Sabtu, 30 April 2016

MEMAHAMI HIDUP DIDALAM TERANG SECARA BENAR


Matius 5:14-16
(14)Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
(15)Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
(16)Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Dalam Alkitab, orang yang hidup dalam pelanggaran hukum dikatakan sebagai orang yang hidup dalam gelap. Hal ini hanya berlaku pada jaman Perjanjian Lama, dimana manusia masih hidup dibawah hukum. Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang yang melakukan hukum berarti memiliki hidup yang kekal dan memiliki kualitas hidup yang baik (Mat. 19:16-19).
Pada jaman itu belum ada anugerah keselamatan dengan fasilitasnya (penebusan, Roh Kudus, Injil dan penggarapan Allah melalui segala perkara).
Tanpa fasilitas keselamatan, manusia belum bisa dibawa kepada rancangan Allah semula. Walaupun umat Perjanjian Lama bisa melakukan hukum-hukum Tuhan dengan baik, tetapi kualitas hidup mereka belumlah ideal sesuai manusia yang dirancang semula oleh Allah. Jadi mereka tidak dituntut untuk menjadi sempurna seperti Bapa. Umat Perjanjian Lama hanya dituntut untuk hidup sesuai dengan hukum dan peraturan agama.

Di jaman Perjanjian Baru orang yang hidup sesuai dengan hukum belum tentu sudah berkategori hidup di dalam terang. Jadi sesungguhnya tokoh-tokoh Perjanjian Lama sehebat apapun mereka, mereka belum menemukan atau mengenakan kemuliaan Allah yang hilang (Roma 3:23). Dari sudut pandang Perjanjian Baru hanya orang yang mengerti atau mengenal kehendak Tuhan dan melakukannya berarti hidup dalam terang.
2 Korintus 4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.
Jadi kalau orang percaya tidak mengerti kehendak Tuhan dan tidak mengenal Tuhan dengan baik berarti belum hidup di dalam terang (walau sebaik apa pun orang tersebut secara moral umum).

Orang yang hidup di dalam terang adalah orang-orang yang berjalan sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan. Orang yang hidup di dalam terang melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan komando Tuhan. Itulah sebabnya orang percaya harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Filipi 2:5).Tentu saja tindakan yang sesuai dengan kehendak Tuhan adalah perbuatan kasih. Dengan demikian kita bisa mengerti mengapa Firman Tuhan mengatakan bahwa dalam Tuhan Yesus ada terang manusia, artinya hanya melalui Tuhan Yesus seseorang bisa beroleh selamat dari-Nya dan bisa mengerti kehendak Tuhan dengan sempurna.
Yohanes 1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Hanya Tuhan Yesus yang mampu menyelamatkan manusia dari dosa mereka. Dan setelah menebusnya Dia membawa orang percaya untuk memiliki kehidupan yang serupa dengan gambar-Nya artinya orang percaya harus berusaha membawa hidupnya tidak bercacat cela dan taat kepada Tuhan dengan menghidupi seluruh ketetapan Firman-Nya untuk kita lakukan didalam hidup ini. Inilah yang dimaksud dengan hidup didalam terang Tuhan kita Yesus Kristus.

Efesus 5:8-11 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,
karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,
dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.

Amin.

MELEPASKAN KESENANGAN HIDUP DEMI KEPENTINGAN TUHAN


Yohanes 10:27-28
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,
dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.

Pada tahap-tahap awal belajar melakukan kehendak Tuhan atau menyukakan hati Bapa, seseorang harus selalu menaruh kepekaan terhadap segala sesuatu yang dilakukan. Jangan-jangan ada hal hal yang dilakukan itu mendukakan hati Bapa. Kalau seseorang berkata kepada Tuhan: “Selidiki aku ya Tuhan”, itu artinya ia bersedia mengoreksi diri dengan seksama untuk seseorang mengenali keadaan dirinya sendiri apakah sudah berkenan dihadapan Tuhan, hal ini tidak bisa terjadi secara otomatis kalau ia tidak serius mempersoalkannya. Ini adalah satu-satunya persiapan masuk ke dalam Kerajaan Tuhan Yesus.
Di Kerajaan Tuhan Yesus Kristus nanti tidak boleh ada tindakan yang melukai hati Tuhan sama sekali. Sebab Kerajaan tersebut milik Allah Bapa. Seharusnya warna kehidupan seperti ini sudah dilatihkan atau diterapkan sejak masih di dunia. Didunia ini orang orang percaya sebenarnya sudah hidup dibawah pemerintahan dari Kerajaan Tuhan Yesus yaitu melalui Roh Kudus yang menuntun kita kepada kehendak dan kebenaran-Nya.
Itulah sebabnya alkitab mengatakan Roma 8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
Jadi orang yang masih menggelar hudupnya dengan kehendaknya sendiri maka ia bukanlah anak anak Allah namun melainkan anak anak lusifer yang hanya ingin melakukan segala sesuatu sesuka hatinya tanpa memperdulikan apakah hal itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak.

Orang percaya harus selalu berpikir bahwa dirinya ada di dalam pemerintahan Allah,
harus selalu menaruh kepekaan terhadap segala sesuatu yang dilakukan apakah Tuhan disenangkan atau tidak.
Tidak ada daerah netral di mana seseorang boleh berbuat suka-suka sendiri. Oleh karenanya dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan pola hidup : Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.

Setiap orang yang berusaha untuk hidup berkenan di hadapan Tuhan akan mengalami “sakit”nya ketika harus melakukan keinginan Bapa dan membunuh keinginannya sendiri.
Proses melepaskan kesenangan sendiri ini dimulai dari hal-hal sederhana yang tidak mudah untuk dilepaskan.
Contoh ketika seseorang memiliki sifat tempramen dan senang memamerkannya ketika ia tidak menyukai seseorang maka ia harus melepaskan kesenangannya itu dan ia harus hidup menuruti Firman Tuhan yang mengharuskan orang percaya harus saling mengasihi sesama manusia.
Atau mungkin beberapa orang menyenangi hobi yang berlebihan sehingga waktu disita untuk melakukan hobi atau kesenangannya, ketika Tuhan menuntunnya melalui Roh Kudus yang mengatakan "tinggalkanlah semuanya itu dan ikutlah AKU" maka ia haruslah bersedia melepaskannya demi kepentingan Tuhan.
Dengan demikian pada akhirnya ia harus melepaskan kesenangan yang sudah menyatu dengan dirinya. Itu adalah kesenangan-kesenangan yang tidak mudah bisa dilepaskan. Kalau jujur ia berkata bahwa ia tidak bisa hidup tanpa kesenangan tersebut. Kesenangan itu bisa berupa seseorang atau sesuatu, kekayaan, kehormatan, kedudukan, kenikmatan makan minum atau pesta, seks bebas, suatu hobbi, perhiasan, model pakaian, mungkin termasuk kebiasaan merokok yang bisa merusak tubuh kesehatan jasmaninya dan lain sebagainya.
Hal hal tersebut alkitab katakan adalah sama halnya dengan penyembahan berhala yaitu dimana seseorang memberi nilai tinggi kepada hal hal yang bukan merupakan kehendak Tuhan didalam ketetapan Firman-Nya.
Kolose 3:5-10
(5)Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
(6)semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].
(7)Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
(8)Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
(9)Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
(10)dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

Ada yang harus kita waspadai dan perlu kita ketahui kesenangan yang paling dianggap orang hari hari ini tidak melanggar kehendak Tuhan adalah hidup wajar seperti manusia lain yaitu boleh memiliki segala sesuatu yang menjadi kesenangannya.
Sebenarnya itu juga kesenangan yang harus dilepaskan. Kehidupan sebagai anak-anak Tuhan adalah kehidupan yang tidak wajar menurut dunia, yaitu kehidupan yang tidak memiliki kesenangan selain menyukakan hati Allah Bapa kita yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.

Pada umumnya, manusia yang memiliki kesenangan-kesenangan hidup ini menjadi seperti wilayah dalam kerajaan seseorang yang tidak akan diserahkan kepada pihak manapun. Hal inilah yang membuat seseorang menahan diri untuk mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan secara total atau secara benar. Bisa dimengerti kalau Tuhan Yesus mengatakan bahwa untuk bisa diselamatkan seseorang seperti berjuang masuk jalan sempit (Matius 7:13-14).
Seseorang tidak akan pernah mengalami dan memiliki keselamatan kalau belum bersedia kehilangan “nyawanya”/kesenangannya. Kalau seseorang memiliki jangkauan pandang hidup yang benar, maka ia akan rela kehilangan apa pun dan siapa pun demi tercapainya tujuan yang dinilai jauh lebih berarti dari apa pun yang ada di bumi ini.

Oleh sebab itu orang percaya harus terus diubah jangkauan pandangnya untuk mengerti kehendak Tuhan. Untuk itu pikirannya harus terus diisi dengan kebenaran Firman Tuhan yang murni yang mengarahkan pandangannya kepada langit baru dan bumi yang baru yaitu kerajaan Tuhan Yesus.
Harus terus disadarkan bahwa dunia bukan rumah kita. Hidup di dunia hanyalah pengembaraan atau menumpang dan belajar taat melakukan kehendak Tuhan. Apa pun yang kita miliki di bumi ini bukanlah milik kita, tetapi milik Tuhan. Sedangkan harta kita yang sesungguhnya adalah nanti di dunia yang akan datang (Luk. 16:12).
Harta dunia bersifat semu, artinya sementara dan dapat menjadi umpan iblis untuk membelenggu kita sehingga ada dalam pemilikan atau penguasaan kuasa kegelapan.
Harta dunia harus digunakan sepenuhnya untuk kepentingan Kerajaan Surga. Dengan pikiran yang diisi kebenaran ini maka mata hati jangkauan pandang seseorang akan difokuskan ke fokus yang benar. Selain itu harus juga disertai dengan pengalaman berinteraksi dengan Tuhan secara nyata, sehingga suasana Kerajaan Surga sudah dirasakan.
Semakin mengerti kebenaran dan merasakan hadirat-Nya, maka mata hatinya semakin tajam menemukan maksud Tuhan dalam kehidupan ini. Ketajamannya juga mempengaruhi jangkauan pandang ke depan, yaitu mengarah dengan tepat kepada janji Tuhan seperti yang dikatakan Paulus: … kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Filipi 3:14). Selanjutnya yang menjadi hal yang harus selalu kita ingat didalam hidup kita sebagai orang percaya adalah status kewargaan kita. Kewargaan orang percaya adalah berasal dari kerajaan surga yaitu kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus. Jadi hidup kita hanya kita tujukan bagi kerajaan Tuhan dan bukan untuk mencapai lagi kesenangan yang ada didalam dunia ini lagi.
Ketika Tuhan mengatakan "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu". Itu artinya Tuhan menyuruh kita melepaskan segala keinginan keinginan didalam diri kita dan menyerahkan keinginan hidup ini sesuai dengan keinginan yang Tuhan arahkan saja didalam hidup kita inilah kelegaan yang sejati yang Tuhan maksud.
Ketika kita bersedia melepaskan segala keinginan kesenangan didalam hidup ini, maka inilah mengapa ayat selanjutnya Tuhan Yesus berkata :
"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." Dengan kata lain orang percaya harus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus yang akan membuat kita mendapatkan ketenangan, damai sejahtera dan keselamatan kekal dari-Nya, mintalah kepada Tuhan bagaimana melakukan kehendak-Nya, apa yang Tuhan inginkan tidaklah berat dan semuanya itu kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kita kepada Tuhan kita Yesus Kristus dan hidup ini hanya untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.

