama Yesus di Palestina yang mengaku sebagai Anak Allah Yang Maha Tinggi yang sebenarnya Dia adalah Allah itu sendiri yang  rela mengosongkan diri-Nya dan disamakan dengan manusia (Yohanes 1:1 ; Filipi 2:6-8).
Dia datang untuk menyelamatkan manusia, yaitu mengembalikan manusia kepada rancangan semula.
Rancangan semula Allah telah diperagakan secara sempurna oleh diri-Nya ketika mengenakan tubuh daging.
Sekarang melalui hidup kita, yang juga diperagakan oleh tubuh kita ini, kita menampilkan kehidupan seorang yang telah dikembalikan ke rancangan semula.

Menjadi bait Roh Kudus artinya tubuh menjadi tempat atau alat dimana Roh Kudus memperagakan kehidupan Yesus yang pernah hadir dua ribu tahun yang lalu.
Tetapi hal ini tidak bisa terjadi kalau pemilik tubuh tidak bisa diajak bekerja sama.
Roh kudus tidak memaksa seseorang untuk diajak bekerja sama.
Kalau seseorang tidak rela tubuhnya dikuasai Roh Kudus untuk memperagakan kehidupan Tuhan Yesus, maka Roh Kudus tidak memaksanya sama sekali.
Ini berarti orang Kristen tersebut tidak pernah menyerahkan tubuhnya kepada pemilik-Nya, yaitu Tuhan Yesus yang telah membelinya.
Hal ini juga menunjukkan bahwa orang Kristen tersebut tidak bersedia ditebus oleh darah Tuhan Yesus.

Kalau seseorang tidak rela ditebus oleh darah Tuhan Yesus, berarti tubuhnya tidak menjadi milik Tuhan.
Ini berarti ia masih memiliki dirinya sendiri.
Dengan sikap ini ia memberontak terhadap Tuhan.
Tuhan Yesus berkata: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (Matius 22:21).
Sesuatu yang di atasnya ada gambar dan tulisan kaisar adalah dinar yang harus dikembalikan kepada kaisar, tetapi sesuatu yang di atasnya ada gambar dan tulisan Allah adalah manusia yang segenap hidupnya harus dikembalikan kepada Allah.
Kata "berikanlah" dari kata apodidomi (ἀποδίδωμι), yang artinya serahkanlah kembali.

Tuhan yang menciptakan manusia, Tuhan juga yang berhak mengambil kembali apa yang dimiliki-Nya. Sebagaimana seseorang yang tidak membayar pajak kepada kaisar berarti melawan kaisar, demikian pula dengan seseorang yang tidak mengembalikan tubuhnya kepada Tuhan, berarti menolak hidup dalam penurutan terhadap Tuhan.
Ini juga berarti melawan Tuhan.
Orang seperti ini belum menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan. Orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan atau majikan, pasti merelakan tubuhnya untuk dimiliki dan dikuasai oleh Tuhan demi melaksanakan seluruh kehendak-Nya.

Banyak orang Kristen merasa bahwa dirinya sudah menjadi anak tebusan Tuhan, tetapi sebenarnya belum.
Mereka masih hidup dalam agenda pribadi dengan segala kepentingan-kepentingan duniawi yang dimana untuk hal tersebut dilakukannya untuk mengokohkan kerajaannya sendiri.
Firman Tuhan mengatakan: Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:24). Menyalibkan daging artinya bersedia tidak lagi menggunakan tubuhnya untuk kesenangan sendiri, tetapi untuk kesenangan Tuhan.
Ini berarti mestinya tidak ada yang kita lakukan dengan tubuh ini diluar dari keinginan Tuhan mulai dari mata, telinga, mulut, tangan dan semua bagian tubuh kita yang lain serta seluruh panca inderanya.
Menjadikan Tuhan Yesus menjadi Tuhan pemilik tubuh dan seluruh kehidupan kita seharusnya bukan hanya dalam pengakuan mulut, tetapi peragaan hidup dalam dan melalui tubuh secara nyata setiap hari yang mau dituntun oleh Roh Allah dan selalu melangkah dan bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.

Roma 12:1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Amin.

