Kamis, 30 November 2017

MEMILIKI KEPUASAN YANG KUDUS


Yakobus 4:1-4
1 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?
2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.

Hal yang sangat prinsip yang harus diperkarakan di hadapan Tuhan adalah gairah atau spirit apa yang menguasai hidup kita saat ini. Dari gairah tersebut akan terbukti selera jiwa seseorang. Orang-orang yang memiliki banyak keinginan untuk memuaskan hawa nafsu adalah orang-orang yang mengarahkan selera jiwanya kepada dunia. Mereka menjadikan dirinya musuh Allah (Yakobus 4:4).
Kata “hawa nafsu” dalam teks aslinya di Yakobus 4:1-3 adalah hedone (ἡδονή) yang artinya pleasure (kesenangan), enjoyment in an unfavorable sense (kesenangan atau kepuasan yang merugikan).
Kata hedone ini dalam Alkitab Bahasa Indonesia juga diterjemahkan “hawa nafsu”. Kata mengingini (Yakobus 4:2) dalam teks aslinya adalah ephitumeo (ἐπιθυμέω ; lust), yang artinya keinginan yang kuat atau sangat mengingini (covet, craved, longing, desire).

Dalam diri setiap orang Kristen ada pergumulan yang mengarahkan dirinya kepada selera rohani (surgawi) atau selera dunia ini. Perlu diingatkan di sini bahwa arah yang salah dalam waktu yang terlalu lama bisa membuat seseorang tidak bisa diubah lagi. Tidak ada kesempatan untuk merubah arah. Dalam Matius 10:39, Tuhan menyebutnya sebagai pergumulan kehilangan nyawa. Nyawa di sini adalah jiwa.
Di dalam jiwa ada pikiran, perasaan, dan kehendak. Di dalam jiwa ada selera. Kalau seseorang berhasil rela kehilangan kesenangan dunia ini, artinya mengarahkan dirinya kepada selera surgawi, maka ia akan memperoleh kebahagiaan di dunia yang akan datang. Tidak mungkin orang yang selera jiwanya masih duniawi diperkenankan masuk Kerajaan Surga sebagai anggota keluarga Kerajaan.

Ternyata selama tiga setengah tahun Tuhan Yesus mendidik murid-murid, selera jiwa mereka belum berubah secara total. Setelah kebangkitan Tuhan Yesus, murid-murid masih menuntut agar Tuhan Yesus memulihkan Kerajaan Israel duniawi. Mereka masih berpikir duniawi. Mereka belum memindahkan hatinya ke dalam Kerajaan Surga. Mereka masih ingin membangun kerajaan mereka sendiri. Mereka masih memiliki cita rasa atau selera bumi ini, bukan langit baru dan bumi yang baru. Itulah sebabnya mereka harus menerima Roh Kudus yang menuntun mereka kepada segala kebenaran. Perubahan secara signifikan terjadi ketika mereka dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus membawa perubahan yang sangat luar biasa.

Sesungguhnya Bapa menghendaki agar orang percaya memiliki selera atau cita rasa rohani atau surgawi. Selera atau cita rasa rohani tersebut adalah gairah untuk menikmati kehidupan yang melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa, bukan menikmati yang lain (Yohanes 4:34).
Dengan melakukan itu Tuhan Yesus menikmati hidup-Nya sebagai Anak Allah yang dapat memuaskan hati Bapa (Matius 3:17).
Tuhan Yesus memuaskan diri-Nya secara benar.
Diri-Nya merasa puas ketika memuaskan atau menyenangkan Bapa-Nya. Seperti Tuhan Yesus, demikian pula seharusnya kita. Kepuasan diri anak-anak Allah adalah melakukan kehendak Bapa. Ini adalah kepuasan yang kudus.

Kebenaran ini tidak dikenal oleh banyak manusia hari ini. Mereka tidak mengenal kepuasan yang kudus tersebut. Mereka menikmati dirinya secara salah, yaitu memuaskan dirinya dengan fasilitas hidup dunia, kehormatan, sanjungan, dan pujian manusia. Inilah cara memuaskan diri versi anak-anak dunia yang dipersiapkan untuk dibinasakan. Dengan cara ini, Iblis menggiring mereka ke dalam api kekal. Dengan cara ini pula anak-anak manusia dibelenggu oleh kuasa kegelapan untuk menjadi mempelainya. Orang Kristen yang memuaskan diri dengan fasilitas dunia sama dengan bersekutu dengan Iblis atau menyembahnya. Ternyata bukan hanya orang-orang di luar gereja yang terjebak dalam pola hidup seperti ini, orang-orang Kristen pun banyak yang terjebak dalam kubangan ini. Tetapi mereka tidak menyadari keadaan mereka yang sangat membahayakan itu. Mereka masih menikmati dunia seperti anak-anak dunia menikmatinya. Sementara itu mereka masih rajin ke gereja, bahkan mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan gereja.

Sebagai orang percaya yang sudah mengerti kebenaran, kita harus bersungguh-sungguh mengubah cita rasa jiwa atau selera duniawi kita dengan selera yang baru yang juga dimiliki oleh Tuhan Yesus, yaitu melakukan kehendak Bapa. Dalam hal ini, kita harus benar-benar memperkarakan apakah kita sudah sungguh-sungguh melakukan kehendak Bapa atau belum. Hal tersebut merupakan kepuasan jiwa kita dan menjadi selera jiwa yang permanen. Dengan selera atau cita rasa jiwa ini kita dapat menolak setiap tawaran yang diajukan oleh kuasa kegelapan, yaitu keindahan dunia ini. Seperti Tuhan Yesus dengan tegas menolaknya, kita pun juga harus dengan tegas menolaknya. Memang kita menjadi manusia yang “aneh” di mata manusia di sekitar kita, tetapi dengan cara ini kita menantang zaman yang semakin jahat ini.

Amin.

Rabu, 29 November 2017

BAHAYA KESERAKAHAN



Kolose 3:5-6
5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
6 semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].

Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Alkitab, bahwa pada akhir zaman manusia menjadi serakah atau tidak pernah puas dengan apa yang sudah dimilikinya.
Sesungguhnya keserakahan sama dengan penyembahan berhala.
Kalau manusia sudah menjadi hamba uang, egois, dan lebih menuruti hawa nafsunya, maka manusia pasti menjadi serakah (2 Timotius 3:1-5). Mereka tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Semua yang dianggap sebagai kebutuhan adalah segala sesuatu yang diingininya. Padahal keinginan manusia tidak pernah dapat dipuaskan oleh apa pun juga, sebab di dalam rongga jiwa manusia ada ruangan kosong yang tidak dapat diisi oleh apa pun, selain oleh Tuhan sendiri. Dengan keadaan demikian manusia akan selalu mencari segala sesuatu yang dapat memuaskan dirinya.

Keadaan manusia seperti di atas ini juga ada pada kehidupan banyak orang Kristen. Orang-orang seperti ini akan menjadi serakah. Ia makin haus akan kekayaan dunia dan segala kesenangan-kesenangan dunia. Dengan demikian ia akan menjadi kejam dan sewenang-wenang terhadap sesamanya. Ia tidak akan dapat mempermuliakan Allah, sebab yang ia muliakan adalah harta. Ia tidak memiliki damai sejahtera yang sesungguhnya. Ia pun kehilangan sukacita hidup. Sekalipun hartanya berlimpah, kedudukannya dan jabatannya tinggi, ia tidak memiliki sukacita hidup (Lukas 12:15).
Ia tidak akan dapat melayani Tuhan secara benar. Sebab ia akan melayani dirinya sendiri dan menggunakan segala kesempatan, serta tenaga orang lain untuk keuntungannya sendiri.

Terkait dengan hal ini Tuhan Yesus mengajarkan suatu prinsip hidup yang dikalimatkan sebagai berikut: Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Lukas 9:58). Prinsip hidup ini dimaksudkan agar kita tidak menjadi serakah. Tuhan Yesus tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya, menunjukkan bahwa Diri-Nya tidak memiliki apa-apa. Inilah ekspresi dari “pengosongan diri” yang Yesus lakukan, yang juga harus kita lakukan sebagai pengikut-Nya. Pengosongan diri ini sama dengan kerelaan melepaskan hak. Senada dengan hal ini, Paulus dalam suratnya mengatakan: Sebab kita tidak membawa sesuatu apa pun ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah (1 Timotius 6:7-8).

Kalau Firman Tuhan mengajarkan orang percaya agar merasa cukup, yaitu asal ada makanan dan pakaian, ini tidak dimaksudkan agar orang percaya menjadi orang miskin. Tetapi agar orang percaya tidak terbelenggu oleh berbagai keinginan untuk memiliki apa yang orang lain miliki atau yang dunia sediakan. Dengan demikian, orang percaya harus merasa cukup dan puas berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi selalu merasa belum puas berkenaan dengan keberkenanannya di hadapan Tuhan. Ini adalah cara yang tepat untuk menanggulangi nafsu serakah yang bisa menguasai hidup ini.

Dalam kemiskinan secara materi, Tuhan Yesus melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Gaya hidup seperti ini harus dikenakan oleh setiap orang yang mengaku mengikut Tuhan Yesus Kristus. Dengan gaya hidup tersebut, seseorang tidak akan dapat diperbudak oleh dunia ini. Jika tidak bersedia mengenakan gaya hidup tersebut, berarti seorang Kristen menolak menjadikan Tuhan Yesus sebagai Tuhan. Orang yang tidak bersedia menundukkan diri kepada Tuhan guna mengikuti jejak-Nya, berarti menjadikan dirinya sendiri sebagai tuhan.

Bila seseorang masih selalu merasa belum cukup dengan jumlah uang atau harta yang dimilikinya untuk kepentingan dirinya, berarti ia belum sungguh-sungguh menemukan perhentian yang benar atau belum berlabuh pada Tuhan. Ini juga berarti tidak akan pernah mengalami proses dikembalikan ke rancangan semula Allah. Dari gaya hidup di atas ini, akan membangun gaya hidup konsumerisme tanpa batas. Gaya hidup konsumerisme seperti ini sudah menjadi gaya hidup yang wajar dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini, khususnya di kalangan masyarakat yang tinggal di kota.

Menjelang dunia berakhir, gaya hidup konsumerisme semakin kuat memengaruhi kehidupan banyak orang, termasuk di dalamnya orang-orang Kristen. Inilah yang digambarkan oleh kitab Wahyu 18, Babel kota besar.
Alkitab menunjukkan bahwa itulah percabulan rohani, di mana banyak manusia, termasuk sebagian orang Kristen, telah terperdaya oleh kecantikan dunia sehingga mereka menyembah iblis dan tidak mengingini Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Sebagai umat pilihan yang dicelikkan oleh kebenaran, kita harus berani membiasakan diri mengenakan pola hidup merasa “cukup” berkenaan pemenuhan kebutuhan jasmani untuk diri sendiri dan tidak merasa cukup bekerja memaksimalkan potensi sebagai sarana mengabdi kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, tidak merasa cukup sebelum melakukan kehendak Tuhan secara bertekun dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Dengan demikian kita tidak dapat diperbudak oleh dunia ini dan dengan cara demikian kita menantang zaman yang semakin fasik ini.
Amin.

