Kamis, 29 Desember 2016

CARA HIDUP KEKRISTENAN YANG SEJATI


Kisah Para Rasul 11:23-26
23 Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan,
24 karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan.
25 Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia.
26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.

Bertapa naifnya seseorang jika ia mengaku Kristen, tetapi ia tidak mengetahui makna didalam kata itu dan tidak berjuang mengenakannya secara sungguh-sungguh makna yang terkadung didalamnya.
Kata Kristen sebenarnya artinya "seperti Kristus".
Kata Kristen adalah sebutan bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus pada masa awal berdirinya gereja. Sebutan ini pertama kali muncul di Antiokhia dan ditujukan kepada murid-murid yang belajar Injil yang diajarkan oleh Barnabas dan Paulus (Kisah Para Rasul 11:26).
Mereka disebut Kristen (teks Yunani : khristianos) karena menjadi pengikut yang hidupnya mengikuti jejak seperti Kristus telah hidup.
Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan orang Kristen pada waktu itu benar-benar sangat kuat memperagakan kehidupan Tuhan Yesus Kristus.
Mereka adalah orang-orang yang setia kepada Tuhan yang bertekun memperagakan hidup dipimpin oleh Roh Kudus dan memiliki iman kepada Tuhan Yesus Kristus yang artinya dalam segala tindakan mereka memiliki penurutan terhadap segala kehendak-Nya (Kisah Para Rasul 11:23-24).
Orang-orang seperti mereka adalah orang-orang Kristen yang sejati.

Pada waktu itu mereka tidak memiliki organisasi gereja yang bagus seperti hari ini, tidak memiliki gedung gereja, bahkan pemimpin-pemimpin mereka ditangkap dan dibunuh dengan semena-mena.
Namu di tengah-tengah aniaya yang hebat tersebut, mereka tetap setia menjadi pengikut Tuhan Yesus dengan memperagakan kehidupan Yesus secara nyata.
Di zaman ini banyak orang merasa sudah menjadi Kristen hanya karena mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat dan Tuhan, padahal mereka tidak pernah hidup sama seperti Kristus telah hidup.
Mereka tetap menaruh sakit hati satu dengan yang lainnya dengan orang menyakiti hati mereka, mereka juga menjadi pemarah terhadap orang memarahi mereka, yang suka berdusta tetap saja suka berdusta, yang suka mengingini yang bukan menjadi hak dan miliknya tetap memperaktekkan kehidupan lamanya.
Menjadi seorang Kristen tidak ditandai
dengan pergi ke gereja dan memiliki berbagai atribut Kekristenan, seperti nama pribadi yang bernuansa Kristen, kalung salib dan mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan di seputar wilayah gereja.
Sebab ini adalah kemasan luar saja yang nampak sebagai orang Kristen yang beragama Kristen tanpa mengenakan kehidupan Kekristenan yang sejati.
Kegiatan keberagamaan bukanlah Kekristenan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Kehidupan Kekristenan yang sejati yang benar adalah ketika seseorang terpanggil menjadi orang percaya yang mengerti tanggung jawabnya untuk terus bertumbuh di dalam Tuhan agar dapat memperagakan karakter Yesus di seluruh wilayah kehidupannya dengan tanpa batas. Baginya tidak ada daerah netral dimana ia tidak memperagakan karakter Kristus didalam kehidupannya.
Di setiap tarikan nafasnya, disegala tempat dan waktu ia terus berjuang mengenakan karakter atau pribadi Kristus didalam dirinya.
Proses mengalami perubahan untuk serupa dengan Tuhan Yesus ini adalah ciri utama seorang Kristen yang tidak bisa digantikan dengan ciri yang lain.
Proses yang benar-benar berlangsung akan ditandai dengan perubahan secara signifikan yang dapat dirasakan oleh orang itu sendiri dan orang lain di sekitarnya, dari perubahan sederhana atau kecil sampai perubahan yang sangat radikal dan tajam mengasihi, sama seperti Tuhan Yesus mengasihi semua manusia dengan kasih yang murni.
Pertanyaan yang harus kita jawab hari ini adalah apakah sampai dengan detik ini kita masih ada didalam perjuangan mengenakan karakter seperti Kristus telah hidup?, apakah cara hidup yang telah kita jalani sampai dengan detik ini, kita pantas disebut Kristen yang artinya "seperti Kristus"?

Sejatinya, Kekristenan adalah proses perjalanan hidup orang percaya untuk terus menerus mengalami perubahan karakter sehingga bisa mengenakan gaya hidup yang diperagakan Tuhan Yesus ketika mengenakan tubuh daging seperti manusia dua ribu tahun yang lalu.
Dengan demikian Kekristenan yang sesungguhnya bukanlah agama tetapi jalan hidup setiap hari dan disepanjang waktu kita untuk selalu mengenakan pribadi Kristus didalam diri kita, sebab di dalam Kekristenan yang penting adalah perubahan karakter, dari karakter manusia yang mengenakan kodrat dosa menjadi manusia yang mengenakan kodrat ilahi yang serupa seperti Tuhan Yesus telah hidup mengenakan tubuh manusia dua ribu tahun yang lampau.
Tanpa hal ini berarti seseorang bukanlah pengikut Kristus yang sejati.
Jika hari ini kita belum mengenakan hidup Kekristenan yang sejati maka kita perlu bertobat secara sungguh-sungguh dihadapan Tuhan dan minta pertolongan Tuhan mempimpin kita untuk hidup  mengenakan kehidupan seperti Dia telah hidup.
Sebab di hari terakhir Kekristenan yang palsu tentu akan ditolak oleh Tuhan Yesus dan tidak akan pernah diijinkan masuk bersama-sama didalam kemuliaan kerajaan-Nya di Sorga (Matius 7:20-21).

Sebagai orang percaya kita dipanggil bukan saja untuk menjadi orang beragama Kristen yang menikmati keselamatan jiwa saja (jaminan masuk surga bila mati nanti), tetapi kita dipanggil untuk “mengikut Tuhan Yesus” sebagai murid yang mengikuti jejak-Nya.
Menerima Tuhan Yesus berarti bersedia mengikuti Tuhan Yesus dengan cara hidup yang dikehendaki-Nya, memikul salib setiap hari dan menyangkal diri bahwa kewargaan kita bukanlah dari dunia ini melainkan di kerajaan Tuhan Yesus di Sorga.
Oleh sebab itu kita tidak boleh lagi memiliki kerajaan diri sendiri didalam kehidupan kita.
Menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, berarti kesediaan diri kita mengikuti jejak Tuhan Yesus dan membayar harga pengiringan kita untuk taat kepada seluruh kehendak-Nya mengenakan kehidupan seperti Dia telah hidup dengan bertekun dan setia sampai akhir.

Amin.

Rabu, 28 Desember 2016

MEWASPADAI ROH AHLI TAURAT DAN RAGI JAHAT ORANG FARISI


Lukas 20:45-47
45 Ketika semua orang banyak mendengarkan, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
46 "Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan,
47 yang menelan rumah janda-janda dan yang mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka itu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat."

Didalam ungkapan Tuhan mengingatkan kepada para murid-Nya akan bahaya pengaruh ajaran ahli taurat sebenarnya paralel dengan peringatan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya akan ragi orang-orang farisi dan saduki (Matius 16:6)
Ragi orang Farisi dan Saduki bicara mengenai pengaruh mereka terhadap masyarakat Yahudi pada waktu itu melalui pengajaran dan cara hidup yang mereka perlihatkan setiap hari (Matius 23:3-6). Mereka sengaja menunjukkan hidup keagamaan mereka hanya secara lahiriah.
Hal itu tentu dimaksudkan agar legitimasi mereka sebagai rohaniwan semakin kokoh.
Berbeda dengan Yohanes Pembaptis yang sengaja tidak mencari popularitas atau pengakuan dari manusia bahwa dirinya adalah wakil Allah. Pada jaman itu peran orang Farisi dan Saduki sangat kuat. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pengaruh sangat kuat atas masyarakat Yahudi.
Apa yang mereka ajarkan telah tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat Yahudi. Seperti ragi yang telah mempengaruhi suatu adonan besar sehingga adonan tersebut berubah unsurnya.

Tuhan Yesus sebenarnya sedang mengajar para murid untuk tidak terlalu mudah menerima pengajaran dari para petinggi agama. Meskipun secara otoritas mereka adalah petinggi agama, tetapi ajaran mereka kosong dan tidak sesuai dengan pengajaran Tuhan Yesus.
Mereka mengaku wakil Allah tetapi tidak menyuarakan kebenaran yang sesungguhnya.
Itu sebabnya Tuhan menyamakan ajaran mereka dengan ragi.
Sama seperti ragi tidak terdeteksi hingga ahkirnya dia memengaruhi seluruh adonan, demikian ajaran para ahli taurat, orang farisi dan saduki itu pun tidak terdeteksi.
Tidak banyak orang yang tahu kesalahan konsep mereka ada di mana.
Dan tidak banyak juga orang yang mendeteksi bahwa sebenarnya mereka sedang menjauhkan umat Tuhan dari Tuhan sendiri.
Ajaran mereka sebenarnya sedang membawa kebinasaan di tengah-tengah umat Tuhan.
Mereka sedang meracuni seluruh adonan dengan cara yang sangat halus sehingga tidak banyak yang tahu. Itu sebabnya Tuhan Yesus memperingatkan para murid terhadap pengajaran para ahli taurat, orang farisi dan saduki.

Kita perlu waspada ternyata ajaran tersebut masih ada didalam kehidupan umat Tuhan di zaman sekarang ini.
Tuhan Yesus mengungkapkan tanda-tandanya. Pertama, ahli Taurat suka berjalan memakai jubah panjang dan berdoa panjang-panjang.
Tuhan Yesus mengecam orang-orang yang suka menunjukkan atribut lahiriahnya sebagai orang yang beribadah.
Di balik ungkapan ini Tuhan menghendaki agar seorang hamba Tuhan maupun segenap umat-Nya bukan hanya menunjukkan atribut lahiriahnya saja yang kelihatannya rohani, tetapi dirinya harus benar-benar rohani diseluruh wilayah hidupnya.
Seorang yang rohani pasti menyadari dirinya hanya sebagai musafir atau perantau di muka bumi ini, karenanya tidak terikat dengan harta dunia dan keinginan daging.
Orang percaya harus membawa hidupnya didalam kesucian dan membawa ragi yang baik ditengah-tengah kehidupan sesamanya dengan memberikan contoh teladan yang benar yaitu membawa hidupnya dengan tanpa cela didalam seluruh gerak hidupnya dihadapan Tuhan.

Kedua, ahli Taurat adalah orang-orang yang yang haus pujian dan sanjungan. Mereka suka menerima penghormatan di pasar, suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat supaya dilihat orang dan di tempat terhormat dalam perjamuan.
Ciri kedua ini menunjukkan seseorang yang senang disanjung-sanjung sebagai manusia rohani, ajarannya bagus, bimbingannya mantap, terhormat sebagai orang istimewanya Tuhan dan lain sebagainya.
Semestinya seorang anak Tuhan tidak lagi terfokus haus dengan penghormatan dan pujian yang diberikan oleh manusia kepadanya sebab penghormatan yang benar beralas dari pengakuan Tuhan bahwa ia adalah seseorang yang dipercayai-Nya (2 Korintus 10:18). Ingatlah, Tuhan menentang orang yang congkak.

Ketiga, memiliki sifat rakus/keduniawian. Mereka menelan rumah janda-janda, yang berarti mereka sebenarnya tidak peduli dengan keadaan jemaat.
Ini gambaran tentang gereja yang hanya mengutamakan pertambahan jumlah jemaat tanpa memberi perhatian khusus mengenai kualitas hidup dari jemaat-jemaat tersebut dihadapan Tuhan, mereka memanipulasi jemaat untuk memperoleh harta kekayaan sebanyak-banyaknya.
Padahal, ketamakan dibenci oleh Tuhan.
Mari kita uji diri kita sendiri, apakah ada “memiliki sifat seperti ahli Taurat, ragi orang orang farisi dan saduki” dalam diri kita?
Jika kita menyadari salah satu atau lebih ciri-ciri ini, bertobatlah sekarang juga, dan mohon pembaruan dari Tuhan melalui tuntunan Roh Kudus dan Firman-Nya.

