Selasa, 31 Januari 2017

ARTI "HIDUP BERJAGA-JAGA" YANG BENAR


Matius 25:13  Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Membaca perumpamaan dalam Matius 25:1-13 mengenai 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana ini menimbulkan suatu perasaan duka karena tragisnya peristiwa yang digambarkan mengenai keadaan 5 gadis bodoh tersebut.
Tetapi sebenarnya ketragisan dalam perumpamaan ini belum mewakili secara penuh ketragisan dari keadaan yang sebenarnya ketika seseorang ditolak oleh Allah yang hidup.
Keaadan itu sangat jauh mengerikan karena seseorang tidak akan mendapat kesempatan kedua untuk memperbaiki diri dan bagi mereka yang ditemukan Tuhan tidak berjaga-jaga dalam segala hal untuk tetap hidup tinggal didalam Firman-Nya maka ia akan mengalami kematian kedua yaitu kematian diapi kekal (Wahyu 21:8).
Pada waktu itu orang akan benar-benar menyadari apa arti keselamatan yang sangat berharga.
Keselamatan ini kalau disia-siakan akan mengakibatkan penolakan Allah atas orang yang menyia-nyiakan keselamatan tersebut (Ibrani 2:1-3).

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan menyia-nyiakan keselamatan?
Menyia-nyiakan keselamatan berarti tidak menerima atau tidak menanggapi keselamatan yang Tuhan berikan dengan cara yang benar.
Perhatikan, bagaimana gadis yang bodoh yang tidak diperkenan masuk ke dalam pesta perjamuan kawin. Mereka bukannya tidak menantikan mempelai tersebut. Mereka juga menantikan, tetapi mereka tidak memiliki persediaan minyak.
Ini berarti berbicara tentang bahwa mereka tidak melakukan penyambutan sesuai dengan prosedur yang benar. Prosedur yang benar adalah memiliki persediaan minyak. Minyak yang dikemukakan Tuhan Yesus dalam perumpamaan ini sebagai suatu gambaran dari sikap berjaga-jaga dalam segala hal agar tetap hidup berkenan dihadapan Tuhan setiap saat.

Dalam perumpamaan tersebut ditunjukkan bagaimana gadis-gadis yang bodoh tidak berkesempatan mencari minyak agar pelitanya menyala. Ini berarti minyak tersebut harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Ini adalah sikap berjaga-jaga.
Banyak orang memang tidak bermaksud mengkhianati Tuhan atau tidak bermaksud meninggalkan-Nya, tetapi hanya menunda memiliki pertobatan dan perubahan hidup menjadi sempurna seperti yang Tuhan kehendaki.
Mereka sibuk dengan banyak urusan, sehingga mereka tidak memperhatikan “talenta” atau kemampuan bermoral seperti karakter Tuhan Yesus yang harus dikembangkan didalam pribadinya dengan tanpa batas.
Sebagai gantinya mereka sibuk dengan segala urusan perkara-perkara duniawi yang sebenarnya kesenangannya hanya bersifat sementara, pada akhir hidupnya pasti juga harus dilepaskan atau ditinggalkan.

Sikap berjaga-jaga berarti suatu hubungan harmonis dengan Tuhan Yesus yang selalu dibangun setiap hari.
Hubungan harmonis adalah hubungan yang baik, yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh Tuhan, yang nyata mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatannya.
Tentu kehidupan orang yang memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan akan terpancar dan dirasakan yang berdampak bagi kehidupan orang lain.

Beberapa ciri dari seseorang yang memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan antara lain:

Pertama, orang yang memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan tidak hanya berjaga-jaga untuk tidak berbuat salah secara moral umum, tetapi cara ia juga ingin memenuhi sikap hidup yang berkenan terutama dalam sikap batiniah/sikap hati yang berkenan dan sempurna dihadapan Tuhan.

Kedua, orang yang seperti ini akan memiliki pertumbuhan kesucian yang nyata dan takut untuk berbuat sesuatu yang menyakiti hati Tuhan.
Takut disini artinya karena ia memiliki hati yang benar-benar mengasihi Tuhan secara murni.

Ketiga, memiliki pembelaan yang sangat tinggi bagi pekerjaan Tuhan.
Baginya pelayanan pekerjaan Tuhan adalah hidup satu-satunya. Semua ini tidak dapat dikerjakan dalam satu hari, satu minggu atau satu bulan atau bahkan satu tahun. Semua ini merupakan pembiasaan hidup yang harus terus berlangsung setiap hari. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Sorga.

Bahaya besar yang tidak disadari oleh banyak orang adalah menunda bersikap benar terhadap keselamatan yang Tuhan berikan, sesuatu yang seharusnya dilakukan dengan segera dan terus menerus.
Dalam Ibrani 12:16-17 diungkapkan kegagalan Esau menikmati atau memanfaatkan hak kesulungannya.
Ia kehilangan hak kesulungannya karena tidak bersikap benar terhadap hak kesulungan yang semestinya menjadi haknya. Ia menukar hak kesulungannya tersebut dengan sepiring makanan.
Dalam kisah yang ditulis dalam Kejadian 27:1-4, nyata bahwa Esau merasa bahwa ia masih memiliki hak kesulungan tersebut. Ia sangat ceroboh, ia menganggap sepi/acuh tak acuh/menganggap tidak penting apa yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa ia menukar hak kesulungan dengan sepiring makanan (Kejadian 25:29-34).
Esau memang tidak serius menjual hak kesulungannnya, tetapi tindakan cerobohnya cukup membuat ia kehilangan hak kesulungannya.
Demikian juga hidup kita yang kadang tanpa sadari sering kali kita menukarkan hak keselamatan kita dengan hidup tidak berjaga-jaga, menggantikan hak keselamatan kehidupan kekal dengan menggelar cara hidup yang tidak berkenan dihadapan Tuhan yang sebenarnya kesenangan hidup yang bersifat temporal/sementara.

Kehidupan Esau tidak mempersoalkan jauh-jauh hari hal kesulungannya.
Ketika keadaan sudah mendesak barulah ia serius mempersoalkan, tetapi ia terlambat untuk memperbaikinya (Kejadian 27:30-35).
Sama dengan 5 gadis bodoh bukannya bermaksud dengan sengaja agar hidupnya hendak ditolak, tetapi kecerobohannya cukup membuat ia kehilangan kesempatan yang berharga.
Lima gadis bodoh baru mempersoalkan persediaan minyak pada waktu yang tidak tepat.
Hal ini mengajarkan kepada kita untuk mempersoalkan secara serius menghidupi keselamatan dengan sikap yang benar setiap saat dan tidak baru mempersoalkan keselamatan pada waktu yang tidak tepat yaitu dimana pada saat hari dimulainya penghakiman terakhir tahta putih yang di gelar oleh Tuhan Yesus sebagai Hakim yang tanpa memandang muka menghakimi setiap orang menurut perbuatannya.
Oleh hal ini Tuhan Yesus mengingatkan agar kita tidak menyia-nyiakan kesempatan selagi hari siang (Yohanes 9:4).

Perhatikan cara iblis merusak kehidupan orang percaya dan membinasakan: iblis membuat seseorang hanyut dalam cita rasa duniawi sampai ia tidak bisa berbalik lagi kepada rancangan Tuhan yang  menghendaki setiap hidup orang percaya menghidupi secara benar keselamatan yang telah Tuhan berikan.
Cita rasa duniawi ini menjadi candu dan senjata utama iblis untuk bisa menawan atau menyandera seseorang sehingga ia terbelenggu sampai pada level tidak bisa dilepaskan sama sekali.
Hal ini mengakibatkan ia termasuk salah satu orang orang yang disebut di Wahyu 21:8 yang semuanya mereka mendapat bagian dalam Murka Allah yang tidak pernah berakhir.

Hendaknya kita tidak menunda bersikap benar terhadap keselamatan yang Tuhan berikan saat ini, sikap ini seharusnya dilakukan dengan segera dan tanpa henti untuk terus-menerus diperagakan didalam hidup ini, sikap ini adalah sikap berjaga jaga karena mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatannya untuk tetap hidup berkenan dihadapan Tuhan setiap saat dan dalam segala hal sampai hari kedatangan Tuhan atau hari terakhir menutup mata.

Lukas 21:36  Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Amin.

Senin, 30 Januari 2017

MENGHARGAI KESUCIAN DAN KEBENARAN TUHAN


Lukas 12:20-21
20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Tingkat kesucian dan kebenaran Tuhan rentangnya atau jaraknya bisa tidak terbatas.
Seandainya seseorang memiliki masa umur hidup 1000 tahun, itu pun tak akan cukup untuk menjangkau kesucian dan kebenaran Tuhan yang tersedia bagi manusia. Sangat mungkin bahwa perkembangan kesucian dan kebenaran Tuhan dalam hidup seseorang akan berlanjut nanti di langit dan bumi yang baru, tetapi ini hanya dialami oleh orang-orang yang selama hidup di dunia ini menghargainya.
Menghargai kesucian dan kebenaran Tuhan berarti berusaha untuk melakukan kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Roma 12:2).

Sayang sekali, kalau hari ini kita lihat banyak orang lebih tertarik kepada hal-hal pemenuhan kebutuhan pemuasan jiwa secara duniawi seperti memiliki rumah lebih lux, mobil dan ponsel keluaran terbaru, kehormatan, pangkat dan fasilitas lain yang serba terbaik, tetapi tidak merindukan kehidupan rohani yang terbaik.
Inilah yang Alkitab katakan sebagai orang-orang bodoh (Lukas 12:20), tak beda dengan Esau yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan.
Jika seseorang tidak kaya di hadapan Allah, ketika ia menutup mata, barulah ia menyadari kebodohannya, namun tak ada kesempatan lagi untuk memperbaikinya.
Jadi firman Tuhan agar kita mengumpulkan harta di sorga dan bukan di bumi, maksudnya adalah agar kita membenahi jiwa kita untuk diisi kebenaran Tuhan, menggantikan segala hal busuk yang ada di dalamnya.
Jika seseorang mempertahankan jiwa yang busuk, tak heran jika ia berprinsip “makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah,” hidup bagi dirinya sendiri dan bersikap seolah-olah tidak ada kehidupan setelah kematian.

Kesempatan membenahi jiwa kita ini merupakan kesempatan yang diberikan hanya kepada umat Perjanjian Baru.
Umat Perjanjian Lama tidak diberikan kesempatan ini, sebab mereka tidak sanggup untuk melakukannya karena Roh Kudus belum datang.
Mereka belum diberi kuasa untuk hidup sebagai anak-anak Tuhan (Yohanes 1:12), yaitu kemampuan untuk hidup dalam pimpinan Roh (Roma 8:14). Paket ini hanya disediakan Tuhan bagi orang yang percaya.
Jadi kalau seseorang hanya mau hidup sebagai orang baik, ia tidak perlu menjadi orang Kristen sebab orang dunia juga bisa melakukannya (Matius 19:16-26).
Orang Kristen adalah orang yang dipanggil untuk mencapai standar kesucian dan kebenaran Tuhan serta menghargai kesucian dan kebenaran Tuhan tersebut. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki kita memprioritaskan kerajaan-Nya (Matius 6:33).
Memprioritaskan kerajaan-Nya ini tidak akan mengganggu kegiatan hidup kita setiap hari, bahkan sebaliknya Tuhan akan membuat masalah pemenuhan kebutuhan jasmani kita tidak mengganggu pergumulan untuk mencapai standar kesucian dan kebenaran-Nya.

Sebagai orang percaya yang akan menempati kerajaan sorga, selama hidup dibumi ini kita dipanggil untuk menghargai kesucian dan kebenaran-Nya agar kita dapat menjadi umat yang layak hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus di kerajaan-Nya yang tidak berzaman.

Amin.