Selasa, 28 November 2017

PERJUANGAN BERKEADAAN SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH SECARA PERMANEN


1 Petrus 1:17-19
17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Rasul Petrus menasihati umat agar menyadari kewargaan mereka bukanlah dibumi ini, sehingga mereka menghayati kehidupan mereka dibumi hanyalah sebagai status sebagai penumpang yang menempati bumi sementara waktu saja.
Oleh sebab itu sebagai umat yang menantikan Tuhan Yesus yang membawa umat-Nya yang taat kepada-Nya kepada tempat dimana Dia berada di Kerajaan Bapa di Surga, umat tebusan harus hidup takut dan gentar kepada Bapa yang empunya langit dan bumi ini dengan menggelar kehidupannya tidak bercacat dan tidak bernoda sampai hari kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua.
Inilah perjuangan kita untuk selalu keberadaan sebagai anak-anak Allah, yang menjadi mempelai-mempelai Kristus yang sejati.

Satu hal yang harus ditegaskan, dan terus kita ingat selalu adalah bahwa orang percaya adalah orang yang menumpang di bumi. Untuk itu kita sebagai orang percaya yang benar, harus rela berstatus sebagai orang yang menumpang di bumi. Orang yang menumpang, tetapi merasa berhak berdomisili secara permanen di suatu tempat atau rumah orang lain dan bertindak sebagai tuan rumah, adalah perampok. Tanpa disadari banyak orang Kristen berkeadaan demikian. Harus diingat bahwa harta kita sendiri barulah nanti di Kerajaan Surga, sedangkan segala sesuatu yang kita miliki sekarang adalah harta orang lain, yaitu harta-Nya Tuhan (Lukas 16:12).
Oleh sebab itu, fokus hidup orang-orang percaya harus diarahkan kepada proses kesempurnaan menjadi seperti Tuhan Yesus, guna persiapan tinggal di negeri atau rumah sendiri di dunia yang akan datang, yaitu di langit baru dan bumi yang baru nanti. Sebagai orang yang terpanggil menjadi umat pilihan yang berpotensi mewarisi Kerajaan Surga, seharusnya kita memiliki cara hidup yang berbeda dengan mereka yang bukan umat pilihan. Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, sama seperti Dia bukan berasal dari dunia ini (Yohanes 17:16). Betapa luar biasa kedudukan orang percaya, sebab mereka dipanggil mengenal kebenaran dan muridkan untuk menjadi sempurna mengenakan hidup Tuhan Yesus sehingga dilayakkan oleh Tuhan Yesus menjadi anak-anak Allah secara permanen.

Kalau jujur banyak orang Kristen yang tidak mampu menghayati bahwa dirinya bukan berasal dari dunia ini.
Rasul Paulus dalam suratnya jelas sekali mengatakan: Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya (Filipi 3:20-21). Dari tulisan ini jelas sekali bahwa kita bukan warga negara dunia. Banyak orang Kristen, bahkan di antaranya rohaniwan, yang merasa asing dengan pernyataan ini. Mereka tidak mampu sama sekali menghayati bahwa dirinya bukan berasal dari dunia ini. Mereka tidak mampu memiliki kesadaran ini, sebab kesadarannya adalah kesadaran manusia yang berasal dari dunia ini. Semua ini akibat dari pola berpikir yang salah, yang sudah melekat lama di dalam pikiran mereka.
Banyak orang Kristen yang yakin bahwa dirinya adalah umat pilihan yang pasti dilayakkan masuk rumah Bapa, tanpa memperhatikan kualitas kelayakan mereka menjadi anggota keluarga Kerajaan. Inilah kesesatan dalam kehidupan banyak orang Kristen, seakan-akan keyakinan di dalam pikiran dapat menjawab kebutuhan keselamatan dalam kekekalan. Kehidupan orang percaya tidak cukup hanya menaruh dalam pikiran secara imajiner bahwa dirinya adalah anak Allah yang akan masuk surga.

Kalau seseorang tidak menghargai kedudukannya atau status bahwa dirinya berasal dari atas, berarti ia menolak kasih karunia yang Tuhan sediakan bagi orang percaya.
Sikap menghargai kedudukan atau status tersebut harus dinyatakan dalam tindakan nyata setiap hari. Oleh sebab itu kita harus menerima dengan sungguh-sungguh status ini dan memperjuangkannya, agar hidup kita sepadan dengan keadaan sebagai yang berasal dari Allah. Perjuangan itu adalah mengubah gaya hidup kita setiap hari. Gaya hidup yang harus kita kenakan tentunya adalah gaya hidup Tuhan Yesus.
Keberadaan sebagai anak-anak Allah harus kita perjuangkan, agar kita dapat mengenakannya secara permanen. Anak-anak Allah adalah mereka yang sungguh-sungguh dapat menghayati bahwa dirinya bukan berasal dari dunia ini. Orang yang sudah mengerti dan menghayati bahwa dirinya berasal dari Allah akan selalu memikirkan perkara-perkara yang di atas (Kolose 3:1-4). Perkara-perkara yang di atas adalah kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus. Tentu saja orang percaya seperti ini berusaha hidup tidak bercacat dan tidak bercela dan berusaha menjadi sempurna seperti Bapa. Selanjutnya, ia juga bersedia melakukan apa saja demi kepentingan Kerajaan Allah, dan akhirnya merindukan bertemu dengan Tuhan Yesus, muka dengan muka. Perjuangan seperti ini harus kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Ini merupakan sikap yang jelas menantang zaman ini untuk kita semakin menyucikan diri kita dari sikap hidup yang ada diwilayah abu-abu, fasik dan tidak berkenan dihadapan Tuhan.

Amin.

Senin, 27 November 2017

KONSEP YANG SALAH MENGENAI HARTA


Lukas 16:11-13
11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Untuk dapat melepaskan diri dari semangat zaman ini, seseorang harus memiliki konsep yang benar mengenai harta. Satu hal yang paling prinsip berkenaan dengan hal ini adalah bahwa semua yang kita miliki hari ini adalah “harta orang lain” (Lukas 16:12).
Harta kita sendiri sebenarnya nanti di dalam Kerajaan Surga, di langit baru dan bumi yang baru. Dengan hal ini, seseorang tidak dapat menjadi kaya di bumi sekaligus kaya di surga.
Ia harus memilih kaya di mana, di bumi atau di surga.
Kalau pun seseorang kaya secara materi di bumi ini, ia harus terus menerus dalam kesadaran dan pengakuan bahwa semua yang ada padanya adalah milik Tuhan atau hartanya Tuhan. Dengan demikian, di bumi ia memiliki pola atau gaya hidup seperti Tuhan Yesus ketika ada di bumi, yang prinsipnya adalah serigala memiliki liang dan burung mepunyai sarang, tetapi diri-Nya tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Di bumi hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Hampir semua manusia, termasuk orang-orang Kristen, merasa bahwa semua harta atau aset yang dimiliki adalah miliknya sendiri dan merasa berhak menggunakan sesuai dengan keinginannya. Itulah sebabnya mereka menggunakan hartanya tanpa persetujuan Tuhan, sebaliknya Tuhan malah digunakan untuk meraih harta dunia ini. Dengan gaya hidup tersebut mereka gagal menempatkan diri di hadapan-Nya. Mereka menjadi orang-orang yang terbelenggu oleh percintaan dunia. Tidak mungkin mereka dapat melayani Tuhan dan sesamanya secara benar. Sebaliknya, mereka memanipulasi Tuhan dengan sikap oportunis dan tidak memerdulikan sesama sesuai dengan hati Tuhan.

Terkait dengan hal ini kita harus memahami mengenai price and value (harga dan nilai). Price adalah harga, yaitu suatu ukuran yang diberikan kepada sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Sedangkan value atau nilai menunjuk kepada kandungan isi atau kadar kualitas pada sesuatu tersebut. Hampir semua manusia, termasuk orang-orang Kristen pada zaman ini, memberi harga atau price kepada sesuatu berdasarkan filosofinya yang salah.
Mereka memberi price atau harga pada banyak hal dengan tinggi, padahal value-nya rendah.
Sebaliknya, memberi harga atau price yang rendah kepada sesuatu yang nilai kandungan atau value-nya tinggi. Pemahaman mengenai price dan value pada sesuatu sangat tergantung dari pemahaman seseorang mengenai hidup ini.

Kalau mata pengertian seseorang tidak dicelikkan oleh kebenaran Firman Tuhan, maka ia tidak dapat memberi harga yang patut kepada sesuatu dan tidak bisa mengenali value dalam kehidupan ini.
Banyak orang menjadi sesat karena semangat zaman ini. Banyak orang telah memberi harga kepada sesuatu berdasarkan selera dan kebutuhan manusia yang fasik. Dunia dan segala keindahannya dianggap sebagai nilai tertinggi. Juga kehormatan, sanjungan, dan pujian dianggap sebagai kenikmatan jiwa. Selain itu, kenikmatan dosa dalam daging dari makan minum yang tidak proporsional sampai seks telah terbiasa menjadi irama hidup. Yohanes menyebutkan sebagai keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:15-17).

Harus jujur diakui banyak orang Kristen hidup dalam belenggu zaman ini, mereka menjadikan uang, harta, barang-barang mewah sebagai nilai diri, prestise dan kebahagiaan hidupnya, tetapi mereka tidak menyadarinya.
Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai orang yang letih lesu dan berbeban berat (Matius 11:28-29) sebab banyaknya keinginan mereka yang didorong oleh hawa nafsu duniawi yang sebenarnya akan membinasakan mereka.
Pada umumnya manusia terus-menerus berusaha menemukan kebahagiaan hidup yang berasal dari dunia ini sebagai perhentiannya. Karena tidak mengenal kebenaran, maka mereka menemukan perhentian yang salah.
Hal itu membelenggu mereka, sampai tidak bisa melepaskan diri sendiri dari belenggu tersebut. Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus dimaksudkan untuk melepaskan umat pilihan dari belenggu tersebut. Untuk ini yang dibutuhkan adalah pengertian yang terus-menerus harus dibaharui oleh kebenaran Firman Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa kebenaran-Nya memerdekakan (Yohanes 8:31-32).

Sebagai umat yang dicelikkan terhadap kebenaran, kita harus memandang bahwa segala sesuatu yang kita miliki di bumi ini adalah milik Tuhan. Kita harus bekerja keras menambah uang dan harta, bukan untuk memperkaya diri sendiri, tetapi untuk dipergunakan melayani dan mengabdi kepada Tuhan demi kepentingan pekerjaan-Nya, mendukung pekerjaan Tuhan agar lebih maju dan berkembang.
Jika kita melakukan hal ini dengan sungguh-sungguh, maka sesungguhnya kita sedang mengumpulkan harta kita sendiri di dalam Kerajaan Surga. Tentu sebenarnya kita ke surga bukan karena harta apa pun, tetapi karena Tuhan Yesus sendiri yang adalah harta kita. Dengan cara berpikir ini, kita dapat membangun gaya hidup melayani Tuhan sebagai fulltimer (melayani Tuhan disepanjang waktu hidup kita dengan tanpa batas). Inilah cara kita menantang zaman yang semakin fasik di akhir zaman ini.
Amin.