Sebagai anak-anak Allah yang sejati kita harus menebarkan ragi yang baik didalam hidup kita dan bagi sesama kita.
Kita harus mengerahkan seluruh kekuatan kita untuk proyek Tuhan agar umat terus ada didalam perjuangkan membawa hidupnya tidak bercacat dan tidak bercela di hadapan Tuhan, tidak lagi menunjukkan ibadah yang kosong yang hanya terfokus kepada ibadah secara lahiriah belaka yang sebenarnya bukan ditujukan kepada Pribadi Tuhan tetapi kepada sekedar menjalankan kegiatan agama, kita tidak boleh lagi haus akan kehormatan dan tidak boleh lagi mengarahkan hidup kita kepada keduniawian yang merusak hidup kita sehingga menuju kebinasaan.

Ibadah anak-anak Tuhan yang sejati adalah ibadah yang memuliakan Tuhan Yesus dengan seluruh gerak dihidupnya, ia tidak haus lagi akan pujian dari manusia namun kesukaannya hanya haus akan kebenaran Allah, haus mencari perkenanan dari Tuhan dengan kesediaan menanggalkan seluruh hak-haknya seperti Tuhan Yesus mengosongkan diri-Nya dan melepaskan segala kemuliaan-Nya turun ke bumi dan rela mati untuk menebus dosa manusia, begitu juga kita dipanggil oleh-Nya untuk dimiliki sepenuhnya oleh Tuhan yang telah menebus kita agar hidup kita memuliakan Tuhan melalui hidup didalam kebenaran-Nya yang nyata lewat irama hidup yang kita peragakan setiap harinya.

Amin.

Senin, 26 Desember 2016

MEMAHAMI MAKNA PERUMPAMAAN TENTANG PUKAT


Matius 13:47-50
47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan.
48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.
49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar,
50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Dalam perumpamaan ini Tuhan berbicara tentang akhir zaman.
Tuhan Yesus kembali mengingatkan tentang kesudahan zaman dimana akan terjadi pemisahan antara orang benar dan orang jahat/fasik.
Bila tiba hari kedatangan-Nya maka tidak ada lagi kesempatan bagi orang fasik untuk menyesali keadaannya, karena semuanya sudah terlambat.
Ini pun menjadi peringatan yang keras bagi kita bahwa kesempatan untuk hidup berkenan dihadapan Tuhan sangatlah terbatas waktunya.
Ketika tiba waktunya kedatangan Tuhan, maka para malaikat akan mengumpulkan semua orang benar dan membuang semua orang jahat/orang yang berlaku fasik.
Dalam perumpaan ini Tuhan memakai kata Pukat.
Pukat adalah sebuah alat penangkap ikan yang besar, sering kali ditinggalkan di laut selama waktu tertentu.
Berbagai jenis ikan yang tertangkap ada yang baik dan ada pula yang tidak baik/tidak bisa gunakan.
Didalam perumpaan ini pukat sebenarnya adalah gambaran tentang kebenaran Injil yang diajarkan/disebarkan/diberitakan ke seluruh dunia yang kebenaran-Nya mutlak harus dikenakan atau diperagakan didalam kehidupan orang-orang yang bersedia hidup didalam keselamatan-Nya.

Dalam perumpaan ini, ikan yang baik adalah setiap orang yang meresponi hidup di dalam kebenaran Injil kerajaan sorga dan mengenakannya sebagai irama hidup yang permanen di dalam hidupnya maka ia adalah orang-orang yang disebut sebagai anak-anak Allah yang akan diselamatkan oleh Tuhan dan menempatkan mereka dalam kebahagiaan dan kemuliaan didalam kerajaan-Nya yang tidak akan pernah berkesudahan.
Sedangkan ikan yang tidak baik dalam perumpaan ini adalah orang yang hidupnya tidak takut akan Tuhan maupun orang yang mendengar kebenaran Injil kerajaan sorga namun tidak ada didalam perjuangan untuk mengenakannya sebagai gaya hidup yang permanen, mereka akan disebut orang-orang jahat dan orang-orang fasik yang disamakan dengan iblis yang akan dicampakkan ke dalam dapur api kekal yang didalamnya hanya ada ratap tangis penyesalan dan ketakutan yang dashyat karena siksaan fisik yang tidak pernah berhenti sampai selamanya.
Dalam hal ini nyata bahwa banyak orang yang kelihatannya tanggap mendengarkan Injil kerajaan sorga ternyata tidak semuanya dari mereka benar-benar meresponi dan bertobat secara sungguh-sungguh dihadapan Tuhan, tidak benar-benar memiliki ketakutan yang kudus dihadapan-Nya.

Betapa sering kita mendengarkan tentang pemberitaan mengenai akhir zaman. Tetapi apakah kita sungguh-sungguh memiliki kegentaran yang benar terhadap Tuhan dan realitas kekekalan?
Alkitab terus dengan konsisten menyatakan bagaimana Allah membenci perilaku orang-orang jahat dan orang-orang yang belaku fasik.
Siapakah orang fasik itu?, Mereka adalah orang menolak untuk hidup takut akan Tuhan yang tidak taat terhadap kehendak-Nya, dan menolak mengenakan kekudusan-Nya.
Sedangkan orang benar adalah mereka yang hidup di dalam takut akan Tuhan dan memiliki ketaatan yang absolut mengenakan kekudusan-Nya dan memperagakan kebenaran Injil-Nya secara bertekun.
Setiap tindakan yang terpuji dan yang benar, semua itu akan menjadi nyata di dalam hari penghakiman terakhir.
Setiap tindakan yang palsu dan yang fasik, semua juga akan menjadi nyata di dalam hari penghakiman oleh Allah yang Agung Tuhan Yesus Kristus.
Tidak akan ada yang dapat lolos dari penghakiman-Nya.
Setiap orang akan dihakimi menurut perbuatannya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan yang ada didalam hati (Wahyu 20:13 ; Roma 2:16).
Itulah sebabnya kita harus sungguh-sungguh hidup dengan benar dihadapan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus telah menebus kita dari cara hidup yang sia-sia (1Petrus 1:8), oleh sebab itu kita harus memperhatikan dan memperkarakan dengan seksama bagaimana cara kita hidup hari-hari ini dihadapan Tuhan.

Yang perlu kita perkarakan setiap hari adalah apakah seluruh perilaku kita, pekerjaan kita, cara kita berelasi terhadap sesama, cara kita memperlakukan seseorang dan dalam segala hal yang kita kerjakan di dalam hidup kita itu, akankah menjatuhkan kita di dalam penghakiman Allah yang membuat kita tidak kenal oleh Allah?
Ataukah hal tersebut akan membawa kita menjadi orang-orang yang diperkenan kepada Allah?
Terkait dengan hal ini kita harus memperhatikan nasehat Tuhan yang berkata kepada Yosua dengan kalimat :
"Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung (Yosua 1:8).
Dengan kata lain, Allah berkata kepada Yosua bahwa cara terbaik untuk menghadapi tantangan hidup adalah dengan hidup sesuai firman Tuhan, taat kepada kebenaran dan kehendak-Nya maka akhir dari perjalanan hidup orang-orang yang taat kepada Firman dan kebenaran-Nya ini akan beroleh hidup yang kekal didalam kerajaan-Nya.

Oleh sebab itu kita harus dengan serius memperhatikan cara kita membawa hidup ini sebab ada penghakiman Allah yang tidak seorangpun akan lolos dari penghakiman-Nya.
Siapa yang senang menipu, berdusta terhadap sesamanya, jangan lupa, ada penghakiman Allah.
Siapa yang terus menindas orang lain, jangan lupa, ada penghakiman Allah yang akan membalas semuanya itu.
Siapa yang terus mengabaikan Tuhan dan peringatan-Nya, ingat, ada penghakiman Allah.
Hendaknya kita semua menjalani hidup ini sebagaimana seharusnya sebagai umat Tuhan yang memperhatikan Firman-Nya untuk dilakukan.
Hendakhya dalam hidup ini kita menjadikan Allah kita Yesus Kristus sebagai harta yang berharga yang abadi didalam hidup kita yang kehendak-Nya adalah prioritas diatas segala prioritas yang harus selalu diutamakan untuk dilakukan dengan taat dan setia.
Jika kita termasuk orang yang mengaku mengasihi Tuhan Yesus, tetapi kurang tekun mempelajari Kitab Suci yang telah Ia berikan untuk dikenakan, maka bertobatlah dengan sungguh-sungguh!, belajarlah untuk membaca dan memahami Kitab Suci dengan ketekunan yang tinggi.
Hendaknya kita sanggup menyangkal kemalasan, kebosanan, dan kesibukan sehari-hari, dan kemudian dengan serius menyediakan diri mempelajari Kitab Suci dengan sungguh-sungguh.
Tidak ada lagi cara kita dapat diperkaya dengan kekayaan rohani sedemikian agung kecuali dengan mempelajari Kitab Suci yaitu Injil kerajaan sorga yang telah diturunkan oleh Tuhan Yesus.

Perlu untuk diingat seumur hidup kita,
bahwa tujuan Tuhan Yesus menebus kita dari segala dosa kita adalah pemanggilan Tuhan kepada kita untuk memenuhi hidup suci dihadapan-Nya seperti Dia adalah suci (1 Yohanes 3:3) dan menjalani hidup dengan menjadi semakin menyerupai Kristus (Roma 8:29).
Kiranya Tuhan memampukan kita untuk menggali segala hikmat dan kekayaan dari Injil-Nya yang berkuasa menyelamatkan hidup kita, merenungkan firman-Nya didalam hati dan pikiran kita siang dan malam dan berjuang dengan tanpa batas mengenakannya.
Jangan berhenti untuk selalu memberi perhatian serius untuk benar-benar mengenal Tuhan dan kehendak-Nya secara bertekun (Filipi 3:9-10).
Hiduplah sesuai dengan apa yang tertulis didalam Firman-Nya maupun apa yang dikatakan oleh Roh Kudus yang selalu menuntun setiap kita kepada segala jalan kebenaran-Nya.
Datanglah selalu kepada Kristus untuk memberi diri kita dibentuk oleh-Nya setiap waktu yang memanggil kita menjadi pribadi yang sempurna seperti yang Ia kehendaki didalam hidup kita.

Amin.

Minggu, 25 Desember 2016

MENJADI SAUDARA BAGI TUHAN YESUS


Matius 12:46-50
46 Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia.
47 Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau."
48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?"
49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
50 Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."

Dibagian ayat ini Tuhan Yesus mengajarkan bahwa orang-orang yang melakukan kehendak Bapa akan dianggap sebagai keluarga Tuhan Yesus.
Siapakah ibu-Nya? Siapakah adik-Nya laki-laki dan adik-Nya perempuan? Tuhan mengatakan mereka yang melakukan kehendak Bapa, yang akan menjadi keluarga dekat Tuhan Yesus.
Siapa yang menyerahkan diri untuk Tuhan, mengikuti Tuhan dengan setia, akhirnya mendapatkan penyertaan dan pimpinan untuk melayani Tuhan hingga di kekekalan nanti menjadi anggota keluarga kerajaan Allah.

Fokus hidup seorang anak Allah selama dibumi ini yang menjadi anggota keluarga Allah adalah fokus hidup yang tiada henti untuk mengenal, percaya, dan memberi diri menjadi murid-Nya yang taat melakukan kehendak-Nya, mereka inilah yang akan menjadi saudara-Nya.
Bila kita menjadi saudara-Nya, maka kita pun harus mengerjakan apa yang dikerjakan-Nya, yakni memperlihatkan hidup yang memuliakan Bapa lewat seluruh perilaku dihidup kita sehari-hari yang tiada henti melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Untuk menjadi anggota keluarga Allah, manusia harus belajar menerima pembentukan oleh Tuhan Yesus melalui seluruh peristiwa dihidupnya.
Mereka harus menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh memberi diri diubah guna serupa seperti Tuhan Yesus Kristus.
Ini bukan sesuatu yang tidak mungkin, sebab memang roh yang ada pada manusia itu adalah roh dari Allah (Kejadian 2:7). Oleh karena itu, manusia diberi kemampuan oleh Tuhan untuk menjadi serupa dengan diri-Nya secara moral dan perilaku, Itulah sebabnya Tuhan Yesus dengan tegas berkata, “Kamu harus sempurna seperti Bapa di Sorga” (Matius 5:48).

