Senin, 31 Oktober 2016

MEMAHAMI ARTI "PERCAYA" SECARA BENAR


Yakobus 2:18-20
18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?

Alkitab mengatakan setan-setan (daimonia/roh-roh jahat) percaya hanya ada satu Allah saja, dan mereka gemetar.
Mengapa mereka gemetar? sebab roh-roh jahat telah mengalami betapa dahsyatnya Allah itu, namun mereka tidak hidup didalam ketertundukan kepada kedaulatan Allah, tidak hidup dalam kehendak Allah.
Banyak orang berpikir bahwa kalau mereka sudah merasa percaya kepada Tuhan Yesus, otomatis mereka sudah menjadi umat Tuhan. Akibatnya, banyak orang merasa tenang jika sudah beragama Kristen, dan menjadi anggota gereja tertentu.
Mereka berkata “Apa pun yang terjadi toh saya sudah mempunyai tiket ke sorga, Tuhan sudah memilih saya, tidak peduli apa yang pernah saya lakukan dan apa yang akan saya lakukan”, inilah isi pikiran seorang Kristen yang memiliki percaya yang dangkal dan salah mengartikan isi percayanya secara benar.
Alkitab sejatinya tidak mengajarkan demikian.
Isi percaya seperti ini tidak jauh berbeda dengan setan-setan yang percaya hanya ada satu Allah saja namun mereka membawa hidup dalam kehendak mereka sendiri, hidup suka-suka sendiri dan tidak hidup didalam kehendak dan ketertundukan kepada Allah.

Sesungguhnya menjadi umat pilihan Allah bukan karena stempel organisasi gereja karena sudah dibaptis dan menjadi beragama Kristen.
Menjadi umat pilihan Allah harus atas pengakuan dari Tuhan sendiri, sebab Dia lah yang memilih kita, bukan manusia.
Tanda kita adalah umat pilihan atau bukan terletak pada nilai respons hidup kita apakah setiap saat kita berjalan sesuai dengan kehendak-Nya, dan membayar harga memikul salib setiap hari hidup didalam roh dan tidak lagi menuruti daging.
Tuhan Yesus tidak sembarangan memilih orang menjadi umat-Nya.
Tuhan memilih orang yang berani membayar harga untuk mengikut-Nya.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa untuk mengikut Dia, kita harus menghitung dulu anggarannya (Lukas 14:18).
Ketika menghadapi orang kaya yang mau memiliki hidup yang berkualitas, Tuhan menetapkan harga, dan ketika orang itu meninggalkan Dia, membatalkan keinginannya mengikut Yesus, Ia tidak mau mengurangi harganya (Markus 10:17-22).
Ternyata untuk menjadi pengikut Tuhan harganya adalah seluruh kehidupan kita harus diberikan kepada Tuhan tanpa ada yang disisakan.
Ini artinya orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, hidupnya tidak boleh lagi terikat dengan apapun selain Tuhan dan kerajaan-Nya, hidupnya harus diarahkan sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan, perjalanan hidupnya adalah hanya untuk melayani dan mengabdikan diri untuk hidup bagi kepentingan Tuhan.

Pada abad-abad awal saat Kekristenan baru lahir, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus berani mempertaruhkan segenap hidupnya, menghadapi aniaya dari pihak-pihak yang menentang Injil.
Inilah orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan tidak menyayangkan nyawanya.
Inilah isi percaya yang murni dimana ada tindakan iman yang membuktikan isi percayanya kepada Tuhan dan bukan hanya sekedar percaya karena kagum semata-mata.
Tuhan Yesus tidak akan mengenal orang-orang yang mengaku Kristen, sekedar pengagum namun tidak hidup didalam kehendak-Nya setiap hari.
Orang Kristen yang diakui dan dikenal oleh Tuhan Yesus adalah orang-orang yang selalu ada dalam perjuangan yang memberikan segenap hidupnya untuk dipertaruhkan dan diberikan untuk mengabdi kepada Tuhan.
Yang kerinduannya hanyalah berjalan dengan Tuhan didalam roh dan kebenaran setiap hari guna melakukan kehendak-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Sejatinya orang percaya tidak cukup hanya setuju terhadap pernyataan Alkitab bahwa Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa, tetapi harus mengerti apa dosa itu, bagaimana proses keselamatan itu berlangsung dan bagaimana terlibat memberi diri dimerdekakan dari dosa.
Dosa berarti meleset dari kesempurnaan atau hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Hal ini bukan hanya menyangkut perbuatan yang salah yang melanggar norma etika umum, tetapi keadaan manusia yang tidak sesuai dengan rancangan semula Allah.
Keadaan yang tidak sesuai dengan rancangan semula ini membuat manusia tidak sanggup melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan; kecenderungan hatinya melakukan apa yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Oleh karena hal inilah Tuhan Yesus datang untuk membuat perubahan.
Perubahan dalam diri seseorang itulah wujud nyata keselamatan.

Jadi kalau ada orang Kristen yang keadaan hidupnya tidak berubah untuk semakin memiliki karakter sesuai dengan rancangan Allah semula berarti ia belum selamat dan belum hidup didalam keselamatan dari Tuhab Yesus.
Itulah sebabnya menjadi pekerjaan berat di sepanjang umur hidup ini yaitu belajar mengerti bagaimana rancangan Allah semula dan bertumbuh terus menuju kehidupan seperti yang dikehendaki oleh kita Tuhan Yesus Kristus.
Hal inilah yang dimaksud dengan mendahulukan kerajaan Sorga.
Tanpa usaha untuk hidup berjalan didalam kehendak Tuhan setiap hari secara serius, seseorang tidak akan selamat masuk dalam kerajaan sorga.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus "kamu harus dilahirkan kembali" dengan kata lain setiap orang yang ingin mengikuti Tuhan dan mengaku percaya mereka harus bersedia diubah oleh Tuhan, hidup dalam pertobatan yang benar, meninggalkan kehidupan lamanya sama sekali tanpa ada sisa satupun dan masuk kedalam hidup yang baru menjadi manusia Kristus yang kudus dan taat kepada-Nya.

Oleh karenanya setiap orang percaya harus sama sekali meninggalkan kehidupan dagingnya dan digantikan dengan cara hidup didalam pimpinan Roh Kudus sepenuhnya sehingga mereka terus ada didalam rancangan Tuhan yang semula.
Hidup didalam pimpinan Roh Kudus adalah hidup yang selalu mentaati Firman-Nya dan taat kepada pimpinan Roh Kudus. Dengan demikian ia menjadi pelaku Firman yang melakukan kehendak Bapa tepat sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Didalam Injil Yohanes 3:6 Tuhan Yesus mengatakan : "Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh".
Ayat ini sejajar dengan apa yang Paulus katakan Galatia 5:17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
Orang yang membawa hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus maka ia baru bisa melakukan kehendak Bapa secara benar.
Dengan demikian yang akan masuk kedalam keselamatan dari Tuhan Yesus adalah orang orang yang mau bersedia membawa hidupnya dengan taat melakukan kehendak Bapa di sorga yang sama artinya melakukan kehendak Tuhan kita Yesus Kristus, Sebab : Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Matius 7:21).

Dengan melakukan kehendak Bapa disepanjang hidupnya maka seseorang sudah masuk kedalam rancangan keselamatan Tuhan yang semula yaitu menjadi umat Tuhan yang taat dan segambar dengan-Nya

Amin.

Sabtu, 29 Oktober 2016

PERTOBATAN YANG SEJATI


Matius 18:3  lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Tidak melakukan pertobatan yang sejati dihadapan Tuhan Yesus maka seseorang tidak akan masuk ke dalam kerajaan sorga.
Tuhan Yesus memakai contoh anak kecil untuk mengajarkan sikap pertobatan yang benar yaitu dengan ketulusan dan kerendahan hati untuk mengenakan kehidupan yang baru dihadapan Tuhan.
Anak kecil memiliki sikap yang murni dan terbuka untuk diajar, dibentuk, dan diatur.
Sikap demikianlah yang sesuai dengan sifat Kerajaan Sorga.
Anggota Kerajaan Sorga bukan terdiri dari orang-orang mementingkan kepentingan pribadinya, namun mereka adalah orang-orang yang taat, tunduk, dan hidup bagi kepentingan Tuhan dan selalu bersedia diatur oleh Sang Raja Agung : Tuhan Yesus Kristus.
Jadi Tuhan menunjuk anak kecil sebagai contoh kepolosan yang mudah dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan.
Fakta kehidupan hari-hari ini sering kali banyak menunjukkan adanya pertobatan yang tidak murni yang dilakukan oleh orang-orang Kristen di zaman ini.
Hal yang sudah sering terjadi hari-hari ini, kalau seseorang belum dalam satu keadaan yang terjepit maka belum mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Banyak orang ketika dilanda masalah yang berat di luar kemampuannya untuk mengatasi maka barulah ia mulai datang kepada Tuhan dan rajin pergi ke gereja. Pada hakekatnya orang-orang seperti itu mencari Tuhan dan ke gereja bukan karena untuk mencari Tuhan untuk melakukan pertobatan secara benar, tetapi hanya karena memperoleh jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya.
Ada orang-orang terpidana mati karena kasus-kasus tertentu, sebelum menghadapi eksekusi mereka mulai bersungguh-sungguh beribadah mencari Tuhan.
Perubahan mereka yang drastis tersebut sering selalu dianggap sebagai pertobatan yang benar dan murni. Apakah pertobatan yang dilakukan oleh orang-orang dalam kondisi terdesak adalah pertobatan yang benar?

Fenomena di atas ini ada dalam kehidupan sebagian besar masyarakat Kristen sehari-hari.
Tidak sedikit orang Kristen yang pertobatannya hanya karena didorong oleh kebutuhan fana, yaitu menghadapi masalah-masalah dunia yang berat di luar kemampuannya atau karena kebutuhan jasmani mendesak yang tidak sanggup ia penuhi.
Setelah memperoleh jalan keluar dari persoalan-persoalan hidup tersebut, tidak jarang kalau mereka tidak lagi mencari Tuhan untuk bertumbuh dalam kedewasaan iman yang benar.
Mereka merasa sudah bertobat dan merasa tidak perlu membangun pertobatan yang dewasa atau berkualitas tinggi.
Pertobatan yang benar bukan sekadar karena didorong oleh kebutuhan jasmani, juga bukan sekadar perubahan moral dari moral orang berdosa menjadi moral orang beragama.
Teks Yunani kata "bertobat" di Matius 18:3 adalah "Metanoia" yang artinya perubahan cara berpikir.
Jadi pertobatan yang benar yang dikehendaki oleh Tuhan adalah perubahan pola berpikir (metanoia) secara berkesinambungan.
Tuhan menunjuk anak kecil sebagai tolak ukurnya dimana Tuhan menghendaki pola berpikir kita harus benar-benar murni datang kepada Tuhan bertobat dengan sungguh-sungguh tanpa ada motivasi terselubung, terus membawa diri kepada buah pertobatan yang benar dengan menyelenggarakan hidup yang semakin serupa dengan Kristus.

Sejak manusia jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, manusia tidak mampu membangun hubungan yang harmoni atau ideal dengan Allah.
Seruan pertobatan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus adalah seruan agar manusia dapat menemukan relasinya dengan Allah sebagai kekasih-Nya, yaitu kekasih dalam hubungan antara Bapa dan anak dan hubungan sebagai mempelai Kristus.
Dengan kalimat lain, Tuhan menghendaki adanya hubungan yang istimewa secara nyata dengan diri-Nya.
Dalam hal ini manusia hendak ditempatkan di tempat sesuai dengan rancangan Allah semula yaitu menjadi manusia yang memiliki nature kodrat ilahi yang dalam segala tindakannya selalu sesuai dengan kehendak Bapa.
Sejatinya pertobatan yang benar bukan hanya sekadar berhenti berbuat dosa dan menjadi orang bermoral yang santun melakukan hukum. Pertobatan yang sejati harus didorong oleh kebutuhan yang kuat yaitu Tuhan sendiri sebagai kebutuhan satu-satunya.
Orang-orang seperti ini adalah orang yang tidak akan bertindak sembarangan, setiap kali tindakannya selalu berusaha mengenakan pikiran dan perasaan Kristus.
Inilah buah pertobatan yang sejati yaitu menjadikan Tuhan sebagai kekasih abadi.
Pertobatan yang sejati akan melahirkan atau membuahkan kehidupan hubungan yang istimewa dengan Tuhan.