2 Korintus 5:15
Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Amin.

Jumat, 29 April 2016

MENYINGKIRKAN PONTENSI UNTUK BERBUAT DOSA


2 Petrus 1:3-4
(3)Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
(4)Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

Setiap kali kita memohon ampun kepada Tuhan atas sesuatu yang dirasakan sebagai suatu kesalahan, maka yang dipersoalkan bukan hanya suatu kesalahan yang telah dilakukan tetapi juga keadaan diri yang masih bisa berbuat salah (ketidak tulusan, kesombongan terselubung, kebohongan kecil, keramahtamahan yang dibuat-buat, motivasi yang tidak benar, munafik dan lain sebagainya). Masalahnya bukan hanya kesalahan yang dilakukan tetapi potensi yang masih ada untuk berbuat salah.
Olehnya diayat diatas dianjurkan setiap kita untuk mengambil bagian kodrat Ilahi untuk dikenakan didalam hidup kita. Kodrat Ilahi yaitu (mampu berpikir dan berperasaan seperti Kristus atau memiliki pikiran dan perasaan Kristus). Hal ini dimaksudkan agar umat pilihan mengerti kehendak Tuhan, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Dengan demikian umat pilihan menjadi pribadi yang melakukan kehendak Tuhan Yesus. Inilah target yang harus dicapai sehingga pikiran yang berpotensi membuat kita untuk melakukan perbuatan dosa bisa kita singkirkan dengan cepat.

Memang demikian seharusnya, kesucian bukan hanya tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi keberadaan atau level yang selalu mengenakan pikiran dan perasaan seperti yang Tuhan kehendaki yaitu pikiran Kristus.
Mengisi pikiran Kristus adalah mengisinya dengan Firman Tuhan dan nasehat Paulus yang berkata :
Filipi 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Kematian Tuhan Yesus di kayu salib menyelesaikan semua akibat dosa yang dilakukan seseorang, semua akibat dosa telah dipikul Tuhan Yesus. Ia menyelesaikan dengan sempurna di kayu salib, tetapi bukan berarti manusia bisa bebas begitu saja dari potensi berbuat dosa (hamartia : kemelesetan).
Potensi dosa dalam kehidupan orang percaya menjadi tanggung jawab masing-masing individu oleh pertolongan Roh Kudus.
Mengikis dan membuang semua potensi dosa dalam diri setiap orang ini untuk kemudian bisa berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus inilah yang disebut sebagai mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Filipi 1:12).

Berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus berarti tidak memberi celah sedikit pun terhadap suatu kesalahan. Ini memang tidak mudah dicapai dalam waktu yang singkat, perlu keseriusan, kesungguhan dan kerinduan untuk hidup didalam ketetapan Firman Tuhan, dan hal ini perlu adanya pergumulan yang sungguh sungguh dihadapan Tuhan, dengan hati yang murni untuk mengenakan kehidupan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki maka Roh Kudus akan senantiasa menggarap, menuntun kita kepada kebenaran-Nya yang sejati.
Tuhan Yesus memiliki kesucian yang sangat kokoh, yang akhirnya terbukti ketika Ia taat sampai mati bahkan mati di kayu salib. Kekokohan kesucian seperti inilah yang harus dicapai oleh setiap orang percaya. Kita harus merindukan hal ini lebih dari segala hal. Dengan pengertian ini seseorang akan memahami apa artinya mengalami kehausan dan kelaparan akan kebenaran. Haus dan lapar akan kebenaran di sini maksudnya benar-benar merindukan suatu kehidupan yang mencapai level yang Tuhan kehendaki atau yang berkenan kepada Tuhan kita Yesus Kristus.
Orang percaya yang demikian ini tidak akan berusaha membangun alasan untuk membela perbuatannya. Baginya kesalahan adalah kesalahan, tidak ada alasan untuk membelanya dan memakluminya. Orang seperti ini tidak akan berusaha untuk memiliki nilai diri di hadapan manusia, tetapi ia berusaha untuk mendapat penilaian yang benar di mata Tuhan.
Dari hal inilah seseorang membangun manusia batiniah yang cemerlang di hadapan Allah. Inilah usaha untuk mengumpulkan harta di Sorga seperti yang dikemukakan Tuhan Yesus dalam Matius 6:19-20.

2 Korintus 5:9-10 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Amin.

PENGABDIAN KEPADA TUHAN SECARA BENAR


2 Korintus 5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Percaya kepada Tuhan Yesus bukan berarti dapat memanfaatkan Tuhan untuk kepentingan kita, tetapi hidup untuk kepentingan-Nya.
Konsekuensi menerima Yesus sebagai Kurios (Tuhan) berarti hidup kita disita untuk mengabdi kepada-Nya. Kebenaran ini hanya dapat dipahami dan dikenakan untuk orang yang sudah dikuasai kasih Kristus. Kristus telah mati bagi mereka. Harus disadari sedalam-dalamnya bahwa Kristus mati bukan bagi keuntungan-Nya tetapi demi kita.
Tanpa kematian-Nya, kita dikurung dalam kekuasaan iblis dan digiring ke dalam kegelapan abadi. Tuhan Yesus datang untuk membebaskan kita. Penebusan itu mengakibatkan kita menjadi milik Tuhan Yesus. Pemilikan Tuhan ini harus disadari supaya kita “tahu diri”.

1 Korintus 6:19-20 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Kalau kita tidak menyadari hal ini, kita tidak pernah menerima keselamatan menjadi milik yang pasti.
Jadi, “diselamatkan” berarti dikuasai menjadi milik Tuhan. Tidak mengerti hal ini berarti juga kita tidak mengerti prinsip keselamatan. Hidup ini harus ada yang memiliki. Orang yang diselamatkan harus mempersembahkan hidupnya sepenuh bagi Tuhan.

Dalam Roma 12:1-2 Paulus menjelaskan arti ibadah, yaitu mempersembahkan tubuh sebagai korban yang hidup, kudus dan yang berkenan. Ini artinya menggunakan tubuh untuk kepentingan kehidupan sesuai dengan maksud Tuhan dan tidak menggunakan tubuh dalam bentuk perbuatan yang melanggar Firman Tuhan. Ini merupakan kewajiban agar anak-anak Tuhan meningkatkan kualitas kemampuan kerja dalam menggunakan semua potensi yang ada di dalam dirinya dan belajar kebenaran Alkitab untuk mengerti bagaimana menggunakan tubuh sesuai dengan Firman Tuhan.

Pernahkan kita benar-benar berperkara dengan Tuhan, yaitu apakah kita sungguh-sungguh telah termasuk manusia yang berdiri di pihak Tuhan atau tidak? Apakah kita sungguh-sungguh telah mengabdi kepada Tuhan atau tidak? Menjadi orang percaya, menjadi anak-anak-Nya bukan hanya untuk menerima fasilitas berkat-Nya, tetapi juga memberkati pekerjaan-Nya. Kita dipanggil untuk menderita bersama-sama dengan Dia.
Filipi 1:29 "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia"
Paulus adalah sosok manusia yang benar-benar termasuk kelompok orang yang mengabdi kepada Tuhan. Inilah yang Tuhan kehendaki, agar kita memiliki pergumulan yang sama dengan Paulus. Kehidupan seperti itulah yang dikatakan sebagai “berpadanan dengan Injil”.
Injil yang merasuki seseorang akan menjadikan orang itu “pejuang bagi Kristus”.
Filipi 1:27 Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil.

Anda belum dirasuki jiwa injil yang benar bila belum tampil sebagai “pejuang Kristus”. Injil itu seperti ragi. Ragi itu pasti mengubah. Perubahan tersebut sampai tingkat radikal. Inilah yang diharapkan dan dikehendaki Tuhan bahwa kebenaran Tuhan menjadikan kita pejuang-pejuang Injil, pejuang kebenaran, pejuang bagi Kristus. Bila tidak demikian, berarti Injil yang diterima salah. Tidak ada orang yang menerima Injil yang benar yang tidak menjadi pejuang bagi Kristus.

Di dalam Injil Matius 12:30 Tuhan Yesus berkata: Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.
Di ayat ini Tuhan Yesus sangat jelas menunjukkan bahwa sudah merupakan keharusan bagi setiap orang percaya untuk membantu (melayani) Tuhan bagi kepentingan-Nya. Dalam hal ini orang Kristen dewasa berpendirian bahwa ia tidak berhak menuntut Tuhan tetapi Tuhanlah yang berhak menuntutnya. Orang Kristen yang dewasa tidak hanya melulu melibatkan Tuhan dalam masalahnya, tetapi ia haruslah selayaknya melibatkan dirinya dalam masalah menyelesaikan pekerjaan Tuhan.
Harus disadari bahwa setiap orang yang telah ditebus, maka hidupnya bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk hidup bagi Tuhan Yesus yang sudah mati bagi dirinya.
Tuhan Yesus menuntut ketegasan kita, kepada siapa kita bersekutu dan untuk siapa kita hidup. Dunia adalah sebuah realitas yang harus dihadapi dengan serius. Kita tidak boleh plin-plan, karena sangat berbahaya karena lawan kita iblis siap menelan orang orang yang seperti ini. Banyak orang Kristen yang tidak hidup serius. Mereka seperti orang yang sedang tidur. Mereka dibuat Iblis kehilangan arah hidup Kekristenan yang benar. Oleh sebab itu kita harus selalu berjaga-jaga dan bekerja bagi Tuhan dengan segenap hati.
Hidup mengabdi kepada Tuhan adalah hidup hanya bagi kepentingan Tuhan dan pekerjaan-Nya, hidup didalam ketetapan Firman-Nya dan melakukan seluruh kehendak-Nya, menyelesaikannya dengan tuntas dengan taat dan setia sampai menutup mata.

Yohanes 6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."

Amin.

Kamis, 28 April 2016

TUJUAN PENDEWASAAN HIDUP OLEH TUHAN


1 Korintus 10:13
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Ada dua pilar penting dalam pekerjaan Tuhan. Yang pertama, keselamatan setiap orang. Mereka yang belum mengenal Yesus adalah obyek penyelamatan kita yang Tuhan tugaskan bagi kita untuk diberitakan kabar keselamatan. Yang kedua, Tuhan menghendaki setiap orang percaya didewasakan dan dilahirkan kembali oleh Tuhan menjadi menusia baru yang berkualitas kerajaan surga. Umat Tuhan harus memiliki kedua hal ini; sebab tidaklah lengkap bila umat Tuhan hanya memikirkan keselamatan jiwa-jiwa tanpa melakukan pendewasaan rohaninya dihadapan Tuhan.

Ayub mengalami pencobaan yang sangat berat dalam hidupnya, namun melalui segala pencobaan itu, Tuhan meningkatkan kualitas hidup Ayub. Dengan demikian kita tahu bahwa Tuhan juga memproses orang-orang non-Yahudi untuk memiliki kelayakan di hadapan Tuhan tentu dengan ukuran manusia Perjanjian Lama.

