Rabu, 31 Januari 2018

PERJUANGAN UNTUK HIDUP KUDUS


Ibrani 10:29 
Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?

Perubahan status dari “pemberontak” menjadi “anak” harus berlanjut sampai orang yang dikuduskan tersebut benar-benar berkeadaan kudus seperti Bapa. Inilah yang menempatkan kita sebagai anak-anak Allah yang sah. Itulah sebabnya 1 Petrus 1:17 mengingatkan, bahwa kalau kita memanggil Allah sebagai Bapa hendaknya kita hidup dalam ketakutan selama menumpang di dunia.
Ketakutan di sini adalah takut kepada Bapa karena menghormati dan mengasihi-Nya. Sebagai anak, kita harus meneladani apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, karena proyeksi keselamatan adalah serupa dengan Tuhan Yesus (Roma 8:28-29).
Model Anak yang menyukakan hati-Nya adalah Tuhan Yesus Kristus. Oleh sebab itu, kalau seseorang tidak mau diproses untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus dan bahkan tidak mengasihi sesama, maka ia bukanlah bagian dari anggota tubuh Kristus dan tidak layak menerima pengampunan-Nya.
Sebab pengampunan diberikan untuk proses perubahan sampai dilayakkan, dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.

Dalam 1 Korintus 1:2 tertulis: “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus”.
Perhatikan kalimat “dikuduskan dalam Kristus Yesus” dan “yang dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus”.
Di sini kita dapat menemukan ada dua dimensi. Dimensi pertama adalah “dikuduskan dalam nama Tuhan Yesus”, artinya Tuhan mengubah status kita sebagai orang percaya, dari pemberontak menjadi anak-Nya oleh karya salib-Nya.
Ini adalah pengudusan secara pasif.
Kedua, “dipanggil untuk menjadi orang kudus”, artinya kita harus berjuang memiliki karakter atau mencapai kekudusan seperti yang dikehendaki-Nya.
Ini adalah pengudusan secara aktif.
Memerhatikan dua aspek pengudusan (pasif dan aktif), maka kita temukan kesejajaran dengan pengudusan oleh darah Tuhan Yesus dan oleh Firman yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Pengudusan oleh darah Tuhan Yesus adalah pengudusan untuk mengubah status. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 4:12).
Dikuduskan dengan darah Tuhan Yesus tidak melibatkan peran manusia sama sekali.
Manusia hanya menerima anugerah tersebut. Pengudusan oleh darah Tuhan Yesus ini tidak otomatis menghilangkan kodrat dosa (Ing. sinful nature) atau mengubah watak dosa dalam kehidupan manusia. Kodrat dosa hanya dapat dihilangkan melalui proses pendewasaan oleh Firman dan pembentukan Allah yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri umat pilihan.

Banyak orang Kristen puas hanya sampai pengudusan secara pasif. Pengudusan secara pasif dianggap sudah selesai atau sudah tuntas.
Biasanya mereka juga percaya bahwa sakramen sudah cukup menguduskan, padahal sakramen tidak bisa menguduskan kalau hanya dari segi teknisnya. Misalnya baptisan, yang menguduskan bukanlah air baptisan atau tindakan dibaptis itu sendiri, tetapi kesediaan meninggalkan manusia lama dan hidup dalam hidup yang baru, tentu melalui proses pembelajaran Firman Tuhan dan kehidupan setiap hari dalam segala peristiwa yang dialami.
Roma 1:7 mengisyaratkan bahwa dipanggil dan dijadikan orang kudus bukanlah proses sederhana yang terjadi oleh tindakan sepihak dari Allah, tetapi juga respon manusia dalam menerima pengudusan itu. Orang yang tidak mau selalu bertobat guna pembaharuan setiap hari adalah orang yang menolak pengudusan secara aktif oleh Roh Kudus dan Firman (Roma 2:5, Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan). Dalam hal ini, apakah seseorang menjadi orang kudus dan berkenan kepada Allah atau tidak, tergantung kepada masing-masing individu pula.

Allah tidak memaksa. Kalau seseorang mengeraskan hati tidak mau selalu bertobat, maka berarti ia tidak menerima anugerah pengudusan secara aktif.
Ini juga berarti ia membuang dan menginjak-injak darah korban Tuhan Yesus atau tidak menghargai pengorbanan-Nya. Dengan tindakan itu maka secara tidak langsung membuat pengudusan secara pasif menjadi sia-sia. Hal ini akan nampak ketika seseorang tidak mengalami pertumbuhan kepada kesempurnaan seperti Kristus, bahkan berbuat baik pun tidak dilakukan. Ironinya, banyak orang Kristen merasa sudah selamat dan merasa “sudah berkenan” di hadapan Tuhan hanya karena merasa sudah mempercayai karya salib Yesus, padahal keadaan diri mereka “tidak melakukan kehendak Bapa” (Matius 7:21-23).
Bersedia dikuduskan berarti bersedia mengalami kematian diri manusia lama (Galatia 2:20).
Meskipun mengalami kematian diri, kita tetap memiliki kehendak bebas, tetapi melalui penyangkalan diri terus-menerus, kita akan menyerahkan kehendak kita dan hak kita kepada Tuhan: hak dihormati, hak dihargai, hak memiliki diri sendiri, dan sebagainya.
Ini suatu keharusan, sebab bersedia dikuduskan juga berarti bersedia dipisahkan untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini.
Dengan pertumbuhan manusia baru yang mengikuti jejak hidup Tuhan Yesus, kita yang semakin dewasa rohani, karakter kita semakin terbentuk dalam kekudusan yang benar. Ini memungkinkan kita dipakai Tuhan secara benar, sebab hanya orang yang kuduslah yang dapat berjalan dengan-Nya dalam keharmonisan hubungan yang dikehendaki-Nya.

Rela dipakai Tuhan berarti rela dikuduskan, rela dipisahkan dari dunia ini untuk dipakai oleh Tuhan menjadi saksi-Nya di tengah-tengah dunia yang cemar ini dengan menggelar hidup didalam kasih dan kebenaran, didalam kekudusan dan yang semakin serupa dengan gambar Kristus.

Amin.

Selasa, 30 Januari 2018

MENGHADAP PENGHAKIMAN ALLAH YANG SEMAKIN MENDEKAT



Roma 1:18-23
18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.
19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.
20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.
22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.
23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

Dari yang dikemukakan dalam Roma 1:18-23 jelas sekali kebenaran yang menunjukkan bahwa Tuhan sangat memerhatikan perilaku atau perbuatan seseorang; siapa pun orang itu apakah umat pilihan (bangsa Israel dan orang percaya) atau bangsa-bangsa lain. Dalam hal tersebut Tuhan tidak memandang muka. Roma 1:18 mengatakan: murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Kata “kelaliman manusia” menunjukkan tidak ada perbedaan. Perlu kita perhatikan kalimat “kelaliman manusia”, bukan kelaliman orang kafir atau orang tertentu, tetapi semua manusia; bahwa semua manusia mendapat perlakukan yang sama, tentu termasuk di dalamnya orang beragama. Kalau seseorang melakukan kefasikan dan kelaliman, maka murka menimpa mereka; Tuhan tidak memandang muka.

Dalam hal ini status sebagai umat pilihan, dan keberimanan kepada Tuhan Yesus bukanlah jaminan dapat terhindar dari penghakiman Tuhan. Semua perbuatan manusia akan diperhadapkan kepada pengadilan Allah, termasuk perbuatan orang-orang Kristen (2 Korintus 5:10). Hal ini patut diperhatikan karena ada orang-orang Kristen yang berpikir bahwa dirinya akan bebas dari penghakiman sebab mereka merasa bahwa dirinya sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka berpikir bahwa orang percaya tanpa pengadilan akan masuk surga. Hal itu didasarkan pada pengertian yang salah terhadap konsep solagratia (hanya oleh anugerah). Mereka keliru menfasirkan konsep “keselamatan bukan karena perbuatan baik, tetapi karena anugerah”. Mereka berasumsi bahwa anugerah menghilangkan pengadilan atas orang yang menerima anugerah. Mereka berpikir, bahwa oleh karena Tuhan Yesus telah mati di kayu salib, maka semua masalah dosa telah selesai; tidak ada perhitungan lagi.

Banyak orang Kristen yang tidak mengerti kebenaran Injil. Mereka percaya dan merasa bahwa dengan mudah atau secara otomatis orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sudah selamat dan pasti masuk surga. Mereka tidak memahami apakah yang dimaksud dengan percaya itu dan mereka tidak mengerti bahwa orang percaya harus dimuridkan untuk memiliki kehidupan seperti Tuhan Yesus atau sempurna seperti Bapa. Menurut mereka yang berpandangan keliru tersebut, perbuatan atau perilaku individu tidak diperhatikan oleh Allah, sebab keselamatan terjadi bukan karena perbuatan baik. Betapa salahnya bangunan berpikir ini. Pengajaran ini benar-benar menyesatkan dan merusak bangunan iman orang percaya.
Harus dipahami bahwa Paulus sendiri berjuang untuk berkenan di hadapan Allah, karena dirinya harus menghadap takhta pengadilan Allah (2 Kor. 5:9-10). Dalam kitab Roma Paulus mengatakan: Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah (Rm. 14:12). Perhatikan kata “kita” dalam ayat ini yang menunjuk semua orang percaya, termasuk Paulus sendiri.

Pengadilan Allah berlaku bagi siapa pun, sebab faktanya memang terdapat orang-orang yang mengetahui tentang Allah tetapi mereka tidak memuliakan Allah, dan hidup mereka menjadi sia-sia karena tidak melakukan kehendak-Nya, sehingga hati mereka yang bodoh menjadi gelap (Rm. 1:19-21). Bukankah fenomena riil tersebut kita jumpai dalam kehidupan banyak orang, termasuk orang-orang Kristen? Dalam kehidupan setiap hari sering kita menjumpai kenyataan orang non-Kristen lebih jujur, lebih mengasihi sesama dan berperilaku lebih baik dibanding orang Kristen sendiri. Apakah orang Kristen “yang tidak berbuat kebaikan” tersebut masuk surga karena merasa memiliki iman kepada Tuhan Yesus, sedangkan orang di luar Kristen masuk neraka karena tidak terhisap sebagai orang beriman kepada Tuhan Yesus? Harus diingat, pengadilan Allah berorientasi pada perbuatan, bukan iman. Iman bukanlah perbuatan baik menurut hukum, tetapi perbuatan baik yang berstandar kesucian Allah sendiri.