Sabtu, 25 November 2017

MELAKUKAN KEINGINAN TUHAN SEMATA-MATA


1 Korintus 7:23
Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.

Rasul Paulus menyatakan orang percaya telah dibeli lunas oleh Tuhan agar mereka mengabdikan diri menjadi hamba Kristus dan bukan menjadi hamba manusia.
Menjadi hamba Kristus artinya tidak lagi menjadi hamba dosa, apa yang ia perbuat semua ditujukan untuk pengabdian kepada Tuhan dan keinginan Tuhan semata-mata.
Namun satu hal yang harus selalu diingat, Tuhan tetap memberikan kehendak bebas untuk memilih dalam bertindak, apakah hendak kita tujukan bagi kemuliaan Kristus ? atau untuk kemuliaan diri sendiri dan untuk kepentingan pribadi ?.
Jika yang kita lakukan bukanlah untuk kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya sebenarnya kita sedang menjadi hamba dunia ini atau menjadi hamba atas diri kita sendiri.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk bebas, artinya manusia memiliki kehendak bebas yang dapat diarahkan oleh masing-masing individu tanpa dikendalikan oleh pihak lain.
Tuhan sendiri tidak mengintervensi kehendak bebas manusia. Tuhan mengakui dan menghormati kedaulatan manusia.
Hal ini merupakan sesuatu yang dahsyat, sebab hal ini bisa membawa manusia kepada kebinasaan atau kemuliaan.
Manusia dikendalikan oleh kehendak bebasnya atau free will dalam menentukan nasib atau keadaan dirinya.
Tuhan sebagai Hakim menegakkan hukum itu dengan segala resiko dan konsekuensinya, baik bagi manusia maupun bagi Tuhan sendiri. Dalam hal ini, bagaimanapun manusia harus tunduk kepada hukum “tabur tuai” (Galatia 6:7-9).

Ke mana arah langkah hidup seseorang ditentukan oleh keinginannya. Apakah seseorang membawa diri ke Kerajaan Terang atau kerajaan kegelapan, hal ini tergantung dari apa yang memenuhi hatinya. Apa yang memenuhi hatinya diperankan oleh apa yang memenuhi pikirannya. Setiap langkah dari keinginan seseorang hari ini, menentukan nasib kekalnya. Sering terjadi, keputusan beberapa menit menentukan kekekalannya. Nasib Esau ditentukan beberapa menit ketika ia menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan (Ibrani 12:16-27). Oleh sebab itu betapa berartinya menit demi menit hidup ini, sebab menentukan nasib kekal yang tiada batas. Kalau hati dipenuhi keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan berarti menggiring manusia itu kepada kebinasaan.

Alkitab Perjanjian Baru menunjukkan bahwa sebuah pelanggaran atau dosa terjadi bukan hanya setelah dilakukan secara fisik, tetapi keinginan yang tidak proporsional sudah dapat mengkondisi dosa (1 Timotius 6:10).
Dalam Yakobus 1:13-15 ditulis: Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri sehingga mereka jatuh kedalam berbagai macam dosa.
Oleh karena itu melakukan keinginan Tuhan semata-mata harus menjadi irama dan gaya hidup kita satu-satunya sehingga apa yang kita lakukan tertuju kepada kehendak dan rencana Tuhan.
Kalimat dalam Doa Bapa kami: “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”, dimaksudkan agar kita selalu membawa diri kita kepada keinginan yang sesuai dengan Tuhan.
Untuk itu kita harus berani menanggalkan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan. Bagaimanapun manusia pasti memiliki keinginan. Tetapi orang yang mengakui Yesus sebagai Tuhan akan mengisi jiwanya dengan keinginan atau kehendak Tuhan saja. Sehingga jiwanya menjadi bejana di mana keinginan dan kehendak Allah dituangkan. Hal ini akan membuat hanya kehendak Tuhan yang menguasai kehidupan orang tersebut. Dalam hidup ini, kita harus hanya mau melakukan kehendak Tuhan. Orang yang berhasrat melakukan kehendak Tuhan akan diberi kepekaan untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya. Tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Tuhan, Tuhan tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya. Orang seperti ini, tidak memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Tuhan. Tuhan tidak akan memberikan sesuatu yang bernilai tinggi atau berharga kepada mereka yang tidak layak menerimanya, yaitu mereka yang tidak berkeinginan melakukan keinginan atau kehendak-Nya (Matius 7:6).

Kita melakukan keinginan Tuhan karena kita mau membahagiakan hati Tuhan, dalam kesadaran bahwa sebenarnya kita tidak berhak menyenangkan diri sendiri. Oleh sebab itu sebelum melakukan keinginan Tuhan, kita harus terlebih dahulu menanggalkan keinginan kita sendiri. Hal ini kita lakukan dengan sukacita dan rela bukan sebagai suatu beban. Kita memandangnya sebagai suatu kehormatan dan anugerah. Orang yang melakukan keinginan-keinginan Tuhan adalah orang yang menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya. Hidupnya menjadi bahagia dan bersih sebab orang yang menjadikan Tuhan kegembiraan, pasti hidupnya cenderung bersih. Sebaliknya, orang yang tidak menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya, cenderung kotor. Oleh sebab itu kita tidak boleh mengatur diri sendiri. Semakin kita mengatur diri sendiri, maka semakin sulit untuk mengerti kehendak Tuhan. Tetapi semakin seseorang memiliki kesediaan menyerah kepada kehendak Tuhan dan berkerinduan menyenangkan hati-Nya, semakin ia mengerti apa yang Tuhan kehendaki.

Menurut pemikiran kebanyakan orang modern sekarang ini, pikiran manusialah yang utama dan manusia itu sendiri yang berhak bertindak sesukanya. Irama hidup seperti ini sudah merupakan irama hidup manusia pada umumnya, khususnya di zaman ini. Tetapi sebagai orang percaya yang mengenal kebenaran, haruslah kita menolak sikap hidup yang salah tersebut. Kita bersedia untuk hidup hanya untuk melakukan kehendak Tuhan dan membahagiakan hati-Nya. Dengan demikian kita dapat menantang zaman yang jahat dan fasik ini.
Amin.

Jumat, 24 November 2017

MELEPASKAN DIRI DARI ILAH ZAMAN INI


2 Korintus 4:3-4
3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

Dalam suratnya Paulus menunjuk adanya ilah zaman ini.
Ilah zaman ini menunjuk kepada semangat atau gairah zaman yang menguasai sebagian besar manusia pada zaman itu. Ilah di sini sama dengan berhala.
Pada dasarnya berhala sama artinya objek yang disembah dan dipuja.
Allah yang benar dan satu-satunya yang layak disembah adalah Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi ; Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 1:1-3), Dialah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah yang turun kedunia mengenakan tubuh manusia yang telah rela mati untuk menebus semua dosa-dosa kita dan pemerintahan-Nya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mikha 5:1).
Kalau seseorang menjadikan objek yang disembah bukan Allah yang benar, maka ia disebut sebagai penyembah berhala.
Berhala adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang melakukan pengabdian atau pelayanan, ia bisa berupa uang, barang, harta kekayaan, kehormatan, pangkat, jabatan, orang yang disayangi, bahkan hobi-hobi yang didalamnya seseorang hatinya dihanyutkan dan ditenggelamkan.
Berhala adalah sesuatu atau satu pribadi yang dianggap paling berharga, sebab mendatangkan kesenangan atau kebahagiaan, keuntungan, dan keamanan. Tentu saja berhala bagi seseorang adalah pusat kehidupan di mana seseorang bergantung dan jiwanya melekat. Seseorang tidak akan merasa lengkap tanpanya. Kehidupan ini akan menjadi sepi dan kosong tanpanya. Dengan demikian seseorang tidak bisa hidup tanpanya.
Kalau seseorang menjadikan Pribadi Tuhan semesta alam sebagai Allah, maka seseorang tidak bisa menikmati apa pun tanpa persekutuan dengan Dia, dan tanpa hidup dalam keharmonisan dengan Dia. Dia adalah Pribadi yang bisa membahagiakan jiwa manusia. Dengan demikian Tuhan adalah Pribadi yang bisa dinikmati. Berbeda dengan kuasa jahat yang hanya bisa memberi kebahagiaan atau kesenangan dengan menggunakan fasilitas materi dunia ini, sebab kuasa gelap atau iblis sendiri tidak dapat dinikmati. Iblis bisa menyenangkan jiwa manusia dengan berbagai fasilitas dunia sehingga manusia tidak merasa membutuhkan Tuhan, sampai jiwanya tidak dibiasakan menikmati Tuhan, sampai tidak akan pernah bisa menikmati-Nya. Dengan demikian, kalau seseorang bisa menikmati dunia ini tanpa persekutuan dengan Tuhan, berarti ia tidak menjadikan Tuhan semesta alam sebagai Allahnya. Itu berarti ia sedang menyembah iblis.
Ditinjau dari standar umat Perjanjian Baru, bangsa Israel sebenarnya memberhalakan kemakmuran, kejayaan, dan kenikmatan dunia ini. Mereka berurusan dengan Allah karena hendak mendapatkan kemakmuran jasmani. Tetapi tentu saja bangsa Israel tidak bisa dikenai ukuran kebenaran yang harus dikenakan oleh umat Perjanjian Baru. Sikap hidup mereka masih bisa ditolerir. Seperti yang dikemukakan di atas berkenaan dengan keberhalaan, bahwa yang bermain adalah sikap batiniahnya. Hendaknya kita tidak berpikir, bahwa hanya orang yang pergi ke dukun atau mempunyai jimat yang dianggap sebagai memiliki berhala dan bersikap durhaka kepada Tuhan. Walaupun seorang Kristen tidak pergi ke dukun, tetapi kalau kesenangan hidupnya tertumpu pada objek tertentu selain Allah pencipta langit dan bumi, maka itulah berhalanya. Paulus mengatakan kepada jemaat Filipi mengenai orang-orang yang tuhannya adalah perut mereka sendiri. Di sini, allah mereka adalah kepuasan duniawi.

Sebenarnya banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka masih memiliki banyak berhala. Tetapi mereka merasa tidak memberhalakan sesuatu, hal ini karena mereka merasa berurusan dengan Tuhan sebagai orang yang beragama dan mengambil bagian dalam pelayanan. Seharusnya, untuk menjadikan Tuhan semesta alam sebagai Allah, seseorang harus melepaskan semua yang dipandang yang dapat menjadi berhalanya. Contoh kecil dalam kehidupan ini sering kali seseorang lebih senang menghabiskan waktunya didepan layar televisi, menonton film sinetron berjam-jam dari pada memberi waktu membaca Alkitab dan mengenal kebenaran-Nya. Dalam hal ini televisi dan tontonan tersebut sudah menjadi berhalanya.
Untuk melepaskan kebiasaan ini tentu saja ini bukan sesuatu yang mudah.
Jiwa, pikiran dan rohnya harus diisi dengan kebenaran Firman Tuhan secara ketat dan memadai setiap hari, kebenaran-kebenaran yang diserapnya tersebut akan menyadarkannya bertapa dalamnya ia telah jatuh dan jauh dari hidup dalam kehendak Tuhan.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh dan berkomitmen menjadikan Tuhan sebagai kesenangan hidup satu-satunya, Tuhan pasti memampukan kita untuk hanya menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya Pribadi, Objek penyembahan seluruh hidup kita.

Sesungguhnya keterikatan dengan dunia ini adalah suatu perhambaan, artinya kepada siapa hati seseorang terikat kepadanya ia mengabdikan dirinya. Sebagai orang percaya yang mengerti kebenaran, kita harus berani menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaan dan perlindungan satu-satunya. Tidak ada yang kita andalkan selain Tuhan. Dengan demikian kita tidak memiliki berhala apa pun. Dengan sikap ini juga secara tidak langsung ini kita menantang zaman yang fasik dan jahat ini.

Wahyu 21:8 
Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."
Amin.

