Minggu, 31 Juli 2016

BERJAGA-JAGA DAN BERDOA


Matius 26:41  Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Keselamatan dari Allah yang kita terima sama sekali bukan karena perbuatan baik atau jasa kita, tetapi oleh karena anugerah. Tetapi anugerah itu pun akan sia-sia apabila kita tidak bertanggung jawab menjaga pemberian Allah tersebut untuk hidup didalam ketaatan penuh didalam kehendak dan kedaulatan-Nya.
Anugerah-Nya memberi jalan bagi kita supaya kita bisa dibentuk menjadi anak Allah yang berkenan dihadapan-Nya, atau pantas disebut anak Allah (Yohanes 1:12).

Dalam hal ini kita mengerti mengapa Paulus berkata bahwa ia juga berusaha, baik diam di dalam tubuh ini, maupun diam di luarnya, supaya dikenan-Nya (2Korintus 5:9).
Berusaha untuk hidup berkenan dihadapan Allah adalah perwujudan iman yang benar.
Orang yang tidak beriman tidak akan berusaha untuk mencari perkenanan hidup dihadapan-Nya.
Allah berkenan kepada kita apabila segala yang kita lakukan sesuai dengan kehendak-Nya.

Seirama dengan tanggung jawab untuk diperkenan Allah ini, Paulus juga menyatakan bahwa dirinya melatih tubuhnya dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan ia sendiri ditolak (1Korintus 9:27).
Pernyataan Paulus ini menunjukkan bahwa sekalipun ia sudah memberitakan Injil, tetapi kalau ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya, ia juga bisa ditolak.
Ia harus mengendalikan tubuhnya, artinya rohnya harus berkuasa atas jiwanya yang mengendalikan seluruh tubuh.
Untuk itu kita yang mau memperoleh perkenanan Allah setiap waktu harus selalu berjaga-jaga dan berdoa.

Kata “berjaga-jaga” dalam teks kita hari ini adalah gregorévo yang artinya “tetap terjaga, tidak tidur” atau “waspada”. Pertanyaannya adalah bagaimanakah sikap berjaga-jaga itu?
Sikap berjaga-jaga adalah selalu berusaha mengoreksi diri apakah suatu tindakan baik, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, sungguh-sungguh berasal dari Allah.
Orang percaya tidak boleh lagi melakukan hal-hal yang tidak diingini dan yang bukan berasal dari Allah.
Mengoreksian tersebut hanya bisa dilakukan melalui kecerdasan roh, bukan lagi dengan cara membandingkan dengan hukum yang tertulis seperti bangsa israel berpatokan dengan hukum yang tertulis pada hukum taurat.
Ketika Tuhan Yesus mengatakan : Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Matius 7:21) hal ini Jelas sekali menunjuk orang-orang yang dibenarkan oleh iman adalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapa dengan setia disepanjang hidupnya.
Olehnya untuk memiliki kecerdasan roh kita harus bertumbuh dan terus diubahkan dalam kebenaran Firman Tuhan yang murni setiap hari dan meminta tuntunan Roh Kudus setiap waktu.

Langkah berikutnya adalah berdoa.
Kata doa dalam bahasa Yunaninya adalah prosévkhomai, gabungan dari dua kata:prós dan évkhomai.
Prós adalah kata depan yang menunjukkan arah ke depan, sementara évkhomai berarti “berharap” atau “berkehendak”. Jadi, prosévkhomai berarti harapan dan keinginan yang sangat kuat ke depan. Sebagai anak-anak Allah, yang kita pandang dan kita harapkan ke depan adalah diperkenan oleh Tuhan Yesus agar kita dipantaskan menjadi anak-anak-Nya, yaitu anak-anak yang melakukan dengan taat kehendak-Nya dan yang selalu dapat memuaskan hati-Nya.

Dengan demikian bukan tanpa alasan Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk berjaga-jaga dan berdoa sebab dengan taat melakukan hal tersebut kita semakin bisa memahami cara memperoleh hidup yang diperkenan oleh Tuhan dan dipandang oleh Tuhan sebagai anak-anak kerajaan yang bisa memuaskan hati-Nya setiap waktu.

Amin.

Jumat, 29 Juli 2016

MEMAHAMI MAKNA "MENYANGKAL DIRI"


Lukas 9:23  Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.

Jika kita melihat perikop ayat ini Tuhan Yesus memberitahukan tentang penderitaan yang harus ditanggung-Nya dan syarat-syarat mengikut Tuhan Yesus.
Syarat yang diajukan oleh Tuhan kepada setiap orang yang mau mengikut-Nya adalah : ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Tuhan Yesus serta bersedia dan berani untuk kehilangan nyawanya (Lukas 9:23-24).

Kali ini kalimat yang akan kita sorot dalam pembahasan ini adalah kata menyangkal diri.
Kata "menyangkal" dalam teks Yunani adalah "aparneomai" yang bisa berarti mengabaikan diri sendiri, melupakan diri sendiri dan kepentingan diri (disregard oneself, lose sight of one's self and one's own interests)

Dengan demikian menyangkal diri tidak hanya berbicara mengenai usaha untuk menolak dosa, yang dipahami sebagai segala perbuatan yang melanggar hukum atau melanggar etika namun juga kesediaan melakukan segala kehendak Tuhan yang rela melepaskan semua pola berpikir, filosofi dan cara hidup yang tertuju pada pemenuhan kepentingan diri sendiri dan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Jadi menyangkal diri dimaksudkan agar orang percaya bisa memaksimalkan diri untuk hidup bagi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.

Kesediaan kita untuk menyangkal diri adalah keharusan yang tidak boleh dihindari dan ditunda, karena waktu kita dalam hidup ini sangat singkat, dan apabila waktu ini tidak kita manfaatkan dengan baik untuk belajar menyangkal diri, maka kesempatan tersebut akan semakin habis dan kita bisa-bisa memasuki kekekalan dengan tangan hampa, tanpa membawa kemuliaan apa pun untuk dipertangungjawabkan dihadapan Tuhan.

Banyak orang menunda penyangkalan diri karena memang mereka tidak mengerti bahwa hal ini adalah suatu keharusan yang harus selalu diselenggarakan didalam hidup orang percaya setiap waktu, dan juga tidak sedikit orang merasa hal ini tidaklah penting, sebab mereka merasa puas dengan keadaan kehidupan rohani mereka yang dikarenakan sudah merasa beribadah kepada Tuhan Yesus dengan pergi ke gereja tiap minggu dan ikut terlibat dalam kegiatan rohani lainnya dan berpikir Tuhan sudah mati dan bangkit, saya selamat, selesai; kalau mati saya masuk surga.
Itulah pandangan yang menyebabkan orang tidak mau menyangkal diri.

Jadi penyangkalan diri juga merupakan  proses untuk menundukkan diri dibawah kedaulatan Allah sepenuhnya.
Yang perlu dicatat disini, hal penyangkalan diri tidak bisa kita lakukan dalam waktu yang singkat, karena selain memiliki dosa warisan yaitu karakter yang diwarisi dari orang tua dan nenek moyang kita, kita sudah sangat lama berirama hidup yang salah, yaitu hidup untuk kesenangan bagi diri sendiri dan itu sudah sangat melekat didalam diri kita selama bertahun-tahun.
Penyangkalan diri juga berarti proses dan usaha kita untuk mengalihkan fokus hidup, dari diri sendiri beralih menjadi berpusat kepada Tuhan. Jelas ini butuh waktu yang tidak singkat.
Kalau anugerah waktu yang kita miliki kita sia-siakan, maka kita adalah orang-orang yang tidak serius mengikut Tuhan dengan segenap hati.
Hal ini bisa menunjukan kita juga telah gagal melaksanakan perintah Tuhan yang berkata : Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu (Markus 12:30).
Kita hanya orang yang ingin selamat namun tidak pernah mau mengerjakan keselamatan yang adalah merupakan tanggung jawab yang berikan oleh Tuhan Yesus kepada kita.

Penyangkalan diri juga merupakan proses dan usaha untuk memindahkan hati dan fokus hidup, dari kerajaan dunia kepada Kerajaan Sorga.
Bagi manusia yang berdosa, ini mustahil sebab hati manusia sudah terpasung atau tertawan oleh percintaan dunia ini.
Tetapi puji Tuhan, bagi Tuhan kita Yesus Kristus tidak ada yang mustahil!
Oleh pertolongan Tuhan Yesus melalui Roh Kudus, kita bisa mengalihkan fokus itu.
Hanya saja kita juga harus meresponinya dengan serius, dengan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bersedia melakukannya.

Dengan memindahkan fokus hidup kita kepada kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya, kita adalah orang-orang yang kaya di hadapan Tuhan. Ini berbeda dengan orang-orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri di bumi ini; mereka tidak kaya di hadapan Tuhan (Lukas 12:21).
Orang yang kaya di bumi maksudnya merasa kepentingan diri sendiri adalah yang terpenting, dirinya tidak harus mentaati Tuhan.
Olehnya orang seperti ini Tuhan Yesus mengatakan sangat sulit untuk mereka bisa masuk ke dalam kerajaan sorga (Matius 19:23), sebab di hadapan Tuhan sesungguhnya mereka miskin, melarat dan akan menghadap Bapa dengan tangan hampa sebab tidak melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa di sorga dengan segenap hidup.

Jadi untuk sementara waktu di bumi ini fokus dan tujuan hidup kita akan menentukan cara kita mengerjakan keselamatan yang sudah disediakan Kristus.
Dengan menyangkal diri, kita semakin bisa memahami pikiran dan perasaan Tuhan serta hidup di dalamnya dengan sukacita dan kerelaan memberi diri hidup bagi kepentingan Tuhan dan melakukan kehendak-Nya tanpa batas.
Jika kita merasa diri kita pengikut Kristus yang sejati, maka mari kita menyangkal diri setiap waktu sebagai tanda keseriusan kita mengerjakan keselamatan yang adalah merupakan bentuk respon kita mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus yang telah menjadi Tuhan sang penebus kita.

Amin.

Rabu, 27 Juli 2016

MEMAHAMI "DIBENARKAN OLEH IMAN" SECARA BENAR


Galatia 2:16  Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.

Jika salah memahami kalimat Rasul Paulus "bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus", maka akan mengakibatkan salahnya juga dalam menyelenggarakan hidup yang benar dihadapan Tuhan kita Yesus Kristus.
Akibatnya tentu sangat berakibat fatal sebab kita bisa tidak dikenal oleh Tuhan Yesus karena tidak memahami apa arti memiliki iman yang murni dihadapan-Nya
Olehnya kita perlu memahami dengan benar dan membedah apa makna dibenarkan oleh iman itu.

Tentu kita semua setuju tolak ukur kita dibenarkan bukan dari perbuatan namun kita dibenarkan oleh iman kita kepada Tuhan Yesus.
Namun pernyataan ini tidak berarti bahwa kita bisa lepas dari tanggung jawab dari panggilan kita untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus, menyelengarakan hidup seperti Dia hidup (Roma 8:29 ; 1 Yohanes 2:6) sebagai buah dan tanda keberimanan kita kepada Tuhan Yesus.
Jika tidak demikian maka kita bukanlah orang-orang yang disebut memiliki iman dihadapan Tuhan.
Olehnya kita perlu mendengarkan, mengenal dan mengerti Firman Kristus secara lengkap sebab iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.