Minggu, 29 Januari 2017

MENGENAKAN PAKAIAN YANG BARU

                   
Roma 13:14
Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.

Menjadi masalah yang tersulit dan terberat bahkan bisa berstatus mustahil yaitu ketika kita harus menanggalkan diri sendiri dan mengenakan pribadi Tuhan Yesus. Dalam hal ini kita seperti menanggalkan pakaian lama dan mengenakan pakaian lain; pakaian yang baru.
Ada berkat rohani yang besar bagi pendewasaan kita pada waktu kita bergumul mengenakan Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata terang. Berkat rohani itu adalah mengerti bagaimana bergumul untuk mengenal secara mendalam pribadi Tu­han Yesus dan meneladani-Nya.
Mengenakan Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata terang artinya bertindak sebagai anak-anak terang yang dalam segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan ke­hidupan Tuhan Yesus.
Pakaian lama kita adalah diri kita sendiri, se­dangkan pakaian baru/pakaian sorgawi kita adalah Tuhan Yesus.
Pertukaran pakaian inilah yang dimaksud dengan “menyangkal diri”.
Markus 8:34  Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Jadi, menyangkal diri bukan hanya tindakan menolak perbuatan yang melanggar mor­al umum tetapi menolak “gaya hidup wajar/kedagingan”dan kemudian untuk diubah mengenakan gaya hidup layaknya sebagai Anak Allah.

Agar proses penyangkalan diri ini berlangsung dengan baik kita harus memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama, memiliki tujuan hidup hanya menjadi seperti Tuhan Yesus.
Jika ada tujuan lain, maka proses ini tidak dapat berlangsung.
Segenap hidup harus diarahkan untuk satu-satunya tujuan hidup ini.
Orang yang tidak bersedia menyediakan “segenap” hati jiwa dan akal budi untuk memiliki tujuan hidup hanya menjadi seperti Tuhan Yesus, dipandang tidak pantas untuk mengenal pribadi agung Tuhan Yesus Kristus apa lagi masuk kedalam kerajaan-Nya kelak.
Jika tidak mengenal pribadi Tuhan Yesus, maka seseorang tidak akan dapat mengenakan pribadi-Nya.
Dengan prinsip ini, maka orang percaya tidak lagi berusaha menjadikan kesenangan dunia menjadi tujuan hidupnya antara lain : membuat rumahnya menjadi lebih mewah, mobilnya menjadi lebih lux, perhiasannya menjadi lebih mengagumkan dan lain sebagainya yang bersifat duniawi. Jika Tuhan mengijinkan ia menjadi kaya maka kekayaannya itu Tuhan maksudkan untuk ia pergunakan untuk memuliakan Tuhan dan memenuhi rencana dan pekerjaan Tuhan dibumi ini sebab harta sesungguhnya untuk orang percaya sudah ada tersedia didalam kerajaan surga.

Kedua, memenuhi pikiran dengan kebenaran Alkitab.
Matius 4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Kebenaran Firman Tuhan (logos) inilah yang akan mencerdaskan seseorang sehingga bisa menangkap “rhema/maksud perkataan Tuhan” yang ditaburkan Tuhan setiap hari melalui segala peristiwa yang kita dengar dan kita alami.
Rhema inilah nutrisi kehidupan rohani kita untuk membentuk otot-otot pribadi Kristus dalam hidup kita. Oleh sebab itu betapa berharganya setiap menit yang kita miliki untuk digunakan mengisi pikiran dengan kebenaran Firman Tuhan.

Ketiga, selalu mencari wajah Tuhan melalui pergumulan doa, yaitu mengalami perjumpaan dengan Tuhan setiap hari. Itulah sebabnya dalam Mazmur tertulis agar orang percaya mencari wajah-Nya.
Mazmur 27:8 Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.
Perjumpaan-perjumaan tersebut akan menghasilkan impartasi spirit atau gairah dari Tuhan Yesus kepada kita. Hal ini sangat penting. Sebab kalau hanya mendengar khotbah atau mengikuti pendalaman Alkitab (logos), belumlah dapat mengubah “gairah” kita secara signifikan. Tetapi juga harus melalui perjumpaan dengan Tuhan.
Pada dasarnya, mengganti pakaian lama dengan pakaian baru adalah mengganti gairah hidup. Dari gairah hidup melakukan kehendak diri sendiri diganti dengan gairah melakukan kehendak Bapa.
Ingat hanya orang percaya yang melakukan kehendak Bapa lah yang akan masuk ke dalam kerajaan surga (Matius 7:21). Hanya dengan mengikuti teladan Tuhan kita Yesus Kristus kita bisa melakukan apa yang disebut dengan melakukan kehendak Bapa di surga.

Proses panjang mengenakan pribadi Tuhan Yesus Kristus ini pasti akan menghasilkan kehidupan yang luar biasa. Kehidupan yang luar biasa ini menjadi kesaksian. Inilah yang dimaksud Petrus sebagai “terang yang menakjubkan”.
1 Petrus 2:9  Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Terang yang menakjubkan akan mencengangkan orang di sekitar kita dan membuat kita mampu menulari mereka dengan kehidupan seperti yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus.

Dengan demikian kehidupan orang percaya menjadi surat yang terbuka yang dapat dibaca semua orang.
(2 Korintus 3:3 "Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia").
Kalau dulu Tuhan menulis surat-Nya berupa hukum di atas dua loh batu untuk dipatuhi manusia, sekarang Tuhan menulis surat-Nya dalam hati manusia dan dagingnya agar diperagakan untuk diteladani. Dari hal ini akan ada orang-orang di sekitar kita yang dipengaruhi atau ditulari kebenaran untuk dikembalikan ke rancangan semula-Nya yaitu menjadi manusia manusia yang taat kepada kehendak Bapa di surga yaitu pribadi yang selalu mengenakan Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata terang yang bertindak sebagai anak-anak terang yang dalam segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan ke­hidupan Tuhan kita Yesus Kristus.

Amin.

Sabtu, 28 Januari 2017

MERASA SUDAH MENYEMBAH TUHAN




Lukas 12:15, 20-21 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Banyak orang merasa berhak memiliki apa yang orang lain miliki. Pada umumnya orang terbiasa hidup dengan tidak merasa cukup atas apa yang telah dimilikinya sampai tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan usaha membangun pencitraan diri dengan fasilitas materi. Mereka diperbudak oleh merk, model, pujian dan sanjungan manusia berdasarkan barang yang dipakai.
Kondisi ini membuat seseorang diperhamba oleh barang dunia fana tersebut.
Hal ini menciptakan gaya hidup “konsumerisme tanpa batas”. Gaya hidup ini adalah sebenarnya gaya hidup seorang yang menyembah iblis. Memang secara langsung tidak kelihatan menyembah sang iblis, tetapi secara tidak langsung seseorang yang diperbudak oleh materi berarti menyembah iblis (Lukas 4:5-8).

Lukas 4:5-8
(5)Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.
(6)Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.
(7)Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."
(8)Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Percintaan akan segala kesenangan yang ada di dunia ini dan segala macam atributnya merupakan dosa yang banyak manusia tidak menyadarinya bahwa ia sedang menyembah iblis dan sudah menolak untuk menyembah Bapa di sorga. Gaya hidup konsumerisme seperti ini sudah menjadi gaya hidup yang wajar, khususnya di kalangan masyarakat yang tinggal di kota. Menjelang dunia berakhir semakin kuat pengaruh gaya hidup ini menguasai manusia.
Inilah yang digambarkan oleh kitab Wahyu 18, Babel kota besar.
Alkitab menunjukkan bahwa itulah percabulan rohani, dimana banyak manusia termasuk sebagian orang Kristen telah terperdaya oleh kecantikan dunia sehingga tidak mengingini langit baru dan bumi yang baru yaitu Kerajaan Tuhan Yesus Kristus.

Banyak orang Kristen terbelenggu oleh cara hidup tersebut, tetapi mereka tidak merasa sedang menyembah iblis. Sebab mereka merasa sudah ke gereja, mengikuti liturgi dengan menyanyikan lagu-lagu yang syairnya memuat penyembahan kepada Allah. Pikiran mereka dangkal dan tidak memahami apa yang dimaksud dengan menyembah Allah. Menyembah Allah artinya memperlakukan Tuhan sebagai nilai tertinggi kehidupan. Ketika Tuhan Yesus mengatakan "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Ini artinya hanya menurut kehendak Tuhanlah manusia harus hidup dan bukan lagi atas kesenangan pribadinya.
Menempatkan Tuhan dan Firman-Nya pada posisi yang teratas dari segalanya dan Tuhan sebagai nilai yang tertinggi didalam kehidupannya.
Tentu perlakuan ini pasti dinyatakan dalam perbuatan. Orang yang menyembah Allah Bapa akan merasa cukup dan puas berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani tetapi di lain pihak ia terus menjadi pribadi yang haus dan lapar akan kebenaran Firman-Nya.
Sedikit sekali orang Kristen sampai level ini. Pada umumnya mereka memiliki kualitas hidup sama seperti kebanyakan orang pada umumnya yang mengejar keinginan keinginan hidup, hobi dan kesenangan lainnya, hanya bedanya orang Kristen pergi ke gereja dan sebagian memiliki kehidupan santun di mata manusia. Tetapi pada dasarnya mereka masih memiliki irama hidup seperti kebanyakan manusia yang sukacita hidupnya tertumpu pada fasilitas hidup dunia ini.

Tidak mengasihi dunia adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi didalam kehidupan orang percaya. ­Sebab ­persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah.
Yakobus 4:4 "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah".
Kalau ­seseorang ­masih mengingini apa yang orang lain miliki sebagai kelengkapan hidupnya, merasa berharga dan terhormat dengan fasilitas hidup materi dan merasa berhak ­menikmati hidup seperti anak-anak dunia menikmatinya berarti ia masih bercinta dengan ­dunia dan iblis masih mengikatnya. Faktanya gairah hidup seperti ini dianggap sebagai hal yang wajar dan tidak ­menyalahi etika kehidupan anak Tuhan.
Pada umumnya banyak o­rang ­termasuk orang-orang Kristen terbelenggu dengan pola hidup seperti ini. Mereka tidak merasa bahwa mereka ada dalam situasi yang gawat. Mereka orang-orang Kristen yang berkualitas anak-anak dunia.
Mereka belum hidup dalam keselamatan yang Tuhan Yesus berikan, sebab keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan ­manusia kepada rancangan Allah semula. Rancangan semula Allah adalah pribadi-pribadi yang mengasihi Bapa lebih dari mengasihi dunia ini bahkan diri sendiri.
Matius 10:37 "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku".

Ciri dari anak dunia yang belum dikembalikan kepada rancangan semula ­Allah adalah mengingini sesuatu hanya untuk memuaskan hawa nafsu. Ia merasa memiliki hidup ini untuk memuaskan hasrat dan segala keinginan-keinginannya. ­Seakan-akan ia berkata, ”aku berhak atas diriku sendiri”. Bahkan dalam ­berurusan dengan ­Tuhan, ia berharap Tuhan memberkati hidupnya, yaitu atas apa yang ia miliki untuk bisa dibuat berbunga-bunga lebih indah dan lebih berkembang banyak lagi untuk bisa dinikmati olehnya.
Dalam hal ini ia tidak ­bersahabat dengan ­Tuhan tetapi bersahabat dengan dunia.
Tuhan ­hanya ­menjadi teman (teks Yunani Hetairos), tetapi dunia menjadi kekasih atau sahabat (teks Yunani Philos).
Inilah orang-orang yang tidak setia yang dalam teks aslinya ­disebut sebagai “moikhalides” (pejinah).
Permusuhan ­dengan Allah dalam teks aslinya adalah echthros yang sama artinya dengan ­pembenci Allah.

Jadi bersahabat dengan dunia = membangun permusuhan dengan Allah.