Itulah sebabnya Alkitab mengatakan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Perhatikan, dikatakan kekuatan manusia, bukan kekuatan anak Tuhan. Ini menunjukkan bahwa semua manusia juga mengalami pencobaan, bukan hanya orang-orang percaya. Jika kita memperhatikan kehidupan orang-orang lain di sekitar kita, pada kenyataannya mereka juga mengalami berbagai persoalan hidup yang disebut sebagai pencobaan. Masalahnya adalah bagaimana setiap individu meresponi setiap permasalahan hidupnya dan memperlakukan sesamanya di tengah segala pergumulan hidupnya.

Dalam Lukas 16:19–31 dikisahkan tentang seorang kaya yang mendapat pencobaan, yaitu kehadiran seorang pengemis bernama Lazarus di depan rumahnya. Bagaimana ia memperlakukan Lazarus, itulah yang memberi nilai atas hidupnya. Sayang sekali ia tidak memperlakukan Lazarus dengan baik, sehingga ketika kematiannya menjemput ia terbuang sebagai orang yang terhukum selamanya di api kekal.

Berbeda kejadiannya jika orang kaya tersebut memutuskan untuk tetap hidup didalam kasih yang mengasihi sesama manusia, ia akan digolongkan Tuhan sebagai domba dalam Mat. 25:31–46. Mereka menolong orang lapar, bertelanjang, di penjara dan lain sebagainya. Perlakuan mereka terhadap orang-orang yang membutuhkan pertolongan atau orang-orang yang menderita tersebut disejajarkan dengan perlakuan mereka terhadap Tuhan.

Selama kita masih bernafas dan diijinkan Tuhan untuk tetap hidup hingga sampai sekarang ini, kita tetap akan diproses untuk didewasakan oleh Tuhan.
Tidak peduli dalam posisi apapun manusia itu kaya ataupun miskin Tuhan tetap akan membentuk hidupnya sesuai dengan ketentuan dan kehendak-Nya. Namun dari pada itu Tuhan tidak akan pernah mengintervensi setiap orang dalam ia mengambil keputusan dan responnya dalam pembetukkan Tuhan tersebut.
Bagi orang percaya yang benar benar serius menghargai dan menempatkan Tuhan ditempat yang sepantasnya didalam hidupnya ia akan terus mendapat garapan melalui Roh Kudus untuk terus bisa lebih mengenal kehendak Tuhan, terus dimurnikan dan didewasakan lebih lagi lewat kejadian peristiwa dihidupnya baik dalam situasi yang baik maupun dalam pergumulan masalah hidup.

Tuhan berusaha mendewasakan kita agar kita menjadi pribadi pribadi yang murni benar benar mengasihi Tuhan, berkeadaan sebagaimana layaknya sebagai anak anak kerajaan Allah yang hidupnya taat dan berkenan dihadapan-Nya.
Masalah masalah yang ada dihidup kita adalah proses pendewasaan oleh Tuhan, lewat proses tersebut Tuhan akan membentuk, mengarahkan hidup kita untuk fokus mempersiapkan diri dan kelayakan diri dihadapan Tuhan, dan akhirnya kita terbiasa untuk memikirkan lebih serius mengenai kelayakan diri kita untuk diterima di kerarajaan Bapa yang kekal disurga dan sekaligus menjauhi tindakan tindakan yang mengakibatkan sampai kepada neraka kekal.
Setelah terbiasa untuk memikirkan kekekalan itu, kita akan menjadi pribadi pribadi yang sangat serius mempersiapkan diri kita untuk menjadi mempelai mempelai Kristus yang tidak bercacat cela dan layak menerima mahkota hidup kekal dikerajaan-Nya.
Dan pada akhirnya kita menjadi tidak akan menomorsatukan lagi hal-hal keindahan dunia maupun persoalan-persoalan hidup yang ada di bumi yang sementara ini. Dengan demikian setiap persoalan yang kita hadapi di bumi akan terasa kecil di hadapan kita sebab ada Tuhan yang lebih besar dari masalah kita dan sebaiknya memang kita lebih harus terus mempersoalkan dengan serius mengenai mempersiapkan kelayakan hidup kita dihadapan Tuhan dan itu jauh lebih penting dari semua masalah masalah hidup kita dibumi ini agar kita menjadi mempelai-mempelai yang disambut layak sebagai putra dan putri kerajaan oleh Bapa di surga.

Tuhan Yesus memperlakukan semua manusia dengan adil, dan menggarap mereka juga melalui segala kejadian peristiwa dihidupnya untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya.
Bagi orang percaya yang menghargai dan meresponi dengan baik penggarapan, pembentukan dan pendewasaan oleh-Nya maka ia dipersiapkan oleh-Nya menjadi mempelai-mempelai kerajaan yang layak menerima mahkota kehidupan kekal dikerajaan Bapa di surga.

Titus 2:12 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.

Amin.

Rabu, 27 April 2016

"MEMAHAMI SECARA BENAR KALIMAT TUHAN YESUS DI INJIL MATIUS 6:33"


Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Banyak orang Kristen salah memahami maksud kalimat “mendahulukan Kerajaan Allah” yang dikatakan Tuhan di dalam Matius 6:33.
Banyak pendeta dan pembicara Kristen yang menjadikan ayat ini sebagai cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan jasmani. Diajarkan oleh mereka bahwa kalau seseorang “mendahulukan Kerajaan Allah”, maka Tuhan akan mengupahi atau mempahalai dengan berkat jasmani. Hari hari ini dipahami mencari Kerajaan Allah diartikan sebagai rajin ke gereja dan memberi dukungan terhadap pelayanan gereja. Itulah sebabnya tidak sedikit orang bergereja hanya untuk mendapat “tambahannya”, yaitu berkat pemenuhan kebutuhan jasmani.
Pemahaman yang salah ini menyesatkan, sehingga banyak orang tidak menangkap makna original ucapan Tuhan Yesus ini. Kesalahan ini telah berlangsung lama sekali, sehingga dampaknya adalah telah terbentuk bangunan berpikir yang salah dalam hidup banyak orang Kristen. Kesalahan ini sangat berakibat fatal, sebab mengakibatkan orang malah tidak menemukan Kerajaan Allah tersebut. Mata hati mereka gelap dan tidak melihat kemuliaan dari Kerajaan Allah.

Untuk memahami makna yang benar dari pernyataan Tuhan tersebut, harus terlebih dahulu melihat konteks di mana ayat ini terletak. Konteks ayat ini adalah perkataan Tuhan Yesus mengenai kekhawatiran. Tuhan mengajarkan agar orang percaya tidak boleh memiliki kekhawatiran negatif sehingga usaha memenuhi kebutuhan jasmani mengalahkan atau melampaui panggilan untuk mengumpulkan harta di surga, dan mempertajam pengertian mengenal kebenaran dan mengabdi kepada Tuhan.
Matius 6:19-24
(19)"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
(20)Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
(21)Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
(22)Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
(23)jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
(24)Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Jika hal makan dan minum lebih diutamakan, maka banyak orang mengabaikan panggilan yang lebih penting yaitu panggilan hidup dalam perkenanan Tuhan/panggilan sorgawi yang tentu lebih penting dan memiliki dampak kekal.
Berkenaan dengan hal ini perlu memeriksa Matius 6:32, di mana terdapat pernyataan yang harus dipahami dengan benar sebelum mengupas Matius 6:33.
Dalam Matius 6:32 Tuhan Yesus berkata: Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Apa yang dicari bangsa yang tidak mengenal Allah? Kehidupan jasmani dan kelangsungannya yang sementara. Sedangkan orang percaya harus memfokuskan diri pada obyek lain, yaitu Kerajaan Surga.

Kerajaan Surga memiliki pengertian pemerintahan Allah hari ini melalui Roh Kudus, dan perwujudannya secara fisik nanti di langit baru dan bumi yang baru yaitu kerajaaan Tuhan Yesus.
Kalau fokus hidup orang percaya pada kehidupan hari ini dan kelangsungannya, yaitu bagaimana menikmati kesenangan dunia sama seperti orang pada umumnya, maka kita berarti termasuk kategori orang orang yang tidak mengenal Allah dan bukan termasuk anggota keluarga Kerajaan Allah.

Anggota keluarga Kerajaan Allah adalah orang-orang yang hatinya tidak tertaruh lagi di dunia ini, tetapi berusaha hidup sesuai dengan pimpinan Roh Kudus dan fokus terhadap Kerajaan Tuhan Yesus yang akan datang. Di sini letak perbedaan mencolok antara orang percaya dan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Dalam kenyataan kehidupan komunitas Kristen banyak mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus dengan benar. Hal ini nampak sekali dari cara hidupnya yang tidak mendahulukan mencari Kerajaan Tuhan Yesus.
Secara kulit atau kemasan luar mereka adalah orang percaya atau anak-anak Allah, tetapi jika dilihat dari dalamnya mereka adalah orang yang tidak mengenal apa yang Tuhan Yesus kehendaki didalam hidupnya. Inilah orang-orang Kristen yang harus segera bertobat.

Ada kata penting yang harus diperhatikan dalam Injil Matius 6:33 (Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu). Carilah, kata ini dalam teks aslinya adalah zeteite, dari akar kata zeteo, yang berarti mencari, menyelidiki, memeriksa, mempertimbangkan, mencoba untuk mendapatkan, keinginan untuk memiliki, berjuang untuk sesuatu tujuan.
Kalau Tuhan berkata “carilah” artinya ada suatu perjuangan dengan keras untuk memperoleh sesuatu. Sesuatu itu adalah Kerajaan Allah dan kebenarannya. Kebenaran dalam teks ini  adalah dikaiosune yang artinya adalah kebenaran yang bertalian dengan tingkah laku, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (Mat. 5:20).
Berkenaan dengan hal ini Tuhan Yesus memang menghendaki agar orang percaya harus hidup secara luar biasa dalam memperagakan kelakuan kehidupan sebagai anak anak kerajaan surga.
Jadi kita harus berjuang untuk menghadirkan pemerintahan Allah dalam kehidupan pribadi. Dengan hal ini seseorang dipersiapkan menjadi warga Kerajaan Surga yang baik dengan kualitas kebaikan yang telah ditampilkan atau diperagakan oleh Tuhan Yesus.
Hal ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa perjuangan yang memadai untuk mengenal, mencari kerjaaan Allah dan kebenarannya.
Ketika kita merindukan untuk terus mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenarannya maka Tuhan akan menambahkan pengetahuan, hikmat dan kemampuan melalui Roh Kudus untuk mengenal kehendak-Nya secara benar untuk dilakukan didalam hidup kita. sehingga hidup orang percaya selalu ada didalam perkenanan Allah Bapa.

Orang-orang yang mendahulukan Kerajaan Allah adalah orang-orang yang jangkauan pandangnya tidak melihat bumi ini sebagai tempat tinggal tetapnya sebagai tujuan hidup melainkan hidup mereka tertuju dan melihat Kerajaan Surga adalah sebagai tempat tujuan hidup yang harus didahulukan, dengan demikian ia menjadi orang orang yang tidak memilih dunia ini dan keindahannya melainkan mereka adalah orang orang  yang memilih Tuhan sebagai harta yang abadi satu satunya didalam hidup ini, menjadikannya mencintai dan mengasihi Tuhan dan taat hidup didalam kehendak-Nya.