Dibenarkan karena iman adalah kunci penting dalam keselamatan.
Tetapi masalahnya adalah apakah iman itu?
Tentu saja untuk menjawab apakah iman itu harus dihubungkan dengan Abraham yang disebut sebagai bapa orang percaya. Bila kita mengamati kehidupan Abraham yang menjadi teladan iman kita, dimana orang percaya diajar untuk memiliki iman seperti itu, dan dapat menemukan iman yang benar dihadapan Tuhan.
Abraham memiliki respon yang positif dan kuat terhadap kehendak Allah (Kejadian 15:6).
Alkitab mencatat bahwa Abraham mengekspresikan imannya didalam perbuatan-perbuatan yang taat dan seturut dengan kehendak Allah sehingga Abraham dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah.
Abraham disebut sebagai sahabat Tuhan dan imannya diperhitungkan sebagai kebenaran, setelah ia menunjukkan imannya dengan perbuatannya.
(Yakobus 2:21-23
21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah.")
Persahabatan Allah dengan Abraham bukan karena persahabatan atas dasar paksaan atau “sahabat buatan” atau karena Abraham terpaksa atau karena tekanan, tetapi dengan rela Abraham mau menjadi sahabat Tuhan dengan segala harga yang harus dibayarnya.
Tindakan Abraham itulah iman yang membuatnya dibenarkan.

Dengan demikian iman bukan sekedar aktivitas pikiran saja.
Iman yang hanya aktivitas pikiran adalah iman palsu. Banyak orang Kristen terjebak dengan pengertian iman seperti ini, bahkan merasa sudah dibenarkan dan memiliki keselamatan dengan iman yang palsu tersebut.
Iman seperti ini adalah iman yang mati dan tidak akan dibenarkan dihadapan Tuhan.
Tuhan sedang mencari orang-orang yang bisa mengekpresikan/menunjukan imannya kedalam perbuatan-perbuatan yang taat terhadap kehendak Tuhan sebab iman bukan hanya sebuah persetujuan pikiran bahwa kita setuju dengan apa yang Tuhan katakan, tetapi iman harus diekspresikan dengan tindakan nyata yang menunjukkan percaya kita kepada-Nya.
Didalam surat Yakobus menegaskan: ”…oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yakobus  2:17-26). Iman sempurna akan terbentuk melalui tindakan perbuatan nyata selama bertahun-tahun, sampai membangun sebuah iman yang murni.
Tindakan-tindakan inilah yang sebenarnya disebut sebagai iman.

Jadi kita bisa mengerti mengapa iman dan perbuatan harus tetap berjalan bersama-sama yang merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan sebab keduanya merupakan satu komponen kebenaran yang sempurna sehingga iman seseorang bisa dibenarkan dan berkenan dihadapan Tuhan.
Dengan perbuatan melakukan kehendak Tuhan maka imannya menjadi sempurna.
Iman Abraham adalah responnya yang taat terhadap panggilan Tuhan.
Respon Abraham bukan respon yang putus nyambung dan hanya sesaat saja.
Sejak Abraham keluar dari Urkasdim sampai hari tuanya, dimana ia harus mengorbankan Ishak, adalah rentetan pergumulan yang melaluinya iman Abraham disempurnakan.
Oleh perbuatan-perbuatannya imannya menjadi sempurna.
Dengan demikian Iman adalah sikap penurutan terhadap segala kehendak Allah dalam tindakan nyata didalam seluruh wilayah hidup.

Paulus dalam kesaksian hidupnya mengatakan: “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kisah Para Rasul 20:24).
Paulus merupakan teladan dari seorang anak Tuhan yang berani “all out” bagi Tuhan ini juga tentu diperhitungkan Tuhan sebagai tindakan iman.
Dalam nasehatnya Paulus berkata: Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia (1 Korintus 15:58).
Dengan demikian sangat jelas Paulus sangat menghidupi imannya kepada Tuhan dengan memberikan irama hidup yang all out dalam tindakan nyata dan giat selalu dalam pekerjaan Tuhan.
Irama hidup all out bagi Tuhan harus merupakan irama yang harus selalu diselenggarakan dalam kehidupan ini, sehingga seorang anak Tuhan dengan otomatis telah dapat mengutamakan Tuhan dalam kehidupan ini.
Di sini seseorang barulah dapat berjalan seiring dengan Tuhan, inilah keseimbangan yang Tuhan kehendaki, yaitu selaras dengan keinginan Tuhan, selalu setia memikul kuk yang Tuhan kenakan guna untuk mengenakan kehidupan yang berkenan dihadapan-Nya.

Alkitab menyatakan bahwa iman tanpa perbuatan seperti tubuh tanpa roh dan iman seperti itu hakekatnya adalah mati (Yakobus 2:26 ; Yakobus 2:17).
Hal yang harus kita perkarakan hari ini adalah perbuatan/tindakan apakah yang ada pada kita yang menunjukkan iman kita kepada Tuhan Yesus?.
Bila tidak ada tindakan apa-apa dalam meresponi panggilan Tuhan hidup mengikuti jejak-Nya berarti kita belum bisa dikata memiliki iman, apalagi mengaku orang yang akan dibenarkan oleh iman.
Jadi, iman bukan sesuatu yang abstrak yang tak terbukti.
Iman memiliki perwujudan, yaitu tindakan yang nyata menuruti segala kehendak Tuhan guna memuliakan Tuhan didalam seluruh wilayah hidupnya.
Ketaatan Abraham menuruti perintah Tuhan untuk meninggalkan Ur-Kasdim dan ketaatannya bersedia mengorbankan Ishak anak satu-satunya di hari tuanya sebagai korban bakaran, merupakan tindakan yang menunjukkan imannya.
Tindakan Abraham yang sangat ekstrem tersebut adalah tindakan yang menunjukkan imannya.
Dengan tindakan tersebut Abraham dapat menjadi model umat Tuhan yang memiliki iman yang benar. Kalau kita mengaku sebagai anak-anak Abraham di dalam iman, maka kita harus memiliki langkah seperti yang telah diperagakannya.

Ketika Tuhan Yesus mengatakan : Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Matius 7:21), ini berarti Tuhan mau menunjuk orang percaya untuk bisa membuktikan buah dari imannya dalam bentuk tindakan nyata yang menunjukkan dan membuktikan ketaatannya menuruti dan melakukan segala kehendak Tuhan diseluruh wilayah hidupnya.

Jadi orang dibenarkan oleh iman artinya orang yang dengan taat mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar melalui sikap/tindakan nyata penurutannya setiap hari terhadap segala kehendak Tuhan didalam seluruh wilayah hidupnya.
Orang seperti ini akan semakin terlihat jelas menampakan kehidupan yang menunjukan buah keberimanannya kepada Tuhan melalui pembaharuan pikiran yang diubahkan oleh Firman dan Roh Kudus dari waktu ke waktu, ia akan semakin berhati-hati didalam seluruh tindakannya untuk tidak menyakiti hati Tuhan dengan menjaga kekudusan hidupnya mulai dari pikiran, perkataan dan perbuatannya,
ia akan menjadi pribadi yang semakin mengejar sempurnaan sebagai anak-anak Allah yang berkenan dihadapan Tuhan Yesus dan semakin serupa dengan gambar-Nya.
Orang dibenarkan oleh iman tentu ia adalah orang yang sangat menghidupi hukum kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus yang diFirmankan-Nya, senang bersekutu dan bergaul karib dengan Tuhan melalui meluangkan waktu khusus bertemu dengan Tuhan setiap hari secara pribadi guna untuk mengenal dan mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan, ia tidak akan lagi melanggar etika-etika hidup yang berkenaan dengan moral umum maupun berkenaan dengan sikap hati, sebab pikirannya telah diarahkan dan selalu tertuju kepada pikiran dan perasaan Kristus setiap waktu.

Mereka yang sudah terbiasa hidup dalam kehendak diri sendiri dan tidak bersedia untuk hidup dalam penurutan terhadap segala kehendak Tuhan adalah orang tidak pernah memiliki iman yang berkenan dihadapan Tuhan.
Mereka hanya berani membayar imannya dengan harga murah, yaitu “remah-remah dari hidupnya”, padahal iman harus dibayar dengan menyerahkan segenap hidupnya tanpa batas bagi Tuhan, yaitu kesediaan melayani dan hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya, mengabdi kepada kepentingan-Nya, hidup didalam penurutan kehendak Tuhan dan tunduk secara penuh didalam kedaulatan-Nya yang selalu merajakan Tuhan Yesus didalam seluruh kehidupannya.

Yakobus 2:17-18
17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."

Amin.

Selasa, 26 Juli 2016

SIKAP HIDUP ANAK TEBUSAN YANG SEJATI


Roma 6:1-4
1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?
3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Menjadi anak tebusan oleh kurban Tuhan Yesus berarti kita ditebus pula oleh cara hidup kita yang sia-sia, yang kita warisi dari nenek moyang kita (1 Petrus 1:17-19).
Memang tujuan penebusan oleh darah Tuhan Yesus adalah agar kita hidup dengan cara hidup yang baru yaitu meninggalkan semua percintaan akan dunia dengan segala filosofinya, meninggalkan praktek-prakrek dosa serta praktek-praktek kecemaran tubuh dan kemudian mengikuti cara hidup seperti Tuhan Yesus hidup, hidup didalam kekudusan-Nya, mengasihi Tuhan dan sesama manusia dan mengajarkan cara  hidup tersebut kepada orang lain.
Sejak kita terlahir didunia ini, kita sudah melihat, mencontoh dan belajar cara hidup yang tidak sesuai dengan kehidupan anak tebusan.
Memang pada waktu itu nenek moyang kita dan kita sendiri tidak mengerti bagaimana hidup sebagai anak tebusan itu; akan tetapi sekarang tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan tidak tahu, sebab Tuhan sudah memberikan Injil-Nya untuk dipelajari sehingga kita harus memberikan respon yang benar dalam berjuang untuk mengerti, mengenal dengan benar seluruh yang di Firmankan-Nya dan mengenakannya didalam seluruh wilayah kehidupan kita.

Seseorang tidak akan bergairah belajar Firman Tuhan guna menemukan tuntunan hidup baru sebagai anak-anak Allah, jika memang ia sendiri tidak memiliki niat yang serius untuk menjadi anak tebusan yang sejati.
Niat yang serius ini harus ada didalam diri seseorang sebagai responnya terhadap keselamatan yang sudah Tuhan berikan dan hal ini harus ditunjukkan dengan memberi diri dimuridkan oleh Tuhan setiap hari, arti dimuridkan di sini adalah orang percaya taat memberi diri dibimbing oleh Firman-Nya dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus setiap waktu, segala sesuatu harus sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan dan tidak boleh lagi menyelenggarakan hidup dalam kedagingan dan dosa.
Inilah idealnya hidup yang baru yang dikehendaki oleh Tuhan kita Yesus Kristus dan ini merupakan cara hidup yang benar sebagai anak-anak tebusan yang telah dimerdekakan oleh Kristus.
Yang perlu dicatat disini adalah hidup sebagai anak tebusan yang ideal dimata Tuhan tidak akan didapat secara otomatis untuk bisa langsung kita miliki, hal ini haruslah diperjuangkan setiap hari bahkan setiap tarikan nafas hidup kita hingga sampai akhir hidup di bumi ini.
Untuk ini kita harus terus belajar kebenaran Injil yang murni setiap hari sebab Firman Tuhan adalah buku petunjuk orang percaya untuk menyelenggarakan hidup baru yang Tuhan Yesus kehendaki. Tentu kita juga harus bersedia dipimpin Roh Kudus agar kita dimampukan mengenakan Firman dan melakukan kehendak Bapa dengan setia.

Setelah kita memberi diri menjadi anak tebusan Tuhan, kita harus mulai menjadi murid Tuhan Yesus yang sejati, setia dalam perkara-perkara kecil yang didalamnya kita selalu ada didalam penurutan Firman Tuhan dan Roh Kudus setiap harinya.
Seseorang dapat dikatakan murid Tuhan Yesus yang sejati jika ia bersedia dididik dan bersedia meninggalkan segala miliknya yang dianggap sebagai kesenangan hidup kemudian mengikuti kehendak Tuhan (Lukas 14:33).
Seluruh kegiatan hidup di bumi ini harus dijadikan sarana dan kesempatan untuk belajar menjadi murid Tuhan yang sejati, dengan mengarahkan perhatian kita kepada proses pemuridan ini maka kita baru bisa mengarahkan hidup kita kepada Tuhan dan kerajaan-Nya.
Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan mengumpulkan harta di Surga. Melalui proses panjang dan perjuangan mengenal, mengerti dan terus-menerus mengenakan Firman Tuhan didalam kehidupannya, kemudian memberi diri di pimpin oleh Roh kudus setiap waktu, pada akhirnya seseorang akan bisa berkata, “Hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku” (Galatia 2:19–20).
Sejatinya inilah cara hidup yang benar sebagai anak tebusan yang berkualitas dan berkenan dihadapan Tuhan kita Yesus Kristus.

Amin.

Senin, 25 Juli 2016

MENYADARI HIDUP KITA ADALAH MILIK TUHAN


1 Korintus 6:19-20
19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Sejak manusia jatuh dalam dosa, manusia telah kehilangan kehidupan.
Manusia hidup tanpa harapan di bawah bayang-bayang maut, di bawah ancaman hukuman yang bisa menjebloskannya ke dalam lautan api kekal. Ini suatu kehidupan yang sungguh sangat celaka dan sangat mengerikan.

Namun puji syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang telah memberikan belas kasihan-Nya dengan darah dan nyawa-Nya, Ia rela menjadikan diri-Nya sebagai korban penebusan bagi seluruh dosa-dosa kita, sehingga kita kembali diberi peluang untuk hidup didalam keselamatan-Nya.
Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus menempatkan orang percaya sebagai anak tebusan-Nya.
Setelah ditebus oleh Tuhan Yesus, kita dapat menjadi anak-anak Allah.
Namun jikalau kita adalah anak-anak-Nya, maka disepanjang waktu hidup kita, kita harus bersedia memberi diri untuk “dididik dan diatur” oleh-Nya, hingga kita menjadi pribadi yang bisa mengenakan cara hidup yang dikehendaki oleh Tuhan. Alkitab sangat jelas mengatakan bahwa hidup kita bukan lagi milik kita sendiri namun hidup kita sudah dimiliki oleh Tuhan Yesus sepenuhnya.
Jika kita tidak memberi diri untuk dididik dan diatur oleh Tuhan, berarti kita menolak ditebus oleh Tuhan guna menjadi milik-Nya.

Memang mulanya ketika kita “dididik dan diatur” oleh Tuhan rasanya tidak enak, sebab manusia lama atau kedagingan kita akan memberontak.
Tetapi melalui proses pembelajaran atau pendewasaan, kita akan menemukan indahnya hidup dalam pengaturan Tuhan. Cepat atau lambat kita akan bisa menikmati irama hidup dalam pengaturan Tuhan, dan membuktikan bahwa inilah hidup yang berkualitas.

Sejujurnya, di antara kita sebetulnya masih banyak orang yang masih menyelenggarakan hidup mengatur dirinya sendiri dengan semaunya, seolah-olah hidup ini adalah miliknya sendiri. Memang dulu sebelum menjadi milik Tuhan, kita bisa berbuat apa saja yang menyukakan hati kita.
Kita bebas menggunakan mulut, mata, anggota-anggota tubuh lainnya dan bahkan seluruh milik dan harta kita, cendrung banyak kita pergunakan untuk apa saja sesuai selera dan sesuka hati kita.
Akan tetapi setelah menjadi anak Tuhan, maka kita wajib harus hidup dalam kendali Tuhan Yesus yang telah menebus hidup kita dari kebinasaan kekal dan sekarang Ia menjadi Pemilik hidup kita satu-satunya.

Sering kita tidak menyadari kenyataan ini. Pikir kita menjadi anak tebusan itu tidak memiliki konsekuensi; padahal sesungguhnya kita telah dibeli dan ditebus dengan harga yang termahal, yaitu dengan darah Tuhan Yesus di kayu salib.
(1 Petrus 1:18-19
18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat).
Dengan demikian kita harus sadar bahwa sebagai anak tebusan kita tidak bisa lagi hidup suka-suka sendiri.
Setelah kita ditebus dan dimiliki oleh Tuhan, sekarang kita harus hidup sesuai dengan apa yang disukai oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Jadi orang yang dulu punya kebiasaan yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan atau yang menggelar cara hidup yang tidak menjadi kesenangan-Nya, maka ia harus bersedia berubah dan mengenakan cara hidup yang Tuhan Yesus kehendaki.
Cara hidup yang Tuhan Yesus inginkan tentu adalah cara hidup yang mengikuti jejak hidup-Nya.
Orang yang masih bebas menggelar cara kehidupan suka-suka sendiri maka ia sebenarnya sedang menolak karya penebusan Tuhan Yesus.
Jika ia masih mengeraskan hatinya untuk tidak mau diatur dan dididik untuk mengenakan cara hidup sebagaimana layaknya anak-anak terang hidup maka ia akan tetap mengalami maut dan penghukuman kekal didalam kegelapan abadi.

Hendaknya kita semakin sadar bahwa merupakan kebahagiaan terbesar dan luar biasa manakala kita bisa hidup dalam didikan dan pengaturan Tuhan dan menyerahkan semuanya dalam kedaulatan dan kendali Tuhan, sehingga sebagai anak-anak terang kita baru bisa memuaskan hati Pencipta kita Tuhan Yesus Kristus.
Kita akan selalu menjadi anak-anak yang akan diistimewakan oleh-Nya dan kelak kita pun pasti diterima didalam kemah abadi-Nya untuk menerima mahkota kehidupan kekal didalam kerajaan-Nya untuk selama-lamanya.

1 Korintus 10:26  Karena: "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan."

Amin.

Minggu, 24 Juli 2016

MENJAGA INTEGRITAS SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH


Lukas 17:26-27
26 Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia:
27 mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.

Dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus menyinggung nama Nuh. Ia mengungkapkan bahwa hari-hari kedatangan-Nya kelak sama seperti pada zaman Nuh: manusia makan dan minum, kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.
Dalam pernyataan Yesus di sini ada dua hal yang ingin disampaikan-Nya.

Pertama, Ia hendak menunjukkan bahwa keadaan dunia sebelum berakhir adalah keadaan dunia yang manusianya sama seperti keadaan dunia pada zaman Nuh. Manusia sibuk dengan segala kegiatan rutin menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmaninya, sampai tidak sadar bahwa dunia akan berakhir.
Karena sudah hanyut dengan berbagai rutinitas kehidupan untuk mencari kepuasan duniawi, maka banyak orang tidak sadar kalau umur mereka berjalan terus sampai kepada titik akhir.
Akhirnya mereka terhilang dalam kegelapan abadi.

Kedua, Tuhan menghendaki agar kita tetap teguh dalam integritas seperti Nuh. Sekalipun dunia sekitarnya tidak mengerti “dunia Nuh”, tetapi ia tetap pada jalur yang dikehendaki Tuhan untuk dijalaninya.
Ia tidak terpengaruh oleh lingkungannya, dan tidak turut hanyut dengan pola rutinitas dunia sekitarnya, ia tetap pada integritas sebagai anak-anak Allah yang menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran, segala tindakannya setiap waktu selalu ada dalam penurutan terhadap kehendak Tuhan, didalam hidupnya selalu ada dalam pemerintahan Tuhan Yesus yang memerintah sebagai Tuhan dan Raja atas hidupnya.

Setelah mengatakan tentang keadaan dunia akhir zaman yang seperti di zaman Nuh, Tuhan Yesus juga menceritakan perumpamaan mengenai janda yang ngotot agar permintaannya diluluskan oleh hakim yang lalim (Lukas 18:1–8). Pelajaran yang Tuhan ajarkan kepada kita bukan agar kita ngotot kepada Tuhan untuk meminta Tuhan membela kita. Banyak ajaran tentang perumpamaan ini sering kali di geser dari pemahaman makna yang sebenarnya.
Sering kali dalam perumpaan ini jemaat diajar agar dalam meminta sesuatu kepada Tuhan harus terus-menerus atau mendesak Tuhan tiada henti sampai Tuhan menyetujui permintaannya.
Tuhan dikesankan sebagai pribadi yang harus dipaksa-paksa, dibujuk-bujuk dengan doa-doa bahkan ada yang berpuasa supaya Tuhan memenuhi permintaannya yang biasanya ditujukan bagi pemenuhan kepentingannya.
Tentu ini adalah ajaran dan pemahaman yang salah dan keliru.

Kita tahu bahwa Tuhan bukan hakim yang lalim, karena itu orang yang menafsirkan perumpamaan ini sebagai keharusan untuk ngotot kepada Tuhan pasti tidak mengerti hakekat Tuhan.
Yang Tuhan Yesus ajarkan dalam perumpamaan ini adalah kita harus menjaga integritas: gigih dalam memperjuangkan segala sesuatu yang ditujukan bagi kepentingan dan kemuliaan Tuhan, dan terus setia kepada Tuhan sekalipun dalam keadaan sulit dan mustahil, seperti saat si janda menghadapi hakim yang lalim itu.
Olehnya diakhir perumpaan ini Tuhan Yesus berfirman, “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8).
Iman seperti apa yang ingin Tuhan Yesus dapatkan di bumi pada waktu kedatangan-Nya? Tentu iman yang murni, yaitu kehidupan anak Tuhan yang melakukan kehendak-Nya dengan berintegritas seperti Nuh, yang tetap setia hidup dalam kebenaran-Nya walau dunia sekitarnya  menawarkan pengaruh yang jahat untuk menarik supaya melakukan perbuatan daging yang berujung dosa.

Dikatakan Anak Tuhan yang beriman adalah jika ia tetap dalam integritasnnya sebagai anak-anak Tuhan yang senantiasa hidup dalam segala penurutan segala kehendak Tuhan, selalu setia mengerjakan perkara-perkara diatas, selalu menanamkan hatinya didalam kerajaan sorga, sekalipun dunia sekitarnya menawarkan kesempatan untuk meraih kesenangan hidup sebanyak-banyaknya yang setiap saat bisa mendesaknya supaya mengikuti pola arus hidup yang berasal dari dalam dunia ini.

1 Petrus 1:14-15
14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,

Amin.

Sabtu, 23 Juli 2016

MEMAHAMI KEMERDEKAAN DI DALAM KRISTUS


Roma 8:1-2
1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.

Banyak orang Kristen salah memahami apa yang dimaksud dengan kemerdekaan di dalam Kristus. Ini dikarenakan ia hanya membaca satu potong ayat saja yaitu di Roma 8:1, sehingga mereka merasa bebas menyelenggarakan hidupnya sesuai dengan keinginannya sendiri, sebab mereka berpikir tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
Harusnya untuk memahami suatu ayat didalam Alkitab kita harus membaca sampai habis satu pasal secara menyeluruh sehingga kita baru bisa mengerti maksud dari ayat demi ayat didalam Firman Tuhan yang kita baca.
Jika kita baca ayat selanjutnya di Roma 8:2 dan seterusnya maka disana kita mengerti bahwa orang yang dimerdekakan di dalam Kristus adalah orang-orang yang mau memilih hidup menurut Roh dan bukan lagi menurut daging.

Jika kita membaca kembali diayat selanjutnya di Roma 8:12-14 yang berbunyi :
12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
Dengan pernyataan ini kita semakin mengerti bahwa hidup orang percaya yang dimerdekakan didalam Kristus adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan Yesus, hutang ini adalah hutang untuk hidup menurut Roh.
Sebab dengan hidup menurut Roh menunjuk suatu persyaratan supaya orang yang dimerdekakan didalam Kristus dapat disahkan atau diakui menjadi anak-anak Allah yang berkenan dihadapan-Nya.

Dengan demikian adalah salah jika ada orang yang berpikir bahwa penebusan oleh Tuhan Yesus membuat mereka bebas dari potensi dosa yang akan datang, dan secara otomatis tidak akan kembali dikuasai olehnya.
Sejatinya ini pandangan yang tidak tepat. Memang Tuhan Yesus membebaskan manusia dari pemilikan kuasa kegelapan. Iblis tidak berkuasa lagi atas kehidupan seseorang yang mau menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tetapi ini tidaklah membuat seseorang otomatis tidak dikuasai lagi oleh dosa dan langsung bisa hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Kalau seorang Kristen memiliki konsep yang salah bahwa ia secara otomatis bisa hidup sesuai kehendak Tuhan tanpa melakukan perjuangan dan usaha apapun, akibatnya sikap hidupnya tidak bertanggung jawab untuk hidup sebagai orang percaya dalam kemerdekaan yang sejati.
Hidup menurut Roh harus diperjuangkan setiap hari bahkan setiap waktu.
Apa yang kita pikirkan, yang kita katakan, dan yang kita kerjakan harus sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Dalam segala hal kita harus dapat menyenangkan hati Tuhan dan segala tindakan kita harus dapat dinikmati oleh Tuhan, inilah yang dimaksud hidup menurut Roh itu, yang dimana setiap tindakan kita selalu ada didalam segala penurutan terhadap seluruh kehendak Tuhan Yesus.

Jadi kemerdekaan dalam Kristus harus dimengerti sebagai kebebasan untuk bisa memilih untuk hidup menurut Roh atau menurut daging.
Sebelum dimerdekakan oleh Tuhan Yesus melalui penebusan-Nya, seseorang tidak bisa hidup menurut roh; ia hanya bisa hidup menurut daging semata-mata.
Tetapi setelah dimerdekakan oleh Tuhan Yesus, ia bisa memilih salah satu dari dua pilihan hidup, yaitu menurut Roh atau hidup menurut daging.
Jadi kemerdekaan itu tidak otomatis membuat seseorang tidak lagi hidup menurut daging, lalu otomatis bisa hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan masuk Surga.
Yang perlu dicatat disini, Allah memberikan peluang kepada manusia mengarahkan kehendak bebasnya untuk diarahkan kepada hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu menjadi manusia sesuai dengan rancangan Tuhan semula, hidup dalam tatanan Tuhan, taat kepada ketetapan dan kehendak Tuhan dan menyerahkan haknya kepada pengaturan Tuhan.
Untuk ini tentu Tuhan memberikan potensi yang cukup yaitu dimateraikannya Roh Kudus didalam diri kita sehingga seseorang bisa diarahkan, didampingi dan diajar kepada segala jalan kebenaran-Nya.

Setiap hari, orang Kristen yang telah dimerdekakan oleh penebusan Tuhan Yesus, akan selalu diperhadapkan kepada dua pilihan, apakah ia mau hidup menurut Roh atau membiarkan diri tetap hidup menurut daging yang berujung maut.
Setiap hari akan terjadi pergumulan tarik-menarik antara hidup menurut Roh atau menurut daging, hidup sesuai dengan kehendak Tuhan atau kehendaknya sendiri yang telah terbiasa melakukan keinginan daging yang sudah barang tentu bertentangan dengan kesucian Tuhan.
Mana yang kita pilih?

Sebagai orang yang dimerdekakan Kristus, mari kita senantiasa selalu berjuang dan memilih untuk hidup menurut Roh, dan bukan lagi menurut daging.

Amin.

Jumat, 22 Juli 2016

HIDUP BAGI TUHAN YANG SESUNGGUHNYA


1 Korintus 10:31  Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

Jika kita ditanya “Bagaimanakah sebenarnya hidup untuk kemuliaan Tuhan/hidup bagi Tuhan itu?” jawaban yang biasanya akan muncul adalah bertekun dalam kegiatan-kegiatan yang disebut “kegiatan rohani” seperti berdoa, membaca Alkitab, membaca renungan harian atau pergi ke gereja/menjadi pelayan digereja dan kegiatan rohani lainnya.
Tentu hal ini belumlah tepat.
Banyak orang belum mengerti, bagaimana merealisasikan kehidupan yang dipersembahkan kepada Tuhan secara benar. Sayangnya banyak dari mereka tidak pernah mempersoalkannya dengan serius, karena menganggapnya abstrak, bukan prioritas, dan
lebih parah lagi kalau ada orang yang menganggapnya hidup bagi Tuhan itu cukup bagi orang-orang tertentu saja.

Dulu barangkali kita pernah berpikir, “Enak saja hidup bagi orang lain; bagi diri sendiri saja masih kurang.” Kalau ini masih tebersit dalam pikiran kita, kita harus segera bertobat dan berubah. Jika tidak, kita tidak akan mengalami bagaimana memiliki hidup yang benar, hidup yang berkualitas tinggi, hidup yang akan berkelanjutan di langit dan bumi baru atau dikekekalan didalam kerajaan Tuhan Yesus di Sorga.
Hanya orang-orang yang hidup bagi Tuhan dan untuk kemuliaan-Nya saja yang akan berlanjut di kekekalan kelak.
Orang yang hidup bagi dirinya sendiri, dengan rumus “Selalu untukku” tidak akan pernah puas dengan apa yang telah dimilikinya.
Mereka selalu membuka mata, mengangakan mulut, ingin memuaskan hasratnya dan meraih sebanyak-banyaknya.

Kalau masih mengejar keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1Yohanes 2:6), mustahil seseorang dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budinya.
Sebab ia masih tergolong manusia yang masih bisa mengabdi kepada dua tuan.
Dalam hal ini ia sendiri masih menjadi tuan atas diri sendiri.
Keinginan daging artinya mencari kepuasan diri dalam dagingnya, keinginan mata artinya hasrat memiliki kesenangan hidup yang bertumpu pada pemenuhan kebutuhan jasmani, dan keangkuhan hidup adalah pengharapan untuk kehormatan dari orang lain.

Sekarang di manakah posisi kita hari ini? Jika belum pada posisi yang benar dihadapan Tuhan, segeralah berbalik dan bertobat.
Untuk dapat mewujudkan hidup untuk kemuliaan Tuhan semata-mata, atau hidup bagi Tuhan, kita harus mulai mengenal kebenaran Tuhan yang bertalian dengan tujuan hidup manusia, bahwa hidup ini memang hanya untuk mengabdi kepada Sang Pencipta kita yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.

Didalam 2 Korintus 5:15 Paulus menjelaskan bahwa orang percaya yang menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang telah menjadi penebusnya maka ia dipanggil untuk hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya dan bukan lagi hidup untuk diri sendiri :
(2 Korintus 5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka).

Hidup bagi Tuhan adalah irama seluruh hidup kita yang dalam segala hal atau dalam segala sesuatu selalu tertuju hanya bagi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.

Ciri-ciri dari kehidupan seperti ini adalah pertama, berusaha mengerti dan melakukan Firman Tuhan dengan taat setiap saat.
Kedua, saat menjalankan profesi, ia akan berusaha meletakkan seluruh kegiatan ke dalam terang Firman Tuhan. Artinya ia tidak akan melakukan pekerjaan atau profesi yang bertentangan dengan etika kehidupan atau berkompromi dengan dosa.
Ketiga, selalu melibatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan.
Keempat, tidak menyukai hiburan-hiburan dunia seperti yang dicari oleh anak-anak dunia pada umumnya namun kesukaannya hanyalah mengenal kebenaran-Nya tanpa batas didalam hidupnya.
Kelima, merasa puas dan selalu bersyukur dengan fasilitas hidup yang telah dimilikinya; tidak lagi menjadi korban iklan dan semangat konsumerisme tanpa batas (afluenza).
Keenam, tidak lagi terikat dan terbahagiakan dengan penampilan lahirah dan gaya hidup yang berasal dari dunia ini, yang biasanya dihiasi dengan baju modis dan perhiasan, kendaraan mewah, gaya hidup bebas seperti sex bebas, kecanduan miras, narkoba, judi, merokok dll yang semuanya itu adalah sama dengan penyembahan berhala.
(Kolose 3:5  Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala).
Ketujuh, berusaha menemukan tempat dimana ia bisa melayani pelayanan pekerjaan Tuhan; berusaha berperan dalam pelebaran Kerajaan Allah, pelaksanaan Amanat Agung Tuhan Yesus dan tanpa henti mempertaruhkan seluruh hidupnya tanpa batas bagi Tuhan yang didalamnya terdapat perjuangannya mengejar proses penyempurnaan karakter agar semakin serupa dengan Tuhan Yesus.
Kedelapan semua yang diupayakan dalam segala sesuatu baik dari sejak sekolah, kuliah berkarir dipekerjaan sampai menikah memilik keluarga dan segala hal dalam roda kehidupannya hanya untuk kepentingan Tuhan semata-mata. Jadi segala sesuatu yang ada padanya dipahami sebagai milik Tuhan dan dipergunakan bagi kepentingan Tuhan Yesus.

Inilah tujuan hidup orang percaya yang benar dihadapan Tuhan, melakukan segala sesuatu hanya bagi Tuhan Yesus dan hal ini harus menjadi irama hidup kita sepanjang masa.
Sebab hanya orang-orang yang hidup bagi Tuhan sajalah yang akan berlanjut di kekekalan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya.

Amin.

Kamis, 21 Juli 2016

KERENDAHAN HATI YANG SESUNGGUHNYA


Matius 11:29  Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Banyak penjelasan yang dapat diberikan mengenai makna kerendahan hati, tetapi mana yang dapat kita terima? Kita harus memahaminya dengan benar, karena Tuhan Yesus mengundang kita untuk belajar dari-Nya yang rendah hati (Matius 11:29). kerendahan hati bukanlah fenomena lahiriah melainkan sikap batiniah.
Dalam Amsal 18:12 dikatakan bahwa kerendahan hati mendahului kehormatan. Kata yang digunakan di sini adalah עֲנָוָה (`ănâvâh) yang menggambarkan  kesederhanaan, kesabaran, dan kelembutan.
Dalam bahasa Yunani, digunakan kata ταπεινός (tapīnós) yang berarti “berbaring di tempat yang rendah”, dan secara luas menggambarkan kesederhanaan, kelembutan.

Untuk memahami makna kerendahan hati yang sesungguhnya kita harus belajar dari Tuhan kita Yesus Kristus.
Tuhan Yesus telah memberikan contoh kerendahan hati yang paling sempurna.
Paulus menulis, Tuhan Yesus mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Wujud kerendahan hati seperti yang ditampilkan oleh Tuhan Yesus merupakan kerendahan hati yang paling ekstrem.
Tuhan Yesus telah mengesampingkan kemuliaan, artinya Ia memiliki kemuliaan, tetapi menanggalkan-Nya (Yohanes 17:5), Ia melepaskan kedudukan sebagai Allah (Filipi 2:6), kekayaan yang tak terbatas (2Korintus 8:9), segala hak surgawi sebagai Yang Mahatinggi dilepaskan untuk melayani manusia mengajarkannya cara menyelengarakan hidup yang benar (Matius 20:28), dan melepaskan penggunaan sifat-sifat ilahi-Nya walaupun ia adalah Allah itu sendiri (Yohanes 1:1-3).

Ketika Alkitab mengatakan Yesus mengosongkan diri-Nya, ini tidak sekadar berarti Ia secara sukarela menahan diri untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga dengan sangat rela menerima penderitaan, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian keji yang dianggap kutuk di kayu salib.
Untuk memahami sikap rendah hati yang ditampilkan Tuhan Yesus, kita perlu menggali lebih dalam Filipi 2:8.
Filipi 2:8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Dalam teks aslinya, ditulis καὶ σχήματι εὑρεθεὶς ὡς ἄνθρωπος, ἐταπείνωσεν ἑαυτὸν γενόμενος ὑπήκοος μέχρι θανάτου, θανάτου δὲ σταυροῦ (kaí skhémati hevrethís hos anthrōpos, etapīnōsen heaftón yenómenos hypékoos mékhri thanátu, thanátu dé stavrú).

Kata σχήματι (skhémati) berarti “figur” atau “tampilan luar”. Maksudnya, Tuhan Yesus benar-benar mengenakan dan memiliki tubuh fisik jasmani, dan tubuh jasmani itulah yang disalib. Karenanya Ia benar-benar merasakan penderitaan fisik yang hebat demi memikul dosa umat manusia.
Kata lain yang penting dalam teks ini adalah ἐταπείνωσεν (etapīnōsen). Ini berasal dari akar kata ταπεινόω (tapīnoō) yang berarti “merendahkan diri”.
Ini menunjukkan kesediaan-Nya merendahkan diri-Nya sendiri dengan kerelaan.

Sekalipun Ia adalah Allah, Tuhan Yesus bersedia menjadi manusia dengan segala pencobaan, kehinaan, dan kelemahannya. Dari penyaliban-Nya, Yesus Kristus telah memberi teladan kerendahan hati yang paling ekstrem, radikal, dan sempurna bagi kita semua yang menjadi pengikut-Nya.
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa siapa saja yang meninggikan diri akan direndahkan, dan siapa saja yang merendahkan diri akan ditinggikan (Lukas 14:11).

Kerendahan hati pengikut Tuhan Yesus yang sejati adalah kerinduannya untuk selalu mengejar tanpa batas perkenanan Tuhan atas hidupnya sebab kehidupan orang percaya harus berpangkal pada kesadaran bahwa tidak ada sesuatu yang baik dari dalam hidupnya tanpa perkenanan Tuhan dan mengakui diri sebagai manusia berdosa.
Inilah jalan kepada pertobatan yang benar (Lukas 18:9–14), sebab manusia diselamatkan bukan karena perbuatan baiknya melainkan oleh Anugrah pengorbanan darah Tuhan Yesus semata-mata.
Sehingga dalam menyelenggarakan hidupnya manusia tidak boleh lagi mengumbar nafsu keinginannya secara sembarangan sesuka hatinya.
Olehnya panggilan untuk manusia yang menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat adalah kerendahan hati untuk selalu mencari perkenanan hidup dihadapan-Nya setiap waktu yang didalamnya hidupnya dipersembahkan hidup bagi Tuhan Yesus dan mengabdi kepada kepentingan kerajaan-Nya.
Maka dari itu manusia yang menerima karya penebusan-Nya harus hidup seperti Dia hidup (1 Yohanes 2:6), artinya hidup dalam penurutan segala kehendak-Nya, bersedia melepaskan segala miliknya yaitu meninggalkan segala kehidupan dosa dan keinginan dunia kemudian mengikuti panggilan mengikuti jejak-Nya, mengenakan cara kehidupan manusia ilahi yang seluruhnya berasal dan bersumber dari selera kehendak Allah yang didalamnya terdapat kehidupan yang kudus seperti Tuhan Yesus kudus.

Amin.

Rabu, 20 Juli 2016

SIKAP PERJUANGAN HIDUP YANG BENAR


Roma 12:2  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Orang yang menyatakan mengikut Tuhan Yesus harus berani berjuang tanpa henti mengenakan gaya hidup yang berbeda dengan cara hidup yang dimiliki orang dunia pada umumnya yang pada umumnya adalah cara hidup yang salah yang diwarisi dari nenek moyang.
Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan kita agar kita dapat ditebus atau dimerdekakan dari cara hidup tersebut (1Ptr. 1:17-18).
Semua kegiatan hidup orang percaya harus didasarkan pada satu tujuan yaitu berjuang tanpa henti menyelenggarakan hidup seperti hidup Tuhan Yesus termasuk di dalamnya menyelamatkan jiwa-jiwa.
Keselamatan jiwa-jiwa adalah bagaimana membawa orang menjadi manusia yang memiliki karakter hidup seperti Tuhan Yesus.
Orang-orang yang memiliki tujuan hidup ini sama dengan orang yang kehilangan nyawa (psuke).
Pikiran, perasaan dan kehendaknya sepenuhnya diarahkan pada kepentingan Kerajaan Sorga.
Prinsipnya seperti Tuhan Yesus bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikannya (Yohanes 4:34).
Prinsip hidup seperti ini dibahasakan Paulus dengan kalimat : Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21).
Ia menyadari bahwa kalau Kristus telah mati untuk dirinya maka ia harus hidup bagi Kristus.
Sekarang kalau ia hidup, berarti ia hidup untuk memberikan buah demi kemuliaan Tuhan Yesus yang telah mati bagi dirinya (2Korintus 14-15).
Inilah kehidupan yang dipersembahkan bagi Tuhan sepenuhnya atau tanpa batas. Tidak heran kalau orang-orang seperti ini bisa berkata: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi“diriku” tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaku.” artinya setiap orang percaya dipanggil oleh Tuhan untuk tidak menikmati atau mengasihi dunia ini, dunia ini adalah tempat ia menumpang sementara waktu untuk belajar mengenal kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya dengan taat sampai benar-benar diperkenan oleh Tuhan sebelum ia memasuki dunia yang sesungguhnya didalam kerajaan-Nya.

Orang percaya seharusnya menyikapi hidup ini dengan perjuangan mengenal Tuhan dan kehendak-Nya dan belajar untuk terus mencari perkenanan-Nya tanpa batas dimana didalamnya ia terus berusaha menghadirkan Kerajaan Allah dinyatakan didalam hidupnya.
Pada akhirnya perjuangan ini bermuara kesatu tujuan yaitu orang percaya memiliki gambar diri yang serupa dengan Tuhan Yesus dimana ada ketaatan yang sempurna dalam segala hal dihadapan-Nya.
Perjuangan ini adalah perjuangan yang menyita segenap hidupnya, sehingga segala sesuatu yang diperbuat, dilakukannya bagi kemuliaan Allah (1 Kor 10:31).
Inilah ciri kehidupan sesungguhnya anak-anak Tuhan yang sejati.

Kita harus mengerti bahwa ukuran dalam penghakiman bagi orang percaya adalah harus sempurna seperti Bapa kita Tuhan Yesus.
Jika kita tidak berusaha berjuang untuk sempurna seperti Bapa kita di sorga, berarti kita bukanlah orang yang pantas dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus (Matius 5:48).
Oleh sebab itu kita harus berjuang dengan segenap hati jiwa dan kekuatan sampai kita mencapai kehidupan yang layak disebut anak Allah yang berkenan dihadapan-Nya.
Untuk mencapai keberadaan ini kita harus terus membiasakan diri untuk hidup didalam terang firman-Nya, yaitu selalu ada didalam segala penurutan terhadap kehendak-Nya setiap waktu yang dalam kesadaran bahwa kita setiap saat bisa kembali kepada Bapa.
Jika suatu saat kita harus kembali kepada Bapa, kita harus sudah dalam kondisi siap setiap saat mempertanggungjawabkan seluruh isi hidup kita di hadapan Bapa kita Tuhan Yesus.
Dan diharapkan akhir perjuangan hidup kita didalam dunia ini berakhir dengan ditemuinya keadaan kita berkenan di hadapan Hakim Agung kita Tuhan Yesus Kristus.
Inilah sikap perjuangan orang percaya yang benar yang akan diperkenan oleh Tuhan untuk bisa turut masuk kedalam kerajaan-Nya yang kekal untuk selama-lama-Nya

2 Korintus 5:9-10
9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Amin.

Selasa, 19 Juli 2016

PERJUANGAN MELAWAN KUASA DOSA


Roma 7:21-23
21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.

Sebagaimana Paulus berjuang melawan hukum dosa didalam dirinya, demikianlah kita juga harus berjuang menaklukan potensi dosa yang ada didalam diri kita.
Perjuangan hidup yang tiada henti dalam kehidupan orang percaya adalah perjuangan melawan kuasa dosa atau ketidak tepatan (dalam teks yunani : hamartia; ἁμαρτία).
Ketidak tepatan artinya tidak sesuai dengan keinginan Tuhan atau tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan. Perjuangan melawan ketidak tepatan ini berlatar belakang kenyataan bahwa manusia telah gagal mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya dengan sempurna.
Tuhan Yesus telah menjadi yang sulung bagi orang percaya untuk dimampukan menaklukan kuasa dosa didalam dirinya.
Sekarang orang percaya dipanggil untuk memiliki kualitas hidup yang sama seperti Tuhan Yesus. Inilah perjuangan berat tersebut.

Dalam perjalanan menaklukan kuasa dosa, orang percaya dipanggil untuk mengenakan pakaian kekudusan setiap waktu atau mengambil bagian dalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10) hal ini sama dengan mengambil bagian dalam kodrat ilahi (2Petrus1:3-4).
Keselamatan diterima manusia bukan secara otomatis, tetapi menuntut kesediaannya meresponi karya keselamatan dari Tuhan Yesus dengan aktif untuk selalu mengenakan pakaian kekudusan setiap waktu.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa untuk selamat seseorang harus berjuang masuk jalan sempit (Lukas 13:3-24).
Perjuangan yang dimaksud adalah perjuangan melawan kodrat dosa (sinful nature) yang sudah melekat dalam dirinya dan kemungkinan dosa yang masih bisa dilakukan di waktu mendatang. Keberhasilan lolos dari kodrat dosa ini membuat seseorang menjadi anak-anak Allah yang diperkenan-Nya.
Perjuangan untuk menjadi “anak Allah yang sejati” adalah perjuangan yang berlangsung seumur hidup yang harus mengerahkan segenap hidup ini untuk dipimpin oleh Roh Kudus dan mentaati seluruh kehendak-Nya.

Dalam meresponi perjuangan ini, Paulus mengemukakan dalam Filipi 2:12, bahwa orang percaya harus mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.
Dengan takut dan gentar menunjukkan pergumulan yang tidak ringan.
Bila direlasikan dengan ayat sebelumnya (Filipi 2:5-7), Tuhan menghendaki agar orang percaya memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Dalam perjuangan melawan hukum dosa, Tuhan Yesus adalah teladan dan yang sulung bagi kehidupan orang percaya, setiap orang percaya harus mengikuti jejak-Nya dan memiliki pikiran-Nya. Olehnya orang percaya harus selalu diubahkan dari waktu ke waktu oleh kebenaran Firman Tuhan yang murni dan mengenakannya setiap hari diseluruh wilayah dihidupnya.
Jadi, keselamatan adalah usaha untuk menjadi manusia yang memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Itulah sebabnya orang percaya disebut sebagai Kristen yang artinya seperti Kristus.

Perjuangan melawan hukum dosa dianalogikan dengan perjuangan Tuhan Yesus dalam menyelesaikan tugas ke-Messiasan-Nya (Ibrani 12:2-3).
Dalam kitab Ibrani dikatakan: “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah” (Ibr. 12:3-4).
Nasihat ini menunjukkan bahwa kalau Tuhan Yesus sudah bergumul begitu berat untuk manusia agar bisa dibebaskan dari kuasa dosa, maka orang percaya harus mengimbangi perjuangan Tuhan tersebut dengan perjuangan yang keras agar sungguh-sungguh bisa dimerdekakan dari dosa, artinya agar dosa tidak lagi berkuasa atas kehidupan ini.
Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yang semula.
Rancangan semula Allah adalah menciptakan manusia yang memiliki moral atau kesucian Allah sendiri.
Oleh karena standar kesucian atau kebenaran moral umat pilihan adalah moral Allah sendiri, maka orang percaya dalam hidup ini harus hanya mengarahkan diri pada tujuan keselamatan tersebut. Orang Kristen yang tidak menujukan hidupnya pada tujuan keselamatan ini berarti ia tidak bersedia diselamatkan atau menyia-nyiakan keselamatan yang Tuhan sediakan (Ibr. 2:1-3).

Di lain pihak untuk mencegah orang percaya mengembangkan sikap hidup yang benar dalam memelihara perjuangannya menaklukan kuasa dosa, iblis akan terus berusaha menyibukkan manusia dengan kesenangan hidup dan ambisi pribadinya.
Tidak sedikit mereka terperangkap oleh percintaan dunia atau semangat materialisme.
Sebagai akibatnya mereka tidak memberi perhatian yang semestinya pada proses keselamatan yang harus diperjuangkan setiap individu.
Waktu mereka berlalu dengan sia-sia sehingga mereka tidak mengalami pertumbuhan kesempurnaan yang dikehendaki oleh Allah.
Olehnya kita tidak boleh lengah dan jangan mudah termakan oleh bujuk rayu dan tipu daya iblis lewat tawaran yang disediakan oleh dunia ini sebab alkitab mengatakan didalam 1 Yohanes 2:15-17
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Perjuangan melawan kuasa dosa harus terus berlangsung tiada henti didalam kehidupan kita.
Teruslah berjaga-jaga seperti yang dinasehatkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Orang yang terus bertahan dan berjuang mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar untuk selalu setia melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya sampai pada kesudahannya maka ialah yang akan beroleh selamat yang dari pada-Nya.

Amin.

Senin, 18 Juli 2016

MEMAHAMI MAKNA "KITA LEBIH DARIPADA ORANG-ORANG YANG MENANG"


Roma 8:35-37
35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."
37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

Banyak orang Kristen diajar oleh pembicara-pembicara yang tidak mengenal kebenaran untuk meyakini keadaannya sudah menjadi sebagai umat pemenang tanpa penjelasan secara lebih terperinci. Akibatnya umat dikesankan secara otomatis sudah meraih kemenangannya tanpa perjuangan dan pertaruhan apapun untuk Tuhan.
Padahal untuk menjadi pemenang harusnya ada perjuangan dan pertaruhan untuk membuktikan kesetiaannya kepada Tuhan.
Keyakinan yang salah tersebut dibangun bertahun-tahun sampai mereka merasa dengan sangat kuatnya bahwa mereka sungguh-sungguh adalah umat pemenang.
Tentu saja mereka mendasarkan keyakinan tersebut pada ayat Alkitab, khususnya dalam Roma 8:37.
Ini adalah sebuah kesalahan.
Orang-orang Kristen tersebut tidak mengerti bagaimana memahami ayat Alkitab.
Jika ayat ini dipahami bahwa umat Kristen sudah menang secara otomatis tanpa perjuangan dan pertaruhan apapun, maka Tuhan Yesus tidak mungkin mengatakan :
Wahyu 2:26  Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;
Wahyu 3:5  Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.
Sangat jelas bahwa untuk menjadi lebih dari orang-orang yang menang harus ada perjuangan dan pertaruhan apapun untuk selalu setia melakukan kehendak Tuhan setiap saat didalam kehidupan.

Seharusnya untuk memahami makna original suatu ayat, kita harus memperhatikan dengan teliti latar belakang konteks ayat tersebut.
Roma 8:37 tersebut tidak ditujukan kepada semua orang Kristen secara sembarangan. Ayat tersebut hanya ditujukan untuk jemaat Roma atau orang-orang Kristen yang memiliki kesetiaan kepada Tuhan seperti jemaat Roma pada waktu itu.
Jemaat Roma pada waktu itu walaupun mereka kehilangan segala sesuatu tetapi demi iman kepada Tuhan Yesus mereka tetap setia sampai mati.

Pada waktu itu orang-orang Kristen di Roma mengalami aniaya hebat dari berbagai pihak antara lain dari pihak orang Yahudi yang menganggap kekristenan adalah bidat atau ajaran sesat dan orang-orang non Yahudi yaitu penduduk Roma yang mendengar fitnah dari juru bicara kekaisaran Roma bahwa orang Kristen telah membakar kota Roma serta kekaisaran Roma yang memandang Kekristenan kelompok yang berbahaya sebab memiliki raja atau penguasa sendiri yaitu Kurios Yesus.
Orang-orang mengalami keadaan yang sangat berat. Hak kewarganegaraan mereka dicabut, mereka ditangkap untuk dipenjara, dimasukkan ke dalam kandang binatang buas untuk menjadi umpan, dibakar hidup-hidup bahkan disalib.

Pada mulanya surat Paulus yang memuat ayat tersebut ditujukan hanya untuk orang-orang Roma yang menghadapi aniaya yang hebat dari kaisar Roma pada sekitar tahun 57.
Besar kemungkinan surat ini ditulis Paulus di Korintus beberapa tahun sebelum Paulus mengalami hukuman pancung oleh kekaisaran Romawi.
Paulus mengatakan bahwa “kita lebih dari pada orang-orang yang menang”.
Kata “kita” dalam tulisannya adalah orang-orang Roma termasuk diri Paulus sendiri. Paulus menguatkan hati jemaat yang lagi bersusah hati, yang dengan setia mempertaruhkan segalanya demi kesetiaannya kepada Tuhan Yesus dengan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang lebih dari orang-orang yang menang.
Jika kita jujur melihat Kekeristenan zaman ini, sangat naif kalau orang Kristen sekarang yang tidak memiliki kesetiaan seperti orang Kristen di Roma, menyamakan diri dengan mereka dengan mengaku sebagai pemenang.
Banyak orang Kristen merasa bahwa dirinya sudah menjadi pemenang padahal tidak pernah bergumul, berjuang dan bertaruh apa-apa dengan benar untuk memiliki kemenangan seperti jemaat Roma.
Pertaruhan ini adalah memberikan segenap hidup mengabdikan diri untuk hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya.
Artinya hidupnya hanya disita untuk melakukan kehendak dan kepentingan Tuhan Yesus semata-mata.

Ketika Paulus menegaskan kepada jemaat di Roma, termasuk Paulus sendiri adalah orang-orang yang lebih dari orang-orang yang menang, hal ini bukan bermaksud untuk menegaskan menang secara politik, finansial, kekuasaan, penampilan lahiriah dan segala sesuatu secara materi seperti yang di ajarkan beberapa pembicara yang tidak mengenal kebenaran, tetapi kebenaran yang Paulus ingin tekankan disini adalah bahwa orang orang Roma lebih dari orang-orang yang menang dalam hal memiliki Tuhan Yesus yang akan memerintah sebagai Tuhan dan Raja suatu hari kelak, dikasihi oleh Tuhan dan tidak ada yang dapat memisahkan mereka dari kasih-Nya.
Memang walaupun kenyataannya bentuk perhatian Tuhan pada waktu itu adalah nyata dalam bentuk mengijinkan mereka dalam aniaya, itu semua dengan tujuan supaya melalui keadaan itu umat percaya dibentuk agar menjadi sempurna seperti Tuhan Yesus. Pada akhirnya mereka diperkenan untuk dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya yang kekal.

Hari ini kekeristenan kita akan dilihat oleh Yang Mulia Tuhan kita Yesus Kristus, sampai sejauh mana dan seberapa besarkah keseriusan kita memberikan perjuangan dan pertaruhan segenap hidup kita untuk mengabdikan diri untuk hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya.
Memberikan segenap hidup mengabdikan diri untuk hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya artinya hidupnya hanya disita untuk melakukan kehendak dan kepentingan Tuhan Yesus semata-mata.
Jika perjuangan dan pertaruhan ini tetap berlangsung dan terus bertahan disepanjang waktu usia hidup kita maka kita barulah layak disebut umat pemenang yang lebih dari orang-orang yang menang yang layak didudukan oleh Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya untuk menerima mahkota keselamatan yang kekal untuk selama-lamanya.

2 Korintus 5:15  Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Amin.

Minggu, 17 Juli 2016

"AKU PERCAYA"


Roma 10:9-11
9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
11 Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."

Kalau ditanya, “Percayakah Saudara kepada Tuhan Yesus Kristus?” maka orang Kristen pasti menjawab, “Ya, saya percaya.” Sayangnya banyak dari orang Kristen belum mengerti apa artinya percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Mereka menganggap yang dimaksud percaya adalah bersikap setuju terhadap sesuatu, dalam hal ini setuju bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat dunia.
Sikap setuju tersebut mereka anggap sudah cukup sebagai iman yang benar, dan dengan itu, mereka merasa aman, tenang dan berkeyakinan bahwa mereka adalah umat pilihan Allah yang sudah selamat dan layak dipermuliakan bersama Tuhan Yesus Kristus.
Tinggal membuat Allah senang dengan memenuhi kewajiban mereka dengan cara rajin ke gereja, berdoa, menyanyikan pujian, dan mengambil bagian dalam aktivitas gereja.

Dalam teks bahasa Yunani, kata “percaya” adalah πιστεύω (pistéuō) yang selain berarti “memercayai” atau “meyakini”, juga berarti “memercayakan diri kepada” atau “menyerahkan diri kepada”. Ini berarti kalau seseorang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, ia harus menyerahkan dirinya kepada Tuhan Yesus. Menyerahkan diri di sini maksudnya adalah bersedia melakukan apa saja yang diperintahkan-Nya dan dikehendaki-Nya.

Yang dikehendaki Tuhan Yesus adalah mengikut Dia; mengikuti jejak-Nya dan gaya hidup-Nya.
Roma 8:29  Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Ayat ini sejajar dengan surat 1 Yohanes 2:6 yang berbunyi : Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.
Itulah sebabnya setiap orang percaya harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Filipi 2:5–7).
Seseorang yang sungguh-sungguh memiliki pikiran dan perasaan Kristus, pastilah menjadi “manusia lain” dalam dunia ini. Maksudnya bukan menjadi manusia aneh atau nyentrik, tetapi menjadi manusia yang berpola pikir dan bergaya hidup yang berbeda dengan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus.

Ini berarti jika seseorang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus tetapi masih berpola pikir dan bergaya hidup serupa dengan orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus, berarti ia belum percaya secara benar. Berkenaan dengan hal ini, Paulus menulis, “Jangan serupa dengan dunia ini” (Roma 12:2). Itulah tanda yang memperlihatkan apakah seseorang benar-benar percaya kepada Yesus atau tidak.

Didalam Yohanes 8:30-32 Tuhan Yesus sedang mengajar dibait Allah dan dikatakan disana banyak orang percaya kepada-Nya.
Ketika Tuhan Yesus melihat hati mereka yang percaya kepada-Nya, Tuhan pun kemudian memberikan suatu pernyataan dimana pernyataan ini secara langsung menunjuk suatu persyaratan cara percaya yang benar kepada-Nya, pernyataan ini berbunyi : "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku" jadi jika orang yang mengaku percaya kepada-Nya maka ia tentu harus selalu setia menghidupi dan mengenakan Firman yang Tuhan Yesus telah ajarkan didalam kehidupannya, menjadi pelaku-pelaku kehendak Bapa di sorga yang taat setiap waktu.
Yohanes 8:31-32
31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Tanpa kepercayaan yang benar kepada Tuhan Yesus, kita tidak layak menjadi umat Tuhan di dalam Kerajaan-Nya.
Jika kita tidak mengubah cara percaya kita kepada Tuhan Yesus secara benar maka mungkin hari ini kita masih diterima di gereja, tetapi sayangnya kelak kita tidak akan diterima dalam perhimpunan orang saleh dalam Kerajaan terang yang abadi. Marilah tilik hati kita, sudahkah kita benar-benar percaya kepada-Nya dengan mengikuti apa yang dikehendaki-Nya? Jika hari ini ternyata kita belum memiliki sikap percaya yang demikian maka belumlah terlambat untuk mengatakan kepada Tuhan Yesus, "Bapa izinkan aku untuk memperbaiki isi percayaku secara benar dihadapan-Mu ya Bapa".

Amin.

Sabtu, 16 Juli 2016

LITURGI KEHIDUPAN YANG SEJATI


Yohanes 4:21-24
21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

Apa bedanya Allah yang benar dengan allah palsu atau dewa-dewa yang disembah oleh berbagai agama dan kepercayaan?.
Kata menyembah dalam teks yunani adalah Proskuneo yang bisa diterjemahkan "memberi nilai tinggi".
Tuhan Yesus menghendaki orang percaya setiap waktu harus menempatkan-Nya pada posisi yang tertinggi melebihi dalam segala sesuatu dan dalam segala hal didalam hidupnya.
Agama-agama lain mengajarkan bahwa allah atau dewanya dapat disukakan hatinya dengan kebaktian dan berbagai ritual, sehingga memberikan berkat dan perkenanannya. Tetapi Allah kita tidak demikian.
Kalau kita masih berpikir Tuhan dapat disukakan hati-Nya oleh kebaktian kita yang bersifat ritual belaka, berarti kita tertipu oleh kuasa kegelapan, yang menjebak orang Kristen untuk merasa sudah memenuhi kewajibannya kepada Tuhan dengan rajin beribadah di gereja. Mereka sudah merasa cukup menyenangkan hati Tuhan, sehingga tidak mengembangkan kedewasaan rohani yang dikehendaki Tuhan setiap saat dikehidupan keseharian mereka.

Salah satu penyebab orang Kristen terperosok ke dalam kubangan kekeliruan ini adalah pandangan menjadikan tata cara ibadah Yahudi (khuqqim) adalah bentuk ibadah yang sudah mewakili orang Kristen menyembah kepada Tuhan, yaitu liturgi gereja yang selama ini diselenggarakan.
Dengan anggapan yang salah ini, beberapa aliran Kristen berusaha mengelaborasi acara liturginya dengan berbagai ornamen supaya liturginya menjadi khusyuk dan megah. Aliran Kristen yang lain berusaha membuat kebaktiannya menjadi semarak dengan alat musik modern, tarian, tamborin dan lain sebagainya. Hal ini bukan berarti tidak boleh, tetapi kalau landasan berpikirnya adalah menyembah dan menyukakan hati Tuhan dengan cara-acara itu, sejatinya itu suatu kesalahan yang fatal.

Tuhan Yesus menegaskan bahwa akan tiba saatnya orang tidak lagi menyembah Allah di Yerusalem atau di atas Gunung Gerizim (ayat 21). Ini tidak berarti bahwa ritual agama harus dihentikan, tetapi yang dikehendaki Allah adalah agar orang menyembah-Nya dalam dalam roh dan kebenaran (ayat 23–24).
Inilah penyembahan yang dikehendaki Tuhan sejak Ia menciptakan manusia, yaitu hubungan yang benar antara Yang Disembah dan yang menyembah.
Umat menemukan tempatnya yang benar di hadapan Allah dan berusaha berperilaku sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam hal ini yang penting adalah sikap hati umat terhadap Tuhan dan sesamanya setiap hari dengan taat melakukan kehendak Tuhan didalam hidupnya.
Penyembahan yang Tuhan maksudkan disini adalah penyembahan yang berlangsung tiada henti dengan sikap hati yang benar setiap saat dihadapan Tuhan dan mengenakan Firman Tuhan diseluruh wilayah kehidupan dimana ia menjadi alat peraga bagi Tuhan Yesus untuk melakukan kebenaran Firman Tuhan setiap waktu didalam hidupnya, inilah yang merupakan penyembahan abadi yang tidak tergantikan oleh apa pun juga.

Dengan demikian liturgi kehidupan kita yang sejati dihadapan Tuhan adalah seluruh waktu yang ada dan di segala tempat serta melalui segala perbuatan yang kita lakukan harus mencerminkan sifat dan moral seperti Tuhan kita Yesus Kristus.
Liturgi di gereja merupakan refelexsi dari keadaan hidup kita setiap hari, atau representasi dari kenyataan hidup yang kita jalani. Jadi, kalau pengakuan-pengakuan pujian dari mulut kita di gereja tidak sesuai dengan kenyataan hidup kita setiap hari, itu suatu kemunafikan dihadapan Tuhan. Olehnya Tuhan menghendaki penyembahan yang dilakukan orang percaya adalah diseluruh waktu dan seluruh wilayah kehidupannya kepada Tuhan inilah yang disebut menyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran dan inilah penyembahan yang abadi kepada Tuhan kita Yesus Kristus.
Penyembahan ini adalah sikap hati yang murni dihadapan Tuhan setiap saat, setiap saat taat kepada kehendak-Nya yang selalu menjadi surat terbuka disegala tempat dan waktu yang berlangsung tiada henti sehingga orang lainpun yang melihat irama kehidupan kita memuliakan nama Tuhan Yesus dan orang lain yang belum mengenal Tuhan Yesus pun bisa berkata kepada kehidupan kita "Tidak mungkin Allahnya orang ini salah"

Amin.

Jumat, 15 Juli 2016

MENANGGALKAN KEINGINAN/KEHENDAK DIRI SENDIRI


1 Yohanes 2:15-17
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Hari-hari ini banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa ia sedang mengembangkan berbagai keinginan dan cita-cita hidup yang berasal dari dalam dirinya, yang pada dasarnya merupakan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup.
Mereka mencari formula doa yang didengar dan dikabulkan oleh Tuhan, agar hasratnya dipenuhi; mereka melakukan apa saja yang merupakan investasi agar Tuhan mengembalikannya dalam bentuk harta berlipat kali ganda.

Ini sangat menyedihkan, sebab Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa keinginan-keinginan tersebut bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia yang sedang lenyap dengan keinginannya.
Keinginan-keinginan tersebut akan membutakan mata pengertian orang, sehingga tak bisa hidup dalam pimpinan Roh Allah.
Tuhan ingin kita menanggalkan keinginan-keinginan dari diri kita sendiri, dan menggantikannya dengan kehendak Allah. Semakin kita berusaha mengenal-Nya melalui kebenaran Firman-Nya, semakin dalam kita mengerti pimpinan Roh Allah dalam hidup kita.

Apabila kita dipimpin oleh Roh Allah, kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:14).
Tetapi Alkitab mengatakan bahwa tidak mudah kita disahkan sebagai anak-anak Allah (Huios) karena untuk menjadi anak-anak Allah yang sah (Huios) harus melewati tahapan dididik dan digarap oleh Tuhan melalui Roh Kudus dan segala peristiwa didalam hidupnya (Ibrani 12:6-8) agar terus mengambil bagian didalam kekudusan-Nya.
Ketika ia didalam hidupnya memberikan respon yang benar dan taat dalam penggarapan didikan Tuhan agar ia terus mengenakan kodrat ilahi dan mengambil bagian didalam kekudusan-Nya maka Tuhan akan terus memberikan kuasa atau hak istimewa-Nya kepadanya supaya dimampukan menjadi anak-anak Allah yang berkenan dihadapan-Nya.
Memang kita diberi hak istimewa (ἐξουσία, eksusía) supaya bisa menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12–13), tetapi apabila kita tidak memanfaatkan hak-hak istimewa tersebut, kita tidak pernah disebut anak-anak Allah.
Hak-hak istimewa itu adalah pendampingan Roh Kudus, Firman Tuhan, penggarapan Tuhan dalam segala peristiwa kehidupan, dan jaminan pemeliharaan Tuhan yang sempurna.

