Sabtu, 30 September 2017

MEMPERLAKUKAN ALLAH SEBAGAI PRIBADI YANG HIDUP


Zefanya 2:1-3
1 Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh,
2 sebelum kamu dihalau seperti sekam yang tertiup, sebelum datang ke atasmu murka TUHAN yang bernyala-nyala itu, sebelum datang ke atasmu hari kemurkaan TUHAN.
3 Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN.

"Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh, sebelum kamu dihalau seperti sekam yang tertiup, sebelum datang ke atasmu murka TUHAN yang bernyala-nyala itu, sebelum datang ke atasmu hari kemurkaan TUHAN". Demikianlah seruan Sang Nabi kepada penduduk Yerusalem. "Acuh tak acuh" berarti tidak menaruh perhatian atau tidak mau tahu. Mereka tidak memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup. Inilah masalah dosa umat pilihan sampai zaman ini. Penduduk Yerusalem cuek terhadap semua nasihat, seruan, kritikan para nabi.
Mereka menganggap sepi nasihat para nabi. Padahal para nabi itu tidak memberikan seruan nasihat atas inisiatif sendiri, melainkan diperintah oleh Allah. Itu berarti mereka juga telah menganggap remeh Allah, yang telah mengutus para nabi itu. Padahal bangsa Israel adalah umat kepunyaan Allah, namun sikap yang dimunculkan adalah sikap yang acuh tak acuh atau tidak memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup.
Padahal, semua nasihat yang ada merupakan bukti kasih sayang Allah terhadap umat-Nya, seperti kasih orangtua kepada anaknya. Ketika anaknya berbuat nakal, tentu orangtua akan menegurnya.
Mengapa? Karena anak itu adalah anaknya sendiri. Itu sudah merupakan kewajiban moral orangtua untuk mengajar, mendidik anak-anaknya agar memiliki sikap yang benar dalam seluruh perilakunya.

Karena itulah, Zefanya menasihati umat untuk mencari Tuhan, mencari keadilan, dan mencari kerendahan hati.
Kata "keadilan" dalam teks aslinya adalah : צדק (tsedeq) yang berarti righteousness (kebenaran).
Tuhan menghendaki umat Israel dengan penuh kerendahan hati mencari Tuhan, mencari kebenaran-Nya yang harus dikenakan, mentaati hukum-Nya, dan hidup dalam penghormatan kepada Allah secara penuh yang dibuktikan dalam ketaatan mereka sebagai bangsa umat pilihan Allah.
Mencari merupakan bentuk kepedulian dan menghormati Allah yang hidup.
Dan kepedulian merupakan kebalikan dari sikap "acuh tak acuh".
Mencari Tuhan berarti berbalik kepada Tuhan, bertobat, dan menghargai Tuhan.
Sebab Tuhan telah menghargai umat-Nya.
Nasihat meski bernada teguran merupakan bentuk penghargaan Tuhan kepada umat-Nya. Karena menghargai umat, maka Tuhan menegur. Sang Nabi mengajak umat untuk menghargai Tuhan.
Caranya dengan menaati kehendak Tuhan dengan melakukan kebenaran-Nya, Untuk itu diperlukan sikap rendah hati.
Mencari Tuhan berarti menganggap Tuhan lebih tinggi, dan menempatkan diri kita dalam posisi lebih rendah. Itu jugalah yang meski kita lakukan selaku umat percaya masa kini.

Seperti yang terjadi zaman Zefanya sejajar dengan zaman sekarang ini, bertapa sukarnya memercayai eksistensi Allah di dunia modern sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh karena manusia telah hanyut dengan pengaruh dunia sekitar dengan segala filsafat nihilisme.
Mereka hanya mengangap Allah hanya hadir disaat diruang Ibadah dan di waktu pertemuan doa-doa khusus.
Mereka bebas melakukan hal yang mereka sukai tanpa mempertimbangkan perasaan Allah.
Mereka tidak mempertimbangkan apakah yang mereka lakukan menyenangkan hati Allah atau melukai-Nya.
Keyakinan akan Allah tidak cukup sebuah pengakuan bibir saja. Pengakuan ini haruslah diekspresikan secara konkret dalam kehidupan. Dalam hal ini Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Perbuatan seseoranglah yang menghidupi imannya. Seharusnya orang yang percaya kepada Tuhan merealisasikan kepercayaannya semakin jelas dalam perilakunya secara konkret. Tetapi pada kenyataannya, seringkali kita tidak memperlakukan Tuhan sebagai Pribadi yang hidup. Dari mulut bisa saja seseorang mengaku percaya adanya Tuhan, tetapi dalam hidup dan kelakuan sehari- hari tidak menunjukkan bahwa ia mengakui adanya Tuhan. Inilah yang disebut ateis praktis.
Mereka adalah kelompok orang yang tidak menganggap Allah sebagai Pribadi yang patut dihormati. Hal ini terlihat ketika mereka bersikap tidak peduli, acuh tak acuh terhadap perasaan Tuhan dalam mengambil setiap tindakan.
Dalam hal apa dan bagaimana seseorang tidak memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup? Dalam hal ketika mereka hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mereka tidak memedulikan perasaan Tuhan.
Selain itu, mereka merasa khawatir, takut, cemas dalam menghadapi segala persoalan hidup. Sebab kekhawatiran, ketakutan, kecemasan adalah bahasa orang yang tidak percaya. Seolah-olah Tuhan tidak ada atau kalau percaya Allah itu ada mereka menilai bahwa Allah hadir hanya diwaktu-waktu atau situasi tertentu.
Kalau seseorang menganggap Allah tidak mau tahu dengan kesulitannya, maka sebagai akibatnya seringkali ia lebih bersandar dan bergantung kepada obyek lain dan mulai membelakangi Tuhan. Seseorang dikatakan membelakangi Tuhan adalah ketika ia dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan, tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Sebagai orang percaya kita harus percaya bahwa kuasa Tuhan tetap nyata dan tidak terbatas. Tidak ada perkara yang mustahil bagi-Nya.
Ia adalah Allah yang tidak berubah, dahulu sekarang sampai selama-lamanya. Namun demikian perlu ditambahkan di sini bahwa melibatkan Tuhan bukan berarti mengurangi tanggung jawab dan kerja keras kita, kita harus tetap melakukan tanggung jawab kita melakukan bagian yang Allah percayakan kepada kita.
Oleh sebab itu segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Tuhan dan harus dipergunakan untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.

Apa yang pernah Allah lakukan dalam sejarah dan sebagian ditulis oleh Alkitab juga Allah kerjakan pada zaman kita di abad komputer ini. Ini berarti manusia modern bisa mengalami Allah secara riil. Ia tidak berubah. Dia adalah Penguasa yang tidak kelihatan yang menentukan segala sesuatu. Pemerintahan dan kuasa-Nya tidak terbatas, di bumi dan di surga. Dia adalah Allah yang hidup, nyata, riil dan yang telah ada dari kekal sampai kepada kekekalan. Dia adalah sahabat yang dapat dan mau dimintai pertimbangan.
Ia adalah Pribadi yang berperasaan. Itulah sebabnya kita harus menjaga dan menghormati perasaan-Nya. Kita harus memperlakukan Allah sebagai pribadi yang hidup.
Dia juga adalah Bapa yang dapat dan mau mencukupi kebutuhan anak-anak-Nya, menghibur, menguatkan, menyembuhkan. Dia adalah pemelihara sempurna, Juru Selamat atas setiap pergumulan hidup ini. Oleh sebab itu harus ditegaskan bahwa hendaknya kita memperlakukan Dia sebagai Allah yang hidup. Orang yang memperlakukan Allah sebagai Allah yang hidup, pasti berusaha untuk bisa melayani Dia dengan segala kekuatan dan kekayaan serta potensi yang ada padanya, tanpa batas.
Ia menyadari segala tindakannya menimbulkan reaksi perasaan Allah sehingga ia selalu memilih tindakan-tindakan yang menyenangkan hati-Nya, berkenan dan sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya.
Orang-orang seperti ini tidak mungkin tidak ekstrim terhadap Tuhan, kerinduannya hanyalah menyenangkan hati Tuhan, melakukan kehendak-Nya dan menyelesaikannya dengan sempurna.

Amin.

Kamis, 28 September 2017

KEBUTUHAN BERSENTUHAN DENGAN TUHAN


Filipi 3:10  Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

Buah dari kehidupan seseorang yang selalu bersentuhan dengan Tuhan dapat dirasakan ketika segala sesuatu yang ia lakukan selalu dalam kebersamaan dengan Tuhan dan ditujukan bagi kemuliaan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus, selayaknyalah kita untuk selalu bersentuhan dengan Tuhan guna mengenal Tuhan dengan benar dan mengerti akan kehendak-Nya untuk dilakukan.
Bersentuhan dengan Tuhan setiap waktu adalah momen waktu yang luar biasa, sangat berharga dan mahal.
Seorang yang selalu rindu bersentuhan dengan Tuhan untuk berdialog dengan-Nya akan merasakan “sentuhan” pribadi-Nya.
Dialog ini adalah perjumpaan dua pribadi. 
Pribadi yang Agung Tuhan kita Yesus Kristus yang Maha Hadir harus dirasakan secara khusus dan istimewa dalam kehidupan kita secara pribadi.
Dialog tersebut akan membuat keterikatan dua pribadi. Sehingga suatu hari nanti kalau menutup mata ia menyadari bahwa dirinya tidak sendirian, ia tidak terlihat dan merasa canggung bertemu dan berdiri dihadapan Allah secara langsung sebab ia sudah mengenal sosok atau pribadi Allah yang semasa ia hidup ia selalu bergaul karib dengan-Nya.

Nyayian puji-pujian Daud yang tertuang didalam 1 Tawarikh 16:11 Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! menunjuk pribadi Daud yang selalu rindu bersentuhan dengan Tuhan yang membuat Tuhan mau bergaul karib dengan Daud.
Bersentuhan dengan Tuhan secara pribadi akan membangun pengenalan akan Allah. Hal ini sangat bersifat pribadi, subyektif dan tidak ada cara untuk dapat menjelaskan hal ini.
Seseorang harus mengalaminya sendiri. Pengalaman ini bisa dikatakan sebagai pengalaman yang adikodrati (di luar kodrat biasa), supranatural (melampaui yang natural atau biasa), melampaui akal pikiran biasa dan melampaui pengalaman yang sudah ada.
Seseorang yang benar-benar selalu merindukan bersentuhan dengan pribadi Tuhan setiap waktu, maka barulah disebut sebagai benar-bernar ia menemukan Tuhan didalam hidupnya.