Amin

BERTOBAT DARI CARA HIDUP YANG SALAH DAN SIA SIA


1 Petrus 1:17-19
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Bertobat dari cara hidup yang salah dan sia sia adalah hidup yang merubah seluruh cara memandang hidup dan semua filosofinya yang tidak sesuai dengan maksud Tuhan dalam menciptakan kehidupan ini. Sikap pertobatan ini adalah menyangkut cara berpikir dan sikap hati yang pastinya akan berdampak kedalam perbuatan. Pertobatan yang sejati berfokus pada perubahan pikiran dan sikap hati yang tentu saja akan diekpresikan dengan tindakan yang berkenan dihadapan Tuhan.
Dalam bahasa Yunani untuk kata bertobat ini adalah (metanoia) yang artinya perubahan pikiran. Ini berbeda dengan pertobatan menurut konsep agama-agama pada umumnya termasuk pada bangsa Israel yaitu perubahan perbuatan. Ini yang dinyatakan dalam kata “bertobat” yang digunakan di Perjanjian Lama, (shub) yang artinya “berbalik”. Berbalik dari perbuatan yang salah ketika bangsa Israel tidak melakukan Taurat, dan menyembah allah asing.
Bertobatan hendaknya tidak hanya berfokus kepada pengubahan perbuatannya saja namun juga harus disertai pertobatan yang bisa mengubahkan cara berpikirnya dalam memandang setiap perbuatan dosa tersebut.
Memang secara umum dalam pertobatan ada pula perubahan pola berpikir dan sikap hati, tetapi tidak menyeluruh atau tidak terlalu berarti, sebab kalau satu atau lebih perbuatan salahnya diubah, belum tentu pola berpikirnya berubah secara menyeluruh. Tetapi kalau pikiran mengalami perubahan, maka perbuatannya pun pasti berubah dan ia pasti lebih benar benar untuk sungguh sungguh meninggalkan segala macam bentuk dosa didalam kehidupannya.

Setelah seseorang bertobat, ia harus terus-menerus mengalami pembaruan pikiran (metamorfústhe, Roma 12:2). Pembaruan pikiran inilah yang membuat kita mengerti kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Bertobat dari perbuatan yang salah bisa dilakukan dalam waktu singkat, tetapi bertobat dari cara hidup yang salah atau yang sia sia tidak bisa dilakukan dengan singkat karena ini harus disertai perubahan cara berpikir manusia lama kearah cara yang benar yang Tuhan kehendaki yaitu menjadi manusia yang menaruh pikiran dan perasaan Kristus. Tentu untuk memperolehnya kita harus memenuhi pikiran kita dengan Firman Tuhan setiap hari secara memadai.

Bertobat dari perbuatan yang salah bisa dilakukan dengan cara menunjukkan perbuatan yang salah tersebut dan mengarahkan kepada perbuatan yang benar atau baik, tetapi bertobat dari cara hidup yang salah atau yang sia sia hanya bisa dilakukan dengan cara menunjukkan/memfokuskan arah hidup kepada hidup dalam kebenaran Tuhan (Yoh. 8:32).
Hidup dalam kebenaran Tuhan adalah hidup yang cara pandang atau cara berpikirnya telah diperbaharui oleh Firman Tuhan dari waktu ke waktu yang akan menjadikan, membentuk pribadinya menjadi pribadi yang mengasihi Tuhan dan sangat takut untuk menyakiti hati Tuhan karena hidupnya khususnya pikirannya telah dikuasai sepenuhnya oleh Firman Tuhan dan Roh Kudus yang menaungi hidupnya.

Yohanes 8:31-32  Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Mengenal kebenaran memerlukan waktu yang panjang. Dalam Yoh. 8:31, kata tetap dalam teks aslinya adalah (ménō) yang berarti “terus-menerus menetap” atau “terus-menerus bertahan”.
Jadi, tetap dalam Firman artinya terus-menerus mempelajari Firman Tuhan.
Dengan demikian bila digambarkan, pertobatan itu bukan suatu titik, tetapi seperti suatu garis panjang. Pertobatan juga merupakan pembaharuan pikiran yang tiada henti sampai kita menutup mata.
Jadi orang yang benar benar serius ingin bertobat kepada Tuhan pasti akan selalu merasa miskin, haus dan lapar akan Firman-Nya yang akan terus menerus menyempurnakan hidupnya, dan adalah wajar apabila selama hidup ini, kita akan terus merasa miskin di hadapan Tuhan agar kita bisa diperkaya oleh Tuhan dalam memahami kebenaran Firman-Nya yang menyelamatkan hidup kita.

Jika ingin dimerdekakan didalam hidup kita, kita harus bertobat dari cara hidup yang salah dan sia sia yang telah kita warisi dari nenek moyang kita, mengubah cara berpikir yang benar yaitu selalu hidup didalam ketetapan Firman-Nya, mengisi pikiran kita dengan Firman-Nya dari waktu kewaktu sehingga kita menjadi peka akan kehendak Tuhan didalam hidup dan membuat kita bisa memiliki pikiran dan perasaan Tuhan disetiap waktu, dengan demikian kita akan menjadi pribadi pribadi yang selalu menjauhkan diri dari cara hidup yang sia sia yang tidak dikehendaki oleh Tuhan.

2 Korintus 5:17
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Amin.

Selasa, 26 April 2016

HIDUP DIBAWAH KENDALI TUHAN


Mazmur 27:1, 4-6
(1)Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?
(4)Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.
(5)Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu.
(6)Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN.

Sebelum Daud dipercayai untuk memerintah bangsa Israel, ia harus terlebih dahulu hidup dalam pemerintahan dan kendali Allah. Daud sadar akan hal ini, sehingga ia tidak bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan tatkala Tuhan membawanya masuk ke sekolah padang gurun. Ia diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang oleh Raja Saul, tetapi ia tetap bersyukur kepada Tuhan.
Daud adalah contoh orang yang bersedia hidup dikontrol oleh Tuhan, salah satu ciri adalah giat mencari kehendak-Nya (Mazmur 27 ayat 8 dan 11).
Inilah sebenarnya yang dimaksud mencari dahulu kerajaan Allah (Matius 6:33), yaitu menghadirkan pemerintahan Allah atas hidupnya, bukan pemerintahannya sendiri. Tentu orang-orang seperti ini senantiasa rindu untuk menikmati Tuhan sebagai pribadi yang hidup dan nyata, tidak hanya menikmati berkat-Nya tetapi lebih dari itu, menikmati hadirat-Nya (Mazmur 27:4).

Jika kita mengaku kita adalah milik Tuhan Yesus, maka tentu Tuhan berhak dan berkuasa mengontrol diri kita sepenuhnya. Jika kita tidak bersedia dikuasai dan dikendalikan oleh Tuhan Yesus, berarti kita gagal menjadi murid Tuhan Yesus. Pada prinsipnya kegagalan ini terletak pada ketidakbersediaan kita untuk dikendalikan Tuhan melalui Roh-Nya.
Roh Kudus ditaruh dalam diri kita salah satunya juga untuk melatih kita agar hidup dikontrol Tuhan, atau dalam pengendalian Tuhan, sampai tingkat tunduk sepenuhnya.

Hidup dikontrol oleh Tuhan berarti kita menyerahkan kebebasan kita kepada-Nya. Tuhan tidak bermaksud secara paksa mengambil alih atau menyita kebebasan yang diberikan-Nya kepada setiap manusia, tetapi “menyerahkan kebebasan” di sini artinya kita bersedia untuk mencari kehendak-Nya dan menurutinya dengan rela dan sukacita sebagai kebutuhan, bukan akibat perintah atau kewajiban. Dalam hal ini kita menggunakan kebebasan kita untuk dengan sukarela menyerahkan kebebasan kita agar kita tunduk kepada kehendak-Nya untuk diarahkan menjadi pribadi yang berkeadaan sebagai anak anak Allah yaitu hidup yang memperagakan sifat pribadi Tuhan Yesus.

Sebagai manusia yang sifat bawaannya yang memang memiliki kehendak bebas, memang tidaklah mudah mencapai tingkat rohani seperti ini yaitu hidup yang kehendaknya dibatasi oleh Tuhan didalam kendali pemerintahan-Nya.
Kadang-kadang kita frustrasi dan merasa tidak akan mampu mencapainya, terutama tatkala kita berkali-kali gagal untuk hidup dalam pengendalian-Nya. Sebagai contoh ketika sedang belajar hidup dibawah kendali Tuhan, tiba tiba kita tersulut amarah oleh orang yang memperlakukan kita secara kasar atau tidak adil maka terkadang reaksi yang kita munculkan bukanlah tindakan yang dibawah kontrol Tuhan melalui Roh Kudus-Nya melainkan kita menjadi ikut tersulut untuk melawan bahkan memunculkan amarah kita.
Tetapi jangan menyerah, selama kita masih memiliki kesempatan untuk hidup dalam pengendalian-Nya secara penuh maka dengan pertolongan Roh Kudus kita akan dimampukan melewati didikan didikan Tuhan melalui kejadian/peristiwa dihidup kita.
Oleh sebab itu mari kita ambil keputusan untuk menyerahkan kebebasan kita kepada Tuhan hari ini juga. Karena jika tidak, kita sebetulnya juga tidak bebas, sebab orang yang tidak dikontrol oleh Tuhan berarti dikontrol oleh setan.

Hidup di bawah kendali Tuhan adalah hidup yang bersedia menyerahkan semua wilayah hidupnya baik dari dalam jiwanya maupun tubuh jasmaninya untuk dikendalikan, di isi dan di bentuk oleh Tuhan Yesus dan melakukan apa yang kudus, berkenan dan yang sempurna didalam hidup, bersedia berkorban segala sesuatu untuk kepentingan-Nya dan membawa hidup sesuai dengan cara dan kehendak-Nya.

Jika kita bersedia hidup dibawah kendali Tuhan Yesus melalui Roh Kudus, maka barulah kita benar benar bisa menjadi murid Tuhan Yesus. Melalui Roh Kudus Ia akan senantiasa selalu mengasihi menuntun kita kepada keselamatan dari-Nya yang kekal untuk selama lamanya.

Roma 8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

Amin.

Senin, 25 April 2016

KEHENDAK BEBAS ADALAH SEBAGAI TANGGUNG JAWAB


Kejadian 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya sehingga kita pun diberikan
kehendak bebas sebagai anugerah dari Tuhan yang dipercayakan-Nya untuk bisa diarahkan kepada hal hal yang baik dan berkenan di mata Tuhan.
Kehendak bebas adalah kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk membuat pilihan secara sukarela, terbebas dari semua faktor dari luar diri individu itu. Kehendak bebas (free will) adalah suatu istilah juga ada dalam dunia filsafat, yaitu mengenai kapasitas yang dimiliki manusia yang adalah pelaku-pelaku rasional, untuk menentukan dan memilih tindakan di antara berbagai alternatif pilihan tindakan. Memang ada faktor-faktor di luar diri pribadi manusia itu sendiri dalam mengambil keputusan, seperti misalnya pimpinan Roh Kudus di dalam diri manusia itu, tetapi pada akhirnya keputusan akhir ada di tangan setiap individu.
Manusia harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah diputuskan didalam hidupnya.