Kamis, 23 November 2017

SATU-SATUNYA KEBAHAGIAAN HIDUP


Matius 6:21
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Tuhan mengatakan dimana hartamu berada disitu hatimu berada, hal ini hendak menunjuk siapakah yang menjadi harta kesayangan kita disanalah hati kita, kebahagiaan kita dilekatkan.
Jika seseorang menjadikan harta dunia sebagai harta kesayangan maka Tuhan tidak mungkin menjadi harta abadinya atau kebahagiaannya sebab seseorang tidak bisa mengabdi kepada dua Tuan.
Di zaman ini, manusia sudah terbiasa membangun kebahagiaannya oleh kekuatan materi atau kekayaan dunia. Filosofi ini telah meracuni juga banyak orang Kristen dan para rohaniwan. Kita semua juga pernah menjadi korban dari filosofi yang sesat tersebut. Akibat dari filosofi tersebut belumlah tuntas dalam kehidupan kita hari ini. Tanpa kita sadari, cara berpikir kita masih sering terpengaruhi oleh filosofi yang salah tersebut. Kalau kita tidak berjuang sungguh-sungguh untuk mengenakan cara berpikir yang baru, yaitu pikiran dan perasaan Kristus, maka cara berpikir yang sesat tersebut bisa menggagalkan proses menuju kesempurnaan atau menjadi serupa dengan Yesus.

Biasanya orang memahami kebahagiaan sebagai perasaan senang, sukacita karena keadaan nyaman, tidak ada ancaman, atau karena keinginannya dipuaskan, serta cita-citanya tercapai. Inilah pengertian kebahagiaan yang dipahami oleh hampir semua manusia. Sebenarnya, kebahagiaan tergantung dari cara seseorang memandang hidup. Kalau cara pandang hidup sudah salah, menganggap yang dapat membahagiakan hatinya adalah sesuatu yang menjadi target, maka ia akan diperbudak oleh sesuatu yang menjadi target tersebut. Kebahagiaan seseorang menjadi sangat relatif, artinya tergantung persepsi seseorang mengenai apa kebahagiaan itu dan cita rasa jiwa yang biasa dialami atau dinikmati setiap hari. Melalui berbagai sarana (baik yang didengar, dilihat, dan dialami) atau pengalaman hidup, filosofi manusia terbentuk dalam memandang apa yang dapat membahagiakannya.

Zaman ini mengkondisikan manusia untuk memiliki kebahagiaan yang ditopang dan ditentukan oleh materi kekayaan dunia dengan segala hiburannya. Tidak dapat dibantah, di dunia yang materialistis ini, pikiran manusia diarahkan untuk mengakui bahwa uanglah sumber kebahagiaan. Dunia juga mengkondisikan manusia untuk merasakan betapa hebat kekuatan uang dan nyata dapat menjadi sumber kebahagiaan bagi hampir semua orang. Dengan demikian, banyak orang diarahkan untuk menjadikan uang sebagai kebahagiaannya. Seseorang yang sumber kebahagiaannya adalah uang akan menjadikan uang sebagai tujuan hidup. Ia akan berpikir bahwa semakin banyak uang yang dimiliki, maka ia merasa semakin memiliki kebahagiaan. Cara berpikir ini juga telah meracuni pikiran banyak orang Kristen, sehingga mereka juga tertawan oleh filosofi tersebut.

Kalau seorang Kristen mengandalkan kekayaan dunia dan segala hiburannya sebagai kebahagiaannya, maka ia tidak pernah bisa berurusan dengan Tuhan secara benar. Mereka adalah orang-orang yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya. Tentu saja mereka tidak dapat diubah oleh Tuhan. Ini berarti keselamatan tidak pernah terwujud dalam kehidupan mereka. Sesungguhnya, inilah yang diupayakan oleh kuasa kegelapan agar keselamatan tidak pernah terwujud dalam kehidupan umat pilihan. Dalam hal ini Iblis bisa menyusup dalam gereja, melalui mimbar-mimbarnya mengajarkan teologi kemakmuran yang mengarahkan manusia kepada filosofi bahwa Tuhan bukan satu-satunya kebahagiaan hidup. Dengan demikian, jemaat terparkir di dunia sehingga tidak mengalami keselamatan yang disediakan oleh Tuhan Yesus. Mereka terseret oleh zaman ini sehingga tidak pernah dapat menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya. Mereka tidak pernah mengalami damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus bagi orang percaya.

Orang Kristen yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaannya tidak pernah menjadi mempelai Kristus (2 Korintus 11:2-3). Ini berarti mereka menjadi orang yang tidak setia kepada Tuhan. Di mata Tuhan, mereka dinilai sebagai orang-orang yang bersahabat dengan dunia ini. Padahal persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Dengan tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan, maka seseorang bukan saja gagal menikmati damai sejahtera Tuhan, tetapi juga membinasakan dirinya. Orang-orang Kristen seperti ini, sudah pasti gagal untuk mencapai keadaan berkodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Dalam hal ini dapat ditemukan suatu kebenaran, bahwa kalau seseorang menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaan, maka tidak mungkin ia bisa hidup ceroboh atau hidup dalam dosa. Orang yang menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan akan terpacu untuk hidup tidak bercacat dan tidak bercela.

Sebagai umat pilihan yang telah dicelikkan mengenal kebenaran, kita harus berani berprinsip dengan teguh bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya kebahagiaan kita. Untuk ini kita harus berusaha mengubah selera jiwa kita.
Sumber kebahagiaan kita tidak boleh ditopang oleh banyaknya uang dan harta, tetapi ditopang oleh perkenanan Tuhan atas hidup kita dan kehadiran-Nya yang selalu menyertai hidup kita.
Kalau sebelumnya kesukaan kita adalah barang-barang dunia dan segala hiburannya, sekarang kita harus mulai mengarahkan diri kepada Tuhan sebagai kebahagiaan kita satu-satunya. Kita harus dengan sengaja meninggalkan kesenangan dunia ini, dan mulai memberi waktu untuk belajar dengan tekun kebenaran Firman Tuhan dan menyediakan diri bertemu dengan Tuhan dalam doa pribadi. Dengan cara ini sebenarnya kita sedang menantang zaman yang semakin jahat ini.

Amin.

Rabu, 22 November 2017

PANGGILAN MENGUMPULKAN HARTA ABADI


Lukas 12:20-21
20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Menyenangkan hati Tuhan adalah harta abadi yang tidak akan pernah bisa diambil oleh siapa pun.
Tidak keliru kalau hal ini bisa dikatakan sebagai “harta di Sorga”, sebab Tuhan tidak akan memperkenan orang yang tidak menyukakan hati-Nya masuk ke dalam Kerajaan-Nya.
Orang kaya dalam Lukas 12:16-21, menggambarkan orang yang hidup hanya untuk kesukaan sendiri.
Ia sibuk dengan segala cita-cita dan keinginan-keinginannya sendiri tanpa mau mengerti dan tidak memperhatikan bagaimana keinginan, maksud Tuhan menciptakan dirinya dan menempatkan dirinya supaya dapat melakukan kehendak Tuhan pada zaman ia hidup.
Sikap seperti ini adalah sikap yang gagal  menyenangkan hati Tuhan.
Akhirnya ia mati dalam keadaan tidak kaya di hadapan Tuhan (Lukas 12:20-21).
Hal ini sejajar dengan yang dikisahkan oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 16:19-31. Dalam kisah tersebut Tuhan Yesus menunjukkan nasib orang kaya yang tidak menyukakan hati Tuhan di kekakalan.
Oleh karena ia membiarkan Lazarus mati dalam penderitaan di depan matanya, maka orang kaya tersebut tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Tuhan Yesus (Matius 25:41-46).

Hari-hari ini pun Tuhan memberi kesempatan bagi setiap orang percaya untuk mengumpulkan harta di Sorga, hendaknya kita tidak mengabaikannya.
Perlu selalu disadari bahwa panggilan hidup orang percaya adalah mengumpulkan harta di sorga dan bukan harta dibumi (Matius 6:19-20).
Tuhan memberi waktu yang terbatas di bumi ini untuk menunjukkan atau membuktikan bahwa apakah kita mengasihi Tuhan dengan berusaha menyenangkan hati-Nya.
Orang yang gagal menyenangkan hati Tuhan berarti gagal menjadi anak-anak Allah.
Sebab anak-anak Allah ditandai dengan kehidupan menyukakan hati-Nya.
Inilah harta Sorga yang harus dikumpulkan melalui proses dalam perjalanan waktu.
Proses, maksudnya adalah adanya tahapan-tahapan perubahan dari sikap hati menyukakan hati sendiri kepada menyukakan hati Tuhan.
Sikap hati menyukakan diri sendiri ini tidak mudah diubah, karena sudah berakar lama, belasan bahkan puluhan tahun.
Pertumbuhan memiliki sikap menyukakan Bapa sama dengan pertumbuhan kedewasaan rohani memiliki pikiran dan perasaan Kristus; yang kesukaan-Nya melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Jadi, menumbuhkan sikap hati menyukakan Tuhan sama dengan menumbuhkan kedewasan rohani agar kita layak menjadi anak-anak Allah.
Untuk ini seseorang harus menyediakan diri tanpa batas untuk belajar setiap hari melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan dan bukan lagi hidup melakukan kehendak diri sendiri.
Hal ini sama dengan mengumpulkan harta abadi/harta disorga.
Waktu yang tersedia untuk belajar sangatlah terbatas 70-80 tahun saja.
Waktu yang sangat terbatas tersebut adalah modal yang Tuhan berikan kepada kita guna menjadi anak-anak Allah yang bisa diterima dikemah abadi-Nya.
Kalau kita menyia-nyiakan kesempatan ini, maka kita tidak akan memiliki kesempatan yang kedua.

Harta abadi adalah harta kita yang akan kita bawa di kekekalan, harta ini adalah :
pertama, kebenaran Tuhan atau Firman Tuhan atau suara Tuhan (baik logos maupun rhema).
Logos Firman Tuhan biasanya kita dapatkan dalam kemasan pengajaran dan pengertian, sedangkan rhema suara Tuhan secara langsung yang diterima seseorang melalui keadaan dan pergumulan khusus masing-masing individu.
Kedua, perubahan karakter, dari mengenakan karakter manusia dunia menjadi manusia yang mengenakan karakter Kristus, dari manusia yang hidup didalam daging menjadi manusia yang hidup dipimpin oleh Roh, hidup menjadi berkat bagi sesama dan menularkan karakter yang agung ini kepada orang lain yang belum mengenakan karakter Kristus.
Ketiga, penurutan terhadap pimpinan Roh Kudus yang dimateraikan didalam diri kita.
Melalui pekerjaan Roh Kudus yang bekerja dalam segala keadaan dan pengalaman hidup setiap hari didalam hidup kita maka kita dibawa oleh Tuhan untuk mengenal kehendak-Nya untuk dilakukan serta terus mengubahkan kita menjadi pribadi yang berkodrat ilahi yang peka dan semakin mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan apa yang baik berkenan dan yang sempurna (2 Timotius 1:14  Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita).

Untuk mengumpulkan harta abadi, haruslah diperjuangkan dengan benar-benar serius.
Nilai keseriusannya adalah seluruh hidup kita tanpa batas.
Segala bentuk kegiatan dan perjuangan didalam seluruh hidup kita haruslah bertujuan untuk memperoleh harta abadi ini.
Ini adalah sebuah pilihan yang sulit dan bisa dipandang aneh, berlebihan atau ekstrim.
Tetapi tanpa radikalisme menjadi seseorang yang terus berjuang dengan tanpa batas mengumpulkan harta abadi dihadapan Tuhan maka seseorang tidak pernah menjadi kaya di hadapan Tuhan.
Manusia yang mau meresponi panggilan Tuhan untuk mengumpulkan hartanya yang di sorga maka ia akan memiliki harta abadi ini sampai di kekekalan.

Amin.