Agar orang percaya bisa menjadi sempurna, Tuhan memberikan Roh Kudus sebagai pendamping, yang menuntun orang percaya kepada seluruh kebenaran-Nya (Yohanes 16:13).
Seluruh kebenaran itulah hikmat yang berasal dari Tuhan, dan bukan dari dunia ini (1Korintus 2:6–7).
Hikmat itulah yang membuka pikiran kita untuk mengerti bagaimana menjadi anak-anak Allah atau saudara bagi Tuhan Yesus, yang membuat kita bisa memiliki kualitas hidup seperti diri-Nya.
Hikmat dari Tuhan itulah pengenalan akan Tuhan yang benar.
Inilah yang dinanti-nantikan oleh para nabi dan orang-orang benar Perjanjian Lama (Matius 13:17). Hikmat dari Tuhan itulah yang juga disebut sebagai Injil, yang telah diajarkan Tuhan Yesus kepada kita, yaitu kuasa Allah yang menyelamatkan, kebenaran yang menguduskan dan memerdekakan.

Jadi, untuk menjadi anggota keluarga kerajaan Allah tidaklah didapatkan secara otomatis.
Ada proses pergumulan panjang dan perjuangan yang serius untuk meraihnya.
Jika tidak demikian, Tuhan Yesus tak akan berkata agar kita berjuang untuk masuk pintu yang sempit (Matius 7:13) sebab banyak orang berusaha masuk tetapi tidak dapat.
Tuhan Yesus berkehendak membangun suatu keluarga dan menikmati kehidupan bersama-sama dengan keluarga yang dibangun-Nya tersebut.
Ada maksud tertentu Tuhan Yesus menciptakan manusia, yaitu untuk berkembang biak memenuhi bumi dan menaklukkannya.
Tentu menaklukkan disini di dalamnya juga manusia diberi mandat untuk mengalahkan malaikat yang jatuh yaitu lusifer/iblis yang dibuang di bumi.

Tuhan Yesus menciptakan manusia bukan tanpa tujuan, bukan tanpa misi serta tanggung jawab yang harus diembannya. Manusia dipanggil untuk membela kepentingan-Nya.
sangat perlu untuk kita ketahui bahwa sebenarnya Adam dan Hawa juga di persiapkan oleh Allah untuk mengalahkan perbuatan iblis dengan cara menunjukkan ketaatannya kepada seluruh perintah dan kehendak Allah.
Karena Adam gagal melaksanakan ketaatannya kepada kehendak Allah maka Allah sendiri yang perlu turun kedunia, Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya (Yohanes 1:11), menebusnya kembali dengan darah-Nya, menyelamatkan manusia agar kembali dapat menjadi keluarga Kerajaan-Nya.
Tanpa penebusan oleh darah-Nya maka tidak akan ada pengampunan dosa (Ibrani 9:22).

Oleh sebab itu kita harus menghargai Allah kita Tuhan kita Yesus Kristus yang telah mengasihi kita begitu sangat ekstremnya, menebus kita dengan darah-Nya untuk menyelamatkan kita dari hukuman kekal.
Oleh sebab itu sudah selayaknya kita yang telah diselamatkan oleh Tuhan, meresponi panggilan-Nya menyediakan diri kita dikembalikan kepada rancangan-Nya yang semula taat melakukan kehendak Tuhan kita Yesus Kristus yang sebagai Kepala Keluarga Kerajaan Allah yang hanya kepada Dia saja kita mengabdikan hidup kita dan menuruti, mentaati segala kehendak-Nya secara absolut.

Amin.

Jumat, 23 Desember 2016

PEMBUAT KEJAHATAN DI HADAPAN TUHAN


Matius 5:13-16
13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Dalam pelayanan Tuhan Yesus, tidak semua orang yang telah menerima pertolongan-Nya bersedia menjadi murid atau pengikut-Nya yang sejati.
Pengikut Tuhan yang sejati memiliki ciri yang jelas karena Tuhan membuat berbagai tuntutan hidup yang sangat tinggi dan akan terjelma dalam hidup orang percaya yang bersedia meresponi-Nya.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya adalah garam dan terang dunia.
Ungkapan Ini bukan lagi merupakan irama hidup yang menjadi suatu keharusan tetapi tingkatannya melebihi level keharusan yaitu irama hidup yang merupakan kodrat ilahi yang menjadi bagian dari hidup orang percaya yang tidak terpisahkan.
Hal Ini juga berarti orang percaya tidak diperkenankan kembali untuk hidup didalam gelap, barang siapa yang masih memberi pilihan menyelenggarakan hidup didalam gelap, itu berarti ia masih berkenan memilih iblis sebagai bapanya.
Masih hidup didalam gelap artinya irama hidupnya, baik yang ditampilkan dari sikap hati, perkataan maupun perbuatannya masih bertentangan dengan kehendak Tuhan dan tidak sesuai dengan standar kesucian yang Tuhan kehendaki.
Rasul Yohanes menegaskan bahwa :
Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa (1 Yohanes 1:6-7).
Alkitab menerangkan bahwa Allah adalah terang dan didalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan (1 Yohanes 1:5).
Ini berarti siapa yang mengaku ia adalah orang percaya maka ini berarti ia harus memiliki kesediaan setiap waktu untuk ada didalam terang Tuhan dan hidup didalam terang-Nya.

Hal yang pertama Tuhan Yesus mengatakan orang percaya adalah garam dunia.
Mengapa Tuhan Yesus memakai contoh garam?
Karena garam selalu bersifat memberikan pengaruhnya yang asin ke seluruh area yang tersentuh olehnya.
Demikian juga umat Tuhan dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk bisa mempengaruhi dunia yang sudah tercemar oleh dosa dengan gaya hidup didalam kebenaran yang berasal dari Injil kerajaan sorga.
Sesungguhnya garam tidak dapat kehilangan asinnya, namun garam pada zaman Yesus tidak dihasilkan dari air laut yang diuapkan, namun dihasilkan dari rawa-rawa, sehingga banyak mengandung kotoran.
Ketika garamnya larut, yang tertinggal hanyalah kotoran. Jadi dengan ungkapan garam menjadi tawar, Tuhan Yesus ingin menegaskan bahwa orang percaya dapat berperan sebagai garam jika mereka tetap mempertahankan norma-norma kebenaran Kerajaan Allah di dalam hidupnya, jika tidak ia hanya seperti kotoran sisa garam yang tidak berguna lagi selain dibuang dan di injak orang.
Jadi, jika umat Tuhan sendiri tidak lagi mendengar suara Tuhan untuk hidup didalam kebenaran-Nya, tidak lagi hidup di dalam kekudusan, maka mereka menjadi sama dengan kotoran yang akan segera dibuang di pinggir jalan.

Hal yang kedua Tuhan Yesus berkata orang percaya adalah terang dunia.
Terang yang dimaksud oleh Tuhan bukanlah terang biasa, Tuhan Yesus menggambarkan terang orang percaya bagaikan terang yang ada di sebuah kota di atas bukit.
Pada malam hari terang kota itu akan terlihat oleh semua orang.
Kota itu menjadi cahaya yang bersinar tanpa ada yang merintangi sinarnya.
Didalam ungkapan-Nya ini, Tuhan Yesus menginginkan agar setiap orang percaya menyatakan terangnya kepada dunia, sehingga umat Tuhan dapat  menjadi fokus pandangan dunia ini, dapat menjadi contoh atau teladan bagaimana menyelenggarajan hidup didalam kebenaran yang berkenan dihadapan Tuhan.
Dengan demikian terang yang harus dinyatakan orang percaya adalah perbuatan yang baik sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Hal ini mencakup semua wilayah kehidupannya baik dari semua tindakan moral, baik dari sikap hati, perkataan dan perbuatan, cara menjalani pekerjaan, cara beribadah, cara menyatakan siapa Allah, cara berelasi terhadap sesama, dan cara hidup yang memuliakan Allah secara benar melalui gerak hidupnya sehari-hari, inilah terang umat Tuhan yang sejati.
Inilah yang harus dinyatakan kepada semua orang.
Sehingga semua orang yang belum mengenal kebenaran Injil kerajaan sorga melihat perbuatan yang agung dan baik dari umat Tuhan, mereka tidak bisa menyangkal bahwa Allah yang disembah oleh orang percaya adalah Allah yang hidup dan Allah yang benar.

Kesediaan diri menjadi garam dan terang dunia adalah pelayanan yang sesungguhnya dari hidup orang percaya. Dalam pelayanan sebagai terang dan garam dunia, orang percaya menjadi duta-duta Kristus yang berdampak positif di mana pun ia berada, hidupnya membawa keharuman Kristus bagi sesamanya.
Inilah pelayanan sepenuh waktu (fulltimer) dan pelayanan segenap hidup.
Seluruh detak jantung, denyut nadi dan tarikan nafasnya adalah irama pelayanan yang tidak pernah berhenti menjadi garam dan terang dunia.
Ia tidak pernah berhenti menjadi pelayan Tuhan dan tidak pernah berhenti bertugas dalam menampilkan kehidupan sebagai garam dan terang Kristus bagi sesamanya.
Oleh sebab itu agar pelayanan dapat terselenggara dengan baik, maka orang percaya harus memperlengkapi diri dengan sarana utama.
Sarana utama itu adalah mengenakan pribadi Kristus, mengenakan pikiran dan perasaan yang sama seperti Kristus.
Untuk ini seseorang harus bertumbuh dalam karakter sampai dapat mengenakan karakter Kristus.

Karakter Kristus yang dikenakan didalam hidup orang percaya adalah sarana pelayanan dan kesaksian yang paling utama yang tidak dapat digantikan oleh apa pun.
Justru karakter Kristus inilah yang menjadi panglima utama dalam kehidupan seseorang untuk menampilkan diri sebagai saksi Kristus.
Kekayaan dan berbagai fasilitas pelayanan lain menjadi tidak efektif dan tidak berarti ketika karakter seseorang masih mengenakan karakter manusia lamanya.
Malah yang terjadi adalah banyak orang tersandung oleh karakter buruk seorang anak Tuhan yang belum bersedia berjuang secara all out untuk mengenakan karakter Kristus didalam dirinya.
Kehidupan yang memperagakan pribadi Kristus bukan hasil dari sebuah pendidikan beberapa bulan atau beberapa tahun, tetapi hasil dari proses panjang ketika seseorang serius menyediakan dirinya menerima panggilan Tuhan sebagai garam dan terang dunia, tentu hal ini ditandai dengan keseriusan dirinya untuk terus mematikan “kedagingannya”, supaya Tuhan Yesus dapat hidup dan berkuasa di dalam dirinya (Galatia 5:24  Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya).
Hanya dengan kesediaan untuk terus menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya seseorang berarti serius meresponi keselamatan dan menerima Tuhan Yesus hidup di dalam dirinya, menyediakan diri dimiliki sepenuhnya oleh Tuhan, menerima pembentukan-Nya sehingga menjadi manusia yang mengenakan karakter Kristus yang sejati yang dapat menjadi garam dan terang bagi sesamanya, mengubahkan kehidupan orang lain untuk datang kepada terang Kristus yang ajaib.

Amin.

Kamis, 22 Desember 2016

TUHAN MENUNTUT PERTOBATAN YANG BENAR


Matius 12:38-42
38 Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu."
39 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
40 Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.
41 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!
42 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!"