Marilah kita mulai menyembah Allah Bapa kita yang agung Tuhan Allah kita Yesus Kristus dengan benar yang pasti tercermin dalam gaya hidup sehari-hari, yang menjunjung tinggi Tuhan melebihi seluruh dunia ini, melebihi harta yang ditawarkan oleh dunia ini maupun jabatan dan kehormatan duniawi.
Sebagai anak Tuhan yang menjunjung tinggi Tuhan dan kerajaan-Nya hendaknya kita mulai dengan bertekun mentaati seluruh Firman-Nya didalam hidup kita, mengasihi Allah kita melebihi diri kita sendiri dan mentaati seluruh kehendak Allah yang juga memerintahkan kita untuk mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri.

Amin.

Jumat, 27 Januari 2017

TIDAK DAPAT DINIKMATI TUHAN


1 Korintus 9:24-27
(24)Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!
(25)Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.
(26)Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
(27)Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Harus diperhatikan dengan cermat bahwa di ayat ini Paulus sedang berbicara mengenai usaha memperoleh “mahkota abadi”, dimana juga bisa terjadi penolakan dari Tuhan bagi yang tidak menggelar hidup yang berkenan sesuai dengan kehendak Tuhan, Hal ini berarti jelas-jelas terkait dengan pergumulan jemaat dan diri Paulus sendiri.
Dalam 1 Korintus 9:24-27 Paulus berbicara mengenai sulitnya masuk Kerajaan Surga atau diselamatkan, di sini Paulus sudah tidak bicara mengenai “sulitnya memberitakan Injil, tetapi sulitnya masuk kedalam kerajaan surga”.
Hal ini sesuai dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 19:23-25 : Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"

Dalam 1 Korintus 9:24-27, Paulus menunjukkan orang percaya harus benar benar sungguh sungguh mempersiapkan dirinya menjadi seseorang yang dapat menguasai diri, di dalamnya termasuk menguasai tubuh atau dagingnya, inilah gelanggang pertandingan yang diwajibkan bagi orang percaya.
Dalam tulisannya kepada jemaat yang sama, Paulus juga menyatakan bahwa ia berusaha untuk hidup berkenan kepada Tuhan supaya diterima di kemah abadi.
2 Korintus 5:9-10 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Kalau Paulus tidak melatih tubuhnya dan menguasai seluruhnya, maka ia bukan saja menjadi tidak efektif untuk pemberitaan Injil, tetapi juga tidak diterima oleh Tuhan. Kata memberitakan Injil dari teks aslinya adalah kerusso, yang lebih dekat diterjemahkan memproklamirkan sesuatu atau berkhotbah. Paulus berjuang untuk menjadi anak Tuhan yang melakukan Firman dengan menguasai diri, agar dia yang sudah memproklamirkan Injil jangan dirinya sendiri ditolak oleh Tuhan.

Kata ditolak dalam teks aslinya adalah adokimos. Kata adokimos selain berarti ditolak juga berarti tidak disetujui, terbuang, tidak berguna dan tidak layak, tidak memenuhi kualifikasi.
Fakta ini tidak dapat dibantah, sebab Alkitab menunjukkan adanya orang-orang yang gagal masuk ke dalam kerajaaan surga. Jelas sekali dalam teks ini menyatakan kalau seorang anak Tuhan seperti Paulus, walaupun sudah memberitakan Injil, ternyata masih bisa ditolak jika tidak berjuang melatih tubuh dan mengusai seluruhnya agar selalu ada didalam penurutan kepada segala kehendah Allah.
Secara ekstrem dalam Injil Matius kita menemukan orang yang sudah berprestasi dalam pelayanan gereja dengan mendemonstrasikan kuasa Allah, ternyata ditolak oleh Allah.
Matius 7:22-23 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Prestasi dalam pelayanan seperti mengusir setan, bernubuat dan mengadakan banyak mujizat bukanlah jaminan seseorang pasti diterima oleh Tuhan.
Tuhan berkata kepada mereka yang sudah “berprestasi” tersebut bahwa Tuhan tidak mengenal mereka.
Tidak mengenal di sini artinya tidak menikmati (ginosko).
Jadi jelaslah bahwa seluruh wilayah hidup orang percaya semuanya harus bisa dinikmati oleh Tuhan Yesus tanpa terkecuali, Jika tidak demikian maka Tuhan Yesus pasti akan berkata dengan berterus terang bahwa "Aku tidak pernah mengenal kamu!"
Bisa jadi sementara seseorang sibuk dalam pelayanan dan hanyut menikmati pelayanan ia tidak dapat dinikmati oleh Tuhan, sebab ia tidak sungguh-sungguh memiliki kesucian hidup yang dikehendaki oleh Tuhan.
Paulus menjauhkan diri dari sikap kehidupan yang bisa dijalani manusia, tetapi tidak dinikmati oleh Tuhan tersebut.
Oleh sebab itu Paulus tetap berjuang tetap dalam integritasnya sebagai anak Tuhan yang tidak hidup di bawah hukun taurat, tetapi tetap hidup dalam kasih Kristus.

Selanjutnya di ayat-ayat berikut, yaitu dalam 1 Korintus 10:1-12, Paulus menguraikan mengenai bangsa Israel yang dapat menjadi pelajaran bagi kita orang percaya di zaman Perjanjian Baru.
Paulus menunjukkan bahwa sebagaimana orang-orang Israel ditewaskan di padang gurun, kita harus berhati-hati supaya kita juga jangan sampai gagal atau ditolak oleh Allah.
Dalam 1 Korintus 10:11 tertulis: Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
Dengan penjelasan ini tidak bisa dibantah bahwa orang yang mengaku percaya dan mengikut Tuhan Yesus pun bisa ditolak jika secara keseluruhan diwilayah hidupnya tidak bisa memberikan atau menampilkan irama hidup yang bisa dinikmati oleh Tuhan Yesus. Perhatikan kalimat: "Peringatan bagi kita". Hal ini menunjuk bukan hanya bagi bangsa Israel pada waktu itu, tetapi juga orang percaya pada masa ini, termasuk Paulus sendiri. Paulus menggunakan kata kita. Bisa dimengerti kalau Paulus berjuang agar dirinya tidak ditolak oleh Allah.

Jadi orang percaya yang sudah dimerdekakan oleh Tuhan Yesus haruslah memberikan respons yang antusias mengisi kehidupannya dengan berjuang untuk menjadi anak Tuhan yang melakukan Firman-Nya dengan menguasai diri, menjaga kekudusan dan terus melaksanakan kehendak Tuhan dengan tanpa batas agar dirinya yang sudah memproklamirkan Injil jangan dirinya sendiri ditolak oleh Tuhan oleh karena ia tidak mempersembahkan/memberikan hidupnya untuk bisa dinikmati oleh Tuhan didalam pemandangan-Nya.

Amin.

Kamis, 26 Januari 2017

TIAP DETIK SELALU BERKENAN DIHADAPAN TUHAN


Mazmur 90:10
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

Alkitab berkata masa hidup manusia hanya tujuh puluh tahun; jika kuat, delapan puluh tahun. Tujuh puluh tahun tersebut menentukan nasib kekal atau keberadaan abadi seseorang, apakah ia bisa diijinkan Tuhan untuk turut masuk ke dalam kerajaan-Nya disurga atau dihukum di api kekal karena tidak didapati berlaku setia seperti yang diingini-Nya.
Paulus menulis bahwa penderitaan ringan yang sekarang ini (selama 70 tahun), mengerjakan bagi orang percaya kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan itu.
(Roma 8:18  Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita).
Kalau penderitaan selama tujuh puluh tahun akan menghasilkan kemuliaan selamanya hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus di kerajaan-Nya, maka setiap detiknya sangatlah berarti untuk kita belajar hidup didalam penurutan terhadap kehendak-Nya dan hidup didalam kedaulatan Tuhan secara absolut.

Mata perhatian kita tidak boleh hanya memandang seolah-olah hanya detik terakhirlah yang menentukan nasib kekal.
Sehingga seseorang tidak mau belajar hidup berkenan dihadapan Tuhan disetiap waktunya.
Tuhan menginginkan kita kudus seperti Dia kudus,
(1 Petrus 1:16  sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus), ini berarti Tuhan menghendaki kita hidup sesuai dengan tingkat moral kesucian-Nya setiap waktu dan bukan hanya diwaktu waktu atau dihari-hari tertentu saja.
Perkataan, pikiran dan perbuatan haruslah sesuai dengan pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat pula didalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Jadi yang menentukan nasib kekal manusia bukan hanya akhir perjalanan hidupnya, melainkan sepanjang perjalanan hidupnya.
Ia mulai belajar bisa menghargai dan mengelola waktu demi waktu, detik demi detik untuk belajar hidup berkenan, membenahi karakternya yang cacat hingga disempurnakan mencapai level yang Tuhan inginkan yaitu karakter segambar dan serupa dengan Tuhan kita Yesus Kristus.
Kalau awalnya sudah salah, maka tidak mudah untuk membenahinya agar bisa sinkron kembali dengan maksud tujuan Tuhan.
Namun bukan berarti awalnya benar, akhirnya otomatis benar tentu ada proses bagian kita yang harus kita kerjakan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan didalam hidup ini, berperilaku berkenan disetiap detik hidup kita dan melakukan apa yang menjadi kesenangan Tuhan setiap waktu.

Harus diingat bahwa tak seorang pun tahu kapan detik terakhirnya harus meninggalkan bumi ini untuk selamanya. Setiap detik adalah momentum (kairós) yang memuat pelajaran rohani yang berharga, sesuai dengan jadwal pembentukan yang Tuhan susun seperti kurikulum (khrónos).
Itulah sebabnya Firman Tuhan menyatakan bahwa kita harus memanfaatkan setiap waktu yang ada, sebab hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:16).
Satu detik kita memiliki arti yang sangat berharga, karena itu bagian dari durasi (hóra), urut-urutan (khrónos) dan kesempatan (kairós) yang Tuhan berikan. Bila waktu digunakan dengan baik seturut dengan yang dikehendaki Tuhan, maka waktu demi waktu itu akan membawa kita kepada kemuliaan yang berasal dari Tuhan. Ingatlah bahwa hóra (durasi) kita makin berkurang dibumi ini, kairós dapat berlalu tanpa hasil, jika kita tidak mau belajar berkenan setiap waktu dihadapan Tuhan dan tentu pembentukan Tuhan atas kita dapat menjadi sia-sia.

Detik demi detik berlalu dalam hidup manusia, Tuhan menunggu anak-anak-Nya untuk menggunakan kesempatan hidup ini untuk meraih berkat kesulungan yang dimiliki orang percaya, yaitu kesempatan untuk sempurna agar bisa dipermuliakan bersama-sama dengan Yesus (Matius 5:48).
Jangan seperti Esau yang tidak menghargai hidupnya dengan menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan.
Kita harus menjaga kesetiaan kita dihadapan Tuhan lewat hidup berkenan dihadapan Tuhan disetiap detik hidup kita dan melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa kita Yesus Kristus dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dibumi ini dengan sempurna.

Hendaknya kita memeriksa secara jujur terhadap diri kita, apakah kita sudah berlaku setia kepada Tuhan mempergunakan waktu detik demi detik untuk melakukan hal-hal yang berkenan dihadapan-Nya. Memang hal ini tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat, perlu proses waktu yang panjang hingga bisa tercapai pembentukan hidup seperti ini, namun kita harus memulainya dari sekarang sebab bisa saja detik terakhir hidup kita ternyata berakhir dimalam ini, mungkin esok hari atau diwaktu yang tidak pernah kita duga.
Olehnya Tuhan Yesus selalu mengingatkan kepada kita untuk hidup berjaga-jaga artinya hidup orang percaya harus berkenan setiap saat dihadapan Tuhan.

