Kamis, 15 September 2016

ARTI PENTING KESALEHAN DALAM HIDUP ORANG PERCAYA


2 Petrus 3:10-13
10 Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup
12 yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.
13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.

Dalam teks Yunani kata "saleh" dalam ayat ini adalah Eusebeia. Kata ini berarti kesucian (holiness).
Kata "saleh" lainnya juga dapat kita temukan di Ibrani 5:7, dalam teks Yunaninya adalah eulabeias yang berarti menghormati dan takut akan Allah.
Dalam bahasa Ibrani terdapat kata yang sejajar dengan kata saleh ini yaitu "tam" kata ini dapat ditemukan dalam Ayub 2:3.
Pada zaman Tuhan Yesus mengenakan tubuh daging, selain terdapat hukum negara yang diberlakukan di Israel sebagai jajahan Roma, mereka juga memiliki hukum taurat yang dalam segala aspek kehidupan mengatur kehidupan umat. Agama Yahudi memiliki hukum-hukum atau syariat dan segala sanksinya yang sangat detail.
Dalam Injil dikisahkan mengenai wanita yang kedapatan berzinah, masyarakat dapat menghukum wanita itu dengan melempari batu. Tetapi ironinya, pria yang menjadi pasangan wanita tersebut tidak mendapat sanksi yang sama dengan wanita tersebut. Dalam hal ini nampak diskriminasi, perlakuan terhadap pria dan wanita yang tidak adil.
Kesalehan hidup masyarakat semacam itu sesungguhnya adalah kesalehan yang bercacat.
Tuhan Yesus menentang dan tidak menghendaki kesalehan agamani semacam itu.
Tuhan Yesus datang untuk merevolusi kembali ajaran yang salah kemudian meletakkan kembali kedasar awal yang benar : dalam hal zinah Tuhan mengajarkan setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya (Matius 5:28).
Itulah sebabnya terjadi konflik antara pemimpim-pemimpin agama Yahudi dengan Tuhan Yesus.
Mereka memandang ajaran Tuhan Yesus sangat berat untuk mereka kenakan dan mereka yang menolak ini adalah mereka yang sudah terbiasa hidup didalam kedagingan.

Kesucian hidup orang percaya memiliki ukuran yang sangat tinggi yaitu menurut standar kesucian Tuhan Yesus Kristus.
Tuhan Yesus Kristuslah ukuran kesalehan dan kesucian orang percaya satu-satunya.
Itulah sebabnya setiap orang percaya harus memiliki pergaulan pribadi yang harmonis dengan Tuhan.
Dalam pergaulan pribadi tersebut orang percaya akan dimuridkan secara pribadi oleh Tuhan Yesus agar bisa memiliki hidup seperti Dia hidup.
Hal ini sesuai dengan Amanat Agung Tuhan Yesus yang menyatakan agar jadikanlah semua bangsa murid-Nya.
Hal ini menunjuk dimana setiap kita juga dipanggil untuk dimuridkan secara pribadi oleh Tuhan Yesus serta menularkannya, mengajarkan segala sesuatu kepada orang lain sesuai apa yang telah kita terima dari hasil pemuridan yang Tuhan Yesus ajarkan didalam kehidupan kita.
Perlu dicatat disini, menjadi orang saleh bukan bermaksud supaya kita beroleh selamat. Sebab keselamatan bukan karena kesalehan kita, tetapi oleh karena anugerah Tuhan Yesus Kristus. Ini harga mati yang tidak dapat diubah sama sekali.
Tetapi setelah kita memiliki kesempatan diperdamaikan dengan Allah, kita harus bertumbuh menjadi manusia yang saleh seperti kesalehan yang dikenakan atau diperagakan oleh Tuhan Yesus.
Hanya dengan memiliki kesalehan seperti Tuhan Yesus seseorang dapat memiliki persekutuan yang harmoni dengan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan berfirman: Kuduslah kamu sebab Aku kudus (1 Petrus 6:14-16).