Seseorang yang menemukan Tuhan dengan benar bisa kita lihat salah satunya seperti rasul Paulus, hidupnya pasti akan berubah secara radikal dan luar biasa. Alkitab menggambarkan seperti seseorang yang menemukan harta yang terpendam dan mutiara yang sangat berharga. Ia rela kehilangan segala sesuatu demi harta kekayaan dan mutiara yang indah tersebut (Matius 13:44-45). Menemukan Tuhan seperti menemukan harta yang tak ternilai harganya.
Ciri dari orang yang telah menemukan Tuhan akan rela barter (meninggalkan cara hidup manusia lamanya) demi supaya dapat memperoleh Kristus secara penuh (Filipi 3:7-9).
Selanjutnya ia akan berusaha menanggulangi dosa dan kelemahan karakternya dengan sangat serius, mulai menjadi pribadi yang berdampak bagi keluarga, di pekerjaan, bisnis, dimasyarakat sekitarnya agar kemuliaan Kristus dapat dikenal melalui hidupnya yang memancarkan pesona karakter Kristus yang kuat.
Ia menjadi tidak duniawi, ia akan semakin giat dalam pekerjaan Tuhan baik di keluarga, di pekerjaan, bisnis dan pelayanan, pikirannya selalu tertuju terhadap perkara-perkara diatas dan bukan dibumi, artinya semua yang ia lakukan didalam seluruh aspek kehidupannya hanya semata-mata menjalankan kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Ia akan berusaha melakukan kehendak dan rencana Tuhan dengan pengorbanan segenap hidup untuk Tuhan.
Hal inilah yang disebut sebagai haus dan lapar akan kebenaran.

Bersentuhan dengan Tuhan secara langsung setiap hari akan membentuk kita menjadi pribadi yang ingin berusaha tahu bagaimana penilaian Tuhan terhadap diri kita, apakah kita memuaskan Dia atau tidak.
Ini sangat penting untuk dilakukan sebab ketika Tuhan Yesus mengeluarkan kalimat bahwa “Aku tidak pernah mengenal kamu” sebenarnya berarti Tuhan tidak dapat menikmati hidupnya.
Kata "mengenal" dalam Matius 7:23 adalah GINOSKO artinya merasakan/menikmati.
Mengapa mereka tidak dapat dinikmati oleh Tuhan? Sebab mereka melakukan kehendaknya sendiri, dan bukan kehendak Bapa.
Dengan demikian kalimat “Aku tidak pernah mengenal kamu” artinya bahwa Tuhan tidak menikmati isi kegiatan kehidupan orang tersebut.
Orang tersebut tidak menyukakan hati Tuhan.

Untuk itu, usaha kita hari ini adalah mencari kehendak Tuhan dan melakukannya.
Olehnya untuk hal ini kita perlu selalu bersentuhan dengan Tuhan Yesus setiap saat sehingga setiap kegiatan diseluruh hidup kita bisa dinikmati dan menyenangkan hati-Nya dan kita semakin mengerti akan kehendak-Nya untuk kita lakukan dimanapun kaki kita akan melangkah.
Dengan demikian Kebutuhan hidup kita satu-satunya adalah selalu bersentuhan dengan Tuhan, mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya".



Amin.

Rabu, 27 September 2017

PERTANDINGAN IMAN "SETIA SAMPAI AKHIR"



2 Timotius 4:7-8
7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Hidup orang percaya didalam dunia ini adalah pembuktian apakah ia bisa disebut sebagai anak-anak kerajaan yang setia melakukan kehendak Bapa di sorga atau disebut sebagai anak-anak iblis yang melakukan kehendak dosa yang didalamnya ada kehendak diri sendiri, menuruti daging dan serupa dengan dunia yang semakin jahat.

Di dalam 2 Timotius 4:7-8, Rasul Paulus memberi teladan kepada kita.
Pertama, ia mengatakan bahwa ia telah mengakhiri pertandingan dengan baik.
Maksudnya, ia telah menang dalam perjuangannya melawan iblis, dunia, dosa, dan kedagingan.
Kedua, ia telah mencapai garis akhir.
Ia telah mencapai tujuan akhir dalam maraton hidup, menjalankan kehendak Tuhan dengan taat dan setia sampai akhir. Kekristenan bukanlah lari sprint (jarak pendek), melainkan maraton yang membutuhkan stamina yang sangat tinggi, latihan yang sangat berat, dan kegigihan yang luar biasa artinya setiap orang percaya harus melakukan perjuangan yang serius mengenal Tuhan dan kehendak-Nya untuk dilakukan setiap saat.
Ketiga, Paulus telah memelihara iman.
Walau dalam penderitaan sekalipun, Paulus tetap setia memberitakan Injil dan merefleksikan imannya dengan memiliki prinsip hidup sama seperti Majikan Agungnya yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya apapun resikonya.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita diikutsertakan-Nya dalam pertandingan yang wajib bagi kita (Ibrani 12:1). Dan Tuhan Yesus mengikutsertakan kita ke dalam pertandingan ini bukan hanya untuk memulainya, tetapi yang terpenting, untuk mengakhirinya dengan baik dan didapati berkenan dihadapan-Nya.
Sebagai hadiahnya, Tuhan telah menyediakan mahkota kebenaran (2 Timotius 4:8).
Dan itu bukan hanya untuk Paulus, melainkan untuk kita juga, asalkan kita hidup berpadanan dengan Injil-Nya, merindukan kedatangan Tuhan, yang dibuktikan dengan mengikuti cara hidup yang Tuhan Yesus ajarkan dan melalui para Rasul-Nya.
Para Rasul beserta murid-murid lainnya dengan gigih dan pantang menyerah terus berlari hingga mereka mengakhiri pertandingan dengan baik, mencapai garis akhir dan memelihara iman.
Dalam tulisan Rasul Paulus didalam 1Korintus 9:24 menunjukkan bahwa orang percaya ibarat seorang atlit lari yang sedang berlomba di gelanggang lari.
Seorang atlit yang sedang berlomba harus menyadari bahwa ia bukan seorang penonton. Ia sedang dalam perjuangan berkompetisi di gelanggang pertandingan. Adapun sebagai anak-anak Tuhan, sebenarnya kita juga sedang ada dalam pertandingan.

Dalam pertandingan tersebut kita menghadapi tiga halangan yang dapat menggagalkan kita untuk sampai ke garis finish :

Halangan pertama adalah iblis.
Iblis melalui berbagai sarana selalu membujuk agar orang percaya melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya Petrus mengingatkan agar orang percaya sadar dan berjaga-jaga menghadapi Iblis.
1 Petrus 5:8-9
8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.
Oleh sebab itu kita tidak boleh menganggap iblis itu lemah atau sudah kalah. Sungguh sangat berbahaya kalau kita meremehkan iblis. Kekalahan dalam suatu peperangan adalah kalau menganggap musuh lemah.
Iblis bukan musuh yang lemah, ia adalah musuh yang licik dan berbahaya.
Harus disadari bahwa setiap hari kita diperhadapkan pada musuh ini. Bujukan Iblis membuat kita sering mengambil keputusan dan pilihan yang tidak tepat serta perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Kalau jujur, sering kita kalah dengan tidak menuruti kehendak Tuhan tetapi kehendak diri sendiri yang sangat dipengaruhi dunia sekitar kita. Banyak keputusan yang kita ambil tidak berdasarkan pimpinan Roh Kudus tetapi keinginan dan hikmat manusia.

Halangan kedua adalah dunia.
1 Yohanes 2:15-16
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Pengaruh dunia dimana kita hidup ini sungguh-sungguh sangat jahat.
Tanpa kita sadari cara hidup kita sering menjadi sama dengan cara hidup orang-orang yang bukan umat pilihan.
Padahal, standar hidup yang seharusnya dikenakan oleh anak-anak Tuhan adalah standar hidup yang berbeda dengan anak-anak dunia yang akan binasa.
Itulah sebabnya Tuhan berfirman agar kita tidak serupa dengan dunia ini.
(Roma 12:2  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna).
Orang-orang yang hidupnya serupa dengan dunia ini adalah orang-orang yang pasti tidak mengerti kehendak Tuhan. Hidupnya menyimpang dari fokus hidup yang benar. Ini berarti sebuah penyimpangan yang menuju maut dan binasa.
Jadi, orang yang tidak hidup dalam fokus yang benar adalah orang yang hidup dalam dosa karena melanggar apa  yang menjadi kehendak Tuhan.
Fokus hidup benar ini adalah pertandingan hidup yang didalamnya orang percaya melakukan perjuangan iman untuk melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan setia sampai akhir menutup mata.

Halangan ketiga adalah keinginan daging. Keinginan daging atau kedagingan kita sendiri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Memang diri kita sendiri tidak bisa dikatakan sebagai musuh, tetapi kedagingan kita sendiri harus disadari sebagai ancaman yang membahayakan. Mengapa demikian? Sebab diri kita sering memiliki keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Keinginan-keinginan kita yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, bila dituruti, akan membawa kita makin jauh dari ketepatan yang Tuhan kehendaki.
Itulah sebabnya Tuhan menghendaki agar kita menyangkal diri, artinya kita berusaha agar tidak hanyut menuruti keinginan nafsu diri sendiri.
(Lukas 9:23  Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku).
Pergumulan hidup mengiring Tuhan adalah pergumulan untuk mematikan kehendak diri sendiri, lalu menyalin keinginan Tuhan untuk dilakukan, menyerahkan kedaulatan hidup kita kepada pengaturan Tuhan adalah kehendak Tuhan yang menjadi hal utama yang harus dilakukan (Matius 6:10), ini berarti kehendak diri menjadi harus searah dan selaras dengan kemauan dan kesenangannya Tuhan dan tidak boleh meleset dengan yang diingini oleh Tuhan.
Pergumulan untuk mencapai ketepatan ini adalah pergumulan seumur hidup yang tidak boleh berhenti. Semakin kita setia melakukan kehendak Tuhan maka semakin tepatlah pilihan-pilihan, keputusan-keputusan dan tindakan kita.

Menghadapi tiga halangan tersebut kita harus sangat serius mempersiapkan diri dengan baik setiap hari.
Pertandingan kehidupan ini harus dijalani dengan segenap perhatian hidup kita. Kenyataan yang kita lihat banyak orang Kristen tidak berlaku sebagai pemain atau atlit dalam pertandingan, tetapi bersikap sebagai penonton. Bisa menyoraki orang lain tetapi tidak introspeksi hidupnya sendiri. Fokus hidup mereka menjadi meleset dan tidak ada dalam gelanggang pertandingan iman, mereka tidak menyadari tiga bahaya tersebut sedang menjatuhkan dirinya menuju kebinasaan kekal.
Saat ini Tuhan Yesus yang ada di dalam Kerajaan Sorga sedang menatap setiap kita anak-anak perjanjian-Nya.
Seperti Tuhan Yesus telah menang mengalahkan iblis dengan ketaatan-Nya sampai mati dikayu salib, orang percaya pun harus menang dalam pertandingan iman menjadi anak-anak kerajaan yang taat melakukan kehendak Tuhan Yesus dengan setia setiap hari sampai tarikan nafas terakhir Tuhan menjemput kita.

Amin.

Selasa, 26 September 2017

PERJUMPAAN PRIBADI DENGAN TUHAN



Markus 1:35
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.

Dalam segala hal Tuhan Yesus meninggalkan jejak-Nya supaya Ia menjadi yang sulung yang selanjutnya orang percaya yang menerima Dia mengikuti jejak-Nya.
Kalau kita percaya bahwa Allah adalah Pribadi yang hidup dan benar-benar nyata, mestinya kita harus berusaha utuk mencari Tuhan dan mengalami perjumpaan pribadi dengan Dia secara riil. Perjumpaan pribadi tersebut sangat ditentukan oleh diri kita masing-masing, sebab Tuhan sudah menyediakan Diri secara tidak terbatas bagi kita. Kapan pun, di mana pun, dan berbagai cara Tuhan dapat menyatakan Diri untuk dikenali dan dirasakan kehadiran serta keberadaan-Nya. Persoalannya adalah bagaimana perjumpaan pribadi itu dapat terjadi atau berlangsung dalam kehidupan orang percaya?