Di dalam ayat ini, Matius menceritakan orang-orang Farisi masih mempunyai sedikit ganjalan oleh karena mereka masih ingin Tuhan Yesus memperlihatkan lebih lagi suatu tanda bagi mereka.
Mereka akan menjadi murid Tuhan Yesus, asalkan Tuhan Yesus memberikan tanda lagi bagi mereka.
Ini permintaan yang menunjukkan kedegilan hati mereka.
Benarlah apa yang dikatakan Paulus dan Yehezkiel. Orang Yahudi menghendaki tanda (1 Korintus 1:22) karena mereka bangsa yang tegar tengkuk (Yehezkiel 2:3-7).
Setelah melihat tanda begitu banyak namun mereka masih meminta tanda lagi.
Tanda apakah yang mereka harapkan dari Tuhan Yesus?
Padahal Tuhan Yesus sudah memberikan banyak tanda diantaranya orang buta melihat, orang tuli mendengar, setan takluk dan diusir, orang mati bangkit, Apakah lagi yang kurang?
Tanda seperti apa yang mereka harapkan kalau semua tanda-tanda ajaib yang telah Tuhan kerjakan tidak mereka anggap sama sekali?
Itulah sebabnya Tuhan Yesus merespon mereka dengan mengatakan bahwa mereka adalah angkatan yang jahat dan tidak setia.

Tuhan menegur mereka dengan hardikan yang sangat keras. Tuhan mengatakan mereka hanya akan mendapatkan tanda nabi Yunus.
Apakah tanda nabi Yunus itu?
Tuhan Yesus menjelaskan bahwa tanda nabi Yunus adalah bahwa Anak Manusia akan tinggal di perut bumi tiga hari tiga malam.
Yunus menjadi alat menyatakan peringatan Tuhan bagi kota besar dari Asyur yaitu kota Niniwe setelah dia keluar dari perut ikan besar yang menelan dia.
Inilah peringatan yang secara implisit mau dinyatakan oleh Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus akan tiga hari ditelan oleh kematian, tetapi setelah itu Dia akan bangkit dan akan menjadi hakim atas seluruh umat manusia.
Tanda Yunus adalah tanda penghakiman oleh Tuhan Yesus Kristus yang menuntut respons pertobatan umat manusia dengan segera tanpa perlu melihat terlebih dahulu suatu tanda.

Dalam pernyataan-Nya kepada orang-orang Farisi, Tuhan mengatakan bahwa pada hari penghakiman yang akan bangkit menghakimi mereka adalah orang Niniwe dan ratu dari Syeba.
Mengapa orang Niniwe dan Ratu Syeba? Karena baik orang Niniwe maupun ratu Syeba tidak tertarik kepada mujizat dan tanda-tanda.
Orang Niniwe bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus.
Mereka bahkan tidak tahu kalau Yunus sempat berada di perut ikan selama tiga hari.
Mereka bertobat karena mendengar dan meresponi Firman Tuhan yang disampaikan melalui nabi Yunus, mereka tidak bertobat karena mujizat.
Hari-hari ini banyak orang pergi ke gereja hanya ingin mencari dan mendapatkan mujizat, supaya usahanya diberkati, bisnis tambah besar, karir naik, pekerjaan semakin sukses.
Yang lain meminta berkat kesembuhan dari penyakitnya, baru kemudian mau melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, padahal pertobatan dan melayani Tuhan yang benar adalah melakukannya dengan segera tanpa perlu menuntut Tuhan melakukan suatu tanda.
Siapa yang hanya ingin mencari mujizat dan menuntut suatu tanda maka mereka adalah orang-orang yang sama seperti orang-orang Farisi yang akan dihakimi oleh orang Niniwe yang bertobat karena firman-Nya, yang sebenarnya jauh lebih berkuasa dari pada tanda apa pun.
Allah menjadikan langit dan bumi dari tidak ada menjadi ada dengan firman-Nya. Firman-Nya lebih berkuasa dari tanda ajaib apa pun.
Itu sebabnya orang Niniwe yang akan bangkit lalu orang Yahudi dihakimi oleh mereka.

Jika seluruh Niniwe bertobat karena pemberitaan Firman Tuhan melalui Yunus, seharusnya ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bertobat dengan mendengar dan meresponi pemberitaan Firman dari Tuhan Yesus, namun yang lakukan adalah tidak melakukan pertobatan dengan segera sebab sebenarnya mereka tidak percaya kepada Pribadi Tuhan Yesus, olehnya mereka terus menuntut Tuhan memperlihatkan tanda lagi bagi mereka.
Ratu Syeba mengadakan perjalanan yang sangat jauh untuk mencari hikmat Salomo.
Dia tidak datang karena mendengar Salomo mampu mengerjakan tanda-tanda mujizat.
Dia datang untuk mendengar hikmat Salomo.
Itu sebabnya ratu ini pun akan menjadi ukuran bagi penghakiman untuk Israel.
Israel masih meminta tanda padahal Tuhan  Yesus jauh lebih berhikmat dari pada Salomo.
Jika hikmat Salomo saja membuat Ratu Syeba terkesan, apa lagi jika ratu itu mendengar Tuhan Yesus mengajar.
Tetapi tidak untuk orang Israel, mereka malah menghina Tuhan Yesus.
Mereka dengan kebodohannya yang luar biasa menghina apa yang paling agung dan bernilai di bumi ini.
Mereka menolak Anak Allah yang Maha Timggi yang mempunyai kuasa, hikmat dan kemuliaan melampaui semua yang ada dibumi ini.

Ahli Taurat dan orang Farisi telah gagal menangkap pesan seruan pertobatan yang di Firmankan oleh Tuhan Yesus, tidak ada tanda apa pun lagi bagi mereka kecuali tanda penghakiman terakhir.
Kiranya kita dijaga oleh Tuhan sehingga kita tidak jatuh ke dalam dosa yang sama dengan ahli Taurat dan orang Farisi yang hanya ingin terus menuntut Tuhan menunjukkan tanda-tanda yang kelihatan baru menjadi umat yang percaya kepada-Nya.
Kiranya kita diberikan kemampuan untuk melihat kemuliaan Tuhan Yesus yang mengatasi segala sesuatu.
Kuasa-Nya melampaui kuasa semua nabi, dan hikmat-Nya melampaui hikmat Salomo.
Jika kita masih mudah ditipu oleh hamba-hamba Tuhan palsu yang mengajarkan jemaat untuk meminta Tuhan memberikan mujizat-mujizat-Nya tanpa belajar mengenal Pribadi dan kehendak-Nya untuk dilakukan, maka kita akan gagal menemukan kebenaran Tuhan yang sejati, dan kitapun gagal mengenal secara benar Pribadi Agung Tuhan Yesus Kristus.
Orang yang benar-benar haus akan kebenaran-Nya akan menyadari bahwa hanya Pribadi Tuhan Yesus yang paling diperlukannya, paling berharga dan paling bernilai dari segala yang ia perlukan, didalamnya ia hanya rindu mengenal Pribadi Tuhan Yesus, mengenal firman-Nya yang menegur dan memberikan hikmat sorgawi kepada kita, mengenal kehendak-Nya untuk dilakukan dengan setia sampai akhir.

Hendaknya kita sebagai umat yang mengaku percaya kepada-Nya, kita tidak lagi menuntut apa-apa dari Tuhan selain hanya untuk mengenal Pribadi-Nya dan melakukan kehendak-Nya.
Hendaknya kita terus mengutamakan firman-Nya untuk dilakukan, dan bukan lagi meminta tanda mujizat.
Anak-anak Allah yang sejati adalah anak-anak yang menghargai dan meresponi Firman Tuhan didalam hidupnya, sedangkan orang-orang yang akhirnya binasa adalah mereka yang mencari tanda mujizat belaka tanpa tertarik mengenal Pribadi Tuhan Yesus dan kehendak-Nya untuk dilakukan.
Hari ini mari kita semakin peka terhadap kehendak Tuhan dalam hidup kita dan belajar menjauhkan diri kita dari sikap dan sifat kedegilan hati para ahli Taurat dan orang Farisi yang hanya hidup memperhatikan sesuatu yang kelihatan saja.
Sebagai umat pilihan-Nya kita harus melihat kemuliaan Tuhan di dalam cara yang benar, memperhatikan hal-hal yang tidak kelihatan yang Tuhan sendiri akan nyatakan kepada orang-orang yang diperkenan-Nya.

2 Korintus 4:18
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Amin.

Selasa, 20 Desember 2016

MENGENAL CIRI NABI-NABI PALSU DAN BUAHNYA


Matius 7:15-23
15 Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Tuhan Yesus memberikan petunjuk untuk membedakan mana nabi yang sejati dan mana nabi yang palsu.
Ayat 15 mengingatkan umat Tuhan untuk mewaspadai pengajaran nabi palsu.
Nabi palsu selalu ada.
Nabi palsu adalah bahaya yang tidak boleh diremehkan.
Siapa pun yang mulai meremehkan bahaya yang ditimbulkan oleh ajaran yang salah sedang membuka pintu untuk penyembahan berhala yang akhirnya sama seperti bangsa Israel yang akhirnya dibuang oleh Tuhan.
Ajaran palsu tentu berakibat menyesatkan umat Tuhan, sehingga mengubah seluruh pengenalan yang benar tentang Tuhan dan kehendak-Nya, merusak cara melaksanakan ibadah yang sejati kepada Tuhan, dan akhirnya membuat kesucian kehidupan umat Tuhan menjadi rusak.
Iblis sangat senang memasukkan pengajaran-pengajaran yang rusak sehingga umat Tuhan gagal mengenal Tuhan dengan cara yang benar.
Ayat 15 mengatakan bahwa hal yang paling berbahaya dari ajaran palsu adalah mereka disebarkan di tengah-tengah gereja oleh orang-orang yang menyamar menjadi domba.
Pura-pura saleh, pura-pura cinta Tuhan, pura-pura rohani, dan bahkan pura-pura menjadi pengajar yang tulus dan benar.
Lalu jika nabi-nabi palsu atau pengajar-pengajar bidat, telah masuk dengan menyamar sebagai domba, bagaimana kita bisa membedakan mana yang benar dan mana yang palsu?

Ayat 16 mengatakan nabi palsu akan menghasilkan buah yang menunjukkan siapa mereka yang sesungguhnya.
Apakah buah yang dimaksud disini?
Buah yang dimaksud adalah ketaatan kepada Tuhan Yesus.
Siapa yang taat kepada Tuhan Yesus berarti taat kepada Bapa di sorga.
Siapa yang taat kepada Tuhan Yesus juga berarti meneladani seluruh cara hidup-Nya.
Seluruh gerak hidupnya, apa yang ia pikirkan, yang ia katakan dan ia perbuat semua adalah penyembahannya kepada Tuhan, ini artinya seluruh gerak hidupnya selalu ada didalam perjuangan untuk hidup tidak bercacat dan tidak bercela dihadapan Tuhan, inilah penyembahan yang sejati kepada Tuhan Yesus.
Orang-orang yang ingin mengikuti jejak Tuhan Yesus harus memiliki sikap hidup yang serupa dan segambar dengan diri-Nya (Roma 8:29), ini artinya ia harus selalu menaruh pikiran dan perasaan yang sama seperti Kristus, memiliki kesediaan diri mengosongkan diri seperti Tuhan Yesus yang tidak memiliki kepentingan lain selain melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Filipi 2:5-8).