Jumat, 14 April 2017

MAKNA PERINGATAN JUMAT AGUNG


1 Petrus 2:24
Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

Jumat Agung, yang dalam bahasa Inggris disebut Good Friday diterjemahkan sebagai “Jumat yang Baik”.
Mengapa bisa disebut baik, padahal Jumat Agung adalah memperingati kematian Tuhan kita Yesus Kristus?
Apakah kematian itu baik? Mengapa Tuhan Yesus tidak langsung terangkat saja ke sorga, tanpa harus mengalami kematian dikayu salib?
Sesungguhnya kematianNya di kayu salib adalah rencana keselamatan untuk umat manusia yang harus dilalui-Nya dalam karya penebusan dosa dosa umat manusia dan inilah bentuk nyata gambaran Tuhan Yesus mengasihi umat manusia agar mereka bisa diterima di kerajaan-Nya bagi mereka yang percaya dan mengasihi serta bersedia taat untuk hidup sesuai Firman-Nya.

Ada beberapa hal yang dilakukan Tuhan Yesus melalui kematianNya.
Pertama, Ia menunjukkan dengan nyata kasih Allah kepada manusia dengan memberikan nyawaNya sendiri (Yohanes 3:16).
Betapa baiknya Allah kita, yang tidak memaksa orang mengikut-Nya melalui ancaman atau hal-hal yang menakutkan, tetapi sebaliknya, mengundang kita untuk percaya kepadaNya melalui kasih nyata yang tidak dapat kita peroleh dari sumber lain. Sebagai respons dari kita, kita juga harus menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita (1 Yohanes 3:16), inilah bentuk kita mengasihi Tuhan yang dapat memuaskan hati-Nya.
Maksud kasih sampai menyerahkan nyawa disana adalah, melayani sesama dengan mengorbankan tenaga, perasaan, waktu, dukungan dana atau apapun yang ada pada kita demi membela kepentingan keselamatan mereka.

Kedua, Ia menjadi korban penebus dosa manusia supaya manusia yang yang telah ditebus-Nya hidup untuk kebenaran.
Menurut hukum Taurat, manusia harus mengorbankan hewan-hewan untuk menanggung dosa-dosa manusia.
Tetapi hewan sebanyak apapun sesungguhnya tidak dapat menebus dosa seluruh manusia. Maka Tuhan Yesus yang tanpa dosa mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa seluruh manusia.
Ibrani 9:28 "demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang setia menantikan Dia dengan hidup tidak bercacat dan tak bernoda (2 Petrus 3:14) sebagai buah kehidupannya".

Kita adalah orang yang berutang kepada Tuhan atas karya penebusan-Nya itu kepada kita. Sehingga kita harus membayarnya dengan memberi diri kita, hidup seperti Dia telah hidup, hidup didalam kebenaran, mengasihi-Nya, bertobat dari cara hidup manusia lama kita dan meninggalkan dosa dan perbuatan daging kita. Selanjutnya menyediakan diri untuk hidup didalam pimpinan Roh-Nya setiap saat, melakukan kebenaran, kehendak dan kepentingan Tuhan.
Roma 8:12-13
(12)Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
(13)Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

Ketiga, Ia memenangkan pertarungan melawan iblis. Ia memusnahkan iblis yang berkuasa atas maut dan membebaskan manusia dari perhambaan ketakutan kepada maut.
Ibrani 2:14
"Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut"
1 Korintus 15:55, 57
(55)Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
(57)Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Sebagai umat yang telah dibebaskan dan dimenangkan, kita harus giat dalam pekerjaan Tuhan tanpa takut apapun juga termasuk takut mati karena hidup kekal menjadi jaminan bagian kita,
1 Korintus 15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Berarti memang Jumat Agung adalah Jumat yang Baik, karena dengan kematianNya, Tuhan Yesus melakukan hal-hal yang sangat baik bagi kita. Dia yang mengasihi kita lebih dulu telah menunjukkan kebaikan-Nya. Marilah mengambil keputusan untuk lebih mengasihi Dia yaitu Tuhan kita Yesus Kristus yang oleh kasih-Nya kita juga melayani-Nya dengan menunjukkan kasih kepada sesama kita.

Amin.