Pertobatan yang dewasa atau berkualitas tinggi adalah pertobatan yang didorong oleh suatu kebutuhan yang sangat kuat dalam dirinya, bahwa ada rongga kosong dalam jiwanya yang tidak dapat diisi oleh siapa pun dan apa pun kecuali oleh Tuhan Yesus sendiri.
Terkait dengan hal ini, harus dijelaskan bahwa pertobatan bukan sekadar terjadi satu kali seperti sebuah titik, tetapi seperti garis panjang yang harus berlangsung setiap hari bahkan harus berlangsung sepanjang umur hidup kita.
Pertobatan adalah perubahan pola berpikir, yaitu dari cara berpikir manusia fana, berubah mengenakan cara berpikir dan berperasan seperti Kristus.
Memang pertobatan bisa dimulai dari kebutuhan jasmani yang mendesak, kemudian kerinduan untuk memiliki moral yang baik dan tidak mendukakan Tuhan dengan perbuatan yang salah.
Tetapi dalam perkembangannya seseorang harus semakin hidup benar, pertobatannya harus berorientasi pada kesediaan meninggalkan percintaan dunia dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya tujuan didalam hidup, hidup bagi kepentingan-Nya, hidup didalam kehendak-Nya, berjalan didalam kebenaran-Nya setiap hari dan menyelesaikan tugas kehidupan melayani-Nya dengan taat dan setia sampai akhir.
Seiring dengan kesediaan meninggalkan percintaan dan keterikatan dengan dunia dan kesenangannya ini maka seseorang semakin menjadi sempurna di dalam moralnya, semakin bergairah untuk mengasihi Tuhan Yesus dengan tanpa batas.
Itulah sebabnya dikatakan bahwa pertobatan yang benar akan membawa seseorang dalam relasinya yang istimewa atau hubungan yang eksklusif dengan Tuhan.
Relasi ini akan membawanya menjadi orang-orang yang sepenanggungan dengan Tuhan Yesus, ikut mengambil bagian didalam penderitaan memikul beban dalam proyek penyelamatan jiwa-jiwa untuk dibawa kepada pertobatan yang sejati kepada Kristus.
Relasi yang eksklusif ini kelak juga akan membawanya kepada moment dimana ia akan dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerjaaan-Nya yang kekal untuk selama-lamanya (Roma 8:17).

Amin.

MENYADARI LORONG KEKEKALAN YANG SEMAKIN MENDEKAT


Yakobus 2:18-20
18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?

Alkitab mengatakan setan-setan (daimonia/roh-roh jahat) percaya hanya ada satu Allah saja, dan mereka gemetar.
Mengapa mereka gemetar? sebab roh-roh jahat telah mengalami betapa dahsyatnya Allah itu, namun mereka tidak hidup didalam ketertundukan kepada kedaulatan Allah, tidak hidup dalam kehendak Allah.
Banyak orang berpikir bahwa kalau mereka sudah merasa percaya kepada Tuhan Yesus, otomatis mereka sudah menjadi umat Tuhan. Akibatnya, banyak orang merasa tenang jika sudah beragama Kristen, dan menjadi anggota gereja tertentu.
Mereka berkata “Apa pun yang terjadi toh saya sudah mempunyai tiket ke sorga, Tuhan sudah memilih saya, tidak peduli apa yang pernah saya lakukan dan apa yang akan saya lakukan”, inilah isi pikiran seorang Kristen yang memiliki percaya yang dangkal dan salah mengartikan isi percayanya secara benar.
Alkitab sejatinya tidak mengajarkan demikian.
Isi percaya seperti ini tidak jauh berbeda dengan setan-setan yang percaya hanya ada satu Allah saja namun mereka membawa hidup dalam kehendak mereka sendiri, hidup suka-suka sendiri dan tidak hidup didalam kehendak dan ketertundukan kepada Allah.

Sesungguhnya menjadi umat pilihan Allah bukan karena stempel organisasi gereja karena sudah dibaptis dan menjadi beragama Kristen.
Menjadi umat pilihan Allah harus atas pengakuan dari Tuhan sendiri, sebab Dia lah yang memilih kita, bukan manusia.
Tanda kita adalah umat pilihan atau bukan, terletak pada nilai respons hidup kita setiap hari apakah setiap saat kita berjalan sesuai dengan kehendak-Nya, dan membayar harga memikul salib setiap hari hidup didalam roh dan tidak lagi menuruti daging.
Tuhan Yesus tidak sembarangan memilih orang menjadi umat-Nya.
Tuhan memilih orang yang berani membayar harga untuk mengikut-Nya.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa untuk mengikut Dia, kita harus menghitung dulu anggarannya (Lukas 14:18).
Ketika menghadapi orang kaya yang mau memiliki hidup yang berkualitas, Tuhan menetapkan harga, dan ketika orang itu meninggalkan Dia, membatalkan keinginannya mengikut Yesus, Ia tidak mau mengurangi harganya (Markus 10:17-22).
Ternyata untuk menjadi pengikut Tuhan harganya adalah seluruh kehidupan kita harus diberikan kepada Tuhan tanpa ada yang disisakan.
Ini artinya orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, hidupnya tidak boleh lagi terikat dengan apapun selain Tuhan dan kerajaan-Nya, hidupnya harus diarahkan sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan, perjalanan hidupnya adalah hanya untuk melayani dan mengabdikan diri untuk hidup bagi kepentingan Tuhan.

Pada abad-abad awal saat Kekristenan baru lahir, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus berani mempertaruhkan segenap hidupnya, menghadapi aniaya dari pihak-pihak yang menentang Injil.
Inilah orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan tidak menyayangkan nyawanya.
Inilah isi percaya yang murni dimana ada tindakan iman yang membuktikan isi percayanya kepada Tuhan dan bukan hanya sekedar percaya karena kagum semata-mata.
Tuhan Yesus tidak akan mengenal orang-orang yang mengaku Kristen, sekedar pengagum namun tidak hidup didalam kehendak-Nya setiap hari.
Orang Kristen yang diakui dan dikenal oleh Tuhan Yesus adalah orang-orang yang selalu ada dalam perjuangan yang memberikan segenap hidupnya untuk dipertaruhkan dan diberikan untuk mengabdi kepada Tuhan.
Yang kerinduannya hanyalah berjalan dengan Tuhan didalam roh dan kebenaran setiap hari guna melakukan kehendak-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Sejatinya orang percaya tidak cukup hanya setuju terhadap pernyataan Alkitab bahwa Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa, tetapi harus mengerti apa dosa itu, bagaimana proses keselamatan itu berlangsung dan bagaimana terlibat memberi diri dimerdekakan dari dosa.
Dosa berarti meleset dari kesempurnaan atau hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Hal ini bukan hanya menyangkut perbuatan yang salah yang melanggar norma etika umum, tetapi keadaan manusia yang tidak sesuai dengan rancangan semula Allah.
Keadaan yang tidak sesuai dengan rancangan semula ini membuat manusia tidak sanggup melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan; kecenderungan hatinya melakukan apa yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Oleh karena hal inilah Tuhan Yesus datang untuk membuat perubahan.
Perubahan dalam diri seseorang itulah wujud nyata keselamatan.

Jadi kalau ada orang Kristen yang keadaan hidupnya tidak berubah untuk semakin memiliki karakter sesuai dengan rancangan Allah semula berarti ia belum selamat dan belum hidup didalam keselamatan dari Tuhab Yesus.
Itulah sebabnya menjadi pekerjaan berat di sepanjang umur hidup ini yaitu belajar mengerti bagaimana rancangan Allah semula dan bertumbuh terus menuju kehidupan seperti yang dikehendaki oleh kita Tuhan Yesus Kristus.
Hal inilah yang dimaksud dengan mendahulukan kerajaan Sorga.
Tanpa usaha untuk hidup berjalan didalam kehendak Tuhan setiap hari secara serius, seseorang tidak akan selamat masuk dalam kerajaan sorga.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus "kamu harus dilahirkan kembali" dengan kata lain setiap orang yang ingin mengikuti Tuhan dan mengaku percaya mereka harus bersedia diubah oleh Tuhan, hidup dalam pertobatan yang benar, meninggalkan kehidupan lamanya sama sekali tanpa ada sisa satupun dan masuk kedalam hidup yang baru menjadi manusia Kristus yang kudus dan taat kepada-Nya.

Oleh karenanya setiap orang percaya harus sama sekali meninggalkan kehidupan dagingnya dan digantikan dengan cara hidup didalam pimpinan Roh Kudus sepenuhnya sehingga mereka terus ada didalam rancangan Tuhan yang semula.
Hidup didalam pimpinan Roh Kudus adalah hidup yang selalu mentaati Firman-Nya dan taat kepada pimpinan Roh Kudus. dengan demikian ia menjadi pelaku Firman yang melakukan kehendak Bapa tepat sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Didalam Injil Yohanes 3:6 Tuhan Yesus mengatakan : "Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh".
Ayat ini sejajar dengan apa yang Paulus katakan Galatia 5:17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
Orang yang membawa hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus maka ia baru bisa melakukan kehendak Bapa secara benar.
Dengan demikian yang akan masuk kedalam keselamatan dari Tuhan Yesus adalah orang orang yang mau bersedia membawa hidupnya dengan taat melakukan kehendak Bapa di sorga yang sama artinya melakukan kehendak Tuhan kita Yesus Kristus, Sebab : Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Matius 7:21).

Dengan melakukan kehendak Bapa disepanjang hidupnya maka seseorang sudah masuk kedalam rancangan keselamatan Tuhan yang semula yaitu menjadi umat Tuhan yang taat dan segambar dengan-Nya

Amin.

Kamis, 27 Oktober 2016

MEMBANGUN RELASI YANG ISTIMEWA DENGAN TUHAN (Bagian 2)


Yohanes 15:4-6
4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

Barang siapa tidak tinggal didalam Tuhan atau memiliki relasi dengan Tuhan secara serius maka ia akan dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
Kalimat "tinggallah didalam Aku" adalah ajakan dari Tuhan Yesus agar umat terus berusaha membawa dirinya membangun relasi dengan Tuhan dalam persekutuan yang intim dengan-Nya dari waktu ke waktu.
Ini tidak terjadi secara otomatis, harus ada usaha yang serius untuk intens bertemu dengan Tuhan setiap hari untuk berdialog, bersekutu, menyembah dan menyambut segala kehendak-Nya untuk dilakukan didalam hidup kita.
Allah kita adalah Allah yang hidup, tentu Allah kita yang Maha Agung Tuhan kita Yesus Kristus mau dan rindu suara-Nya diperdengarkan bagi umat yang rindu bersekutu dan mau hidup didalam ketaatan melaksanakan kehendak-Nya.
Jika Tuhan tinggal dalam diri kita, ini artinya terbuka kesempatan untuk memiliki persekutuan yang tiada henti dengan Tuhan.
Persekutuan yang tiada henti dengan Tuhan maksudnya adalah ada suatu percakapan/dialog yang terus menerus dengan Tuhan, kapanpun dan dimanapun yang tidak berhenti hanya pada saat berdoa diwaktu-waktu tertentu saja.
Ini suatu kehidupan yang luar biasa.
Inilah yang dimaksud hidup dalam hadirat Tuhan.
Pada zaman Perjanjian Lama, hanya orang-orang tertentu yang dihinggapi Roh Kudus, itupun secara temporal, tetapi pada zaman Perjanjian Baru, semua orang yang mau percaya kepada Tuhan Yesus dihinggapi Roh Allah secara permanen (Efesus 1:13), inilah anugerah itu.
Siapakah manusia sehingga diperkenan memiliki hubungan yang sangat istimewa dengan Pencipta-Nya yang Maha Agung. Ini salah satu dari exousia atau hak istimewa yang diberikan Tuhan Yesus kepada orang yang menerima-Nya (Yohanes 1:12-13).