Orang-orang yang mengaku melayani Tuhan namun masih melakukan apa pun untuk memperkaya diri, menempatkan diri sebagai pribadi yang harus diagungkan oleh manusia lainnya, yang tidak pernah belajar mengosongkan diri dan menyangkal diri dihadapan Kristus, tidak bersedia melepaskan segala miliknya untuk dimiliki Kristus seutuhnya maka dia adalah seorang nabi palsu.
Ciri ciri nabi palsu yang lainnya adalah mereka adalah pengajar pengajar, guru-guru yang hanya menyenangkan telinga jemaat saja tanpa pernah peduli mengajarkan jemaat untuk mengenakan sifat dan karakter kehidupan dari Tuhan Yesus (2 Timotius 4:3).
Ciri yang lain yang diakibatkan pengajaran pengajaran nabi nabi palsu ini akan melahirkan jemaat jemaat yang manja, jika ia datang kepada Tuhan ia datang dengan segudang kepentingan pribadinya, ia hanya mengagung-agungkan kuasa Tuhan dan mujizat-Nya agar terus bisa menikmatinya, memuaskan hidupnya tanpa tertarik untuk berjuang belajar, mencari dan mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan.
Di dalam ayat 23 dikatakan bahwa Tuhan Yesus lah yang akan membongkar kepalsuan mereka pada waktu hari terakhir dan Tuhan akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!".
Seharusnya hal ini hendaknya menggetarkan hati setiap kita untuk dengan ketat memperhatikan pengajaran Firman secara benar dan tidak lagi secara sembarangan dan asal-asalan dalam mengajarkan dan menyampaikan Firman Tuhan kepada segenap umat Tuhan.
Dengan demikian seorang pengajar Firman yang benar adalah seorang yang mengajarkan Firman sesuai dengan pengajaran Tuhan Yesus, meneladani seluruh jejak Tuhan Yesus didalam seluruh gerak hidupnya.
Siapa yang mengajarkan Firman yang tidak sesuai seperti yang Tuhan Yesus telah ajarkan maka ia adalah seorang nabi palsu.

Mentaati Kristus harus dimulai dengan ketat membaca, mendengarkan, serta merenungkan Firman-Nya setiap hari kemudian berlanjut memperagakan Firman-Nya (Yohanes 14:21).
Siapa yang tidak melakukan firman Tuhan dengan konsisten dan dengan tepat ia adalah seorang yang berlaku palsu dihadapan Tuhan.
Seseorang yang hanya mencomot ayat Firman Tuhan, kemudian memutarbalikkan artinya sesukanya sendiri, dia adalah seorang nabi palsu.
Di dalam Yesaya 29:13-14 dikatakan bahwa umat Tuhan menjalankan ibadahnya dari ajaran manusia yang dihafalkan.
Dan karena mereka melakukan ibadah dengan cara seperti itu maka Tuhan menghukum mereka dengan membiarkan mereka di dalam kesesatan mereka. Mereka akan semakin sesat dan semakin rusak sebab segala hikmat Tuhan dan kearifan disembunyikan oleh Tuhan bagi mereka yang berlaku palsu dihadapan Tuhan.
Oleh sebab itu jangan biarkan diri ditipu oleh ajaran palsu.
Bagaimana caranya supaya umat Tuhan tidak ditipu oleh ajaran nabi palsu diakhir zaman ini?
Setiap orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus harus memberi diri untuk selalu belajar kebenaran Firman Tuhan dengan sebaik mungkin.
Membaca dan merenungkan selalu Firman Tuhan kemudian membaca kembali berulang-ulang, belajar dengan kerendahan hati di hadapan Tuhan dan mohon kepada Dia didalam doa agar diberikan pengertian serta hikmat-Nya agar dengan tepat bisa mengerti akan kehendak-Nya melalui Firman-Nya yang kita baca dan kita renungkan setiap harinya.

Di dalam ayat 22 dikatakan bahwa semua tindakan mujizat dan seluruh seruan bibir yang berkata, “Tuhan! Tuhan!” tidak sanggup menolong sang nabi palsu dari kecemaran hidup dan kerusakan ajarannya.
Tuhan tidak peduli tanda mujizat.
Tuhan tidak peduli manifestasi kuasa apa pun yang telah pernah ia perbuat.
Tuhan akan menilai, apakah kita meneladani Kristus didalam seluruh gerak hidup kita?
Apakah kita memahami, mencintai, mentaati, dan mengajarkan firman Tuhan secara benar seperti yang Tuhan Yesus ajarkan?
Apakah cara kita menggulirkan waktu demi waktu di hidup kita secara pribadi benar-benar berkenan di hadapan-Nya?
Jika tidak ada buah-buah pertobatan yang benar didalam hidup kita seperti yang Tuhan Yesus kehendaki, maka buah yang menjadi bukti kecemaran kitalah yang akan muncul dan menyatakan kerusakan kita dihadapan Tuhan dan para malaikat-Nya.
Kita harus mengerti, Tuhan bukan menghendaki tanda-tanda ajaib seperti yang disinggung Tuhan didalam Matius 7:22, tetapi Tuhan menghendaki buah Roh yang diperagakan didalam seluruh gerak dihidup kita, sebagaimana ditulis di dalam Galatia 5:22-25 yang tertulis :
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,

Orang Kristen yang dewasa dan mengerti Injil dengan benar tidak akan ­memanfaatkan Tuhan dengan melirik ­kuasa Tuhan untuk memenuhi segala keinginan-keinginan demi kepuasan untuk kepentingan pribadinya.
­Kalaupun ia ­melirik ­kuasa Tuhan itupun dalam rangka menyelesaikan pekerjaan dan kepentingan-Nya.
Bagi anak Tuhan yang ­sudah ­dewasa rohani tentu tidak akan menyalahgunakan kuasa Tuhan guna menyelesaikan kepentingan yang berorientasi untuk kesenangan hidup sebab orang yang sudah mengenal Tuhan dengan baik sudah terlepas dari keinginan kehendak pribadinya ia yakin bahwa Tuhan pasti menyertai dan memelihara ­apa yang menjadi kebutuhannya selama ia terus setia dalam perkara perkara kecil seperti bisa dipercaya oleh Tuhan dan bertanggung jawab didalam melakukan apa yang menjadi kehendak-kehendak Tuhan didalam hidupnya.

Amin.

Sabtu, 17 Desember 2016

MEMAHAMI MAKNA TUHAN YESUS DATANG MENGGENAPI HUKUM TAURAT


Matius 5:17-20
17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa ia juga datang untuk menggenapi hukum Taurat.
Apakah yang dimaksud Tuhan dengan menggenapi hukum Taurat?
Yang dimaksud dengan menggenapi berarti bukan menghilangkan hukum Taurat tersebut tetapi Tuhan memberikan teladan sebagai yang sulung dalam melaksanakan dengan tepat segala yang dituntut dari hukum Taurat, Ia membawa Taurat kepada kepenuhannya, yaitu menuntun dan mengajarkan kepada orang percaya kepada kehidupan yang berkenan kepada Allah.
Mengapa Tuhan mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, sebab seluruh hukum Taurat menyatakan kehendak Allah untuk manusia hidup didalam kebenaran.
Inilah yang Tuhan inginkan sehingga Dia memberikan hukum Taurat kepada Israel.
Dia menginginkan umat-Nya hidup dengan cara yang diperkenan oleh-Nya.
Hukum Taurat diberikan Tuhan supaya manusia memiliki cara hidup yang berkualitas tinggi sebagai warga kerajaan sorga dimana didalamnya mereka mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri.
Alasan mengapa para ahli Taurat orang Yahudi gagal memahami Taurat yang diberikan oleh Allah karena mereka tidak mengenal Allah dan kehendak-Nya secara lengkap, ketaatan mereka hanya bersifat lahiriah semata.
Apa yang mereka lakukan tidak didasarkan atas kasih kepada Allah dan kepada sesamanya.
Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat sepertinya sanggup menjalankan semua yang diperintahkan oleh Tuhan dengan akurasi yang sedemikian tinggi.
Tetapi hati mereka, yang juga Tuhan tuntut untuk mentaati hukum Taurat, tidak ditundukkan kepada Taurat itu sendiri.
Mereka gagal memahami hukum Taurat walaupun secara tindakan lahiriah mereka tidak bercacat, tetapi sebenarnya mereka tidak ada kesungguhan dan kerinduan sejati yang menjadi pendorong mereka untuk melakukan apa yang diperintahkan didalam hukum Taurat tersebut.
Taurat mengajar hati umat Tuhan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa.
Dari kasih itulah lahir ketaatan dan penghormatan yang tertinggi untuk dipersembahkan dengan hati yang murni kepada Allah, bukan dengan paksaan.
Tindakan yang tidak lahir dari hati yang mengasihi Tuhan tidak dianggap sebagai ketaatan yang sejati.

Oleh sebab itu, Tuhan Yesus menasehati para murid-Nya untuk tidak memiliki hidup keagamaan seperti yang dimiliki ahli Taurat dan orang Farisi.
Tuhan Yesus ingin para murid-Nya memberlakukan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh mulai dari hati yang murni mengasihi dan menghormati Tuhan dan bukan hanya sekedar tingkah laku secara lahiriah belaka.
Olehnya Tuhan mengatakan dengan tegas diayat 20 : "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga".
Jika demikian apa yang dituntut oleh Tuhan didalam diri anak-anak Allah? Tentu tidak lain dan tidak bukan adalah kesempurnaan hidup didalam kebenaran dihadapan Allah.
Olehnya di ayat 48 didalam Injil Matius 5 Tuhan Yesus menutup perkataan-Nya dengan kalimat "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Siapa yang berkomitmen dengan segenap hati dan perbuatan untuk melakukan hukum Taurat, dialah yang akan dihargai oleh Allah (Matius 5:19).
Mengajarkan, menjalankan, mencintai Taurat-Nya adalah bagian-bagian yang tidak dapat terpisah satu dengan lainnya.
Siapa yang mengajarkan tetapi tidak melakukan, dia adalah orang yang tidak berkomitmen total untuk mengasihi Tuhan secara benar.
Siapa yang mengajarkan orang lain untuk tidak melakukan satu saja dari apa yang diperintahkan didalam hukum Taurat, dia akan dipandang rendah oleh Allah.
Tuhan menuntut segenap Taurat ditaati dengan segenap hati.
Namun dari semua yang kita lakukan ini, yaitu ketaatan kita kepada segala apa yang telah diperintahkan oleh Tuhan kepada kita bukan karena supaya dipandang sebagai sebuah jasa sehingga beroleh selamat oleh karena melakukan hukum-hukum tersebut, sebab keselamatan manusia hanya oleh anugerah-Nya melalui penebusan darah Tuhan Yesus diatas kayu salib.
Tuhan Yesus menggenapi hukum Taurat itu artinya hal ini juga memuat panggilan agar orang percaya mengikuti jejak-Nya menggenapi apa yang diperintahkan Tuhan didalam hukum Taurat, namun sekali lagi hal ini bukan supaya kita menjadi selamat melainkan sebagai respon orang percaya terhadap panggilan Tuhan Yesus yang telah menebusnya untuk hidup sempurna seperti Bapa di Sorga yang adalah sempurna.

Kekristenan tidak boleh meniadakan salah satu bagian dari hukum Taurat dan kitab-kitab nabi, ataupun mengajarkannya demikian.
Mengapa? Sebab itu merupakan wahyu dari Allah, sehingga manusia tidak mempunyai hak untuk menguranginya, sekalipun bagian yang terkecil.
Tuhan menuntut kesempurnaan hidup kebenaran kita dihadapan-Nya harus sesuai dengan nilai kesempurnaan didalam kesucian seperti Tuhan sendiri (Matius 5:48).
Kesempurnaan disini adalah kesempurnaan hubungan yang benar antara manusia dengan Allah dan manusia dengan sesamanya.
Di dalam penjelasan-Nya Tuhan mengungkapkan, Hukum Taurat melarang pembunuhan, namun yang menjadi kepedulian Allah bukan hanya pembunuhan melainkan juga kemarahan, khususnya kemarahan kepada saudara-saudara seiman (Matius 5:22), sebab Allah melihat apa yang ada di dalam hati.
Kemarahan yang menyala-nyala dapat mengarahkan seseorang kepada tindakan dosa yaitu tindakan kekerasan, hati yang membenci dan mendendam bahkan sampai masuk kepada pembunuhan.
Kemarahan yang seringkali diekspresikan dengan kata-kata makian atau kata-kata tuduhan, akan membawa dampak bagi kehidupan ibadah seseorang menjadi tidak berkenan dihadapan Tuhan, bahkan hal ini dapat menyeret seseorang kepada penghukuman abadi (Matius 5:23-26).