Mengasihi dunia dan mengembangkan keinginan-keinginan duniawi merupakan tindakan yang menyia-nyiakan hak istimewa dari Tuhan. Dunia mengajak manusia membangun Firdaus di bumi ini, tetapi Tuhan menyediakan Firdaus di langit dan bumi baru didalam kerajaan-Nya.
Orang yang mengumbar keinginan duniawi tidak mungkin menjadi sahabat Allah apalagi bisa masuk kedalam perhentian dilangit baru bumi baru yang Tuhan hanya sediakan bagi mereka menggelar kehidupan yang berkenan dihadapan-Nya.
Jadi jelas bahwa orang yang tidak mau menanggalkan keinginan dunianya bukanlah umat kerajaan Sorga, melainkan umat kerajaan dunia yang dipersiapkan iblis untuk tinggal bersamanya dalam kegelapan abadi.

Kalau kita tidak memutuskan untuk segera keluar dari cara hidup yang salah itu, sampai mati pun kita tidak akan pernah memahami bagaimana hidup dipimpin oleh Roh Allah, sebab Roh Allahlah yang memimpin kita untuk bisa melakukan kehendak-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jadi marilah kita matikan keinginan dari diri kita, kemudian menyediakan diri kita untuk dipimpin oleh Roh-Nya melalui pemahaman kebenaran Firman-Nya yang murni. Maka kita pun akan semakin mengerti kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2).

Menanggalkan keinginan duniawi adalah merupakan suatu keharusan supaya kita dapat hidup dalam pimpinan Roh Allah yang menuntun kita menjadi anak-anak Tuhan Yesus yang berkenan dihadapan-Nya.

Amin.

Kamis, 14 Juli 2016

MEMAHAMI TUHAN SEBAGAI BATU PENJURU YANG MAHAL


1 Petrus 2:5-8
5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

Batu penjuru yang dalam bahasa Yunani disebut ἀκρογωνιαῖος (akrogōnyaios) merupakan batu dalam bentuk khusus, yang digunakan untuk menjadi pengikat pada sebuah bangunan pada jaman duhulu di Israel. Batu penjuru memiliki bentuk khusus agar dapat berfungsi sebagai pengikat, dan harus ditempatkan di tempat yang tepat untuk dapat mengikat struktur bangunan tersebut. Biasanya batu penjuru diletakkan di sudut tembok. Kadang-kadang seorang tukang bangunan tidak jeli, sehingga batu yang seharusnya digunakan sebagai batu penjuru malah dibuang (ayat 7).
Tukang bangunan yang bodoh itu tidak mengenali batu penjuru dan tidak tahu fungsinya. Mereka tidak memahami kegunaan batu tersebut.

Hal ini bisa menjadi gambaran tentang kesungguhan sikap seseorang mengikuti jejak hidup seperti Tuhan Yesus.
Sikap seseorang terhadap Tuhan Yesus hari ini sangat menentukan kehidupannya di kekekalan kelak.
Mungkin hari ini kita akan bertanya, “Apa bedanya orang yang sungguh-sungguh dengan Tuhan dan yang tidak sungguh-sungguh?” Tentu ada bedanya.
Perbedaan yang mencolok adalah terletak di respon seseorang dalam menyambut anugrah keselamatan dari Tuhan Yesus apakah diisi dengan irama hidup yang terus menyelenggarakan hidup yang takut akan Tuhan dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh untuk mentaati seluruh kehendak-Nya atau menggelar kehidupan yang sembarangan menurut sesuka hati diri sendiri yang tidak lain adalah perbuatan nafsu daging yang membawa kepada kebinasaan kekal.

Banyak orang menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat karena mereka memiliki kepentingannya sendiri, yaitu agar kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dipenuhi, cita-citanya tercapai, hidup di dunia terbebas dari persoalan dan berbagai ambisi pribadi lainnya.
Jika begini, mereka adalah orang-orang yang tidak memperlakukan Tuhan Yesus secara benar. Mereka seperti seseorang yang datang kepada Tuhan Yesus meminta agar Tuhan menyelesaikan masalah warisan dengan saudaranya.
(Lukas 12:13-15
13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu").
Tatkala Tuhan Yesus sedang sibuk dalam visi dan urusan-Nya, orang ini datang dengan urusannya sendiri.
Mereka tidak menyadari apa sesungguhnya tujuan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka. Ketidakpahaman secara benar mengenai hal ini membuat mereka memperlakukan Tuhan Yesus secara tidak hormat.

Jika kita menghargai Kristus seperti batu penjuru yang mahal dalam sebuah bangunan itu artinya kita harus menghormati Tuhan Yesus secara pantas sebagai Tuhan telah membawa kita kepada keselamatan-Nya yang kekal.
Dengan meresponi panggilan-Nya agar kita membawa hidup untuk terus berjuang menjadi sempurna di hadapan-Nya, ini merupakan cara yang benar dalam memberikan penghormatan kepada Tuhan yang telah menjadi penebus kita dan menjadikan Ia sebagai Batu Penjuru Yang Mahal didalam kehidupan kita.
Inilah maksud penebusan dan keselamatan itu diberikan.
Hendaknya kita harus membuka mata rohani kita, bahwa saat Tuhan Yesus ditempatkan sebagai sosok yang menyelesaikan masalah-masalah jasmani tetapi tidak diajarkan bagaimana kita bisa memenuhi tanggung jawab dan meresponi panggilan-Nya untuk menjadi sempurna dan mengikuti jejak hidup seperti Tuhan Yesus telah hidup, maka kita tahu bahwa itu adalah penyesatan dari si iblis.

Jadi dengan demikian kita semakin mengerti maksud Tuhan Yesus datang menebus kita dari belenggu dosa agar membentuk dan membawa hidup kita yang percaya kepada-Nya menjadi sempurna dihadapan-Nya, kudus seperti Ia adalah kudus dan membantu orang lain menyelenggarakan irama hidup seperti demikian.
Dengan menghidupi sikap hidup seperti ini seseorang akan terus dibawa dan diselamatkan oleh Tuhan didalam kekekalan bersama-sama dengan Dia didalam kerajaan-Nya

Amin.

Rabu, 13 Juli 2016

MENCINTAI TUHAN YESUS TANPA BATAS


Yohanes 21:17
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Mari kita perkarakan dengan serius hari ini seberapa besar kita telah mencintai Tuhan Yesus dengan cinta yang sepantasnya?.
Orang yang mencintai Tuhan sepantasnya pasti memberikan cintanya tanpa batas kepada Tuhan, ia adalah orang yang semakin takut untuk menyakiti hati Tuhan dan merasa bahwa hidup ini tidak lengkap tanpa menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan dan kebahagiaan.
Bayangkan seorang pria yang jatuh cinta kepada seorang wanita. Ia pasti merasa tidak lengkap jika tidak bersama wanita yang dicintainya, demikian pula sebaliknya seorang wanita yang jatuh cinta seorang pria. Ini merupakan gambaran yang jelas dalam membangun keintiman dengan Tuhan.

Dari percakapan antara Tuhan Yesus dengan Petrus di tepi Danau Tiberias, kita memperoleh pelajaran rohani bertalian dengan kasih kita kepada Tuhan.
Tuhan menghendaki sikap hati yang benar dihadapan-Nya. Sikap hati yang benar itu adalah “Aku mengasihi Tuhan”, yang didalamnya terdapat penurutan kita terhadap segala kehendak-Nya untuk menyenangkan hati-Nya.

Dalam tiga pertanyaan Tuhan Yesus kepada Petrus, Tuhan ingin agar Petrus sungguh menghayati arti kasih terhadap-Nya dan tenggelam di dalamnya.
Tuhan Yesus menggunakan dua kata Yunani yang berbeda untuk “mengasihi”, yaitu ἀγαπάω (agapaō) dalam Yohanes 21:15-16 yang menyatakan kasih searah dan tanpa syarat, dan φιλέω (filéō) dalam ayat 17 yang menyatakan kasih dua arah yang dirasakan oleh dua orang sahabat. Dengan penghayatan Petrus terhadap hal ini yang menenggelamkannya di dalam kasih-Nya, Petrus dapat menyadari bahwa pelayanan terhadap Tuhan dan umat-Nya (domba-domba-Nya) adalah bagian dari kasih itu. Itu semua karena ia mengerti bagaimana mencintai Tuhan tanpa batas didalam hidupnya.

Bagaimana kita dapat memiliki hati yang mencintai Tuhan tanpa batas, sehingga kita dapat intim dengan-Nya?
Pertama, hendaknya kita harus merasakan adanya kekosongan dalam hati dan adanya jiwa yang haus untuk terus berada didekat Tuhan, dan menemukan bahwa Tuhan Yesus lah jawaban atas hidup kita dan hanya DIA yang kita perlukan(Mazmur  42:2–3).
Kedua, setelah menyadari hanya Tuhan yang dapat mengisi kekosongan tersebut, kita menjadikan-Nya segalanya dalam hidup ini.
Hanya Dialah sumber kebahagiaan dan kesenangan kita. Pengalaman ini dialami oleh Zakheus, yang mengalami kehausan dalam jiwanya. Ia jujur dan membuktikan bahwa kekayaan yang dimilikinya tidak dapat memuaskan jiwanya.

Jadi bukan tanpa alasan Firman Tuhan mengatakan : Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu (Markus 12:30).
Kecintaan kita yang tanpa batas kepada Tuhan kita Yesus Kristus adalah dasar dimana kita mengasihi sesama manusia bahkan musuh sekalipun.
Jadi kita semakin mengerti mengapa kecintaan kita kepada Tuhan Yesus haruslah kasih yang mencintai Tuhan yang melebihi dari segala kasih kita kepada siapa pun dan apapun (Lukas 14:26  "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku).
Tuhan Yesus layak menerima segala keagungan dan memiliki hidup kita sepenuhnya, sebab Ia adalah Allah yang telah penebus kita dengan kasih-Nya.
Ia akan menjadi mempelai pria bagi kita yang sungguh-sungguh menantikan Dia dengan sikap kecintaan kita yang tanpa batas kepada-Nya yang didalamnya kita menaruh pengharapan penuh dan senantiasa berjaga-jaga setiap waktu menantikan kedatangan-Nya (Matius 25:13).
Kata Berjaga-jaga dalam teks aslinya adalah "gregoreuo" yang artinya Memberikan Perhatian yang Ketat/ Sungguh-Sungguh.
Jadi hidup berjaga-jaga adalah sikap hidup yang memberikan perhatian yang ketat dan sungguh-sungguh terhadap kekudusan dan selalu ada didalam penurutan segala kehendak Tuhan setiap saat.

Mari kita miliki sikap hidup yang terus mencintai kepada Tuhan Yesus tanpa batas dalam segala hal, dan niscaya kita menyadari bahwa hidup bersama dengan Tuhan Yesus lebih indah melebihi keindahan dari segala keindahan yang ada di bumi ini.
Orang yang ingin mencintai Tuhan Yesus tanpa batas berarti ia harus bersedia membangun keintiman dan bergaul karib dengan-Nya setiap waktu.
Tentu ia adalah orang-orang yang pasti melayani Tuhan dan memberikan hidupnya mengabdi kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, segala tindakannya senantiasa melakukan apa yang menjadi segala kesenangan-Nya yang didalamnya ia selalu ada didalam penurutan segala kehendak-Nya.
Orang-orang seperti ini Tuhan pasti akan menjadikannya pula sebagai kekasih-kekasih-Nya yang teristimewa, cinta kasih dan pemelihaan-Nya akan selalu menudunginya setiap hari sampai pada di kekekalan didalam kerajaan-Nya.

Amin.