Orang percaya harus selalu hidup didalam hadirat Tuhan setiap saat.
Tidak semua orang Kristen menyadari dan mau menghargai serta melakukan hal ini.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebab banyak orang Kristen lebih tertarik menghabiskan sebagai besar waktunya sibuk dengan segala urusan fana dan masalah penghidupannya selama dibumi ini.
Tentu hal ini tidak membawanya kepada persahabatan dan relasi dengan Tuhan secara benar.
Orang yang tidak hidup dalam hadirat-Nya berarti tidak hidup dalam pemerintahan Kerajaan Sorga, maka jangan harap ia diperkenan masuk kedalam hadirat-Nya.
Orang-orang seperti ini pasti tidak menghormati Tuhan Yesus secara pantas.
Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi sebab Roh Kudus telah dimeteraikan dalam diri setiap orang percaya.
Masalah sebenarnya ada pada kita, yaitu apakah kita mau dengar-dengaran dan tunduk terhadap otoritas pimpinan Roh Kudus setiap hari guna melakukan seluruh kehendak-Nya.
Orang percaya yang meresponi pimpinan Roh Kudus, maka Roh Kudus mengerjakan dalam dirinya karya besar yang menuntunnya kepada segala kebenaran Tuhan.
Menuntun orang percaya kepada segala kebenaran Tuhan artinya memerdekakan orang percaya dari segala belenggu dosa, supaya orang percaya memiliki keberadaan sikap hidup yang serupa seperti Tuhan Yesus, hidup seperti Dia hidup, kudus seperti Dia kudus.
Inilah pemulihan gambar diri yang benar itu, yaitu dikembalikannya manusia kepada rancangan Allah yang semula dimana manusia mampu hidup sesuai dengan selera Tuhan dan hidup dalam hadirat-Nya.

Roh Kudus aktif menuntun orang percaya kepada kesempurnaan. Kalau seseorang menanggapi penggarapan-Nya maka ia akan bertumbuh dengan baik.
Tetapi kalau ia tidak menanggapi kehadiran Roh Kudus, ia tidak akan bertumbuh, bahkan bisa memadamkan roh sampai menghujat Roh Kudus.
Menghujat Roh Kudus artinya hidup yang tidak memperdulikan kehendak dan pimpinan Roh Kudus sehingga seseorang tidak lagi hidup didalam kehendak-Nya melainkan hidup didalam kehendak dirinya sendiri, inilah yang membuat seseorang hidupnya menuju kedalam kebinasaan kekal karena memiliki dosa yang tidak bisa diampuni (Markus 3:29).
Kenyataan dalam hidup banyak orang Kristen adalah hubungan persekutuan dengan Tuhan yang tidak konsisten. Nyambung hanya pada waktu berdoa di gereja atau ruang kamar pribadi ataupun sedang saat teduh dipagi hari saja, tetapi setelahnya, hubungan itu putus ketika keluar melakukan segala kesibukan melakukan kegiatan hidupnya.
Pada waktu seseorang berdoa, ia berusaha menghayati kehadiran Tuhan. Tetapi ketika di luar seolah-olah ia hidup di semesta di mana tidak ada Tuhan. Hidup suka-suka sendiri dan bertindak sesuai dengan keinginannya.
Inilah salah satu ciri dari kodrat dosa, yaitu hidup tanpa dalam kendali Tuhan.
Manusia mau bebas, tidak mau terbelenggu dalam pengaturan kerajaan Allah.

Tuhan tidak menuntut uang dan harta kita, tetapi Tuhan menghendaki agar hati kita diserahkan kepada-Nya.
Orang yang menyerahkan hatinya kepada Tuhan berarti mengingini Tuhan lebih dari mengingini segala sesuatu.
Tuhan menjadi tujuan kehidupan ini artinya segala sesuatu yang kita lakukan, kita melakukannya untuk Tuhan dan kerajaan-Nya.
Kesalahan yang sangat membahayakan bagi hidup kita adalah tidak fokus hidup bagi kerajaan Allah namun hidup bagi kerajaannya sendiri.
Kesalahan ini dikalimatkan Yakobus dengan pernyataan : Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (Yakobus 1:14-15).
Oleh buah keinginannnya sendiri manusia jatuh kedalam berbagai pencobaan dan penderitaan hidup sehingga ia tersesat kehilangan arah fokus tujuan hidup yang benar.
Tidak ada fokus hidup yang benar kecuali Tuhan Yesus, kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya.
Hendaknya kita tidak lagi menggunakan Tuhan sebagai sarana untuk meraih keinginan-keinginan kita namun sebaliknya kitalah yang harus memberi diri kepada Tuhan untuk dipakai oleh Tuhan sebagai sarana, sebagai alat-Nya untuk menggenapi rencana-rencana-Nya atas dunia ini.
Inilah maksud tujuan manusia diciptakan oleh Tuhan.

Setiap kita yang ingin tinggal didalam Tuhan, menjalin relasi yang istimewa dengan Tuhan Yesus maka hendaknya Tuhan Yesus, kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya harus menjadi fokus tujuan hidup utama kita, setiap tarikan nafas kita, pikiran kita, perkataan dan tindakan kita harus dapat menunjukkan pujian, pemujaan, penyembahan dan ibadah kita kepada-Nya, yaitu hidup didalam kebenaran-Nya dan hidup didalam pimpinan-Nya.
Kerajaan-Nya menunjuk kepada tujuan akhir perjalanan hidup kita ini yaitu kemuliaan bersama dengan Yesus, ini merupakan hidup yang berfokus kepada mengumpulkan harta disorga, setiap saat memikirkan perkara diatas dan selalu mendahulukan hal kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Matius 6:19-21; Kolose 3:1-4; Matius 6:33).
Kebenaran-Nya menunjuk kepada kebenaran Firman Tuhan yang kita pelajari untuk kita kenakan dalam hidup. Seorang yang menjadikan kebenaran Allah sebagai fokus hidupnya/orientasinya tentu akan mempelajari Firman-Nya, mengenakannya didalam seluruh wilayah hidup sehingga melalui hidupnya terang Kristus dapat memancar untuk menerangi jiwa-jiwa yang telah kehilangan arah hidup agar datang kepada Kristus dan hidup didalam-Nya.

Amin.

Rabu, 26 Oktober 2016

MEMBANGUN RELASI YANG ISTIMEWA DENGAN TUHAN (Bagian 1)


Amsal 30:20
20 Inilah jalan perempuan yang berzinah: ia makan, lalu menyeka mulutnya, dan berkata: Aku tidak berbuat jahat.

Didalam kitab kejadian tertulis Adam yang sudah memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat yang dilarang oleh Tuhan dan kemudian ia melemparkan kesalahan itu kepada Hawa, akhirnya Hawa pun berlaku yang sama melemparkan kesalahan kepada ular yaitu penjelmaan dari iblis yang telah memperdaya Hawa agar memakan buah yang dilarang Tuhan.
Inilah perzinahan rohani yang digambarkan di Amsal 30:20, ayat ini sejajar dengan Ibrani 12:16 yang menyatakan perzinahan Esau karena ia telah menjual hak kesulungannya hanya untuk sepiring makanan.
Ini merupakan peringatan kehidupan Kekristenan kita hari-hari ini, banyak orang Kristen yang mengaku bahwa Tuhan adalah segalanya, padahal sebenarnya mereka masih mencintai dunia.
Hal ini terbukti dengan kenyataan bahwa banyak mereka yang mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini, bersahabat dengannya untuk melengkapi hidupnya dan sebagai tempat mencari sukacita hidupnya.
Banyak orang sesat dalam pikirannya, mereka merasa sudah menjadikan Tuhan segalanya, tetapi sebenarnya belum bahkan tidak sama sekali.
Menjadikan Tuhan segalanya berarti dalam hidup ini yang dapat membuat dirinya merasa bahagia dan lengkap hanyalah Tuhan.
Umat Perjanjian Baru harus dapat menjadikan Tuhan Yesus segalanya dalam hidupnya.
Orang Kristen yang tidak menjadikan Tuhan segalanya tidak dapat menjadi umat yang layak bagi Tuhan.
Standar atau ukuran keintiman yang harus dimiliki umat Perjanjian Baru dengan Tuhan adalah keintiman sepasang kekasih, mempelai atau hubungan suami istri.
Jadi kalau seseorang merasa sudah menjadikan Tuhan segalanya padahal belum, sejatinya betapa membahayakan keadaannya itu.

Sebagai orang percaya, yang kita harus gumuli setiap hari dalam kehidupan Kekristenan kita adalah hubungan antara kita dengan Tuhan Yesus.
Hubungan inilah yang harus kita temukan, kita alami dan miliki secara permanen.
Dalam Efesus 5:31-32 tertulis, Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Kata jemaat diayat 32 disini artinya tentu saja menunjuk pribadi-pribadi anak-anak Allah.
Dalam tulisan yang lain Paulus menunjukkan bahwa hubungan jemaat dengan Tuhan Yesus sebagai hubungan mempelai pria dengan mempelai wanita (2 Korintus 11:2-3).
Perjalanan hidup kita adalah perjalanan menemukan hubungan unik tersebut, mengalami dan memiliki untuk selama-lamanya.
Orang yang tidak memiliki hubungan ini tidak akan pernah menjadi sekutu Tuhan atau tidak akan bersama dengan Tuhan selamanya.
Terkait dengan hal ini, sesungguhnya orang yang mau masuk kerajaan sorga dan masuk neraka sudah nampak gejalanya dari bagaimana ia membangun relasi/hubungannya dengan Tuhan setiap hari.
Tuhan tidak akan bersama orang yang tidak serius dengan diri-Nya.
Terdapat perjuangan yang berat untuk menemukan, mengalami dan memiliki secara permanen hubungan ini. Perjuangannya terletak ketika kita harus melepaskan segala ikatan dan kecintaan kita terhadap apa pun dan siapa pun, sehingga kita dapat menempatkan Tuhan Yesus sebagai Pribadi yang paling berharga dan tercinta (Lukas 14:26;33).

Cara membangun relasi yang benar dengan Tuhan digambarkan sebagai berikut :
Pertama, kesediaan menanggalkan segala keterikatan mencintai segala sesuatu yang melebihi kecintaan kita kepada Tuhan Yesus, sebagaimana kita harus meninggalkan ayah dan ibu dan bersatu dengan pasangan hidup, demikian pula kita harus menanggalkan segala keterikatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan (Ibrani 12:1; Markus 10:21-22).
Salah satu perjuangan sangat berat hari-hari ini adalah keterikatan seseorang terhadap hobi dan terhadap hal mamon (harta kekayaan), ini adalah ikatan yang nyaris tidak dapat dipatahkan. Ada yang hobinya merokok nyaris tidak bisa terlepas dari rokok, baginya tanpa rokok ia tidak bisa menikmati hidup dengan nyaman dan bahagia.
Hal yang lain adalah mamon (harta kekayaan) tanpa memiliki harta sesuai dengan target yang ia inginkan ia belum merasa bahagia dan merasa belum lengkap.
Berkenaan dengan hal mamon atau persoalan penghidupan makan minum pakaian dan lain sebagainya Tuhan Yesus mengatakan : "Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu" (Matius 6:31-32).
Kemudian diayat selanjutnya Tuhan Yesus menghendaki umat pilihan harus selalu mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya.
Sebenarnya Tuhan ingin menunjuk orang percaya harus membangun relasi yang istimewa dengan Tuhan dan hal inilah yang paling terpenting dari hal kebutuhan jasmani.
Hidup ini merupakan petualangan yang hebat kalau diisi dengan pencarian hubungan yang eksklusif dengan Tuhan yaitu usaha untuk menempatkan diri sebagai mempelai wanita yang setia.
Suatu hari nanti ketika pesta perkawinan Anak Domba berlangsung semua orang yang setia sampai akhir yaitu orang yang terus menjaga dan membangun hubungan/relasi yang istimewa dengan Tuhan setiap hari adalah orang-orang yang akan dimuliakan dan disambut menjadi mempelai-Nya yang bersukacita.