Pertama perjumpaan pribadi dapat terjadi melalui doa pribadi. Setiap hari kita harus menyediakan waktu khusus ada di hadapan Tuhan; duduk diam di kaki Tuhan. Usahakan waktu khusus tersebut paling tidak 30 menit. Waktu khusus ini harus dipandang sebagai prime time kita, lebih dari segala kegiatan lain. Untuk dapat bertahan selama 30 menit bukan sesuatu yang mudah. Pada awal-awal belajar duduk diam di kaki Tuhan sering terjadi kejenuhan, rasanya ingin segera mengakhirinya. Tetapi kalau kita tekun membiasakan diri, maka kita akan memperoleh kesukaan yang luar biasa di dalam jam-jam doa kita. 
Akhirnya berdoa menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari.
Dalam berdoa di hadapan Tuhan tersebut, banyak pengalaman adikodrati yang tidak dapat diungkapkan kepada orang lain. 
Hal ini merupakan pengalaman pribadi yang sangat subjektif, tetapi bukan tidak mungkin menjadi perjumpaan pribadi dengan Tuhan secara nyata. Tuhan pasti menemui secara khusus orang-orang yang mencari wajah-Nya dengan sungguh-sungguh (Yeremia 29:12-13). Dari hal ini seseorang dapat mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. 
Perjumpaan ini merupakan perjumpaan pribadi dengan Tuhan melalui saat teduh.
Perjumpaan ini bukan dalam rangka karena menginginkan sesuatu atau membawa kepentingan pribadi supaya Allah mengerjakan sesuatu bagi kita dibalik pertemuan tersebut, percayalah Allah sudah mengetahui apa yang kita butuhkan.
Tuhan menghendaki suatu pertemuan yang eksklusif, pertemuan khusus dengan Bapa di surga ini karena hanya ingin duduk diam dibawah kaki-Nya menerima nasihat-Nya, melakukan agenda-agenda-Nya untuk kita penuhi dan merindukan hadirat-Nya memenuhi hidup kita setiap saat.

Yang kedua perjumpaan pribadi dengan Tuhan juga dapat dialami melalui kebenaran Firman Tuhan yang didengar atau dibaca. Hal ini bisa terjadi bila seseorang mendengar pemberitaan Firman dari hamba Tuhan yang sungguh-sungguh mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Juga melalui buku-buku yang ditulis oleh hamba-hamba Tuhan yang mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan. 
Jika seseorang telah memiliki pemahaman yang cukup memadai dari apa yang didengar dari khotbah yang disampaikan oleh hamba Tuhan yang benar dan buku-buku yang ditulis oleh hamba-hamba Tuhan yang benar, maka ia dapat menemukan kebenaran sendiri dari membaca Alkitab lebih berlimpah, sudah barang tentu Roh Kudus mengambil bagian memberikan pewahyuan menuntun orang percaya untuk mengerti lapisan-lapisan kebenaran yang kita baca dengan hati yang haus dan lapar akan kebenaran-Nya.
Orang yang menemukan kebenaran dari sumber-sumber tersebut merupakan perjumpaan pribadi dengan Tuhan. 
Perjumpaan seperti ini adalah perjumpaan dengan Tuhan melalui logos.
Yang ketiga perjumpaan pribadi dengan Tuhan juga dapat terjadi melalui berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang. 
Dari segala sesuatu yang didengar, dilihat, apalagi yang dialami seseorang, terdapat suara Tuhan untuk kita tangkap. Kalau seseorang haus dan lapar akan kebenaran, artinya sangat rindu menjadi anak Tuhan yang semakin berkenan yang oleh karenanya selalu menantikan suara Roh Kudus di dalam hatinya, maka segala peristiwa yang terjadi adalah suara Roh Kudus yang memberi nasihat dan tuntunan. Sesungguhnya inilah yang dimaksud dengan rhema (Matius 4:4; Roma 10:17).
Perjumpaan ini disebut perjumpaan melalui rhema.
Akhirnya, yang ke empat perjumpaan pribadi dengan Tuhan juga melalui kejadian atau keadaan khusus. Perjumpaan ini bisa melalui mimpi, penglihatan, atau marifat yang dibisikkan Roh Kudus di dalam diri orang percaya. Perjumpaan melalui hal ini sangat rawan terhadap kemungkinan pemalsuan.
Untuk menghindari pemalsuan atau penyesatan, maka seseorang harus mengujinya terlebih dahulu, oleh sebab itu seseorang harus memiliki jam doa atau saat teduh yang memadai, memiliki pemahaman terhadap kebenaran Firman Tuhan yang benar dan memadai serta kehidupan yang bersih di hadapan Tuhan.
Berangkat dari hal ini seseorang diberikan oleh Tuhan karunia kecerdasan roh untuk membedakan roh.

Jadi pertemuan pribadi yang dikehendaki Tuhan adalah pertemuan harus yang terus menerus tanpa berkeputusan.
Perjumpaan terus-menerus dengan Tuhan akan membuahkan pertumbuhan kita dalam pengenalan akan Tuhan, Firman-Nya dan kehendak-Nya secara benar dalam hidup kita serta mengalami secara riil kehadiran Tuhan dalam hidup.
Hal ini yang harus kita upayakan setiap hari.
Waktu hidup kita harus diisi dengan hal ini secara proporsional. Dengan demikian kita memenuhi apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, yaitu mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Matius 6:33).

Amin.

Senin, 25 September 2017

BARANG KUDUS BUKAN UNTUK ANJING & MUTIARA BUKAN UNTUK BABI


Matius 7:6
"Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."

Dalam pernyataan Tuhan dalam Matius 7:6 hendak menunjuk bahwa Allah menghendaki kita menghargai nasihat Firman Tuhan mengenai nilai kesucian hidup, kebenaran dan perkenanan Tuhan sebagai hal yang mulia, hal yang dianggap penting dan mendesak untuk dipenuhi dalam hidup kita.
Kemudian apakah kita benar-benar memiliki niat yang sungguh-sungguh untuk memenuhi dan memilikinya.
Kalau seseorang tidak menghargai nasihat  untuk memiliki kesucian dalam hati dan pikiran, menjunjung tinggi kebenaran dihadapan Allah dan tidak mengusahakannya dengan sungguh-sungguh untuk memilki atau mencapainya, berarti ia tidak pantas diberikan mengungkapan-pengungkapan rahasia Firman Tuhan.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa barang kudus bukan untuk anjing dan mutiara bukan untuk babi (Matius 7:6).
Tuhan menyampaikan pernyataan ini dalam konteks ketika Tuhan menghendaki orang percaya mengusahakan pembersihan bagi manusia batiniahnya dari segala sampah dosa seperti kebencian, penghakiman terhadap orang lain dan kemunafikan.
Tentu hal ini Tuhan menghendaki adanya sikap hati yang lurus dan kebenaran Allah yang harus di junjung tinggi dalam setiap melakukan segala perkara.
Tuhan menghendaki agar kita masing-masing mengusahakan sendiri pengelolaan hati atau jiwa sesuai dengan moral kekudusan-Nya.
Kita harus memenuhi bagian kita, sebab Tuhan sudah memenuhi bagian-Nya melalui sarana penebusan, memberikan Injil dan Roh Kudus yang menuntun kita kepada segala kehendak-Nya.

Demikian juga untuk mengalami kelegaan dan damai sejahtera-Nya harus dengan cara Tuhan dan bukan menurut cara dan kehendak manusia dengan segala keinginannya.
Dalam Yohanes 14:27 Tuhan Yesus berkata: Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Perhatikan kalimat “apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”. Kalimat ini menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat menikmati damai sejahtera Tuhan. Damai sejahtera atau kesenangan karena uang atau kesenangan lain di dunia ini dapat dinikmati oleh semua orang tanpa syarat, tetapi kalau damai sejahtera Tuhan atau kelegaan dari Tuhan tidak dapat dinikmati oleh semua orang. Damai sejahtera dari Tuhan atau kelegaan dari Tuhan diterima dengan syarat. Ini hanya dapat dinikmati orang yang melakukan Firman Tuhan. Orang yang mau menuruti Firman Tuhan atau dibelenggu Firman Tuhanlah yang dapat menerima damai sejahtera Tuhan atau kelegaan dari Tuhan.

Dalam hal ini harus kita mengerti bahwa Tuhan tidak sembarangan memberikan damai sejahtera atau kelegaan-Nya kepada semua orang. Dalam Matius 7:6 tertulis: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.” Maksud perkataan Tuhan ini juga bisa berarti bahwa barang yang kudus bisa menunjuk kepada damai sejahtera atau kelegaan dari Tuhan. Damai sejahtera atau kelegaan tidak diberikan kepada mereka yang hidupnya tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
Orang yang tidak hidup sesuai dengan Firman Tuhan, berarti tidak sesuai dengan watak Sang Juruselamat. Orang yang tidak hidup sesuai dengan Firman Tuhan tersebut digambarkan seperti anjing atau babi, artinya suka berbuat dosa dan tidak hidup sesuai dengan Firman Tuhan, harus belajar dulu dari Tuhan.
Belajar meresponi keadaan hidup yang penuh tekanan sebagai sarana Tuhan membentuk dan mendidik kita sehingga kita menjadi pribadi-pribadi yang kuat dapat menghidupi kebenaran Firman Tuhan secara lengkap dan selalu mengenakakan pakaian kekudusan-Nya dalam segala keadaan, dengan demikian melalui hal tersebut maka seseorang dapat diubah oleh Tuhan.
Perubahan ini adalah perubahan dari pribadi yang wataknya seperti digambarkan seperti anjing atau babi (tidak menghargai nilai kesucian hidup dan nilai-nilai kekal) menjadi manusia yang menghargai perkara-perkara yang bernilai kekal hingga kesenangan, gairah hidupnya mengerucut menjadi irama hidup yang hanya merindukan Tuhan mendapati hidupnya selalu berkenan dihadapan-Nya.
Inilah kelegaan dan damai yang sesungguhya dimana fokus hidupnya hanya untuk mengejar dan belajar terus-menerus menjadi seorang yang berkenan dihadapan Tuhan.

Untuk membentuk kita menjadi anak-anak yang berkenan kepada-Nya maka Bapa perlu mendidik kita dengan berbagai sarana yang pandang baik oleh-Nya (Ibrani 12:10), sering melalui tekanan-tekanan dalam hidup ini yang tidak menyenangkan kita disempurnakan oleh-Nya, supaya karakter kita keluar seperti emas murni yang bebas dari campuran.
Ketika seseorang difitnah, diperlakukan tidak adil, yang benar-benar membuatnya susah, tetapi ternyata itulah cara Tuhan membentuk kita menjadi seorang pangeran kerajaan Allah.
Oleh karena itulah dalam Ibrani 12:7-8 dikatakan bahwa :
7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Di sini kita dapat mengalami apa yang dikatakan dalam Roma 8:28-29.
Segala sesuatu mendatangkan kebaikan agar kita dapat menikmati kelegaan atau ketenangan dari Tuhan.
Sesungguhnya melalui pengalaman-pengalaman tersebut, Tuhan mengajar orang percaya bagaimana menghilangkan watak buruk manusia lamanya, membentuk pribadinya supaya dapat mengenakan karakter manusia yang unggul dalam hal mengasihi, menghidupi kebenaran dan mengenakan kekudusan-Nya dalam segala situasi.