Selasa, 21 November 2017

KEHIDUPAN YANG MENJADI BERKAT


Roma 12:1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Ibadah dan pelayanan bagi Tuhan bukan hanya kegiatan di lingkungan gereja, tetapi ketika seseorang menggunakan semua potensi dalam hidupnya, baik potensi jasmani maupun rohani, bagi Tuhan itulah ibadah yang sejati (Roma 12:1).
Ibadah yang sejati atau pelayanan harus diwujudkan dalam bentuk tindakan yang tidak melukai siapa pun setiap harinya serta harus menjadi berkat. Menjadi berkat artinya melalui hidup kita, orang di sekitar kita diselamatkan.
Keselamatan itu meliputi manusia bisa diperkenankan masuk dunia yang akan datang dengan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat dan menggelar kehidupannya seperti yang Tuhan Yesus kehendaki (Yohanes 14:6), dan dikembalikan pada rancangan semula menjadi pribadi-pribadi yang taat kepada Bapa. Ini berarti mereka tergiring menjadi anggota keluarga Allah dengan proses penyempurnaan menjadi seperti Tuhan Yesus.

Sikap hidup orang yang dikembalikan kepada rancangan Allah yang semula maka ciri utama yang akan dimunculkan adalah sikap hidup yang menjadi berkat bagi sesamanya, sikap hidup ini adalah sikap hidup menjadi surat terbuka yang bisa disaksikan oleh manusia yang belum mengenal Injil/keselamatan dari Tuhan Yesus membuat mereka melihat dan menemukan cara menggelar hidup apa yang benar, apa yang kudus dan berlanjut bisa berbuat kebaikan kepada orang lain atau mengasihi sesama sehingga mereka pada akhirnya tidak bisa membantah bahwa ajaran kasih yang sempurna itu hanya ada didalam pengajaran Tuhan Yesus yang membuat mereka bisa menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat yang membuat mereka beroleh selamat dari-Nya dan dari sinilah mereka menemukan teladan, didewasakan dan semakin disempurnakan sehingga menjadi serupa dengan Tuhan Yesus.

Dalam hidup orang yang menjadi berkat, persembahannya bagi Tuhan bukanlah hanya uang yang dimasukkan ke dalam amplop atau persepuluhan, tetapi segenap hidup yang dipersembahkan bagi Tuhan dengan kesadaran bahwa segenap hidup kita adalah milik Tuhan dan hanya untuk kepentingan Tuhan. Tentu saja orang-orang seperti ini akan memperjuangkan kepentingan pekerjaan Tuhan dengan sekuat tenaga, memberikan waktu yang terbaik untuk melayani pekerjaan Tuhan. Bagi orang-orang seperti ini, mereka tidak menjadikan pelayanannya kepada Tuhan sebagai pelengkap hidup dan hanya untuk mengisi waktu luang. Baginya pekerjaan Tuhan adalah seluruh hidupnya, sukacitanya dan kebahagiaannya. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang dipersembahkan sepenuhnya bagi Tuhan tanpa batas.

Untuk menjadikan perjalanan hidup setiap hari sebagai liturgi/penyembahan kepada Tuhan, seseorang harus memiliki keberanian untuk menjadi berbeda dengan cara hidup manusia lain. Dan ini merupakan proses panjang dan pergumulan yang tidak mudah. Banyak orang Kristen tidak pernah mencapai level ini, sebab pada umumnya orang selalu hidup lebih banyak diisi dengan hal yang tidak menggiringnya kepada kedewasaan rohani. Untuk ini harus ada perubahan mind set yang signifikan. Agar mind setnya bisa diubah ia harus tekun mengisi pikirannya dengan kebenaran Firman Tuhan, sebab semua bersumber pada pikiran atau pengertiannya terhadap hidup.
Ibadah yang sejati harus diwujudkan dalam bentuk kehidupan yang membawa berkat dalam bentuk tindakan kasih terhadap sesama, membawa mereka kepada Kristus yang menyempurnakan hidup mereka menjadi manusia yang taat dan berkarakter seperti Kristus yang adalah sempurna.

Yohanes 13:34-35
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Amin.

Senin, 20 November 2017

KESIAPAN MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN YESUS


Kisah Para Rasul 1:10-11
10 Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
11 dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." 

Pernyatakan 2 malaikat Tuhan Yesus yang melayani-Nya di sorga, sudah memperingatkan kepada kita seluruh umat Tuhan bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali dengan cara yang sama yaitu diatas awan awan permai menjemput orang orang kudus-Nya yang didapatinya orang orang yang taat melakukan kehendak Bapa disorga.
Kita harus mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan ini menyangkut kehidupan pribadi kita agar kita diperkenan bertemu dengan Tuhan di awan-awan permai. Ini berarti kita harus selalu mengutamakan perkara-perkara diatas dimana Kristus ada, atau yang memiliki nilai kekal. Hal ini dapat dilakukan dengan kesetiaan terus-menerus belajar mengenal Allah dan kebenaran-Nya serta melakukan kehendak-Nya.

Perjalanan hidup kita hari ini adalah perjalanan persiapan menyambut kedatangan Tuhan yang pasti akan menyatakan diri di awan-awan permai. Dengan persiapan yang baik, kita akan dibawa Tuhan ke tempat di mana Tuhan Yesus berada bersama dengan para malaikat-malaikat kudus serta orang-orang saleh yang telah mendahului kita pulang ke rumah Bapa. Dengan demikian jelaslah bahwa perjalanan anak anak Tuhan adalah pergumulan persiapan menyambut kedatangan Tuhan kedua kali nanti.
Seluruh potensi hidup kita harus diarahkan sepenuhnya kepada persiapan yaitu menyambut kedatangan Tuhan.
Ini artinya ketika seseorang sekolah, kuliah, bekerja, berumah tangga dan lain sebagainya semua itu adalah untuk diarahkan bagi kemuliaan Tuhan Yesus, yang dimana seluruh pencapaian hidupnya adalah sarana untuk supaya ia lebih efektif melayani pekerjaan Tuhan dibumi ini dan terus berjuang dengan tanpa batas mencari perkenanan hidup dihadapan Tuhan.

Fakta yang kita saksikan hari ini, tidak banyak orang Kristen yang menyelenggarakan hidup guna persiapan menyambut kedatangan Tuhan.
Orang Kristen yang tidak mengarahkan fokus hidup untuk menyambut kedatangan Tuhan adalah orang-orang yang Alkitab katakan tidak berjaga-jaga.
Firman Tuhan didalam 2 Timotius 4:5 berkata : "Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!"
Selama kita menantikan kedatangan Tuhan Yesus kita harus bisa menguasai keinginan daging kita yaitu dengan memiliki pengendalian diri dalam segala hal, dikuasai Roh Kudus setiap saat, sabar dalam memikul salib, dan terus setia melakukan kehendak Bapa, menunaikan tugas pelayanan kita kepada-Nya dengan memenangkan jiwa bagi kemualian nama-Nya.

Harus dimengerti bahwa waktu untuk Tuhan menggarap manusia yang ada didunia ini ada batasnya yaitu pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali, ingatlah segala sesuatu ada masanya.
Sisi lain yang harus kita sadari bahwa waktu hidup kita juga terbatas dan ada masanya (70-80 Th).
Betapa bahagianya hidup seseorang yang benar-benar ditujukan kepada Tuhan, sebab hanya dengan berbuat demikian ia mengisi hidup ini secara benar. Dengan demikianlah seseorang memiliki arah hidup yang jelas. Memiliki fokus hidup yang benar atau orientasi hidup yang benar.

Matius 24:46
Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

Amin

Sabtu, 18 November 2017

PERASAAN TERLINDUNGI OLEH HARTA DUNIA


Lukas 12:19-20
19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?

Salah satu yang mengikat kehidupan manusia zaman sekarang ini, yang juga menjadi salah satu semangat atau gairah zaman, adalah perasaan terlindungi dan bahagia yang ditopang oleh kekayaan dunia. Zaman sekarang ini, hampir semua orang berfilosofi demikian, bahwa materi yaitu uang menentukan segala hal, termasuk perasaan terlindungi dan menikmati kebahagiaan hidup. Mereka merasa terlindungi dan menikmati kebahagiaan kalau uangnya banyak. Itulah sebabnya, kemiskinan merupakan hantu yang paling menakutkan bagi mereka, sebab orang miskin dianggap tidak aman dan tidak bahagia. Dengan filosofi tersebut maka segala usaha dan kegiatan hanya ditujukan untuk mengumpulkan uang demi memiliki perasaan terlindungi dan menikmati kebahagiaan. Cara berpikir ini pasti mempengaruhi hidup semua orang di seluruh dunia, termasuk orang-orang Kristen. Akhirnya, perasaan terlindungi dan menikmati kebahagiaan sudah menjadi gaya hidup manusia pada umumnya.

Perasaan terlindungi dan bahagia tersebut baru disadari sebagai fantasi pada waktu ada perang, keadaan kacau karena terorisme, dan suasana kacau karena adanya suatu huru-hara lainnya. Kejahatan dan kekejaman manusia tidak bisa ditanggulangi dengan uang. Demikian pula, pada waktu ada di dalam pesawat yang mengalami kecelakaan di posisi belasan kilometer di atas bumi. Betapa pun canggihnya peralatan elektronik pesawat, tidak akan dapat mengalahkan ganasnya alam atau cuaca yang sedang bergolak. Juga pada waktu dokter menyatakan bahwa tidak ada lagi obat atau peralatan medis apa pun yang dapat menyembuhkan suatu penyakit, maka penderita penyakit barulah menyadari betapa tidak berdayanya manusia. Uang juga menjadi tidak berarti sama sekali ketika manusia menghadapi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapi, angin topan, dan lain sebagainya. Ketika manusia menghadapi bencana alam kita disadarkan betapa kecilnya manusia dan betapa tidak berartinya uang atau kekayaan kita.

Banyak orang tidak berpikir serius bahwa suatu saat pasti mereka ada di pembaringan terakhir. Ini adalah keadaan yang paling kritis dan krisis dalam sejarah kehidupan seseorang. Sebab dalam keadaan di ujung maut tersebut, tidak ada yang dapat menemaninya, apa pun dan siapa pun. Ia akan ada di kesendirian yang menggetarkan. Keadaan yang paling mengerikan adalah akhir sejarah dunia nanti. Firman Tuhan mengatakan bahwa pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap (2 Petrus 3:10). Bumi ini akan menjadi lautan api yang luar biasa dan sangat mengerikan. Pada waktu itu tidak ada yang dapat menopang manusia. Harta atau uang sama sekali tidak berarti. Semua contoh yang ditunjukkan di atas menunjukkan betapa tidak berartinya kekuatan kekayaan dunia atau uang.

Terkait dengan hal tersebut Firman Tuhan mengatakan: “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Filipi 2:12). Pernyataan Firman Tuhan ini menunjukkan agar kita lebih memedulikan keselamatan jiwa kita dari segala hal. Tuhan merencanakan keselamatan atas semua umat manusia, yaitu bagaimana mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Tuhan hanya memiliki rencana ini, tidak ada rencana lain. Orang yang tidak masuk dalam rencana ini tidak layak dilindungi, baik di bumi hari ini apalagi di kekekalan. Orang yang mencari kekayaan dunia untuk membangun perasaan terlindungi dan kebahagiaan, adalah orang-orang yang menolak rencana Allah. Mereka malah tidak terlindungi dan pasti binasa. Mereka pasti memberhalakan kekayaan.