Itulah sebabnya maka orang percaya harus mengalami pemuridan yang diasuh sendiri oleh Tuhan Yesus melalui Roh Kudus. Inilah proses pendewasaan di mana orang percaya dikehendaki untuk mencapai target sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Dengan kehidupan yang sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus tersebut orang percaya tidak takut menghadapi penghakiman Allah. Di sini orang percaya bukan saja yakin bisa masuk surga, tetapi mengerti dan tahu pasti masuk surga. Keselamatan menjadi milik yang pasti, bukan sekadar keyakinan dalam nalar yang dibangun dari doktrin, jika kita memiliki perjalanan hidup dengan Tuhan guna mencapai kesucian-Nya secara nyata atau konkret. Orang percaya yang benar yakin bahwa penghakiman Tuhan bukan sesuatu yang membahayakan dan menakutkan lagi. Hal ini bukan didasarkan pada pengertian secara nalar, tetapi kehidupan setiap hari yang berkenan di hadapan-Nya.

Yakobus 2:12
Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.

Amin.

Senin, 29 Januari 2018

MENYADARI LORONG KEKEKALAN YANG SEMAKIN MENDEKAT




2 Petrus 3:10-11,14
10 Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup
14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.

Sebagai makhluk kekal, setiap manusia dihadapkan kepada 2 pilihan kekekalan, pilihan itu adalah kekal di neraka dengan penyiksaan fisik yang tiada henti atau kekekalan hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus dikerajaan-Nya yang penuh dengan keindahan.
Perjalanan untuk memilih kekekalan bersama dengan Tuhan Yesus ini sangatlah singkat, bisa jadi kesempatannya beberapa hari lagi, bisa jadi esok hari, atau mungkin beberapa jam lagi.
Lorong kekekalan ini tidak hanya berbicara kedatangan Tuhan Yesus yang kedua secara fisik namun perlu disadari ketika hari kematian menjemput maka seseorang sudah diperhadapkan kepada lorong kekekalan tersebut.
Oleh sebab itu manusia yang tidak mempertimbangkan hal ini adalah manusia yang bebal dan tidak berakal sehat.
Kesukaran-kesukaran hidup yang terjadi dalam hidup kita sebenarnya hendak mengajak kita untuk berpaling kepada Tuhan dan mencari apa yang bernilai abadi.
Planet yang kita huni ini bukanlah dunia yang menjanjikan.
Kebakaran hutan, menipisnya lapisan ozon, gejala-gejala alam yang aneh dan menakutkan, makin berkurangnya sumber kekayaan alam, krisis-krisis hidup manusia (ekonomi, moral, politik, keamanan yang berkaitan dengan ancaman nuklir dan senjata perang pemusnah lain), dan berbagai ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia seperti berbagai penyakit yang muncul tanpa ada terapinya, ancaman asteroid yang bisa menabrak bumi, dan sebagainya.
Jika ada nubuatan dunia akan semakin baik maka itu tentu nubuatan yang palsu oleh nabi-nabi palsu yang hanya ingin mengenakkan telinga pendengarnya. Alkitab sudah jelas mengatakan bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar (2 Timotius 3:1 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar).

Berbahagialah mereka yang dapat membaca tanda akhir zaman ini dan berpaling kepada Tuhan, mencari kehendak-Nya dan hidup didalam-Nya.
Jika kita termasuk pencari Tuhan, kita tergolong dalam kelompok yang sempat tertolong.
Banyak kelompok yang tidak sempat tertolong lagi, sebab pandangan hidup mereka tertuju kepada dunia ini semata-mata, memuaskan segala hawa nafsu dan keinginannya dengan tanpa batas dan tanpa memperhatikan kehendak Tuhan yang utama didalam hidupnya.
Mereka tidak percaya bahwa Tuhan Yesus akan datang sesegera mungkin (Wahyu 22:12  "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya).
Mereka berpikir bahwa Tuhan Yesus datang barangkali 100 tahun lagi atau lebih sehingga mereka tidak mencari kehendak Tuhan didalam hidupnya secara benar untuk dilakukan.

Sebagaimana seseorang dapat mengenali cuaca dengan tanda-tanda yang ada, demikian pula seorang anak Tuhan harus dapat menemukan tanda-tanda zaman untuk mengerti saat-saat penting dunia. Tuhan akan sengaja menunjukkan tanda-tanda tersebut semakin jelas, supaya anak-anak-Nya dapat bersiap-siap. Dengan mengenali saat-saat penting tersebut, kita dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu (Matius 24:45–51).
Tanda-tanda zaman yang kita dapat baca ini akan menggerakkan kita melakukan tindakan yang penting yaitu menyelesaikan tugas kehidupan melakukan kehendak Tuhan Yesus dan membawa hidup semakin serupa dengan diri-Nya.
Kalau ternyata planet yang kita huni ini tidak menjanjikan kehidupan yang sejahtera, bahkan makin hari makin mencemaskan, maka kita didorong untuk mencari kehidupan yang Tuhan Yesus telah janjikan yaitu dilangit baru dan bumi yang baru kerajaan Tuhan Yesus di Sorga.
Di kerajaan Tuhan Yesuslah kita semua bisa melangsungkan suatu kehidupan yang indah dan kekal untuk selamanya.

Olehnya kehidupan hari ini kita dituntut oleh Tuhan untuk menyelenggarakan kehidupan yang memiliki nilai-nilai kekal.
Kehidupan seperti ini tidak dapat kita jumpai dalam agama dan ajaran mana pun, kecuali apa yang diajarkan Tuhan Yesus (Yohanes 15:1–4).
Itu sebabnya Tuhan Yesus berkali-kali menasehati agar kita mencari dan mengutamakan harta sorgawi yang memiliki nilai kekal (Matius 6:19–21).
Paulus pun berkata demikian (Kolose 3:1–4).
Yang harus kita lakukan di zaman akhir yang tanda-tandanya sudah semakin jelas ini adalah mempersiapkan diri, terus berjaga-jaga menyambut kedatangan Tuhan Yesus dengan menggelar hidup didalam kasih, kudus, tidak bercacat dan tak bernoda serta mengajarkan kehidupan terang Kristus ini kepada orang lain agar diri kita dan semua umat manusia yang hidupnya telah diterangi oleh Kristus dan menerima-Nya diperkenankan bertemu dengan Tuhan Yesus di awan-awan permai untuk menerima mahkota kehidupan kekal, hidup untuk selama-lamanya bersama dengan Dia didalam kerajaan-Nya (1Tesalonika 4:17).

Tuhan sengaja menunjukkan tanda-tanda zaman agar kita dapat bersiap-siap menyambut kedatangan-Nya yang datang seperti pencuri dan tidak akan terduga waktunya oleh siapapun juga.

Amin.

Jumat, 26 Januari 2018

SELALU UNTUK-MU


1 Korintus 8:6 
namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Untuk mencapai hubungan yang melekat dengan Tuhan Yesus seseorang harus dewasa rohani.
Seorang yang dewasa rohani hidupnya sudah tidak lagi berpusat pada diri sendiri (egosentris), tetapi harus “theosentris”.
Theosentris artinya hidupnya berpusat kepada Tuhan demi kesukaan hati-Nya.
Seseorang yang hidupnya berpusat kepada Tuhan Yesus adalah seseorang yang bersedia menghidupi nilai kehidupan "selalu untuk-MU"
Orang-orang seperti ini tentu sudah mulai cakap menyalibkan daging dengan segala keinginannya.
Ia tidak bisa lagi menikmati dunia atau mencari hasrat hidup yang ditujukan untuk kepuasan diri sendiri.
Dunia dengan segala keindahannya sudah menjadi pudar di matanya.
Mereka menjadikan Tuhan sebagai harta kekayaan yang abadi satu-satunya yang menjadi tujuan hidup.
Hatinya sudah dipindahkan dalam Kerajaan Sorga dan menghayati dengan benar bahwa dunia ini bukan rumahnya. Mereka adalah orang-orang yang berurusan dengan Tuhan karena hendak mengabdi kepada-Nya.
Mereka adalah orang yang mendesak Tuhan untuk menemukan perintah atau komando-Nya dalam pekerjaan-Nya bagi kepentingan Kerajaan Sorga.
Baginya segenap hati, jiwa dan menumpahkan keringat dan darah adalah kehormatan sebagai anak atau pangeran Kerajaan Allah.
Pelayanannya kepada Tuhan tidak lagi dibatasi oleh ruangan dan waktu.
Segenap hidupnya adalah pelayanan bagi Tuhan.
Sampai taraf ini seseorang baru bisa dikatakan hidupnya berpusat hanya kepada Tuhan Yesus.

Untuk bisa menjadi dewasa didalam Tuhan tidaklah tergantung dari Tuhan sepenuhnya, tetapi juga tergantung dari masing-masing individu.
Tuhan telah menyediakan sarana untuk dewasa, tetapi apakah seseorang bertumbuh dewasa atau tidak tergantung kesediaan masing-masing individu tersebut digarap Roh Kudus.
Kedewasaan seseorang didalam Tuhan adalah proses pendewasaan dimana seseorang bisa benar-benar lahir baru menjadi manusia yang baru yang mengenakan kodrat ilahi yang selalu memperagakan teladan dari kehidupan Tuhan Yesus, mengikuti jejak-Nya yang selalu hidup melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Hidupnya hanya berfokus kepada hidup yang mengabdi kepada kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya.
Sampai disini barulah hidupnya bisa menjadi saksi-Nya, disinilah ia menemukan kehidupan yang memiliki nilai hidup yang berbeda dari cara hidup yang ia warisi dari nenek moyangnya.
Ia menjadi manusia yang tidak lagi sama dengan dunia ini dimana orang dunia pada umumnya selalu menggelar hidup berpusat kepada diri sendiri yang selalu berfilosofi hidup "selalu untukku".
Fokus hidupnya di lahirkan dan dibentuk kembali oleh Tuhan dimana hidup yang di kehendaki oleh Tuhan adalah hidup yang berpusat kepada Tuhan, hidup yang diperuntukan untuk kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya, berangkat dari sini barulah ia mengerti terhadap filosofi hidup "selalu untuk-MU".

Orang-orang yang hidupnya berpusat kepada Tuhan Yesus kelak pasti akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus, sebab yang memerintah dengan Tuhan Yesus adalah mereka yang bersedia menderita bersama-sama dengan Tuhan dalam penyangkalan diri, memikul salib setiap hari dan mengawal pekerjaan-Nya tanpa batas.
(Roma 8:17  Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia).
Orang-orang yang hidupnya selalu berpusat kepada Tuhan yang bersedia menghidupi nilai kehidupan "selalu untuk-MU" adalah orang-orang yang akan selalu disertai oleh Tuhan disetiap langkahnya, jika ia berkeluarga, melakukan bisnis dan pekerjaan lainnya tentu Tuhan juga rindu memberkati dan mencurahkan berkat baik berkat rohani maupun jasmani sebab Tuhan sedang memang mencari orang-orang mau dan bersedia menyertai dan mengawal pekerjaan Tuhan dengan tanpa batas yang tanpa memasukan kepentingan pribadi dan keinginan menikmati kepuasan hasrat duniawi.
Hendaknya kita jangan seperti Yudas iskariot yang gagal mengiring pekerjaan Tuhan karena ia telah memasukan kepentingan pribadi dan hasrat duniawi didalam pengiringannya kepada Tuhan.