Jadi dengan demikian bukan hanya detik terakhir yang menentukan nasib kekal kita, tetapi juga tiap detik dihidup kita yang diberikan Tuhan kepada kita.
Detik demi detik hidup kita harus digunakan sebaik-baiknya untuk menuju dan mencapai perkenanan hidup dan kesempurnaan Kristus didalam kehidupan kita setiap waktu.

2 Korintus 5:9-10
9 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
10 Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Amin.

Selasa, 24 Januari 2017

MEMAHAMI KELAHIRAN BARU DENGAN BENAR (Bagian 2)


1 Petrus 2:2  Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

Ciri orang yang mengalami kelahiran baru maka karakter hidupnya diubah terus menerus oleh Firman Tuhan menuju kesempurnaan Kristus.
Kelahiran baru seperti ini baru menjadikan orang percaya berstatus sebagai anak Allah (Yohanes 1:12; Galatia 3:26; Roma 8:16-17).
Disini orang percaya bukan saja diberi hak memanggil Allah sebagai Bapa, tetapi juga kuasa atau fasilitas untuk menjadi anak-anak Allah.
Inilah exousia yang dimaksud dalam Yohanes 1:12 dimana orang percaya yang telah ditebus oleh penebusan darah Tuhan Yesus kemudian memberi dirinya sungguh-sungguh dilahirkan baru oleh Tuhan maka ia akan diberi kuasa menerima meterai ROH KUDUS, Firman Kebenaran, penggarapan Allah untuk menyempurnakan dirinya melalui segala peristiwa kehidupan dan pemeliharaan yang sempurna.
Semua itu disediakan agar kita menjadi serupa dengan Tuhan Yesus.
Inilah yang membuat hidup seseorang setelah menerima Yesus sebagai Juru Selamat, hidupnya akan menjadi berat sebab ia akan digarap oleh Allah melalui Roh Kudus hingga benar-benar dapat melepaskan kehidupan manusia dagingnya yang penuh dengan kesia-siaan kemudian digantikan mengerti kehendak Allah apa yang baik, berkenan dan sempurna untuk dilakukan, ia harus bertanggungjawab atas “benih mahal” atau talenta yang dipercayakan Tuhan kepadanya.
Hidupnya menjadi tidak santai lagi dalam arti ia harus memperhatikan “proyek” Bapa yaitu " proyek penyelamatan jiwa-jiwa” agar mereka benar-benar boleh mengenal Tuhan Yesus dan menyediakan diri hidup sebagai murid-Nya.
Jadi persoalan-persoalan hidup yang lain seperti nafkah, karir, jodoh dan lain sebagainya menjadi masalah minor. Tetapi hal mengenakan kepribadian Kristus menjadi masalah mayor.
Inilah yang Alkitab maksudkan dengan: “Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar”. (Filipi 2:12)

Seseorang yang mengalami Kelahiran Baru akan mengalami perubahan sikap hidup dari waktu ke waktu.
Perubahan tersebut menuju suatu arah yang pasti yaitu kepenuhan Kristus. Kepenuhan Kristus artinya memiliki sifat-sifat Kristus di dalam hidup.
Berkenaan dengan hal ini Alkitab mengatakan : Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:11-13)
Inilah isi Kekristenan sejati yang seharusnya dimiliki, yaitu pergumulan untuk bertumbuh ke arah kepenuhan Kristus.
Kalau Alkitab berkata bahwa Tuhan Yesus menjadi yang sulung diantara banyak saudara (Roma 8:29), maksudnya adalah selain Tuhan Yesus, akan lahir tampil atau muncul pula orang-orang yang memiliki karakter seperti Dia.
Orang percaya mengalami metamorphoste (seperti ulat menjadi kupu-kupu). Dulu kita seperti ulat yang menjijikkan, tetapi melalui proses kelahiran baru kita menjadi seperti kupu-kupu yang indah.

Oleh sebab Bapa memanggil orang percaya untuk memiliki kehidupan yang istimewa dalam kelakuan, maka Bapa akan terus mendorong dan memproses kita untuk bertumbuh secara luar biasa.  Dalam hal ini, kita harus mengerti kekudusan secara benar.
Kekudusan bukan hanya tidak melakukan pelanggaran moral secara umum, tetapi orang percaya berusaha secara all out berjuang mengenakan sifat-sifat anak Allah yang nantinya dapat dirasakan orang di sekitar kita.
Hal ini akan membuat orang percaya yang telah Lahir Baru layak disebut sebagai anak Allah.
Hidup keagamaannya sangat berbeda dengan keagamaan lain.
Kehidupan keagamaan yang benar itu, seperti yang tertulis dalam Matius 5:20, berbunyi: “Maka Aku berkata kepadamu: jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga”.
Dalam ayat ini, Tuhan memanggil kita untuk memiliki “hidup keagamaan” lebih dari ahli taurat dan orang-orang Farisi. Hidup keberagamaan di sini dari teks aslinya dikaiosunen dari akar kata dikaios yang berarti kebenaran yang bertalian dengan kelakuan, baik yang nampak di luar maupun yang tidak kelihatan yaitu sikap hati atau batiniah.
Dari Matius 5:20 jelas ditunjukkan bahwa untuk masuk kerajaan sorga, syaratnya: memiliki kebenaran lebih dari tokoh-tokoh agama tersebut.
Dalam hal ini, Kekristenan lebih dari segala standar kebaikan moral yang dimiliki tokoh-tokoh agama.
Setiap orang percaya dipanggil untuk memiliki kelakuan yang luar biasa tersebut. Inilah keistimewaan yang Tuhan maksudkan.

Seseorang yang ingin lahir baru harus terus mengenal dan mengerti Firman Tuhan serta berusaha untuk setia mengenakannya, ia tidak boleh lagi terikat dengan dosa mammonisme, (Lukas 16:11).
Seseorang yang terikat mammonisme tidak akan dapat mengerti Firman Tuhan. Untuk mengerti Firman Tuhan yang melahirkan baru, seseorang harus berani meninggalkan dosa mammonisme atau percintaan dunia, yang sama dengan materialisme.
Kalaupun belum mampu meninggalkan dengan baik, harus memiliki komitmen yang sungguh-sungguh untuk melepaskan diri dari ikatan percintaan dunia.
Bagian ini adalah tersulit dalam kehidupan, sebab seseorang yang telah terbelenggu selama bertahun-tahun tidak akan mudah dapat melepaskannya.
Tetapi kalau seseorang memiliki niat dan tekad yang kuat, maka tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Paulus mengatakan bahwa ia harus melepaskan semuanya dan menganggapnya sampah supaya ia memperoleh Kristus (Filipi 3:7-10).
Inilah respon menyambut keselamatan itu.

Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus: Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: kamu harus dilahirkan kembali (Yohanes 3:7).
Tuhan juga memberikan semacam ancaman kepada Nikodemus, kalau seseorang tidak dilahirkan kembali, maka ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Yohanes 3:5).
Dari pernyataan Tuhan Yesus ini, jelas bahwa Nikodemus harus meresponi keselamatan yang Tuhan sediakan.
Respon ini adalah bertindak, dan bukan hanya mengaku bahwa Yesus berasal dari Allah, tetapi juga menyerahkan diri kepada-Nya dengan belajar Firman Tuhan atau Injil dan mengenakannya dalam kehidupan ini.
Orang Kristen yang sudah menjadi Kristen sejak kecil, jika tidak memberi respon terhadap anugerah Tuhan, juga tidak akan selamat.
Untuk mengalami Kelahiran Baru, Tuhan sudah menyediakan sarananya yaitu hak istimewa untuk dididik oleh Tuhan sehingga lewat ketekunan orang percaya menerima dan meresponi didikan-Nya maka ia bisa berkeadaan sebagaimana layaknya anak-anak Allah harus menggelar hidupnya (exousia).
Dalam kelahiran baru, Tuhan bekerja sangat aktif melalui ROH KUDUS di dalam hati manusia yang menerima taburan kebenaran Firman Tuhan (1 Petrus 1:23), tetapi bagaimana pun kecilnya manusia juga memiliki respon yang sangat dihargai Tuhan. Itulah sebabnya panggilan untuk bertobat, bertumbuh, mendengar Firman Tuhan ditujukan kepada manusia agar manusia memberikan respon.
Kalau respon manusia tidak dibutuhkan maka Tuhan Yesus tidak perlu berseru agar manusia bertobat (Matius 3:2, 4:17).
Itulah sebabnya setiap orang percaya harus belajar mengenal Tuhan dan mengerti Kehendak-Nya.
Firman Tuhan yang murni harus dikejar, sebanyak-banyaknya dipelajari dan diterima. Karena Firman Tuhan inilah yang melahirkan baru seseorang (1 Petrus 1:23).
Dalam hal ini seseorang juga harus bersedia merendahkan diri dihadapan Tuhan, selalu merasa miskin di hadapan Tuhan (Matius 5:3), dan selalu merasa haus dan lapar akan kebenaran (Matius 5:6). Sikap hati ini harus dijaga dan harus terus menerus diperbaharui setiap hari.

Amin.

Minggu, 22 Januari 2017

MEMAHAMI KELAHIRAN BARU DENGAN BENAR (Bagian 1)


Yohanes 3:5-6
5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Tuhan menegaskan bahwa seseorang yang tidak bersedia dengan sungguh-sungguh dilahirkan baru oleh Tuhan dalam air dan roh maka ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah.
Proses kelahiran baru seseorang yang menjadi pengikut Tuhan Yesus bukanlah proses otomatis yang berlangsung secara instan, tetapi sebuah proses panjang yang melibatkan Roh Kudus dan respon penurutan manusia itu sendiri terhadap pimpinan Roh Kudus setiap waktu.
Karenanya Tuhan Yesus berkata, bahwa kita harus dilahirkan oleh air dan roh.
Dalam pengajaran mengenai Kelahiran Baru, kita tertumbuk pada masalah dilahirkan dari air dan oleh roh.
Maksud penjelasan Tuhan Yesus sebenarnya adalah bahwa dilahirkan dari air menunjuk pada komitmen seseorang untuk meninggalkan cara hidup manusia lama yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, selanjutnya belajar memasuki kehidupan baru yang Tuhan ajarkan.
Air menunjuk kepada Baptisan air.
Tentu baptisan yang dimaksud Tuhan bukan dari aspek tehnisnya tetapi maknanya, yaitu kesediaan dikuburkan dan hidup dalam hidup yang baru (Roma 6:4). Dikuburkan disini bukan hanya berarti rela meninggalkan kehidupan moral yang salah, tetapi bersedia meninggalkan seluruh kehidupan yang lama dengan segala filosofinya yaitu kesediaan untuk meninggalkan cara hidup manusia duniawi dengan segala hawa nafsunya.
Dilahirkan oleh Roh berarti menerima penggarapan Roh Kudus untuk bisa mengenakan pakaian Ilahi. Dalam hal ini Roh Kudus bekerja keras untuk bisa melahirkan kita. Untuk itu kita juga harus meresponi kehendak Tuhan secara serius. Respon yang serius ditunjukkan dengan sikap hidup, bukan sekedar hasrat mau menjadi anak Tuhan yang baik. Sikap hidup tersebut adalah usaha untuk mendengar kebenaran Firman Tuhan, sebab iman datang dari pendengaran oleh Firman Kristus. Dari pengertian terhadap kebenaran, selanjutnya harus ada kesediaan untuk meninggalkan cara berpikir dan filosofi hidup yang telah kita warisi dari nenek moyang. Proses ini harus berlangsung secara berkesinambungan.
Inilah pertobatan yang sejati.