Sebagai umat pilihan kita harus hanya fokus pada keselamatan yang Tuhan sedang kerjakan atas umat pilihan-Nya. Kalau kita masuk proyek ini, maka apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini mendatangkan kebaikan bagi kita. Kebaikan itu adalah menjadi serupa dengan Yesus, yang sama artinya berkeadaan sebagai anak-anak Allah. Jadi, bukan hanya berstatus sebagai anak Alah, tetapi benar-benar berkeadaan sebagai anak Allah. Hanya orang yang berkeadaan sebagai anak Allah dalam karakternya, dinyatakan sah sebagai anak-anak Allah (Yun. huios), yaitu mereka yang telah mendapat didikan dari Bapa (Ibrani 12:5-10). Mereka yang tidak mendapat didikan adalah anak-anak gampang atau anak yang tidak sah (Yun. nothos).
Dengan menjadi anak-anak Allah (Huios) kita tidak perlu kuatir dan takut terhadap apa pun dan siapa pun. Dari hal ini seseorang merasa terlindungi dan memang terlindungi oleh tangan yang tidak kelihatan, yaitu tangan Bapa di Surga. Terlindungi oleh tangan Bapa, bukan berarti kita bebas dari persoalan dan kesulitan hidup. Tetapi apa pun yang terjadi semua dalam control dan monitor Bapa yang Mahakuat dan Mahakuasa. Lagipula, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita mendatangkan kebaikan bagi kita untuk bisa serupa dengan Yesus. Perasaan terlindungi dan merasa bahagia didasarkan pada kekuatan kekayaan dunia adalah penyesatan yang harus ditelanjangi. Dengan demikian kita dapat menantang zaman ini.

Ketika kita masih mencintai dunia sebagai tempat mencari kebahagiaan hidup maka akan menjadi mustahil untuk kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa.
Kita harus mulai dengan berani mencintai Tuhan lebih dari segala yang ada, maka Tuhan akan memproses kita untuk mendatangkan kebaikan, yaitu sampai kita bisa berkata " Hanya Tuhan lah kebahagiaanku".

Amin.

Jumat, 17 November 2017

KEADAAN YANG SEHARUSNYA DIMILIKI


Matius 5:20
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Dalam Matius 5:20 Tuhan hendak menunjuk suatu keadaan yang seharusnya dimiliki oleh orang percaya.
Kata hidup “keberagamaanmu” dalam Matius 5:20 adalah dikaiosune (δικαιοσύνη).
Kata ini lebih tepat diterjemahkan kebenaran yang bertalian dengan kelakuan, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yaitu sikap hati dan pola berpikir kita.
Keadaan yang semestinya dimiliki, menunjuk kepada keadaan manusia yang seharusnya dikenakan sesuai atau seperti yang dirancang oleh Allah sejak semula ketika diciptakan.
Jadi, kalau orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan hidup melebihi dari kelakukan, sikap hati dan pola berpikir ahli Taurat dan orang-orang farisi, maksudnya bahwa manusia dibawa kepada keadaan sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia itu.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia tidak berkeadaan seperti yang Allah kehendaki.
Inti keselamatan dari Tuhan Yesus adalah manusia dapat kembali berkeadaan seperti yang Allah inginkan. Bisa dimengerti kalau Tuhan Yesus mengatakan kita “harus” sempurna seperti Bapa.

Dengan pernyataan Tuhan Yesus bahwa orang percaya harus lebih benar dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hal ini mengisyaratkan bahwa penerimaan dan tuntutan Bapa terhadap umat Israel yang masih hidup di dalam Taurat dengan umat Perjanjian Baru adalah berbeda.
Dengan demikian orang percaya sebagai umat Perjanjian Baru harus memiliki standar moral lebih dari umat Perjanjian Lama yaitu moral yang tidak bercacat dalam seluruh perilakunya baik dari sikap hati, motivasi hati, cara berucap hingga perbuatannya yang adalah untuk memuliakan Tuhan.
Demikianlah, mereka yang diberi banyak dituntut banyak, sedangkan yang diberi sedikit dituntut sedikit.
Orang percaya yang mengenal Tuhan Yesus dan Injil-Nya berarti diberi banyak, maka dituntut banyak, yaitu harus sempurna seperti Bapa atau menjadi serupa dengan Tuhan Yesus (Matius 5:48 ; Roma 8:29).
Kalau Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya harus berkeadaan diterima oleh Allah melebihi dari ahli Taurat dan orang Farisi, berarti orang percaya harus hidup berstandarkan Tuhan Yesus sebagai teladannya.
Bisa dimengerti mengapa Paulus mengatakan bahwa ia berusaha untuk berkenan.
Usaha Paulus untuk berkenan bukan supaya bisa selamat, sebab keselamatan hanya oleh anugerah dari Tuhan Yesus yang menebus dosa kita diatas kayu salib.
Paulus berusaha berkenan sebab Paulus tahu setiap anak-anak Allah yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat harus memberikan respon terhadap keselamatan yang Tuhan berikan dengan hidup menuruti jalan kebenaran yang ditunjukkan-Nya, dalam hal ini Tuhan Yesus menghendaki kita memiliki standar kebenaran seperti Dia telah hidup (1 Yohanes 2:6). 
Berkenaan dengan hal ini Paulus sadar bahwa semua manusia harus menghadap tahta pengadilan Kristus untuk dihakimi menurut perbuatannya baik ataupun jahat.

Dengan demikian berkenan artinya berkeadaan diterima oleh Allah sesuai dengan standar yang diinginkan oleh Tuhan.
Berkenan yang dimaksud oleh Paulus adalah diterima dalam rumah Bapa sebagai anggota keluarga Kerajaan.
Hal ini lebih dari sekadar masuk dunia yang akan datang, tetapi keadaan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus, menjadi anggota keluarga-Nya.
Amin.

Kamis, 16 November 2017

HARTA YANG PALING BERHARGA


Matius 13:44-52
44 "Kerajaan Surga adalah seperti harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu disembunyikannya lagi. Dan, karena sukacitanya, ia pergi, menjual semua yang dipunyainya, dan membeli ladang itu.
45 Sekali lagi, Kerajaan Surga adalah seperti seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
46 Ketika ia menemukan sebuah mutiara yang bernilai tinggi, ia pergi dan menjual semua yang dipunyainya, lalu membeli mutiara itu.
Kerajaan Surga seperti Jala yang Penuh Ikan
47 "Demikian juga, Kerajaan Surga adalah seperti jala yang ditebarkan ke dalam laut, dan mengumpulkan berbagai jenis ikan.
48 Ketika jala itu penuh, mereka menyeretnya ke pantai dan duduk, lalu mengumpulkan ikan-ikan yang baik ke dalam keranjang-keranjang besar, tetapi membuang yang tidak baik.
49 Jadi, itulah yang akan terjadi pada akhir zaman. Para malaikat akan keluar dan memisahkan yang jahat dari orang-orang benar,
50 dan melemparkan orang-orang jahat itu ke dalam tungku api. Di tempat itu akan ada ratapan dan kertak gigi.
51 Sudahkah kamu mengerti akan semua ini?" Mereka berkata kepada-Nya, "Ya.
52 Dan, Yesus berkata kepada mereka, "Karena itu, setiap ahli Taurat yang telah menjadi murid Kerajaan Surga, ia seperti tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari kekayaannya.

Konsep kebahagiaan hidup dalam benak kebanyakan orang hari ini adalah dapat memperoleh kuasa, kekayaan, dan popularitas.
Pertanyaannya, apakah yang paling berharga dalam hidup Anda hari-hari ini? Apakah harta, status sosial, atau jabatan? Apakah ketiga hal itu memberikan menjamin kepastian hidup abadi? Ketiganya sama-sama tidak abadi. Menurut perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus, yang paling berharga adalah Kerajaan Surga. Bagai harta karun yang terpendam, maka Kerajaan Surga layak diperjuangkan. Bagaimana perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari?
Tentu kita harus rela hidup dibawah pimpinan dan kedaulatan Tuhan secara mutlak, ini artinya kehendak kita harus kita tanggalkan tanpa sisa, sebab kita tidak diperkenankan mengabdi kepada dua kehendak yang juga sejajar mengabdi kepada dua Tuan.
Yang boleh menjadi kehendak kita satu-satunya adalah melakukan kehendak Tuhan, menyelesaikan pekerjaan-Nya dan bukan lagi melakukan kehendak diri sendiri (Yohanes 4:34).
Dengan irama hidup seperti inilah pemerintahan Kerajaan Allah bisa dihadirkan didalam kehidupan kita, dimana kita menjadi penurut-penurut Allah dalam segala hal demi Tuhan Yesus dimuliakan.

Tuhan Yesus memberikan perumpamaan mengenai Kerajaan Surga.
Kali ini Kerajaan Surga pertama-tama diumpamakan sebagai harta terpendam di sebuah ladang dan mutiara yang sangat berharga.
Keduanya menggambarkan sesuatu yang sangat berharga sehingga yang menemukannya rela menjual segala miliknya demi mendapatkannya.
Maksud dari perumpaan ini adalah seseorang yang ingin mengikuti Tuhan Yesus harus bersedia meninggalkan segala sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah dan berkomitmen penuh untuk mengikut jejak hidup Tuhan Yesus.
Komitmen ini adalah kesediaan diri meninggalkan cara hidup orang berdosa untuk kemudian mengenakan cara hidup baru yang berasal dari Firman Kristus (Lukas 14:33).
Komitmen ini penting untuk dipelihara sebab seseorang yang tidak bersedia menanggalkan manusia lamanya tidak dapat menjadi murid Tuhan, artinya tidak bisa diubah, tidak bisa dididik untuk mengenakan cara hidup warga Kerajaan Surga yang bisa berjalan seiring dengan Tuhan.

Kerajaan Surga juga diumpamakan pukat yang menjaring berbagai ikan.
Ikan yang baik dan buruk dipisahkan.
Dalam Matius 3:12 Alkitab berkata : Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
Sebagai orang percaya kita harus sadar betul bahwa hari-hari ini adalah masa penampian dimana pada akhir zaman ini Tuhan sedang melakukan penampian secara besar-besaran atas seluruh umat manusia, menampi lalang dari gandum, memisahkan kambing dari domba, memperjelas perbedaan antara orang-orang fasik dan orang-orang benar, menuntun orang-orang yang hidup kudus semakin kudus. Dan penampian akan pertama-tama terjadi di dalam rumah-Nya, di dalam gereja-Nya sendiri (1 Petrus 4:17).
Suasana dunia ini merupakan bentuk penampian yaitu pembuktian apakah seseorang layak disebut anak Allah atau tidak. Dunia akan digoncang dengan berbagai kesulitan hidup dari berbagai sektor (ekonomi, politik, keamanan, ekosistim bumi, kesehatan dan lain sebagainya). Goncangan yang sangat penting yang perlu selalu diwaspadai orang percaya adalah goncangan yang membuat hidupnya menjadi berlaku seperti orang fasik. Tanpa ketekunan belajar kebenaran Firman Tuhan dan hidup dalam tuntunan Tuhan melalui Roh Kudus seseorang pasti hanyut menjadi fasik seperti dunia, hidup dalam penurutan diri sendiri yang sama dengan menyembah iblis.
Orang yang bisa membuktikan bahwa ia tetap berlaku setia kepada Tuhan, tetap berpegang teguh dan bertekun menghidupi ajaran-Nya, mengerjakan keselamatannya ditengah-tengah pengaruh kefasikan didalam dunia ini maka ia akan disertai Tuhan sampai pada kesudahan zaman hingga memperoleh mahkota kehidupan kekal.