Kehendak bebas harus dipahami sebagai pemberian Tuhan yang sangat berharga atau tak ternilai dari Tuhan di mana manusia diberi kemampuan mempertimbangkan sesuatu, yang oleh karenanya manusia dilengkapi dengan pikiran. Tuhan sangat mengasihi dan menghargai manusia sebagai mahkluk yang diistimewakan oleh-Nya terlihat dari “manusia bisa membuat keputusan keputusan didalam hidupnya.”
Tentu saja ini menjadi kehormatan bagi manusia. Dalam kehormatan ini sekaligus membawa manusia sebagai makhluk yang beresiko sangat tinggi karena setiap pemberian yang berharga selalu disertai dengan tanggung jawab.
Yang harus dipertanggungjawabkan manusia dihadapan Tuhan adalah isi detiel detiel yang terkecil diseluruh kehidupannya yaitu dari perkataan, tindakan, perbuatan didalam hidupnya yaitu buah dari kehendak bebas yang dipercayakan Tuhan.

Setiap pemberian yang berharga pasti selalu memuat tanggung jawab didalam pemberian tersebut.
Jika pemberian yang berharga tanpa tanggung jawab, maka hal itu membuat pemberian itu sendiri menjadi tidak berharga. Seperti bumi ini diciptakan dalam keindahan dan kesempurnaan dan diberikan kepada manusia, tetapi manusia harus mengelolanya.
Demikian pula dengan keadaan manusia yang luar biasa. Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Dengan keberadaan ini manusia diberi tanggung jawab untuk dengan rela dan sukacita memilih untuk mengabdi kepada Bapa pencipta segala yang telah ada.
Pengabdian yang dilakukan harus dengan kerelaan dari diri sendiri.

Dalam kehidupan ini, manusia bisa mendukakan Roh Allah bila melangkah tidak sesuai dengan kehendak Allah. Bahkan manusia juga bisa menghujat Roh Kudus, yaitu suatu keadaan atau stadium di mana seseorang tidak lagi dapat menerima penggarapan Roh Kudus oleh karena hatinya sudah menjadi keras atau membatu.

Sebagai orang percaya yang dewasa, kita harus memahami dan menerima kehendak bebas ini sebagai kepercayaan, bukan sebagai beban yang menekan atau keberadaan yang mengancam. Kalau seseorang menyalahgunakan kebebasan kehendak, maka hal ini akan membawa dirinya kepada kebinasaan kekal. Ini sungguh-sungguh berbahaya.
Tetapi kalau seseorang menggunakan kehendak bebasnya dengan bijaksana, maka kehendak bebas tersebut dapat menggiring orang itu kepada kehidupan atau kemuliaan bersama Tuhan dengan rela tanpa paksaan.
Dalam hal ini kehendak bebas manusia bisa mendatangkan bencana, tetapi juga bisa mendatangkan rahmat atau berkat kekal dari Tuhan.
Kalau manusia binasa, tentu yang dipersalahkan bukan Tuhan atau keberadaan kehendak bebas itu sendiri, tetapi manusia yang menjadi pelaku kehidupan. Bisakah kita berkata: Mengapa aku memiliki kehendak bebas? Bukankah lebih aman dan baik kalau aku menjadi seperti boneka, tanpa kehendak bebas dan dikendalikan Tuhan menjadi manusia baik yang tidak bisa berbuat suatu kesalahan, sehingga dapat dijauhkan dari neraka dan didekatkan pada surga?.
Saudaraku sekalian, kita tidak bisa atau tidak boleh berkata demikian, sebab dalam kedaulatan-Nya Allah sudah menetapkan manusia untuk menjadi mahkluk yang harus menentukan keputusan apakah isi seluruh kehidupannya diarahkan kepada kehendak Tuhan dengan taat dan setia atau memutuskan untuk hidup sesuai kehendak diri sendiri yang tanpa memenuhi kehendak Tuhan didalam hidupnya.

Hendaknya kita bisa berkata seperti Paulus berkata : "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan".
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah"

2 Korintus 5:9-10 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Amin

SEMUA AKAN MEMBERI PERTANGGUNGJAWABAN KEPADA TUHAN


Lukas 16:19-20
, 22-26
(19)"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
(20)Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,
(22)Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
(23)Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
(24)Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
(25)Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
(26)Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.

Dalam kisah Lazarus dan orang kaya di (Luk. 16:19–31), penyebab utama mengapa si orang kaya dan keluarganya tidak peduli terhadap kesaksian Musa dan para nabi adalah sebab mereka menikmati kenikmatan dunia tanpa memedulikan orang lain. Dalam hal ini, kenikmatan dunia menjadi ikatan sehingga seseorang kehilangan kasih terhadap sesama.
Orang yang terikat dengan percintaan dunia akan menghabiskan niatnya untuk segala hal yang bertalian dengan kenikmatan hidup di bumi. Itulah sebabnya Abraham berkata kepada orang kaya itu: “Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.” Pernyataan Abraham ini bukan berarti kekayaan atau kenikmatan hidup membuat seseorang masuk neraka. Yang membuat seseorang masuk neraka adalah egoisme, dimana seseorang mementingkan diri sendiri sehingga melupakan tanggung jawab.

Banyak orang ingin kaya. Mereka tidak tahu bahwa seorang yang dipercayai dengan harta yang berlimpah memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Bila tanggung jawab tersebut tidak ditunaikan, maka risikonya sangat besar. Adalah bijaksana kalau kita belajar menyerah kepada Tuhan, mohon hikmat agar bila Tuhan memercayakan harta materi kepada kita di bumi ini, kita dapat mengelolanya secara bertanggung jawab agar harta tersebut tidak menjadi suatu jerat yang bisa membinasakan kita terhukum di api kekal karena tidak bisa mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan mengenai harta yang dipercayakan tersebut.

Pertanyaan yang perlu dikemukakan adalah: mengapa orang kaya masuk neraka sedang lazarus masuk Surga? Kebaikan apakah yang dimiliki Lazarus sehingga dilayakkan masuk Surga? Dan kesalahan apakah yang ada pada orang kaya sehingga ia masuk neraka?

Kepada Lazarus tidak dituntut untuk melakukan apa yang ia tidak dapat lakukan, tetapi kepada orang kaya ia dituntut untuk berbuat apa yang ia harus lakukan. Kekayaan yang diberikan Tuhan kepada seseorang memuat tanggung jawab. Bahkan apa pun yang Tuhan berikan kepada kita memuat tanggung jawab. Lukas16:12 menjelaskan bahwa kalau seseorang tidak setia dengan harta Tuhan (harta orang lain) maka Tuhan tidak akan memberikan hartanya sendiri. Hartanya sendiri adalah harta di surga. Banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa ketika Tuhan Yesus menebus kita, maka kita bukan lagi milik kita sendiri.
1 Korintus 6:19-20 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Semua yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Adapun harta kita adalah Tuhan sendiri, dan kemuliaan yang kita akan terima bersama dengan Tuhan Yesus di Kerajaan-Nya.

Jadi sebelum kita meminta sesuatu kepada Bapa kita, kita harus merenungkan dulu, apakah kita siap dan pantas menerima apa yang kita minta? Apakah anda siap menerima konsekuensinya? Apakah kita siap membayar harganya?
Apakah kita bisa mempertangung jawabkan berkat yang diminta ini pada hari penghakiman yang dipimpin langsung oleh Tuhan Yesus nanti?
Hendaknya kita meminta sesuai dengan yang diinginkan dan ijinkan oleh Tuhan Yesus saja sebab Tuhan Yesus lebih mengerti dan lebih memahami seluruh isi diri kita dan seluruh kebutuhan hidup kita dari pada kita memahami hidup kita sendiri.
Dan hendaknya setiap berkat yang dipercayakan baik harta maupun jabatan dan lainnya kita pergunakan untuk memuliakan Tuhan sehingga kita bisa memberi pertanggungjawaban dihari penghakiman dihadapan Tuhan Yesus di tahkta-Nya yang agung yaitu tahkta pengadilan Kristus.

Ibrani 4:13 Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

2 Korintus 5:10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Amin.

Minggu, 24 April 2016

TIDAK MELUKAI HATI TUHAN DENGAN HIDUP TIDAK BERCACAT CELA


1 Timotius 6:14 Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,

Alkitab mengatakan hidup tidak bercacat cela adalah irama hidup yang harus selalu digelar oleh orang percaya didalam hidupnya setiap waktu sampai dengan kedatangan Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya diawan awan permai menjemput orang orang percaya yang hidupnya ditemukan setia melakukan kehendak-Nya.
Jika seseorang mendengar kalimat “hidup tidak bercacat dan tidak bercela”, rasanya sangat berat dan sulit dicapai. Kemudian banyak orang bersikap apatis/acuh tak acuh terhadap hal tersebut karena berpikir tidak mungkin dapat mencapainya. Benarkah bahwa manusia tidak mungkin bisa hidup tidak bercacat dan tidak bercela?
Sesungguhnya kalau seseorang berpikir bahwa tidak mungkin seseorang bisa hidup tidak bercacat dan tidak bercela atau menjadi sempurna, pasti karena pengaruh cara berpikir berbagai agama dan keyakinan. Di dalam berbagai agama dan keyakinan, kesan yang ditimbulkan sangat kuat bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna dan tidak bisa sempurna. Hal inilah yang mentolerir seseorang berbuat suatu kesalahan. Sikap ini sebenarnya merupakan sikap “permisif” (sikap serba memperbolehkan atau kecenderungan mengijinkan segala tindakan boleh dilakukan).
Ketika Allah disebut semua agama sebagai Allah yang Maha Pengampun, dikesankan bahwa manusia selalu bisa bersalah, dan Allah pasti mengampuni. Pernyataan ini bukan berarti membantah fakta kegagalan yang bisa dialami oleh orang percaya atau adanya pengampunan dari Tuhan. Tetapi hendaknya orang percaya tidak memberi peluang berbuat dosa dengan pemikiran bahwa Tuhan siap memberi pengampunan. Meskipun Tuhan selalu siap memberi pengampunan, sejatinya orang percaya menghindari tindakan bersalah yang dapat melukai hati Tuhan.
Roma 6:1-2 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?

Sikap permisif ini sebenarnya juga bisa terbangun berhubung fakta orang-orang saleh Perjanjian Lama yang melakukan pelanggaran dan memiliki kelemahan-kelemahan. Abraham, Yakub, Daud, Salomo, Elia, Yunus dan tokoh-tokoh lain memiliki lembaran hitam dalam kehidupan mereka. Belum lagi tokoh Perjanjian Baru seperti Petrus ternyata juga melakukan suatu kesalahan yang dikategorikan fatal. Kalau mereka bisa gagal, jatuh dalam dosa, mengapa kita tidak? Begitulah pikiran banyak orang Kristen.
Pikiran yang sesat ini tidak boleh bertakhta di dalam pikiran orang percaya. Berkenaan dengan hal ini harus diketahui bahwa tokoh-tokoh Perjanjian Lama adalah orang-orang yang belum mendengar Injil dan belum menerima materai Roh Kudus. Mereka tidak dapat dituntut untuk sempurna. Memperhatikan kehidupan tokoh-tokoh iman Perjanjian Lama, kita harus mengerti bahwa walaupun mereka tidak sempurna, mereka memiliki kegagalan-kegagalan bahkan perbuatan yang memalukan tetapi ada kelebihan-kelebihan mereka yang dapat menjadi pelajaran rohani bagi kita.
Adapun Petrus dan murid-murid yang lain ketika berbuat kesalahan, karena mereka belum menerima baptisan Roh Kudus. Bahkan sekalipun menerima baptisan Roh Kudus, mereka juga harus melalui proses bertahap untuk bisa menjadi sempurna.

