Jumat, 23 September 2016

TUHAN TIDAK MENGHENDAKI KEGAGALAN


1 Korintus 10:3-6
3 Mereka semua makan makanan rohani yang sama
4 dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
5 Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.
6 Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,

Sesudah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, Tuhan sendiri memimpin mereka dan melindungi dengan awan dan membuat mereka menyeberangi laut.
Tuhan memelihara mereka, memberi manna dan air dari batu karang.
Umat Israel yang telah dilimpahi begitu banyak karunia itu ternyata sebagian besar tewas dihukum Tuhan.
Penyembahan berhala, persungutan dan penolakan hidup dalam pimpinan, tuntunan Tuhan adalah bukti bahwa mereka tidak beriman.
Kisah buruk bangsa Israel harus menjadi pelajaran bagi orang percaya.
Kegagalan sebagian bangsa Israel mencapai tanah Kanaan bukan karena kesalahan Tuhan, juga bukan karena memang sebagian dari antara mereka ditentukan Tuhan untuk gagal mencapai tanah Kanaan.
Tuhan tidak memiliki rancangan kejahatan sama sekali.
Ia tidak pernah mengupayakan kecelakaan bagi umat pilihan-Nya.
Sebab rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11).
Kalau ternyata pada akhirnya ada sebagian bangsa Israel yang gagal mencapai tanah Kanaan.
Hal itu disebabkan keputusan dan pilihan mereka sendiri.
Dalam hal ini, ternyata secara individu bangsa Israel dapat memilih taat atau menolak tuntunan Tuhan.

Suatu kepastian bahwa Tuhan memilih bangsa Israel agar dapat keluar dari Mesir untuk ditempatkan di Kanaan, tanah Perjanjian, suatu negeri yang berlimpah dengan susu dan madunya tetapi ternyata sebagian besar mereka mati di padang gurun.
Apakah kegagalan tersebut disebabkan oleh pihak Tuhan (karena Tuhan tidak sanggup memindahkan bangsa itu ke Mesir) atau karena bangsa Israel sendiri yang keras kepala?
Dalam Ibrani 3:7-11 dikemukakan bahwa bangsa Israel mengeraskan hati tidak mau taat kepada Allah, walaupun selama 40 tahun mereka telah melihat perbuatan-perbuatan ajaib dan luar biasa dari Tuhan dan Tuhan dengan sangat penuh perhatian telah menuntun mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa kegagalan mereka sampai tanah Kanaan disebabkan karena mereka keras kepala, tidak mengenal jalan Tuhan dan tidak tunduk kepada Tuhan (tidak hidup dalam pemerintahan Allah dan hidup sesuai kehendak diri sendiri).

Berkenaan dengan hal ini Tuhan berfirman bahwa semua itu menjadi pelajaran bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini (1 Korintus 10:11).
Dalam hal ini jelas sekali, Firman Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan bangsa Israel tersebut, khususnya kegagalan sebagian bangsa Israel sampai tanah Kanaan menjadi gambaran kehidupan orang percaya dalam mencapai Kerajaan Sorga.
Dalam Matius 7:21 Tuhan memperlihatkan fakta adanya orang-orang percaya yang ditolak karena tidak hidup dalam kehendak Bapa di Sorga.
Kalau ada sebagaian orang Kristen keras kepala dan tidak tunduk kepada kehendak Tuhan seperti bangsa Israel, maka Tuhan tidak akan mengijinkan mereka untuk masuk Kerajaan Sorga.
Dalam hal ini kehidupan bangsa Israel bisa menjadi gambaran kehidupan orang percaya.
Menatap sejarah perjalanan bangsa Israel di padang gurun, kita dapat melihat perjalanan hidup kita hari ini.
Mari kita renungkan sejenak, apakah kehidupan Kekristenan yang kita jalani sekarang sudah cukup mewakili kita sudah ada didalam penurutan segala kehendak Bapa di Sorga?.
Mari perhatikan sikap hati kita terhadap sesama apakah sudah tulus mengasihi?.
Adakah batiniah kita masih menyimpan amarah, dendam, kepahitan, kesombongan, iri hati dan lain sebagainya?.
Apakah sikap hidup kita setiap menit, jam, hari sudah dapat memuaskan hati Tuhan?
Apakah setiap saat kita taat mengambil bagian didalam kekudusan-Nya?
Banyak hal yang harus kita benahi didalam kehidupan kita agar kita menjadi anak-anak yang dapat memuaskan hati-Nya.
Olehnya hidup kita tidak boleh lepas dari Injil dan pimpinan Roh Kudus agar senantiasa kita dituntun Tuhan untuk selalu ada didalam segala jalan kebenaran dan penurutan segala kehendak-Nya.
Tanah Kanaan adalah gambaran dari Kerajaan Bapa di Sorga dimana orang percaya dipanggil untuk menjadikan Kerajaan Bapa sebagai pelabuhan akhir.
Gambaran ini sangat fair dan logis.
Itulah sebabnya sejarah perjalanan bangsa Israel di padang gurun dijadikan gambaran kehidupan orang percaya.

Demikian pula dalam kehidupan manusia pada umumnya, apakah seseorang pada akhirnya sampai ke Kerajaan Bapa, di langit baru dan bumi yang baru atau tidak, bukanlah semuanya ditentukan oleh Tuhan tetapi Tuhan juga ingin melihat pilihan dan keputusan dan respon manusia itu sendiri.
Firman Tuhan jelas sekali berkata bahwa Ia tidak menghendaki seorang pun binasa.
Ia menginginkan semua orang berbalik dan bertobat dan menggelar hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya, hidup didalam pemerintahan Allah (hidup bagi kepentingan Tuhan dan tidak lagi hidup untuk diri sendiri [2 Korintus 5:15]).
Tetapi kalau manusianya menolak bertobat, dan masih memiliki kerajaaannya sendiri, maka sebenarnya Tuhan pun tidak akan memaksa seseorang untuk berbalik dan bertobat kepada-Nya.
Tuhan menginginkan kerelaan yang bulat dan utuh dari dalam diri manusia dengan kesadaran rohnya mau hidup didalam kehendak-Nya.
Perlu menjadi cacatan penting disini, Tuhan tidak pernah menghendaki kegagalan dalam hidup orang percaya.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus dalam pernyataan-Nya di kitab Wahyu, kepada setiap jemaat yang menerima surat, Ia menghendaki mereka menang (Wahyu 2:7,11,17, 24, 26 ; 3:5,12,21).
Kemenangan ini adalah perjuangan yang harus dilakukan dengan mengerahkan segenap hati, kekuatan dan akal budi.
Hal ini sekaligus menunjukkan kecintaannya kepada Tuhan.
Jadi, Tuhan tidak pernah menghendaki seorang pun binasa, tetapi menghendaki orang percaya mengalami kemenangan secara terus-menerus didalam hidupnya, menjadi setia sampai akhir dan tidak mengalami kegagalan untuk sampai pada Kanaan Sorgawi didalam kekekalan kerajaan Bapa di Sorga.

2 Petrus 3:9  Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar