Jumat, 30 Juni 2017

MEMPERSIAPKAN DIRI BERDIRI DI TAHKTA PENGADILAN TUHAN


Markus 13:33-37
33 "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.
34 Dan halnya sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintahkan penunggu pintu supaya berjaga-jaga.
35 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta,
36 supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur.
37 Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!"

Kematian adalah realitas yang tidak pernah bisa diprediksi kapan terjadi, maka persiapannya harus dilakukan sejak dini.
Selalu sekarang. Untuk ini pertobatan harus dilakukan sekarang, setiap hari dan setiap saat ketika kita menyadari perbuatan salah kita. Sebenarnya inilah yang dimaksud dengan berjaga-jaga dan berdoa tiada berkeputusan. Suatu hubungan yang terus dibangun dengan Tuhan. Banyak hal yang bisa diabaikan dan dianggap tidak penting, apa pun harus bisa disingkirkan, tetapi persiapan menyongsong kematian tidak boleh ditunda. Hal ini harus dianggap selalu paling penting dan darurat, sehingga kita selalu mengutamakan hal mempersiapkan diri menyongsong kematian kita. Kita harus selalu berpikir bahwa hari ini adalah hari terakhir kita. Besok tidak ada kesempatan lagi. Jadi setiap kali disebut hari ini, berarti kesempatan yang sangat berharga untuk membenahi diri. Hendaknya kita tidak memberikan waktu berlalu tanpa ada pembenahan terus menerus. Hal ini dilakukan agar kita menjadi lebih berkenan di hadapan Tuhan.
Bila kita membiasakan diri memiliki sikap hidup seperti ini, maka barulah kita memahami dan dapat melakukan apa yang dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya (Matius 6:33).
Matius 6:33 ini dikemukakan oleh Tuhan Yesus berkenaan dengan panggilan Tuhan atas orang percaya di bumi ini untuk hanya mengumpulkan harta di surga (Matius 6:19-20).
Mengumpulkan harta di surga sama dengan usaha agar hati nurani kita menjadi hati nurani yang benar, yaitu memiliki pengertian-pengertian dari sudut pandang Tuhan atau versi Tuhan (Matius 6:22-23).
Hati nurani inilah harta yang tidak pernah bisa diambil oleh siapa pun. Harta dunia bisa dirusak oleh ngengat dan karat, pencuri bisa mencuri serta membongkarnya, tetapi harta berupa hati nurani yang sesuai dengan Allah ini tidak bisa diambil oleh siapa pun. Dengan hati nurani inilah seseorang dapat mengabdi hanya kepada Tuhan. Dengan demikian kita hanya mengabdi kepada Tuhan saja (Matius 6:24).

Banyak orang yang hati nuraninya tidak diasah oleh kebenaran sehingga ia tidak tahu bahwa sebenarnya di dalam kehidupannya ia masih mengabdi kepada dua tuan. Kalau jujur, kita (sebagai pelayan-pelayan jemaat) juga tidak menyadari, ternyata kita masih mengabdi kepada dua tuan. Setelah kita diasah oleh kebenaran Firman Tuhan, kita baru menyadarinya. Sebelumnya, kita merasa bahwa kita sudah benar-benar “full time” hidup buat Tuhan, ternyata belum. Nurani kitalah yang akan menerangi diri kita untuk melihat seberapa kita murni bagi Tuhan.
Di level seperti Paulus tersebut, barulah kita bisa berkata bahwa kita melayani Tuhan dengan hati nurani yang murni (Kisah Para Rasul 23:1; 24:16).
Maksud melayani Tuhan dengan hati nurani yang murni adalah bahwa dalam hidup ini, khususnya dalam pelayanan, kita tidak memiliki agenda kita sendiri. Semua yang kita kerjakan adalah kehendak dan rencana Tuhan.
Yang bisa mengerti bahwa dirinya memiliki agenda sendiri atau tidak adalah seorang yang hati nuraninya telah diterangi oleh Tuhan. Banyak orang merasa bahwa ia telah hidup untuk Tuhan sepenuh hati dan sepenuh waktu dan merasa memiliki hubungan dengan Tuhan dengan hanya berbicara mengenai Tuhan melalui pengetahuan Theologia yang ia miliki, padahal membicarakan keindahan berlian bukan berarti seseorang sudah memiliki berlian tersebut.
Hubungan dengan Tuhan harus dialami melalui penurutan kita kepada pimpinan-Nya setiap hari untuk melakukan seluruh keinginan-Nya, dan bukan hanya sekedar menjadi komsumsi pikiran belaka.
Orang yang hati nuraninya belum dewasa, selain tidak peka terhadap diri sendiri, ia juga tidak jujur terhadap diri sendiri.

Seharusnya orang yang sudah menjadi anak Allah hidup di dalam pemerintahan Kerajaan Allah yang dibuktikan dengan hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah setiap saat, melayani perasaan-Nya, itulah sebabnya Doa Bapa Kami berbunyi: Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga (Matius 6:10).
Jadi, kalau seseorang tidak memiliki gaya hidup mendahulukan Kerajaan Surga yaitu mencari kehendak Tuhan untuk dilayani dan dilakukan setiap hari, berarti ia hidup dalam kerajaan kuasa kegelapan. Hendaknya kita tidak berpikir kalau hari ini kita tidak melakukan suatu pelanggaran moral, juga telah mengambil bagian dalam pelayanan bahkan menjadi seorang pendeta, bukan berarti kita pasti sudah hidup dalam pemerintahan Allah. Belum tentu!, Hidup dalam pemerintahan Allah terselenggara ketika seseorang memalingkan diri dari kepentingan diri dan segala hawa nafsu dan kesenangan pribadi kemudian hidup hanya untuk kesenangan Tuhan semata-mata. Berjuang terus untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup ini dan melakukan dengan sungguh-sungguh serta melayani Tuhan tanpa batas. Inilah harga mahal hidup sebagai anak-anak Kerajaan yang harus sangat berbeda dengan dunia ini. Hal ini bisa terjadi atau berlangsung secara permanen dan tidak akan berubah, jika hati nuraninya sudah diubah menjadi hati nurani Ilahi.

2 Korintus 5:9-10
9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Amin.

Kamis, 29 Juni 2017

PERJUANGAN MENGISI ROH DENGAN FIRMAN TUHAN


Roma 1:16-17
 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Paulus mengatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, hal ini menunjuk jika seseorang tidak mengisi pikirannya dengan Injil secara serius maka ia tidak dapat mengerti mengisi dan mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar kepada Allah.
Mengisi neshamah manusia dengan kebenaran Firman Tuhan secara ketat setiap hari adalah pergumulan yang tidak mudah karena warna kesenangan dunia juga menampilkan keindahannya untuk dikomsumsi didalam pikirannya.
Sebagai contoh ketika seseorang terbangun dipagi hari, hal apakah yang mendominasi pikirannya, jika Firman Tuhan yang mendominasi pikirannya maka ia akan memilih bertemu dengan Tuhan melalui doa pribadi dan membaca Alkitab kemudian melakukan sesuatu yang lain untuk kemuliaan Tuhan, tetapi jika filosofi dunia/cara pandang dunia lebih banyak mengisi pikirannya maka ketika bangun dipagi hari ia akan memilih melakukan hal yang lain, seperti mengambil sarapan dan bersiap memulai aktivitasnya kembali seperti biasa yang semuanya itu ditujukan bagi kepentingan dirinya.
Seorang yang tadinya bukan seorang perokok ketika bergaul dengan teman-temannya yang adalah perokok kemudian menyerap isian yang salah dalam pergaulan yang ada dilingkungan yang salah tersebut maka ia berubah menjadi seorang perokok.
Sangat besar kemungkinan inilah pergumulan manusia pertama Adam, yang disimbolkan dengan adanya dua pohon di tengah taman.
Di sini Adam diperhadapkan kepada pilihan: apakah Adam mengkonsumsi buah pohon kehidupan atau buah pengetahuan yang baik dan jahat. Pada dasarnya pergumulan tersebut adalah pergumulan untuk mengisi neshamah-nya dengan kebenaran Tuhan, cara pandang Tuhan, pikiran dan perasaan Tuhan untuk dikenakan yang dilambangkan dengan pohon kehidupan sehingga bisa mendengar suara Tuhan sebab neshamah-nya menjadi pelita/terang Tuhan, atau mengisinya dengan isian yang lain yang berasal dari cara pandang dunia, cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang yang dilambangkan dengan pohon pengetahuan yang baik dan jahat sehingga neshamah-nya menjadi gelap.
Ternyata manusia memilih mengkonsumsi buah yang dilarang untuk dikonsumsi, maka sebagai akibatnya manusia jatuh dalam dosa atau “meleset”. Dengan neshamah yang diisi dengan isian yang salah, maka cara memandang sesuatu menjadi kacau atau rusak.

Adam dan Hawa yang tadinya tidak malu dalam keadaan telanjang, tetapi karena kejatuhannya ke dalam dosa membuat mereka merasa malu. Dalam hal ini yang berubah bukan aspek eksternalnya, tetapi internalnya/cara berpikirnya/kualitas batiniahnya tidak lagi mampu menangkap suara Tuhan dan kehendak-Nya.
Dari masukan yang salah ke dalam neshamah, maka terbangunlah dalam diri seseorang pola atau cara berpikir yang rusak yang sama dengan cara pandang iblis yang hidupnya mau berdaulat atas dirinya sendiri.
Cara berpikir seseorang menentukan kecerdasan hati nuraninya. Karena masukan yang salah, maka hati nurani menjadi tidak cerdas. Tidak cerdas sama dengan berselera rendah, tidak seperti selera Allah.
Dengan hal ini manusia tidak memiliki perasaan seperti Tuhan. Tidak cerdas juga berarti tidak memiliki perspektif berpikir seperti Allah/tidak memiliki cara pandang seperti Allah memandang.
Dalam hal ini manusia gagal menempatkan segala sesuatu pada tempat yang benar. Awalnya keberadaan telanjang tidak membuat mereka merasa malu, kemudian menjadi malu. Hal ini menunjukkan adanya perspektif baru dalam cara memandang sesuatu.
Mengkonsumsi perspektif yang bukan dari Allah membuat seseorang melakukan dosa-dosa yang dianggap kecil, tidak jujur, tidak tulus, iri hati, kesombongan, mencari hormat dihadapan manusia lainnya merupakan perilaku yang dianggap biasa dan lumrah.
Inilah buah dari cara pandang seseorang jika mengisi pikirannya dengan filosofi cara pandang dunia.

Kesalahan manusia mengakibatkan manusia tidak mampu melakukan apa yang tepat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Bahkan manusia melakukan tindakan yang tidak mencerminkan sebagai makhluk yang segambar dengan Allah. Peristiwa pembunuhan Habel oleh Kain merupakan gambaran yang jelas bahwa manusia mengikuti suara yang salah dalam dirinya (Kejadian 3:7).
Kata dosa dalam teks asli Ibrani adalah khattah (האָטָּחַ), yang lebih dekat diterjemahkan sinful nature atau dosa dalam arti kodrat.
Kata mengintip dalam teks asli Ibraninya adalah rabats (ץבַרָ), juga berarti berbaring.
Hal ini menunjukkan bahwa kodrat dosa sudah berbaring di dalam kehidupan manusia. Mestinya suara Tuhan yang berbaring (di dalam nuraninya), tetapi ternyata ada suara lain yang sudah berbaring atau sengaja dibaringkan. Pembunuhan terhadap Habel terjadi oleh karena Kain tidak menolak dosa yang “mengintip” atau berbaring di dalam dirinya. Kain tidak sanggup menuruti apa yang baik, sehingga ia melakukan apa yang jahat atau salah.
Dalam Alkitab dikisahkan bahwa keturunan Set yang masih dipimpin oleh Roh Allah walaupun nenek moyangnya telah gagal hidup dalam pimpinan Roh Allah, tetapi oleh karena memiliki sinful nature/kondrat dosa, maka mengakibatkan mereka juga tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Dalam Kejadian 6:3, Tuhan sendiri mengakui manusia daging semata-mata (kata "daging" teks Ibraninya basar; בָּשָׂר) yang artinya kecenderungan hatinya melakukan apa yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Mereka memilih jodoh sesuka hati mereka tanpa mau mengerti kehendak Allah.
Manusia yang mestinya mendengar suara Allah dalam neshamah-nya ternyata lebih mengikuti kehendak dagingnya. Maka Roh Allah undur sampai nanti di zaman anugerah di mana Roh Allah akan menuntun manusia kembali untuk bisa menemukan suara-Nya.

Perlu kita perhatikan kata berbaring (rabats) di atas, sebab pada saat-saat tertentu sinful nature seperti tertidur, tidak memunculkan ekspresi atau perwujudannya. Tetapi di saat lain dapat bangun dan mendorong kita untuk melakukan suatu tindakan tertentu, yang tentu saja bertentangan dengan kehendak Allah. Itulah sebabnya kadang-kadang ada orang yang bisa berbuat kebaikan tetapi tiba-tiba bisa melakukan perbuatan yang keji dan memalukan.
Hal ini menunjukkan, kalau seseorang mengisi dirinya dengan banyak filosofi yang salah yang diajarkan melalui cara hidup manusia dunia pada umumnya, maka hal tersebut menjadi potensi untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Potensi seperti ini dapat dimatikan melalui proses keselamatan yang dikerjakan dengan sunguh-sungguh.
Proses keselamatan ini adalah perjuangan mengubah sinful nature menjadi divine nature (kodrat Ilahi) melalui mengisi isian didalam pikiran dengan Firman Tuhan setiap hari secara ketat, bertindak dalam pimpinan Roh Kudus. Dengan demikian jika seseorang memiliki divine nature/kodrat Ilahi sebagai anak-anak Allah yang menjunjung tinggi nilai kebenaran Allah, yang sama dengan memiliki hati nurani Ilahi, maka bagaimanapun ia tidak mau berbuat dosa lagi atau melakukan sesuatu yang dapat melukai hati Allah.

1 Yohanes 3:6
Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.

Amin.

Rabu, 28 Juni 2017

STANDAR HIDUP DALAM TERANG TUHAN


Yohanes 3:20-21
20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;
21 tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."

Kejahatan seseorang dimata Tuhan tidak hanya diukur dari perbuatan jahat yang melanggar moral secara umum seperti mencuri, berzinah, membunuh, bersaksi dusta, menyembah berhala dan lain sebagainya.
Tuhan Yesus menegaskan bahwa orang yang berbuat jahat adalah orang yang tidak melakukan kehendak Bapa di Surga (Matius 7:21-23). Inilah yang menjadi tolak ukur kejahatan manusia dimata Tuhan.
Dengan kebenaran ini kita harus menjadi sadar bahwa setiap membuka mata dipagi hari perjuangan hidup kita adalah dapat melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna.
Untuk bisa mengerti kehendak Bapa, Firman Tuhan (rhema) harus mengisi jiwa.
Hal ini akan membentuk nuraninya, sehingga nurani dalam neshamah-nya dapat menjadi suara Tuhan. Itulah sebabnya pemazmur mengatakan bahwa Firman Tuhan pelita bagi kakinya dan terang bagi jalannya (Mazmur 119:105). Berkenaan dengan hal ini dalam ayat lain pemazmur mengatakan: Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku (Mazmur 18:29).
Tentu saja kegelapan dalam ayat ini bukan kegelapan secara alam fisik, tetapi gambaran dari seorang yang tidak mengerti kehendak Allah. Alkitab mengatakan bahwa umat pilihan harus merenungkan Firman Tuhan siang dan malam (Mazmur 1:2). Hal ini dimaksudkan agar setiap hari orang percaya menerima Firman (baik logos maupun rhema). Bagi umat Perjanjian Baru kebenaran Injil yang diajarkan Tuhan Yesus membuat seseorang cerdas sehingga bisa mengerti kehendak Allah dengan sempurna.

Kejatuhan manusia ke dalam dosa mengakibatkan manusia berjalan dalam gelap. Berjalan dalam gelap bagi umat Perjanjian Lama berarti tidak hidup menurut hukum Taurat dan tidak menyembah Allah Israel.
Tetapi bagi umat Perjanjian Baru berbeda. Hidup dalam gelap artinya tidak mampu mengerti kehendak Tuhan dengan sempurna. Hal ini terjadi sebab neshamah manusia belum menjadi pelita Tuhan (Amsal 20:27), nuraninya belum terbentuk oleh Firman Tuhan (rhema)(Roma 10:17).
Seseorang tidak akan mendengar rhema kalau tidak belajar logos (Firman yang dimengerti dengan nalar atau kognitif pada waktu mendengar khotbah atau membaca).
Rhema inilah Firman yang keluar dari mulut Allah. Kalau keluar dari mulut Allah pasti keluar dari hati-Nya. Kalau hukum keluar dari dua loh batu yang diturunkan di gunung Sinai yang menjadi dasar semua hukum, peraturan dan perundang-undangan, tetapi firman Allah (rhema) keluar dari mulut Allah dan menjadi hukum kehidupan orang percaya.
Perjalanan hidup orang percaya adalah perjalanan melakukan kehendak atau keinginan Allah (bukan sekadar hukum-Nya, tetapi juga pikiran dan perasaan-Nya).
Jadi kalau dikatakan manusia hidup dalam gelap, untuk ukuran umat Perjanjian Baru artinya manusia tidak sanggup untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya.

Kalau dalam Perjanjian Lama hidup dalam terang artinya hidup sesuai dengan hukum Taurat, tetapi dalam Perjanjian Baru berjalan dalam terang artinya melakukan segala sesuatu sesuai dengan suara yang sesuai dengan kehendak Tuhan dari hati nurani di dalam neshamahnya. Itulah sebabnya orang percaya harus terus menerus mengisi pikirannya dengan Firman Tuhan (logos), dari logos maka lahirlah rhema melalui pengalaman hidup konkret.
Rhema inilah yang mencerdaskan seseorang sehingga dapat memiliki pikiran dan perasaan Kristus yang dibaringkan di dalam dirinya. Sampai pada level ini neshamah seseorang bisa semakin menyuarakan suara Tuhan.
Dalam hal ini sinful nature/kodrat dosa diganti dengan divine nature/kodrat Ilahi.
Perubahan dari kodrat dosa (sinful nature) ke kodrat ilahi (divine nature) berporos pada manusia batiniahnya, yaitu perubahan cara berpikir di dalam nuraninya.
Orang-orang yang diselamatkan dalam Tuhan Yesus Kristus hendak dikembalikan kepada rancangan semula, yaitu menjadi makhluk yang dapat memiliki neshamah yang menjadi pelita Tuhan atau bisa menjadi suara Tuhan sehingga seseorang mengerti kehendak Tuhan untuk dilakukan secara sempurna.
Suara Tuhan di sini adalah suara dari hati Tuhan yang menjadi suara dalam hati nurani. Suara dari Tuhan ini mengarahkan seseorang hidup menurut standar kesucian-Nya dan menularkan kepada orang disekitarnya.

Dengan demikian kita bisa mengerti mengapa Firman Tuhan mengatakan bahwa dalam Tuhan Yesus ada terang manusia, artinya hanya melalui keselamatan dalam Tuhan Yesus seseorang bisa mengerti kehendak atau keinginan Allah dengan sempurna (Yohanes 1:4). Hal ini bisa terjadi sebab neshamah manusia bisa menjadi pelita Tuhan atau suara Tuhan. Dalam hal ini orang percaya harus berjuang untuk memperbarui pikirannya dengan Firman Tuhan (logos dan rhema) tiada henti sampai menutup mata.
Seiring dengan pembaharuan pikiran ini, maka hati nuraninya pun terbentuk menjadi nurani Ilahi. Kalau pikiran diisi dengan filosofi dunia yang porosnya adalah percintaan dunia, maka hati nurani menjadi rusak. Tetapi kalau pikiran selalu diperbaharui oleh Firman Tuhan yang porosnya adalah mengasihi Allah, maka hati nurani orang percaya menjadi hati nurani Ilahi yang peka terhadap kehendak-Nya untuk ditampilkan sebagai irama hidup didalam terang-Nya yang ajaib.

Lukas 11:35
Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan.

Amin.

Selasa, 27 Juni 2017

MEMATIKAN MANUSIA LAMA


Roma 6:6-7
6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.

Seseorang yang belum bersedia berjuang mematikan manusia lamanya belum terbebas dari dosa, sebab ia masih menjadi hamba dosa.
Orang-orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan artinya ia bersedia menyalibkan manusia lamanya dan tidak menghambakan dirinya kepada dosa dan kehidupan manusia lamanya.
Kekristenan yang murni adalah kekristenan yang terus bisa menumpas semua unsur manusia lamanya yang tidak sesuai atau yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dalam kehidupan orang percaya.
Penumpasan ini merupakan proses panjang, yang memerlukan ketekunan yang tinggi dan harus dilakukan dengan segenap hati guna mewarnai jiwanya diiisi oleh firman Tuhan.
Kalau Alkitab berbicara mengenai “kematian dari manusia lama” hal itu menunjuk kepada kesediaan untuk meninggalkan sama sekali cara berpikir, pola hidup dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Inilah penumpasan tersebut.
Seperti bangsa Israel diperintahkan untuk menumpas bangsa-bangsa di Kanaan demikian pula kita harus menumpas semua pola berpikir dan gaya hidup yang masih memuat unsur-unsur yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Toleransi yang dilakukan oleh bangsa Israel terhadap sebagian penduduk Kanaan menjadi penyebab pengaruh buruk masuk dalam kehidupan umat Tuhan. Oleh sebab itu orang percaya tidak boleh berhenti mengalami pembaharuan pikiran yang ubahkan oleh firman Tuhan seperti yang dinasehatkan oleh rasul Paulus sehingga tidak lagi menjadi serupa dengan dunia ini.

Pada akhirnya, target yang harus dicapai adalah “hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku”.
Galatia 2:19-20
(19)"Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;
(20)namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku".
Ini berarti jejak hidup manusia lama seseorang akan tertumpas habis, sehingga kehidupan Tuhan Yesus yang tampil.
Sampai taraf ini orang percaya pantas mendapat pernyataan Paulus; bahwa kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Orang Kristen yang mengalami proses ini dengan benar, akan semakin memiliki pesona yang luar biasa. Semua orang akan berkata bahwa orang tersebut berbeda sekali. Perbedaan ini menjadi kesaksian yang sangat kuat untuk membuktikan kebenaran Injil.

Filipi 2:5-7 "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia".
Seperti Tuhan Yesus yang walaupun Ia sendiri adalah Allah sang pemilik kerajaan sorga maupun bumi ini, ia rela mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia, dalam hal tersebut pula orang percaya juga harus menyediakan “bejana kosong” dan membuka diri untuk diisi oleh Tuhan Yesus. Kalau seseorang serius mengundang Tuhan Yesus masuk ke dalam bejana hatinya, maka ia harus berusaha keras untuk mengosongkan bejana hati dan mengisinya dengan kebenaran Firman Tuhan. Hal ini berarti mempersilahkan Tuhan Yesus memenuhi dirinya dengan pikiran dan perasaan Kristus sehingga semakin hari semakin mengerti akan kehendak-Nya yang menghendaki orang percaya memiliki kesediaan memikul salibnya setiap hari dan hidup mengikuti pimpinan Tuhan.
Lukas 9:23 Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.

Memang proses sampai taraf “mati dari keinginan daging secara permanen” yaitu manusia lama tidak lagi muncul dalam hidup seseorang adalah proses yang panjang.
Tetapi kita harus memulainya sejak sekarang. Dari sebuah kesediaan yang tulus, menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari untuk hidup seturut dengan firman Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus kemudian menjadi langkah konkret untuk terus bertumbuh dalam kebenaran Tuhan.
Memantapkan kematian manusia lama ini seseorang harus rela meninggalkan segala bentuk keindahan dan kesenangan yang berasal dari dunia yang pernah dinikmati sebagai kesenangan jiwanya, hatinya mulai tidak tertancap kepada hal duniawi lagi melainkan tertancap di kerajaan sorga.
Kesediaan itu sama dengan melepaskan diri dari segala milik yang sama dengan terlepas dari segala ikatan belenggu perhambaan perberhalaan.
Kesediaan yang tulus melepaskan segala milik ini menunjukkan bahwa seseorang lebih mengasihi Tuhan dan lebih memberi nilai tinggi Tuhan sebagai tempat yang paling teratas.
Sejak itu seseorang akan digarap Tuhan untuk memasuk kedalam rencana-Nya.
Lukas 14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Orang percaya yang berani menumpas habis manusia lamanya akan menjadi orang-orang yang unggul luar biasa dimata Tuhan. Kalau murid-murid pertama di zaman gereja mula-mula sanggup melakukannya, mereka hidup untuk kepentingan Tuhan dengan hidup mau berbagi, peduli dan mengasihi kepada sesamanya, yang berani tidak terikat dengan belenggu mamon, mengapa kita tidak berani melakukan?
Seperti mereka bisa mematikan segala hawa nafsu dan segala keinginan duniawi yang artinya seperti Tuhan Yesus yang rela mengosongkan diri-Nya, kita juga harus mengosongkan diri untuk diisi oleh Tuhan dan dikuasai oleh Roh-Nya secara permanen, dengan demikian kita bisa memiliki kepribadian sebagai anak-anak kerajaan segambar seperti apa yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus.
Suatu hari bila kita berjumpa dengan Tuhan Yesus, Ia pasti akan mengenal kita sebagai anak-anak kerajaan yang melakukan kehendak Bapa sebab Ia menemukan sifat dan karakter-Nya ada di dalam diri kita yang bersedia mengikuti seluruh jejak-Nya, taat tanpa batas hidup seturut dengan kehendak-Nya.

Kolose 3:9-10
9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

Amin.

Minggu, 25 Juni 2017

MEMBANGUN KEBENARAN DI DALAM HATI NURANI


Lukas 6:45 
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya."
Orang yang tidak mencuri belum tentu hatinya adalah hati yang tidak suka mencuri. Orang yang tidak berzinah belum tentu memiliki hati yang tidak suka berzinah. Seorang anak yang melakukan suatu perbuatan yang menunjukkan hormatnya kepada orang tua bukan berarti sungguh-sungguh memiliki hati yang menghormati orang tua. Hal ini bisa terjadi sebab ketika seseorang berbuat baik dan menghindari perbuatan salah, ia memiliki seribu satu motivasi atau alasan.
Bisa saja karena faktor-faktor tertentu yang mendesak seseorang berbuat baik. Seperti misalnya seseorang tidak mencuri atau tidak berzinah karena takut dihukum atau tidak memiliki kesempatan dan berpeluang untuk bisa mencuri dan berzinah.
Seorang anak melakukan suatu perbuatan yang mengesankan ia menghormati orang tua, pada dasarnya ia berbuat demikian karena mau memperoleh sesuatu dari orang tuanya.

Seharusnya perbuatan baik dilakukan seseorang karena didorong oleh motivasi hati yang benar. Motivasi yang benar tersebut mestinya telah permanen berkuasa atas dirinya, yaitu di dalam hati nuraninya.
Dalam hal ini, hati nurani merupakan pusat dari motivasi seseorang melakukan segala sesuatu. Hati nurani adalah sumber penggerak dari segala tindakan yang dilakukan seseorang. Kalau seseorang berpura-pura baik, padahal motivasi hatinya tidak baik, cepat atau lambat pasti nyata di mata manusia lain bahwa ia seorang yang jahat. Hal ini tidak dapat disembunyikan terus menerus. Dengan demikian seorang anak Tuhan dituntut untuk selalu mengeluarkan sesuatu yang baik yang berangkat dari hati nurani yang tulus mengasihi sesamanya, dan bukan karena ada motif-motif tertentu yang tidak murni dibaliknya tindakannya.
Hati nurani yang mengasihi sesama inilah kebenaran yang Tuhan kehendaki untuk terus dibangun dan ditampilkan didalam kehidupan sebagai umat percaya kepada Tuhan Yesus.
Hati nurani yang telah terbangun atau terbentuk sesuai dengan kebenaran Tuhan yang murni dapat menjadi hati nurani seperti yang terdapat didalam Tuhan Yesus.
Di sini barulah bisa dikatakan bahwa roh (neshamah) manusia adalah pelita Tuhan. Orang seperti ini pasti dapat memancarkan pribadi Tuhan Yesus didalam kehidupan disekitarnya.

Hati nurani ini dibangun secara bertahap dalam kurun waktu yang pasti panjang yaitu melalui proses kehidupan setiap hari.
Untuk ini seorang anak Allah harus memiliki perjuangan yang konkret untuk membentuk hati nuraninya. Misalnya kalau seseorang mau memiliki hati nurani yang lemah lembut, tidak cukup membaca buku atau mendengar khotbah mengenai kerendahan hati.
Memang konsep mengenai kerendahan hati harus ditemukan dari Injil, tetapi setelah itu dalam kehidupan setiap hari melalui segala peristiwa, ia harus belajar dari Roh Kudus yang menuntunnya kepada segala kebenaran. Bapa memakai segala peristiwa untuk membawa orang percaya kepada “jiwa yang rendah hati” seperti yang dikehendaki-Nya, yang juga ada pada diri Tuhan Yesus.
Misalnya jika seseorang berdoa dan meminta kepada Tuhan agar Tuhan mengajarkan hidup-Nya dan kerendahan hati-Nya kepada dirinya, maka Tuhan akan menggarapnya melalui segala peristiwa dihidupnya, tidak heran jika seseorang diijinkan Tuhan mengalami kejadian yang tidak mengenakkan seperti dilukai dengan dimarahi oleh seseorang, mendapat caci maki atau hinaan dan lain sebagainya, sebab tidak mungkin seseorang dapat mengalami perubahan pendewasaan hati nurani tanpa diuji dalam situasi yang nyata yang dialaminya.
Ketika seseorang memilih untuk tidak membalas dengan marah, caci maki ataupun hinaan namun memilih taat kepada kehendak Tuhan untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menyakitinya maka disanalah seseorang dapat memuliakan Tuhan dengan perbuatannya tersebut dan belajar membangun kerendahan hati yang serupa seperti Tuhan Yesus.

Didalam Kekristenan terdapat proses panjang untuk mendewasakan hati nuraninya hingga memiliki hati nurani seperti hati nurani Kristus, hal ini harus di bangun secara ketat dari mendengar Firman Tuhan dalam bentuk logos (pengertian secara nalar atau kognitif), kemudian melalui pengalaman hidup menjadi rhema (logos yang diterjemahkan dalam situasi di kehidupan sehari-hari oleh Roh Kudus).
Roh Kudus berbicara tiada henti menunjukkan bagaimana memiliki sikap hati yang benar seperti Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus tidak mengajarkan sistem agama dengan peraturan dan berbagai macam syariatnya, tetapi Tuhan mengajarkan kepada ssseorang kepada hikmat dan pengertian-Nya untuk mengerti apa yang baik, berkenan dan yang sempurna untuk digelar diperagakan didalam hidup setiap individu anak Tuhan yang mengasihi-Nya.
Itulah sebabnya dalam Kekristenan tidak ada hukum atau peraturan semacam syariat (dilarang ini dilarang itu; jangan begini jangan begitu seperti yang terdapat dalam hukum Taurat). Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran Tuhan harus tergores didalam hati nurani setiap orang yang menerima-Nya sehingga yang memahaminya dapat memiliki pengertian, hikmat, pewahyuan dan kecerdasan roh yang seirama dengan kehendak Tuhan.
Tuhan menghendaki nurani dan tindakan seseorang selalu sewarna dan seirama dengan Roh Kudus. Kecerdasan ini akan permanen jika hati nuraninya disediakan untuk selalu mau diajar kebenaran dengan terus diubahkan melalui Injil dan taat untuk dimurnikan oleh Roh Kudus yang memimpinnya didalam segala peristiwa dihidupnya.

Kebenaran yang dilakukan melalui pimpinan Roh Kudus dan diwarnai oleh Injil Kristus itulah yang memerdekakan seseorang. (Yohenas 8:31-32), maksudnya adalah dengan kebenaran itu seseorang mengerti apa yang dikehendaki oleh Bapa. Pengertian itulah kecerdasan roh di dalam hati nuraninya yang bersarang di neshamah-nya (roh-nya).
Jadi kehendak Bapa yang tertulis di dalam Injil harus di mengerti bukan terletak pada syariat dengan segala peraturan atau bentuk harafiahnya, tetapi terletak kepada makna esensinya/inti/hakekat Allah yang menghendaki umat memiliki irama hidup dengan gairah hati nurani Ilahi yang sama seperti diri-Nya. Dengan demikian Tuhan mengajarkan ukuran moral yang bertumpu pada kesucian Tuhan sendiri. Hal ini membuat Kekristenan memiliki kualitas nilai kehidupan yang sangat tinggi dari kehidupan beragama pada umumnya dengan segala peraturan dan syariatnya.

Dengan demikian, cap kebenaran pada hati nurani seseorang tidak mungkin tersembunyi, sebab segala sesuatu terbuka dan telanjang dihadapan Allah, jika seseorang tidak memiliki perjuangan untuk menggores kebenaran nurani hingga serupa seperti nurani Kristus, maka yang menggores nuraninya pasti cap yang berasal dari gairah duniawi yang tentu tidak seirama dan pasti bertentangan dengan kehendak Allah, dengan hal ini tentu nurani yang ada padanya menjadi gelap sehingga membuat kegelapan itu tetap menguasai hidupnya.

Matius 5:8
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Amin.

Sabtu, 24 Juni 2017

MAKANAN KESUKAAN YANG SESUNGGUHNYA


1 Timotius 1:19
Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka,

Orang percaya harus membiasakan mengasah hati nuraninya secara ketat dengan Firman Tuhan dan meresponi pimpinan Roh Kudus setiap harinya. Kalau hati nurani berbicara atau menegur atas suatu tindakan yang salah, maka seseorang tidak boleh mengabaikan atau membiarkannya. Sikap tidak menghargai suara hati nurani ini akan membungkamkan suara hati nurani sehingga suara hati nurani menjadi lemah, sampai tidak terdengar lagi. Dalam hal ini suara hati nurani dapat dibungkam sehingga menjadi bisu. Bila hal ini terjadi maka suara lain yang berasal dari suara daging yang akan mendominasi, yaitu suara yang tidak sesuai dengan suara Tuhan, yang akan bersuara dalam diri orang tersebut.
Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan pernyataan: Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu (Matius 6:22-23).

Pada waktu kita memasuki saat teduh (doa), kita berdiam diri dan mulai mengoreksi segala perbuatan kita. Pada waktu itu sering nurani kita berbicara dengan sangat jelas. Roh Kudus pun dapat berbicara dengan lebih jelas, di luar bisingnya kehidupan setiap hari.
Hal ini harus dibiasakan sehingga kita peka mendengar suara hati nurani kita juga suara Roh Kudus yang memiliki kepentingan mendewasakan manusia batiniah kita.
Pada waktu seseorang berkata “selidikilah aku Tuhan”, itu berarti ia harus mengasah hati nuraninya sendiri dengan kebenaran Firman Tuhan yang memadai.
Tanpa kebenaran Firman Tuhan yang cukup atau memadai yang dipahami, Tuhan tidak memiliki sarana untuk mengarahkannya kepada kesempurnaan sebagai anak-anak Allah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak akan bisa secara permanen mendengar suara Tuhan tanpa mengerti kebenaran. Bagi orang yang tidak mendewasakan hati nuraninya dengan kebenaran Firman Tuhan dan yang tidak menghargai suara hati nurani yang murni, maka akal dan hati nuraninya menjadi rusak seperti yang dikatakan Titus dalam suratnya dalam Titus 1:15 “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatu pun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis.”
Di sini terbukti bahwa suara hati nurani bisa rusak sehingga mengakibatkan kandasnya iman seseorang menjadi tidak dalam penurutan terhadap kehendak Allah.

Terkait dengan fungsi hati nurani, Paulus menasihati jemaat dengan tulisannya dalam 2 Korintus 1:12 yang tertulis: “Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.”
Kata “megahkan” dalam teks ini adalah kauchesis (καύχησις) yang artinya selain bangga (pride) juga sesuatu yang dirasakan dalam perasaan (bisa enak atau tidak enak; boasting, in a good or a bad sense).
Kata ini juga berarti rejoicing (senang karena sesuatu yang memuaskan). Dalam hal ini hati nurani akan memberikan perasaan bangga, senang dan puas atas suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang anak Allah yang kesukaannya adalah melakukan kehendak Allah. Seperti seorang guru yang melihat tindakan anak didiknya melakukan suatu prestasi kemudian memberikan pujian.
Hal ini akan mendatangkan perasaan senang dan puas pada murid. Sebaliknya, kalau anak didiknya melakukan suatu tindakan yang dinilai salah, maka hal itu akan mendatangkan perasaan sedih (a bad sense).

Hati nurani memberikan perasaan senang pada waktu seseorang melakukan sesuatu yang sesuai dengan kebenaran Allah. Perasaan ini adalah perasaan puas dan bahagia karena nurani dapat sewarna dengan Roh Allah yang memimpinnya. Perasaan tersebut menjadi makanan jiwa yang membuat jiwa menjadi haus dan lapar akan kebenaran Tuhan untuk ia kenakan. Inilah makanan kesukaan kehidupan anak-anak Allah yang sejati.
Dalam hal ini kita mengerti mengapa Tuhan Yesus berkata, “makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yohanes 4:34).
Kata makanan di sini dalam teks aslinya adalah "broma" yang menunjuk daging makanan yang halal.
Inilah makanan yang sesungguhnya dikehendaki Tuhan untuk menjadi konsumsi dalam kehidupan orang percaya setiap harinya, ini harus menggores di dalam hati nuraninya, sehingga selalu mendesak diri seseorang untuk melakukannya. Dengan demikian melakukan kehendak Allah adalah makanan kesukaan atau menu harian bagi orang percaya yang benar-benar mengasihi-Nya.

Amin.

Jumat, 23 Juni 2017

MENGENALI DUA SUARA DI DALAM HATI


Roma 13:5
Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.
Siapa kita hari ini adalah produk dari apa yang kita dengar dan kita lihat selama perjalanan hidup kita di masa lalu. Sama seperti bagaimana kesehatan tubuh kita hari ini adalah peta dari makanan yang kita konsumsi serta pola hidup yang kita jalani. Demikian pula dengan keadaan nurani kita adalah peta dari kehidupan yang telah kita jalani, yaitu filosofi yang kita serap setiap hari dari lingkungan, baik lingkungan keluarga, pergaulan dan pendidikan.
Produk yang kita konsumsi dalam jiwa yang berasal dari dalam dunia ini melahirkan suara manusia lama.
Manusia lama ini memiliki suara di dalam diri kita. Pada waktu di gereja atau di suasana tertentu suara itu bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. 

Pada waktu di gereja kadang-kadang suara manusia lama bisa tidak terdengar, suara roh lebih keras, tetapi ketika keluar dari gereja suara manusia lamanya kembali mendominasi hidup. Itulah sebabnya mengapa seseorang begitu mudah jatuh dalam dosa atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan pada waktu di luar gereja.
Bagi mereka yang memiliki emosional yang tinggi ketika berada di gereja ia menjadi manusia yang berbeda untuk sementara waktu, ketika ia sudah diluar gereja suara manusia lamanya kembali mendominasi dan berkata "marahlah, lepaskan emosimu dan kamu berhak marah"
Bagi yang hidupnya masih diperbudak oleh barang, hobi dan kesenangan dunia lainnya contohnya seseorang yang masih diperbudak kesenangan oleh rokok maka suara manusia lamanya akan berkata "kamu berhak memiliki kesenangan ini, suatu hari kamu boleh berhenti namun untuk sekarang nikmatilah selama kamu masih sehat".
Bohong-bohong kecil dianggap tidak melukai hati Tuhan, dan dianggap sebagai hal yang biasa dan lumrah, dalam pikirannya Tuhan maha kasih nanti bisa minta ampun sama Tuhan, namun ia tidak pernah berjuang secara serius melepaskan karakter yang salah dan rusak tersebut.

Sebenarnya dengan masih memelihara sikap seperti ini ia tidak pernah menghormati Tuhan yang telah menebusnya dari dosa dan dari cara hidup yang sia-sia yang telah ia warisi dari cara hidup dunia, ia tidak berniat untuk serius menghasrati hidup baru didalam Tuhan sebagai kebahagiaan hidupnya.
Inilah orang-orang yang memiliki kesombongan yang terselubung didalam dirinya.
Kalau seseorang sungguh-sungguh berhasrat untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, ia harus sungguh-sungguh mengenali suara manusia lamanya tersebut, yang sering tanpa sadar mendorong seseorang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam hal ini, bukan hanya perbuatan dosa yang sudah dilakukan yang sangat berbahaya, tetapi yang tidak kalah berbahayanya adalah suara dari daging atau manusia lama yang tidak bisa dibungkam dengan mudah.

Kalau seseorang tidak memiliki keteguhan hati untuk melakukan kehendak Allah, maka ia akan mudah menyerah terhadap suara manusia lamanya dengan mengikuti keinginannya.
Dan masih terus hidup sesuai dengan suara yang adalah filosofi dari kehidupan lamanya, hasil asuhan dunia. Akhirnya ia selalu hidup dalam perbudakan manusia lama.
Suara manusia lama dengan segala pertimbangan dan hasratnya sering menguasai diri kita tanpa kita sadari.
Sering orang menganggap itulah dirinya.
Tentu suara manusia lamanya tersebut memiliki kecerdasan dan berbagai argumentasi dengan segala pertimbanganya.
Tentu pertimbangan tersebut yang tidak searah dengan pikiran Tuhan. Itulah sebabnya banyak orang Kristen yang berbuat dosa dengan seribu satu alasan mengapa ia melakukan perbuatan tersebut. Alasan-alasan yang dibangun sering semata-mata hanya untuk mendapat pembenaran terhadap perbuatan salah yang dilakukan. Terkait dengan hal ini Firman Tuhan mengatakan dengan tegas: Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:21-24).

Kalau seseorang tidak belajar Firman Tuhan yang benar secara ketat setiap hari, sehingga tidak pernah mendengar rhema untuk memperbaharui pikirannya dengan pikiran yang dari Allah, maka ia tidak bisa mendengar dan peka terhadap “suara pimpinan Roh Allah didalam nuraninya”.
Hendaknya ketika kita mendengar suara dari manusia lama tersebut, kita harus mulai menggantikan dengan suara baru yang kita peroleh dari kebenaran Firman Tuhan.
Suara baru yang bersumber dari suara kebenaran harus digoreskan atau ditanamkan di hati setiap hari secara ketat untuk dapat menggantikan suara manusia lama.
Ibarat siput, kita sadar bahwa cangkang yang kita bawa kemana-mana ternyata cangkang yang salah, sekarang kita hendak melepaskan diri dari cangkang tersebut dan mengenakan cangkang yang lain, cangkang yang baru. Cangkang yang lama adalah suara manusia lama dan cangkang yang baru adalah suara kebenaran yang berasal dari mulut Allah.
Ini adalah hal yang sulit karena kita telah bertahun-tahun mengenakan cangkang tersebut, tetapi kita bisa melakukannya dengan pertolongan Tuhan dan meresponi pertolongan dan panggilan-Nya untuk mengenakan manusia baru yang memiliki gambar diri layaknya sebagai anak-anak kerajaan Bapa di Sorga yang selalu mengenakan manusia yang berkodrat Ilahi.

Ibrani 4:7
Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!"
Amin. 

Kamis, 22 Juni 2017

MENGENALI DUA SUARA DI DALAM HATI


Roma 13:5
Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.

Siapa kita hari ini adalah produk dari apa yang kita dengar dan kita lihat selama perjalanan hidup kita di masa lalu. Sama seperti bagaimana kesehatan tubuh kita hari ini adalah peta dari makanan yang kita konsumsi serta pola hidup yang kita jalani. Demikian pula dengan keadaan nurani kita adalah peta dari kehidupan yang telah kita jalani, yaitu filosofi yang kita serap setiap hari dari lingkungan, baik lingkungan keluarga, pergaulan dan pendidikan. Produk yang kita konsumsi dalam jiwa yang berasal dari dalam dunia ini melahirkan suara manusia lama.
Manusia lama ini memiliki suara di dalam diri kita. Pada waktu di gereja atau di suasana tertentu suara itu bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia bisa bersikap baik, tetapi sebenarnya ia sangat licik. Harus diketahui bahwa di gereja pun suara itu tidak bisa dibungkam. Ia bisa menyesuaikan diri dengan keadaan secara licik. Bahkan seorang pendeta yang berkotbah atau seorang worship leader yang memimpin puji-pujian di mimbar bisa mengeluarkan kata-kata dan sikap yang berasal dari suara manusia lamanya yang penuh dengan manipulasi dan kepura-puraan padahal yang ia ucapkan tidak dilakukannya dengan perjuangan yang ketat. Tentu ia tidak menyadarinya sebab manusia lamanya masih kuat mendominasi pikirannya.
Bahkan kadang-kadang ia merasa itu suara dari Tuhan.

Pada waktu di gereja kadang-kadang suara manusia lama bisa tidak terdengar, suara roh lebih keras, tetapi ketika keluar dari gereja suara manusia lamanya kembali mendominasi hidup. Itulah sebabnya mengapa seseorang begitu mudah jatuh dalam dosa atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan pada waktu di luar gereja.
Bagi mereka yang memiliki emosional yang tinggi ketika berada di gereja ia menjadi manusia yang berbeda untuk sementara waktu, ketika ia sudah diluar gereja suara manusia lamanya kembali mendominasi dan berkata "marahlah, lepaskan emosimu dan kamu berhak marah"
Bagi yang hidupnya masih diperbudak oleh barang, hobi dan kesenangan dunia lainnya contohnya seseorang yang masih diperbudak kesenangan oleh rokok maka suara manusia lamanya akan berkata "kamu berhak memiliki kesenangan ini, suatu hari kamu boleh berhenti namun untuk sekarang nikmatilah selama kamu masih sehat".
Bohong-bohong kecil dianggap tidak melukai hati Tuhan, dan dianggap sebagai hal yang biasa dan lumrah, dalam pikirannya Tuhan maha kasih nanti bisa minta ampun sama Tuhan, namun ia tidak pernah berjuang secara serius melepaskan karakter yang salah dan rusak tersebut.
Sebenarnya dengan masih memelihara sikap seperti ini ia tidak pernah menghormati Tuhan yang telah menebusnya dari dosa dan dari cara hidup yang sia-sia yang telah ia warisi dari cara hidup dunia, ia tidak berniat untuk serius menghasrati hidup baru didalam Tuhan sebagai kebahagiaan hidupnya.
Inilah orang-orang yang memiliki kesombongan yang terselubung didalam dirinya.
Kalau seseorang sungguh-sungguh berhasrat untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, ia harus sungguh-sungguh mengenali suara manusia lamanya tersebut, yang sering tanpa sadar mendorong seseorang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam hal ini, bukan hanya perbuatan dosa yang sudah dilakukan yang sangat berbahaya, tetapi yang tidak kalah berbahayanya adalah suara dari daging atau manusia lama yang tidak bisa dibungkam dengan mudah.

Kalau seseorang tidak memiliki keteguhan hati untuk melakukan kehendak Allah, maka ia akan mudah menyerah terhadap suara manusia lamanya dengan mengikuti keinginannya.
Dan masih terus hidup sesuai dengan suara yang adalah filosofi dari kehidupan lamanya, hasil asuhan dunia. Akhirnya ia selalu hidup dalam perbudakan manusia lama.
Suara manusia lama dengan segala pertimbangan dan hasratnya sering menguasai diri kita tanpa kita sadari.
Sering orang menganggap itulah dirinya.
Tentu suara manusia lamanya tersebut memiliki kecerdasan dan berbagai argumentasi dengan segala pertimbanganya.
Tentu pertimbangan tersebut yang tidak searah dengan pikiran Tuhan. Itulah sebabnya banyak orang Kristen yang berbuat dosa dengan seribu satu alasan mengapa ia melakukan perbuatan tersebut. Alasan-alasan yang dibangun sering semata-mata hanya untuk mendapat pembenaran terhadap perbuatan salah yang dilakukan. Terkait dengan hal ini Firman Tuhan mengatakan dengan tegas: Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:21-24).

Kalau seseorang tidak belajar Firman Tuhan yang murni secara ketat setiap hari, sehingga tidak pernah mendengar rhema untuk memperbaharui pikirannya dengan pikiran yang dari Allah, maka ia tidak bisa mendengar dan peka terhadap “suara pimpinan Roh Allah didalam nuraninya”.
Hendaknya ketika kita mendengar suara dari manusia lama tersebut, kita harus mulai menggantikan dengan suara baru yang kita peroleh dari kebenaran Firman Tuhan.
Suara baru yang bersumber dari suara kebenaran harus digoreskan atau ditanamkan di hati setiap hari secara ketat untuk dapat menggantikan suara manusia lama.
Ibarat siput, kita sadar bahwa cangkang yang kita bawa kemana-mana ternyata cangkang yang salah, sekarang kita hendak melepaskan diri dari cangkang tersebut dan mengenakan cangkang yang lain, cangkang yang baru. Cangkang yang lama adalah suara manusia lama dan cangkang yang baru adalah suara kebenaran yang berasal dari mulut Allah.
Ini adalah hal yang sulit karena kita telah bertahun-tahun mengenakan cangkang tersebut, tetapi kita bisa melakukannya dengan pertolongan Tuhan dan meresponi pertolongan dan panggilan-Nya untuk mengenakan manusia baru yang memiliki gambar diri layaknya sebagai anak-anak kerajaan Bapa di Sorga yang selalu mengenakan manusia yang berkodrat Ilahi.

Ibrani 4:7
Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!"

Amin.

Rabu, 21 Juni 2017

HIDUP YANG MEMUASKAN HATI TUHAN


Yohanes 4:34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Banyak orang ketika terbangun di kekekalan ia baru merasakan mengalami penyesalan yang teramat dalam karena tidak memberi waktu yang banyak untuk melayani dan memuaskan hati Tuhan selama hidup di bumi.
Kakinya gemetar karena mengalami ketakutan yang luar biasa dan tidak tahan berdiri di pengadilan Allah yang maha tinggi ketika ia melihat dirinya yang belum secara all out hidup memuaskan hati Tuhan sebab selama dibumi ia lebih memilih sibuk dengan banyak hal lain dan tidak pernah bertanya kepada Tuhan hal apakah yang dapat memuaskan hati-Nya untuk ia lakukan.
Tidak ada yang lebih pantas untuk membalas kebaikan Tuhan Yesus selain selalu memuaskan hati-Nya.
Memuaskan hati Tuhan bukan hanya berarti kita tidak melukai hati-Nya. Sering kita mendengar orang berkata agar kita tidak melukai hati Tuhan. Selama ini tidak melukai hati Tuhan dipahami oleh sebagian besar orang Kristen adalah hidup dalam ketaatan kepada hukum dan bermoral baik di mata masyarakat. Kalau hanya hidup menurut hukum, belumlah memenuhi tuntutan standar hidup sempurna seperti Bapa atau melakukan kehendak Bapa.
Matius 5:48 "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Umat Perjanjian Baru memiliki tuntutan yang jauh lebih berat dari umat Perjanjian Lama. Sebab umat Perjanjian Baru adalah umat yang dirancang menjadi anak-anak Allah yang harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Pikiran dan perasaan Kristus diperagakan dalam tindakan. Tindakan yang Tuhan Yesus lakukan didasarkan pada prinsip: “Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”.
Inilah irama hidup yang selalu memuaskan hati Bapa.

Selalu memuaskan hati Tuhan berarti kita aktif untuk mencari dan menemukan apa yang membuat hati Bapa puas. Itu berarti kita selalu bertanya: "Apa yang harus kulakukan hari ini Bapa supaya aku dapat memuaskan hati-Mu?" Sampai kita menjadi peka terhadap kehendak Bapa secara khusus untuk kita lakukan didalam kehidupan kita, sehingga secara otomatis kita dapat mengerti apa yang dikehendaki oleh Bapa untuk kita lakukan setiap hari.
Hal selalu memuaskan hati Bapa adalah hal yang tersulit dalam hidup ini, tetapi ini merupakan puncak atau klimaks dari prestasi kehidupan yang dikehendaki oleh Bapa. Tuhan Yesus telah mencontohkan bagaimana cara hidup yang memuaskan hati Bapa, yaitu kehidupan yang taat kepada Bapa, bahkan taat sampai mati di kayu salib.
Filipi 2:6-8 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Jika kita menyatakan diri kita menjadi pengikut Tuhan Yesus, kita pun harus mengikuti jejak-Nya sampai mencapai level ini. Pada akhirnya, inilah tujuan hidup dari perjalanan kita sebagai orang percaya.
Selalu memuaskan hati Bapa dimulai dari menit pertama pada pagi hari bangun tidur sampai pada malam hari rebah kembali ke pembaringan. Memang sangat sulit untuk mencapai level “selalu memuaskan hati Bapa”, sebab kita sudah terbiasa hidup dengan irama “menyenangkan diri sendiri”. Banyak orang sudah merasa puas dengan keadaan dirinya yang tidak melanggar moral, tidak merugikan sesama, apalagi memiliki martabat moral yang baik di mata manusia lain. Sehingga mereka tidak memperkarakan dengan baik apakah ia sudah memuaskan hati Tuhan Yesus didalam seluruh wilayah hidupnya ataukah sebenarnya mereka belum memiliki kehidupan yang selalu memuaskan hati Tuhan. Kalau keadaan ini berlarut-larut, maka sampai titik tertentu mereka tidak akan dapat bertumbuh lagi sama sekali. Ketika ia berhenti bertumbuh maka dengan mudah iblis bisa menyeretnya kembali kepada kehidupan manusia lamanya yaitu manusia yang di gelar oleh kehidupan manusia pada umumnya yaitu manusia manusia yang hidup dengan kehendaknya sendiri.

Sangat sulit untuk mencapai level selalu memuaskan hati Bapa, tetapi tidak ada yang tidak dapat dilakukan kalau diusahakan dengan sungguh-sungguh,
Sebab Alkitab mengatakan : "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
Allah Bapa melalui Roh Kudus akan menolong orang percaya yang mengasihi Dia, untuk dapat menjadi serupa dengan-Nya.
Untuk ini Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28).
Dari diri kita harus ada kerinduan yang kuat untuk bisa mencapai level tersebut. Kerinduan ini merupakan perasaan “haus dan lapar akan kebenaran”. Tuhan akan memuaskan orang yang haus dan lapar akan kebenaran.
Pada akhirnya, sebelum kita menutup mata, kita harus sampai pada level "dapat memuaskan hati Tuhan". Ketika seseorang sampai pada level ini, maka barulah ia memiliki kemerdekaan yang sesungguhnya. Hatinya akan sangat merindukan bertemu dengan Tuhan Yesus.

Kehidupan memuaskan hati Bapa adalah kehidupan standar orang yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus. Memang setiap orang yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus harus menyerahkan diri sepenuhnya bagi Majikan yang telah menebusnya. Orang tebusan hidup hanya untuk melayani kepentingan Tuan yang memilikinya dan menyenangkan hati Tuan tersebut. Hanya orang yang menjadi hamba yang dapat selalu memuaskan hati Tuannya, dan yang akan diperkenan melayani Dia selama-lamanya di dalam Kerajaan-Nya.

Yohanes 14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

Amin.

Selasa, 20 Juni 2017

MENGENAL TEOLOGIA KEMAKMURAN DAN PENYESATANNYA




Shalom saudaraku mari sejenak kita mengenal tentang "pengajaran teologia kemakmuran" kenali ciri-cirinya dan jangan mengikuti ajaran dan jalan lebar yang ditawarkan olehnya.

MENGENAL TEOLOGIA KEMAKMURAN

Teologi kemakmuran atau doktrin kemakmuran (bahasa Inggris: prosperity theology atau prosperity gospel), yang kadang-kadang disebut pula teologi sukses, adalah teologi Kristen yang mengajarkan bahwa kemakmuran dan sukses (kaya, berhasil, dan sehat sempurna) adalah tanda-tanda eksternal dari Allah untuk orang-orang yang dikasihi-Nya.
Kasih Allah ini diperoleh sebagai sesuatu takdir (predestinasi), atau diberikan sebagai ganjaran untuk doa atau jasa-jasa baik yang dibuat oleh seseorang.
Mereka meyakini penebusan dosa yang dalam Kristen dilakukan melalui Yesus Kristus bertujuan agar umat hidup dalam berkat kesuksesan dan kesehatan.
Pahadal Tuhan Yesus mengajarkan sebaliknya.
Dalam Matius 10:38-39
38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Hal ini sejajar dengan apa yang beritakan oleh Paulus bahwa "orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia".
Teologi kemakmuran menekankan gerakan roh secara mistik, setiap orang meminta dipenuhi Roh Kudus dengan tanda bisa berbahasa roh tanpa mengerti maksud karunia itu diberikan.
Mereka antusias meminta karunia berbahasa roh tetapi mengesampingkan buah-buah roh.
Teologi kemakmuran adalah ajaran tentang kesempurnaan hidup secara jasmani, mereka meyakini tujuan salib diberikan supaya umat hidup bebas dari segala kutuk ekonomi dan sakit penyakit dan penderitaan hidup lainnya dan beriman dalam hal ekonomi dan kesehatan bahwa Allah akan membuat mereka sejahtera berlimpah secara jasmani.
Dalam hal ekonomi, teologinya disebut sebagai "teologi sukses," yang bercirikan pada kesuksesan.
Teologi ini meyakini bahwa seorang Kristen yang diberkati adalah mereka yang sukses dalam hidupnya, perkenanan Tuhan diukur dari, bisnis tambah besar, punya mobil mewah, rumah tambah banyak dan mewah dan lain sebagainya, bagi rohaniwannya gereja tambah besar, jemaat semakin banyak dan jemaat semakin diberkati dengan kelimpahan berkat secara jasmani.
Hal lainnya dalam kesehatan, mereka meyakini akan selalu diberkati Allah selalu sehat, namun sebenarnya mereka mengesampingkan tanggung jawab untuk menjaga pola hidup yang baik dan sehat.
Teologi ini secara sederhana dapat disebut sebagai ajaran yang menekankan bahwa Allah adalah Allah yang Mahabesar, kaya, penuh berkat dan manusia yang beriman pasti akan mengalami kehidupan yang penuh berkat pula, kaya, sukses dan berkelimpahan.

Selain itu, sering sekali pengajarannya menonjolkan mencomot ayat-ayat perjanjian lama tanpa melihat dan mengerti konteks ayat, latar belakang zaman pada waktu ayat itu muncul dan kepada siapa ditujukan ayat Firman Tuhan tersebut, kemudian memaksakan mengenakannya kepada umat perjanjian baru.
Padahal standard panggilan hidup umat perjanjian lama dan umat perjanjian baru sangatlah berbeda, hal ini terlihat jelas dari pengajaran Tuhan Yesus yang tentang habis-habisan oleh para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sangat ketat taat menjalankan hukum Taurat.
Tuhan Yesus mengajarkan kumpulkan harta di surga bukan dibumi, namun bagi bangsa Yahudi tidak bisa menerima hal ini sebab justru berkat jasmani berlimpah susu dan madu adalah tanda dari perkenanan Allah atas hidup mereka.
Teologia kemakmuran memandang persembahan ataupun perpuluhan, persembahan buah sulung sebagai wujud investasi kepada Tuhan, seperti yang terdapat dalam Kitab Maleakhi 3:10.
Ayat ini seringkali dirujuk dalam teologi kemakmuran guna mengumpulkan persembahan di gereja.
Umat yang meyakini pengajaran ini biasanya memberikan persembahannya dengan harapan akan mendapat berkat dari Tuhan lebih lagi dan dijauhkan dari segala masalah-masalah dan kutuk-kutuk.
Tuhan dipahami lebih mirip mesin ATM; manusia dapat memperoleh uang sebanyak-banyaknya dari Tuhan yang mencintai anak-anak-Nya dan memberikan hadiah kepada mereka. Persembahan perpuluhan dari hasil setiap umat dianggap dapat membuka 'pintu surga' untuk menurunkan berkat yang berlimpah.

APA KATA ALKITAB MENGENAI TEOLOGIA KEMAKMURAN ?

Dalam teologi kemakmuran, dikenal istilah “Kata-Kata Iman,” di mana orang percaya diijinkan mengimani apa saja yang ada didalam pikirannya untuk bisa diwujudkan oleh Allah, jika mereka hidup taat mereka meyakini Allah akan mewujudkan keinginan mereka namun secara tidak sadar mereka sebenarnya sedang berdagang dan memperalat Allah untuk meraih apa yang mereka ingini mendapat kepuasan hidup dari fasilitas dunia yang menjadi sukacita hidup dan demi kelangsungan kebahagiaan hidupnya dibumi ini.
Mereka tidak sadar mereka sedang mengumbar hidup didalam keinginan daging, diperbudak hidup didalam keduniawian, dan tidak hidup didalam gairah Roh Kudus yang memikirkan hal-hal yang dari Roh.
Mereka adalah orang-orang yang tidak bersedia kehilangan nyawanya/kesenangan hidup dibumi ini.
Padahal kebenaran Kekristenan yang sejati justru sebaliknya Allah yang menggunakan orang percaya menjadi alat-Nya untuk menyatakan rencana-Nya, memperagakan kekudusan-Nya dan melayani seluruh kehendak-Nya.
Injil yang benar akan mengajarkan orang percaya hidupnya sepenuhnya dimiliki oleh Tuhan termasuk kekayaan yang dimiliki semuanya adalah milik Tuhan yang dipercayakan untuk digunakan bagi pengabdian diri kepada Tuhan semata-mata (2 Korintus 5:15). Sedangkan harta orang percaya yang sesungguhnya sudah tersedia di kerajaan Bapa surga.

Teologi kemakmuran memandang Roh Kudus sebagai kuasa yang dapat digunakan sebagaimana yang diinginkan oleh orang-orang percaya sesuai menurut kehendaknya.
Alkitab mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan Pribadi yang memampukan orang percaya menjalankan kehendak Allah, menginsafkan dunia akan dosa.
Gerakan teologi kemakmuran amat mirip dengan beberapa sekte ketamakan yang menyusupi dan merusak gereja mula-mula.
Paulus dan rasul-rasul lainnya tidak berkompromi atau berdamai dengan para guru palsu yang menyebarkan ajaran sesat semacam itu. Mereka menyebut mereka sebagai pengajar-pengajar sesat yang berbahaya dan menasihati orang-orang Kristen supaya menghindari mereka (Roma 16:18).
Paulus memperingatkan Timotius akan orang-orang semacam ini dalam 1 Timotius 6:5; 9-11. Orang-orang "yang tidak lagi berpikiran sehat" yang mengira ibadah itu adalah sumber keuntungan dan keinginan mereka akan kekayaan merupakan jebak yang menenggelamkan mereka "ke dalam keruntuhan dan kebinasaan" (ayat 9).
Mengejar kekayaan merupakan jalan yang berbahaya bagi orang-orang Kristen dan menjadi sesuatu yang diperingatkan Allah: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (ayat 10).

Kalau kekayaan merupakan tujuan yang baik bagi orang-orang saleh, Yesus sudah pasti akan mengejar kekayaan. Namun, Dia tidak melakukan itu, dan lebih memilih tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Matius 8:20) dan mengajar murid-murid-Nya untuk bersikap serupa. Malahan Tuhan mengajarkan orang yang mau menjadi pengikut-Nya harus bersedia melepaskan segala milik-Nya untuk dapat menjadi murid-Nya.
Harus pula diingat baik-baik jabatan rohaniwan tidak menjamin bisa kebal atau terlepas dari ikatan percintaan dunia, contohnya dari 12 Rasul yang mengejar kekayaan adalah Yudas Iskariot.
Paulus menyatakan bahwa ketamakan merupakan penyembahan berhala (Efesus 5:5) dan mengajarkan orang-orang Efesus untuk menghindari orang-orang yang mengajarkan berita percabulan rohani atau ketamakan (Efesus 5:6-7).
Istilah yang paling digemari dalam ajaran teologia kemakmuran adalah “pengakuan positif/perkataan iman.” Ini merupakan rujukan pada pengajaran bahwa setiap kata-kata yang diucapkan dengan yakin memiliki daya cipta kuat. Apa yang di ucapkan, menentukan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Pengakuan yang diutarakan secara positif dan tanpa keraguan maka Allah wajib menjawabnya (seolah-olah manusia dapat menuntut sesuatu dari Allah).
Jelas ini ajaran yang keliru karena ajaran ini jelas-jelas seolah-olah Allah bisa diatur dengan kata-kata yang mereka ucapkan dengan hanya cukup bermodal meyakini tanpa keraguan.

Yakobus 4:13-16 jelas-jelas menentang pengajaran demikian:
13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",
14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
Orang percaya yang benar tidak akan pernah berdagang dengan Allah, mereka akan menyerahkan hari esoknya sesuai dengan kehendak dan perkenanan Tuhan saja, sebab bagi mereka apapun yang mereka lakukan dibumi ini, baik makan minum, bekerja, bisnis, sekolah kuliah atau melakukan sesuatu yang lain semuanya dilakukan demi dapat memberikan dirinya mengabdi kepada kehendak Allah secara penuh dan selalu dapat mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan menyenangkan hati-Nya.
Teologia kemakmuran mengajarkan pentingnya hidup dalam kelimpahan kekayaan sebagai tanda perkenanan Tuhan, Alkitab malah memperingatkan kita untuk tidak mengejarnya. Orang-orang percaya, khususnya para pemuka gereja (1 Timotius 3:3), harus bebas dari mencintai uang (Ibrani 13:5).
Cinta uang menjadi akar dari segala kejahatan (1 Timotius 6:10).

Tuhan Yesus memperingatkan, Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."(Lukas 12:15).
Hal ini sejajar dengan pernyataan Tuhan Yesus didalam Matius 6:19-21 tentang hal mengumpulkan harta.
Matius 6:19-21
19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Kontradiksi yang begitu besar antara teologi kemakmuran dan Injil yang benar yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, paling tepat dirangkumkan melalui kata-kata Tuhan Yesus dalam Matius 6:24, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon.”

Amin.

Senin, 19 Juni 2017

IMAN YANG SEJATI


Yakobus 2:20-22
20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Kehidupan Abraham tidak diatur oleh hukum, tetapi diatur oleh kehendak Allah. Tindakan penurutannya terhadap kehendak Allah inilah iman yang benar atau sejati.
Iman yang harus dimiliki oleh orang percaya adalah iman yang disertai dengan tindakan penurutan segala kehendak Allah dan bukan dengan iman yang hanya mengaku percaya saja.
Iman yang diekspresikan dengan tindakan melakukan segala kehendak Tuhan Yesus barulah iman yang menyelamatkan.
Kalau sekarang seseorang mengaku memiliki iman, tetapi tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah seperti yang dilakukan oleh Abraham berarti belum memiliki iman secara benar.
Yakobus menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan bukan karena iman saja, maksudnya bukan iman dalam wujud perkataan saja tetapi iman dalam tindakan nyata (Yakobus 2:14- 26).
Ketaatan Abraham mempersembahkan Ishak anaknya menunjukkan imannya. Juga Rahab yang menyembunyikan pengintai Israel adalah tindakan iman.
Hal itu tidak diatur oleh taurat, tetapi kehendak Allah agar Rahab membela kepentingan-Nya.
Masyarakat Yerikho juga tahu bahwa bangsa Israel memiliki Allah yang luar biasa, tetapi mereka tidak berpihak kepada-Nya, tetapi Rahab bertindak berpihak pada Allah yang benar dan melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah.
Olehnya Rahab dibenarkan oleh Allah karena tindakan imannya yang diekspresikan kedalam perbuatan yang menolong pengintai-pengintai Israel itu.

Kalau orang Kristen tidak memiliki tindakan yang ekstrem terhadap Tuhan (melakukan keinginan-Nya) sebagai ekspresi imannya berarti belum memiliki iman yang menyelamatkan.
Iman yang menyelamatkan adalah melakukan segala seuatu yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, seperti Abraham melakukan segala sesuatu yang dikatakan oleh Allah.
Oleh sebab itu orang percaya harus mengerti dengan benar segala sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk dilakukan khususnya melakukan hukum kasih, menyangkal diri, memikul salib setiap hari, menjaga kekudusan hidup dan melaksanakan perintah amanat Tuhan Yesus untuk menjadikan semua umat manusia menjadi murid Tuhan Yesus dengan mengajarkan Injil pengajaran Tuhan Yesus secara lengkap hingga memiliki kehidupan yang serupa dengan gambar-Nya.
Inilah orang-orang mau menderita bersama-sama dengan Kristus dan sepenanggungan dengan diri-Nya.
Hanya orang-orang yang menderita bersama dengan Kristus yang akan dipermuliakan bersama dengan Tuhan Yesus didalam Kerajaan-Nya (Roma 8:17, 30 ; Filipi 3:10).

Menerima Tuhan Yesus sebagai Majikan yang dipatuhi berarti mengakui bahwa hidup kita telah dibeli untuk hidup bagi Tuhan Yesus dan bukan lagi hidup untuk diri sendiri, dengan demikian kita mengakui Dia lah Allah pemilik kehidupan dan pemilik segala kuasa di bumi dan di Sorga.
Ini barulah beriman yang benar kepada Tuhan Yesus.
Dalam hal ini yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus bukan hanya melakukan hukum, tetapi melakukan segala kehendak-Nya melalui pimpinan Roh Kudus setiap hari disepanjang waktu hidup kita.
Dalam perintah amanat agung kata "melakukan" dalam Matius 28:20 teks aslinya diterjemahkan "tereo" yang artinya juga (memperhatikan, menjaga, mengamati, menyelidiki, mematuhi).
Itulah sebabnya orang percaya harus belajar Injil secara lengkap, ini merupakan respons awal untuk memiliki keberimanan yang benar kepada Tuhan Yesus.
Hal ini tentu akan membuat kita memiliki kecerdasan roh yang berasal dari Tuhan.
Kecerdasan roh membuat seseorang peka untuk mengerti kehendak-Nya, yaitu apa yang baik, berkenan dan yang sempurna untuk dilakukan dengan penuh sukacita sebagai ekspresi keberimanan yang di benar dihadapan Tuhan kita Yesus Kristus.

Menjadi anak Allah berarti beriman kepada Tuhan Yesus yang disertai dengan ketaatan melakukan kehendak Bapa (Matius 7:21).
Tuhan Yesus tidak menerima orang yang mengaku percaya tetapi tidak berkelakuan seperti diri-Nya.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa saudara-saudara-Nya adalah orang yang mendengar Firman Tuhan dan melakukan Firman itu atau menjadi pelaku Firman atau pelaku kehendak Allah (Lukas 8:21). Untuk menjadi anggota keluarga Allah, sesorang harus melakukan kehendak Allah dengan tanpa batas.
Tanpa syarat ini seseorang tidak akan menjadi anggota Kerajaan Allah.
Syarat ini bukanlah bernilai suatu jasa, tetapi sebagai “respon” kita terhadap kasih dan anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.

Yakobus 2:18
Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."

Amin.

Sabtu, 17 Juni 2017

MENGASIHI TUHAN SECARA BENAR


1 Yohanes 2:15
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.

Mengasihi Tuhan berarti bersedia untuk tidak mengasihi dunia ini sebagai tempat mencari yang disebut sebagai kebahagiaan hidup.
Jika tidak demikian maka ia belum sama sekali mengasihi Tuhan dengan secara benar.
Bagi orang percaya kebahagiaan hidup adalah adanya kehadiran Roh Allah ditengah-tengah mereka yang menuntunnya kepada seluruh kebenaran-Nya, memberikan damai sejahtera dan sukacita surgawi.
Dalam Roma 8:28 Firman Tuhan jelas sekali mengatakan bahwa Allah bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia.
Jadi, kalau seseorang tidak mengasihi Tuhan, maka ia tidak akan mengalami realisasi dari Roma 8:28 tersebut.
Apa sebenarnya maksud mengasihi Tuhan di sini? Kita harus menemukan jawaban atas pertanyaan ini dengan benar.
Hal ini sangat berarti sekali dalam hidup Kekristenan kita.

Banyak orang merasa sudah mengasihi Tuhan, padahal sama sekali belum mengasihi Tuhan.
Mereka bisa menyanyikan lagu-lagu rohani yang memuat syair berkenaan dengan mengasihi Tuhan, tetapi dalam fakta kehidupan setiap hari keadaannya jauh dari apa yang dilantunkan dalam nyanyian. Pernyataan mengasihi Tuhan yang diucapkan pada dasarnya hanyalah fantasi yang tidak terealisir dalam kehidupan konkret. Orang-orang seperti ini sebenarnya bisa disebut sebagai orang-orang munafik. Tetapi mereka tidak menyadari keadaan mereka yang sebenarnya.
Mengasihi Tuhan artinya tidak menghargai dunia dengan segala keindahannya. Dunia memang indah dan semakin indah, tetapi kita harus sudah bisa memandang bahwa keindahan dunia ini semu, sebab tidak akan abadi atau tidak bernilai kekal dan tidak dapat membawa kita kepada persekutuan yang indah dengan Tuhan. Lagi pula keindahan dunia bisa menjadi umpan iblis bagi manusia untuk menggirng manusia kepada kebinasaan. Dalam hal ini cara orang percaya memandang keindahan dunia harus benar. Kalau seseorang memandang dunia dengan cara yang salah, pasti ia akan terbelenggu oleh keindahan dunia ini, sampai pada level tidak pernah dapat terlepas selamanya.
Inilah yang terus menerus diupayakan oleh kuasa kegelapan agar manusia menjadikan dirinya musuh Allah.

Orang yang mengasihi Tuhan adalah orang yang tidak berharap dunia dengan segala fasilitasnya dapat membahagiakan dirinya.
Hal ini harus menjadi prinsip penting yang tertanam di dalam hati. Adapun realisasinya masih membutuhkan waktu yang panjang belajar Firman Tuhan secara ketat, mulai belajar sungguh-sungguh menumpahkan cinta yang benar kepada Tuhan dengan bereaksi melepaskan segala kesenangan hidup kemudian dengan segenap hati mempersembahkan hidup untuk mengabdi kepada kehendak-Nya dan bukan lagi hidup bagi diri sendiri.
Seiring dengan perjalanan waktu di mana kita belajar kebenaran Firman Tuhan dan memahami semakin mendalam serta bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, maka kita semakin mengerti bahwa keindahan Tuhan jauh melampaui segala keindahan dunia ini.
Dari pengalaman nyata kita mengalami Tuhan dan membuktikan keberadaan-Nya (eksis-Nya), maka harapan memperoleh kebahagiaan dari dunia ini juga semakin surut sebab kita akan semakin disadarkan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, dan bumi ini bukan rumah kita, kita semakin disadarkan bahwa keagungan Tuhan dan kerajaan-Nya lebih berharga dari apa yang ditawarkan oleh keindahan dunia ini.
Sampai diri kita pada saatnya bisa mencapai pengakuan seperti pengakuan Pemazmur : "yang kuingini Engkau saja".
Dalam prinsip hidup seperti ini kita dapat bertekad untuk rela tidak memiliki apa pun dan siapa pun, asal tetap memiliki Tuhan dan hidup dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan.

Orang yang mengasihi Tuhan adalah orang yang merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dimiliki. Hanya dengan cara demikian ia dapat berlabuh di dalam Tuhan dan tidak berhasrat sama sekali untuk menambah harta benda demi supaya ia memiliki banyak. Kalau pun seorang anak Tuhan bekerja menambah harta, semua itu hanya dimaksudkan untuk dapat digunakan bagi kepentingan pekerjaan Tuhan menjadi berkat bagi sesama dan menggenapkan rencana Tuhan atas penyelamatan jiwa-jiwa agar dapat dimuridkan menjadi murid Tuhan Yesus.
Mengasihi dunia ini sebagai tempat kebahagiaan hidup ini maka seseorang akan terus bergerak untuk memiliki apa yang belum dimilikinya sementara orang lain memilikinya, mereka akan terus berjuang untuk dapat memiliki lebih banyak dari yang sudah ada. Orang-orang seperti ini tidak akan dapat fokus kepada Tuhan. Tuhan hanya dijadikan sarana untuk dapat memperoleh apa yang diingini dari dunia ini bagi kepuasan tubuh mereka. Tuhan hanya dijadikan alat, bukan tujuan.

Lain halnya dengan orang yang mengasihi Tuhan, mereka adalah orang yang berhasrat kuat untuk dapat menyenangkan hati Tuhan dan berusaha untuk tidak melukai hati-Nya.
Mereka sekolah, kuliah, bekerja giat, berbisnis, berkeluarga semuanya demi supaya efektif agar dapat memberikan hidupnya, pengabdiannya kepada Tuhan dan kerajaan-Nya yang tidak lagi ditujukan bagi kepentingan pribadinya dan ambisinya untuk meraih kebahagiaan hidup dari dunia ini.
Walau dalam proses untuk dapat menyenangkan hati Tuhan sering terjadi di mana seseorang masih gagal juga, tetapi gairah untuk berubah dan bisa sungguh-sungguh menyenangkan hati Tuhan tidak pernah surut. Baginya menyenangkan hati Tuhan adalah segalanya, lebih dari menyenangkan diri sendiri atau menyenangkan manusia mana pun.
Tetapi faktanya, merealisir hal ini tidak mudah.
Dibutuhkan perjuangan berat.
Orang yang mengasihi Tuhan tidak akan mendua hati dan tidak akan pernah mengabdi kepada dua tuan, ia tidak akan berhenti berjuang untuk dapat benar-benar menyenangkan hati Tuhan.
Tuhan menandai orang-orang seperti ini dan memberikan anugerah pembentukan setiap saat demi kebaikannya dan menjadikan alat-Nya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat oleh semangat zaman yang semakin jahat.

Amin.

Jumat, 16 Juni 2017

MEMILIH GAIRAH HIDUP YANG KUDUS


Wahyu 18:3
karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya."

Konteks Wahyu 18 adalah berbicara mengenai jatuhnya Babel.
Babel disini adalah hendak menjelaskan keadaan manusia akhir zaman yang hidupnya menjadi seorang pemberontak kepada Tuhan.
Dengan mengasihi dunia dan apa yang didalamnya sudah cukup membuat manusia menjadi musuh Allah.
Dalam kitab Wahyu 18 sudah dituliskan bahwa banyaķ dari manusia diakhir zaman ini memiliki gairah hidup yang salah yaitu menjadikan dunia sebagai tempat mencari kesenangan hidup.
Dikatakan semua bangsa, raja-raja dan pedagang-pedagang dibumi akan mabuk dengan percintaan akan dunia ini dan berbuat cabul dengannya.
Olehnya Petrus menasehati kita dengan kalimat : Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini (1 Petrus 1:17)
Karena hidup di bumi hanyalah menumpang untuk sementara, maka hendaknya kita harus berusaha memiliki gairah hidup dan keberhasilan yang benar dihadapan Tuhan yaitu gairah hidup yang berdampak dan memiliki nilai-nilai pada kekekalan.

Keberhasilan hidup manusia yang sebenarnya atau yang sejati adalah ketika seseorang menjadi kekasih Tuhan. Pelayanan harus menunjukkan hal ini, bukan mengarahkan jemaat kepada kenyamanan hidup untuk memiliki dunia dengan segala kesenangannya untuk kepentingan dan kepuasan diri.
Ukuran keberhasilan harus diubah.
Jadi keberhasilan atau sukses di studi, karir, rumah tangga dan lain sebagainya semua harus diarahkan untuk sarana mencari perkenanan Tuhan tanpa batas, demikian disegala lini kehidupan ini kita menjadi efektif sebagai alat Tuhan untuk menjalankan kepentingan dan rencana-Nya.
Demikianlah cara kita bersekutu menjadi kekasih Tuhan, dimana disegala area hidup ini kita selalu dapat menampilkan gambaran Kristus didalam hidup kita dan berdampak ditengah-tengah kehidupan ini, membawa nama Tuhan Yesus untuk selalu dipermuliakan.

Ketika kita dapat menjadi kekasih Tuhan yang sejati maka hal ini lebih dari sukses karir, studi rumah tangga dan lain sebagainya.
Inilah hari depan yang penuh harapan yang sesungguhnya.
Kedatangan Yang Mulia Tuhan Yesus Kristus pertama kali merupakan kesempatan di mana manusia menemukan Sang Khalik Pencipta langit dan bumi dalam persekutuan yang ideal seperti sebelum manusia jatuh dalam dosa.
Kalimat: Datang kepada Bapa, sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:6 berarti Tuhan ingin manusia kembali menjalin kedekatan yang khusus dengan diri-Nya, dan kita menjadi anak-anak-Nya yang dapat berinteraksi dengan Tuhan dengan membawa kesucian hidup kita dihadapan-Nya.
Bagi orang tua, anak-anak adalah kekasihnya. Bapa di sorga juga memiliki kasih yang dalam seperti itu, bahkan jauh lebih dalam.

Tuhan menghendaki agar hati kita diserahkan kepada-Nya tanpa disisakan kepada apapun.
Orang yang menyerahkan hatinya kepada Tuhan Yesus sebagai tujuan hidup berarti ia mengingini Tuhan lebih dari mengingini segala sesuatu.
Tuhan menjadi tujuan kehidupan ini, artinya segala sesuatu kita lakukan untuk Tuhan dan kerajaan-Nya.
Harusnya gairah hidup seperti ini yang harus terus menguasai diri kita.
Suatu hari kelak pada akhirnya Tuhan akan memperkarakan gairah apa yang ada pada setiap masing-masing individu selama ia hidup dibumi ini.
Dari gairah tesebut akan terbukti, kepada siapa seseorang mengabdikan dirinya.
Apakah kepada diri sendiri atau kepada Tuhan Pemilik Semesta Alam Tuhan kita Yesus Kristus.
Orang-orang yang memiliki banyak keinginan untuk memuaskan hawa nafsu meraih sebanyak-banyak kesenangan hidup yang disediakan oleh dunia melalui berbagai sarana adalah orang-orang yang mengasihi kepada dunia dan berbakti kepada iblis.
Tetapi kalau orang menyadari bahwa ia menumpang di bumi, ia akan berusaha menjadikan Tuhan sebagai kekasih jiwanya yang abadi, menjadikan sarana kehidupan ini untuk dapat menyenangkan, memuaskan dan memuliakan Tuhan Yesus dengan tanpa batas.

Kalau jujur, setiap orang bisa memeriksa apakah dirinya sebagai kekasih Tuhan atau musuh Tuhan yaitu iblis.
Perlu kita memeriksa gairah apa yang paling kuat mendesak dalam jiwa kita.
Bagaimana warna jiwa seseorang tergantung dari apa yang disiramkan atasnya setiap hari? apakah ditabur didalam roh ataukah didalam hawa nafsu daging yang berujung binasa (Roma 8:13).
Untuk memiliki warna gairah yang benar, hidup didalam roh yang dipimpin oleh pimpinan Roh Allah, hal ini tidak bisa dibangun seseorang dalam satu hari.
Warna, kualitas atau isi gairah ini harus dibangun melalui tahun-tahun yang panjang.
Adalah kesembronoan hidup kalau seseorang tidak mengisi jiwanya dengan Firman yang keluar dari mulut Allah setiap hari.
Dalam Matius 4:4, satu aspek hendak menunjukkan bahwa makanan jiwa seseorang haruslah Firman yang keluar dari mulut Allah, tetapi aspek lain harus diwaspadai bahwa ada “firman” yang keluar dari mulut yang lain (2 Korintus 11:3 ; 2 Timotius 4:3).
Seseorang tidak bisa bersikap pasif.
“firman yang salah” yang keluar dari mulut iblis inilah yang menciptakan gairah untuk menikmati dunia dengan segala kesenangannya.
Gairah yang mengarahkan hidup kita kepada percintaan akan dunia jelas akan membuat diri kita menjadi musuh Allah (Yakobus 4:4).
Olehnya setiap kali kita mendengarkan rohaniwan yang berkhotbah atau membaca buku rohani baik di media cetak ataupun media social haruslah disaring terlebih dahulu dan minta pimpinan Roh Kudus untuk memimpin kita dalam menyerap apa yang benar dari isi pemberitaan Firman tersebut.

Kalau seseorang mendengar Firman yang keluar dari mulut Allah, kesenangannya pasti mengarah kepada Tuhan sebagai kesenangan hidup yang abadi, ia tidak lagi memiliki kesenangan lainnya selain Tuhan dan perkenanan-Nya dan membuatnya terus berusaha menjadi pribadi yang efektif untuk Tuhan, ia semakin giat, bergairah dalam pekerjaan Tuhan disegala tempat, seluruh potensi hidup dikerahkan secara maksimal dan all out dan mengunakannya sebagai sarana mengabdikan dirinya sepenuh-penuhnya untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Dalam hal ini ia menjadikan dirinya dan seluruh diwilayah hidupnya sebagai alat Tuhan untuk dapat hidup didalam kehendak-Nya.
Tetapi kalau firman itu keluar dari mulut yang lain yang bukan berasal dari Tuhan maka dunia yang mengisi bejana hatinya, Tuhan hanya dijadikan alat untuk meraih kesenangan hidup yang dunia tawarkan.
Dalam hal ini ia sebenarnya tidak menjadikan Tuhan sebagai kekasih jiwanya namun menjadikan dunia sebagai kekasihnya.
Tujuannya bertuhan hanya untuk mewujudkan rencana pribadi dan kepentingan hidupnya yang sebenarnya kesenangannya adalah meraih kenyamanan hidup didunia, meraih sebanyak-banyak apa yang dunia tawarkan kepadanya yang tidak lain kesenangan yang sementara yang berujung kebinasaan.

Selama manusia masih hidup dibumi ini, setiap orang akan terus dihadapkan kepada dua gairah hidup, apakah gairahnya makin kuat ke arah Tuhan atau ke arah dunia.
Oleh sebab itu setiap kita harus memerhatikan, apakah yang paling banyak mengisi jiwa kita setiap harinya?
Hendaknya kebenaran Firman Tuhan yang murni yang berasal dari pengajaran Tuhan kita Yesus Kristus harus selalu mengisi hati kita setiap hari untuk dikenakan didalam seluruh wilayah hidup ini, berangkat dari ini Tuhan akan mengarahkan kita untuk mencintai Tuhan tepat seperti yang Dia kehendaki.
Dan tidak ada yang lebih berharga dalam hidup ini selain kita dapat diakui oleh Tuhan sebagai kekasih-kekasih abadi yang dapat memuaskan hati-Nya.

Amin.

Kamis, 15 Juni 2017

KETEKUNAN MENGERJAKAN KESELAMATAN


2 Timotius 2:11-13
11 Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia;
12 jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita;
13 jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."

Dalam ayat ini teks Yunani kata "bertekun" adalah : hupomeno yang berarti bertahan untuk berjuang.
Seorang Kristen yang benar adalah seorang yang selalu ada dalam perjuangan yang benar untuk selalu bertumbuh dalam kesalehan atau kesucian hidup untuk terus berkenan dihadapan Tuhan dan menularkan gaya hidupnya kepada orang disekitarnya.
Kelakuan hidup kita haruslah bisa menunjukkan gambaran kesucian yang serupa seperti Tuhan kita Yesus Kristus.
Sebab Firman Tuhan mengatakan kita harus hidup seperti Dia hidup.
Firman Tuhan mengatakan jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita, hal ini menunjuk jika kita tidak bertekun menyelenggarakan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan maka kelak Tuhan Yesus akan berkata "Aku tidak pernah mengenal kamu" sebab anak-anak yang dikenal oleh Tuhan adalah anak-anak yang senantiasa bertekun melakukan kehendak Bapa.

Banyak orang Kristen terjebak dalam kesalahan menafsirkan ayat Alkitab yang berkata : "jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."
Kesalahan menafsir ayat ini membuat nilai kesucian kita dihadapan Tuhan bisa merosot tajam dan tidak lagi segambar dengan Kristus.
Mereka berpikir ketika ia tidak setia atau lalai melakukan kehendak Tuhan, Tuhan akan memakluminya, dan sesekali boleh dengan sengaja atau tanpa sengaja berbuat dosa, kemudian meminta ampun langsung beres sebab Allah setia mengampuni dosa dan mereka juga berpikir perbuatan baik tidak menyelamatkan, maka ia merasa cukuplah menjadi Kristen yang biasa saja, dan tidak perlu bertekun dalam mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar guna terus bertumbuh dalam kesucian seperti Kristus.

Tanpa pengorbanan Tuhan Yesus perbuatan baik bagaimanapun memang tidak bisa menyelamatkan sama sekali.
Tetapi setelah seseorang menerima karya salib, yaitu bagaimana Allah menyelesaikan dosa manusia, maka ia harus mengisi keselamatan dengan berjuang menjadi sempurna seperti Bapa atau memiliki gaya hidup yang diteladankan oleh Tuhan Yesus.
Seseorang yang merasa sebagai orang yang selamat tanpa menghidupi bertekun untuk mengenakan hidup seperti Tuhan Yesus hidup, maka mereka menjadi ceroboh dalam mengisi hidupnya.
Sementara mereka tidak memiliki gairah yang benar untuk bertumbuh dalam kesalehan atau kesucian Tuhan, pengaruh dunia yang jahat pun masuk ke dalam kehidupan mereka.

Orang yang bersedia mengikut Tuhan Yesus berarti juga harus bersedia mengikuti jejak-Nya, ia harus bersedia menyangkal diri, memikul salibnya setiap hari untuk hidup bagi Dia dengan tanpa batas mengabdikan diri dan tidak boleh hidup suka-suka sendiri sebab hidup kita sudah dibeli oleh Tuhan untuk hidup yang memiliki tanggung jawab dalam penurutan terhadap segala kehendak-Nya.
Oleh sebab itu setiap orang percaya harus mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar.
Reaksi diri yang bertekun mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar ini menunjukkan bukti bahwa masing-masing individu memiliki kerinduan untuk meresponi kebaikan Tuhan dan mengasihi Tuhan.
Ketekunan inilah yang Tuhan Yesus kehendaki dimana setiap individu memikul tanggung jawab hidup didalam kesucian yang sempurna yang hidupnya selalu ada didalam penurutan segala kehendak Allah dimana ia semakin serupa dengan gambar-Nya dan dapat menjadi berkat bagi sesama.

1 Timotius 6:12
Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

Amin.