Dengan demikian kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali dibumi bukanlah untuk membatalkan hukum Taurat tetapi menggenapinya.
Penggenapan itu meliputi apa yang dilakukan dan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Ia menjadi yang sulung memberikan teladan-Nya bagaimana membawa hidup mentaati hukum-hukum Allah secara benar didalam kasih yang sempurna, mulai dari sikap hati, perkataan maupun perbuatan.
Karena itu setiap orang yang mengaku pengikut Kristus harus hidup didalam ketaatan "melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum-hukum Allah dengan segenap hati dan jiwanya, namun hal ini bukan dipandang sebagai suatu jasanya kepada Tuhan, tetapi harus dipandang sebagai responnya yang sungguh-sungguh murni tulus mengasihi Tuhan yang telah menebusnya dari segala dosa yang memperkenan dirinya untuk mengenal dan memperagakan hidup yang kekal didalam kebenaran-Nya yang memerdekakan hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Amin.

Jumat, 16 Desember 2016

ARTI MENJADI GARAM DAN TERANG DUNIA


Matius 5:13-16
13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Dalam pelayanan Tuhan Yesus, tidak semua orang yang telah menerima pertolongan-Nya bersedia menjadi murid atau pengikut-Nya yang sejati.
Pengikut Tuhan yang sejati memiliki ciri yang jelas karena Tuhan membuat berbagai tuntutan hidup yang sangat tinggi dan akan terjelma dalam hidup orang percaya yang bersedia meresponi-Nya.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya adalah garam dan terang dunia.
Ungkapan Ini bukan lagi merupakan irama hidup yang menjadi suatu keharusan tetapi tingkatannya melebihi level keharusan yaitu irama hidup yang merupakan kodrat ilahi yang menjadi bagian dari hidup orang percaya yang tidak terpisahkan.
Hal Ini juga berarti orang percaya tidak diperkenankan kembali untuk hidup didalam gelap, barang siapa yang masih memberi pilihan menyelenggarakan hidup didalam gelap, itu berarti ia masih berkenan memilih iblis sebagai bapanya.
Masih hidup didalam gelap artinya irama hidupnya, baik yang ditampilkan dari sikap hati, perkataan maupun perbuatannya masih bertentangan dengan kehendak Tuhan dan tidak sesuai dengan standar kesucian yang Tuhan kehendaki.
Rasul Yohanes menegaskan bahwa :
Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa (1 Yohanes 1:6-7).
Alkitab menerangkan bahwa Allah adalah terang dan didalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan (1 Yohanes 1:5).
Ini berarti siapa yang mengaku ia adalah orang percaya maka ini berarti ia harus memiliki kesediaan setiap waktu untuk ada didalam terang Tuhan dan hidup didalam terang-Nya.

Hal yang pertama Tuhan Yesus mengatakan orang percaya adalah garam dunia.
Mengapa Tuhan Yesus memakai contoh garam?
Karena garam selalu bersifat memberikan pengaruhnya yang asin ke seluruh area yang tersentuh olehnya.
Demikian juga umat Tuhan dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk bisa mempengaruhi dunia yang sudah tercemar oleh dosa dengan gaya hidup didalam kebenaran yang berasal dari Injil kerajaan sorga.
Sesungguhnya garam tidak dapat kehilangan asinnya, namun garam pada zaman Yesus tidak dihasilkan dari air laut yang diuapkan, namun dihasilkan dari rawa-rawa, sehingga banyak mengandung kotoran.
Ketika garamnya larut, yang tertinggal hanyalah kotoran. Jadi dengan ungkapan garam menjadi tawar, Tuhan Yesus ingin menegaskan bahwa orang percaya dapat berperan sebagai garam jika mereka tetap mempertahankan norma-norma kebenaran Kerajaan Allah di dalam hidupnya, jika tidak ia hanya seperti kotoran sisa garam yang tidak berguna lagi selain dibuang dan di injak orang.
Jadi, jika umat Tuhan sendiri tidak lagi mendengar suara Tuhan untuk hidup didalam kebenaran-Nya, tidak lagi hidup di dalam kekudusan, maka mereka menjadi sama dengan kotoran yang akan segera dibuang di pinggir jalan.

Hal yang kedua Tuhan Yesus berkata orang percaya adalah terang dunia.
Terang yang dimaksud oleh Tuhan bukanlah terang biasa, Tuhan Yesus menggambarkan terang orang percaya bagaikan terang yang ada di sebuah kota di atas bukit.
Pada malam hari terang kota itu akan terlihat oleh semua orang.
Kota itu menjadi cahaya yang bersinar tanpa ada yang merintangi sinarnya.
Didalam ungkapan-Nya ini, Tuhan Yesus menginginkan agar setiap orang percaya menyatakan terangnya kepada dunia, sehingga umat Tuhan dapat  menjadi fokus pandangan dunia ini, dapat menjadi contoh atau teladan bagaimana menyelenggarajan hidup didalam kebenaran yang berkenan dihadapan Tuhan.
Dengan demikian terang yang harus dinyatakan orang percaya adalah perbuatan yang baik sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Hal ini mencakup semua wilayah kehidupannya baik dari semua tindakan moral, baik dari sikap hati, perkataan dan perbuatan, cara menjalani pekerjaan, cara beribadah, cara menyatakan siapa Allah, cara berelasi terhadap sesama, dan cara hidup yang memuliakan Allah secara benar melalui gerak hidupnya sehari-hari, inilah terang umat Tuhan yang sejati.
Inilah yang harus dinyatakan kepada semua orang.
Sehingga semua orang yang belum mengenal kebenaran Injil kerajaan sorga melihat perbuatan yang agung dan baik dari umat Tuhan, mereka tidak bisa menyangkal bahwa Allah yang disembah oleh orang percaya adalah Allah yang hidup dan Allah yang benar.

Kesediaan diri menjadi garam dan terang dunia adalah pelayanan yang sesungguhnya dari hidup orang percaya. Dalam pelayanan sebagai terang dan garam dunia, orang percaya menjadi duta-duta Kristus yang berdampak positif di mana pun ia berada, hidupnya membawa keharuman Kristus bagi sesamanya.
Inilah pelayanan sepenuh waktu (fulltimer) dan pelayanan segenap hidup.
Seluruh detak jantung, denyut nadi dan tarikan nafasnya adalah irama pelayanan yang tidak pernah berhenti menjadi garam dan terang dunia.
Ia tidak pernah berhenti menjadi pelayan Tuhan dan tidak pernah berhenti bertugas dalam menampilkan kehidupan sebagai garam dan terang Kristus bagi sesamanya.
Oleh sebab itu agar pelayanan dapat terselenggara dengan baik, maka orang percaya harus memperlengkapi diri dengan sarana utama.
Sarana utama itu adalah mengenakan pribadi Kristus, mengenakan pikiran dan perasaan yang sama seperti Kristus.
Untuk ini seseorang harus bertumbuh dalam karakter sampai dapat mengenakan karakter Kristus.

Karakter Kristus yang dikenakan didalam hidup orang percaya adalah sarana pelayanan dan kesaksian yang paling utama yang tidak dapat digantikan oleh apa pun.
Justru karakter Kristus inilah yang menjadi panglima utama dalam kehidupan seseorang untuk menampilkan diri sebagai saksi Kristus.
Kekayaan dan berbagai fasilitas pelayanan lain menjadi tidak efektif dan tidak berarti ketika karakter seseorang masih mengenakan karakter manusia lamanya.
Malah yang terjadi adalah banyak orang tersandung oleh karakter buruk seorang anak Tuhan yang belum bersedia berjuang secara all out untuk mengenakan karakter Kristus didalam dirinya sehingga selalu dapat menaruh pikiran dan perasaaan yang sama seperti Kristus.
Kehidupan yang memperagakan pribadi Kristus bukan hasil dari sebuah pendidikan beberapa bulan atau beberapa tahun, tetapi hasil dari proses panjang ketika seseorang serius menyediakan dirinya menerima panggilan Tuhan sebagai garam dan terang dunia, tentu hal ini ditandai dengan keseriusan dirinya untuk terus mematikan “kedagingannya”, supaya Tuhan Yesus dapat hidup dan berkuasa di dalam dirinya (Galatia 5:24  Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya).
Hanya dengan kesediaan untuk terus menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya seseorang berarti serius meresponi keselamatan dan menerima Tuhan Yesus hidup di dalam dirinya, menyediakan diri dimiliki sepenuhnya oleh Tuhan, menerima pembentukan-Nya sehingga menjadi manusia yang mengenakan karakter Kristus yang sejati yang dapat menjadi garam dan terang bagi sesamanya, mengubahkan kehidupan orang lain untuk datang kepada terang Kristus yang ajaib.

Amin.

Rabu, 14 Desember 2016

HIDUP SEBAGAI PEMBAWA DAMAI SECARA BENAR


Matius 5:9  Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Dunia tempat kita hidup hari ini keadaannya semakin jahat. Kasih kebanyakan orang menjadi semakin tawar (Matius 24:12), sehingga konflik dan per­tikaian antar manusia pun semakin meningkat, baik di keluarga, antar kelompok, antar suku, antar agama, sampai antar bangsa, dan yang paling menyedihkan, ker­ibutan di antara anak-anak Tuhan dan gereja-gereja.
Dalam ucapan bahagia-Nya di bukit, Tuhan Yesus memberikan panggilan kepada kita untuk menjadi pembawa damai.
Kata “pembawa damai” di sini dalam teks Yunani adalah "eirenopoios" yang juga dapat diterjemahkan sebagai “pembuat damai” (peacemaker).
Yang dimaksud “damai” di sini ialah :
Pertama, hubungan yang harmonis antara manusia dan Allah (Roma 3:25).
Kedua hubungan yang baik dan harmonis antara sesama manusia, baik didalam keluarga, di masyarakat dan antar bangsa (Markus 9:50).

Berkenaan membangun hubungan yang harmonis dengan Allah, seharusnya seseorang tergetarkan oleh realitas kematian kekal dan kehidupan kekal sehingga sungguh-sungguh menjadi takut dan berdamai dengan Allah secara benar. Harus diperhatikan, bahwa seorang yang datang ke gereja belum berarti berdamai dengan Allah.
Perdamaian dengan Allah ditandai dengan kesediaan hidup menuruti segala keinginan-Nya setiap saat.
Penyesatan dewasa ini kepada jemaat yaitu dikesankannya, kalau sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan pergi ke gereja berarti sudah berdamai dengan Allah. Padahal kata "percaya kepada Tuhan Yesus" tidak sesederhana itu.
Percaya kepada Tuhan Yesus artinya menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Yesus dan menyediakan diri hidup melakukan kehendak-Nya setiap waktu, sebab keselamatan yang Allah berikan harus tetap dikerjakan dengan sikap takut dan gentar terhadap Allah sejak seseorang masih hidup di dunia ini.
Jika ia tidak ada didalam perjuangan melakukan kehendak Bapa setiap hari maka ia belumlah dikatakan berdamai dengan Allah secara benar.

Tuhan Yesus mengatakan agar manusia takut akan Allah yang berkuasa, yang bukan saja dapat membunuh tubuh tetapi yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Matius 10:28).
Takut akan Allah harus diwujudkan secara konkret dalam kehidupan dengan melakukan kehendak-Nya.
Kenyataannya dalam kehidupan orang Kristen, jangankan melakukan kehendak-Nya, mengerti kehendak-Nya saja, tidak. Bagaimana bisa mengerti kehendak-Nya jika usaha untuk mencari kehendak-Nya untuk dilakukan pun tidak pernah ia perjuangkan.
Seseorang yang ingin benar-benar berdamai dengan Allah maka ia harus mengenal Injil-Nya secara lengkap dan utuh dan terus memberi diri untuk hidup didalam kebenaran-Nya.
Jika tidak, bagaimana memiliki kepekaan terhadap kehendak-Nya kalau tidak belajar Injil dengan benar?
Belajar Injil dengan benar artinya tekun dan sungguh-sungguh mencari kehendak Allah didalam Injil-Nya, terus bertumbuh mengasihi-Nya dan tidak lagi mengasihi dunia ini dengan apa yang ada didalamnya yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup sebab hal tersebut bukan berasal dari Allah (1 Yohanes 2:15).
Orang yang mengasihi dunia pikirannya menjadi gelap, ia tidak akan bisa mengerti kebenaran (Lukas 16:11).
Sehingga gaya hidupnya pun tidak sesuai dengan standar Allah.
Hidup sesuai dengan standar Allah artinya kesediaan manusia untuk terus mengambil bagian didalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10 ; 1 Petrus 1:14-16), segala tindakannya selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya.