Kuk yang dimaksud Tuhan juga bisa berarti Firman Tuhan yang harus kita lakukan.
Firman Tuhan harus mencengkram seluruh hidup kita sehingga kita dapat hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan.
Orang percaya harus memiliki watak dan pola berpikir yang sama yang terdapat pula dalam Kristus Yesus, maksudnya adalah apa yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan harus seirama dengan gairah yang ada pada Tuhan.
Gairah yang ada pada Tuhan adalah bagaimana kita hidup dalam rancangan-Nya yang semula dimana seluruh perilaku kita selalu mencerminkan keagungan dan kemuliaan sebagai anak-anak Allah yang selalu bermoral kudus seperti Bapa adalah kudus, yang hanya mengabdikan hati dan pikirannya, seluruh gerak ucapan dan gerak tubuhnya hanya kepada satu Tuan yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Untuk proses perubahan ini maka, Tuhan memberikan Injil-Nya untuk memandu langkah hidup kita (Mazmur 119:105).
Pikiran kita harus selalu diwarnai cara berpikir Firman Tuhan dan Roh kudus akan menuntun kita untuk mengerti kebenaran-Nya dan melalui segala peristiwa dihidup kita Allah membentuk dan menggarap kepribadian kita supaya kita bisa mengenakan pribadi sebagai anak-anak Allah yang bermoral kudus seperti Bapa di surga atau berkodrat Ilahi.

Pada akhirnya kita akan tahu bahwa letih lesu dan beban berat kita disebabkan karena kita belum menemukan pelabuhan di dalam Tuhan. Kita masih dipenuhi dengan segala keinginan duniawi bagaimana mendapat lebih banyak untuk kepuasan diri dan nilai diri. Itulah yang melelahkan kita.
Oleh sebab itu, kalau kita mau memperoleh kelegaan yang ideal dengan cara Tuhan, kita harus melepaskan segala keinginan kita yang bertentangan dengan pikiran dan perasaan-Nya (Lukas 14:33) dan membuka jiwa kita untuk menampung apa yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan. Dalam hal ini kelegaan seseorang di dalam Tuhan bertumbuh seiring dengan kesediaan melepaskan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya dan menggantikannya dengan kebutuhan akan melakukan kehendak Tuhan (Yohanes 4:34), sehingga pada akhirnya yang kita ingini sebagai satu-satunya yang melegakan kehidupan kita adalah kebutuhan akan kehadiran Tuhan dan perkenanan-Nya atas hidup kita dimana kita bisa berkata seperti Pemazmur berkata :
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya (Mazmur 73:25-26).

Amin.

Sabtu, 23 September 2017

PEMAHAMAN TUBUH SEBAGAI BAIT ROH KUDUS


1 Korintus 6:19-20
19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa dahulu status mereka adalah memang orang berdosa, tetapi sekarang status mereka adalah milik Kristus yang telah dikuduskan dan dibenarkan dalam Yesus Kristus melalui karya penebusan Tuhan diatas kayu salib.
Olehnya konsekuensi dari perubahan status itu adalah:
Pertama mereka harus meninggalkan dosa-dosanya yang dahulu dengan segala keterikatannya, dalam hal ini orang percaya harus keluar dari cara hidup manusia lamanya.
Kedua, melakukan segala hal bukan berdasarkan keinginan sesuka hatinya namun selalu melibatkan dan mempertimbangkan perasaan Allah atas setiap tindakannya.
Standar yang baru ini bukan mempermasalahkan halal atau haram, tetapi apakah yang mereka lakukan itu berguna bagi dirinya dan memuliakan Tuhan?
Peringatan ini diberikan agar orang percaya tidak memberikan diri untuk diperhamba oleh apa pun.
Tuhan Yesus telah mati untuk menebus orang-orang yang percaya kepada-Nya secara utuh.
Itu sebabnya orang percaya tidak boleh lagi menyerahkan tubuh yang sudah menjadi milik Kristus kepada kehidupan yang didasarkan hidup suka-suka sendiri dan bertentangan dengan kehendak Allah.

Firman Tuhan mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19-120).
Hal ini jelas mengindikasikan bahwa kita tidak berhak lagi menggunakan bait Roh Kudus ini untuk kepentingan apa pun selain untuk kepentingan Tuhan. Kepentingan Tuhan adalah Tuhan dapat menampilkan diri-Nya di dunia dengan menggunakan tubuh kita ini.
Ini bukan sesuatu yang sederhana dan mudah, sebab masih banyak orang Kristen yang masih tidak menyadari bahwa hidupnya sepenuhnya sudah dimiliki oleh Tuhan sehingga hal ini mengakibatkan nyaris tidak ada orang yang menggunakan seluruh gerak hidupnya dalam hal ini seluruh tubuhnya menjadi alat peraga Tuhan untuk menampilkan karakter-karakter anak-anak kerajaan sorga yang serupa dan segambar dengan-Nya.

Menjadi bait Roh Kudus artinya tubuh menjadi tempat atau alat Tuhan dimana seseorang selalu memberi diri setiap saat dipimpin oleh Roh Kudus guna memperagakan kehidupan Pribadi Yesus yang pernah hadir dua ribu tahun yang lalu.
Tetapi hal ini tidak bisa terjadi kalau orang tersebut tidak bisa diajak untuk menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada kehendak Tuhan yang hendak memimpin dan membentuk hidupnya.
Roh kudus tidak memaksa seseorang untuk dipimpin oleh-Nya.
Kalau seseorang tidak rela tubuhnya dipimpin dan dikuasai Roh Kudus untuk memperagakan teladan kehidupan yang pernah ditampilkan Tuhan Yesus, maka Roh Kudus tidak memaksanya sama sekali.
Ini berarti orang Kristen tersebut tidak pernah menyerahkan tubuhnya kepada pemilik-Nya, yaitu Tuhan Yesus yang telah membelinya.
Hal ini juga menunjukkan bahwa orang Kristen tersebut tidak bersedia ditebus oleh darah Tuhan Yesus.

Kalau seseorang tidak rela ditebus oleh darah Tuhan Yesus, berarti tubuhnya tidak menjadi milik Tuhan.
Ini berarti ia masih memiliki dirinya sendiri, sebenarnya dengan sikap seperti ini ia telah memberontak terhadap Tuhan.
Tuhan Yesus berkata: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:21).
Kata "berikanlah" teks Yunaninya adalah apodidomi, yang artinya "serahkanlah kembali".
Sesuatu yang di atasnya ada gambar dan tulisan kaisar adalah dinar yang harus dikembalikan kepada kaisar, tetapi sesuatu yang di atasnya ada gambar dan tulisan Allah adalah dimana manusia dengan segenap hatinya harus menyediakan diri dengan sukarela dan sukacita cita memberikan segenap gerak tubuhnya untuk menuruti dan melakukan segala kehendak Tuhan.

Tuhan yang menciptakan manusia, Tuhan juga yang berhak mengambil kembali apa yang dimiliki-Nya.
Sebagaimana seseorang yang tidak membayar pajak kepada kaisar berarti melawan kaisar, demikian pula dengan seseorang yang tidak mengembalikan tubuhnya kepada Tuhan, berarti menolak hidup dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan.
Ini juga berarti melawan Tuhan sebagai pemilik kehidupan.
Orang seperti ini belum menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan. Orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan atau majikan, pasti merelakan tubuhnya untuk dimiliki dan dikuasai oleh Tuhan.

Banyak orang Kristen merasa bahwa dirinya sudah menjadi anak tebusan Tuhan, tetapi sebenarnya belum.
Firman Tuhan mengatakan: Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:24).
Ayat ini secara langsung hendak menunjuk barang siapa yang tidak bersedia menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya ia bukanlah milik Kristus dan ia bukanlah anak tebusan Tuhan.
Menyalibkan daging artinya bersedia tidak lagi menggunakan tubuhnya untuk kesenangan diri sendiri, tetapi untuk kesenangan Tuhan.
Ini berarti mestinya tidak ada yang kita lakukan dengan tubuh ini dari mata, telinga, mulut, tangan dan semua bagian tubuh kita yang lain serta panca inderanya di luar dari keinginan dan kehendak Tuhan.
Semua harus sesuai dengan selera Tuhan, semua gerak dari seluruh tubuh orang percaya harus selalu sepikiran dan seperasaan yang sama seperti Kristus.
Pengakuan orang percaya bahwa Yesus menjadi Tuhan atas hidupnya seharusnya bukan hanya dalam pengakuan mulut, tetapi kesediaan diri memperagakan secara nyata memberikan seluruh gerak tubuhnya menjadi alat dalam tangan Tuhan menampilkan pribadi yang kuat memperagakan hidup yang serupa dan segambar seperti Tuhan Yesus.

Amin.

Jumat, 22 September 2017

MEMPERBAHARUI MANUSIA BATINIAH


2 Korintus 4:16-18
16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Banyak orang lebih senang menyibukkan dirinya dengan kesibukan mendandani manusia lahiriahnya ketimbang manusia batiniahnya. Hal ini karena didorong agar kelihatan lebih indah dan terhormat dimata manusia yang sebenarnya dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun akan merosot dan harus ditinggalkan kelak menutup mata selamanya dibumi.
Orang orang dunia berlomba-lomba menghabiskan waktunya hanya untuk bagaimana bisa hidup bahagia dibumi dengan rumah menjadi lebih mewah, mobil dengan merk tertentu, perhiasan lebih kinclong dan barang-barang dunia lainnya yang dinilai dapat membahagiakan jiwanya.
Tidak heran jika seorang Kristen yang masih duniawi pergi ke gereja akan membawa segudang banyak kepentingan-kepentingan duniawi yang hendak ia doakan kepada Tuhan guna terwujud untuk membahagiakan dirinya karena Tuhan dipandang sebagai Allah yang penuh kasih, penuh dengan mujizat namun tidak dipandang sebagai Allah yang memiliki kehendak yang harus dilayani oleh setiap individu yang mengaku sebagai umat-Nya.
Kehidupan umat percaya yang dewasa sejatinya tidak lagi mempersoalkan masalah penghidupannya dibumi ini (2 Timotius 2:3-4) sebab Allah pasti memelihara umat yang terus mau bertekun menyediakan diri menjadi umat yang melakukan kehendak-Nya dengan tulus hati, selanjutnya sebagai umat percaya, seseorang harus memberi diri untuk dipakai oleh Allah menjadi alat kerajaan surga untuk melakukan kehendak Allah menjadi manusia-manusia yang berkodrat ilahi yang peka dengan pikiran dan perasaan yang Allah kehendaki untuk dilakukan.