Perlu diketahui bahwa pertobatan menurut Perjanjian Baru untuk orang percaya dengan pertobatan menurut Perjanjian Lama untuk bangsa Israel tidaklah sama.
Bagi orang-orang Israel di Perjanjian Lama, pertobatan pada umumnya menyangkut dua aspek antara lain:
Pertama, perubahan tingkah laku atau perbuatan.
Pertobatan seperti ini dimana kehidupan umat yang telah meninggalkan Taurat, hidup dalam tingkah laku yang tidak menuruti hukum Taurat kembali kepada kehidupan sesuai dengan hukum Taurat. Pertobatan ini adalah pertobatan perubahan secara moral umum.
Kedua, kesediaan meninggalkan praktek sinkretisme (mencampurkan atau menggabungkan beberapa agama atau keyakinan).
Ini adalah pertobatan kehidupan umat Israel yang meninggalkan ibadah kepada Yahwe, kembali beribadah kepada Yahwe.
Pada jaman dahulu bangsa Israel sering tergoda menyembah kepada allah-allah yang disembah bangsa-bangsa kafir, seperti baal, dagon, asyera, asitoret, milkom, molokh dan banyak dewa lain. Pertobatan di dalam Perjanjian Lama berarti meninggalkan penyembahan kepada dewa-dewa tersebut, kemudian kembali melakukan ibadah kepada Yahwe di kemah suci atau di bait Allah.

Konsep pertobatan bangsa Israel pada jaman Perjanjian Lama ternyata juga terdapat pada banyak agama di dunia. Pertobatan semacam ini masih bisa digolongkan pertobatan menurut konsep umum.
Bedanya untuk bangsa Israel, pertobatan mereka memiliki keistimewaan, sebab mereka memiliki Allah Yahwe dan Taurat yang tidak dimiliki bangsa lain.
Pada intinya, pertobatan menurut konsep umum adalah meninggalkan perbuatan yang melanggar norma yang diberlakukan dan beribadah kepada allah atau dewa yang diyakini sebagai allah atau dewa yang benar.
Sering pula dikatakan sebagai suatu pertobatan, ketika seorang yang memeluk suatu agama berpindah ke suatu agama lain yang diyakini benar. Sebaliknya, kelompok orang yang menganut agama yang ditinggalkan tersebut akan menganggap anggota mereka yang berpindah agama sebagai murtad. Pertobatan secara umum terjadi atas seorang atau sebuah komunitas setelah mereka mendengar suatu peringatan dan ancaman hukuman. Pertobatan jenis ini adalah pertobatan yang tidak membutuhkan pencerahan pikiran oleh kebenaran Firman Tuhan, yang penting ada kesadaran moral atau didorong takutnya terhadap ancaman yang akan dijatuhkan, seperti penduduk Niniwe dalam kitab Yunus.

Pada umumnya orang melakukan pertobatan supaya kehidupan selama didunia ia dijauhkan dari segala kesulitan kehidupan seperti dijauhkan dari penyakit dan kemiskinan secara ekonomi, kemudian hidupnya semakin sejahtera didalam kelimpahan secara jasmani.
Jika pertobatan hanyalah sekedar tindakan berbalik kepada Tuhan supaya Tuhan memulihkan ekonominya, menyembuhkan penyakitnya atau memberi pertolongan dari problem hidup yang lain. Maka, pertobatan seperti ini adalah pertobatan palsu.
Pada kenyatannya, pertobatan seperti inilah yang ditawarkan kepada banyak orang hari ini, mereka menjadikan Tuhan Yesus sekedar alat untuk menjawab kebutuhan jasmani mereka.

Sesungguhnya pertobatan yang benar adalah seseorang harus melalui tahap dilahirkan kembali oleh Tuhan melalui air dan roh.
Kelahiran baru menjadikan orang percaya sebagai ciptaan baru dengan hati baru (2 Korintus 5:17; Efesus 2:10).
Kelahiran baru menuntut seseorang untuk mengarahkan fokusnya hanya kepada Tuhan dan kerajaan-Nya.
Kalau sebelum lahir baru focus hidupnya tertuju kepada dunia ini dengan segala kesenangannya, sekarang tertuju kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Orang yang sudah mengalami Kelahiran Baru akan menyukai hidup didalam kebenaran Tuhan.
Kebenaran Tuhan inilah yang membuat hidup dalam terang.
Segala unsur di luar kebenaran Tuhan akan nampak nyata bagi orang yang mengenal kebenaran.
Dengan penjelasan lain, orang yang mengalami Kelahiran Baru akan bertumbuh dalam kebenaran sehingga ia menemukan segala kepalsuan hidup ini yang harus ditanggalkan dalam hidupnya. Kepalsuan hidup adalah perhatian manusia kepada hal-hal duniawi, segala hal yang fana; keterikatan dan ketergantungan manusia terhadap dunia ini dengan segala kesenangannya. Dengan demikian, seseorang yang mengalami Kelahiran Baru akan memiliki pemahaman dan filosofi yang baru tentang kehidupan dan lebih mementingkan perkara-perkara rohani yang didalamnya memuat segala kehendak Tuhan untuk dilakukan.

Seorang yang benar-benar telah mengalami Kelahiran Baru sikap hidupnya nampak yaitu sikapnya terhadap dunia ini. Buah hidupnya nyata bahwa ia tidak terikat dengan perkara-perkara duniawi.
Ini adalah ukuran standarnya.
Paulus berkata: “Ikutilah teladanku dan teladan orang-orang yang hidup sama seperti kami” (Filipi 3:17).
Paulus tahu bahwa akan ada orang-orang yang memiliki irama hidup seperti dirinya, sebab orang yang diubah hidupnya pasti memiliki irama hidup seperti dirinya. Baginya, ia tidak memperhatikan apa yang kelihatan tetapi apa yang tidak kelihatan, sebab yang kelihatan adalah sementara tetapi yang tidak kelihatan kekal (2 Korintus 4:18).
Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus: “Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi (Yohanes 3:12).  Nikodemus yang mewakili Agama pada umumnya masih berbicara sekitar perkara hidup hari ini, tetapi Tuhan Yesus mengajarkan segala perkara mengenai kerajaan Sorga.
Inilah bedanya orang yang sudah benar-benar mengalami Kelahiran Baru dan orang-orang yang belum mengalami Kelahiran Baru.
Orang yang sudah dilahirkan baru akan berbicara hal-hal sorgawi dan mengarahkan fokus hidupnya hanya kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, mengubahkan hidup banyak orang lewat kesaksian sikap hidupnya yang menampilkan hidup didalam kebenaran Tuhan serta dengan setia menyelesaikan dengan tuntas tugas pelayanannya kepada Tuhan selama hidup dibumi ini dengan menjaga hidup kudus, tak bercacat cela dan tak bernoda dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus.

Amin.

Sabtu, 21 Januari 2017

PENGERTIAN DIPENUHI ROH KUDUS


Kisah Para Rasul 2:4
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Sebenarnya kepenuhan Roh Kudus meliputi dua pengertian. Pertama, kepenuhan Roh Kudus secara temporal. Ini adalah kepenuhan Roh Kudus hanya seketika (temporal), yaitu ketika Tuhan memenuhi seseorang dengan Roh-Nya untuk tanda kehadiran-Nya. Biasanya suasana atau saat itu disertai dengan demonstrasi kekuasaan Allah. Demonstrasi kuasa Allah di sini adalah karunia-karunia Roh Kudus yang berguna untuk membangun jemaat dan tanda bagi orang yang tidak mengenal Allah sehingga mereka mengakui bahwa Allah ada di tengah-tengah mereka. Karunia-karunia tersebut bisa berupa penglihatan, bahasa Roh / lidah asing dan lain sebagainya. Kisah seperti ini banyak terdapat dalam kitab kisah Rasul.
Kepenuhan ini bersifat hanya sementara waktu, biasanya kepenuhan seperti ini terjadi pada waktu dibutuhkan dalam pertemuan-pertemuan jemaat.
Untuk mendapatkan kepenuhan Roh ini kadang-kadang tidak menuntut perjuangan berat seperti kepenuhan Roh Kudus secara permanen.
Bahkan kadang-kadang seseorang yang belum terlalu dewasa rohani asal sudah memiliki kapasitas tertentu, Allah bisa memberikannya.
Biasanya gereja-gereja aliran aliran tertentu sangat memburu hal ini dan mereka memandangnya sebagai keunggulan pelayanan gerejanya.

Pengertian yang kedua, kepenuhan Roh Kudus secara permanen. Kepenuhan Roh Kudus secara permanen ini dialami atau terjadi ketika seseorang “berjalan bersama dengan Tuhan” dalam kurun waktu yang panjang sehingga dapat mengerti kehendak Tuhan dan mampu untuk melakukannya. Hal ini dapat dicapai melalui perjuangan berat, yaitu belajar kebenaran Firman Tuhan, mengerti kehendak Tuhan, mematikan kedagingan, merubah tujuan hidup dan berbagai proses kehidupan melalui segala pengalaman hidup. Kepenuhan Roh Kudus secara permanen tidak harus ditandai dengan karunia, tetapi pasti ditandai dengan “buah Roh”
Galatia 5:22-24 "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya".

"Karunia" bisa diperoleh dengan lebih mudah tetapi menghasilkan "buah" harus melalui perjuangan panjang dan sukar.
Pada dasarnya dipenuhi Roh Kudus secara permanen sama dengan dipenuhi pikiran dan perasaan Allah.
Filipi 2:5 "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus",
Hal ini akan melekat dalam diri seseorang dan tidak bisa lenyap sampai selamanya. Kalau karunia bisa bersifat sementara, tetapi buah bersifat permanen. Kepenuhan Roh Kudus secara permanen inilah yang harus diperjuangkan lebih dari kepenuhan Roh Kudus secara temporal. Karunia tidak bisa menjadi ciri kedewasaan rohani tetapi buah roh lah ciri kedewasaannya.

Pada dasarnya dipenuhi Roh Kudus secara permanen sama dengan dipenuhi pikiran dan perasaan Allah yang terekspresikan melalui memperagakan buah-buah Roh melalui seluruh gerak hidup kita sehari-hari dan senantiasa berjalan didalam kasih dan kebenaran-Nya.

Amin.

Jumat, 20 Januari 2017

MENGENAL "KELEGAAN" VERSINYA TUHAN


MATIUS 11:28-29)
28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Secara khusus kita akan mempelajari kata kelegaan. Kelegaan di sini adalah kelegaan khusus yang hanya dialami setelah seseorang belajar dari Tuhan Yesus.
Kelegaan ini adalah kelegaan yang sangat mahal, maksudnya seseorang harus belajar dari Tuhan terlebih dahulu dengan memikul kuk barulah bisa memiliki kelegaan yang berasal dari versinya Tuhan dan bukan kelegaan versi keinginan manusia itu sendiri.
Kata kuk dalam teks aslinya adalah zugos yang artinya : kekang, beban, ikatan, belenggu.
Kuda dipasang kekang supaya bisa diatur dan diarahkan dan dikendalikan kearah tujuan yang benar
Jadi sangatlah jelas Kelegaan versinya Tuhan Yesus ini seperti mutiara yang berharga atau barang yang kudus.
Alkitab berkata : Mutiara yang berharga tidak akan diberikan kepada babi dan barang yang kudus bukan untuk anjing (Matius 7:6).
Maksudnya orang yang tidak menghargai bertapa mahalnya dan beruntungnya seseorang mendapat undangan kelegaan dari Tuhan maka kelegaan tersebut tidak akan diberikan kepada mereka yang menyia-nyiakan undangan dari-Nya.
Pengajaran mengenai kelegaan yang beredar hari-hari ini, jika kita boleh jujur sebenarnya sudah banyak menyimpang dari kebenaran Alkitab yang sesungguhnya.
Kelegaan versi yang Tugan ajarkan sebenarnya menuntut pertaruhan yang mahal dan sangat tinggi, sebab didalamnya seseorang harus melepaskan segala keinginan duniawinya secara total, kemudian hidup menurut kehendak Tuhan, dengan kata lain keinginannya haruslah sinkron sesuai dengan keinginan dan seleranya Tuhan.
Berkenaan dengan hal ini, banyak orang tidak mampu membayar harganya.
Sebab harganya adalah kesediaan meninggalkan segala keinginan-keinginan dunia dan mau diatur oleh Tuhan untuk hidup didalam kehendakNya secara absolut.
Tentu saja hal ini sangat asing atau dipandang aneh oleh mereka yang tidak terbiasa mendengar Firman yang benar.