Rabu, 12 April 2017

MENGENAL KELAHIRAN BARU/CIPTAAN BARU SECARA BENAR


Efesus 4:21-24
21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,
22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,
23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

Menjadi ciptaan yang baru atau hidup baru memiliki ukuran yang sangat tinggi.
Selama ini banyak orang sudah memahami pemahaman yang keliru mengenai hidup baru.
Tidak heran masih banyak kita temukan orang Kristen yang masih bisa salah dalam kelakuan di moral umum seperti masih sesekali terikat dengan kebiasaan merokok, minum minuman keras, berjudi, narkoba, mencuri, berdusta, berbicara kotor dll.
Adalah tidak mungkin didalam kerajaan Tuhan disurga nanti masih terdapat orang orang masih memelihara sikap hidup seperti tersebut.
Namun bukan perubahan moral umum saja yang dituntut pada perubahan manusia baru yang Tuhan kehendaki.
Dalam tingkatan manusia baru ini Tuhan juga menuntut perubahan sampai diseluruh wilayah hidup termasuk didalam sikap batiniah/sikap hati manusia yang tuntut harus berkenan dan sempurna yang bersedia melepaskan pengampunan bagi orang lain, terbebas dari kepahitan, iri hati, kesombongan, hawa nafsu duniawi, pikiran kotor/pikiran jahat, motivasi/niat yang salah yang tidak murni dalam melayani Tuhan dan lain sebagainya.

Menjadi ciptaan yang baru bukan hanya melakukan suatu kegiatan rohani, dari seorang non Kristen menjadi Kristen atau dari seorang tidak bergereja menjadi anggota gereja. Dari seorang yang tidak aktif dalam kegiatan gereja kini mulai aktif dalam kegiatan gereja.
Kegiatan rohani hanya memberi ciri orang beragama, sedangkan hidup baru dalam Tuhan sesuatu yang sangat berbeda. Dalam hal ini kita diingatkan agar tidak salah menilai diri sendiri. Jangan merasa ada dalam hubungan yang benar dengan Tuhan jika belum secara bertekun mengenal Tuhan dan rindu akan Firman kebenaran-Nya untuk dilakukan.

Orang yang benar-benar hidup baru dalam Tuhan akan menunjukkan kualitasnya, ketika menghadapi berbagai pengaruh dunia yang buruk.
Manusia yang baru didalam Tuhan akan mulai tercirikan dengan sikap hidup sebagai berikut :
1) Ia tidak akan terhanyut dan diperhamba dalam pola hidup makan minum, kawin dikawinkan yaitu hidup yang tidak terhanyut dengan apa yang sudah digelar oleh orang-orang dunia pada umumnya yang selalu ingin menikmati segala kesenangan hidup bagi diri sendiri yang disediakan oleh dunia untuk dimiliki, dinikmati sebagai kebahagiaan hidupnya.
2) Ia telah menghayati apa yang dikatakan Tuhan, "dimana ada hartamu di situ hatimu berada".
Penghayatan ini dibahasakan Paulus dengan istilah: Tidak memperhatikan yang kelihatan.
Yang kelihatan bersifat sementara (ngengat dan karat bisa merusak dan pencuri bisa mencuri serta membongkarnya).
Yang tidak kelihatan bersifat kekal.
Adalah suatu kemalangan kalau kita terbelenggu dengan apa yang kelihatan. Penghayatan ini membuat seseorang memiliki logika rohani, yaitu pola pikir yang berbasis atau berlandaskan kepada kehidupan yang akan datang.

Keistimewaan seorang Kristen sejati bukan pada hidup keberagamaannya. Juga bukan pada etika lahiriahnya (mengenai hal ini kita dapat jumpai orang-orang non Kristen yang juga nampak benar-benar baik).
Keistimewaan orang percaya terletak pada kenyataan bahwa mereka dilahirkan kembali oleh Tuhan melalui Roh kudus dan bersedia hidup didalam tuntunan Roh.
Orang yang masih memutuskan untuk tidak peduli terhadap kesucian diri yang masih berkutat hanya menghindari membuat kesalahan pada pelanggaran moral umum tanpa memperbaiki sikap batiniah yang masih bengkok maka hidup orang tersebut belumlah disebut orang yang sudah mengalami kelahiran menjadi ciptaan Tuhan yang baru.
Kegagalan kita yang tidak bersedia menyediakan diri untuk berjuang hidup sebagai manusia yang baru bisa berakibat fatal sebab kita tidak akan bisa masuk kedalam Kerajaan Allah, hal ini Yang Mulia Tuhan Yesus sendiri yang mengatakannya (Yohanes 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah").
Olehnya keberadaan ini harus dihayati dengan sungguh-sungguh.
Kita akan gagal menjadi anak Tuhan yang berkenan kepada-Nya kalau tidak menyadari bahwa kita masih memiliki status dan keberadaan yang masih sama dengan anak-anak dunia.
Status kita adalah anak-anak Allah sekaligus memiliki keberadaan yang istimewa yaitu dilahirkan dari atas.
Setiap orang percaya harus menyadari siapa dirinya; bahwa kita ini memiliki status dan kondisi yang berbeda dengan mereka yang tidak terpilih.