Diayat 52 Tuhan mengatakan bahwa ahli Taurat yang telah menjadi murid Kerajaan Surga, ia bagai pemilik rumah yang mengeluarkan harta yang baru maupun yang lama dari kekayaannya.
Maksud dari pernyataan Tuhan Yesus adalah ahli Taurat yang mau mengikuti jejak-Nya harus dengan rendah hati menerima segala pemahaman baru mengenai Kerajaan Surga yang diajarkan oleh Tuhan Yesus yang sebelumnya mereka telah memiliki pemahaman lama mengenai hukum Allah.
Sebagai contoh Tuhan memberikan pemahaman baru mengenai cara mengasihi sesama dengan sempurna, Tuhan berkata dalam Matius 5:43-44 "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu".
Namun demikian pengajaran yang baru yang Tuhan Yesus ajarkan, tidaklah untuk meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi melainkan menggenapinya atau menyempurkannya (Matius 5:17).
Menggenapinya juga bisa berarti pada waktu mengenakan tubuh manusia, Tuhan Yesus memberikan teladan dan menjadi yang sulung bagi orang percaya bagaimana hidup penurutan kepada kehendak Bapa secara mutlak, menghidupi hukum Allah secara tepat dan benar didalam segala hal, baik dari kesucian hidup, integritas, ketekunan, kebenaran dan kasih terhadap sesama.
Inilah harta abadi yang hendak diberikan kepada kita agar kita dapat dapat memiliki sifat, watak dan karakter sebagai anak-anak Kerajaan Surga yang memiliki moral yang serupa seperti Tuhan kita Yesus Kristus.
Untuk mendapatkan harta abadi ini, kita harus bersedia barter seluruh hidup kita untuk mengikuti jejak-Nya, hidup seperti Dia telah hidup.

Kalau ada orang yang berani menjual segala sesuatu yang dimilikinya demi harta terpendam, itu berarti kita diajak untuk berani melepaskan kelekatan pada segala milik kita yang sifatnya duniawi.
Kata "semua yang dipunyai" dalam perumpaan ayat diatas berarti segala sesuatu yang berasal dari dunia yang dianggap dapat membahagiakan hidup kita, baik uang, harta benda, hobi, jabatan, status sosial sebagai orang terpandang dan terhormat, segala sifat manusia lama yang masih bisa tersinggung, sombong, tidak mau mengalah, tidak jujur, iri hati, pendendam, suka bersungut-sungut, dan lain sebagainya.
Marilah kita bertekad untuk menghadirkan pemerintahan Kerajaan Surga didalam kehidupan kita dengan cara belajar melepaskan keterikatan pada harta dan status sosial kita dan sifat karakter yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Jika kita diberi kepercayaan oleh Tuhan dengan harta kekayaan yang lebih dan status sosial yang baik hal tersebut bukan untuk dipakai untuk keegoisan diri atau untuk kepentingan diri sendiri, sebaliknya digunakan untuk membangun karakter pribadi yang rendah hati dan mau berbagi dengan sesama. Dengan demikian, setiap orang percaya harus berperan aktif menampilkan karakter Kristus dan menghadirkan suasana Kerajaan Surga demi dapat menarik jiwa-jiwa datang untuk mengenal Pribadi Agung Tuhan kita Yesus Kristus.

Kerajaan Allah adalah harta yang tidak ternilai harganya, walaupun seseorang dapat memiliki seluruh harta kekayaan yang ada didalam dunia ini, mereka akan terus merasa haus dan tidak pernah merasa dipuaskan dari dahaganya sehingga pada akhirnya mereka jatuh kedalam jerat iblis yang membinasakan yang memberinya air palsu yang berasal dari kebahagiaan dunia ini yang bersifat fana.
Lain halnya Kerajaan Surga adalah harta karun yang tidak ternilai, orang yang memperolehnya tidak akan haus lagi, sebab Tuhan Yesus-lah yang akan menghilangkan rasa dahaganya tersebut dengan kasih dan kebenaran-Nya.
Dengan datang kepada Tuhan Yesus, kita akan belajar menjadi seorang murid yang belajar meneladani jejak gurunya.
Dalam hal ini Tuhan Yesus adalah Guru Agung dan Majikan kita dan kita adalah murid dan hamba-Nya yang belajar mengikuti jejak-Nya yang mengabdikan diri kepada seluruh kehendak-Nya.
Dengan belajar dari Tuhan maka kita diberi-Nya air kehidupan yang kekal yaitu dituntunnya kita kepada kehidupan yang sejati sebagai anak-anak Allah yang memiliki hasrat kuat untuk hidup berkodrat Ilahi, berkarakter anak Allah yang terus tinggal didalam Firman-Nya, sehingga buahnya kita mengetahui kebenaran yang sejati, dan ketika kebenaran sejati itu di hidupi secara bertekun maka kebenaran sejati itulah yang akan memerdekakan hidup kita dari belenggu ikatan percintaan dunia, dan pada akhirnya Tuhan sesungguhnya menuntun kita untuk dapat berpakaian lengkap mengenakan pakaian pesta yang diwajibkan bagi setiap penghuni warga Kerajaan Surga dimana Tuhan menuntut setiap kita berkeadaan hidup tak bernoda sebagai mempelai-Nya (Matius 22:1-14).

Harta ini hanya diperoleh dengan cara memusatkan keseluruhan hidup kepada Kristus dan Kerajaan-Nya, mengabdi kepada kehendak-Nya secara penuh dan menjadikan-Nya sebagai satu-satunya alasan kita hidup.
Dalam relasi yang intim dengan Allah, seseorang akan memahami bahwa keintiman tersebut melebihi kemewahan dan kenikmatan apa pun yang pernah ditawarkan dunia kepada manusia.
Amin.

Rabu, 15 November 2017

HARUS DITUNAIKAN SEJAK DI BUMI


2 Korintus 13:11
Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna. Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!

Orang percaya yang benar, setiap hari senantiasa berusaha bagaimana hidup dalam perkenanan Tuhan dan terus mengusahakan diri menjadi sempurna dalam mengenakan atau memperagakan karakter Kristus dalam seluruh perilakunya. Pikiran dan perasaannya selalu disiagakan untuk memperkarakan apakah tindakan-tindakannya, baik yang dipikirkan, diucapkan, dan dilakukan benar-benar sesuai dengan kehendak Allah.
Dengan demikian tidak ada saat di mana dirinya ada di dalam keadaan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Setiap kali merasa ada sesuatu yang salah dalam dirinya, ia selalu melakukan pemberesan segera di hadapan Tuhan, saat itu juga secara langsung.
Ini merupakan tugas yang harus ditunaikan di bumi sampai seseorang mencapai kesempurnaan atau keadaan berkenan di hadapan Tuhan.
Setiap orang percaya yang mengasihi Tuhan harus dengan ketat bersekutu dan berdialog dengan Tuhan secara pribadi dan terus mengadakan pemberesan karakter-karakter yang cacat yang belum dimatikan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan.
Untuk setiap sikap hati dan gerak pikiran yang salah, setiap saat seseorang dapat secara langsung menyelesaikan atau melakukan pemberesan secara pribadi dengan Tuhan.
Dalam hal ini harus dilakukan secara pribadi dengan Tuhan, sebab tidak seorang pun yang dapat memahami keadaan batin seseorang. Dalam keadaan siaga atau berjaga-jaga seseorang dapat selalu menyadari apakah perilakunya sedang menyenangkan hati Allah atau sedang melukai hati-Nya, apakah dirinya sedang di tempat yang benar dan berkenan di hadapan Allah atau sedang dalam keadaan yang tidak berkenan.

Mengapa ada orang Kristen yang tidak yakin bahwa mereka bisa hidup suci sejak di bumi? Hal ini disebabkan karena mereka berpikir bahwa selama hidup di dunia seseorang tidak akan dapat mampu mencapai kesucian berhubung dengan kodrat dosa di dalam diri manusia. Menurut mereka, manusia yang berdosa dengan kodrat dosa adalah manusia yang penuh kelemahan dan kekurangan, telah terkunci dalam keadaan yang tidak bisa mencapai kesucian.
Sampai kapanpun manusia memiliki kecenderungan dosa semata-mata; dalam istilah Latin oleh seorang teolog diistilahkan non posse non peccare.
Dalam keberadaannya sebagai manusia yang telah memiliki kodrat dosa, menurut mereka tidak mungkin manusia bisa hidup dalam kesucian. Mereka lupa bahwa keselamatan dalam Yesus memungkinkan manusia mencapai kesucian yang dikehendaki oleh Tuhan.
Justru didalam Alkitab banyak sekali nasihat agar orang percaya yang telah menerima karya penebusan-Nya harus hidup kudus seperti Tuhan adalah Kudus.
Rasul Yohanes pun dalam suratnya juga menyatakan demikian : "Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci" (1 Yohanes 3:3).

Dalam Alkitab jelas sekali Tuhan memerintahkan setiap orang pilihan-Nya untuk hidup suci selama di dunia (1 Yohanes 3:3 ; 1 Petrus 2:15-16 ; 2 Petrus 3:11 ; Efesus 1:4).
Ketika Tuhan masih mengijinkan atau memberikan kesempatan kepada kita untuk hidup dibumi ini hingga sekarang ini itu berarti Tuhan dalam kesabaran-Nya masih menunggu supaya kita dapat menunaikan kehendak dan rencana-Nya yang menghendaki kita semakin sempurna mengenakan karakter sebagai anak-anak Allah yang hidupnya memiliki keserupaan seperti Kristus telah hidup, yang kemudian mengajarkannya kepada orang lain.
Inilah yang dimaksud Injil, kita sedang menggenapkan rencana Allah dengan menjadi mempelai-mempelai Kristus yang tak bercacat dan tak bernoda yang mempercepat kedatangan-Nya (2 Petrus 3:11-12).

Amin

Selasa, 14 November 2017

SELALU BERSENTUHAN DENGAN TUHAN


Filipi 3:10
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

Buah dari kehidupan seseorang yang selalu bersentuhan dengan Tuhan dapat dirasakan ketika segala sesuatu yang ia lakukan selalu dalam kebersamaan dengan Tuhan dan ditujukan bagi kemuliaan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus, selayaknyalah kita untuk selalu bersentuhan dengan Tuhan guna mengenal Tuhan dengan benar dan mengerti akan kehendak-Nya untuk dilakukan.
Bersentuhan dengan Tuhan setiap waktu adalah momen waktu yang luar biasa, sangat berharga dan mahal.
Seorang yang selalu rindu bersentuhan dengan Tuhan untuk berdialog dengan-Nya akan merasakan “sentuhan” pribadi-Nya.
Dialog ini adalah perjumpaan dua pribadi.
Pribadi yang Agung Tuhan kita Yesus Kristus yang Maha Hadir harus dirasakan secara khusus dan istimewa dalam kehidupan kita secara pribadi.
Dialog tersebut akan membuat keterikatan dua pribadi. Sehingga suatu hari nanti kalau menutup mata ia menyadari bahwa dirinya tidak sendirian, ia tidak terlihat dan merasa canggung bertemu dan berdiri dihadapan Allah secara langsung sebab ia sudah mengenal sosok atau pribadi Allah yang semasa ia hidup ia selalu bergaul karib dengan-Nya.