Pada umumnya gereja tidak melarang jemaat memiliki berbagai keinginan-keinginan dalam hidup ini terutama keinginan-keinginan hidup yang menyangkut pemenuhan kepentingan pribadi yang biasanya hanya untuk dinikmati untuk memuaskan dirinya, memuaskan hasrat dagingnya sendiri dan yang paling menyedihkan ketika tercapainya keinginan itu ia malah menjadikannya sebagai suatu tanda bahwa pencapaian tersebut merupakan nilai sebuah keberhasilan, kebanggaan dan kesuksesan hidupnya.
Mereka memandang wajar hidup sebagai manusia dengan berbagai keinginan.
Sebenarnya sah-sah saja orang percaya memiliki berbagai keinginan-keinginan namun kebanyakan keinginan keinginan ini hanya untuk memuaskan hasrat kesenangan pribadi dan keinginan duniawi yang bersifat daging dengan harapan dari hal tersebut ia mendapatkan kelegaan yang bisa bertahan lama sebagai jaminan kelegaan selama ia hidup didunia.
Tentu yang ia ingini adalah kenyamanan hidup dibumi, dibebaskan dari kesulitan hidup, kesulitan ekonomi, hidup dengan berkat keuangan yang berlimpah-limpah agar bisa membeli dan memiliki apa yang ia idam-idamkan yang tidak lain adalah barang-barang atau hal-hal yang menjadi sukacita dan kebahagiaan dihidupnya.
Malahan pihak gereja dan pelayan-pelayannya mendoakan jemaat agar keinginan dan cita-cita mereka tercapai atau dipenuhi oleh Tuhan.
Terutama gereja yang menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan “theologia kemakmuran”.
Mereka setuju, seakan-akan dunia ini bisa atau boleh dijadikan firdaus bagi orang Kristen.
Mereka berurusan dengan Tuhan berhubung atau karena Tuhan baik dan berkuasa sehingga mereka berpikir mereka bisa menggunakan dan mengklaim segala berkat-Nya untuk pemenuhan kesenangan jasmani di bumi ini karena statusnya yang sebagai anak Tuhan.
Mereka lupa bahwa orang percaya bukan berasal dari dunia ini.

Kebenaran yang sejati dari Allah adalah dimana didunia ini orang percaya hanya untuk mempersiapkan dirinya untuk memasuki Kerajaan Allah Bapa.
Anak anak Tuhan hanya diperkenankan memiliki keinginan yang searah dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan yaitu taat dalam menjadi pribadi pribadi yang menjalankan apa yang menjadi perintah perintah Tuhan Yesus dalam seluruh pengajaran-Nya.
Didalam 1 Yohanes 2:3-4 memuat pernyataan penting yaitu : "Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.
Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran".
Dalam pernyataan ini termuat panggilan orang percaya harus mengutamakan penurutannya kepada perintah-perintah Tuhan seperti menyangkal diri, memikul salib, tidak lagi mencintai dunia, terus mempersiapkan dirinya untuk selalu hidup kudus dan hidup berjalan sesuai dengan kebenaran-Nya.
Hal ini bisa dilakukan kalau pikiran seseorang dipenuhi oleh kebenaran atau telah mengalami pembaharuan pikiran terus menerus oleh Firman Tuhan yang benar.
Untuk belajar Firman yang benar dari Tuhan Yesus kita harus mengenal pribadi yang ada didalam diri Tuhan Yesus, bersekutu dengan-Nya setiap waktu merenungkan dan mengenakan Firman-Nya dan menangkap segala peringatan-peringatan-Nya melalui segala peristiwa hidup.

Orang percaya yang mau mengenal Dia haruslah seorang yang bersedia untuk tidak mencintai dunia sama sekali, tidak terikat kepada belenggu keinginan keinginan duniawi, namun sebaliknya kesediaannya adalah mempersembahkan hidup dan mengatur ulang keinginan pribadi yang searah dengan kehendak Tuhan demi untuk memuliakan Dia saja.
Perlu digaris bahawi bahwa selama seseorang masih memiliki hasrat percintaan dengan dunia maka hal ini akan membuat dia tidak akan dapat mengerti kebenaran yang termuat dalam Injil yang diajarkan oleh Tuhan Yesus (Matius 13:22-23).
Tidak mengerti Firman Tuhan berarti salah memahami siapa Tuhan yang harus disembah dan diperlakukan.
Karena kesalahan mengerti ini maka muncullah allah-allah lain di dalam pikiran mereka.
Allah yang bisa mereka perlakukan sesuai dengan konsep mereka sendiri.
Itu bukanlah Allah yang benar dan bukan isi dari pengajaran Tuhan Yesus yang Tuhan diajarkan yang dicatat didalam Alkitab.
Hal inilah yang menjadi kekuatiran Paulus terhadap jemaat, yaitu adanya orang-orang yang mengajarkan Yesus yang lain hal ini dinyatakannya dengan tulisan :
Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima (2 Korintus 11:2-4).

Untuk mengenal arti undangan kelegaan dari versi Tuhan Yesus, maka kita perlu membedah kata "kelegaan" dalam teks aslinya, dalam teks bahasa Yunani kata kelegaan ditulis "anapauso" yang kata kerjanya anapauo yang artinya sesuatu yang membuat seseorang beristirahat, berhenti, menyegarkan dan keadaan santai (cause to rest, give someone rest, refresh, relax, ease).
Selama ini jenis kelegaan yang biasanya dipahami orang kristen pada umumnya adalah kelegaan yang dirasakan oleh seseorang keluar dari masalah masalah hidup seperti sakitnya sembuh, usahanya maju, bebas dari belenggu kesulitan ekonomi, memiliki rumah pribadi yang diidam idamkan, cita-citanya tercapai dan lain sebagainya.
Seperti yang ditulis dalam Lukas 12:19, kata “beristirahatlah” dalam teks aslinya juga anapauo, sama dengan yang digunakan Tuhan Yesus dalam Matius 11:28-29. Orang kaya ini menikmati kelegaan atau semacam damai sejahtera yang didasarkan pada fasilitas kekayaan yang dimiliki. Ia juga berpikir semakin banyak yang dimiliki, maka semakin besar kelegaan yang dimiliki. Itulah sebabnya ia berusaha untuk menambah harta kekayaannya dibumi sebagai miliknya dan mempertahankannya selama mungkin.
Dengan demikian ia membangun irama mengumbar keinginan duniawi.
Hal inilah yang menjadi penjara atau belenggu yang mengurung seseorang sehingga tidak bisa lepas dari padanya yang membuat akhir dari perjalanan hidupnya adalah menuju kegelapan abadi yang membinasakan.
Kelegaan versi dunia akan membuat seseorang menjadi tidak kaya di hadapan Tuhan. Meninggal dalam kemiskinan abadi dimata Tuhan, tentu ini adalah mati yang membawanya pada penghukuman kekal (Lukas 12:15-21), ini sangat tragis.

Tuhan Yesus mengajarkan tentang kelegaan yang berbeda dari versi yang dunia tawarkan.
Silahkan di garis bawahi "Kelegaan yang disediakan oleh Tuhan adalah kelegaan yang didasarkan pada kemerdekaan dari keterikatan oleh berbagai keinginan-keinginan yang bersifat kesenangan pribadi/kesenangan kesenangan untuk menikmati dunia".
Selama seseorang masih memiliki banyak keinginan-keinginan duniawi dan hasrat daging maka ia tidak akan pernah menikmati kelegaan yang Tuhan sediakan.
Semakin banyak keinginan terhadap hal-hal di dunia ini, maka semakin kuat dan banyak belenggu yang mengikat.
Orang yang memerdekakan diri dari keinginan dunia akan mendapatkan kelegaan yang Tuhan Yesus sediakan melalui pimpinan Roh-Nya setiap hari bahkan disepanjang waktu.
Seseorang yang ingin memiliki kelegaan yang disediakan Tuhan maka hasrat dagingnya harus disalibkan secara total, hasratnya hanya boleh diarahkan kepada usaha untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukan apa yang Dia kehendaki secara bertekun, bersedia menerima pembentukan-Nya setiap waktu untuk melahirkan dirinya hingga semakin serupa dengan moral dan karakter seperti yang dimiliki oleh Tuhan Yesus.
Hal inilah akan membangun terus menerus perasaan cinta kepada Tuhan secara benar dan bukan lagi karena ada udang dibalik batu.
Selanjutnya hal ini akan membangun kerinduan kita terhadap kerajaan-Nya, yaitu di dunia yang akan datang.
Dengan demikian damai sejahtera yang melampaui segala akal, dengan kuat mencengkeram jiwa kita sebagai umat yang menantikan kedatangan-Nya. Walaupun situasi hidup sekarang di bumi ini sukar dan berat, tetapi tetap masih bisa menikmati ketenangan jiwa dan damai sejahtera-Nya.
Inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus bahwa damai sejahtera yang Ia berikan ini tidak sama dengan damai sejahtera yang diberikan oleh dunia.
Tidak sama dengan apa yang dialami oleh orang kaya dalam Lukas 12:15-21, yang didalamnya Tuhan Yesus memberi paparan-Nya mengenai keadaan tragis orang kaya yang tergiur menerima kelegaan palsu yang dunia tawarkan :
Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Jadi kelegaan yang sesungguhnya yang TUHAN YESUS tawarkan adalah ketika kita mulai mencari, mengenal pribadi TUHAN dan kebenaranNYA secara menyeluruh untuk dimiliki sebagai jalan hidup dan tujuan hidup orang percaya satu-satunya dan bersedia mengurung keinginan keinginan pribadi untuk menikmati dunia yang tentu tidak sesuai dengan keinginan/kehendak TUHAN.

Amin.

Kamis, 19 Januari 2017

TUHAN YESUS MENILAI HIDUP KITA


Matius 19:30 "Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Tuhan Yesus mengatakan dalam beberapa kesempatan suatu pernyataan yang perlu kita gumuli, yaitu “tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”
Pernyataan ini paling tidak diucapkan oleh Tuhan Yesus 4 kali (Matius 19:30; 20:16; Markus 10:31; Lukas 13:30).
Kata yang terdahulu dalam teks aslinya adalah protos. Kata ini memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah yang terbaik, yang terkemuka dan paling utama (the best, first importance, first of all, foremost).
Kata protos bukan hanya menunjuk mengenai urutan tetapi tingkatan kualitas. Sedangkan kata “terakhir” dalam teks aslinya dari kata eskhatos. Kata ini kebalikan dari kata protos yang berarti terbelakang, rangking rendah, tidak dianggap penting.
Maksud perkataan Tuhan itu adalah bahwa orang-orang yang tadinya dianggap terkemuka, terpenting, dan terbaik menjadi kebalikannya, sedangkan orang yang tadinya dianggap tidak terkemuka, tidak penting, tidak terkemuka menjadi kebalikannya pula.
Di balik pernyataan Tuhan Yesus ini, Ia menunjukkan bahwa Tuhan menilai setiap individu. Ada ranking di mata Allah.

Untuk memahami maksud pernyataan Tuhan Yesus tersebut, kita harus memperhatikan konteks bilamana Tuhan mengucapkan kalimat tersebut.
Dalam Matius 19:30, Tuhan Yesus sedang berbicara mengenai upah yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang setia sampai akhir jaman.
Dalam Markus 10:31, juga konteksnya mengenai kesediaan murid-murid Tuhan Yesus meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menunjukkan bahwa mereka akan mendapat perlakuan khusus dari Allah karena rela menderita bersama-sama dengan Kristus (Roma 8:17).