Sejatinya kita sebagai anak-anak Tuhan haruslah menghidupi nilai kehidupan "selalu untuk-MU", berani menderita bersama dengan Tuhan Yesus dalam menyelesaikan tugas kehidupan yang di telah percayakan-Nya. Hidup mengikuti jejak-Nya selalu taat dan setia sampai akhir melakukan kehendak-Nya.
Hidup yang berpusat hanya bagi Dia dan kerajaan-Nya.

2 Korintus 5:15 
Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Amin.

Kamis, 25 Januari 2018

KEMARAHAN / DENDAM



Seekor ular memasuki gudang tempat kerja Seorang Tukang Kayu di malam hari.
Kebiasaan Si Tukang Kayu adalah MEMBIARKAN sebagian Peralatan Kerjanya Berserakan & Tidak Merapikannya.
Ketika Ular itu masuk kesana, secara kebetulan ia merayap di atas gergaji.. Tajamnya mata gergaji menyebabkan perut Ular terluka.. Ular beranggapan gergaji itu MENYERANGNYA.
Ia pun membalas dengan Mematuk Gergaji itu berkali-kali.

Serangan yang bertubi-tubi menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.. MARAH & PUTUS ASA.. Ular berusaha Mengerahkan Kemampuan terakhirnya untuk MENGALAHKAN MUSUHNYA.
Ia pun lalu Membelit Kuat gergaji itu.
Belitan yang Menyebabkan tubuhnya terluka amat parah, Akhirnya ia pun MATI BINASA.

Saudaraku....

Kadangkala di saat MARAH.. KITA ingin MELUKAI ORANG. Setelah semua berlalu.. KITA baru Menyadari bahwa YANG TERLUKA SEBENARNYA adalah DIRI KITA SENDIRI.
Banyaknya PERKATAAN YANG TERUCAP & TINDAKAN YANG DILAKUKAN saat AMARAH Menguasai.. sebanyak itu pula KITA MELUKAI DIRI KITA SENDIRI.
TIDAK ADA Musuh yang TIDAK DAPAT di Taklukkan oleh CINTA KASIH.
TIDAK ADA Penyakit yang TIDAK DAPAT di SEMBUHKAN oleh KASIH SAYANG.
TIDAK ADA Permusuhan yang TIDAK DAPAT di MAAFKAN oleh KETULUSAN.
TIDAK ADA Kesulitan yang TIDAK DAPAT diPECAHKAN oleh KETEKUNAN.
TIDAK ADA Batu keras yang TIDAK DAPAT di PECAHKAN oleh KESABARAN.

Semua itu HARUSLAH berasal dari DIRI KITA.
Ketahuilah DENDAM, BENCI, CURIGA, PIKIRAN NEGATIF, apapun itu ia sebenarnya bagaikan ULAR YANG MEMBELIT GERGAJI yang telah Ribuan kali muncul dalam PIKIRAN KITA yang Menusuk & merusak manusia batiniah KITA Sendiri.
Oleh sebab itu marilah kita saling mengampuni dan saling mengasihi satu dengan yang lain sebab inilah hal yang paling terindah di hadapan Tuhan.
Amin....Amin....

Selasa, 23 Januari 2018

TIDAK MEMBERI KESEMPATAN KEPADA IBLIS


Efesus 4:27
dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

Kemenangan terhadap iblis adalah ketika seseorang tidak memberi “kesempatan” kepada Iblis dalam hidupnya yaitu tidak memberikan ruang sedikitpun untuk iblis berpijak di dalam hati dan pikiran.
Kata “kesempatan” dalam Efesus 4:27 disini dalam teks aslinya adalah topon yang artinya "tempat berpijak"(foothold). Memberi kesempatan kepada iblis berarti membiarkan hati dan pikiran dihinggapi berbagai keinginan pribadi yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya sehingga menghalangi rencana Tuhan tergenapi dalam hidup.
Bangsa Israel yang melawan Musa dengan berniat hendak kembali menikmati Mesir adalah suatu tindakan menghalangi rencana Allah untuk membawa bangsa itu ke Kanaan. Sama dengan orang Kristen yang berniat menikmati dunia dan kesenangan dunia juga menghalangi rencana Tuhan membawa mereka kepada kemuliaan kerajaan-Nya. Hendaknya kita tidak menjadi seorang Kristen yang kalah perang sehingga gagal menerima keselamatan yang telah disediakan Tuhan, sama seperti istri Lot yang gagal menerima keselamatan yang disediakan Allah bagi keluarga Lot karena masih menoleh ke belakang karena hatinya masih terpaut dan terikat dengan harta kekayaan, hasil ternaknya dan lain-lain yang harus ditinggalkannya.
Kegagalan orang Kristen menerima keselamatan bukanlah sekenario Tuhan tetapi keputusan dengan sadar oleh masing-masing individu.

Dalam Lukas 4:6, diberitahukan kepada kita bahwa Tuhan Yesus tidak menolak ketika iblis menyatakan bahwa iblis memiliki kekuasaan atas materi, yaitu dunia. Ternyata Tuhan memang menyerahkannya untuk dikuasai iblis. Kata menyerahkan atau diserahkan dalam teks aslinya adalah paradedotai.
Dalam bahasa Ingris diterjemahkan “it has been delivered” (dilepaskan).
Dalam hal ini dapat dimengerti mengapa iblis dapat memberikan kekayaan kepada siapa saja yang dikehendakinya.
Jadi kekayaan dunia ini dapat menjadi semacam umpan yang menyenangkan untuk menjerat manusia supaya binasa. Cara inilah yang dipakai oleh iblis untuk mencoba menjerat Yesus, namun tawaran iblis ini dimentahkan atau ditolak mentah mentah oleh Tuhan Yesus dengan perkataan Firman Allah yang hidup, dalam hal ini Tuhan hendak memberikan contoh teladan bagaimana selayaknya pengikut pengikut-Nya harusnya tidak tertarik dengan kesenangan yang ada didunia ini.
Iblis membeli manusia dan menyita imannya dengan menggunakan harta dunia ini.
Manusia yang masuk dalam perangkap iblis lewat kesenangan duniawi yang ada didalam dunia ini, maka ia dirusak karena mengingini hal tersebut.
Sehingga manusia tidak sadar bahwa ia ingin sudah menjadikan bumi menjadi tempat tujuan hidupnya dan bukan lagi Kerajaan Bapa di Sorga.

Kita harus sadar bahwa kita adalah musafir dalam dunia fana ini, dunia bukanlah rumah kita, tetapi dunia adalah benar-benar padang perantauan yang suatu hari harus kita tinggalkan.
Tuhan memilih orang percaya sebagai umat pilihan Tuhan semata-mata agar orang percaya mewarisi Kerajaan Tuhan Yesus yang akan datang, dan bukan kerajaan dari dunia ini.
Hal inilah yang sering kurang dipahami oleh banyak orang Kristen, bahkan banyak hamba-hamba Tuhan.
Banyak orang Kristen telah terlalu jauh mentolerir praktek hidup yang sebenarnya sangat duniawi menurut Tuhan.
Tidak sedikit kegiatan-kegiatan rohani ternyata digerakkan oleh semangat duniawi ini.
Semua kegiatan tersebut walau bungkusnya pelayanan tetapi di dalamnya banyak motivasi lain yang buruk supaya Tuhan memperkaya hidupnya dibumi. Dengan kondisi gereja seperti ini, banyak orang Kristen menjadi tawanan harta kekayaannya tanpa mereka sadari, ia menjadi pribadi yang memikirkan hartanya setiap hari, ia menjadi pribadi yang takut kehilangan harta yang sudah dihasilkan dari keringatnya sendiri, orang orang seperti ini sebenarnya telah berhasil ditawan oleh iblis karena mengingini dunia ini.
Dengan sikap seperti ini sebenarnya seseorang sedang mendua hati atau hendak mengabdi kepada dua tuan yaitu kepada dunia juga kepada Tuhan.
Tentu sikap seperti ini adalah sikap yang membangun permusuhan dengan Allah (Yokobus 4:4).

Dalam Yakobus 4:7-8 tertuang kalimat : Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!
Sebagai anak-anak kerajaan sorga yang di tugaskan melakukan kehendak Tuhan selama dibumi ini, kita harus tegas menolak semua tawaran iblis lewat kesenangan-kesenangan duniawi yang ada didalam dunia ini, dan hanya memilih terikat kepada Tuhan.
Seperti Tuhan Yesus yang dengan tegas menolak semua tawaran iblis untuk menikmati kesenangan dunia maka seperti itulah pula kita dipanggil-Nya untuk mengikuti jejak-Nya, mengikuti seluruh teladan hidup-Nya (Lukas 4:6-8).
Untuk melawan tipu daya iblis kita harus mendekat kepada Allah, mendekat artinya membangun hubungan yang harmoni dengan Dia, mengenal Pribadi-Nya, mengenal firman-Nya, mengenal tujuan Ia menciptakan kita, mengenal seluruh kehendak-Nya dan melakukannya dengan taat dan setia.
Kita harus menjadi pribadi yang harus selalu berjalan sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan, memiliki cara pandang yang sama dimana Tuhan menghendaki kita hidup dalam kesucian yang tidak bercacat cela dari cara hidup, cara berpikir, sikap batin dan seluruh perilaku kita. Tidak ada lagi sikap yang mendua hati, hati dan pikiran harus dikuduskan dan hanya mengingini apa yang Tuhan ingini dan Tuhan berkenan atas hidup kita. Ini sikap ketertundukan yang benar kepada Allah sang pemilik kehidupan ini.
Dengan sikap yang mengabdi kepada satu Tuan saja yaitu kepada Tuhan Yesus Kristus maka segala berkat jasmani dan rohani harus dimaksimalkan untuk melayani dan memuliakan Tuhan, sebab keberadaan hidup orang percaya adalah hanya kepada Tuhan Allah saja mereka harus berbakti dan mengabdikan hidupnya.

Dengan demikian sebagai orang percaya kita menjadi orang orang yang hanya memilih Tuhan Yesus sebagai kekasih abadi dan hanya mengikatkan hati kita untuk mengasihi Tuhan secara permanen sehingga bebas dari berbagai macam bentuk berhala apapun.
Dengan demikian pula kita tidak akan ragu lagi mempersembahkan harta, uang, pikiran, tenaga dan seluruh wilayah hidup kita untuk kita pergunakan hanya bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Amin.

Senin, 22 Januari 2018

RESPON YANG BENAR MENGHADAPI MASALAH KEHIDUPAN


Yakobus 1:2-4
2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.

Bila kita berpikir bahwa hidup ini dapat dijalani tanpa masalah, maka kita sendiri bermasalah, sebab memiliki pola berpikir yang salah.
Perlu dipahami bahwa hidup kita tidak mungkin tidak bermasalah, sebab dunia ini sudah jatuh dalam segala masalah. Dengan pemahaman ini bukan berarti kita mengharapkan hidup yang sulit. Kita harus berjuang menghadapinya dengan tekun, giat dan bertanggung jawab kepada Tuhan.
Orang Kristen yang dewasa tidak mudah meminta Tuhan agar mengangkat masalahnya, namun sebaliknya ia akan meminta pencerahan dari Tuhan untuk mengerti bagian mana dalam karakternya, perilaku hidupnya, bahkan sikap hati yang hendak diubah dan disempurnakan oleh Tuhan.
Dengan penuh tanggung jawab ia berusaha menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan semua potensi yang telah dikaruniakan Tuhan kepada dirinya dan tentunya dengan memohon pimpinan yang dari pada Tuhan.
Dengan menggumuli masalah hidup kita tersebut, Tuhan hendak mengajar kita untuk bertanggung jawab dan membentuk kita menjadi pribadi yang berintegritas tinggi.
Ingat, di surga nanti kita bukan hanya duduk-duduk santai, makan minum tidur saja.
Di sana kita akan bekerja melayani Tuhan sepanjang masa.

Oleh sebab itu yang diperkenankan melayani Tuhan adalah yang orang-orang yang berintegritas tinggi, tekun, giat, rajin berkerja dan produktif.
Jangan berpikir Tuhan dengan mudah mengubah hidup kita tanpa mengajak kita bergumul untuk bertanggung jawab dan meningkatkan integritas kita.
Bagaimana seseorang dapat belajar menjadi dewasa dan bertanggung jawab, kalau masalahnya selalu dengan serta-merta diselesaikan Tuhan dengan mudah dan ajaib? Orang yang tidak pernah mengalami konflik dan pergumulan tidak akan bertumbuh dewasa.
Ia tidak mengerti bagaimana hidup yang bertanggung jawab di dunia ini.
Pribadi-pribadi seperti ini bukanlah pribadi yang kokoh. Dengan demikian, kita tahu bahwa masalah yang Tuhan izinkan untuk kita alami bukanlah masalah lagi, tetapi pelajaran berharga yang membawa berkat abadi. Yakobus menunjukkan kepada kita, bahwa kita harus merasa bahagia, sekalipun kita menghadapi berbagai pencobaan dan masalah. Ini berarti berkat Tuhan bukan hanya sesuatu yang dirasa enak atau nyaman saja.
Kesulitan pun bisa merupakan berkat Tuhan, asal kita tahu bagaimana meresponinya.

Masalah-masalah yang menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani dan berbagai masalah yang menyangkut kehidupan fana bukanlah sesuatu yang boleh dianggap sangat penting. Sebab masalah yang terpenting dalam kehidupan orang percaya adalah masalah kekekalan, masalah bagaimana hidupnya dapat melakukan kehendak Bapa, menjadi pribadi seperti yang diingini-Nya sehingga ia dapat dikenal oleh Tuhan sebagai anak-anak yang taat mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar karena mengasihi Tuhan.
Tuhan sering mengijinkan kita ada di dalam berbagai masalah-masalah berat dengan maksud untuk menggarap kita agar kita berubah menjadi anak-anak Allah yang memperagakan kehidupan Tuhan Yesus.
Sebab tidak mungkin ada perubahan tanpa kejadian-kejadian dalam kehidupan.
Itulah sebabnya Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28).
Jadi, kalau kita menghadapi suatu persoalan yang berat, seharusnya bukan jalan keluar dari masalah itu yang kita cari, tetapi kita harus mencari untuk menemukan bagian mana dalam karakter kita yang hendak diubah oleh Tuhan. Kita harus menerima penggarapan Allah melalui berbagai persoalan hidup yang kita hadapi. Doa kita bukanlah bagaimana memperoleh jalan keluar dari berbagai persoalan yang kita hadapi, tetapi meminta pencerahan dari Tuhan untuk mengerti bagian mana dalam karakter kita yang hendak diubah oleh Tuhan.

Kalau kita menemukan bagian mana dalam karakter kita yang diubah Tuhan dan memberi diri diubah, maka persoalan akan selesai pada waktunya. Tentu kita juga harus bertanggung jawab atas setiap persoalan yang kita hadapi dalam hidup ini dan senantiasa memohon pimpinan Roh Kudus dalam segala hal yang kita kerjakan.

Amin.

Sabtu, 20 Januari 2018

KEKUATIRAN YANG SALAH


Filipi 4:6-7
6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Orang yang kuatir akan kebutuhan dan keadaan hidupnya dibumi ini adalah orang yang sebenarnya tidak menghormati dan menghargai Tuhan yang maha hadir.
Ia tidak akan merasakan dan menikmati damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal.
Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal disini maksudnya damai sejahtera yang tidak ditopang oleh perasaan aman karena harta dunia dan keadaan yang nyaman dan baik-baik saja.
Damai sejahtera yang diberikan oleh Allah adalah damai sejahtera dimana anak-anak Allah dapat mengenal kebenaran dan hidup didalamnya serta Tuhan selalu hadir dan menyertai hidup mereka.
Kekuatiran yang salah adalah perasaan terancam terhadap sesuatu lebih dari kekuatirannya terbuang dari hadirat Allah.
Jangan mencurigai Tuhan dengan pikiran jahat seolah-olah Ia mau merenggut kebahagiaan kita, seolah-olah ia tidak mampu melindungi keluarga kita, dan seluruh hidup kita.
Kekuatiran yang salah berarti sama dengan kecurigaan terhadap Tuhan seolah-seolah Tuhan tidak maha hadir dan tidak mampu memelihara hidup kita.
Jangan memandang Tuhan kejam, otoriter dan semau-maunya sendiri.

Kalau seseorang sungguh-sungguh sudah bisa menghayati kehadiran Tuhan di mana pun dirinya berada, maka sikap hidupnya akan berbeda.
Pertama, ia tidak akan ceroboh dalam memikirkan sesuatu dan dalam seluruh perilakunya, ia tidak akan kuatir dengan apapun sebab ia tahu bahwa Allah yang hidup akan memelihara hidup bahkan keluarga yang ia cintai.
Kedua, ia menjadi kuat menghadapi segala macam bahaya dan ancaman, ia tidak akan takut dengan ancaman apapun sebab baginya ancaman dan bahaya yang sebenarnya adalah ketika seseorang terbuang dari hadirat Tuhan selamanya di api kekal.
Dengan dua hal ini maka ia sungguh-sungguh dapat menghormati Tuhan secara pantas atau benar.
Dalam hal ini seseorang baru memahami apa artinya hidup ber-Tuhan dengan benar. Cara atau gaya hidup seperti ini harus dibiasakan, sehingga ia benar-benar hidup dalam pemerintahan Allah. Dengan demikian ia bisa mewujudkan Doa Bapa Kami, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.

Seseorang yang menghayati bahwa Allah adalah Roh yang memenuhi segala tempat dan ruangan, akan berusaha untuk bersikap sehormat-hormatnya terhadap Tuhan. Hanya dengan cara demikian seseorang sungguh-sungguh dapat menghormati Tuhan. Menghormati Tuhan bukan hanya dalam liturgi pada waktu di gereja dengan nyanyian atau doxologi (kata-kata yang memuat pujian bagi Tuhan). Tetapi sikap hormat kita harus permanen di dalam jiwa, terbawa kemana pun kita melangkah. Kehidupan yang tidak bercela adalah kesediaan diri kita melakukan segala sesuatu yang diingini oleh Tuhan dan tidak hidup dalam perbuatan dosa.
Dalam khotbah di Bukit, Tuhan Yesus menyinggung mengenai kekuatiran (Matius 6:25-34).
Percakapan pada waktu itu adalah Tuhan menghendaki agar orang percaya tidak mengumpulkan harta di bumi, namun memindahkan hati di Kerajaan Sorga, Tuhan memberi nasihat bahwa kekayaan bisa menggelapkan pengertian dan puncaknya Tuhan menasihatkan agar setiap orang mengabdi hanya kepada Tuhan. Kepada Tuhan saja atau tidak sama sekali.
Direlasikan dengan konteks tersebut maka segala kepentingan harus ditiadakan selain mempersiapkan diri memasuki kehidupan yang sesungguhnya nanti di Sorga, dengan mempertajam pengertian untuk mengenal kebenaran dan kepentingan untuk mengabdi kepada Tuhan. Tentu saja Tuhan sendiri akan mendukung penuh kehendak-Nya ini terwujud dalam kehidupan orang percaya.
Jadi tidak ada yang boleh kita kuatirkan melebihi kuatiran kita meleset dan tidak sejalan dengan kehendak Tuhan.

Jadi apa sebenarnya kekuatiran itu? Kekuatiran adalah perasaan terancam oleh masalah-masalah kehidupan yang dapat atau akan terjadi menimpa dirinya sehingga menimbulkan ketidak tenangan dalam hati.
Bisa terjadi artinya bisa benar-benar terjadi atau tidak. Jika demikian berarti kekuatiran bisa membuat seseorang bereaksi menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Tuhan Yesus berkata:”Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (Matius 6:25). Sesungguhnya dari ayat ini Tuhan hendak mengajak kita untuk tidak lagi memiliki target duniawi atau jasmani sehingga mengalahkan target untuk mengumpulkan harta di Surga. Target dan fokus yang di kehendaki Tuhan dalam hidup orang percaya adalah mengumpulkan hartanya di Surga, membangun pengertian untuk mengenal kebenaran dan mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan (Matius 6:19-24).
Kekuatiran yang salah adalah perasaan terancam terhadap sesuatu lebih dari kekuatirannya tidak memiliki harta sorgawi dan terbuang dari hadirat Allah. Orang orang yang memiliki kekuatiran yang salah tidak akan menghargai nilai-nilai kekekalan atau nilai-nilai rohani.

Kalau seseroang mempercayai bahwa Allah Mahahadir, maka seseorang akan memiliki sikap hati yang percaya, hati yang bebas dari rasa kuatir tentang masalah pemenuhan kebutuhan jasmani sebab Allah pasti mampu memelihara hidupnya.
Selanjutnya dengan sikap yang mempercai Allah yang Mahahadir ini pula maka ia mulai memusatkan perhatiannya kepada perkara-perkara diatas, mulai mencari kehendak Tuhan dan melakukannya dengan setia, seluruh kemampuan, talenta dimaksimalkan sebagai sarana mengabdikan diri melayani kehendak Tuhan, ia hanya membidik Kerajaan Surga sebagai target hidup dan tujuan hidup satu-satunya sehingga hidupnya benar-benar dapat memuaskan hati Tuhan. Dan pada akhirnya seluruh hidupnya hanya dipersembahkan untuk pengabdian sepenuh-penuhnya kepada Tuhan dan kerajaan-Nya
Amin.

Kamis, 18 Januari 2018

PERCAYA DAN TAAT KEPADA KRISTUS


Roma 1:5
Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.