Orang-orang yang tidak ada didalam perjuangan membawa hidupnya untuk meraih kehidupan yang sesuai dengan standar Allah, maka sebetulnya ia tidak pernah berjalan secara benar dalam membangun hubungan yang harmonis dengan Allah.
Mereka belum bisa dikatakan ada didalam persekutan dengan Tuhan Yesus.
Inilah yang dimaksud dengan belum berdamai dengan Allah.
Dalam hal ini perdamaian dengan Allah bukan saja pengakuan atau status bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi sebuah keberadaan atau fakta yang konkret dimana seseorang selalu taat melakukan segala apa yang menjadi kehendak-Nya untuk dilakukan disertai dengan sikap takut dan gentar terhadap Allah.
Itulah sebabnya kalimat “diperdamaikan dengan Allah” menuntut respon dua belah pihak.
Allah menyediakan fasilitas pendamaian yaitu Kesediaan Allah mengorbankan darah-Nya tercurah diatas kayu salib menebus semua dosa-dosa manusia supaya manusia yang ditebus-Nya dipanggil untuk menyediakan dirinya hidup didalam kehendak-Nya dan meresponinya dengan penuh tanggung jawab, setia mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar kepada Allah yang telah menebusnya.

Setelah berdamai dengan Allah kita juga dipanggil sebagai utusan-Nya, menjadi duta-duta-Nya yang membawa damai dibumi ini.
Orang percaya dipanggil untuk mendatangkan damai bagi sesamanya, maka orang percaya harus mempunyai hati yang penuh pengampunan dan kesediaan untuk menerima sesama apa adanya, memberi pertolongan kepada sesama yang membutuhkan uluran tangan sehingga kehadirannya di mana pun membawa damai sejahtera, berdampak yang positif bagi sesama.
Dan yang terpenting adalah kita harus memperkenalkan Injil, yaitu berita tentang Sang Raja Damai yang mampu memperdamaikan manusia dengan Allah.
Oleh sebab itu menjadi hal utama sebelum kita menjadi orang yang membawa damai Tuhan di bumi ini maka kita harus menyediakan diri untuk diperdamaikan terlebih dahulu dengan Sang Raja Damai.

Didalam ungkapan Tuhan Yesus, pembawa damai disebut berbahagia. Mengapa bahagia? Karena mereka sudah terlebih dahulu telah berdamai dengan Allah dan dilayakkan disebut sebagai anak-anak-Nya yang memiliki hak ahli waris yang bersukacita karena boleh mendiami tempat kerajaan sorga bersama-sama dengan Bapa di sorga yaitu Kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus.
Jadi bertapa terhormat dan mulia posisi yang dimiliki bagi mereka yang menyediakan dirinya sebagai pembawa damai dibumi karena mereka disebut sebagai anak-anak Allah yang memiliki hak ahli waris dari-Nya.
Hidup kekristenan kita harus sampai kepada tingkat dimana kita menyediakan diri sebagai orang-orang yang membawa damai yang berasal dari Sang Raja Damai Allah kita Yesus Kristus, oleh sebab itu marilah kita terus-menerus mengoreksi diri dan membereskan diri, senantiasa bertobat secara sungguh-sungguh, tetap memelihara iman kita kepada Tuhan dan menjaga hubungan kasih antara sesama kita, supaya hubungan kita dengan Tuhan dari hari ke hari selalu semakin harmonis.

Amin.

Selasa, 13 Desember 2016

BERBAHAGIALAH ORANG YANG SUCI HATINYA


Matius 5:8  Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

Untuk memasuki kehidupan yang istimewa, yaitu berdialog dengan Tuhan, perlu memiliki landasan yaitu harus hidup suci, sebab tanpa kesucian tidak seorangpun akan melihat Allah.
Kata “suci” dalam Matius 5:8 dari terjemahan kata Yunani yaitu katharoi.
Kata “katharoi” berarti bebas dari campuran, tidak bercacat, tidak bernoda.
Katharoi lebih menunjuk keadaan hati yang tidak tercemar dan terpelihara dari kejahatan dunia, seperti hati yang bebas dari segala perasaan negatif, dendam, kepahitan, cemburu, iri, tidak mengampuni, mengingini hal-hal yang bukan bagiannya dan lain sebagainya.
Jadi kesucian ini adalah kesucian yang menunjuk hal yang bertalian dengan keadaan batiniah seseorang.
Orang-orang yang suci hatinya adalah orang-orang yang jujur, tidak ada motivasi terselubung, tulus di dalam perkataan dan perbuatan. Orang-orang ini adalah orang-orang yang memiliki keadaan hati tulus yang sinkron dengan tindakan maupun perkataannya.
Ia besikap murni apa adanya, tidak punya keinginan menipu, atau memainkan strategi apa pun di dalam relasinya dengan Tuhan maupun dengan orang lain. Banyak orang pura-pura mau menyembah Tuhan, datang kepada Dia, tetapi ternyata mencari keuntungan bagi diri sendiri. Tidak ada kerinduan yang tulus untuk datang kepada Tuhan. Tetapi orang-orang yang pura-pura ini akan dihakimi oleh Tuhan. Tuhan tidak pernah berkenan kepada orang-orang yang berpura-pura. Siapa yang belat-belit, kepada dia Tuhan juga akan bertindak belat-belit (Mazmur 18:27).

Seorang anak Tuhan yang sejati adalah seorang yang bisa menjaga dan memelihara kesucian hidupnya dengan benar dihadapan Allah dimana ketika ia memiliki peluang untuk berbuat dosa, ia lebih memilih tidak melakukannya, ia tetap berpegang teguh kepada integritasnya sebagai anak-anak Allah yang menjunjung tinggi nilai kesucian hidup dihadapan Allah daripada menikmati dosa yang sedianya berasal dari iblis (1 Petrus 1:16).
Dengan menjunjung tinggi nilai kesucian hidup dihadapan Allah maka kita akan semakin dapat memusnahkan potensi untuk berbuat suatu kesalahan atau dosa yang sangat merintangi kita untuk bisa hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Didalam Kitab Mazmur 15:1-5 menjelaskan tentang orang yang murni hatinya.
Mereka yang murni hatinya boleh mendekat ke gunung Tuhan. Mereka boleh memandang wajah Allah mereka karena Allah mereka juga adalah Allah yang murni hatinya.
Allah kita adalah Allah yang jujur.
Dia tidak mungkin berdusta, Dia tidak mungkin mengucapkan firman yang berbeda dengan keadaan yang nyata. Dia tidak mungkin berbeda antara yang dinyatakan dengan apa yang sebenarnya. Tuhan adalah teladan di dalam kemurnian hati, dan oleh karena itu siapa yang meneladani Dia dengan sesungguh-sungguhnya akan melihat wajah-Nya.

Berkenaan dengan kesucian hidup, maka kita perlu juga memperhatikan kata “melihat” dalam Matius 5:8, teks asli Alkitab Perjanjian Baru bahasa Yunani adalah opsontai, kata dasarnya adalah horao (ὁράω).
Kata "melihat" di sini lebih ditekankan melihat dengan pikiran atau pengertian atau dengan hati.
Dan bukan melihat dengan mata fisik atau mata jasmani.
Ini berarti seorang yang suci hatinya akan diberi dan dimampukan oleh Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya.
Mengerti kehendak Tuhan menunjuk kepada kepekaan seseorang menangkap apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupnya pribadi dan rencana-rencana-Nya bagi dunia sekitar.
Jadi kata "melihat" dalam Matius 5:8 lebih berarti sebagai melihat dengan hati.
Orang-orang seperti ini adalah pribadi-pribadi yang tergolong memiliki sensitivitas/kepekaan terhadap pikiran dan perasaan Allah.
Inilah kemampuan yang disediakan oleh Tuhan untuk mendengar suara Roh Kudus didalam batiniahnya.
Olehnya bertapa penting setiap anak Tuhan menghidupi nilai kesucian diri dihadapan Allah, sehingga dalam pelayanannya kepada Tuhan ia akan dikaruniai untuk memiliki kemampuan mendengar suara Tuhan dan berdialog dengan-Nya melalui Roh Kudus dikedalaman batiniahnya.

Kesucian hati seperti yang dimaksud Tuhan dalam Matius 5:8 merupakan panggilan yang mutlak harus dialami oleh setiap warga Kerajaan Sorga.
Orang percaya sebagai warga Kerajaan Sorga diperkenan untuk mengenal Allah secara dekat dan intim.
Orang percaya bukanlah pribadi yang terpisah dari Allah sehingga tidak mengenali-Nya.
Anugerah Allah dalam Yesus Kristus memberi peluang orang percaya untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan mengenal dekat pribadi-Nya.
Tuhan Yesus adalah Bapa yang berkenan dekat dengan anak-anak-Nya.
Kehendak dan rencana-rencana-Nya rela dikenali oleh anak-anak-Nya.
Namun terlebih dahulu Ia menghendaki kita memenuhi panggilan-Nya untuk hidup kudus seperti Dia kudus.
Sebab seseorang tidak mampu mengerti ke­hendak Allah dan rencana-rencana-Nya jika ia belum bersedia memenuhi panggilan mengambil bagian didalam kekudusan-Nya.
Tuhan bukan pribadi yang “pelit” menunjukkan kehendak dan rencana-rencana-Nya untuk kehidupan umat-Nya, tetapi oleh karena umat itu sendiri yang tidak mampu menangkap panggilan untuk hidup didalam kesucian yang dikehendaki-Nya.

Orang Kristen yang sejati adalah orang yang dipanggil untuk mencapai, menghargai dan memelihara standar kesucian dan kebenaran Tuhan.
Itulah sebabnya Tuhan menghendaki kita memprioritaskan kerajaan-Nya (Matius 6:33) agar Tuhan menambahkan segala sesuatu yang berasal dari dalam diri-Nya dan menyingkapkan segala rahasia kebenaran kerajaan sorga bagi anak-anak-Nya yang terus bertekun tinggal didalam Firman-Nya yang senantiasa memenuhi panggilan mencapai, menghargai dan memelihara standar kesucian yang dikehendaki oleh Allah, kudus seperti Dia kudus.
Memelihara kesucian hidup dihadapan Tuhan ini tidak akan mengganggu kegiatan hidup kita setiap-hari, bahkan sebaliknya Tuhan akan mendidik kita melalui berbagai sarana didalam seluruh aspek kehidupan kita guna mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, mencapai standar kesucian dan kebenaran-Nya.

1 Petrus 1:15-16
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Amin.

Senin, 12 Desember 2016

MAKNA DI BALIK UNGKAPAN BERBAHAGIA BAGI YANG MURAH HATINYA


Matius 5:7
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.

Kata "murah hatinya" dalam teks bahasa Yunani adalah "elehmones" yang artinya : yang menaruh belas kasihan.
Ini adalah orang-orang yang hatinya selalu menaruh dan tergerak oleh belas kasihan terhadap sesamanya.
Selalu dapat mengampuni dengan tulus orang yang telah berbuat salah terhadapnya dan selalu berbuat apa yang baik, berkenan dan yang sempurna dihadapan Allah.
Sebab Firman Allah mengatakan :
Matius 6:14-15
14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.
15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."
Kebahagiaan sorgawi yang sejati memiliki karakteristik memberi perhatian terhadap mereka yang sengsara.
Kehidupan yang berkenan kepada Allah bukan kehidupan yang berpusat pada diri sendiri, melainkan kehidupan yang memberikan dampak positif bagi orang lain dan juga bagi dirinya dihadapan Allah.
Kemurahan hati sebagai anak-anak Allah adalah kesadaran bahwa mereka adalah pengikut Kristus yang harus meneladani Pribadi Kristus yang selalu menaruh belas kasihan terhadap manusia tanpa memandang agama, ras, dan suku bangsa.