Dalam Matius 20:16, mengenai perumpamaan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus mengenai pekerja yang mendapat upah yang sama walau jam masuk mereka berbeda. Pekerja yang masuk lebih awal bersungut-sungut karena diperlakukan tidak adil. Dalam perumpamaan mengenai upah orang upahan di kebun anggur Tuhan Yesus hendak menunjukkan bahwa melayani Tuhan tidak boleh mempersoalkan upah.
Ada pun Lukas 13:30, konteksnya adalah mengenai betapa sulitnya orang memperoleh keselamatan. Tuhan juga menyinggung orang-orang yang merasa sudah berprestasi dalam pelayanan atau kegiatan kekristenan tetapi ternyata ditolak oleh Allah. Kemudian Tuhan berbicara mengenai kenyataan dimana Tuhan Yesus akan makan dan minum dengan segala bangsa dari berbagai tempat sedangkan anak kerajaan atau bangsa Israel sendiri akan terbuang.

Pertanyaannya sekarang adalah, apa sebenarnya motivasi kita dalam melayani Tuhan?
Hendaknya kita seperti Paulus yang bisa berkata :
1 Korintus 9:18 Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.
Filipi 3:7-8 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.

Ketika kita memiliki motivasi yang murni untuk melayani dan mengikut Tuhan tanpa ada motivasi terselubung maka kita akan menjadi orang yang Tuhan sebut menjadi orang orang yang terdahulu yaitu orang orang yang terbaik, berkualitas yang Tuhan temukan berkenan dihadapan-Nya.

Tuhan menunjukkan bahwa Dia menilai setiap individu sehingga ada ranking di mata Allah atas orang percaya.

Roma 14:17-18
17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
18 Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

Amin.

Rabu, 18 Januari 2017

MEWASPADAI PRAKTEK PERDUKUNAN DI DALAM GEREJA


1 Timotius 6:3-5
3 Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,
4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.

Kalau pelayanan gereja tidak bermuara pada usaha merubah kehidupan normal manusia menjadi normal di mata Tuhan, maka gereja pasti hanyut dalam usaha menyelamatkan diri dengan menghindarkan dirinya dari berbagai kesulitan-kesulitan hidup didunia ini, dengan menggunakan kuasa Tuhan dan mengklaim mujizat-Nya untuk pemenuhan kebutuhan jasmani hingga hidup kelimpahan akan kekayaan selama ia hidup dibumi.
Usaha yang terfokus kepada pemenuhan kebutuhan jasmani dengan menggunakan mujizat dan kuasa Tuhan akan membuat seseorang tetap tinggal sebagai anak dunia yang miskin, bukan sebagai bangsawan surgawi yang memiliki kelimpahan yang dijanjikan Tuhan Yesus (Yohanes 10:10).
Gereja seperti itu akan menawarkan “rumput yang palsu” yang adalah “rumput keinginan duniawi yang membinasakan”, dan bukan rumput yang berasal dari Tuhan Yesus.
Kelimpahan yang diajarkan pasti kelimpahan duniawi, bukan kelimpahan rohani.
Mereka memberitakan Injil yang palsu, bukan Injil original seperti yang Tuhan Yesus pernah ajarkan.
Mereka menyampaikan kabar baik menurut manusia, bukan kabar baik menurut Tuhan.

Ironisnya, justru gereja dengan model ini yang menjadi trend dan laris di “pasar persaingan gereja” hari ini.
Di tengah-tengah dunia yang menghadapi krisis hebat dalam berbagai bidang kehidupan, maka promosi kelimpahan duniawi yang akan “laris” di pasaran.
Mereka menggunakan ayat firman Tuhan sebagai alat untuk meraih kenyamanan hidup secara jasmani dan memproklamirkan kehidupan yang penuh mujizat kelimpahan kenyaman hidup jika ia taat mengikut Tuhan Yesus.
Padahal Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya "Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku (Lukas 14:33).
Hal ini berbanding terbalik dengan pemberitaan firman Tuhan yang sering kita dengar di sebagian wilayah gereja yang isinya selalu memperbolehkan umat mengklaim Tuhan untuk memenuhi hidupnya dengan mujizat-mujizat kelimpahan pemenuhan kebutuhan jasmani dan kekayaan materi demi kenyamanan hidupnya dibumi.
Memang pada dasarnya semua manusia berpikir duniawi, fokus hidupnya hanya tertuju kepada pemenuhan kebutuhan jasmani.
Inilah yang ditangisi oleh Paulus dalam Filipi 3:18-20 yang mengatakan: Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.

Menjadi seteru salib Kristus artinya menjadi musuh salib, yaitu orang-orang yang hanya memikirkan kesenangan duniawi.
Berkenaan dengan hal ini Yakobus memberi pernyataan tegas dengan pernyataan :
Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah (Yakobus 4:3-4).
Rasul Yohanes pun memberi pernyataan yang sama dengan pernyataan :
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yohanes 2:15-17).
Orang-orang yang hendak menjadikan dunia ini sebagai tempat meraih kesenangan hidupnya maka ia telah berkhianat kepada Tuhan Yesus, Alkitab dengan tegas berkata mereka menjadikan dirinya sebagai musuhnya Allah.
Mereka tidak mengerti atau tidak mau mengerti bahwa kematian Tuhan Yesus adalah untuk menyelamatkan mereka dari kerusakan gambar diri mereka (kerusakan moral) yang penuh dengan percabulan hawa nafsu duniawi kemudian diubahkan menjadi memiliki gambar Allah yang seutuhnya.
Justru keselamatan dalam Yesus Kristus mengubah orang dengan filosofi kelimpahan secara materi sebagai tujuan hidup menjadi orang yang rela tidak memiliki : “melepaskan segala miliknya untuk dipergunakan sebagai sarana mengabdi kepada Tuhan dan kerajaan-Nya”.

Banyak gereja tampil sebagai penyelamat ekonomi dengan segala janji-janji kelimpahan materi dan pemenuhan kebutuhan jasmani lainnya.
Mereka menyesatkan jemaat dengan menyakinkan semua orang bahwa umat Tuhan dapat menghadirkan mujizat kelimpahan kekayaan materi dengan menggunakan kuasa Tuhan yang heran dan besar.
Oleh sebab itu tema yang selalu ditekankan dalam setiap pertemuan adalah kebaikan dan kuasa Tuhan.
Tentu slogan-slogannya antara lain “ tuaian mujizat bisa terjadi setiap hari, tiada yang mustahil bagi-Nya, Dia peduli, Imani janji-Nya” dan lain sebagainya. Semua itu hanya mengarah kepada pemenuhan kebutuhan jasmani dan eksploitasi Tuhan serta memanipulasi Tuhan sebagai alat untuk memenuhi apa yang mereka inginkan, dalam hal ini Tuhan bukan lagi sebagai Majikan melainkan seorang hamba yang diminta untuk memenuhi segala keinginannya yang walaupun doanya ditutup "dalam nama Tuhan Yesus".

Iklim seperti ini akan menampilkan sosok-sosok “mesias ekonomi” dalam gereja yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi jemaat dalam menyelesaikan problem ekonomi.
Jadi jangan heran kalau di beberapa gereja terdapat doa-doa agar Tuhan membayar hutang jemaat.
Dalam pertemuan jemaat di gereja, jemaat disuruh mengangkat tas dan dompet di atas kepala dan seorang pendeta atau pembicara di mimbar “melepaskan berkat finansial” kepada jemaat.
Ini adalah praktek perdukunan yang benar-benar menyesatkan dan merusak kemurnian iman Kristen.

Saudaraku sekalian tema renungan kali ini bukan bermaksud hendak menyerang siapapun tapi hal ini membuat kita lebih waspada terhadap penyesatan dan tanda-tanda akhir zaman yang sudah didepan mata kita dan kita hendaknya lebih dengan teliti lagi membaca dan mempelajari kembali isi Alkitab dengan secara lengkap dan utuh sehingga kita tidak mudah disesatkan dengan pengajaran yang tidak sesuai dengan isi kebenaran Alkitab yang sesungguhnya.
Penyesatan adalah hal yang tidak mudah terditeksi dengan mudah, oleh sebab itu harus ada yang menyingkapkan.
Tuhan mengatakan bahwa penyesatan memang harus terjadi, hal ini tentu untuk menggenapi apa yang Alkitab telah nubuatkan.
Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya (Matius 18:7).
Hendaknya sebagai umat Tuhan yang menghidupi jejak hidup seperti Tuhan Yesus telah hidup, maka kita perlu merenungkan dan menghidupi seluruhnya dengan seksama tulisan Paulus yang berikut ini :
1 Timotius 6:6-10
6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Amin.

Selasa, 17 Januari 2017

MEMAHAMI ARTI HIDUP YANG TUHAN BERIKAN


2 Petrus 3:10-11
10 Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup

Firman Tuhan sangat tegas berkata bahwa bumi yang sekarang kita tempati ini akan hangus dalam nyala api dan segala unsur yang ada dibumi akan hilang lenyap.
Ini berarti manusia tidak boleh menjadikan dunia ini sebagai tempat untuk mencari kesenangan hidup permanennya.
Jika ada seorang berkata tahun-tahun panjang dibumi kehidupan manusia akan semakin membaik, penuh tuaian berkat jasmani melimpah-limpah dan dijauhkan dari kesulitan hidup, maka ia adalah seorang pendusta/nabi palsu.
Firman Tuhan yang terdapat di dalam Matius 24:11-12 menyatakan :
11 Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.
12 Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.
Perkataan Tuhan Yesus ini sebenarnya sejajar dengan apa yang disampaikan oleh Paulus dalam suratnya kepada Timotius :
2 Timotius 3:1-5
1 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.
2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
4 suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
5 Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!

Sebagai pengikut Tuhan Yesus kita harus sadar bahwa kita adalah warga kerajaan sorga yang ditempatkan sementara dibumi ini untuk menjalankan misi dari Tuhan.
Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya harus menjadi tujuan hidup kita satu-satunya yang tidak boleh digantikan dengan tujuan hidup apapun dibumi ini.
Seorang yang menghayati bahwa dirinya adalah warga kerajaan sorga, maka ia akan selalu merasa bahwa di bumi ini bukanlah tempat tinggal permanennya sebab bumi ini bagaimanapun tidak akan bisa menjadi firdaus yang nyaman sebab apa yang telah dicatat didalam firman Tuhan semua akan segera tergenapi bahwa bumi ini dan semua unsur diatasnya akan hilang lenyap.
Olehnya seorang anak Tuhan harus menjadikan bumi ini sebagai tempat dimana ia belajar tiada henti untuk melahirkan dirinya sebagai murid Tuhan yang selalu menyangkal diri dan memikul salibnya setiap hari, menyalibkan keinginan daging, hawa nafsu dengan segala keinginannya agar kehidupan/karakter Tuhan Yesus yang tampil didalam dirinya terlihat menjadi nyata menguasai seluruh hidupnya.
Oleh sebab itu Petrus membahasakan hal dengan perkataan "Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup".
Orang yang menghayati bahwa bumi ini akan dihancurkan oleh murka Allah yang menyala-nyala maka ia tidak akan lagi menjadikan dunia ini sebagai tempat berburu harta dunia demi kepuasan dirinya atau sebagai tujuan hidup permanennya.
Ia akan mengerti artinya haus dan lapar akan kebenaran dan dapat menghayati perkataan Tuhan Yesus bahwa manusia hidup bukan dari roti saja (Matius 4:4). Roti untuk tubuh fana, tetapi Firman Tuhan untuk jiwa yang kekal.
Itulah sebabnya oleh Tuhan Yesus menasehati kita bekerja untuk roti yang tidak dapat binasa (Yohanes 6:27-29).
Percaya kepada Tuhan Yesus adalah sebuah usaha atau perjuangan, sebab di dalam percaya ada tanggung jawab untuk melakukan kehendak-Nya, olehnya pergumulan kita setiap hari adalah untuk mengerti Firman Tuhan, mempertajam pikiran mengerti apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus untuk dilakukan.
Firman yang keluar dari mulut Allah tidak bisa dipelajari hanya di bangku sekolah theologia.
Di sini membutuhkan hikmat dan pewahyuan.