Orang-orang yang disebut memiliki percaya dan iman kepada Tuhan Yesus adalah orang-orang yang telah memiliki penurutan yang absolut kepada tuntunan Roh Kudus, hidupnya semakin dibawa kepada kekudusan yang serupa seperti Tuhan Yesus telah hidup.
Ia tidak lagi memandang dunia sebagai rumah permanen mencari kebahagiaan hidup atau sebagai tempat untuk meletakkan tujuan hidupnya.
Hidupnya hanya di fokuskan untuk persiapan memasuki dimensi dunia yang akan datang dimana Tuhan Yesus memerintah sebagai Raja.
Dengan kesadaran ini pula maka gerak pikirannya, perkataan dan tindakannya selalu dalam spirit dan kontak secara terus menerus dengan Allah sehingga ia selalu dalam kesadaran penuh apakah perilakunya sedang menyenangkan Tuhan atau tidak, apakah ia sedang mengabdi kepada Tuhan atau mengabdi kepada kesenangan diri sendiri.

Seseorang ingin menjadikan dirinya menjadi milik Kristus haruslah memiliki perilaku yang seirama dengan selera Tuhan.
Inilah orang yang dapat berjalan seiring dengan Tuhan dan memiliki percaya dan iman yang benar kepada Tuhan Yesus.
Iman adalah penurutan terhadap kehendak Allah, sesuai dengan kata iman yang dalam bahasa aslinya pisteuo (πιστεύω), artinya menyerahkan diri kepada obyek yang dipercaya. Iman adalah tindakan, bukan sekadar aktivitas pikiran. Aktivitas pikiran hanyalah sebuah pengaminan akali atau persetujuan pikiran. Kesalahan banyak orang Kristen adalah merasa sudah percaya hanya karena memiliki pengaminan akali. Tidak heran kalau kehidupan mereka tidak menunjukkan karakter anak Allah yang diteladankan oleh Tuhan Yesus.

Iman adalah respon, respon terhadap Injil. Di dalam Injil terdapat tuntunan bagaimana mengisi hidup sebagai orang yang mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Tanpa tuntunan tersebut (Injil), seseorang tidak bisa mengisi percayanya atau imannya. Ini berarti seseorang tidak mungkin dapat memiliki iman tanpa memahami isi Injil.
Terkait dengan hal ini, Roma 10:17 mengatakan bahwa iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus.
Dalam hal ini harus dipahami bahwa iman bukan sesuatu yang supranatural atau mistis, yang muncul atau ditimbulkan oleh Roh Kudus di dalam hati manusia. Iman timbul dari pendengaran terhadap Firman Tuhan (Rhema). Iman dapat eksis dalam kehidupan manusia oleh karena mendengar Injil (Logos) dan tuntunan Roh Kudus dalam perjalanan hidup (Rhema). Paulus memberitakan atau mengajarkan Injil itu dan Roh Kudus menuntun orang yang mau belajar atau yang meresponi pemberitaan Paulus.
Oleh sebab itu jiwa kita harus selalu diisi oleh Firman yang keluar dari mulut Allah setiap hari sehingga kita memiliki penurutan/ketaatan yang semakin sempurna melakukan kehendak Allah.
Semakin kita memiliki penurutan terhadap kehendak Allah kita semakin dapat hidup menjadi milik Kristus secara penuh.

Kalimat supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya (Roma 1:5), menunjukkan dengan sangat jelas bahwa respon individu sangat menentukan keselamatan mereka. Keselamatan tidak terjadi dengan sendirinya atau secara otomatis atau oleh karena faktor di luar diri manusia yang menentukan keselamatan itu. Dalam hal ini kita tidak boleh menerima keyakinan atau pandangan bahwa keselamatan masing-masing individu ditetapkan secara sepihak oleh Allah dalam kedaulatan-Nya. Yang benar adalah bahwa dalam kedaulatan-Nya Allah menentukan siapa yang mendengar Injil dan Tuhan juga menentukan standar kesuciannya.
Dalam kedaulatan-Nya, Allah menentukan tatanan atau hukum kehidupan bahwa manusia dalam kehendak bebasnya menentukan apakah ia mau merespon keselamatan yang Tuhan sudah sediakan  melalui hidup berpadanan dengan Injil Kristus atau masih tetap menggelar kehidupan manusia berdosa. Sama seperti yang terjadi di taman Eden.
Adam memilih memberontak, tentu bukan karena Allah yang menentukan pemberontakan itu dengan menggerakkan Adam memberontak kepada Allah.

Kalau seseorang berpendirian bahwa Allah menentukan segala sesuatu, berarti Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena Allah yang menentukan demikian, sehingga mereka gagal menuruti kehendak Allah. Tentu Allah tidak berbuat demikian sebab hal tersebut bertentangan dengan hakekat-Nya.
Tetapi yang benar adalah Allah telah memberi kehendak bebas kepada masing-masing individu untuk hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah atau menolaknya. Selanjutnya apakah seseorang bersedia dimiliki oleh Allah atau memiliki dirinya sendiri juga tergantung dari kebebasannya. Untuk menyerahkan diri menjadi milik Tuhan juga harus melalui perjuangan yang berat.
Mengapa demikian? Sebab selain daging dan ambisi jiwa kita mau berkuasa atas diri sendiri, keadaan dunia sekitar juga sering mendesak agar tidak memberi diri dimiliki oleh Allah.

Menjadi milik Kristus bukan sesuatu yang bisa terjadi atau berlangsung dengan mudah. Mereka harus mempertahankan iman mereka dengan mempertaruhkan darah dan nyawa mereka.
Kalau mereka masih merasa memiliki diri sendiri, tentu mereka tidak akan sanggup berlaku setia kepada Tuhan.
Setiap orang yang memiliki kesetiaan untuk dimiliki Kristus adalah orang-orang yang disebut sebagai umat yang lebih dari orang-orang yang menang.
Orang yang menang adalah orang yang mengalahkan diri sendiri dengan menaklukkan dirinya kepada Tuhan. Sebaliknya, kalau orang mau menang sendiri, artinya orang yang hanya mau memuaskan keinginan daging dan ambisinya, menjadi orang yang kalah. Jemaat Roma disebut sebagai orang-orang yang lebih dari orang-orang yang menang sebab mereka memilih untuk meninggalkan segala bentuk praktek dosa, melepaskan segala percintaan dan kesenangan dunia kemudian hidup sesuai dengan Injil Kristus.
Oleh sebab itu jemaat Roma dikatakan lebih dari orang-orang yang menang artinya jemaat Roma lebih berharga dan lebih bernilai dibandingkan dengan mereka yang memiliki berbagai kelebihan secara politik, ekonomi, penampilan, dan lain sebagainya.
Seseorang tidak dapat dimiliki Tuhan jika masih terikat dengan berbagai kesenangan dunia dan tidak berkarakter seperti Yesus. Tidak mungkin seseorang memiliki Kristus tanpa memiliki karakter-Nya. Sebaliknya, tidak mungkin orang dimiliki Kristus tanpa memiliki karakter-Nya. Orang yang tidak memiliki karakter Kristus tidak akan dapat bersekutu dengan Allah secara harmoni. Ini berarti keselamatan belum terwujud dalam kehidupan orang seperti itu.
Orang yang memiliki persekutuan yang harmoni dengan Allah adalah orang-orang yang memiliki percaya dan ketaatan karena mengasihi Tuhan.
Percaya disini adalah percaya yang didalamnya ia membuktikan adanya penuturan dirinya untuk mengikuti jejak Tuhan Yesus, meneladani hidup-Nya dan semakin serupa dengan Dia dalam moral kesucian, inilah “harta kekayaan kekal” yang lebih bernilai dari apa pun yang dapat dimiliki manusia di dunia ini. Itulah sebabnya orang percaya dikatakan lebih dari orang-orang yang menang, yaitu mereka yang hidup dalam persekutuan dengan Allah secara harmoni, yang memilih untuk hidup kudus, hidup tak bercacat cela, sehingga menjadi teladan bagi semua orang dan membawa mereka kepada ketaatan kepada Kristus
Sesungguhnya inilah cara mengabdi dan mencintai Tuhan Yesus secara benar.

1 Petrus 1:14-17
14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. 
17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Amin.

Rabu, 17 Januari 2018

MEMILIKI PENURUTAN SEPERTI ABRAHAM


Yakobus 2:21-24
21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."
24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

Umat pilihan yang disebut sebagai mempelai Tuhan Yesus memang dirancang untuk menjadi kekasih Tuhan. Tidak banyak orang yang dipanggil sebagai umat pilihan untuk berkeadaan seperti ini (Matius 22:14), yaitu memiliki relasi yang istimewa dengan Tuhan.
Relasi ini terbangun karena adanya penurutan seseorang kepada kehendak Allah.
Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan iman.
Iman yang dimaksud ini adalah iman yang mengacu kepada iman Abraham (Roma 4:2). Firman Tuhan mengatakan bahwa kita dibenarkan karena iman.
Iman sendiri sebenarnya adalah tindakan.
Iman Abraham diterjemahkan dalam tindakan Abraham yang taat melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Allah kepadanya.
Dengan penurutannya ini Abraham disebut sebagai sahabat Allah (Yakobus 2:23).
Allah (Elohim) yang dipanggil Yahwe itu adalah Tuhan Yesus yang menyatakan diri berkali-kali kepada Abraham. Harus diingat bahwa Tuhan Yesus yang menciptakan langit dan bumi dan yang memerintah sejak zaman purbakala (Mikha 5:1).

Kekristenan adalah jalan hidup, di mana orang percaya harus mengenal Allah yang dipercayai, bergaul, mengerti kehendak-Nya dan melakukannya sehingga terjalin hubungan yang harmoni dengan Dia dan menjadi sahabat-Nya.
Abraham merealisasikan imannya kepada Allah dalam bentuk tindakan nyata yaitu ketaatannya terhadap kehendak Allah.
Abraham melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan. Ia harus meninggalkan Urkasdim, menyerahkan anak tunggalnya sebagai korban bakaran dan lain sebagainya.
Ketika Abraham diperintahkan Tuhan untuk mengorbankan anaknya Ishak, ia melakukannya dengan tidak ragu-ragu sama sekali.
Iman seperti Abraham inilah yang harus kita teladani yaitu iman yang tak bersyarat/tidak menuntut apapun dari Tuhan.
Karena penurutannya tersebut maka ia dibenarkan oleh Allah.
Kalau Abraham menolak meninggalkan Ur-Kasdim, ia tidak pernah menjadi nenek moyang umat pilihan Allah dan dinyatakan sebagai bapa orang percaya (Roma 4:11).
Dan respons Abraham bukan hanya satu tindakan dalam satu kali peristiwa saja, melainkan merupakan tindakan yang terus-menerus. Melalui rentetan pergumulannya, Abraham disempurnakan oleh Allah.