Penyebab seseorang tidak bergairah untuk mencapai hidup yang tidak bercacat dan tidak bercela juga disebabkan karena memandang gaya hidup seperti ini tidak menguntungkan. Pertanyaan yang bisa muncul dalam pikiran banyak orang adalah apakah yang dapat diberikan oleh kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela? Malahan timbul kecurigaan, jangan-jangan hidup yang tidak bercacat dan tidak bercela membuat hidup tidak bahagia. Gaya hidup yang dianggap tidak wajar bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.

Di kalangan tertentu orang yang berusaha hidup tidak bercacat dan tidak bercela dianggap fanatik, tidak bisa bergaul dengan masyarakat lain, aneh dan membuat orang lain tidak nyaman. Seharusnya hal ini tidak boleh menjadi alasan, sebab dunia memang memiliki standar yang berbeda. Orang percaya tidak boleh serupa dengan dunia ini.
Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Kalau orang percaya harus tersisih dan disingkirkan oleh dunia dan dianggap sebagai ancaman, hal itu harus dianggap sebagai kewajaran. Sebab Tuhan mengatakan orang orang percaya bukanlah berasal dari dunia ini melainkan berasal dari kerajaan Bapa di sorga.
Kalau pada zaman gereja mula-mula orang percaya teraniaya oleh orang-orang yang menolak Injil, tetapi pada zaman ini orang percaya yang hidup tidak bercacat dan tidak bercela akan teraniaya oleh orang-orang baik yang tidak mau meningkatkan hidup pada taraf kesucian seperti Tuhan. Banyak orang puas dengan standar hidup sebagai orang baik, menolak untuk sempurna, ini adalah tindakan yang sangat keliru.
Perintah Tuhan Yesus kepada umat umat perjanjian baru mengesahkan bahwa orang percaya haruslah sempurna sama seperti Bapa yang di sorga adalah sempurna.
Matius 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Perintah ini sejajar dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di kota Roma bahwa umat pilihan Tuhan ditentukan dari semula oleh Tuhan untuk menjadi serupa dan segambar dengan Tuhan Yesus.
Roma 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Dalam isi ayat ini menunjukkan bahwa umat pilihan Tuhan haruslah sempurna dan segambar dengan Tuhan Yesus dengan kata lain hidup orang percaya harus terus berusaha untuk hidup tidak bercacat cela dan selalu taat kepada kehendak Bapa di Sorga yaitu Tuhan Kita Yesus Kristus.

2 Petrus 3:10-11Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup

Amin

Sabtu, 23 April 2016

MEMPERCAYAI DAN MENANTIKAN JANJI TUHAN DENGAN SIKAP YANG BENAR


1 Petrus 5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

Hal janji Tuhan yang akan menghadirkan Kerajaan-Nya sulit untuk dapat dijelaskan dengan kata-kata, sekaya apa pun perbendaharaan kata yang ada.
Hari ini memang kita belum melihat, tetapi orang percaya harus berani percaya pada apa yang Tuhan katakan atau janjikan. Kalau tidak berani percaya, kebinasaan akan menimpa.
Sama seperti orang-orang zaman Nuh tidak akan menduga bahwa ia mengalami bencana yang begitu dahsyat. Sementara Nuh dan keluarganya tidak menduga betapa nyamannya bahtera hasil kerja keras mereka selama bertahun-tahun. Sebagai perbandingan dapat dilihat kisah Lot. Calon menantu Lot tidak akan menduga bumi mereka dijungkirbalikkan Tuhan dan api belerang membakar kota mereka. Mereka menolak ajakan Lot keluar kota Sodom, mereka menganggap apa yang dikatakan Lot adalah olok-olok atau canda (Kej. 19:14. Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya: “Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab TUHAN akan memusnahkan kota ini.” Tetapi ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja).
Di pihak lain, Lot keluar dari Sodom dan Gomora dan ia baru mengerti betapa beruntungnya keluar dari kota itu. Betapa beruntungnya hidup dalam keselamatan Tuhan karena memercayai Firman-Nya.

Gambaran yang jelas dapat ditemukan di Lukas 16:19-25. Peristiwa ini cermin dari kehidupan manusia. Banyak orang tidak sadar, betapa dahsyatnya kengerian api kekal, tetapi juga tidak menyadari betapa beruntungnya ada di pangkuan Abraham. Memercayai Tuhan juga berarti masuk ke dalam apa yang dijanjikan Tuhan di waktu mendatang. Masuk ke dalam apa yang Tuhan janjikan artinya mulai sekarang hidup diarahkan kepada kehidupan nanti. Inilah yang namanya berjalan dengan iman.
Air bah memang belum melanda bumi, tetapi keluarga Nuh sudah memasuki kehidupan yang Tuhan janjikan. Mereka sibuk membuat bahtera dengan mengorbankan segenap waktu dan hidup mereka. Jangkauan pandang ke depan mereka sangat kuat. Mereka meyakini adanya air bah itu dan satu-satunya penyelamatnya adalah mempercayai Tuhan dan taat melakukan Firman-Nya dimana Tuhan memerintahkan Nuh membuat bahtera sebagai media penyelamatan mereka untuk terbebas dari air bah.

Jangkauan pandang seperti keluarga Nuh itu juga ada pada kehidupan Abraham. Hal ini sungguh-sungguh sangat mengagumkan. Seluruh kehidupan Abraham adalah kehidupan untuk masa depan. Walaupun ia memiliki kesempatan kembali ke Urkasdim, tetapi ia tetap menjuruskan pandangannya ke negeri yang Tuhan janjikan. Bahkan ketika terjadi kelaparan di perjalanannya, ia lebih memilih ke Mesir daripada kembali ke Urkasdim. Ia pantang menoleh ke belakang. Inilah kehidupan yang Tuhan kehendaki. Inilah yang dimaksud Tuhan dengan “mengumpulkan harta di surga” (Mat. 6:19-24). Di bumi ngengat dan karat merusak, pencuri dapat mencuri serta membongkarnya. Harta surgawi kekal. Jangkauan pandang seperti ini yang harus juga kita miliki dan kita kenakan.

Dalam hal ini dapat ditemukan dua jenis manusia. Manusia yang hidup untuk hari ini dan manusia yang hidup untuk hari depan. Masa depan di sini bukan hanya masa depan hari tua seseorang, seperti yang dipahami oleh banyak orang. Tetapi masa depan di sini adalah masa depan di dunia yang akan datang.
1 Petrus 1:3-4 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,
untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

Sebenarnya yang sukar dan beratnya pelayanan pekerjaan Tuhan di tengah-tengah jemaat masa kini, yaitu bagaimana mengubah manusia hari ini menjadi manusia masa depan. Mengubah manusia duniawi menjadi manusia Kristus. Hendaknya kita tidak menjadi keras kepala seperti bangsa Israel yang menolak apa yang Tuhan katakan, bahwa di Kanaan mereka akan menjumpai tanah yang berlimpah susu dan madu. Bangsa Israel sudah terikat dengan Mesir. Sejajar dengan nasihat: Jangan meragukan bahwa di rumah Bapa banyak tempat tinggal.
Yohanes 14:1-3 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.

Bangsa Israel hanya melihat atmosfir Mesir, yang menurut mereka jauh lebih baik dari padang gurun. Tetapi mereka tidak memercayai tanah Kanaan yang permai di balik padang gurun. Banyak orang Kristen yang tidak memercayai kehidupan yang akan datang, yang tentu jauh lebih indah dari kehidupan hari ini. Hendaknya kita tidak takut harus memikul salib dan mengikut Yesus dengan setia, sebab penderitaan sekarang tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima nanti (Roma 8:18-25).

Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan sungguh sungguh tidak akan menggelar hidupnya dengan sembarangan, apalagi merusak tubuh/hidup dengan pergaulan yang tidak benar, justru ia akan menggelar seluruh kehidupannya dengan memuliakan Tuhan Yesus dengan mempersembahkan tubuhnya, segenap hidupnya untuk memuliakan Tuhan, setia menantikan kedatangan Tuhan dengan menjaga sikap hidup yang tidak bercacat cela, dan terus mengarahkan hidupnya hanya untuk memenuhi rencana dan kehendak Tuhan didalam hidupnya.

Wahyu 3:11 Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu.
Wahyu 3:21 Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.

Amin

"CARILAH TUHAN SELAMA IA BERKENAN DITEMUI"


Yesaya 55:6-7 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!
Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.

Tuhan menghendaki agar umat pilihan-Nya bukan hanya fanatik percaya kepada-Nya, tetapi menemukan-Nya, mengenali-Nya dan mengalami-Nya bahwa Dialah Allah yang benar, sehingga memiliki hubungan yang ideal sebagai kekasih, sahabat dan mempelai-Nya.

Hukum pertama dalam Dekalog yang berbunyi “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Ulangan 5:7) menunjukkan bahwa umat harus mengenali Dia, sehingga tidak perlu ada allah lain. Pernyataan Tuhan ini juga menunjukkan bahwa selain Dia tidak ada allah yang benar. Hanya ada satu Allah yang benar dan satu jalan untuk menemukan-Nya.

Memang, Tuhan seolah-olah menyembunyikan diri dan tidak secara terangterangan menunjukkan bahwa diri-Nyalah Allah yang benar. Ia membiarkan banyak orang mengalami berbagai pengalaman spiritual yang makin memantapkan keyakinan mereka terhadap allah mereka. Namun ini bukan berarti Tuhan tidak bisa dikenali. Ia menghendaki agar umat menemukan diri-Nya. Itulah sebab-Nya Ia berfirman, “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui” (Yesaya 55:6).

Perjalanan hidup kita harus merupakan perjalanan untuk mencari dan menemukan Tuhan, mengenali-Nya dan mengalami-Nya. Ini bukan masalah sederhana, oleh sebab itu Tuhan tidak boleh diperlakukan sebagai pelengkap belaka. Dia harus menjadi segalanya dalam hidup ini, artinya lebih berarti dan lebih mulia daripada segala hal dalam kehidupan ini. “Selama Ia berkenan ditemui” artinya ada waktunya Tuhan tidak bisa ditemukan lagi bagi mereka yang menganggap Tuhan bernilai rendah. Itulah yang dikatakan oleh Pengkhotbah, “… sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’” (Pkh. 12:1). Hari yang malang ini ialah saat-saat yang paling mengerikan dalam kenyataan kehidupan ini, yaitu ketika seseorang terpisah dari hadirat Tuhan selamanya.