Kedua, tetap berdoa dan terus berjaga-jaga.
Berjaga-jaga artinya : setiap saat ingin selalu memenuhi sikap hidup yang berkenan kepada Tuhan terutama dalam sikap batiniah/sikap hati yang selalu dapat sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan Yesus.
orang yang seperti ini akan memiliki pertumbuhan kesucian yang nyata dan takut untuk berbuat sesuatu yang menyakiti hati Tuhan.
Takut disini artinya karena ia memiliki hati yang benar-benar mengasihi Tuhan secara murni.
Kita menghadapi kuasa kegelapan yang terus berusaha untuk menarik kita masuk dalam persekutuan dengan kuasa gelap itu (2 Koritus 11:2-3).
Hari ini banyak orang yang telah disesatkan oleh kuasa kegelapan sampai tingkat tidak dapat ditolong lagi.
Terdapat orang-orang Kristen yang tidak setia, yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk kacang merah (Ibrani 12:16-17).
Percabulan di sini bukan percabulan badan secara fisik atau seks, tetapi percabulan rohani.
Ini hal yang sangat penting, itulah sebabnya hukum pertama dalam dekalog adalah jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku.
Tuhan mengingatkan kita, bahwa iblis musuh kita seperti singa yang mengaum, mencari orang yang dapat ditelannya. Jangan ada padamu Allah lain bukan hanya dimengerti bahwa ada yang disembah selain Tuhan atau menggantikan obyek yang disembah dengan obyek lain, tetapi juga ketika hubungan eksklusif dengan Tuhan digantikan dengan kegiatan yang tenggelam dalam berbagai macam hobi, tenggelam dalam perburuan harta tanpa batas demi kepuasan diri dan lain-lain maka itu adalah pelanggaran yang berat dan sudah mengindikasikan ada ilah lain didalam hatinya.
Kita harus sadar Tuhan menciptakan kita hanya untuk melayani Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.
Tentu saja hal ini harus dibangun dengan memiliki hubungan yang istimewa dengan Tuhan dari hari ke hari dan dari waktu ke waktu yaitu hubungan keterikatan dengan Tuhan yang tidak pernah terputus oleh apapun juga baik oleh pengaruh dunia maupun beratnya tekanan hidup yang harus dihadapi.

1 Yohanes 1:6  Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.

Amin.

Selasa, 25 Oktober 2016

CARA MENGHARGAI HIDUP YANG TUHAN BERIKAN


Efesus 5:15-17
15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

Banyak dari orang yang mengaku Kristen tidak membalas kasih Tuhan secara pantas.
Ini disebabkan mereka tidak memahami harga sesungguhnya dari korban Tuhan Yesus Kristus.
Bagaimana bisa memahami harga pengorbanan Tuhan Yesus dengan benar? Ini masalah yang tidak mudah.
Sulit membuka mata pemahaman seseorang dalam waktu singkat terhadap harga pengorbanan Tuhan Yesus.
Hal ini disebabkan seseorang harus terlebih dahulu belajar kebenaran secara utuh atau lengkap, yang terdapat di dalam Alkitab.
Seseorang harus mengerti siapa manusia itu sebenarnya, mengapa diciptakan oleh Tuhan, apa yang dimaksud dengan dosa, apa akibat dosa, apa neraka dan surga, siapa sebenarnya Allah Bapa dan Allah Anak dan lain sebagainya.
Seseorang tidak akan pernah dapat menghargai korban Tuhan tanpa memiliki pemahaman yang utuh dan lengkap mengenai kebenaran yang tertulis di dalam Alkitab.

Sesungguhnya Tuhan Yesus adalah “Logos atau Firman” yang menciptakan langit dan bumi.
Dialah Allah yang memerintah dunia ini sejak purbakala, sejak zaman dahulu kala (Yohanes 1:1-3).
Tuhan Yesus rela mengosongkan diri menjadi manusia, yang dalam segala hal disamakan dengan kita.
Dalam pengorbanan-Nya yang berat, Ia bersedia mati diatas kayu salib menjadi penebus semua dosa yang telah manusia perbuat, Tuhan Yesus bisa saja tidak mengorbankan nyawa-Nya kemudian kembali ke sorga, namun ini berarti manusia yang telah Ia ciptakan semuanya meluncur kepada penghukuman api kekal sebab tidak ada yang menebus dosa-dosa mereka, Alkitab mengatakan upah dosa adalah maut, dari hal ini sebagai umat tebusan seharusnya dapat membuat kita menghargai terhadap pengorbanan Tuhan Yesus yang begitu sangat mahal demi menyelamatkan umat manusia dari penghukuman api kekal yang mengerikan itu.
Tuhan Yesus adalah Tuhan yang memiliki kasih yang sempurna, seandainya Tuhan tidak datang ke dunia dan tidak mati bagi manusia, maka semua manusia termasuk kita meluncur ke dalam kegelapan abadi yang didalam hanya ada ratapan, tangisan dan gertak gigi akibat hebatnya siksaan yang tiada henti ditempat siksaan kekal itu.
Neraka adalah tempat pembinasan yang kengeriannya tidak bisa digambarkan dengan apa pun.
Sebaliknya, kalau kita diperkenan masuk Kerajaan Sorga, betapa bahagianya. Banyak lagi kebenaran yang harus dipahami oleh orang percaya sehingga mengerti betapa mahal harga pengorbanan Tuhan Yesus.
Kalau seseorang tidak memiliki pemahaman yang lengkap mengenai kebenaran dalam Alkitab, kasih mereka kepada Tuhan dan usahanya menghargai, membalas kebaikan Tuhan atas pengorbanan-Nya yang begitu mahal menjadi tidak berkualitas tinggi dan tidak sesuai seperti Tuhan Yesus kehendaki.

Kalau seseorang memahami kebenaran dalam Alkitab dengan lengkap, maka ia mengerti nilai pengorbanan Tuhan Yesus dengan benar pula. Dan sejauh mana pengertiannya mengenai nilai terhadap pengorbanan Tuhan, seharga itu pula yang diberikannya.
Dan harga yang dipahami setiap orang menentukan kekuatan usahanya dalam menghargai dan membalas kebaikan Tuhan.
Kalau seseorang memberi harga satu juta terhadap pengorbanan Tuhan Yesus, maka ia membalas kebaikan Tuhan sampai pada harga satu juta.
Kalau seseorang memberi harga pengorbanan Tuhan Yesus satu milyar, maka ia membalas kebaikan Tuhan sampai pada harga satu milyar.
Kalau seseorang memberi harga pengorbanan Tuhan Yesus tak terhingga, maka ia membalas kebaikan Tuhan sampai pada harga tak terhingga pula. Memang semestinya kita memberi harga tak terhingga kepada pengorbanan Tuhan Yesus. Tetapi hal ini tidak mudah, sebab untuk mencapai harga ini seseorang harus memahami kebenaran yang benar-benar lengkap. Semakin tinggi pengenalan seseorang terhadap kebenaran Tuhan, semakin tinggi pula kasihnya kepada Tuhan Yesus.

Dengan penjelasan di atas ini kita dapat mengerti mengapa sedikit sekali orang yang berani mengasihi Tuhan dengan tanpa batas, sebab mereka tidak mengenal kebenaran secara memadai. Kekristenan hanya diwarnai dengan acara liturgi gereja dan kegiatan-kegiatan yang tidak menambah pemahaman Firman Tuhan secara memadai.
Sementara ada orang-orang yang sudah merasa puas dengan pemahaman yang dimilikinya mengenai kebenaran dan tidak mau bertumbuh lagi dalam pengenalannya akan Tuhan.
Mereka terkurung dalam kesombongan rohani.
Mereka merasa banyak mengerti, padahal pemahaman mereka belumlah dapat membuat mereka bisa bertindak all out bagi Tuhan.
Mereka pasti belum dapat membalas kebaikan Tuhan secara pantas. Orang-orang seperti ini kalau suatu hari bertemu dengan Tuhan, pasti akan sangat menyesal, karena mereka tidak memberikan hidup dan pelayanan mereka kepada Tuhan secara pantas.

Kita adalah orang yang berhutang kepada Tuhan atas keselamatan dan anugerah kehidupan kekal didalam kerajaan-Nya.
Namun bagaimanapun juga, kita tidak akan dapat membayar hutang dan membalas kebaikan Tuhan yang Ia telah berikan kepada kita.
Bahkan hidup sejuta tahun melayani Tuhan di dunia pun belum dapat mengimbangi kebaikan Tuhan kepada kita.
Ada satu langkah yang dapat kita lakukan untuk menghargai kebaikan Tuhan yang telah terima, yaitu dengan melayani Tuhan Yesus selama-lamanya sejak sekarang dibumi sampai di Kerajaan-Nya nanti.
Yang dimaksud "melayani Tuhan" yang sesungguhnya adalah melayani Tuhan dengan tanpa batas membawa diri sebagai terang dan garam dunia, menjadi duta-duta Kristus di mana pun ia berada, hidupnya membawa keharuman Kristus bagi sesama (Matius 5:14-15).
Inilah pelayanan sepenuh waktu/fulltimer dan pelayanan segenap hidup untuk Tuhan.
Seluruh detak jantung, denyut nadi dan tarikan nafasnya adalah irama pelayanan yang tidak pernah berhenti untuk selalu melakukan kehendak Tuhan.
Ia tidak pernah berhenti menjadi pelayan Tuhan dan tidak pernah berhenti bertugas sampai Tuhan memanggil kembali untuk berisitrahat kembali kerumah Bapa di Sorga.
Oleh sebab itu agar pelayanan dapat terselenggara dengan baik, maka orang percaya harus memperlengkapi diri dengan sarana utama.
Sarana utama itu adalah mengenakan pikiran dan perasaan Kristus setiap waktu. Untuk ini seseorang harus bertumbuh dalam karakternya sampai dapat mengenakan pribadi Kristus.
Hanya orang-orang bersedia dengan rela dan sukacita menyediakan waktunya dengan tanpa batas melayani Tuhan sejak sekarang dibumi inilah yang akan diperkenankan untuk melayani-Nya di dalam Kerajaan-Nya nanti.
Hidup di dunia ini merupakan sebuah pilihan, apakah kita akan melayani Tuhan selamanya di Kerajaan Sorga atau melayani Setan dalam kerajaan kegelapan selama-lamanya.
Oleh sebab itu panggilan untuk melayani Tuhan, hendaknya tidak ditanggapi sebagai beban, tetapi kesempatan untuk untuk menghargai dan membalas kebaikan Tuhan yang sudah begitu baik dan mengasihi kita.
Suatu kehormatan yang luar biasa jika kita diijinkan oleh Tuhan Yesus bisa melayani-Nya sampai selama-lamanya.
Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Kolose 1:16  karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

Amin.

Minggu, 23 Oktober 2016

UMAT HARUS MENGENAL TUHAN SECARA UTUH


Matius 25:31-34, 41
31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.