Pertanyaan yang kita perlu persoalkan dan perlu kita jawab adalah: Apakah kita sungguh-sungguh telah hidup baru pada posisi keadaan kita yang sekarang ini? Apa ciri-ciri hidup baru dalam Tuhan Yesus Kristus?
Ciri-ciri hidup baru didalam Tuhan bisa dilihat dari Efesus 4:17-32.
Hendaknya kita jangan terlalu cepat merasa memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan, padahal hubungannya belum benar.
Seperti dalam Lukas 18:14, orang yang kelihatan beragama yang diwakili oleh orang Farisi, ternyata tidak dalam hubungan yang benar dimata Tuhan.
Inilah yang sebenarnya harus diingatkan atau dibuka dengan sejujur-jujurnya, yaitu keadaan kita yang sebenarnya dihadapan Tuhan.

Pastikan setiap kita jangan sampai nanti ternyata kita tidak dikenal oleh Tuhan, walaupun sekarang kita yakin bahwa kita pasti dikenal Tuhan.
Perhatikan perikop sebelumnya yaitu Lukas 18:1-14, perumpamaan ini mengenai janda dan hakim yang tidak takut Tuhan.
Di akhir perumpamaan ini, Tuhan Yesus menyebutkannya: “Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Iman di sini adalah keadaan kehidupan anak Tuhan yang memenuhi standar sempurna segambar dengan Tuhan Yesus (Roma 8:29).
Jadi Tuhan menghendaki setiap orang percaya memenuhi standar kesempunaan seperti Kristus diseluruh wilayah hidupnya.
Hal ini mutlak harus dipenuhi oleh setiap orang percaya yang ingin hidup berkenan dihadapan Tuhan.
Untuk mengerti maksud perkataan Tuhan ini haruslah dilihat pasal sebelumnya.
Dalam Lukas 17, Tuhan Yesus menyinggung mengenai keadaan manusia pada akhir zaman yang sibuk dengan kepentingan duniawi.
Pada dasarnya keadaan manusia sekarang adalah tidak mengutamakan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Hal ini disebabkan karena mereka telah memiliki kerajaannya sendiri.

Sebagai orang percaya pastikan kita tidak memiliki kerajaan diri sendiri, sebab Tuhan Yesus lah yang menjadi Raja dalam hidup kita satu-satunya, orang percaya yang telah dipilih-Nya hidupnya hanya diperuntukan untuk mengabdi kepada Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya.
Jadi, pada prinsipnya, orang yang telah lahir baru hidupnya harus ada didalam Kristus.
2 Korintus 5:17 "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang".
Ciri orang yang hidupnya ada didalam Kristus adalah orang yang mengelar hidupnya sama seperti Tuhan Yesus telah hidup.
1 Yohanes 2:6 "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup".
Tentu orang tersebut adalah orang tidak mencintai kesenangan hidup yang disediakan oleh dunia ini sama sekali. Hidup sepenuhnya diarahkan hidup bagi Tuhan dan tinggal tetap didalam Firman dan hidup dibawah kedaulatan Kerajaan Tuhan Yesus (menyediakan diri hidup dipimpin oleh Tuhan dan bukan hidup suka-suka sendiri).
Tentu orang seperti ini kerinduannya adalah hidup yang selalu ada didalam tuntunan Roh Kudus yang mengarahkannya kepada penurutan terhadap kehendak Tuhan dan Kerajaan-Nya dan mempersiapkan diri memenuhi standar kesempurnaan Kristus didalam hidupnya agar layak menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.

Amin.