Orang-orang yang menolong orang lain dengan tulus, bukan karena memiliki motivasi tertentu atau mencari keuntungan dibalik perbuatan baiknya tersebut, tetapi yang menolong karena tergerak oleh belas kasihan Tuhan, mereka ini juga akan menerima belas kasihan dari Tuhan.
Orang-orang yang memiliki kemurahan hati yaitu irama hidupnya yang selalu mengasihi dan berusaha menolong orang yang membutuhkan pertolongan, kepada mereka Tuhan juga akan memberikan kemurahan dan kasih-Nya yang tidak berkesudahan.
Jadi sebagai orang yang sudah mendapat kemurahan hati dari Tuhan yang didalamnya kita sudah mendapatkan keselamatan kekal dan mengenal kebenaran-Nya, hendaknya kasih terhadap sesama kita jangan berubah menjadi dingin sehingga hati kita tidak tergerak oleh belas kasihan terhadap sesama kita yang sedang membutuhkan pertolongan kita.

Agar kita memiliki penghayatan kemurahan hati secara benar dihadapan Tuhan,
Pertama : kita harus menghayati keselamatan yang telah diberikan oleh Tuhan.
Sebagai orang yang hidup dalam keselamatan Tuhan, Tuhan menghendaki kita juga memperagakan kemurahan hati terhadap orang lain seperti Tuhan Yesus yang telah bermurah hati kepada kita, sehingga orang lain dapat melihat kemuliaan terang Tuhan melalui hidup kita yang memanggil mereka untuk hidup didalam keselamatan kekal dari-Nya.
Yang kedua : Menyadari nilai jiwa manusia itu mahal, ketika Tuhan Yesus mengatakan "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat" (Lukas 15:10), hal ini memuat pernyataan bahwa Tuhan menghendaki kita harus mengasihi jiwa-jiwa seperti Tuhan Yesus mengasihi jiwa-jiwa.
Jadi ketika kita menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan kita, hendaknya kita jangan melihat dan memperhitungkan berapa nilai yang bisa kita berikan tetapi kita harus memandang nilai jiwa manusia yang tanpa batas yang harus diselamatkan, sebab Tuhan menghendaki tidak seorangpun jiwa yang binasa melainkan beroleh keselamatan kekal didalam Dia.
Yang ketiga : Selalu menaruh pikiran dan perasaan yang sama seperti Kristus, dimana Tuhan menghendaki setiap kita hidup didalam kasih terhadap sesama manusia seperti Kristus telah mengasihi kita.
Selalu hidup didalam kebenaran dan hidup didalam kesucian sesuai dengan nilai kesucian Tuhan.
Segala tindakan yang kita tampilkan didalam hidup kita setiap hari adalah tindakan kita yang selalu dapat memuaskan hati-Nya yaitu tetap sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya.

Dengan demikian dapat kita ketahui dari manakah orang dunia tahu dan mengenal Pribadi Tuhan Yesus yang Mulia dan Maha Agung? Tentu dari cara hidup para murid Tuhan yang menyediakan diri meneladani kemurahan hati Pribadi Tuhan Yesus, yang menghidupi setiap ajaran-Nya dengan tanpa batas, dengan demikian kita sebagai orang percaya yang menjadi murid-Nya dapat mengungkapkan jati diri kita dan memperkenalkan kepada dunia bahwa kita adalah murid-murid Tuhan Yesus yang memiliki keserupaan mengikuti jejak kehidupan yang sama seperti Dia telah hidup.

1 Yohanes 2:6
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

Amin.

Minggu, 11 Desember 2016

LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN INJIL KERAJAAN SORGA (Bagian 2)


Mazmur 42:2–3
2 Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
3 Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

Ungkapan berbahagia oleh Tuhan Yesus bagi orang yang lapar dan haus akan kebenaran sebenarnya sejajar dengan ungkapan Pemazmur yang merindukan Tuhan yang digambarkan seperti rusa yang merindukan sungai yang berair.
Kehausan ini adalah gambaran bahwa Tuhan adalah kekasih jiwa satu-satunya yang dirindukan dan yang selalu dinantikan-nantikan setiap harinya.
Tidak ada keindahan lain didalam hidupnya selain ia bisa bersekutu dengan Tuhan, mengenal lebih dekat, lebih dalam dan menuruti segala kehendak-Nya, tanda bahwa ia menjadikan Tuhan sebagai kekasih jiwa yang abadi satu-satunya.
Pertanyaannya, apakah kita sudah memiliki kehausan akan Tuhan pada tingkat seperti ini?
Keindahan hidup ini terletak pada usaha kita untuk menemukan Tuhan dalam seluruh gerak kehidupan kita masing-masing.
Hal pertama yang harus kita miliki untuk bisa berusaha menemukan Tuhan adalah memiliki lapar dan kehausan akan Tuhan dan kebenaran-Nya, mengenal-Nya, menemukan kehendak-Nya untuk dilakukan.

Orang percaya harus memiliki tingkat lapar dan kehausan akan Tuhan dan kebenaran-Nya sebagai kebutuhan mendesak didalam hidupnya.
Hal ini tentu diawali dengan kerinduannya ingin selalu bertemu dengan Tuhan, hati dan jiwanya selalu ingin terhubung dengan-Nya setiap saat, selalu ingin bersekutu dengan-Nya seperti rusa yang haus merindukan sungai yang berair.
Kehausan seorang anak Tuhan yang benar pasti disertai penghargaan setinggi-tingginya terhadap Tuhan sebagai sesuatu yang bernilai lebih dari nyawa kita sendiri.
Dengan demikian, waktu, tenaga, harta dan apapun menjadi tidak berarti dibandingkan dengan keindahan akan Tuhan sebagai satu-satunya yang kita perlukan didalam kehidupan kita.
Kerinduan bertemu dengan Tuhan dan mengalaminya setiap hari ini, juga merupakan kerinduan dimana kita merindukan Tuhan dan tanah air kita di kerajaan sorga di langit baru dan bumi yang baru dimana Tuhan Yesus menghendaki orang percaya juga berada disana bersama-sama dengan-Nya, supaya ditempat Tuhan Yesus ada, orang percaya pun ada (Yohanes 14:3).
Dengan ini kita akan semakin sadar bahwa dunia ini bukan rumah kita, olehnya kita harus rela melepaskan keterikatan dengan apa pun yang berasal dari dalam dunia ini, kemudian kita hanya boleh terikat dengan satu Pribadi saja yaitu Pribadi Tuhan Yesus sebagai kekasih jiwa yang abadi yang melakukan kehendak-Nya adalah menjadi prioritas utama satu-satunya didalam seluruh agenda kehidupan kita.

Sikap hati yang dibutuhkan untuk membangun lapar dan kehausan yang benar untuk menemukan dan mengalami Tuhan dan mengerti kebenaran-Nya adalah kita datang kepada Tuhan dengan hati nurani yang bersih dan tulus dengan berkata "Tuhan, aku ingin mengenal-Mu secara benar, aku ingin bertemu dengan Engkau, mengerti kehendak-Mu dan melakukannya dengan taat setiap hari”.
Dengan kerinduan kita yang selalu rindu mencari kehendak-Nya untuk dilakukan, barulah kita bisa mengalami Tuhan secara benar, sebab kita tidak lagi tercemar dengan konsep-konsep mengenai Tuhan yang marak beredar dewasa ini, yang sesungguhnya banyak yang sudah menjurus kepada banyak kesesatan.
Banyak orang diajari konsep bahwa Tuhan adalah penyedia berkat jasmani, pembawa kemakmuran, dan bisa dimintai apa pun jika Ia sedang senang kepada kita.
Konsep ini bukannya membawa orang kepada keselamatan kekal, malahan bisa membinasakan; sebab sebenarnya bukan Tuhan yang menjadi kekasih abadi didalam hatinya melainkan dunia ini dan keindahannya.
Berkenaan dengan hal ini Rasul Yohanes memberi nasehatnya dengan pernyataan : Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia (1 Yohanes 2:16).
Hal ini juga paralel dengan dengan pernyataan Yakobus dalam suratnya menasehatkan umat dengan memberi pernyataan : Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah (Yakobus 4:4).
Tidak peduli apakah kita seorang Kristen baru atau seorang yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen, namun jika selama ini kita masih tercemar pandangan yang keliru tentang Tuhan, marilah kita mulai dari awal lagi untuk belajar mengenal-Nya. Dengan demikian pasti kita dapat menemui-Nya dan mengalami-Nya, dan menyadari betapa indahnya hidup bersama Tuhan.

Orang percaya harus memiliki tingkat kualitas lapar dan kehausan akan Allah dan kebenaran-Nya secara permanen, artinya pada tingkat yang murni benar merindukan Tuhan tanpa motivasi terselubung.
Pada umumnya ketika dalam situasi ekonomi yang sulit dan keadaan serba terjepit seseorang dalam mencari Tuhan, akan merasakan lapar dan kehausan akan Allah secara antusias, tetapi ketika sudah memiliki harta, uang, dan segala fasilitas yang ia perlukan, maka kehausan akan Allah menjadi luntur bahkan ada yang menjadi hilang sama sekali.
Pada waktu masih hidup sendiri tanpa pasangan hidup, ia merasa dirinya memiliki lapar dan kehausan akan Allah, tetapi begitu memiliki pasangan hidup kehausannya akan Allah menjadi pudar.
Ini berarti Tuhan masih bisa tergantikan.
Orang-orang seperti ini hanya menjadikan Tuhan sebagai pengganti sementara.
Mestinya lapar dan kehausan akan Allah dan kebenaran-Nya harus sampai pada kesadaran yang benar bahwa baginya Tuhan tidak akan tergantikan oleh apapun dan siapapun.
Dalam hidup ini ia tidak memandang ada pilihan lain selain Tuhan dalam hidupnya. Baginya Tuhan tidak akan dapat tertandingi oleh apapun dan siapapun.
Ini berarti memiliki Tuhan Yesus sudah berarti hidup berlimpah.
Dengan demikian ia dapat menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya pelabuhan abadi dan memastikan tidak ada ilah-ilah lain di dalam hatinya selain hanya Tuhan Yesus sebagai Allah satu-satunya yang memenuhi seluruh ruangan didalam hatinya.

Lapar dan kehausan akan Allah berkembang atau menjadi kuat seiring dengan pudarnya keinginan terhadap segala keindahan yang ditawarkan oleh dunia ini kemudian ia memilih terfokus pada kerinduan akan Tuhan saja.
Pemazmur menyatakan perasaan ini dengan pernyataan: Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama- lamanya (Mazmur 73:26).
Sampai level kekristenan seperti ini, barulah seseorang dapat menjadi mempelai Tuhan yang tidak bercacat dan tidak bercela. Kitab Wahyu mengatakan bahwa, mereka seperti wanita yang tidak mengenal laki- laki, hatinya tidak tercemari oleh kenajisan dan berhala (Wahyu 14:4).
Lapar dan kehausan akan Allah juga merupakan suatu proses yang tidak boleh terhenti sampai kapanpun.
Harus terus bertumbuh.
Pertumbuhan dalam kebenaran Firman Tuhan ini harus sampai tahap mengubah diri seseorang dari cara pola berpikir duniawi menjadi cara pola berpikir memikirkan perkara-perkara diatas, mengubahkan dari cara pola berpikir manusia menjadi cara pola berpikir seperti Kristus.
Untuk memiliki pikiran Kristus seseorang harus mengenal akan kebenaran Tuhan secara lengkap atau utuh dan mengalami Tuhan secara nyata setiap hari, dan hal ini baru bisa terwujud jika kita memiliki sikap lapar dan kehausan akan Allah setiap hari dan menjadikan kebenaran-Nya sebagai pola gaya hidup kita secara permanen didalam menantikan kedatangan-Nya.

Amin.