Dalam beberapa bagian di Perjanjian Baru, kita menemukan ketegasan Tuhan sebagai Raja yang menjadi hakim atas seluruh umat manusia yaitu berkenaan dengan perbuatannya selama ia hidup dibumi ini.
Prinsip dan keputusan-Nya adalah mutlak, tidak seorangpun yang dapat mempengaruhi dan mengubah keputusan-Nya.
Hal ini sangat berbeda dengan penggambaran mengenai Tuhan yang sering kita dengar melalui banyak pembicara di mimbar-mimbar gereja hari-hari ini, Tuhan lebih sering hanya dikenalkan dan digambarkan sebagai sosok yang sabar, lemah lembut, penuh kasih dan pengertian.
Dalam hal ini Tuhan tidak dikenalkan secara utuh dan lengkap kepada umat.
Suatu kesalahan jika umat hanya mengenal Tuhan dari satu aspek dari hakekat-Nya.
Berkenaan dengan hal ini Tuhan mengatakan "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah" (Hosea 4:6)
Adalah malapetaka besar jika umat tidak mengenal Allah secara utuh dan lengkap.
Ini sebenarnya bisa membawa umat tidak mengenal kebenaran Tuhan yang sebenarnya dan mereka menjadi tidak dewasa dalam membangun persekutuan dengan Tuhan seperti yang seharusnya dikehendaki Tuhan.
Sehingga umat tidak mengerjakan kehendak Tuhan dan keselamatannya dengan benar dihadapan-Nya. Inilah mengapa umat menuju kebinasaan ketika ia tidak mengenal Allah secara benar dan lengkap.

Sesungguhnya Tuhan juga adalah sosok pribadi yang tegas, berdaulat penuh atas semua keputusan-Nya tanpa dipengaruhi pihak mana pun.
Tuhan juga pribadi yang tidak kompromi terhadap apa yang bertentangan dengan prinsip keadilan, kesucian dan kebenaran-Nya.
Dalam Nahum 1:2-3, dilukiskan mengenai keberadaan Allah yang cemburu dan pembalas.
Tuhan itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.
Tuhan memang panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.
Dalam Matius 7:21-23, ketika Tuhan menolak orang-orang yang merasa sudah melakukan sesuatu yang dianggap-nya bernilai, Tuhan menunjukkan ketegasan-Nya. Tuhan sama sekali tidak mempertimbangkan pikiran, anggapan, keyakinan atau dugaan manusia.
Tuhan kokoh atas keputusan-Nya yang tidak dapat diganggu gugat.
Fakta ini seharusnya membuat diri kita gemetar terhadap Tuhan. Gemetar disini karena kita menghormati-Nya sebagai Tuhan dan Raja atas hidup kita, segala kehendak-Nya mutlak harus kita kerjakan dengan penuh tanggung jawab.
Realitas ini hendaknya membuat kita mulai merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk bertobat dan belajar dari pada-Nya, mengenal pribadi-Nya dan kehendak-Nya secara utuh untuk kita lakukan didalam hidup kita.

Sebagai umat pilihan kita harus terus belajar tiada henti memperlakukan Tuhan Yesus sebagai Raja atas hidup kita. Pertanyaannya, bagaimana caranya? Tentu tidak cukup dengan pernyataan bibir bahwa Dia adalah Raja; tidak cukup pula rajin ke gereja dan memberikan persepuluhan; tidak cukup memanggil Dia “Tuhan”; tidak cukup mengambil bagian dalam kegiatan rohani.
Memperlakukan Tuhan Yesus sebagai raja adalah tindakan hidup setiap hari, sepanjang waktu dan di segala tempat kita berada, olehnya umat harus hidup didalam Roh dan dipimpin oleh Roh Allah bukan lagi menurut kehendak diri sendiri.
Dengan demikian segala sesuatu yang dilakukannya selalu sesuai dengan selera hati-Nya, inilah yang dapat memuaskan hati Tuhan.

Dalam Lukas 19:27 tertulis : Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku."
Jika kita membaca secara lengkap perikop dalam Lukas 19:11-27 Tuhan Yesus mengemukakan suatu perumpamaan yang tegas sekali, yang dengan sangat kuat hendak menunjukkan bahwa setiap orang yang tidak mau mengaku Yesus sebagai Raja akan dibinasakan.
Bangsawan yang ditampilkan di sini menunjuk kepada Tuhan Yesus.
Hamba-hambanya yang diberi talenta menunjuk kepada kita.
Seteru-seteru bangsawan tersebut adalah orang-orang yang tidak mau menerima Tuhan sebagai Rajanya.
Dari perumpamaan ini terdapat beberapa fakta kehidupan bahwa tidak semua orang yang dipercayai Tuhan mengemban kepercayaan itu dengan baik.
Ada pihak-pihak yang terang-terangan atau sembunyi-sembunyi menolak ia menjadi rajanya.
Yang terang-terangan adalah mereka yang memusuhi Yesus, mereka adalah orang tidak percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan, sedangkan yang tidak terang-terangan adalah mereka yang berstatus hamba-Nya tetapi tidak mau taat kepada-Nya, tidak bertanggung jawab mengembangkan dan menyelesaikan tugas yang telah di berikan, dengan kata lain mereka tidak hidup dalam melakukan kehendak Tuhan secara bertekun.

Kesalahan hamba yang tidak mengembangkan apa yang dipercayakan kepadanya adalah ia tidak menyadari adanya tanggung jawab yang harus diselesaikan dengan tuntas, dan ia salah persepsi terhadap tuannya.
Ia menganggap tuannya keras, ia mengambil apa yang tidak pernah ia taruh dan menuai apa yang tidak pernah ia tabur.
Ini gambaran sikap hidup banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa Allah telah memberi anugerah keselamatan dan anugerah itu harus dipertanggungjawabkan, dimana orang percaya dituntut mengembangkan kepribadiannya menjadi pribadi yang memiliki karakter Kristus, segambar dengan-Nya, tunduk hidup dalam kehendak dan pimpinan-Nya.
Tuhan akan mempertanyakan tanggung jawab dan ketaatannya kepada Tuhan selama ia hidup, sampai sejauh mana pribadinya bisa mengembangkan karakter yang mengasihi Tuhan dan sesamanya.
Sejauh mana ketertundukannya terhadap kehendak Tuhan Yesus yang menjadi Raja atas hidupnya.
Jika Tuhan mendapatinya tidak berkembang dan tidak memiliki ketertundukan penuh terhadap otoritas Tuhan sebagai Raja dan Majikan Agung yang memerintah atas hidupnya maka ia akan di kelompokan termasuk orang yang tidak mau mengaku Tuhan Yesus sebagai Raja.
Orang seperti ini sebenarnya merasa terbebani dan merasa terancam menikmati kesenangan hidupnya jika harus menyelenggarakan hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan.

Mari penuhi panggilan dari Tuhan Yesus yang menghendaki kita memperlakukan-Nya sebagai Raja setiap hari dalam kehidupan ini.
Tunduk kepada otoritas-Nya, mengembangkan sikap kepribadian yang  memiliki ketaatan penuh terhadap seluruh kehendak Tuhan Yesus, menghidupi nilai-nilai kekal didalam hidup, berkenan sampai akhir dihadapan-Nya, serta menyelesaikan dengan sempurna tanggung jawab sebagai anak-anak Kerajaan menjaga kekudusan hidup dan membawa jiwa-jiwa datang kepada Tuhan.

Amin.

Sabtu, 22 Oktober 2016

PENGERTIAN MENYEMBAH TUHAN SECARA BENAR


Lukas 4:5-8
5 Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.
6 Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.
7 Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."
8 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Jika kita melihat dengan jujur, maka pujian dan penyembahan yang dilakukan oleh banyak orang Kristen hari-hari ini lebih bersifat seremonial saja, semacam upacara agama seperti yang dimiliki bangsa Israel dan semua agama di dunia.
Setelah melakukan upacara kebaktian mereka kembali menjadi manusia seperti biasanya melakukan segala kesibukan kegiatan-kegiatan hidup tanpa menghayati kehadiran Tuhan yang menginginkan setiap saat orang percaya selalu terhubung dengan-Nya secara roh guna melakukan segala kehendak-Nya yaitu tindakan kebenaran yang sesuai dengan kehendak pikiran dan perasaan Tuhan.
Sangat disayangkan pengertian mereka tentang menyembah Tuhan tidaklah tepat, menyembah Tuhan dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu seperti waktu ada digereja dan ditempat kebaktian seremonial lainnya.
Ini sungguh-sungguh sudah sangat keliru.
Padahal kekristenan bukan agama tetapi jalan hidup, artinya bagaimana menggelar dan menjalani hidup seperti yang telah dijalani oleh Tuhan Yesus, hidup seperti Dia hidup, mengikuti dan menjadikan jejak-Nya sebagai filosofi hidup yang permanen yang harus selalu diperagakan didalam hidup sebab inilah isi dan makna kekristenan yang orisinil atau yang sejati.
Ini bukan berarti kegiatan kebaktian secara seremonial harus dihentikan, namun sebaliknya hendaknya kegiatan kebaktian seremonial kita kepada Tuhan adalah bentuk dari reflexi atau ekspresi dari langkah sikap hidup yang sudah atau sedang kita jalani dimana setiap waktu kita selalu terhubung dengan Tuhan dan menggelar kehidupan yang dalam segala tindakan kita ada didalam penurutan pimpinan dan segala kehendak Tuhan.

Dalam kitab Perjanjian Baru, para rasul dan Tuhan Yesus sendiri tidak pernah merumuskan menyembah Tuhan secara liturgi atau dengan segala tata cara ibadah yang bersifat seremonial.
Banyak orang Kristen semakin jauh dari penyembahan yang benar atau tidak mengenal penyembahan yang sesungguhnya yang sebenarnya harus dilakukan setiap saat didalam seluruh wilayah hidup.
Tuhan Yesus mengajarkan menyembah Bapa itu harus dalam Roh dan Kebenaran (Yohanes 4:24).
Pada saat Tuhan Yesus menegaskan bahwa akan tiba saatnya orang tidak lagi menyembah Bapa di Yerusalem atau di atas Gunung Gerizim (Yonahes 4:21).
Ini tidak berarti bahwa ritual agama harus dihentikan, tetapi yang dikehendaki oleh Bapa adalah agar orang menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.
Penyembahan yang Tuhan maksudkan disini adalah penyembahan yang berlangsung tiada henti dengan sikap hati yang benar setiap saat dihadapan Tuhan dan mengenakan Firman Tuhan diseluruh wilayah kehidupan dimana ia menjadi alat peraga bagi Tuhan Yesus untuk melakukan kebenaran Firman Tuhan setiap waktu didalam hidupnya, inilah yang merupakan penyembahan abadi yang tidak tergantikan oleh apa pun juga.
Inilah penyembahan yang dikehendaki Tuhan sejak Ia menciptakan manusia, yaitu hubungan yang benar antara Yang Disembah dan yang menyembah.
Umat menemukan tempatnya yang benar di hadapan Bapa dan berusaha berperilaku sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam hal ini yang penting adalah sikap hati umat terhadap Tuhan dan sesamanya setiap hari dengan taat melakukan kehendak Tuhan didalam hidupnya.

Ibadah atau menyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran sejajar dengan pernyataan Paulus di Roma 12:1 yang menyatakan : Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Hal Ini menunjuk penyembahan kepada Allah secara benar adalah menggunakan semua potensi jasmani maupun rohani dan memberikan segenap hidup kita untuk dipergunakan bagi kepentingan Tuhan dan kemuliaan-Nya.
Olehnya tujuan ibadah atau kebaktian yang benar dan yang menyenangkan hati Tuhan adalah merubah diri terus menerus untuk menjadi pribadi yang serupa seperti Tuhan Yesus, mengikuti seluruh langkah hidup yang telah diteladan-Nya dan membantu orang lain berbuat hal yang sama (1 Yohanes 2:6 ; Matius 28:19-20).
Ketidakpedulian kita dalam hal memahami penyembahan kepada Tuhan secara benar ini akan berakibat fatal, sebab hal ini menyangkut masalah keselamatan dan masalah kekekalan.
Kesalahan dalam memahami menyembah Tuhan harus dibongkar dan harus segera diluruskan agar orang percaya dibawa kembali kepada Kekristenan yang benar sebagai jalan hidup.