Untuk ini Tuhan menghendaki setiap individu umat percaya harus selalu mementingkan masalah kerajaan surga yaitu mendandani manusia batiniahnya dari hari ke sehari diperbaharui oleh Tuhan dengan mendengar/membaca firman Tuhan yang murni dan mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-hari, artinya semua orang percaya adalah imamat-imamat yang rajani atau rohaniwan-rohaniwan umat kepunyaan Allah yang diberi kepercayaan oleh-Nya untuk menyatakan kebenaran-Nya diatas bumi ini.
Paulus menyinggung mengenai manusia batiniah atau manusia rohani dalam tulisannya kepada jemaat Korintus, maksud manusia rohani di situ adalah manusia yang memiliki pikiran dan perasaan Tuhan dalam segala tindakannya (1 Korintus 2:15).
Memiliki pikiran Tuhan maksudnya adalah memahami kehendak Tuhan apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna bukan menurut manusia tetapi menurut penilaian Tuhan.
Kebalikan dari manusia rohani adalah manusia duniawi (1 Korintus 3:1-4).
Manusia duniawi adalah manusia yang masih suka bertengkar, bertikai dan berselisih dengan sesamanya dan hidup dalam kepentingan diri sendiri.
Dalam tulisannya Paulus juga menunjukkan bahwa orang Kristen yang belum dewasa ini berarti belum bisa dikatakan manusia rohani, tetapi manusia duniawi. Itu berarti ia masih memiliki roh dunia yang kuat yang harus ditanggalkan sama sekali.

Roh dunia yang masih tinggal didalam diri seseorang adalah manusia daging yang hidup menuruti daging, yang sama dengan orang Kristen duniawi.
Adapun kehidupan anak Allah adalah manusia Roh, yang hidup menuruti Roh atau dipimpin oleh Roh Allah, ini adalah orang Kristen rohani yang tidak dibahagiakan dengan fasilitas hidup yang berasal dari dunia ini yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai sumber kebahagiaan sukacita yang permanen didalam hidupnya.
Untuk bisa berubah dari orang Kristen duniawi atau hidup dalam daging kepada kehidupan orang Kristen rohani yang dipimpin oleh Roh dibutuhkan perjuangan yang sangat berat.
Ini menuntut perjuangan seseorang melepaskan segala miliknya atau segala ikatan dunia yang membelenggu jiwanya kemudian baru bisa digarap oleh Tuhan untuk dididik, dimuridkan guna dituntun masuk ke dalam kehidupan yang berkualitas yang berasal dari kerajaan surga (Lukas 14:33)
Walaupun Roh Kudus bekerja aktif, tetapi umat pilihan juga harus aktif berjuang melepaskan diri dari ikatan yang bukan berasal dari Tuhan guna mengikuti dan menuruti pekerjaan Roh Kudus.
Oleh sebab itu seseorang yang sungguh-sungguh mau diubahkan harus berani menginvestasikan seluruh kehidupannya tanpa sisa untuk proses perubahan tersebut.
Ini berarti perubahan menjadi manusia rohani haruslah menjadi satu-satunya tujuan hidup.

Paulus mengatakan untuk membangun manusia rohani/manusia batiniah harus memiliki ketekunan membangunnya dari sehari ke sehari untuk selalu mengarahkan pikirannya untuk memperhatikan perkara-perkara yang tidak kelihatan atau perkara-perkara yang menyangkut kehidupan kekal.
Untuk mewujudkan hidup sebagai manusia rohani, seseorang harus mempertaruhkan segenap hidupnya bukan untuk hal apa pun kecuali bagi perubahan menjadi manusia yang memiliki manusia batiniah yang peka terhadap pikiran dan perasaan Allah.
Disini kita menemukan letak mahalnya harga keselamatan itu dan sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Surga (Lukas 13:23-24).
Keselamatan untuk manusia telah diperjuangkan oleh Tuhan Yesus di kayu salib dengan memberikan segenap diri-Nya bagi mereka yang mau menerima Dia dan menerima tuntunan-Nya.
Demikian pula orang yang mau merespon atau menyambut keselamatan yang Tuhan Yesus berikan harus memiliki kesediaan mempertaruhkan segenap hidupnya untuk mewujudkan keselamatan dengan hidup didalam tuntunan Tuhan dengan sikap hidup yang searah dengan pikiran perasaan dan kehendak Tuhan dan bukan lagi sesuai dengan kehendak diri sendiri.

Orang yang disebut membangun manusia rohani adalah orang yang tidak lagi berminat berbuat dosa lagi atau tidak berminat menjadikan dunia ini sebagai tujuan kebahagiaan hidupnya.
Hatinya seluruhnya tertuju kepada perwujudan Kerajaan Allah pada hari kedatangan Tuhan Yesus dan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk roti yang tidak dapat binasa yang Tuhan Yesus kehendaki untuk dilakukan (1 Petrus 1:13:17).
Mereka dapat merasakan dan menghayati bahwa bumi ini bukanlah rumah dan tanah airnya secara permanen (1 Petrus 1:17), sehingga hanya merindukan langit baru dan bumi yang baru dimana Tuhan Yesus memerintah sebagai Allah dan Raja (2 Petrus 3:13).
Tentu tujuan hidup orang-orang yang menjadi saksi Tuhan Yesus ini hidupnya hanya untuk melayani Tuhan dalam perjuangan tanpa batas dengan sangat tulus bagi kepentingan Kerajaan Allah.

Orang percaya yang terus membangun manusia rohani sehingga memiliki pikiran dan perasaan Kristus, maka ia tidak akan memberi kesempatan kepada monster/manusia lamanya hidup kembali menguasai dirinya, sebaliknya ia terus bertekun mematikan monsternya untuk tidak bisa eksis sama sekali sampai ia menutup mata, pulang ke kerumah Bapa, menerima hidup kekal dan mengabdi kepada Bapa Sang Pemilik Kerajaan Surga sampai selama-lamanya.
Dengan demikian ketika seorang anak Tuhan sekolah, kuliah, berkeluarga, berbisnis, karir dan melakukan kegiatan hidup lainnya semuanya ia lakukan hanya supaya efektif dapat bertumbuh menjadi manusia rohani yang semua adalah untuk kemuliaan Allah dan pengabdian kepada-Nya.

Amin.

Kamis, 21 September 2017

PEMAHAMAN MENGENAI CHIP & 666 SECARA BENAR


Wahyu 13:16-18
16 Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya,
17 dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.
18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.

Dewasa ini issue 666 dan chip sudah ramai dibicarakan orang karena sensasional dan menegangkan.
Angka 666 diindentikan dengan antiChrist dan memang hal ini adalah benar.
Namun tidak sedikit para pengkhotbah dimimbar gereja banyak yang mengkhotbahkan hal ini tetapi tidak berdasarkan kebenaran Alkitab secara benar, sehingga kecerobohannya dalam menafsir ayat Alkitab merusak kebenaran dan makna asli yang terkandung didalamnya, mereka juga menafsirkan kitab Wahyu seolah-olah kitab Wahyu hanya berbicara mengenai kejadian masa depan yang belum terjadi sampai hari ini, padahal kitab Wahyu adalah kitab yang berisi penjelasan pengungkapan atau kejadian sebelum bumi diciptakan sampai dengan kepada kekekalan.
Ini artinya ada kejadian-kejadian peristiwa yang dicatat di kitab Wahyu sudah pernah terjadi atau sudah digenapi dimasa lalu, sedang digenapi dan akan digenapi.
Pembaca kitab Wahyu harus dapat membadakan apakah suatu pernyataan dalam Alkitab bermakna secara harafiah atau figuratif/lambang.
Hal ini menjadi perhatian yang sangat penting agar tidak salah memahami kebenaran didalam Alkitab.

Sesungguhnya sebagian besar kitab Wahyu mengandung banyak kalimat-kalimat yang maknanya adalah figuratif atau lambang.
Namun tidak sedikit para pengkhotbah banyak yang menafsirkan kitab Wahyu secara harafiah atau berdasarkan bunyinya sehingga penjelasan mereka banyak menyimpang dari kebenaran, mereka juga berpendapat antikris belum datang sampai hari ini, ini pernyataan yang salah dan melawan kebenaran Alkitab.
Dalam 1 Yohanes 2:18-22 Rasul Yohanes menjelaskan bahwa antikris sudah datang pada zamannya, kalimat itu jelas tertulis "sekarang telah bangkit banyak antikristus".
(18 Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.
19 Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.
20 Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya.
21 Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.
22 Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak).
Rasul Yohanes menjelaskan antikristus sebenarnya muncul dari orang-orang terhitung dalam golongan orang percaya, tetapi peragaan tindakan hidupnya mereka sebenarnya menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus, Kristus maksudnya yang di urapi Tuhan. Hal ini menunjuk jika seseorang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus namun tidak hidup dalam mengurapan Roh Kudus maka tindakannya pasti menyimpang dari kehendak Allah.
Orang yang memiliki pengurapan Roh Kudus buah kehidupannya pasti selalu hidup menurut roh dan tidak lagi hidup menurut daging dan hawa nafsunya.
Hidup menurut roh artinya hidup yang memiliki kesesuaian, seirama dengan pikiran dan perasaan Kristus, mereka adalah orang yang memiliki hasrat, gairah dan spirit hidup seperti Tuhan Yesus dalam menguparan Roh Kudus.
Orang yang menyimpang dari kehendak Allah tidak mungkin berkenan kepada Allah, inilah yang disebut antikristus yang hidupnya adalah anti hidup dalam pengurapan Roh Kudus, anti kebenaran yang berstandarkan Kristus Yesus serta anti hidup mengenakan bagian didalam kekudusan-Nya.
Antikristus tidak memiliki pikiran Kristus dalam seluruh tindakannya, apa yang hendak ia buat dilakukan sesuai dengan seleranya, apa yang hendak ia katakan ia ucapkan sesuka hatinya tanpa mempertimbangkan apakah yang diperbuatnya tersebut sedang melukai hati Tuhan atau tidak.
Jadi antikristus bukan hanya menunjuk kepada oknum pribadi tetapi antikristus adalah suatu spirit atau suatu gerakan atau kekuatan yang melawan kekudusan, kebenaran dan kehendak Allah.

Sekitar tahun 1980 an, ketika itu ada 1 buku yang cukup terkenal berjudul 666. Di seluruh dunia dimana-mana ramai mengkhotbahkan hal itu.
Barcode kala itu dicurigai sebagai alat anti Christ. Barcode dianggap berbahaya.
Kartu kredit dan kartu debet yang adalah transaksi non tunai, di tengarai bahwa di tengah magnetik ada angka 666.
Ketika waktu berlalu, hari ini semua produk sudah memakai barcode supaya memudahkan pekerjaan.
Orang sudah tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Begitu pula dengan Kartu kredit dan Kartu debet. Saat ini hampir semua orang sudah memilikinya.
Informasi yang disampaikan pengkhotbah pada tahun 1980 an itu ternyata tidak terbukti sama sekali.
Sebagai umat percaya kita harus memakai hikmat. Jangan sampai kita ikut mengaminkan apa saja yang dikhotbahkan rohaniwan yang hanya mencari sensasi dan tidak memiliki landasan kebenaran Firman yang kuat.
Hari ini terbukti bahwa semua itu tidak benar.
Tetapi belakangan ini ada berita di  di TV tentang adanya Chip. Akhirnya orang menjadi ketakutan kembali.
Ternyata ada chip yang sudah ditanam ke dalam tubuh manusia yaitu di bagian tangan. Tetapi ingat, hal itu hanya berlaku di perusahaan tertentu saja, bukan di seluruh dunia.
Teknologi chip ini sudah digagas cukup lama. Ini bukanlah teknologi canggih. Ini hanya memakai frekwensi radio.