Nyayian puji-pujian Daud yang tertuang didalam 1 Tawarikh 16:11 Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! menunjuk pribadi Daud yang selalu rindu bersentuhan dengan Tuhan yang membuat Tuhan mau bergaul karib dengan Daud.
Bersentuhan dengan Tuhan secara pribadi akan membangun pengenalan akan Allah. Hal ini sangat bersifat pribadi, subyektif dan tidak ada cara untuk dapat menjelaskan hal ini.
Seseorang harus mengalaminya sendiri. Pengalaman ini bisa dikatakan sebagai pengalaman yang adikodrati (di luar kodrat biasa), supranatural (melampaui yang natural atau biasa), melampaui akal pikiran biasa dan melampaui pengalaman yang sudah ada.
Seseorang yang benar-benar selalu merindukan bersentuhan dengan pribadi Tuhan setiap waktu, maka barulah disebut sebagai benar-bernar ia menemukan Tuhan didalam hidupnya.

Seseorang yang menemukan Tuhan dengan benar bisa kita lihat salah satunya seperti Rasul Paulus, hidupnya pasti akan berubah secara radikal dan luar biasa. Alkitab menggambarkan seperti seseorang yang menemukan harta yang terpendam dan mutiara yang sangat berharga. Ia rela kehilangan segala sesuatu demi harta kekayaan dan mutiara yang indah tersebut (Matius 13:44-45). Menemukan Tuhan seperti menemukan harta yang tak ternilai harganya.
Ciri dari orang yang telah menemukan Tuhan akan rela barter (meninggalkan cara hidup manusia lamanya) demi supaya dapat memperoleh Kristus secara penuh (Filipi 3:7-9).
Selanjutnya ia akan berusaha menanggulangi dosa dan kelemahan karakternya dengan sangat serius, mulai menjadi pribadi yang berdampak bagi keluarga, di pekerjaan, bisnis, dimasyarakat sekitarnya agar kemuliaan Kristus dapat dikenal melalui hidupnya yang memancarkan pesona karakter Kristus yang kuat.
Ia menjadi tidak duniawi, ia akan semakin giat dalam pekerjaan Tuhan baik di keluarga, di pekerjaan, bisnis dan pelayanan, pikirannya selalu tertuju terhadap perkara-perkara diatas dan bukan dibumi, artinya semua yang ia lakukan didalam seluruh aspek kehidupannya hanya semata-mata menjalankan kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Ia akan berusaha melakukan kehendak dan rencana Tuhan dengan pengorbanan segenap hidup untuk Tuhan.
Hal inilah yang disebut sebagai haus dan lapar akan kebenaran.

Bersentuhan dengan Tuhan secara langsung setiap hari akan membentuk kita menjadi pribadi yang ingin berusaha tahu bagaimana penilaian Tuhan terhadap diri kita, apakah kita memuaskan Dia atau tidak.
Ini sangat penting untuk dilakukan sebab ketika Tuhan Yesus mengeluarkan kalimat bahwa “Aku tidak pernah mengenal kamu” sebenarnya berarti Tuhan tidak dapat menikmati hidupnya.
Kata "mengenal" dalam Matius 7:23 adalah GINOSKO artinya merasakan/menikmati.
Mengapa mereka tidak dapat dinikmati oleh Tuhan? Sebab mereka melakukan kehendaknya sendiri, dan bukan kehendak Bapa.
Dengan demikian kalimat “Aku tidak pernah mengenal kamu” artinya bahwa Tuhan tidak menikmati isi kegiatan kehidupan orang tersebut.
Orang tersebut tidak menyukakan hati Tuhan.

Untuk itu, usaha kita hari ini adalah mencari kehendak Tuhan dan melakukannya.
Olehnya untuk hal ini kita perlu selalu bersentuhan dengan Tuhan Yesus setiap saat sehingga setiap kegiatan diseluruh hidup kita bisa dinikmati dan menyenangkan hati-Nya dan kita semakin mengerti akan kehendak-Nya untuk kita lakukan dimanapun kaki kita akan melangkah.
Dengan demikian Kebutuhan hidup kita satu-satunya adalah selalu bersentuhan dengan Tuhan, mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya".

Amin.

Senin, 13 November 2017

MEWASPADAI RAKSASA KUAT DI AKHIR ZAMAN (Bagian-2)


1 Timotius 6:6-10
6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Sesungguhnya pemenuhan kebutuhan jasmani tidak menjadi hal yang utama dalam hidup Kekristenan, Rasul Paulus mengatakan "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah".
Pada umumnya banyak orang tidak merasa cukup jika mereka belum mencapai keinginan untuk memiliki barang-barang tertentu seperti mobil dengan merek tertentu, tas dan handphone branded, perhiasan, uang deposito dalam jumlah tertentu dan barang-barang fana lainnya yang dianggap dapat memberi kebahagiaan hidupnya.
Orang-orang seperti ini sangat besar dikuasai gairah cinta akan uang yang juga sama dengan orang yang masih mau bersahabat dengan dunia.
Dalam 2 Timotius 3:1-5 salah satu ciri gairah atau spirit manusia pada zaman akhir ini adalah menjadi hamba uang. Dari hal ini, sangatlah jelas bahwa cinta uang yang Firman Tuhan nyatakan sebagai akar segala kejahatan, harus dibahas secara mendalam dan tepat (1 Timotius 6:10). Kata “cinta uang” dalam teks aslinya adalah philarguria (φιλαργυρία).
Kata ini gabungan dari dua kata, yaitu philar dan guria. Philar berasal dari kata phileo yang artinya bersahabat, bukan sekadar berteman; adapun guria berarti uang.
Kata “teman” dalam bahasa Yunani adalah hetairos.
Jadi, philarguria berarti bersahabat dengan uang. Hal ini menunjuk kedekatan dan keterikatan seseorang dengan uang.
Cinta uang artinya keadaan hati yang merasa tidak bahagia jika tidak memiliki uang dalam jumlah tertentu yang diharapkan dapat membahagiakan dirinya. Orang seperti ini akan selalu mengharapkan dan berusaha memiliki uang dalam jumlah yang lebih banyak untuk dapat memenuhi semua keinginannya guna membeli atau memperoleh sesuatu. Biasanya ia juga tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sebenarnya, bukan uang itu sendiri yang dicintai, tetapi segala sesuatu dalam dunia ini (dari barang, kepuasan daging, kedudukan, dan kehormatan) yang dapat diraih dengan uang. Tentu semua itu diharapkan dapat membahagiakan hidupnya. Dengan demikian, orang seperti ini hidupnya bergantung pada kekayaan.

Karena uang, seseorang bisa membunuh, menipu, tidak setia kepada pasangan hidupnya, melanggar sumpah jabatan, korupsi, serakah, egois, sewenang-wenang terhadap sesama, kejam, perang, merusak ekosistem bumi, angkuh, lupa diri, berkhianat terhadap sesama, membangkitkan nafsu berkuasa, mengkhianati Tuhan, dan lain sebagainya. Orang yang bersahabat dengan uang atau cinta uang pasti memiliki watak jahat didalam dirinya.
Tuhan tidak akan berjalan dengan orang seperti ini. Orang yang tidak benar mengenai keuangan yang sama dengan “tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur”, tidak akan pernah dapat mengerti kebenaran, sebagaimana tertulis dalam Lukas 16:11, Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Sebenarnya kalimat “harta yang sesungguhnya” dalam teks aslinya adalah alethinon (ἀληθινὸν). Kata ini berarti kebenaran. Kata yang sama yang digunakan oleh Tuhan Yesus ketika Ia mengatakan: Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Jadi, kalau seseorang cinta uang, maka ia tidak dapat mengenal kebenaran. Dengan demikian, orang yang tidak benar mengenai uang, tidak akan pernah dapat dimerdekakan dari dosa (Yohanes 8:31-36).

“Dosa” dalam teks aslinya di sini adalah hamartia (ἁμαρτία), yang artinya tidak mengenai sasaran atau meleset. Kata ini yang paling banyak digunakan dalam Injil.
Meleset atau yang sama dengan tidak mengenai sasaran, maksudnya adalah tidak sampai pada maksud Allah menciptakan manusia atau tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Inilah maksud keselamatan itu. Orang yang cinta uang pasti tidak mengalami keselamatan.
Seseorang yang sungguh-sungguh mau hidup dalam keselamatan Tuhan Yesus harus terus bertumbuh dalam pengenalan akan kebenaran Injil secara utuh, memahami apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan menghidupinya dalam seluruh gerak dihidupnya, sebab hanya kebenaran-Nya yang memerdekakan.
Dengan demikian, orang yang tidak memiliki sikap yang benar terhadap uang tidak dapat dikembalikan ke rancangan semula Allah, sebab selalu meleset. Memang mereka bisa menjadi orang yang baik di mata masyarakat, tetapi ia tidak pernah bisa hidup dalam ketepatan sesuai dengan kehendak Allah, padahal panggilan orang percaya adalah panggilan untuk sempurna seperti Bapa; yaitu memiliki ketepatan berpikir, berucap, dan berperilaku yang serupa atau segambar seperti peragaan hidup Tuhan Yesus (Roma 8:29).

Tuhan Yesus mengatakan kita harus melepaskan diri dari segala milik agar layak menjadi murid-Nya (Lukas 14:33). Melepaskan diri dari segala milik berarti juga terlepas dari belenggu cinta uang. Orang yang masih terikat dengan percintaan uang, tidak akan dapat berubah dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi dan bertumbuh dalam keselamatan. Bisa dimengerti kalau orang muda yang kaya dalam Matius 19, walau sungguh-sungguh bermaksud mengikut Tuhan Yesus untuk memiliki hidup kekal, menjadi gagal. Karena hatinya telah terikat oleh kekayaan. Akhirnya, orang muda tersebut memilih dunia daripada mengikut Tuhan Yesus.
Oleh sebab itu seseorang harus bersikap benar terhadap uang agar tidak terjebak dalam cinta akan uang. Sikap yang benar adalah menjadikan kekayaan atau uang untuk bersahabat dengan Tuhan. Kita mengikatkan diri dengan Tuhan atau bersahabat dengan Tuhan, menggunakan Mamon atau uang.
Bukan sebaliknya, yaitu bersahabat dengan Mamon dengan menggunakan Tuhan.
Jadi, kalau kita bekerja mencari uang semata-mata karena kita mau melayani Tuhan bukan untuk memuaskan keinginan dan hawa nafsu daging kita.
Uang menjadi sarana yang luar biasa untuk memenuhi rencana Tuhan.

Kenyataan dalam hidup ini, uang sudah menjadi segala-galanya bagi hampir semua orang hari ini. Kita harus menantang keras filosofi cinta uang ini dalam kehidupan kita pribadi dan dalam gereja Tuhan. Kita sendiri harus melepaskan diri kita dari ikatan cinta uang, seberat dan sesulit apa pun usaha tersebut. Tidak terlepas dari belenggu cinta uang berarti membawa diri kepada kegagalan mengalami dan memiliki keselamatan. Inilah yang disebut sebagai dosa materialisme. Seseorang yang masih materialistis tidak akan dapat menantang zaman yang semakin jahat dan fasik ini, sebab ia sendiri menjadi bagian dan mengambil bagian dari perbuatan fasik di zaman tersebut.
Oleh sebab itu sebagai orang yang telah diberi anugerah untuk mengenal kebenaran Injil di zaman ini, kita jangan lagi mengambil bagian dalam dosa-dosa kefasikan dunia ini, jadilah penurut-penurut Allah yang senantiasa melakukan kehendak Allah di zaman ini, jadilah pribadi-pribadi yang menempatkan Tuhan Yesus ditempat yang terutama dalam seluruh gerak hidup kita, sebab hanya kepada Dia saja kita memberikan seluruh yang ada pada diri kita untuk mengabdi dan berbakti kepada kehendak-Nya.
Amin.