Kata menyembah dari terminologi Alkitab Perjanjian Baru tidak menunjuk pada seremonial sama sekali tetapi lebih pada sikap hati dan sikap hidup atau gaya hidup.
Dalam Lukas 4:8 Tuhan Yesus berkata bahwa orang percaya harus menyembah Tuhan Allah.
Menyembah di sini dalam teks asli Yunani adalah "Proskuneo" yang berarti memberi nilai tinggi Tuhan dengan penghargaan yang pantas.
Hal ini jelas menyangkut sikap hati dari pengertian yang benar mengenai Dia. Konteks perkataan Tuhan Yesus ketika berbicara mengenai menyembah adalah ketika Tuhan Yesus ditawari keindahan dunia.
Tuhan Yesus menolak tawaran iblis sebab Tuhan hendak meninggalkan petunjuk bahwa mengejar dan mengingini keindahan dunia sebagai tujuan hidup adalah penyembahan kepada oknum iblis.
Jadi, orang yang masih menghargai dunia sebagai tempat mencari kebahagiaan dan kesenangan hidup untuk memuaskan keinginan hawa nafsunya dan tidak memberi hidup untuk kepentingan dan kehendak Tuhan maka ia tidak mungkin bisa menyembah Tuhan dengan secara benar.
Walaupun mulutnya memuji menyembah Tuhan baik digereja maupun di tempat lainnya tetapi sesungguhnya hatinya tidaklah terikat dengan Tuhan secara Roh dan Kebenaran.
Ekspresi penyembahan sehari-harinya sebenarnya bukanlah tertuju kepada Tuhan melainkan kepada dunia yang sama artinya menyembah kepada iblis.
Orang yang menghargai dunia ini sebagai tempat mencari kesenangan dan kebahagian hidupnya sendiri berarti tidak mengasihi Bapa atau tidak menghormati-Nya (1 Yohanes 2 :15-17).
Mereka adalah orang-orang yang dikategorikan sebagai musuh Allah (Yakobus 4:4).
Orang yang belum bisa menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran secara benar setiap saat setiap hari dikehidupannya sehari-hari bagaimana mungkin dapat menyembah Allah secara benar pada waktu digereja ataupun ditempat ibadah lainnya?

Untuk itu selama Tuhan Yesus masih memberikan kesempatan kepada kita untuk berubah, marilah kita mulai menyembah Tuhan kita yang Agung Tuhan kita Yesus Kristus dengan benar yang pasti tercermin dalam gaya hidup sehari-hari, hidup yang selalu terhubung dengan Tuhan setiap saat guna melakukan segala kehendak-Nya, mengikuti jejak seluruh kebenaran yang telah diteladankan-Nya, menjunjung tinggi Tuhan melebihi seluruh dunia ini, mentaati seluruh Firman-Nya dalam segala hal, mengasihi Allah kita melebihi diri kita sendiri dan mentaati seluruh kehendak Allah yang juga memerintahkan kita untuk mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri.

Amin.

Jumat, 21 Oktober 2016

MEMBUNUH POTENSI BERBUAT DOSA


1 Tesalonika 4:7-8
7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.

Paulus menasehati jemaat Tesalonika agar mereka lebih bersungguh-sungguh lagi melaksanakan hidup yang kudus, berkenan kepada Tuhan, menolak panggilan ini berarti mereka menolak Tuhan.
Ketika setiap kali kita memohon ampun kepada Tuhan atas sesuatu yang dirasakan sebagai suatu kesalahan, maka yang harus dipersoalkan bukan hanya suatu kesalahan yang telah dilakukan tetapi juga keadaan diri yang masih bisa berbuat salah seperti (ketidaktulusan, iri hati, kesombongan terselubung, kebohongan kecil, keramahtamahan yang dibuat-buat, munafik dan lain sebagainya).
Jadi untuk mencapai hidup kudus dan berkenan dihadapan Tuhan kita harus bergumul dengan sangat serius, meminta pimpinan Roh Kudus setiap hari agar kita peka dan dimampukan membuang dan merobohkan potensi diri yang masih bisa untuk berbuat dosa. Memang hal ini adalah hal yang mustahil bagi manusia, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37).
Jika setiap anak Tuhan meresponi panggilan hidup kudus dihadapan Tuhan maka Roh Tuhan akan senantiasa membimbing mereka yang benar-benar serius mengasihi Tuhan dan memberi diri hidup sesuai dengan panggilan Tuhan ini.
Memang demikian seharusnya orang percaya harus hidup dihadapan Tuhan.

Kesucian hidup dihadapan Tuhan bukan hanya tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi keberadaan atau level yang belum seperti yang Tuhan kehendaki. Level itu adalah semakin serupa dengan Tuhan Yesus, hidup seperti Dia hidup.
Kematian Tuhan Yesus di kayu salib menyelesaikan semua akibat dosa yang dilakukan seseorang, tetapi tidak menyelesaikan potensi dosa (hamartia, kemelesetan dari kehendak Allah).
Semua akibat dosa memang telah dipikul Tuhan Yesus.
Tuhan menyelesaikan dengan sempurna di kayu salib, tetapi untuk potensi berbuat dosa kembali dalam kehidupan orang percaya, itu merupakan pilihan dan tanggung jawab masing-masing individu.
Orang yang terpanggil untuk berusaha menyelenggarakan hidup kudus dihadapan Tuhan maka oleh pertolongan Roh Kudus, ia akan di tuntun oleh-Nya kepada segala jalan kebenaran-Nya.
Roh Kudus dihadirkan Tuhan untuk mendidik orang percaya menyelesaikan masalah potensi untuk berbuat dosa, mengikisnya dan membuang semua potensi dosa dalam diri setiap orang percaya untuk kemudian bisa berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus, kudus seperti Dia kudus, inilah yang disebut sebagai mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Filipi 2:12).
Berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus berarti tidak memberi celah sedikit pun terhadap suatu kesalahan baik dari dalam sikap hati maupun perkataan dan perbuatan.
Tuhan Yesus memiliki kesucian yang sangat kokoh, yang akhirnya terbukti ketika Ia taat sampai mati bahkan mati di kayu salib tanpa ada persungutan sedikitpun.
Kekokohan kesucian seperti inilah yang harus dicapai oleh setiap orang percaya. Kita harus merindukan hal ini lebih dari segala hal.
Dengan pengertian ini seseorang akan memahami apa artinya mengalami kehausan dan kelaparan akan kebenaran. Haus dan lapar akan kebenaran di sini maksudnya benar-benar merindukan suatu kehidupan yang mencapai level yang Tuhan Yesus kehendaki atau yang berkenan kepada Allah.
Orang percaya yang demikian ini tidak akan berusaha membangun alasan untuk tidak bisa membangun kehidupan yang kudus dan berkenan dihadapan Tuhan. Baginya kesalahan adalah kesalahan dan itu adalah dosa, tidak ada alasan untuk membelanya dan memakluminya.
Orang seperti ini tidak akan berusaha untuk memiliki nilai diri di hadapan manusia, tetapi ia berusaha untuk mendapat penilaian yang benar di mata Tuhan (2 Korintus 5:9-10).
Dari hal inilah seseorang membangun manusia batiniah yang cemerlang di hadapan Allah.
Inilah usaha untuk mengumpulkan harta di Sorga seperti yang dikemukakan Tuhan Yesus dalam Matius 6:19-20.

Tuhan Yesus akan menuntun kita agar kita menjadi anak-anak yang sah (huios) yang berkeadaan seperti diri-Nya (Ibrani 12:4-9), yang akhirnya kita bisa mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:9).
Hal inilah yang dimaksudkan oleh Yohanes “supaya mereka menjadi anak-anak Allah”.
Seseorang tidak akan dapat disebut sebagai anak-anak Allah kalau tidak mengambil bagian dalam kekudusan Allah.
Petrus mengkalimatkan hal ini dengan kalimat “mengambil bagian dalam kodrat Ilahi” (2 Petrus1:3-4).
Seseorang dapat disebut sebagai anak-anak Allah kalau mengenakan kodrat Ilahi, luput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan.
Setiap kali kita melakukan suatu kesalahan, kita disadarkan bahwa kita masih memiliki “kodrat manusia” yang memuat hawa nafsu dunia yang membinasakan.
Olehnya kita harus memiliki tekad yang kuat untuk masuk kedalam perlombaan yang diwajibkan yaitu membawa hidup semakin serupa dengan Tuhan Yesus.
Perlombaan ini haruslah menjadi satu-satunya kesibukan hidup yang menyita seluruh perhatian dan energi kita.
Hal inilah yang akan mengikis dan membunuh potensi dosa yang ada didalam diri kita.
Inilah persiapan kita masuk kedalam pesta perjamuan kawin Anak Domba, dimana kita sudah berpakaian pesta lengkap dan bersih tanpa bernoda.
Inilah proyek kehidupan yang bisa berdampak kepada kekekalan.
Perlombaan ini hanya dialami oleh orang-orang yang hidupnya memiliki gairah meresponi panggilan Tuhan untuk menyelenggarakan hidup kudus dan berkenan dihadapan-Nya serta dapat menularkannya kepada orang lain, tentu saja mereka kelak akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya, yaitu kerajaan kekal yang tidak akan pernah berkesudahan.

1 Petrus 2:21-22
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.

Amin.

Kamis, 20 Oktober 2016

ARTI MEMINTA SESUATU DALAM NAMA TUHAN YESUS


Yohanes 16:24  Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.

Dalam Yohanes 16:24 terkesan dalam teks ini Tuhan Yesus hendak menyenangkan hati kita dengan permintaan yang pasti akan dikabulkan.
Kalau salah memahami teks ini maka seseorang mulai akan menyusun daftar permintaan dan mengajukannya kepada Tuhan.
Seakan-akan seseorang berhak memiliki keinginan sendiri tanpa memikirkan apakah Tuhan juga menginginkannya.
Jika orang percaya merasa bahwa keinginannya berhak dituruti tanpa perlu peka apakah permintaan tersebut Tuhan juga menginginkannya berarti ia sudah tidak lagi menempatkan diri sebagai pelayan bagi Tuhan Yesus.
Ini berarti Tuhan sebagai pelayan dan ia adalah sebagai Tuhan yang berhak didengar dan dituruti.
Orang yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus tidak boleh merasa berhak memiliki hidupnya sendiri.
Kita harus melihat teks Yohanes 16:24 dalam keterkaitannya dengan teks lain sebelum dan sesudahnya.
Kita tidak boleh mengutip ayat ini lepas dari konteksnya.
Orang-orang yang diberi kewenangan meminta apapun demi nama Tuhan Yesus adalah orang-orang yang mengasihi Dia (Yohanes 16:27).
Tentu saja mereka adalah orang-orang yang rela membela Tuhan Yesus dengan rela berkorban segala sesuatu.

Murid-murid Tuhan Yesus tanpa takut menantang maut demi cinta mereka kepada Tuhan Yesus.
Kepada orang-orang ini Tuhan Yesus bisa mempercayakan nama-Nya.
Orang yang menerima ayat ini adalah orang yang telah menundukkan hidupnya kepada Tuhan.
Mereka merelakan keinginannya dikontrol oleh Tuhan artinya permintaan mereka selalu diselaraskan dengan kehendak, kepentingan Tuhan didalamnya dan tetap seirama dengan tujuan dan rencana Tuhan.
Dengan demikian orang percaya tetap boleh memiliki keinginan namun keinginan yang searah dengan kehendak Tuhan dan semua adalah untuk kepentingan-Nya.
Inilah orang-orang yang setiap langkahnya bisa dinikmati Tuhan dan membuat Tuhan Yesus bersuka cita atasnya.
Dengan demikian sukacita hidup orang percaya yang benar adalah sukacita karena bisa menyukakan hati Tuhan Yesus.