Sebelum pintu anugrah-Nya tertutup rapat, marilah kita bertobat dan sungguh-sungguh mencari Tuhan. Marilah kita memikirkan Tuhan siang dan malam, merenungkan Firman-Nya, mengejar pengenalan akan Dia dan melakukan kehendak-Nya. Pasti kita akan dapat mengalami bahwa Dia adalah Allah yang benar. Sampai tingkat keyakinan tersebut, maka iman kita tidak akan digoyahkan oleh apa pun juga, dan kita telah menjadi sahabat dan kekasih-Nya. Tujuan kita ke gereja ialah berusaha mengenal Dia, dan gereja harus mengajarkannya.

Selama masih ada waktu Tuhan Yesus memperkenankan kita menemukan-Nya, marilah kita sungguh-sungguh mencari, mengenal lebih dekat Pribadi Agung Tuhan kita Yesus Kristus dan kehendak-Nya atas hidup kita.

Zefanya 2:3 Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN.

Amin

Jumat, 22 April 2016

TIDAK MENYADARI SEDANG MENYEMBAH IBLIS


1 Yohanes 2:16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

Yang paling mengerikan dalam hidup orang percaya adalah ketika ia tidak menyadari bahwa hidupnya sedang menyembah kepada iblis.
Iblis adalah oknum jahat yang sudah sangat berpengalaman dalam hal menyesatkan manusia untuk jatuh kedalam jeratnya dan ia adalah oknum jahat yang selalu berbuat ketidakbenaran. Iblis tahu kelemahan hidup manusia yang penuh dengan berbagai keinginan keinginan didalam hidupnya, khusus di zaman modern ini iblis membuat versi modern dalam menyembahnya sehingga manusia tidak sadar bahwa hidupnya sedang menyembah dia yaitu iblis.
Menyembah iblis versi modern ini adalah ketika seseorang merasa tidak lengkap hidup tanpa memiliki berbagai fasilitas yang ada untuk kebahagiaan diri dan “prestise” nya atau kebanggaan.
Orang-orang seperti ini telah terpengaruhi dan terbentuk oleh cara hidup yang diwariskan nenek moyang dan yang dilihat dari cara hidup manusia di sekitarnya. Tentu saja mereka tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Mereka mengumbar keinginan memiliki apa yang orang lain miliki tanpa mempersoalkan apakah hal itu demi kepentingan Tuhan atau kesenangan dan kebanggan pribadi.
Sebenarnya dalam hal ini mereka tidak dimiliki oleh Tuhan tetapi memiliki hidup mereka sendiri. Mereka sudah menjadi manusia konsumeristis dan duniawi. Inilah orang-orang yang sebenarnya menyembah iblis. Mereka menjadikan dirinya sahabat dunia, berarti memposisikan diri sebagai musuh Allah.
Yakobus 4:4 "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah".
Orang-orang Kristen seperti ini adalah orang-orang yang tidak setia, yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan seperti Esau.
Tetapi mereka tidak menyadari keadaan dan posisi mereka yang gawat tersebut.
Ibrani 12:16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.

Ironinya adalah dalam posisi tersebut mereka masih melanjutkan hidupnya dengan perasaan tanpa bersalah dan merasa masih setia kepada Tuhan, bahkan mereka merasa sebagai anak-anak Tuhan. Tidak jarang malah merasa sudah menjadi umat pemenang.

Sebenarnya Tuhan Yesus sudah mendapat pencobaan itu, yaitu dibujuk untuk mengingini dunia ini.
Lukas 4:5-7
(5)Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.
(6)Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.
(7)Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."
Tetapi Tuhan Yesus tegas menolak sebab manusia harus menyembah Allah artinya memberi nilai tinggi Tuhan dan melayani Dia yang dikalimatkan dengan kata “berbakti”. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang percaya haruslah dilakukan bagi kepentingan Tuhan.
Pengertian ini tertutupi oleh pengajaran keliru yang beredar di banyak gereja, sebab telah diajarkan di banyak gereja bahwa mengikuti Tuhan Yesus akan mendatangkan berkat Tuhan. Mereka berbicara mengenai berkat berkelimpahan secara jasmani, pemutusan kutuk kemiskinan dan berbagai janji berkat materi yang akan dikirimkan Tuhan dari bangsa-bangsa lain, padahal teks mengenai kekayaan bangsa-bangsa akan diberikan kepada umat pilihan adalah janji itu untuk orang Yahudi (Yesaya 60:5).
Umat pilihan yang dimaksud tersebut adalah orang Israel. Orang percaya harus mengerti dan menerima bahwa dunia akan berlalu atau lenyap dengan segala keinginannya tetapi orang yang melakukan kehendak Bapa akan hidup (1Yoh. 2:17).
Maksud “akan hidup” adalah hidup yang berkualitas tinggi di bumi dan nanti hidup dalam kemuliaan tiada tara di Kerajaan-Nya.

Jadi kita harus berpegang penuh dengan konsep hidup/prinsip hidup yang diajarkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus dimana Tuhan mengatakan "...engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Ini berarti segenap hidup kita haruslah kita arahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya, dalam hal ini seluruh wilayah hidup kita dari pekerjaan, bisnis, keluarga dll hanya diperuntukan untuk memenuhi kepentingan dan kehendak Tuhan didalam hidup kita yaitu orang orang yang percaya kepada-Nya.

Kolose 3:5-6 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].

Amin.

TANDA PIKIRAN YANG DIRASUKI IBLIS


Dalam Matius 10:1, dikisahkan Tuhan Yesus memberi kuasa kepada murid-murid untuk mengusir roh-roh jahat. Dalam teks aslinya kata roh-roh jahat terjemahan dari pneumaton akatharton, yang berarti roh najis (unclean spirit).
Roh-roh ini tentu saja adalah malaikat-malaikat yang memberontak kepada Allah karena hasutan Lusifer. Berkenaan dengan ini kita harus dapat membedakan antara iblis atau setan dengan roh-roh jahat.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia terdapat ketidak konsistenan penterjemahan, sehingga dapat membingungkan.
Iblis dan setan sama, inilah oknum Lusifer yang jatuh. Dalam Perjanjian Lama Alkitab bahasa Ibrani, kata ini diterjemahkan sawtawn. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan (satan) yang artinya the adversary (musuh atau lawan), the enemy of God and his people (musuh Allah dan umat-Nya).
Iblis atau setan adalah penghulunya. Iblis adalah oknum tunggal yang berani memberontak melawan Tuhan. Target orang percaya adalah mengalahkan oknum musuh ini dengan cara hidup dalam ketaatan penuh terhadap seluruh kehendak Tuhan kita Yesus Kristus.

Murid-murid diberi kuasa untuk mengusir roh-roh jahat, tetapi ironinya murid-murid tidak bisa menghalau pikiran yang salah yang bertengger dalam diri mereka (Mat. 16:21-23),(Markus 8:33).
Harus hati-hati, hal ini bisa menjadi jebakan bagi para hamba-hamba Tuhan. Mereka bisa mengusir roh-roh jahat (dimonio), tetapi bisa saja mereka tidak bisa menghalau pikiran setan di dalam diri mereka sehingga mereka tidak dikenal oleh Tuhan (Mat. 7:21-23).
Dalam hal ini banyak orang Kristen merasa sudah mengalahkan roh jahat pada hal sebenarnya pikirannya belum memiliki pikiran dan perasaan Kristus, sehingga dengan mudah iblis menyesatkan manusia dengan cara  seseorang tidak menyadari iblis bisa membisikkan sesuatu ke pikirannya yang tidak pernah ia sadari yang membuat ia melenceng dari rencana Allah untuk hidupnya.

Markus 8:33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Dalam Perjanjian Baru ditunjukkan bahwa beberapa kali murid-murid Tuhan Yesus pikirannya dirasuki oleh setan atau iblis. Pertama, Petrus dirasuki iblis ketika mencoba menghambat perjalanan Tuhan Yesus ke Yerusalem untuk mati di kayu salib. Petrus dihardik oleh Tuhan Yesus dalam ayat di atas.
Kedua, Yudas Iskariot, ketika ia menyerahkan Tuhan Yesus kepada imam-imam dan tua-tua Israel hanya demi 30 keping perak (Yoh. 13:27). Manifestasi pikiran yang rasuki oleh setan dalam diri mereka tidak tampak sama sekali oleh orang lain bahkan diri sendiri. Inilah strategi iblis untuk menjatuhkan manusia yang dimana banyak orang tidak menyadarinya.
Bagaimana kita tahu bahwa pikiran kita atau diri kita telah dirasuki iblis? Dari pernyataan Tuhan Yesus di dalam Markus 8:33 dapatlah ditangkap kebenaran bahwa seorang yang pikirannya sedang dirasuki setan adalah orang-orang yang memikirkan apa yang tidak dipikirkan oleh Allah. Kalau demikian, bisakah orang percaya pikirannya dirasuki setan? Jawabnya: ya.

Satu hal yang harus diwaspadai adalah pikiran-pikiran yang tidak sesuai dengan kebenaran Tuhan, pikiran yang tidak dikuasai dan dipenuhi oleh Firman Tuhan,  olehnya iblis mulai sedikit demi sedikit menguasai kehidupan seseorang secara bertahap. Sampai di tingkat tertentu, orang tidak sanggup lagi mengerti kebenaran Firman Tuhan dan tidak menganggap Firman Tuhan adalah hal penting lagi didalam hidup ini dan melainkan digantikan pencapaian cita cita keberhasilan hidup dan kehormatan yang menjadi fokus utamanya, pikirannya diarahkan iblis untuk melupakan Firman dan mengarahkannya kepada keindahan dunia ini. Tanpa disadari ia sedang menuju kegelapan abadi. Itulah kenyataannya, bisa ditemukan orang-orang yang kelihatannya baik, tetapi sebenarnya sedang meluncur menuju kegelapan abadi tanpa bisa dicegah lagi. Mereka kelihatan baik dan normal di mata manusia, tetapi sebenarnya ia sedang di setir oleh iblis kearah hidup yang materialistis, egois dan masih mengharapkan kehormatan dari manusia. Mari kita mengenyahkan iblis dari kehidupan kita dengan belajar untuk selalu mengenakan pikiran dan perasaan Kristus, yaitu pikiran dan perasaan Allah sendiri.

Filipi 2:5 "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus".

Demikian juga adam dan hawa yang telah jatuh karena tipu daya iblis yang berhasil memberikan pengertian yang salah didalam pikiran mereka, hawa yang harusnya bisa memilih taat kepada yang Tuhan perintahkan untuk tidak memakan buah pengetahuan baik dan jahat namun ia lebih memilih untuk mencoba melakukan apa yang sudah iblis katakan dalam rupa ular, yang tidak lain adalah oknum jahat yang telah memberikan pengertian yang salah terhadap kehendak Allah yang benar (Kejadian 3:1-7).
Iblis membunuh orang percaya dengan menggunakan/memasukan pengertian yang salah mengenai kehendak Allah didalam hidupnya.
Jadi satu-satunya jalan supaya kita terhindar dari pikiran yang salah atau pikiran dari iblis maka kita harus sadar bahwa harta sesungguhnya yang menjadi harta satu-satunya dalam hidup kita sebagai orang percaya  adalah Tuhan Yesus sendiri.
Menjadikan Tuhan Yesus sebagai harta yang kekal satu-satunya yang tak ternilai dalam hidup kita, dengan demikian kita tidak akan jatuh akibat tawaran apapun dari iblis lewat pikiran kita.
Kalau kita diberkati secara jasmani dan memperoleh segala keberhasilan di dunia pun semuanya harus kita jadikan alat bagi kemuliaan Tuhan, bukan sarana membangun keangkuhan hidup.