Banyak hal lain yang memakai teknologi serupa chip, seperti membayar tol pakai kartu.
Di Indoneisa sudah pakai itu, E toll di dalamnya juga ada chip.
Handphone, di dalamnya juga ada chip.
Chip ada dimana-mana.
Komputer dulu sangat besar.
Di zaman sekarang komputer menjadi kecil berupa chip.
Dengan perkembangan berikutnya, transistor berubah menjadi chip. Sebesar biji beras. Ke depan chip bisa tidak kelihatan mata, saking kecil ukurannya.
Oleh karena itu kita harus belajar dari Alkitab, jangan dengar dari sembarang orang.
Implan ditanam sebenarnya sudah kuno. Karena melukai tubuh. Benda asing dimasukkan ke tubuh, tidak sehat.
Orang percaya tidak boleh ikutan-ikutan menyampaikan berita hoax mengenai microchip seolah-olah menjadi penggenapan dari tanda 666, apa lagi meneruskannya kepada saudara seiman.
Berita Kebenaran lah yang mestinya diteruskan.
Orang percaya yang sudah mengerti kebenaran maka akan mengerti bahwa Chip dipakai di radio, handphone, dan lain sebagainya yang adalah rangkaian elektronik yang dikecilkan tidak akan dengan gampang langsung mengaitkan hal itu dengan kitab Wahyu.
Padahal kalau seseorang dulu ditato 666 lalu bertobat, tetapi tato belum hilang tetap diampuni oleh Tuhan.

Mari kita masuk kepada inti persoalan.
Apa kata Alkitab tentang tanda di tangan dan dahi?
Ternyata itu bukan soal hal-hal yang bersifat lahiriah.
RFID atau teknologi Chip yang ditanam ditubuh bukan teknologi canggih, itu justru primitif. Orang yang mengerti akan dunia kesehatan tentu akan menolak ditanamkan ditubuh.
Untuk membantu kita mendapatkan makna original mengenai tanda di tangan dan dahi secara benar maka kita dapat menemukannya didalam Ulangan 6:4-9 terdapat kalimat sbb :
4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Di ayat 8 terdapat penjelasan apa itu tanda pada tangan dan dahi, dimana konteks ayat ini Allah sedang memerintahkan bangsa Israel haruslah mengajarkan perintah ketetapan Firman Tuhan berulang-ulang kepada anak-anak mereka.
Kalau kita lihat ayat ini, apa yang diikatkan di dahi dan tangan adalah Firman Tuhan.
Demikian juga penjelasan di dalam Ulangan 6:9 Tuhan sedang bicara tentang ikat pintu. Hal ini memiliki makna figuratif, artinya adalah Firman Tuhan yang harus diajarkan kepada anak mereka pada waktu tidur, makan dan harus di ajarkan berulang-berulang.
Dahi, maksudnya Firman Tuhan dimasukkan dalam pikiran manusia.
Tangan, gambaran dimana Firman Tuhan yang telah ditanamkan didalam pikiran harus dilakukan atau dikerjakan bukan sehingga hanya sekedar pengetahuan dipikiran belaka belaka.
Kita harus mengikatkan ketetapan Firman Tuhan sebagai tanda di tangan dan dahi sebagai tanda penyembahan kita kepada Allah.
Sehingga perintah "Jangan memiliki Allah lain", dapat terlaksana.
Jadi sesungguhnya tanda di tangan dan di dahi konteksnya adalah berbicara tentang penyembahan, dan bukan dimaknai hal yang bersifat barang-barang tertentu yang bersifat fisik.
Sekarang kita akan masuk kedalam inti pokok pembahasan dari kitab Wahyu 14:9-11 yang berbunyi :
9 Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: "Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya,
10 maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba.
11 Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya."

Binatang di sini adalah menunjuk anti Christ. Kata ini maknanya juga Figuratif.
Ciri-ciri anti Christ sederhana :
Anti terhadap yang diurapi, anti terhadap Tuhan Yesus, anti terhadap kekudusan dan kebenaran.
Tanda di dahi dan tangan tidak ada hubungan dengan teknologi tetapi berhubungan dengan penyembahan. Apa yang disembah akan menjadi seperti yang disembahnya.
Kalau kita menyembah Tuhan Yesus maka kita akan memiliki karakter seperti Tuhan Yesus. Tetapi kenyataannya, manusia justru menyembah yang lain, yaitu kehormatannya, harga dirinya, pangkatnya, jabatannya, kekayaaannya, uangnya, hartanya, hobinya dan lain sebagainya.
Kalau seseorang berperilaku demikian maka ia sedang menyembah binatang itu dan gambarnya, itu artinya ia menerima tanda pada dahi dan tangannya dari binatang tersebut dan menyembahnya.
Karena menyembah binatang itu maka ide, pola hidup, pola berpikirnya berubah seperti binatang itu. Dengan demikian seseorang akan memiliki tanda di dahi dan tangan dari binatang itu.
Di dalam Wahyu 14:10 dijelaskan bahwa akibat dari penyembahan kepada binatang tersebut maka seseorang akan meminum anggur murka Allah, maksudnya Allah akan marah kepada orang itu dan oramg tersebut harus di hukum dalam api kekal jika tidak pernah mau bertobat.
Allah menuntut pertobatan kita secara sungguh-sungguh melalui ketaatan kita hidup melakukan firman-Nya.
Pada awal manusia diciptakan, Tuhan merencanakan mencipkakan manusia  menurut rupa dan gambar Allah.
Inilah inti rencana Allah yang menghendaki kita kembali kepada rancangan-Nya semula.
Tuhan menghendaki dalam seluruh perilaku kita memiliki urapan Kristus, menampilkan moral perilaku yang serupa seperti Kristus telah hidup.

Kalau dikatakan di Wahyu 13:17-18
17 dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.
18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.
Kalimat "tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya",  hal ini hendak menunjuk bahwa orang-orang yang ingin mengikuti jejak menjadi saksi bagi Kristus dalam seluruh perilakunya yang mau bersedia mengikuti jejak-Nya, menghidupi pengajaran-Nya maka mereka tidak diperkenankan memiliki kerajaan dirinya sendiri, hidupnya harus dalam pimpinan Roh Allah dimana Tuhan akan memimpinnya kepada standar kebenaran yang harus dikenakan dan harus dipenuhi sebagai anak-anak Allah yang seluruh hidupnya harus ditujukan hanya mengabdi kepada satu Tuan yaitu kepada Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya (2 Korintus 5:15) dan tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri.
Lain halnya dengan iblis, iblis menawarkan hal yang berbeda agar manusia bisa memiliki kebebasan bertindak tanpa perlu mempertimbangkan perasaan Allah, iblis menawarkan kehidupan manusia yang bebas dari Allah, mereka boleh memiliki kerajaannya sendiri dimana seseorang dibawa oleh iblis untuk dapat bertindak sebebas dan sesuka hatinya, iblis mendorong manusia menjadikan dunia ini sebagai tempat pemuasan diri dan hawa nafsu dagingnya, menikmati keindahannya, dan menaruh seluruh pengharapan kebahagiannya kepada hal-hal yang fana dibumi ini dan hanya iblis yang dapat menyediakan tanda ini.

Penjelasan lainnya mengenai tanda di dahi terdapat dalam Wahyu 14:1 yang berbunyi :
Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Kalau Alkitab menyebutkan suatu angka, maka yang harus diperhatikan adalah apakah makna angka itu figuratif atau bermakna harafiah.
Angka 144 ribu orang itu melambangkan hamba-hamba Allah, orang-orang kudus yang di dahinya ada nama Tuhan Yesus dan nama Bapa di surga.
Mulut mereka tidak berdusta; hidup mereka tidak bercela sebab hati dan kelakuan mereka sepenuhnya dikuduskan untuk memuliakan Allah. Hanya mereka yang telah mengalami keselamatan dari kurban Yesus, yang tahu dan mampu menaikkan nyanyian baru kepada Allah yaitu melalui seluruh peragaan hidupnya mengikuti jejak Kristus melakukan kebenaran dan hidup didalam kekudusan-Nya.
Inilah orang yang menggelar kehidupan seperti peragaan hidup Tuhan Yesus dalam seluruh perilakunya maka di dahinya terdapat nama Tuhan Yesus dan Bapa di Surga.
Jadi tanda di dahi dalam konteks ayat ini hendak menunjuk penyembahan orang-orang kudus kepada Allah yang ditunjukkan dalam seluruh sikap hati dan seluruh sikap tindakannya, kemana saja ia pergi maka perbuatan tangannya membuahkan perbuatan seperti Tuhan Yesus yang hidup dalam kebenaran dan kekudusan secara absolut.
Dengan cara inilah iblis bisa dikalahkan.
Jadi tanda di tangan dan di dahi sebenarnya hendak menunjuk penyembahan seseorang didalam hidupnya.
Kalau kita mengikuti jejak Tuhan Yesus dan cara hidup yang telah diteladankan-Nya maka kita akan menerima tanda di dahi yang tertulis nama-Nya dan nama Bapa di surga, sebaliknya jika kita menggelar cara hidup orang-orang dunia atau orang orang fasik yang allahnya adalah kehormatannya, pangkatnya, jabatannya, uangnya, kekayaannya, hartanya, hobinya dll maka didalam hidup orang tersebut sedang menerima tanda dari binatang/anti Christ yang adalah tanda penyembahan mereka terhadap iblis.

Berkenaan dengan penyembahan orang percaya kepada Allah maka pola berpikir, pola hidup dan akal budi orang percaya harus mencerminkan kemuliaan Tuhan.
Dahinya dipenuhi dengan pikiran dan perasaan Tuhan atau firman yang keluar dari mulut Allah dan tangannya penuh dengan ketaatan untuk selalu siap melakukan kehendak Tuhan.
Sebaliknya orang yang mengikuti tanda binatang itu, perbuatannya seperti iblis yang hidupnya suka-suka sendiri, memiliki kerajaan sendiri, pikiran dipenuhi kesenangan dunia serta hawa nafsunya dan tangannya tidak memiliki kesediaan dan ketaatan yang penuh mau melakukan kehendak Allah.
Oleh karena itu Tuhan Yesus dengan segala cara mengkomunikasikan kebenaran kepada orang percaya melalui pekerjaan Roh Kudus dan melalui Injil-Nya.
Kalau kita mendapat pengertian seperti ini, kita mau ikut siapa? Mestinya kita ikut Tuhan Yesus.
Orang yang mau mengikuti Tuhan Yesus berarti bersedia melepaskan segala miliknya kemudian mengikuti seluruh jejak-Nya dan hidup hanya bagi kemuliaan-Nya.
Dalam 1 Korintus 10:31 menunjuk semua kegiatan hidup orang percaya harus dilakukan untuk kemuliaan Tuhan.
Tidak ada wilayah netral bagi kita orang percaya dimana kita bisa hidup suka-suka sendiri tanpa memiliki kesesuaian dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Jadi mengenai "Tanda" baik di tangan maupun di dahi yang adalah melambangkan penyembahan seseorang sesungguhnya nyata melalui cara berpikir, cara berucap dan perbuatannya.