Doa permintaan orang percaya yang didalamnya ia mengasihi Tuhan adalah doa permintaan yang tidak lagi ditujukan untuk kesenangan dan kepuasan diri sendiri.
Berkenaan dengan hal ini Yakobus mengatakan : Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu (Yakobus 4:3).
Hendaknya permintaan kita kepada Tuhan Yesus hari-hari ini adalah permintaan yang didalamnya membuat sukacita Tuhan Yesus menjadi penuh dimana permintaan kita adalah demi untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya, mengubahkan kita menjadi manusia Roh yang setiap hari selalu berjalan didalam pimpinan Tuhan, taat melakukan kehendak-Nya dan dimampukan untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Efesus 6:18  dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,

Amin.

Rabu, 19 Oktober 2016

PANGGILAN MENJADI PRAJURIT KRISTUS


2 Timotius 2:3-4
3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Dalam suratnya, Paulus menasehati Timotius untuk menjadi prajurit yang baik yang berjuang hidup bagi kepentingan Kristus.
Prajurit artinya orang yang bertugas sebagai abdi suatu negara atau kerajaan untuk membela kepentingan suatu negara atau kerajaan dalam peperangan.
Orang percaya yang hidupnya memilih Tuhan, ia akan  di didik dan di dewasakan sampai pada taraf dapat dipercayai Tuhan menjadi prajurit-Nya.
Tentu saja menjadi prajurit Kristus merupakan panggilan yang harus diresponi oleh setiap umat pilihan, bagi yang tidak dengan segenap hati meresponnya maka ia bukan termasuk prajurit Kristus yang berkenan kepada komandannya.
Orang yang menjadi prajurit Kristus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah prajurit Tuhan dan berusaha untuk menemukan tempat untuk berjuang bagi kepentingan-Nya dengan pertaruhan yang tidak terbatas.
Ciri prajurit yang baik adalah setiap waktu selalu ada di dalam perjuangan melakukan kehendak Tuhan, hidup didalam rencana-Nya dan tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, serta berusaha untuk bisa berkenan kepada komandannya (2 Timotius 2:4).
Pertanyaan pertama yang kita ajukan kepada diri sendiri adalah perjuangan apakah yang sedang kita lakukan sekarang?
Apakah kita sedang berjuang dalam perjuangan untuk kepentingan Kerajaan Allah atau tidak?
Betapa terhormat dan membanggakan kalau kita mengerti dan dipercayai Bapa untuk mengabdikan diri kita berjuang demi kepentingan Kerajaan Bapa di Sorga.
Tetapi sayang sekali, sangat sedikit orang mau menerima panggilan terhormat ini.

Dalam Lukas 14:15-26 Tuhan mengemukakan perumpamaan tentang orang-orang yang suka berdalih dan banyak alasan, dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus hendak membongkar kepalsuan orang-orang yang merasa dirinya adalah umat Allah, tetapi sesungguhnya tidak memberi respons yang sepadan dengan keumatan yang sejati.
Umat pilihan yang diumpamakan sebagai para undangan yang seharusnya orang yang wajib pertama kali menghadiri undangan dari Tuhan ternyata memberikan respons yang mengecewakan terhadap Tuan Rumah yang telah mengundangnya, mereka berdalih dengan kesibukan dan segala keperluan kepentingan pribadinya.
Pada umumnya orang-orang yang suka berdalih seperti ini berjuang hanya untuk kepentingan kerajaannya sendiri.
Kalau adapun yang ia perjuangkan untuk kepentingan pekerjaan Tuhan atau Kerajaan Allah, mereka hanya memberikan dukungan ala kadarnya.
Orang-orang seperti ini bukanlah prajurit Kristus yang sejati tetapi penonton atau supporter yang berdiri di wilayah abu-abu.

Seharusnya semua orang percaya hanya hidup untuk kepentingan Kerajaan Allah (2 Korintus 5:15), sebab seseorang yang ditebus oleh darah Tuhan Yesus harus terlibat dalam perjuangan bagi kepentingan Kerajaan Allah.
Orang percaya yang memilih Tuhan dan berdiri dipihak-Nya pasti selalu sedang ada dalam perjuangan bagi kepentingan Kerajaan Allah.
Harus dicatat dalam hal ini bahwa tidak pernah ada “genjatan sejata” melawan kuasa kegelapan, sebab selama bumi berputar dimana iblis belum dihukum selalu ada peperangan melawan oknum ini.
Kalau seseorang tidak sedang berjuang untuk kepentingan Kerajaan Allah berarti ia sedang ada dalam posisi di luar jalur.
Tentu orang yang diluar jalur ini adalah orang-orang yang sama artinya berdiri dipihak oknum si jahat yaitu iblis.
Dalam kehidupan orang percaya tidak ada wilayah dimana kita tidak hidup untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Firman Tuhan berkata: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31).
Dalam ayat ini Paulus hendak mengajak orang Kristen di Korintus, untuk tidak hidup dalam perjuangan yang mementingkan diri sendiri, tetapi sebaliknya Paulus mengajak umat untuk berjuang dan memperdulikan kepentingan sesamanya yang semuanya itu dalam segala sesuatu dilakukan bagi kemuliaan Allah.

Pernyataan Paulus ini juga harus mendapatkan perhatian kita, orang-orang Kristen yang hidup diakhir zaman ini. Sebagai prajurit Kristus yang sejati kita harus mengorbankan kepentingan diri kita untuk kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya agar kita terus berkenan kepada Komandan Agung kita Tuhan Yesus Kristus.
Hidup seperti demikianlah yang Paulus inginkan dilakukan jemaat Tuhan di Korintus dan semua umat Kristen dimasa ini sehingga hidup kita sebagai prajurit Kristus dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Sebagai laskar-laskar Kristus yang sejati hendaknya kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri tetapi hidup untuk Kristus yang telah mati bagi kita, hanya untuk Dia lah kita mengabdikan hidup ini dengan tiada batas.

Roma 14:8  Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Amin.

Selasa, 18 Oktober 2016

TETAP BERINTEGRITAS SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH


Lukas 17:26-27
26 Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia:
27 mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.

Integritas hidup sebagai anak-anak Allah hendak menunjuk keutuhan dan konsistensi irama hidup yang dalam segala tindakan seseorang tetap memegang prinsip-prinsip kebenaran Injil yang Tuhan Yesus ajarkan.
Dalam integritas ini terkandung makna keteguhan hati yang tidak tergoyahkan untuk hidup sesuai dengan kekudusan, kebenaran dalam perilaku sikap hati, perkataan dan perbuatan seperti yang telah diperagakan oleh Tuhan Yesus.
Dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus menyinggung nama Nuh.
Ia mengungkapkan bahwa hari-hari kedatangan-Nya kelak sama seperti pada zaman Nuh: manusia makan dan minum, kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.
Dalam pernyataan Yesus di sini ada dua hal yang ingin disampaikan-Nya.

Pertama, Ia hendak menunjukkan bahwa keadaan dunia sebelum berakhir adalah keadaan dunia yang manusianya sama seperti keadaan dunia pada zaman Nuh. Manusia sibuk dengan segala kegiatan rutin menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmaninya, sampai tidak sadar bahwa dunia akan berakhir.
Karena sudah hanyut dengan berbagai rutinitas kehidupan untuk mencari kepuasan duniawi, maka banyak orang tidak sadar kalau umur mereka berjalan terus sampai kepada titik akhir.
Akhirnya mereka terhilang dalam kegelapan abadi.

Kedua, Tuhan menghendaki agar kita tetap teguh dalam integritas seperti Nuh. Sekalipun dunia sekitarnya tidak mengerti “dunia Nuh”, tetapi ia tetap pada jalur yang dikehendaki Tuhan untuk dijalaninya.
Tuhan menghendaki setiap umat pilihan tidak terpengaruh oleh lingkungannya, dan tidak turut hanyut dengan pola rutinitas dunia sekitarnya, ia tetap pada integritas sebagai anak-anak Allah yang menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran, segala tindakannya setiap waktu selalu ada dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan, didalam hidupnya selalu ada dalam pemerintahan Tuhan Yesus yang memerintah sebagai Tuhan dan Raja atas hidupnya.

Setelah mengatakan tentang keadaan dunia akhir zaman yang seperti di zaman Nuh, Tuhan Yesus juga menceritakan perumpamaan mengenai janda yang ngotot agar permintaannya diluluskan oleh hakim yang lalim (Lukas 18:1–8). Pelajaran yang Tuhan ajarkan kepada kita bukan agar kita ngotot kepada Tuhan untuk meminta Tuhan membela kita. Banyak ajaran tentang perumpamaan ini sering kali di geser dari pemahaman makna yang sebenarnya.
Sering kali dalam perumpaan ini jemaat diajar agar dalam meminta sesuatu kepada Tuhan harus terus-menerus atau mendesak Tuhan tiada henti sampai Tuhan menyetujui permintaannya.
Tuhan dikesankan sebagai pribadi yang harus dipaksa-paksa, dibujuk-bujuk dengan doa-doa bahkan ada yang berpuasa supaya Tuhan memenuhi permintaannya yang biasanya ditujukan bagi pemenuhan kepentingannya.
Tentu ini adalah ajaran dan pemahaman yang salah dan keliru.

Kita tahu bahwa Tuhan bukan hakim yang lalim, karena itu orang yang menafsirkan perumpamaan ini sebagai keharusan untuk ngotot kepada Tuhan pasti tidak mengerti hakekat Tuhan.
Yang Tuhan Yesus ajarkan dalam perumpamaan ini adalah kita harus menjaga integritas yaitu : gigih dalam memperjuangkan segala sesuatu yang ditujukan bagi kepentingan dan kemuliaan Tuhan, dan terus setia kepada Tuhan sekalipun dalam keadaan sulit dan mustahil, seperti saat si janda menghadapi hakim yang lalim itu.
Olehnya diakhir perumpaan ini Tuhan Yesus berfirman, “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8).
Iman seperti apa yang ingin Tuhan Yesus dapatkan di bumi pada waktu kedatangan-Nya? Tentu iman yang murni, yaitu kehidupan anak Tuhan yang melakukan kehendak-Nya dengan berintegritas seperti Nuh, yang tetap setia hidup dalam kebenaran-Nya walau dunia sekitarnya  menawarkan pengaruh yang jahat untuk menarik supaya melakukan perbuatan daging yang berujung dosa.

Dikatakan Anak Tuhan yang beriman adalah jika ia tetap dalam integritasnnya sebagai anak-anak Tuhan yang senantiasa hidup dalam segala penurutan segala kehendak Tuhan, tetap memegang prinsip-prinsip kebenaran hidup yang Tuhan Yesus ajarkan, selalu setia memikul beban memikirkan dan mengerjakan perkara-perkara diatas, menanamkan hatinya didalam kerajaan sorga, sekalipun dunia sekitarnya menawarkan kesempatan untuk meraih kesenangan-kesenangan hidup sebanyak-banyaknya untuk kepuasan diri yang setiap saat bisa mendesaknya supaya mengikuti pola arus hidup yang berasal dari dalam dunia ini.

2 Timotius 3:14-15
14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

Amin.

Senin, 17 Oktober 2016

MENGENAL ARTI PENTING MELAKUKAN KEHENDAK BAPA


Matius 7:21-23
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Mengakuan orang percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan pemilik kehidupan, haruslah disertai dengan kehidupan yang melakukan kehendak Bapa sebab seorang yang tidak melakukan kehendak Bapa berarti belum menerima Yesus sebagai Tuhan.
Orang-orang yang tidak melakukan kehendak Bapa akan di tolak oleh Tuhan Yesus dengan tidak memandang bulu apakah ia adalah orang yang sudah bernubuat, mengusir setan dan mengadakan mujizat demi nama-Nya.
Jika Tuhan tidak menemukan ia melakukan kehendak Bapa dengan bertekun maka ia adalah orang-orang yang akan tertolak dan dihukum bersama-sama dengan iblis.