Pertanyaan yang bisa muncul adalah: Bagaimana kalau seandainya seorang Kristen tidak mau belajar mengenakan kesalehan yang berstandar Tuhan Yesus, apakah berarti dibuang ke dalam api kekal atau masuk neraka?
Di dalam Alkitab kita menemukan banyak ayat yang mengatakan bahwa setiap orang akan dihakimi menurut perbuatannya.
Setiap orang berarti semua manusia termasuk orang Kristen.
Dalam Injil Matius 7:21 kita menemukan fakta adanya anak-anak yang sudah menjadi orang percaya bahkan kategori orang yang sudah melayani juga bisa ditolak oleh Tuhan Yesus karena tidak hidup dalam kesesuaian melakukan kehendak Bapa dengan taat.
Salah satunya merendahkan perkara-perkara diatas, tidak hidup dalam kesalehan seperti yang Tuhan kehendaki yang seharusnya dikenakan didalam hidupnya.
Dalam kitab Wahyu 21:8 dijelaskan bahwa orang-orang yang akan ditolak oleh Tuhan Yesus adalah mereka yang orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."
Perlu digaris bahawi disini adalah berhala.
Dalam Kolose 3:5 dijelaskan bahwa berhala itu adalah segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan.
Dalam hal ini mencintai kesenangan dunia ini juga termasuk penyembahan berhala dimata Tuhan.
Dan orang-orang telah disebutkan diatas akan masuk ke dalam api kekal.
Itulah karenanya Paulus mengatakan bahwa ia berusaha berkenan kepada Allah, sebab setiap orang harus menghadap takhta pengadilan Allah (2 Korintus 5:9-10).
Dan kita juga perlu menyadari Tuhan Yesus menebus kita bukan hanya kita bisa diselamatkan dan perkenankan masuk sorga, namun Tuhan Yesus juga sangat mementingkan agar setiap hidup orang percaya yang telah ditebus-Nya memiliki kualitas hidup yang sesuai dengan standar yang dikehendaki-Nya.

Oleh sebab itu seharusnya perjuangan untuk menjadi saleh, artinya memiliki kekudusan, haruslah merupakan perjuangan yang tidak boleh berhenti sampai kapanpun sampai hari dimana kita menutup mata.
Idealnya ini adalah merupakan prioritas perjuangan yang harus kita miliki sebagai orang yang terpilih, yaitu sebagai anak-anak Allah.
Terkait dengan hal ini harus diingatkan bahwa menjadi anak Allah bukan sekadar status, tetapi keberadaan.
Semua manusia pada dasarnya adalah anak Allah, tetapi hanya mereka yang mengikuti perlombaan yang diwajibkan dan berhasil memiliki iman yang sempurna, artinya berkelakukan seperti Tuhan Yesus, yang disebut sebagai anak Allah yang sah (huios), bukan (nothos) anak-anak gampang/anak yang tidak sah/anak anak yang tidak mau belajar dan tidak mau menerima didikan dari Tuhan guna dibentuk menjadi manusia yang berkodrat Ilahi yang selalu dapat mengambil bagian didalam kekudusan-Nya; Ibrani 12:1-10.
Anak Allah yang sah adalah mereka yang memberi diri dididik oleh Bapa sehingga mengambil bagian dalam kekudusan Allah.
Jadi, menjadi orang Kristen, tidak cukup hanya pergi ke gereja dan mengakui dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan, kemudian otomatis menjadi anak Allah yang sah (huios).
Korban Tuhan Yesus memberi jalan manusia diperdamaikan dengan Allah, tetapi hal itu tidak otomatis membuat seseorang menjadi langsung mendapat predikat sebagai anak-anak Allah.
Dalam Roma 8:14 dijelaskan kategori yang pantas disebut anak-anak Allah yaitu semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
Jika hidup kita belum bersedia setiap saat taat kepada pimpinan Roh Allah maka kita belumlah bisa disebut sebagai anak-anak Allah.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus memberi mandat agar pengikut-Nya memuridkan semua bangsa dimana hal ini juga menunjuk diri pengikut-Nya secara pribadi juga dipanggil hidup didalam pemuridan dan asuhan oleh Tuhan Yesus agar dalam hidupnya terbentuk manusia yang berkualitas yang memiliki keserupaan dengan gambar-Nya, yang pada akhirnya memiliki selera yang sama dengan Tuhan dan dapat hidup selama-lamanya berdampingan dengan Tuhan Yesus didalam kekekalan.

Amin.

1 komentar:

  1. Trimakasih renungannya. Sangat memberkati.
    God Bless terus hambanya yang sudah berbagi renungan 😇😇🙏

    BalasHapus