Dengan berprinsip bahwa harta kita satu-satunya adalah Tuhan Yesus sendiri yang sudah memeteraikan Roh Kudus ke dalam setiap diri orang percaya, maka kita akan menjadi pribadi pribadi yang akan ingin selalu rindu mengenakan pikiran dan perasaaan Kristus dan kehendak-Nya atas hidup kita sehingga kita tidak akan jatuh akibat tawaran apapun dari iblis lewat pikiran kita.

2 Timotius 1:14 Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.

Amin.

Kamis, 21 April 2016

MENGASIHI TUHAN BUKAN KARENA KEADAAN


Yohanes 14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."

Lebih mudah meninggalkan keindahan dunia karena dipaksa keadaan untuk harus meninggalkannya, yaitu berhubung sudah lanjut usia atau karena suatu penyakit atau kecelakaan parah yang mematikan.
Meninggalkan keindahan dunia di sini maksudnya adalah rela mempersembahkan segenap hidupnya bagi kemuliaan Tuhan.
Ketika kondisi fisik sudah tidak memungkinkan lagi untuk meraih dan menikmati dunia, maka hanya sikap pasrah untuk menerima saja keadaan yang ada. Tetapi betapa sulitnya kalau harus meninggalkan dunia sementara masih memiliki kesempatan untuk meraih dan menikmati dunia seperti manusia pada umumnya.
Ada orang-orang yang karena suatu keadaan dan divonis akan meninggal dunia, dengan bangganya ia dapat berkata bahwa ia sudah rela meninggalkan kesenangan dunia ini. Ia dapat mengatakan hal itu karena sudah dalam kondisi tidak berdaya sama sekali.
Waktu ketika ia masih sehat ia tidak sepenuhnya memilih Tuhan artinya tidak mau sepenuhnya melakukan kehendak Tuhan. Dengan menyatakan demikian ia kira bisa menipu Tuhan. Ia mau berlaku licik dan curang. Biasanya kalau orang-orang seperti ini memiliki harta ia tidak akan menyerahkan hartanya bagi pekerjaan Tuhan tetapi mewariskan kepada anak cucu dan keturunannya, pada hal mereka sudah memiliki bagian sendiri dari Tuhan yang harus diperjuangkan untuk diraih. Seandainya ia masih memiliki kesempatan untuk meraih dan menikmati dunia ia belum tentu akan berkata demikian. Kerelaan seperti itu bukanlah kerelaan yang murni dan berkualitas.

Dalam kondisi fisik yang sudah tidak ada artinya ini, bukan saja bagi orang lain juga bagi diri sendiri, ia hanya bisa ke gereja menyanyi lagu rohani dan berdoa. Ia merasa sudah dapat memenuhi kewajibannya sebagai umat pilihan. Ia berpikir sudah dapat mengakhiri hidupnya dengan “cantik” di hadapan Tuhan. Seharusnya mengasihi Tuhan justru pada saat ketika seseorang memiliki kesempatan untuk meraih dunia bagi diri sendiri, yaitu ketika fisiknya masih kuat. Ia bisa meraih dunia bagi dirinya sendiri tetapi ia tidak melakukan untuk memilih dunia tersebut namun ia memilih mempersembahkan segenap hidupnya bagi Tuhan, mempersembahkan  talentanya, pekerjaannya, seluruh kemampuannya untuk memuliakan Tuhan sepenuhnya. Ini berarti ia memilih Tuhan. Kalau seseorang masih muda dan berencana memilih Tuhan pada saat ia nanti sudah mencapai masuk usia senja tentu ia sudah berencana ingin menipu Tuhan, berlaku licik dan ketahuilah Tuhan sudah mengetahui maksud hati setiap manusia yang tidak murni dihadapan-Nya Yeremia 17:10 "Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."
Kalau sebagai orang Kristen tidak sejak dini serius merubah diri, maka mereka sebenarnya tidak berniat untuk memilih Tuhan didalam hidupnya, orang seperti ini tentu tidak mengerti kebenaran secara utuh. Sebelum terlambat, dimana hati belum mengeras, juga selagi masih ada kesempatan, setiap orang percaya harus bertobat dengan sungguh-sungguh dan memberikan hidupnya untuk diubah terus menerus dan tentu saja hidup yang menunjukan mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akalbudi dan dengan segenap kekuatannya.

Pengkhotbah 12:1 Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!",

Tunjukkan sikap mengasihi kepada Tuhan ketika kita diijinkan Tuhan masih memiliki kapasitas kemampuan fisik yang prima dalam hidup kita dan bukan setelah tidak berdaya apa-apa.

Matius 5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

Amin.

HIDUP YANG MEMILIH TUHAN


Mazmur 90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

TUHAN YESUS telah sudi memilih kita sebagai anak kerajaan-Nya, tentu kitapun harus memberikan respon panggilan Tuhan yang menginginkan kita untuk mempersembahkan segenap hidup kita untuk tunduk kepada seluruh kehendak-Nya, inilah tanda respon kita yang juga ingin memilih Tuhan sebagai harta satu satunya didalam dunia ini.
Tetapi fakta yang sering kita lihat isi pilihan orang percaya hari hari ini masih menjatuhkan pilihan utamanya kepada kesenangan hidup yang berasal dari dunia ini biasanya menyangkut hal-hal ini, antara lain: bidang studi, pekerjaan atau profesi, jodoh, tempat domisili dan banyak lagi. Pada umumnya hari-hari dan tahun-tahun hidup manusia dihabiskan hanya untuk pilihan-pilihan tersebut. Mereka memandang bahwa pilihan-pilihan tersebut yang menentukan kualitas hidup dan kebahagiaannya. Sampai usia semakin lanjut, jumlah pilihan semakin surut, sampai pada akhirnya sebenarnya tidak ada pilihan lain selain tiga hal ini, yaitu masalah atau kesulitan hidup, sakit penyakit dan kematian.
Dan manusia tidak dapat menghindarkan diri dari tiga hal tersebut. Inilah realitas hidup manusia selama bumi masih ada.

Jika seseorang semakin tua namun jumlah pilihan keingingan keinginan untuk mencari kesenangan hidup semakin banyak atau tetap jumlahnya sama seperti ketika masih muda, menunjukkan bahwa ia telah terikat dengan dunia dan sedang menghadapi penghukuman di kekekalan. Hatinya pasti tidak terarah kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Hatinya sudah terarah dan terikat dengan dunia dengan segala kesenangannya. Betapa mengerikan.

Seharusnya sejak dini atau usia muda seseorang sudah mengerti pilihan yang harus dipilihnya, yang kepadahal tersebut fokus hidup diarahkan. Pilihan yang terbaik adalah hidup dalam kepercayaan yang benar kepada Tuhan. Tentu saja kepercayaan yang benar kepada Tuhan harus dimengerti dengan benar. Pengertian yang benar mengenai hidup dalam kepercayaan atau iman dapat diperoleh melalui kebenaran Alkitab yang dieksplorasi dengan tepat dan pengalaman hidup nyata dengan Tuhan setiap hari. Oleh sebab itu, memilih menjadi orang Kristen bukan berarti sudah memilih Tuhan atau beriman dengan benar. Memilih beragama Kristen dan memilih Tuhan sebagai pilihan adalah sesuatu yang sangat berbeda. Kalau seseorang sudah menjadi Kristen sejak kecil berarti tidak pernah memiliki pilihan, tetapi secara otomatis menjadi Kristen. Hal ini sama dengan orang yang masuk agama Kristen hanya karena terbawa pasangan hidup atau sekadar ikut-ikutan. Pada umumnya orang-orang Kristen sejak kecil merasa sudah memilih Tuhan, padahal ia hanya menjadi Kristen secara otomatis tetapi tidak pernah memilih Tuhan.

Memilih Tuhan sama dengan hidup dalam kepercayaan yang benar atau hidup beriman secara benar. Ini tidaklah cukup hanya beragama (dalam hal ini beragama Kristen) dan melakukan segala syariat atau hukum-hukum moral agama, sembahyang atau berdoa dan pergi ke gereja. Biasanya semua kegiatan tersebut diyakini sebagai telah dapat mewakili kehendak Allah. Jika pengertian orang Kristen dalam hidup beriman sekadar demikian, maka berarti ia sudah keliru dan tidak akan pernah mengalami Tuhan sebagaimana seharusnya. Demikianlah faktanya banyak orang Kristen yang sebenarnya belum menemukan bagaimana hidup dalam iman yang benar. Hari hari ini, banyak orang Kristen hanya berlabuh di kehidupan Kristen yang palsu dan semu. Yakobus mengatakan kalau iman hanya ditunjukkan dengan percaya bahwa Allah itu esa, maka hal itu tidak berbeda dengan roh-roh jahat (daimonia), bahkan mereka gemetar. Mengapa mereka gemetar? Sebab roh-roh jahat telah mengalami betapa dahsyatnya Allah itu.
Yakobus 2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.

Ketika kita memandang/melihat kearah langit dan bumi serta benda benda langit yang ada, hal ini sudah mencerikan bahwa Tuhan yang telah membuat itu semua. Sudah selayaknya orang percaya harusnya mengalami sikap yang gemetar kepada Tuhan, tetapi tentu dengan versi gemetar yang berbeda. Gemetar yang benar adalah gemetar karena mengasihi dan menghormati Allah, hal ini sama dengan takut yang kudus. Kegentaran seperti itu adalah kegentaran yang dapat membangkitkan sikap hormat kepada Tuhan sepantasnya dan kerelaan mematuhi kehendak Tuhan tanpa batas. Hal ini tidak bisa terjadi atau berlangsung secara otomatis. Hal ini harus menjadi pilihan dan selalu diperjuangkan, sehingga kehidupan yang mematuhi dan menghormati Tuhan menjadi irama hidup permanen sampai kekekalan.

Jadi hidup untuk memilih Tuhan harus dilakukan sejak dini, kita harus tersadar bahwa hanya Tuhanlah tempat kita bersandar satu satunya dan hanya Ia yang mampu membuat kita menjadi tenang dan penuh dengan damai sejahtera.
Hidup yang memilih Tuhan adalah hidup selalu menyenangkan hati Tuhan setiap saat. Orang yang hidupnya tidak menyenangkan hati Tuhan setiap saat adalah orang yang tidak memilih Tuhan. Ia memilih dirinya sendiri dan memilih dunia ini.
Orang yang ingin menyenangkan hati Tuhan adalah orang yang selalu ingin hidup didalam kepercayaan yang benar atau hidup beriman secara benar dengan menjaga kesucian hidup dengan sikap takut dan gentar yang selalu menghormati Tuhan yang maha hadir dan menempatkan Tuhan ditempat sepantasnya dan kerelaan mematuhi kehendak Tuhan tanpa batas didalam seluruh wilayah hidupnya.

Yohanes 14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."

Amin