Dalam Yohanes 4:34, Tuhan Yesus mengajar kepada kita melakukan kehendak Bapa adalah sebagai irama hidup orang percaya yang tidak boleh berhenti sampai kapanpun.
Dalam pernyataan-Nya Tuhan Yesus mengemukakan rahasia tersebut: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Inilah cara yang benar untuk menyukakan hati-Nya.
Melakukan kehendak Bapa ini adalah hal yang sangat mutlak, sebab hanya orang yang melakukan kehendak Bapa yang dikenal oleh Tuhan Yesus dan diperkenan masuk ke dalam Kerajaan Allah sebagai anggota keluarga-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang menjadi mempelai dan kekasih Tuhan Yesus, dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam kerajaan-Nya.

Masalahnya adalah apa yang dimaksud dengan kehendak Bapa itu? Kehendak Bapa lebih dari sekadar melakukan hukum-hukum, tidak cukup pergi ke gereja seminggu sekali, tidak cukup membayar perpuluhan tiap bulan, tidak cukup hanya menjadi orang yang baik ( Matius 19:16-26).
Kehendak Bapa adalah segala sesuatu yang Bapa inginkan untuk dilakukan oleh seseorang setiap hari, baik yang sudah termuat didalam Injil pengajaran Tuhan Yesus maupun melalui pimpinan kehendak Roh Kudus setiap hari.
Kehendak Bapa dalam kehidupan masing-masing orang itu berbeda-beda, karena masing-masing orang memiliki keberadaan yang berbeda dan rancangan Allah yang berbeda-beda pula sesuai dengan kehendak-Nya.
Olehnya masing-masing orang harus senantiasa bertekun menggali kebenaran Injil secara memadai setiap hari dan menyediakan waktu khusus untuk bertemu dengan Tuhan secara pribadi guna bergumul untuk menemukan rencana dan kehendak Bapa untuk dilakukan didalam hidupnya.
Kehendak Bapa harus ditemukan setiap hari dan dilakukan setiap hari sebagai makanan pokok dan menu utama sehari-hari dan hal ini mutlak harus dapat kita penuhi.
Inilah orang-orang yang memiliki hubungan yang eksklusif yang selalu berjalan dengan Tuhan dan menjadi sahabat-Nya.
Orang-orang yang melakukan kehendak Bapa adalah orang-orang yang dalam seluruh tindakannya sepikiran dengan Tuhan Yesus.

Dalam Yohanes 4:34 kata "makanan-Ku" dalam teks aslinya adalah broma yang bisa berarti (makanan utama atau makanan padat), bukan semacam makanan ringan.
Melakukan kehendak Allah Bapa adalah segalanya (bukan kegiatan sampingan), mutlak harus dilakukan sampai seseorang yakin atau sadar bahwa dirinya pantas mendapat pujian dari Tuhan sebagai anak yang berkenan kepada-Nya.
Melakukan kehendak Bapa harus didasari pada kecintaan yang tulus kepada-Nya. Bukan karena mendapat upah atau jasa. Bila kita melakukan segala sesuatu karena upah berarti sebenarnya kita belum mengasihi Tuhan dengan segenap hati.
Melakukan kehendak Bapa harus menjadi kodrat atau nature diri yang mendorong dari dalam diri kita sebagai kebutuhan, seperti makan dan minum.
Setelah melakukan kehendak Bapa, bagian kedua yang terpenting adalah menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna, ini juga merupakan bagian terpenting yang harus selalu kita lakukan untuk memuaskan hati Bapa.
Berkenaan mengenai pekerjaan Bapa yang harus kita lakukan dan harus kita selesaikan ini, maka dalam hal ini dapat dibagi beberapa dimensi antara lain :

Dimensi pertama, menyelamatkan orang-orang yang belum mengenal kebenaran Injil Kristus.
Kita harus dapat menampilkan kehidupan yang bisa menampilkan kasih Kristus, kepedulian terhadap sesama dan memperkenalkan pribadi Kristus dengan menjadi surat terbuka ditengah-tengah kehidupan mereka.
Kedua, menyelamatkan orang percaya yang sudah mendengar Injil namun masih menggelar hidup didalam kegelapan. Mereka harus diupayakan untuk menjadi orang suci dan saleh seperti Tuhan Yesus. Kasalehan dapat mensahkan mereka sebagai anak-anak Allah yang layak disebut sebagai mempelai Kristus yang tidak bercacat dan tidak bernoda.
Untuk itu kita harus memberitakan Injil sampai ke ujung bumi guna menemukan umat pilihan yang dapat diajak dan diajarkan menjadi murid Tuhan Yesus yang berkarakter seperti Kristus.
Hal inilah yang dimaksud oleh Petrus orang percaya dapat mempercepat kedatangan Tuhan Yesus (2 Petrus 3:11-13).
Setelah jumlah orang-orang saleh seperti Tuhan Yesus yang tidak mengasihi nyawanya genap jumlahnya atau cukup atau memenuhi kuota, maka iblis dapat dihukum (Wahyu 12:11 ; Wahyu 6:10-11), inilah akhir dari pertualangan pekerjaan iblis dibumi ini, kekalahan iblis ini berarti juga berakhirnya sejarah dunia melalui kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua.

Dengan demikian dalam Matius 7:21-23 dapatlah dirumuskan bahwa orang yang disebut percaya kepada Tuhan Yesus adalah orang yang hidupnya bertekun melakukan kehendak Bapa.
Bukanlah keselamatan jika tidak melakukan kehendak Bapa.
Dalam hal ini keselamatan dapat terealisir dalam kehidupan manusia bukan tanpa syarat.
Anugerah yang Tuhan Yesus berikan tidak meniadakan syarat untuk masuk Kerajaan Tuhan.
Anugerah bukan berarti semua dikerjakan oleh Tuhan seluruhnya dan manusia hanya diam seperti boneka yang tidak perlu meresponi karya keselamatan-Nya.
Orang yang tidak melakukan kehendak Bapa berarti menolak keselamatan atau tidak mau mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.
Olehnya hari-hari ini mari kita semakin intim membangun hubungan yang harmonis dengan Tuhan setiap hari, terus isi bejana hati kita dengan kebenaran Firman Tuhan dan temukan kehendak-Nya untuk kita lakukan dengan hidup didalam pimpinan Roh-Nya setiap waktu.
Untuk itu berapa pun harga untuk mengerti dan peka terhadap kehendak-Nya, harus selalu kita perjuangkan.
Kesediaan dan kerelaan membayar harga untuk menyalibkan kesenangan daging demi memiliki Kristus seutuhnya haruslah menjadi irama hidup kita.
Dengan demikian kita adalah orang-orang yang siap mempertaruhkan hidup kita untuk hidup bagi Tuhan, siap melaksanakan segala kehendak-Nya dengan bertekun.
Dan bagi kita, hidup bagi Tuhan bukan lagi kewajiban, tetapi kehormatan dan kesukaan yang besar bahkan melebihi nyawa kita sendiri.

Efesus 5:15-17
15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
17 Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

Amin.

Minggu, 16 Oktober 2016

BERIMAN KEPADA TUHAN YESUS SECARA BENAR


Yakobus 2:20-22
20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Kehidupan Abraham tidak diatur oleh hukum, tetapi diatur oleh kehendak Allah. Tindakan penurutannya terhadap kehendak Allah inilah iman yang benar atau sejati.
Iman yang harus dimiliki oleh orang percaya adalah iman yang disertai dengan tindakan penurutan segala kehendak Allah dan bukan dengan iman yang hanya mengaku percaya saja.
Iman yang diekspresikan dengan tindakan melakukan segala kehendak Tuhan Yesus barulah iman yang menyelamatkan.
Kalau sekarang seseorang mengaku memiliki iman, tetapi tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah seperti yang dilakukan oleh Abraham berarti belum memiliki iman secara benar.
Yakobus menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan bukan karena iman saja, maksudnya bukan iman dalam wujud perkataan saja tetapi iman dalam tindakan nyata (Yakobus 2:14- 26).
Ketaatan Abraham mempersembahkan Ishak anaknya menunjukkan imannya. Juga Rahab yang menyembunyikan pengintai Israel adalah tindakan iman.
Hal itu tidak diatur oleh taurat, tetapi kehendak Allah agar Rahab membela kepentingan-Nya.
Masyarakat Yerikho juga tahu bahwa bangsa Israel memiliki Allah yang luar biasa, tetapi mereka tidak berpihak kepada-Nya, tetapi Rahab bertindak berpihak pada Allah yang benar dan melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah.
Olehnya Rahab dibenarkan oleh Allah karena tindakan imannya yang diekspresikan kedalam perbuatan yang menolong pengintai-pengintai Israel itu.

Kalau orang Kristen tidak memiliki tindakan yang ekstrem terhadap Tuhan (melakukan keinginan-Nya) sebagai ekspresi imannya berarti belum memiliki iman yang menyelamatkan.
Iman yang menyelamatkan adalah melakukan segala seuatu yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, seperti Abraham melakukan segala sesuatu yang dikatakan oleh Allah.
Oleh sebab itu orang percaya harus mengerti dengan benar segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk dilakukan khususnya melakukan hukum kasih, menyangkal diri, memikul salib setiap hari, menjaga kekudusan hidup dan melaksanakan perintah amanat Tuhan Yesus untuk menjadikan semua umat manusia menjadi murid Tuhan Yesus dengan mengajarkan Injil pengajaran Tuhan Yesus secara lengkap hingga memiliki kehidupan yang serupa dengan gambar-Nya.
Inilah orang-orang mau menderita bersama-sama dengan Kristus dan sepenanggungan dengan diri-Nya.
Hanya orang-orang yang menderita bersama dengan Kristus yang akan dipermuliakan bersama dengan Tuhan Yesus didalam Kerajaan-Nya (Roma 8:17, 30 ; Filipi 3:10).

Menerima Tuhan Yesus sebagai Majikan yang dipatuhi berarti mengakui bahwa hidup kita telah dibeli untuk hidup bagi Tuhan Yesus dan bukan lagi hidup untuk diri sendiri, dengan demikian kita mengakui Dia lah Allah pemilik kehidupan dan pemilik segala kuasa di bumi dan di Sorga.
Ini barulah beriman yang benar kepada Tuhan Yesus.
Dalam hal ini yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus bukan hanya melakukan hukum, tetapi melakukan segala kehendak-Nya melalui pimpinan Roh Kudus setiap hari disepanjang waktu hidup kita.
Dalam perintah amanat agung kata "melakukan" dalam Matius 28:20 teks aslinya diterjemahkan "tereo" yang artinya juga (memperhatikan, menjaga, mengamati, menyelidiki, mematuhi).
Itulah sebabnya orang percaya harus belajar Injil secara lengkap, ini merupakan respons awal untuk memiliki keberimanan yang benar kepada Tuhan Yesus.
Hal ini tentu akan membuat kita memiliki kecerdasan roh yang berasal dari Tuhan.
Kecerdasan roh membuat seseorang peka untuk mengerti kehendak-Nya, yaitu apa yang baik, berkenan dan yang sempurna untuk dilakukan dengan penuh sukacita sebagai ekspresi keberimanan yang di benar dihadapan Tuhan kita Yesus Kristus.

Menjadi anak Allah berarti melakukan kehendak Bapa (Matius 7:21).
Tuhan Yesus tidak menerima orang yang mengaku percaya tetapi tidak berkelakuan seperti diri-Nya.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa saudara-saudara-Nya adalah orang yang mendengar Firman Tuhan dan melakukan Firman itu atau menjadi pelaku Firman atau pelaku kehendak Allah (Lukas 8:21). Untuk menjadi anggota keluarga Allah, sesorang harus melakukan kehendak Allah dengan tanpa batas.
Tanpa syarat ini seseorang tidak akan menjadi anggota Kerajaan Allah.
Syarat ini bukanlah bernilai suatu jasa, tetapi sebagai “respon” kita terhadap kasih dan anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.

Yakobus 2:18
Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."

Amin.