Buktikan dalam hidup, kita hanya menyembah dan mengabdi kepada Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Majikan Agung yang kehendak-Nya harus ditaati kerena kita menghormati dan mengasihi-Nya.
Kalau kita menyembah Tuhan Yesus buktikan cara berpikir dan kelakukan kita mestinya seperti Tuhan Yesus.
Berkenaan dengan penyembahan hidup kita maka kita harus waspada terhadap segala berhala/ilah zaman ini.
Berhala zaman ini adalah mamon/harta dunia dan semangat materialisme yang ujungnya adalah membuat seseorang jatuh ke dalam dosa perzinahan rohani.
Dosa ini biasanya diawali dengan keinginan yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Pada umumnya orang dunia mencari uang untuk menemuhi keinginan-keinginannya.
Setiap orang bukan bersalah karena perbuatan iblis semata-mata, tetapi karena didorong oleh keinginan diri sendiri yang masih terbelenggu oleh roh perbudakan dunia, atau percintaan dunia dengan nafsu dagingnya.
Oleh sebab itu Paulus menasihatkan agar kita hidup dipimpin oleh Roh Allah agar kita
setiap anak-anak Allah dapat membinasakan keinginan daging/kehendak diri sendiri yang didorong percintaan dunia digantikan dengan keinginan atau kehendak Tuhan secara absolut.
Oleh sebab itu pastikan tanda didahi kita adalah pikiran, perasaan, kehendak, akal budi cara berpikir, cara hidup, karakter seperti Kristus telah hidup.

Berkenaan dengan hal ini maka Paulus memberi nasihat agar orang percaya harus memiliki pembaharuan pikiran setiap hari yang terus diisi oleh kebenaran Firman Tuhan.
(Roma 12:2 Berubahlah oleh pembaharuan akal budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna).
Pembaharuan akal budi disini adalah menuntuk pikiran yang diubahkan menjadi cara berpikir seperti Kristus.
Perubahan ini sejajar dengan proses perubahan seperti proses metamorfosa yaitu perubahan dari ulat menjadi kepompong, kemudian berubah lagi menjadi kupu-kupu yang cantik.
Ulat kecil di pohon besar makanannya adalah dedaunan.
Tetapi ketika menjadi kepompong ia mati. Kemudian berubah lagi menjadi kupu-kupu.
Kupu-kupu hanya makan sari-sari tumbuhan.
Kupu-kupu kodratnya sudah berubah, tidak akan mau makan daun lagi.
Orang kudus Tuhan/anak-anak Allah yang benar, kodratnya sudah berubah yaitu seperti Kristus dalam seluruh perilakunya (Analogi metamorfosa kupu-kupu).
Orang kudus Tuhan yang menyembah Allah dengan benar maka ia tidak mau lagi hidup sembarangan atau menggelar hidup manusia lamanya yang mendatangkan murka Allah (ulat yang memakan daun).
Ia semakin mengerti dan menghidupi kebenaran Allah dengan ketaatan penuh, cara berpikirnya merdeka dari ikatan apapun yang segala bentuk perhambaan yang berasal dari dunia ini.
Ketika kita masih diizinkan Tuhan masih hidup sampai hari ini, inilah saatnya kesempatan kita memberi isian yang benar di dahi kita dengan Firman Tuhan, keinginan Tuhan dan melakukan segala kehendak-Nya.
Dahi kita jangan diisi dengan isian hal-hal duniawi sebab hal ini akan menjadikan kita sebagai musuh Allah.
Oleh sebab itulah Tuhan Yesus mengatakan Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Matius 6:21).
Ayat ini sangat penting dalam kehidupan orang percaya sebab ayat ini hendak menunjukkan bahwa jika orang percaya menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya harta abadi dan nilai yang tertinggi dalam kehidupan maka hatinya pasti selalu tertuju kepada Tuhan, kerajaan dan kehendak-Nya yang menjadi tujuan hidup satu-satunya, sebaliknya jika harta dan nilai tertinggi kehidupan seseorang adalah sesuatu yang menarik selain dari pada Tuhan maka hatinya pasti tertuju kepada ilah-ilah palsu tersebut yaitu percintaan dengan segala perzinahannya yang sedianya di rancang iblis sebagai perangkapnya.
Inti kekristenan adalah persembahan hidup yang berkenan kepada Allah dalam segala hal. Kosongkan dulu semua keinginan kita agar kita bisa menyerahkan diri secara total untuk Tuhan dan menyalinkan segala keinginan Tuhan untuk kita kerjakan.

Sesungguhnya teknologi cuma alat.
Antichrist bisa memakai chip, panci, pisau, dll.
Pisau bisa dipakai untuk memasak, tetapi bisa pula dipakai untuk kejahatan.
Teknolgi chip sudah kuno, teknologi saat ini sudah semakin canggih.
Di China, pada beberapa gerai Fried Chicken, cukup tersenyum maka rekening kita otomatis terpotong di bank.
Teknologi bisa mengenali wajah seseorang.
Pintu rumah bisa mengenali wajah kita.
Cukup dengan senyuman atau mengedipkan mata.
Yang perlu menjadi persoalan penting hari ini dan seterusnya dalam hidup kita adalah tanda apa yang ada di dahi kita?
Tanda apa yang ada di dalamnya?
Ketika kita berpikir, bercucap dan berbuat tandanya siapa yang kita pakai (tandanya Allah atau tanda iblis)?
Ketika kita berkeinginan akan sesuatu, apakah sesuai kehendak Tuhan atau tidak.
Kelak semua kita akan menghadap tahta pengadilan Kristus, Tuhan akan menghakimi semua yang ada didalam keinginan hati manusia pada waktu masih hidup dibumi yang semuanya akan terbuka dan telanjang dihadapan Tuhan Yesus (Roma 2:16).
Hanya orang-orang yang melakukan kehendak Bapa secara bertekun yang memiliki tanda Tuhan Yesus dan Bapa di Surga di dahi dan tangannya, merekalah yang akan di kenal oleh-Nya dan mendapat bagian masuk kedalam kemuliaan kerajaan-Nya.
Jangan sia-siakan sisa waktu umur hidup kita kepada hal yang fana dan sia-sia dan janganlah menjadi bodoh sehingga kita menukarkan hak kesulungan kita kepada kesenangan daging yang hanya bersifat sementara.
Cerdaslah mengerti kebenaran Firman Tuhan dan bekerjalah untuk roti yang tidak dapat binasa, kumpulkan harta di surga dan bukan dibumi, penuhi segala kehendak Allah didalam hidup kita masing-masing untuk menjadi serupa dengan gambaran Kristus, maka dari hal ini kita akan memiliki tanda di dahi dan tangan dengan nama Tuhan kita Yesus Kristus.

Amin.

Rabu, 20 September 2017

MENGENAL INJIL YANG BENAR


1 Korintus 9:25-27
25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.
26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Banyak orang berpikir bahwa keselamatan menjadi akhir dari segalanya. Maksudnya, setelah mereka memiliki keyakinan akan keselamatan di dalam Kristus, maka selesailah juga seluruh pergumulan hidup mereka. Mereka tinggal menikmati hidup dan menantikan saat kembali ke surga, sesungguhnya hal ini adalah kekeliruan yang besar.
Dalam bagian ini, Paulus menjelaskan bahwa hidup baru bukanlah akhir dari tujuan kita di dunia ini, karena di dalam hidup kita memiliki tugas seperti Paulus yaitu berjuang menjadi serupa dengan Yesus dan mengambil bagian didalam penderitaan Kristus serta hidup dalam pengusaan diri yang kokoh menghidupi Injil dan menjadi saksi-Nya.
Sikap dan prinsip pelayanan Paulus ini membutuhkan perjuangan yang berat dan penguasaan diri yang kokoh.
Paulus menguasai dirinya supaya tidak diperbudak oleh keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Paulus tidak ingin hidupnya menjadi sia-sia, Paulus dengan segenap hati berjuang agar karunia dan panggilan pelayanan yang Allah percayakan kepadanya tepat sampai sasaran seperti yang Allah kehendaki, berkenan sampai akhir.
Tujuan Paulus ialah memperoleh mahkota abadi yang akan Tuhan karuniakan hanya bagi yang setia dan menang.

Oleh sebab itu sangatlah penting orang percaya untuk mempersoalkan, apakah sebenarnya Injil yang sejati yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus, yang telah diberitakan Paulus dan Rasul-Rasul lainnya ?, sebab di akhir zaman ini akan banyak pemberitaan Injil yang lain atau Injil yang bukan diajarkan oleh Tuhan Yesus dan para Rasul-Nya.
Kata Injil terjemahan dari bahasa Yunani euanggelion, yang artinya kabar baik.
Untuk memahami pengertian Injil secara benar, terlebih dahulu kita harus memahami maksud kata “baik” tersebut.
Harus dipersoalkan baik menurut siapa dan baik yang bagaimana. Tentu pengertian baik harus menurut Tuhan, bukan menurut manusia.
Di gereja sering orang berkata: Allah itu baik. Baik yang bagaimana? Kalau baiknya hanya diukur menurut ukuran manusia, maka berarti orang tersebut tidak mengerti Injil yang benar. Ini berarti orang Kristen tersebut belum mengerti kebenaran.
Kalau seseorang belum mengerti kebenaran Injil yang sejati maka akan terjadi penyesatan pikiran sehingga ia sedang menuju kepada pemberontakan kepada Tuhan yaitu melalui cara hidupnya yang meleset dari kehendak Allah.
Kalau seseorang tidak mengenal Injil yang benar, maka ia juga tidak akan dapat mengenal Yesus yang asli atau yang sejati.
Ini berarti orang tersebut mengenal Yesus yang lain.

Di zaman ini banyak orang Kristen yang tidak mengenal Injil yang benar, sehingga mereka memiliki konsep yang salah.
Mereka memahami keselamatan adalah kesuksesan lahiriah dan keindahan duniawi. Bagi orang yang baru menjadi Kristen, mereka tidak dapat membedakan manakah Injil yang benar dan yang tidak benar. Mereka tidak mengenali Yesus yang asli dan Yesus yang palsu. Demikian pula orang-orang Kristen yang hidup Kekristenannya tidak bertumbuh selama bertahun-tahun, mereka juga tidak mampu mengenali adanya “Injil yang lain” tersebut dan tidak mengenali adanya Yesus yang lain yang diajarkan para rohaniwan yang tidak mengerti kebenaran.
Dalam suratnya Paulus menyatakan: Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain daripada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain daripada yang telah kamu terima atau Injil yang lain daripada yang telah kamu terima (2 Korintus 11:4).
Dari tulisan ini Paulus menyatakan bahwa seharusnya mereka tidak boleh bersikap sabar terhadap orang-orang yang memberitakan Yesus yang lain tersebut.
Kata sabar dalam teks aslinya adalah anekhesthe (ἀνέχεσθε), yang bisa berarti toleransi (tolerance endure).
Dengan sikap toleransi tersebut mengesankan bahwa apa yang diberitakan bisa dibenarkan. Hal ini membahayakan bagi gereja Tuhan.