Pada akhirnya semua orang Kristen harus memiliki pergumulan seperti Abraham, yaitu berjuang untuk melakukan kehendak-Nya secara bertekun dalam kehidupan masing-masing individu.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus membaptis orang percaya dengan Roh Kudus, artinya melalui pekerjaan Roh Kudus orang percaya dibimbing oleh Tuhan mencapai kesempurnaan yang membuat seseorang dapat berjalan seiring dengan Tuhan atau memiliki hubungan yang ideal harmoni dengan Tuhan yang hidupnya selalu ada dalam penurutan/ketaatan terhadap kehendak Tuhan setiap saat.

“Penurutan kita kepada Bapa haruslah ideal, yaitu karena kita memiliki satu selera, satu hasrat, satu spirit dengan Bapa dan bukan karena terpaksa.”

Amin

Selasa, 16 Januari 2018

"CARILAH TUHAN SELAMA IA BERKENAN DITEMUI"


Yesaya 55:6-7
6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!
7 Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.

Tuhan menghendaki agar umat pilihan-Nya bukan hanya fanatik percaya kepada-Nya, tetapi menemukan-Nya, mengenali-Nya dan mengalami-Nya bahwa Dialah Allah yang benar, sehingga memiliki hubungan yang ideal sebagai kekasih, sahabat dan mempelai-Nya.
Hukum pertama dalam Dekalog yang berbunyi "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Ulangan 5:7) menunjukkan bahwa umat harus mengenali Dia, sehingga tidak perlu ada allah lain. Pernyataan Tuhan ini juga menunjukkan bahwa selain Dia tidak ada allah yang benar.
Hanya ada satu Allah yang benar dan satu jalan untuk menemukan-Nya yaitu melalui perjumpaan secara pribadi dengan Yang Maha Agung Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 14:6).

Tuhan menghendaki agar umat menemukan diri-Nya. Itulah sebab-Nya Ia berfirman, “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui” (Yesaya 55:6).
Perjalanan hidup kita harus merupakan perjalanan untuk mencari, menemukan Tuhan, mengenali-Nya, mengalami-Nya, meneladani-Nya dan menjadi teladan bagi kehidupan orang disekitarnya.
Ini bukan masalah sederhana, oleh sebab itu Tuhan tidak boleh diperlakukan sebagai pelengkap belaka. Dia harus menjadi segalanya dalam hidup ini, artinya lebih berarti dan lebih mulia daripada segala hal dalam kehidupan ini.
“Selama Ia berkenan ditemui” artinya ada waktunya Tuhan tidak bisa ditemukan lagi bagi mereka yang menganggap Tuhan bernilai rendah. Itulah yang dikatakan oleh Pengkhotbah, “… sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!" (Pengkhotbah 12:1).
Hari yang malang ini ialah saat-saat yang paling mengerikan dalam kenyataan kehidupan ini, yaitu ketika seseorang terpisah dari hadirat Tuhan selamanya.

Sebelum pintu anugrah-Nya tertutup rapat, marilah kita bertobat dan sungguh-sungguh mencari Tuhan. Marilah kita memikirkan Tuhan siang dan malam, merenungkan Firman-Nya, mengejar pengenalan akan Dia dan melakukan kehendak-Nya. Pasti kita akan dapat mengalami bahwa Dia adalah Allah yang benar. Sampai tingkat keyakinan tersebut, maka iman kita tidak akan digoyahkan oleh apa pun juga, dan kita telah menjadi sahabat dan kekasih-Nya.
Seharusnya ketika kita pergi ke gereja kita memberikan respon dan kerinduan untuk lebih mengenal Dia, mengenal kebenaran Firman Allah untuk diperagakan serta mengalami-Nya, kemudian berlanjut berjalan seiring dengan Dia, semakin kuat dan kokoh meneladani hidup-Nya, dan menjadi saksi-Nya demi menyelamatkan jiwa-jiwa.

Selama masih ada waktu Tuhan Yesus memperkenankan kita menemukan-Nya, marilah kita sungguh-sungguh mencari, mengenal lebih dekat Pribadi Agung Tuhan kita Yesus Kristus dan kehendak-Nya atas hidup kita.

Zefanya 2:3
Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN.

Amin

Senin, 15 Januari 2018

BENAR-BENAR MENJADI MILIK TUHAN



Roma 1:6 
Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus. 

Perlu ditekankan dengan tegas bahwa seseorang yang sudah di baptis dan menjadi jemaat di suatu gereja belumlah memenuhi standar menjadi milik Kristus. 
Firman Tuhan mengatakan Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:24).
Perjalanan hidup setiap hari seseoranglah yang akan membuktikan apakah hidupnya mau disediakan untuk dimiliki Kristus atau tidak.
Orang yang mau dimiliki oleh Kristus standarnya adalah hidupnya TELAH menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Tidak semua yang disebut orang Kristen adalah milik Kristus, sebab menjadi milik Kristus tidaklah sederhana, menjadi milik Kristus berarti kita bersedia menerima konsekuensi-konsekuensinya; yaitu konsekuensi menjadi milik Kristus. Hendaknya tidak sampai terjadi, sementara jemaat merasa milik Kristus padahal mereka masih memiliki dirinya sendiri. Kalau mereka memiliki dirinya sendiri, dan masih mengikatkan dirinya dengan berbagai kesenangan dunia, berarti sesungguhnya mereka masih dimiliki oleh dunia dan bukan milik Kristus. 
Secara de jure sebenarnya mereka dimiliki oleh Tuhan, tetapi secara de facto mereka masih dimiliki dunia. 
Mereka dimiliki dunia sebab diri mereka masih dalam keterikatan dengan materi dunia ini atau kekayaan dunia dengan segala keindahannya. Mereka ada dalam kesesatan. Dengan tindakan ini mereka sebenarnya memberontak kepada Tuhan; tidak menundukkan diri kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Rajanya. Tidak heran kalau orang-orang seperti ini akan ditolak Tuhan pada waktunya.
Ciri orang-orang yang masih mencintai kesenangan dunia adalah ketika ia masih mengingini kebahagiaan hidup didunia sebagai tujuan hidup.
Banyak orang tidak sadar ia sebenarnya sedang menduakan Tuhan.
Ia seolah-olah memiliki hubungan dengan Tuhan, padahal dibaliknya ia mau menggunakan Tuhan untuk pemuasan hidupnya menjadi lebih naik secara lahiriah, lebih baik dalam hal materi demi nilai diri dan kepuasan batinnya.
Tuhan sebenarnya hanya dijadikan sebagai alat untuk meraih promosi-promosi kehidupan yang diingininya.
Dalam hal ini banyak orang orang secara tidak sadar telah memperlakukan Tuhan secara tidak pantas.

Sesungguhnya Tuhan Yesus-lah yang berhak menuntut hidup kita untuk dipakai menjadi alat-Nya, kita tidak berhak menuntut apapun dari Tuhan sebab kita dirancang dan diciptakan untuk menjadi anak-anak Allah yang hidup mengabdikan diri melakukan kehendak-Nya (Lukas 4:8).
Hanya orang-orang yang hidupnya mau dipimpin dan menyediakan dirinya, merendahkan hatinya mengabdi secara penuh kepada Tuhan secara mutlak yang dapat dimiliki oleh Kristus atau menjadi milik Kristus.
Untuk menjadi milik Kristus seseorang harus rela meninggalkan segala sesuatu (Lukas 14:33, Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku). 
Orang yang tidak melepaskan diri dari segala sesuatu tidak dapat diubah Tuhan; mereka tidak dapat dimuridkan. Dimuridkan artinya dinasihati untuk diubah.
Selama bejana hatinya masih tidak dikosongkan dari segala keinginan-keinginan kesenangan dunia maka sebenarnya ia masih mengabdi kepada dua Tuan, ia masih mau menjadi Tuan atas dirinya sendiri, padahal firman Tuhan tegas mengatakan tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan, artinya seseorang tidak akan bisa dikatakan mengabdi kepada Tuhan jika ia masih memiliki dirinya sendiri dan menjadi tuan atas dirinya sendiri. 
Jika demikian, berarti keselamatan yang disediakan bagi mereka disia-siakan. Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Orang percaya yang benar, yang mengalami proses dikembalikan ke rancangan semula Allah, harus memberi segenap hidupnya bagi Tuhan, hidup dalam kebenaran Tuhan , siap mengosongkan bejana jiwanya untuk diisi keinginan-keinginan yang berasal dari Tuhan dan mengabdikan diri sepenuhnya bagi Kerajaan Surga. Inilah ciri-ciri dari orang yang dimiliki oleh Tuhan.

Hal tersebut di atas terkait atau sejajar dengan pernyataan Paulus bahwa jemaat Roma lebih dari pemenang (Roma 8:37). Menang di sini artinya unggul. Menang bukan dalam arti fisik, kekayaan, politis dan segala aspeknya; sebab secara hal-hal tersebut jemaat Roma tidak berarti sama sekali, mereka adalah orang-orang yang tertindas, miskin dan lemah. Menang yang dimaksud adalah menang sebagai orang-orang yang dikasihi oleh Tuhan, menjadi milik Tuhan dan memiliki janji dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. 
Dalam hal ini Jemaat Roma lebih dari orang-orang (penduduk Roma lainnya) yang menang atau memiliki kelebihan secara politik, kekuasaan, ekonomi dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu hendaknya pembicara di mimbar gereja tidak sembarangan mengatakan atau menyatakan bahwa semua jemaat yang ada sekarang ini adalah umat pemenang, tanpa mengajarkan perjuangan yang harus dijalani seperti jemaat Roma yang telah berjuang dan setia sampai akhir. 
Pernyataan Paulus mengenai “lebih dari orang-orang menang”, sebenarnya ditujukan kepada jemaat Roma yang sudah teruji perjuangannya, sehingga pantas disebut demikian. Hal ini tidak bisa ditujukan kepada semua orang Kristen, tetapi hanya untuk mereka yang sudah berjuang seperti jemaat Roma yang rela melepaskan segala kesenangan dunia dan mengabdi sepenuhnya hanya kepada kehendak Tuhan. 

Menimbang hal di atas, maka hendaknya kita tidak sembarangan mengenakan ayat dalam Roma 1:6 tersebut kepada sembarang orang Kristen zaman ini. Hendaknya kita tidak sembarangan mengatakan bahwa semua orang Kristen adalah milik Kristus dan telah menjadi umat pemenang. Banyak orang Kristen yang tidak dimiliki oleh Tuhan, sebab memiliki dirinya sendiri atau dimiliki oleh dunia berhubung hati mereka tertambat pada percintaan dunia, mereka masih suka berdusta terhadap sesama demi keuntungan dan kepentingan pribadi. Orang-orang Kristen seperti itu tidak bisa dikatakan sebagai umat pemenang, sebab belum membuktikan kesetiaannya kepada Tuhan Yesus dengan mengorbankan segala sesuatu yang ada padanya bagi Tuhan.
Fakta yang terjadi hari ini, banyak orang Kristen yang merasa mengikut Tuhan Yesus hanya oleh karena beragama Kristen dan pergi ke gereja. Tidak sedikit mereka menjadi Kristen hanya karena mencari atau mau menerima berkat jasmani (kemakmuran duniawi). Mereka tidak mengerti bahwa mengikut Tuhan Yesus adalah mengikuti jejak-Nya, hidup hanya mengabdi kepada keinginan Tuhan semata-mata. 