Hikmat dan pewahyuan akan membuka pikiran mengerti rahasia Injil dan memahami bagaimana Tuhan Yesus memiliki sikap batiniah dalam menjalani hidup setiap hari dua ribu tahun yang lalu ketika mengenakan tubuh jasmani.
Kalau Tuhan Yesus berkata: ”Belajarlah pada-Ku”...(Matius 11:28-29), itu berarti ada sebuah persekutuan adikodrati yang terjadi antara individu dengan Tuhan secara eksklusif.
Melalui belajar dari Tuhan secara pribadi tersebut seseorang barulah mengerti nilai “hidup” yang Tuhan berikan (Yohanes 10:10).
Hal ini tidak bisa diuraikan dengan kata-kata dan ditulis dengan huruf. Seseorang harus mengalami kehadiran Tuhan secara pribadi.
Itulah yang dimaksud Paulus sebagai mengenal/mengalami Dia dan kuasa kebangkitan-Nya (Filipi 3:10).
Seperti dua ribu tahun yang lalu, Tuhan Yesus mendampingi murid-murid untuk mengajarkan kehidupan-Nya, demikian pula sekarang, Tuhan mendampingi orang percaya untuk memberi dan mengajarkan kehidupan-Nya.
Inilah yang dinantikan oleh banyak nabi dan orang benar dalam Perjanjian Lama (Matius 13:17).
Memahami hal ini, betapa berharganya arti hidup setiap hari yang Tuhan berikan selama kita hidup dibumi ini, sebab setiap hari sangatlah berharga untuk mengerjakan kegiatan yang memiliki nilai kekal yang kesempatannya terbatas hanya 70-90 tahun saja. Seseorang yang gagal menggunakan waktu yang diberikan Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya setiap hari selama dibumi ini berarti ia juga gagal di kekekalan, kelak ketika terbangun dikekekalan ia adalah kelompok orang yang menerima bagian mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal (Daniel 12:2).

Berkat yang tiada ternilai yang Tuhan berikan setiap hari adalah kita berkesempatan mengumpulkan harta di Sorga, yaitu membangun sikap batiniah seperti yang dimiliki Tuhan Yesus sebab hal inilah yang akan kita bawa pada saat kembali menghadap Bapa di Sorga untuk menerima hidup yang kekal.
Jadi ciri dari kehidupan anak Tuhan yang menghayati bahwa dirinya makhluk kekal yang berasal dari kerajaan sorga yaitu ia akan selalu belajar kebenaran setiap hari dari Tuhan Yesus, belajar kebenaran Injil-Nya untuk dikenakan dan dilakukan didalam hidupnya guna mengubahkan hidup banyak orang untuk hidup didalam kebenaran Tuhan, inilah harta abadi yang akan kita bawa di kerajaan sorga yang kekal.
Inilah sejatinya kemerdekaan hidup anak Tuhan yang sejati dimana kita selalu hidup didalam kebenaran Tuhan setiap waktu dan melakukan kehendak-Nya dengan tanpa batas.

Yohanes 8:31-32
31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Amin.

Senin, 16 Januari 2017

KESADARAN BAHWA BUMI SEBAGAI TEMPAT PERSINGGAHAN SEMENTARA


Yohanes 15:19
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.

Yang perlu dipertegas didalam kehidupan kita sebagai orang percaya adalah kita harus sadar betul ketika kita menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan itu berarti kita memilih untuk berstatus sebagai anak-anak kerajaan surga.
Kehidupan dengan status ini haruslah berbeda dengan orang-orang dunia pada umumnya.
Sebagai anak-anak kerajaan surga kita harus hidup mengabdi kepada Tuhan dan kerajaan-Nya.
Selama kita tinggal tetap dibumi ini kita harus sadar betul bahwa dibumi ini hanya tempat berkemah sementara untuk belajar hidup berkenan dihadapan Tuhan, untuk mempersiapkan diri masuk kedalam kerajaan-Nya, tentu dengan kondisi sudah mengenakan pakaian kekudusan seperti kekudusan yang Tuhan Yesus kenakan.

Tuhan Yesus adalah yang sulung bagi seluruh kehidupan orang percaya. Keselamatan yang disediakan adalah usaha Tuhan Yesus mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yang semula yaitu “supaya kita menjadi anak-anak Allah yang benar dan berkenan dihadapan-Nya, kudus seperti Ia adalah kudus”.
Untuk itu kalau kita mau menerima keselamatan dari Tuhan Yesus, maka kita harus memberi diri digarap untuk menjadi anak-anak Allah yang kudus, suci dan berkenan dihadapan-Nya.
Bersedia untuk hidup tidak sama lagi dengan dunia ini.
Kita sebagai umat pilihan dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah.
Melalui proses belajar hidup berkenan setiap hari dihadapan Tuhan, maka selangkah demi selangkah hidup kita akan dibentuk dan diukir oleh Tuhan untuk bisa memiliki tingkat kesucian sesuai dengan standar kesucian Tuhan.
Mata hati nurani akan semakin tercelik dan semakin sadar bahwa kita adalah makhluk ciptaan yang diciptakan untuk melayani kehendak-Nya.

Orang percaya bukan dipanggil sekadar menjadi orang beragama yang mengerti hukum dan melakukan hukum-hukum itu. Tetapi kita dipanggil sebagai makhluk yang dalam kesadaran tinggi bahwa kita hidup dalam semesta dimana ada Sang Penguasa yang aktif memerintah yaitu pemerintahan dari kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus, dimana kita harus menundukkan diri sepenuh tanpa syarat kepada-Nya.
Sebagai orang percaya hendaknya kita memiliki gairah hidup Tuhan Yesus yaitu : Makananku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Orang-orang yang memiliki gairah hidup seperti ini adalah orang yang disebut oleh Tuhan Yesus adalah orang-orang yang tidak lagi menyayangkan nyawanya sebab baginya hidup hanya bagi Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Orang yang menyadari bahwa ia sedang menumpang di dunia ini hendaknya ia juga bersikap sebagai seorang penumpang di dunia ini, tidak lagi memiliki kepentingan diri sendiri dan kepentingan memiliki kesenangan dunia,  hidupnya seluruhnya diarahkan kepada kehendak Sang Maha Raja yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.
Tetapi kalau seseorang tidak merasa bahwa ia sedang menumpang didalam duniai ini, dengan hidup sesuai dengan kehendaknya sendiri maka ia akan kehilangan kesempatan untuk bisa turut masuk dan memiliki dunia yang akan datang yang sebenarnya adalah dunia berkeadaan lebih baik dan lebih sempurna yang disediakan oleh Tuhan Yesus bagi orang percaya didalam kerajaan-Nya.

Oleh hal ini orang percaya tidak perlu takut hidup yang rela kehilangan nyawanya demi hidup bagi kepentingan Tuhan. Nyawa di sini artinya menunjuk kesenangan-kesenangan jiwa yang dipengaruhi oleh filosofi hidup manusia pada umumnya.
Jiwa manusia pada umumnya telah diwarnai oleh cara hidup anak-anak dunia yang bukan umat pilihan yang tidak dipersiapkan mewarisi Kerajaan-Nya. Hampir sebagian besar hidup manusia telah diracuni oleh filosofi hidup orang dunia yang memiliki filosofi "hidup hanya untuk hidup" yang menggiringnya menuju kegelapan abadi ini.
Jika ia terus terlena dengan hidup yang demikian yang segala kesenangan hidup hari ini yang ia jadikan sebagai tujuan hidupnya, maka ia akan kehilangan kesempatan selamanya untuk hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya.
Kesempatan ini tidak terbeli oleh apa pun. Tidak menghargai kesempatan ini sama dengan tidak menghargai Tuhan yang memberi kesempatan kepada manusia untuk memperoleh hidup yang kekal.

Betapa mengerikan keadaan manusia yang kehilangan kesempatan untuk hidup di dunia yang akan datang. Tetapi banyak orang tidak memedulikannya. Orang seperti ini tidak mengerti betapa tinggi resiko kehidupan bagi seorang yang tidak mau belajar dengan giat mempersiapkan hari esoknya untuk terus hidup berkenan dihadapan Tuhan.
Kegiatan hidupnya atau kerajinannya sebagian besar ditujukan kepada kegiatan yang lain.
Orang-orang yang tidak mau kehilangan nyawanya hidup bagi Tuhan dimasa hidup di dunia hari ini maka ia akan kehilangan hari esok di keabadian kelak.

Kehilangan nyawa berarti seorang yang menyadari dan memperlakukan bahwa hidup di dunia ini bukanlah untuk menetap. Namun diisi untuk bisa melakukan kehendak Bapa dengan sempurna.
Tujuh puluh atau delapan puluh tahun hidup manusia harus dianggap sebagai persinggahan sementara. Dalam persinggahan itu tidak boleh bersikap seakan-akan akan menetap selamanya dibumi.
Sebagaian besar manusia juga termasuk orang-orang Kristen bersikap sebagai orang yang seakan-akan akan menetap dibumi ini, bahkan ada yang berpikir bahwa hidupnya seperti tidak ada ujungnya yang tanpa pernah ada akhirnya.
Orang-orang seperti ini akan hidup secara sembarangan, ia adalah orang-orang yang menjadikan dunia ini sebagai tempat berburu harta dibumi, tempat berburu kesenangan dan kenikmatan hidup yang berfokus untuk pemuasan dirinya sendiri.
Kalau irama hidup seperti ini tidak segera diubah, maka ia tidak akan pernah bisa berubah sehingga hal ini akan membawanya kepada kebinasaan kekal.
Orang-orang seperti ini tidak bisa lagi mengerti kebenaran. Tetapi sebagian mereka merasa bahwa mereka mengerti kebenaran. Begitu hebatnya iblis menipu mereka.

Sebenarnya untuk menjadi pengikut Kristus yang sejati manusia di tuntut memiliki standar kualitas hidup yang sangat tinggi, standar kualitas hidup itu adalah ia harus bersedia melepaskan dirinya dari segala milik yang menjadi kebanggaan dan kesenangan dihidupnya (Lukas 14:33).
Hal ini bagian yang sangat berat dan nyaris mustahil untuk dilakukan, tidak semua orang mau mengenakan standar Tuhan yang satu ini. Sebab baginya, dunia sangat indah dan sangat sayang jika tidak menikmati kesenangan didalamnya.

Sebagai orang percaya kita tidak boleh terlena dengan tawaran dunia ini. Kita harus menyangkal diri kita bahwa dunia ini bukanlah rumah kita, pilihan kita harus kita jatuhkan kepada mengikut Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya sebagai satu-satunya tujuan hidup kita.
Mengikut Tuhan Yesus berarti mengikut jejak-Nya; hidup seperti Dia hidup.
Orang yang serius mengikuti jejak Tuhan Yesus adalah orang-orang yang sadar bahwa warga kerajaannya adalah warga kerajaan surga, dimana selama dibumi ini semua kegiatan dihidupnya adalah sarana untuk mengabdi kepada Tuhan dan bukan lagi untuk kesenangan pribadi, orientasi hidupnya seluruhnya diarahkan hanya untuk menjadi anak-anak Allah yang tiada henti belajar mengenakan pikiran dan perasaan Kristus disetiap waktunya, terus-menerus mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, hidup hanya untuk melakukan kepentingan dan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna tanpa bernoda.

Filipi 3:20-21
20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
21 yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.

Amin.