Manusia dalam segala keterbatasannya tidak tahu apa yang baik. Apa yang dipandang baik sering ternyata bukan sesuatu yang baik. Seperti misalnya kebodohan orang-orang Yahudi pada zaman Yesus, mereka tidak memahami maksud Injil diberikan. Hal ini mengakibatkan kegagalan mereka menerima kabar baik dari Tuhan Yesus Kristus, Sang Mesias sejati. Mereka tidak memahami misi utama kedatangan Yesus Kristus. Sebagai bukti dari kesalahpahaman mengenai apa yang baik menurut Tuhan, mereka hendak mengangkat Yesus sebagai raja menurut konsep mereka.
Dalam hal ini Tuhan memang adalah Raja tetapi bukan “raja model atau versi mereka”.
Nyata sekali, konsep yang sangat berbeda antara Yesus dengan orang-orang Yahudi yang sangat menginginkan kemerdekaan dan kemakmuran secara lahiriah.
Tetapi Yesus datang untuk menebus mereka dari cara hidup mereka yang salah dan sia-sia yang telah mereka warisi dari cara hidup nenek moyang yaitu dengan mencurahkan darah-Nya diatas kayu salib sebagai korban penebus dosa dan memberitakan kebenaran (Injil) yang seharusnya dikenakan dalam perilaku setiap individu sehingga kebenaran itu yang memerdekakan mereka dari hukum dosa dan hukum maut.

Petrus pernah mencegah Tuhan Yesus yang bermaksud pergi ke Yerusalem untuk disalib. Bagi murid-murid, penyaliban Yesus adalah malapetaka, mereka tidak mengingini kejadian tersebut. Mereka berusaha mengindarkan Tuhan Yesus dari skenario tersebut. Sebagai reaksi-Nya, Tuhan Yesus menghardik Petrus dengan berkata: “Hai Iblis, enyahlah daripada-Ku”.
Tuhan Yesus menolak apa yang dipandang baik oleh mereka, sebab apa yang mereka pandang baik sesungguhnya bukan sesuatu yang baik, sebab apa yang dipikirkan mereka ternyata bukan yang dipikirkan Allah.
Kalau sesuatu bukan yang dipikirkan Allah berarti pikiran iblis yang dapat mengganggu rencana Allah. Dengan tindakan mencegah Tuhan Yesus ke Yerusalem, murid-murid Tuhan Yesus beranggapan akan memperoleh sesuatu yang baik, tetapi ternyata tidak. Kalau seseorang tidak mau merubah cara berpikir yang tidak sesuai pikiran Tuhan, maka tidak akan selamat.
Tidak mengerti pikiran Tuhan berarti tidak tahu apa artinya Injil Kerajaan Surga, apa isinya dan apa yang dikehendaki Tuhan. Sikap murid-murid di atas ternyata sikap hati sebagian orang Kristen hari ini.
Apakah yang baik menurut pandangan Tuhan bagi manusia? Menurut Tuhan yang baik adalah keselamatan.
Keselamatan bukan hanya terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga. Terhindar dari neraka dan diperkenankan masuk surga adalah buah dari keselamatan, bukan keselamatan itu sendiri. Keselamatan adalah usaha Tuhan untuk memulihkan manusia agar segambar dengan diri-Nya atau sesuai dengan rancangan-Nya semula.
Injil adalah sarananya, sebab Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan.
Tidak mengerti Injil yang benar berarti gagal menerima karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus tersebut. Oleh sebab itu, belajar mengenal apa yang baik sesuai dengan maksud Tuhan harus merupakan prioritas.

Pikiran yang sesat karena tidak mengenal Injil yang benar dan tidak mengenal Yesus yang sejati atau asli berdampak pada sikap hati. Sikap hati yang salah membentuk gaya hidup yang salah pula. Gaya hidup yang salah akan berpengaruh keadaannya di kekekalan.
Oleh sebab itu, jemaat harus mendengar kebenaran Firman Tuhan yang murni.
Kalau pengajaran Firman benar-benar murni dari Tuhan, maka ia akan memperbaharui pikiran dan memberi pengertian mengenai siapa dan bagaimana Yesus yang benar itu.
Di dalam Injil yang benar ditunjukkan Yesus yang sejati dan diajarkan apa maksud Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Hal ini akan membuahkan kehidupan yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara benar.
Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara benar, artinya mengerti maksud penyelamatan yang Tuhan Yesus maksudkan.
Keselamatan yang dimaksudkan Tuhan adalah keselamatan dari karakter atau kodrat dosa. Ini berarti penyelamatan yang Tuhan Yesus lakukan adalah mengubah dari manusia berdosa, bukan saja menjadi baik, tetapi kesempurnaan karakter sebagai anak-anak Allah yang memiliki kesederhanaan, ketulusan, kesalehan, kesucian dan kejujuran seperti Tuhan Yesus.
Amin.

Selasa, 19 September 2017

MEMBACA TANDA-TANDA ZAMAN


Matius 24:4-8
4 Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
5 Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.
6 Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.
7 Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.
8 Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.

Setiap manusia menghadapi resiko kekekalan dalam hidupnya yang singkat ini, sebab manusia adalah makhluk kekal. Oleh sebab itu manusia yang tidak mempertimbangkan hal ini adalah manusia yang bodoh, tidak berakal. Kesukaran-kesukaran hidup yang terjadi dewasa ini sebenarnya hendak mengajak manusia untuk berpaling kepada Tuhan dan mencari yang bernilai abadi. Dunia yang kita huni ini bukanlah dunia yang menjanjikan. Kebakaran hutan, menipisnya lapisan ozon, gejala-gejala alam yang aneh dan menakutkan, makin berkurangnya sumber kekayaan alam, krisis-krisis hidup manusia (ekonomi, moral, politik, keamanan yang berkaitan dengan ancaman nuklir dan senjata perang pemusnah lain), dan berbagai ancaman-ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia seperti berbagai penyakit yang muncul tanpa ada terapinya dan lain sebagainya.

Hampir semua orang Kristen berpikir bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memberi damai atas bumi ini, sehingga ada ketentraman di bumi. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Kedatangan Tuhan Yesus ke bumi justru membawa goncangan atas bumi ini.
Oleh sebab itulah dalam Matius 10:34 Tuhan Yesus memberi pernyataan : "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Sebelum Tuhan Yesus datang merebut kuasa di surga dan di bumi, iblis (lusifer) masih berkesempatan untuk bisa merebut dunia. Kedatangan Tuhan Yesus adalah untuk mengakhiri sejarah lusifer yang jatuh dan dunia ini. Dunia akan dibawa kepada keadaan yang terus bergolak sebelum zaman baru (Matius 24:8, akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru).

Dalam teks aslinya kata “permulaan penderitaan menjelang zaman baru” terjemahan dari arkhe odinon (ἀρχὴ ὠδίνων). Hal ini menunjuk penderitaan sebelum seorang ibu melahirkan anak (the pain of childbirth). Tidak akan ada zaman baru sebelum ada goncangan-goncangan. Kedatangan Tuhan Yesus melegalisir atau mensahkan adanya goncangan tersebut. Betapa konyolnya kalau seorang Kristen berpikir bahwa kedatangan-Nya ke dunia untuk memberi damai sejahtera di bumi seperti konsep damai sejahtera menurut anak-anak dunia (Lukas 12:49-56).
Bumi akan terus digoncang dengan berbagai goncangan yang membuat bumi tidak lagi menjadi hunian yang aman. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak Tuhan mengerti bahwa maksud kedatangan Tuhan Yesus semata-mata hanya untuk mempersiapkan mereka masuk Kerajaan-Nya. Jika seseorang tidak mau mengerti hal ini, berarti menolak keselamatan yang disediakan Tuhan. Hal ini sama seperti istri Lot yang menolak untuk memiliki langkah-langkah penyelamatan sesuai dengan kehendak-Nya.

Kedatangan Tuhan Yesus membawa manusia memasuki satu masa yang sangat istimewa, yaitu zaman anugerah. Anugerah di sini adalah keselamatan yang disediakan bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Keselamatan tersebut adalah dipulihkannya hubungan manusia dengan Allah, karakter manusia diperbaharui dan perkenanan Tuhan menjadikan manusia pewaris Kerajaan Allah, dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Di zaman anugerah ini keselamatan tersebut ditawarkan. Bagi orang yang menerima keselamatan itu, yaitu percaya secara benar dengan mengikuti jejak-Nya, baginya tersedia kemuliaan bersama dengan Yesus dalam Kerajaan-Nya. Ini adalah masa di mana manusia dimungkinkan menjadi corpus delicti.
Zaman anugerah sebenarnya juga sama artinya dengan zaman akhir. Zaman akhir adalah zaman yang memiliki rentang waktu dari kenaikan Tuhan Yesus ke surga sekitar tahun 30 Masehi sampai kedatangan-Nya yang kedua (yang entah kapan?).
Ini bukan saja akhir zamannya manusia, tetapi juga akhir zamannya Iblis (Iblis telah eksis selama entah berapa juta atau milyar tahun). Kemenangan Tuhan Yesus di kayu salib dan kebangkitan-Nya mengakhiri riwayat Lusifer yang jatuh itu.

Di zaman anugerah ini bukan berarti hidup manusia menjadi lebih nyaman dan dunia lebih aman, tetapi sebaliknya, justru hidup manusia menjadi tidak nyaman dan dunia tidak menjadi aman.
Di waktu zaman anugerah atau zaman akhir ini, dunia akan dibawa kepada pergolakan-pergolakan yang hebat. Justru pergolakan tersebut menandai akan datangnya zaman baru. Pergolakan-pergolakan yang hebat itu dinyatakan Tuhan Yesus dalam Matius 24: 6-8.
Berkenaan dengan hal ini maka Rasul Petrus memberitahukan kepada orang percaya bahwa bumi ini akan dihancurkan oleh Tuhan dengan nyala api yang maha dashyat.
Rasul Petrus menasihatkan agar orang percaya harus memfokuskan pengharapan hidupnya hanya kepada hari kedatangan Tuhan menyatakan diri-Nya (1 Petrus 1:13-16) serta terus menggelar peragaan hidup yang semakin kudus, tak bercacat dan tak bernoda.
Inilah ciri hidup orang percaya yang berjaga-jaga yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus.
2 Petrus 3:10-14
10 Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup
12 yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.
13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.

Tuhan berkata: “Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak” (Matius 16:1-4).
Pernyataan ini memberi petunjuk bahwa sebagaimana seseorang dapat mengenali cuaca dengan tanda-tanda yang ada, demikian pula seorang anak Tuhan harus dapat menemukan tanda-tanda zaman untuk mengerti saat-saat penting dunia. Tuhan sengaja menunjukkan tanda-tanda tersebut kian jelas, supaya anak-anak Tuhan dapat bersiap-siap. Dengan mengenali saat-saat penting tersebut kita dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu (Matius 24:45-51). Dewasa ini terdapat orang percaya yang tidak melakukan kehendak Bapa.
Celakalah dia kalau Tuannya datang pada saat di mana ia harus bekerja, tetapi ternyata tidak melakukan tugasnya dengan baik.
Tanda-tanda zaman yang kita dapat baca ini akan menggerakkan kita untuk melakukan tindakan yang penting atau berjaga-jaga. Kalau Tuhan belum datang beberapa puluh tahun ke depan, jika menutup mata selamanya kita masing-masing juga harus menghadap Bapa mungkin beberapa jam kedepan, esok hari atau lusa. Siapkah saudara?

Situasi dunia yang jahat hari ini menunjuk agar kita dapat membaca tanda-tanda zaman atau tanda-tanda hari kedatangan Tuhan Yesus yang semakin mendekat.
Situasi dunia yang jahat hari ini dimaksudkan agar membawa kita lebih memandang Tuhan, mempersiapkan diri memasuki zaman baru di langit baru bumi baru di Kerajaan Tuhan Yesus dan menantikan hari penghakiman Allah yang semakin mendekat; di mana semua orang akan memperoleh apa yang patut diterimanya.

Amin.