Jemaat Roma adalah contoh jemaat yang menjadi teladan bagi jemaat-jemaat di akhir zaman ini.
Jemaat Roma memiliki keadaan yang berbeda dengan dunia dan berani menderita demi kepentingan pekerjaan Tuhan (Roma 12:1-2). 
Mereka yang tidak sama dengan dunia ini, yang rela meninggalkan segala miliknya dan berjuang hanya untuk kepentingan Tuhan, adalah yang benar-benar layak disebut sebagai milik Tuhan. 
Orang yang memiliki dirinya sendiri hidup untuk kepentingan diri sendiri, tetapi orang yang dimiliki Tuhan hidup untuk kepentingan Tuhan semata-mata.

Amin.

Sabtu, 13 Januari 2018

HARTA ABADI


Ratapan 3:24
"TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.

Sesungguhnya Tuhan Yesus dan menjadi serupa dengan Dia adalah harta abadi kita.
Ayat renungan diatas, dalam terjemahan lain ditulis menjadi :
"Tuhan adalah harta terbesarku."
Semua ungkapan diatas, ingin menyatakan bahwa memiliki Tuhan adalah segala galanya.
Mengenal Tuhan adalah kepuasan yg tiada taranya.
Berkaitan dengan hal ini Pemazmur Asaf memberikan kesaksian dalam mulut dan batinnya dengan kalimat : "Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya (Mazmur 73:25-26).
Bahkan Daud, raja yg besar dan diberkati Tuhan secara luar biasa membuat pengakuan yg menakjubkan : "Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku" (Mazmur 23:1)
Bagi Asaf, juga bagi Daud, memiliki Tuhan adalah lebih dari cukup, lebih dari memiliki apapun, lebih dari segalanya.
Apa yg kita punya sekarang yg diperoleh dari keringat dan kerja keras kita, ternyata adalah fana, akan habis, akan hilang dan akan lenyap, ditelan waktu.
Itulah sebabnya, Yeremia mengungkapkan dalam ayat renungan diatas, cuma Tuhan bagian hidupnya, yg tidak dapat lapuk dan lenyap.
Yeremia telah menempatkan Tuhan diatas segala galanya dalam hidupnya.

Panggilan seruan yang sama untuk kita hari ini, kita diajak untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai harta abadi kita satu-satunya.
Melalui perkataan Yang Mulia Tuhan kita Yesus sendiri menyerukan kepada kita : "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Matius 6:19-21).
Harta abadi adalah harta kita yang akan kita bawa sampai di kekekalan, untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai harta abadi satu-satunya maka :

Pertama, Kita harus mengenal Dia secara utuh, mengenal apa yang Ia ajarkan dan Ia lakukan, Tuhan Yesus mau kita meneladani hidup-Nya.
Oleh sebab itu Tuhan menghendaki kita mengenal kebenaran Tuhan atau Firman Tuhan atau suara Tuhan (baik logos maupun rhema) dengan tanpa batas.
Logos Firman Tuhan biasanya kita dapatkan dalam kemasan pengajaran dan pengertian, sedangkan rhema suara Tuhan secara langsung yang diterima seseorang melalui keadaan dan pergumulan khusus masing-masing individu.

Kedua, perubahan karakter, dari mengenakan karakter manusia dunia menjadi manusia yang mengenakan karakter Kristus, dari manusia yang hidup didalam daging menjadi manusia yang hidup dipimpin oleh Roh, hidup menjadi berkat bagi sesama dan menularkan karakter yang agung ini kepada orang lain yang belum mengenakan karakter Kristus.

Ketiga, penurutan terhadap pimpinan Roh Kudus yang dimateraikan didalam diri kita.
Melalui pekerjaan Roh Kudus yang bekerja dalam segala keadaan dan pengalaman hidup setiap hari didalam hidup kita maka kita dibawa oleh Tuhan untuk mengenal kehendak-Nya untuk dilakukan serta terus mengubahkan kita menjadi pribadi yang berkodrat ilahi yang peka dan semakin mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan apa yang baik berkenan dan yang sempurna (2 Timotius 1:14  Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita).

Untuk mengumpulkan harta abadi, haruslah diperjuangkan dengan benar-benar serius.
Nilai keseriusannya adalah seluruh hidup kita tanpa batas.
Segala bentuk kegiatan dan perjuangan didalam seluruh hidup kita haruslah bertujuan untuk memperoleh harta abadi ini.
Ini adalah sebuah pilihan yang sulit dan bisa dipandang aneh, berlebihan atau ekstrim.
Tetapi tanpa radikalisme yang kudus ini yaitu menjadi seseorang yang terus berjuang dengan tanpa batas mengumpulkan harta abadi dihadapan Tuhan maka seseorang tidak pernah menjadi kaya di hadapan Tuhan.
Manusia yang mau meresponi panggilan Tuhan untuk mengumpulkan hartanya yang di sorga maka ia akan memiliki harta abadi ini sampai di kekekalan.
Dengan demikian hanya Tuhan Yesus lah, harta kita yang teramat berharga dari apapun dan siapapun.

TUHAN YESUS-LAH BAGIAN YANG PALING INDAH, TERBAIK DAN YANG TERAGUNG DALAM HIDUP KITA, BAGI DIA-LAH SEGALA PUJIAN, KEHORMATAN, KEAGUNGAN DAN KEMULIAAN SAMPAI SELAMA-LAMANYA.

Amin

Jumat, 12 Januari 2018

MENGHARGAI WAKTU YANG TUHAN SEDIAKAN



2 Korintus 5:1-2, 9-10
1 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
2 Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,
9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Waktu hidup ini menjadi sangat berharga dan hidup menjadi sangat indah tatkala kita menyadari dan mau menerima bahwa hidup di dunia ini hanya sebagai persiapan untuk kehidupan yang sesungguhnya di langit baru dan bumi yang baru, di kerajaan Bapa di sorga.
Kita hidup hari ini hanya untuk mengumpulkan atau mempersiapkan atau menyimpan harta abadi.
Harta abadi itu adalah perubahan diri, dari manusia berdosa menjadi seorang yang berkodrat ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah (2 Petrus 1:3-4; Ibrani 12:9-10).
Untuk proses perubahan ini, harus melalui proses bertahap memanfaatkan waktu secara maksimal untuk belajar menjadi manusia yang dikehendaki oleh Allah kita Tuhan Yesus Kristus, haus dan lapar akan belajar kebenaran Firman-Nya dan melakukan kehendak-Nya.

Jika seseorang berpikir demikian, maka bukan hanya setiap harinya menjadi berharga, setiap detiknya pun menjadi sangat berharga.
Ia akan menghindari peng­gunaan waktu yang sia-sia dan menjauhkan diri dari teman-teman fasik (orang yang tidak takut Tuhan dan tidak mengormati-Nya). Baginya mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya adalah hal yang sangat berharga, lebih berharga dari apapun juga, bahkan lebih berharga dari nyawanya sendiri.
Apapun yang dilakukannya hatinya selalu tertanam kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, fokus hidupnya adalah melakukan pekerjaan Bapa dan menyelesaikannya dengan sempurna. Inilah irama hidup yang akan selalu diperkenan oleh Bapa kita di sorga.
Orang-orang seperti ini se­lain mengusahakan dirinya untuk hidup berkenan kepada Tuhan, ia juga berusaha mempengaruhi orang lain untuk juga melakukan hal yang sama.
Di sini pelayanan yang sejati baru dapat tergelar dengan benar.

Pelayanan adalah usaha untuk mewujudkan proses dikembalikannya manusia kepada rancangan semula Allah atau tujuan awal manusia diciptakan yaitu menjadi manusia yang bermoral seperti Bapa yang selalu taat dan bertidak sesuai dengan kehendak-Nya.
Detik demi detik, waktu hidup orang percaya seperti ini akan menjadi sangat berharga, sebab setiap tindakan kita harus menghasilkan sesuatu yang bernilai kekal.
Suatu nilai yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun.
Nilainya sejajar dengan kemuliaan yang akan Tuhan Yesus berikan kepada orang yang setia mengiring Dia.

Dengan demikian waktu hidup seseorang menjadi berharga atau tidak, tergantung dari orang tersebut.
Bagi orang tertentu waktu menjadi mahal jika bekerja untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya serta menghidupi kebenaran-Nya adalah tujuan utamanya, tetapi waktu menjadi tidak berharga sama sekali jika seseorang mempergunakannya han­ya demi meraih segala sesuatu yang ditujukan bagi kepuasan kepentingan diri sendiri, baginya hidup ini baru terpuaskan dan mendapatkan kelegaan dan bahagia jika ia bisa meraih kebahagiaan yang sediakan oleh dunia ini yang sesungguhnya dipergunakan dan ditujukan untuk kepuasan diri dan membela kepentingan dihidupnya selama dibumi ini, baik itu kehormatan melalui pangkat, jabatan serta mengumpulkan kekayaan dunia tanpa batas.
Sikap hidup yang mencintai dunia adalah sikap hidup yang sama dengan penyembahan berhala yang juga paralel bahwa seseorang sudah menyelenggarakan sikap hidup yang mengabdi kepada dua tuan yang tidak akan pernah berkenan dihadapan Tuhan (Kolose 3:5-6 ; Lukas 16:13).

Perlu kita sadari percintaan akan dunia sama berarti bersahabat dengan dunia dan hal ini sangat menyakiti hati Tuhan dan membuat seseorang akan menjadi musuh Tuhan (Yakobus 4:4), sebab ini berarti sama dengan menyembah iblis dan hal ini sejajar pada waktu Tuhan Yesus ditawarkan iblis untuk meraih kekayaan dunia dan kemegahannya.
Matius 4:8-10
8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
9 dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Olehnya Tuhan menyediakan waktu sekarang untuk kita bisa belajar melepaskan segala keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:6) yang semuanya itu bukan berasal dari Bapa melainkan dari dunia.
Selama manusia masih diijinkan Tuhan hidup dibumi ini, waktu merupakan berkat Tuhan yang tidak ternilai harganya.
Orang yang menghargai waktu berarti menghargai Tuhan yang menganugerahkan waktu tersebut, tetapi orang yang tidak menghargai waktu untuk belajar menjadi manusia yang dikehendaki oleh Tuhan berarti ia melecehkan Tuhan, tidak menghargai Tuhan dan menyia-nyiakan anugerah keselamatan yang sudah Tuhan sediakan.

Kita harus mencontoh kehidupan Paulus yang terus berusaha meraih perkenanan dari Tuhan Yesus.
Olehnya kita harus memaksimalkan semua potensi yang ada didalam diri kita, melakukan kehendak-Nya, bekerja demi kepentingan pengabdian melayani Tuhan dan kerajaan-Nya tanpa batas.
(1 Petrus 4:2 supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah).
Dengan cara demikian kita baru bisa memberikan respon yang benar dalam menyambut anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus.
Dengan menghargai waktu sekarang, terus berusaha meraih perkenanan Tuhan tanpa batas untuk menjadi manusia yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus berarti kita adalah orang-orang yang serius mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang, menjadi keluarga Allah yang akan duduk semeja dengan Tuhan, melayani Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya sampai selama-lamanya.

Lukas 22:29-30
29 Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku,
30 bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Amin.

Rabu, 10 Januari 2018

TEMPAT DAN OBJEK PELAYANAN YANG SESUNGGUHNYA



Matius 25:31-46
31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.
44 Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."

Dalam Matius 25:31-46, ditunjukkan oleh Tuhan Yesus bahwa segala perbuatan baik yang telah kita lakukan bagi orang yang membutuhkan pertolongan sehingga membuat mereka mengenal Juruselamat dan dipersiapkan masuk Kerajaan Surga adalah perbuatan baik kepada Tuhan sendiri. Ini berarti bahwa pelayanan yang benar dan nyata adalah perjalanan hidup kita setiap hari di tempat di mana kita menyelenggarakan hidup, misalnya: di rumah, toko, pasar, kantor, sekolah, kampus, jalan raya dan lain sebagainya.
Di tempat di mana setiap hari kita melakukan segala aktivitas kita, di sanalah pelayanan yang sesungguhnya. Pelayanan ini pasti jauh lebih berdampak.
Harus diingat bahwa garam bukan hanya di toko, justru garam dibutuhkan di dapur, garam tidak mungkin disimpan di ruang tamu. Bila garam ditempatkan ruangan yang salah, akan tidak efektif sesuai dengan fungsinya. Garam di ruang tamu tidak berdampak. Garam justru berdaya guna di dapur atau ditempat di mana ia dibutuhkan. Orang percaya harus berkiprah dalam pelayanan di tengah-tengah masyarakat sehingga ia berdampak bagi sesama.
Jadi pelayanan bukan hanya berbicara kegiatan di lingkungan Gereja, sebab pelayanan yang benar adalah pelayanan yang tanpa batas.

Pelayanan tanpa batas adalah pelayanan yang tidak dibatasi oleh tempat dan cara, berarti bukan hanya kegiatan yang berbau gereja atau yang selama ini disebut sebagai kegiatan rohani. Pelayanan bukan hanya ada di sekitar gereja seperti berkhotbah, memimpin puji-pujian, menjabat sebagai staf pengurus gereja, guru sekolah Minggu, dan lain sebagainya. Segala kegiatan yang dilakukan demi kepentingan atau keuntungan Tuhan sehingga memuaskan dan menyenangkan hati-Nya adalah pelayanan (1 Korintus 10:31).
Pelayanan dapat dilakukan siapa pun tanpa membedakan status (pria wanita, kaya atau miskin, dari berbagai suku bangsa dan berbagai golongan).
Di sini pelayanan bukan monopoli pejabat yang disahkan sinode sebagai pejabatnya.
Dalam pelayanan yang penting adalah siapakah yang menerima pelayanan kita.
Tentu jawabnya mudah, yaitu Tuhan.
Pertanyaannya adalah apakah semua yang kita lakukan benar-benar adalah ditujukan bagi Tuhan, sebab banyak orang yang tidak jujur dengan dirinya sendiri. Mulut mengatakan melayani Tuhan, padahal sebenarnya ia melayani dirinya sendiri dan mengambil keuntungan untuk kepentingan pribadi dari pelayanan tersebut.
Hal ini terjadi berhubung dirinya belum bisa menyalibkan dirinya sendiri atau belum menurunkan dirinya dari takhta kehidupannya. Sehingga, Tuhan Yesus belum berkuasa atas hidupnya.
Ia belum bertumbuh pada suatu kehidupan yang bernafaskan, “hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku”. Pelayanan yang benar hanya dapat dilakukan oleh mereka yang benar-benar telah menyadari bahwa tujuan hidup ini satu-satunya adalah mengabdi kepada Tuhan dan semua ia lakukan tulus karena mengasihi Tuhan dengan hati yang murni (Filipi 1:21 ; 2 Timotius 1:3).

Oleh sebab itu, pelayanan yang benar harus dimulai dari kerinduan yang sungguh-sungguh untuk melakukan segala sesuatu untuk kepentingan pekerjaan Tuhan, sehingga hati Tuhan dipuaskan dan disenangkan. Hal ini harus dipelajari dalam perjalanan hidup dari hari ke hari. Sampai suatu saat seseorang mengerti apa artinya hidup menghamba kepada Tuhan.
Pelayanan harus didorong dari keinginan yang kuat mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama di sekitarnya seperti mengasihi diri sendiri.
Orang di sekitarnya adalah siapa pun.
Dari pasangan hidup, anak, orang tua, mertua, keluarga besar, pembantu rumah tangga, supir, dan setiap orang yang kita jumpai. Sebab, Tuhan mengasihi mereka dan mau menyelamatkan serta memberkati mereka.
"Harga yang pantas untuk kita layak memanggil Yesus itu Tuhan adalah ketika kita telah memberikan hidup kita sepenuhnya untuk Dia, melayani kehendak-Nya dengan tanpa batas dan menjadi berkat bagi sesama"
Amin.

Senin, 08 Januari 2018

BAHAYA KESERAKAHAN HIDUP


Kolose 3:5-6
5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
6 semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].

Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Alkitab, bahwa pada akhir zaman manusia menjadi serakah atau tidak pernah puas dengan apa yang sudah dimilikinya.
Sesungguhnya keserakahan sama dengan penyembahan berhala.
Kalau manusia sudah menjadi hamba uang, egois, dan lebih menuruti hawa nafsunya, maka manusia pasti menjadi serakah (2 Timotius 3:1-5). Mereka tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Semua yang dianggap sebagai kebutuhan adalah segala sesuatu yang diingininya. Padahal keinginan manusia tidak pernah dapat dipuaskan oleh apa pun juga, sebab di dalam rongga jiwa manusia ada ruangan kosong yang tidak dapat diisi oleh apa pun, selain oleh Tuhan sendiri. Dengan keadaan demikian manusia akan selalu mencari segala sesuatu yang dapat memuaskan dirinya.

Keadaan manusia seperti di atas ini juga ada pada kehidupan banyak orang Kristen. Orang-orang seperti ini akan menjadi serakah. Ia makin haus akan kekayaan dunia dan segala kesenangan-kesenangan dunia. Dengan demikian ia akan menjadi kejam dan sewenang-wenang terhadap sesamanya. Ia tidak akan dapat mempermuliakan Allah, sebab yang ia muliakan adalah harta. Ia tidak memiliki damai sejahtera yang sesungguhnya. Ia pun kehilangan sukacita hidup. Sekalipun hartanya berlimpah, kedudukannya dan jabatannya tinggi, ia tidak memiliki sukacita hidup (Lukas 12:15).
Ia tidak akan dapat melayani Tuhan secara benar. Sebab ia akan melayani dirinya sendiri dan menggunakan segala kesempatan, serta tenaga orang lain untuk keuntungannya sendiri.

Terkait dengan hal ini Tuhan Yesus mengajarkan suatu prinsip hidup yang dikalimatkan sebagai berikut: Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Lukas 9:58).
Prinsip hidup ini dimaksudkan agar kita tidak menjadi serakah. Tuhan Yesus tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya, menunjukkan bahwa Diri-Nya tidak memiliki apa-apa. Inilah ekspresi dari “pengosongan diri” yang Yesus lakukan, yang juga harus kita lakukan sebagai pengikut-Nya. Pengosongan diri ini sama dengan kerelaan melepaskan hak. Senada dengan hal ini, Paulus dalam suratnya mengatakan: Sebab kita tidak membawa sesuatu apa pun ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah (1 Timotius 6:7-8).

Kalau Firman Tuhan mengajarkan orang percaya agar merasa cukup, yaitu asal ada makanan dan pakaian, ini tidak dimaksudkan agar orang percaya menjadi orang miskin. Tetapi agar orang percaya tidak terbelenggu oleh berbagai keinginan untuk memiliki apa yang orang lain miliki atau yang dunia sediakan. Dengan demikian, orang percaya harus merasa cukup dan puas berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi selalu merasa belum puas berkenaan dengan keberkenanannya di hadapan Tuhan. Ini adalah cara yang tepat untuk menanggulangi nafsu serakah yang bisa menguasai hidup ini.

Dalam kemiskinan secara materi, Tuhan Yesus melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Gaya hidup seperti ini harus dikenakan oleh setiap orang yang mengaku mengikut Tuhan Yesus Kristus. Dengan gaya hidup tersebut, seseorang tidak akan dapat diperbudak oleh dunia ini. Jika tidak bersedia mengenakan gaya hidup tersebut, berarti seorang Kristen menolak menjadikan Tuhan Yesus sebagai Tuhan. Orang yang tidak bersedia menundukkan diri kepada Tuhan guna mengikuti jejak-Nya, berarti menjadikan dirinya sendiri sebagai tuhan.

Bila seseorang masih selalu merasa belum cukup dengan jumlah uang atau harta yang dimilikinya untuk kepentingan dirinya, berarti ia belum sungguh-sungguh menemukan perhentian yang benar atau belum berlabuh pada Tuhan. Ini juga berarti tidak akan pernah mengalami proses dikembalikan ke rancangan semula Allah. Dari gaya hidup di atas ini, akan membangun gaya hidup konsumerisme tanpa batas. Gaya hidup konsumerisme seperti ini sudah menjadi gaya hidup yang wajar dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini, khususnya di kalangan masyarakat yang tinggal di kota.

Menjelang dunia berakhir, gaya hidup konsumerisme semakin kuat memengaruhi kehidupan banyak orang, termasuk di dalamnya orang-orang Kristen. Inilah yang digambarkan oleh kitab Wahyu 18, Babel kota besar.
Alkitab menunjukkan bahwa itulah percabulan rohani, di mana banyak manusia, termasuk sebagian orang Kristen, telah terperdaya oleh kecantikan dunia sehingga mereka menyembah iblis dan tidak mengingini Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Sebagai umat pilihan yang dicelikkan oleh kebenaran, kita harus berani membiasakan diri mengenakan pola hidup merasa “cukup” berkenaan pemenuhan kebutuhan jasmani untuk diri sendiri dan tidak merasa cukup bekerja memaksimalkan potensi sebagai sarana mengabdi kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, tidak merasa cukup sebelum melakukan kehendak Tuhan secara bertekun dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Dengan demikian kita tidak dapat diperbudak oleh dunia ini dan dengan cara demikian kita menantang zaman yang semakin fasik ini.

Amin.