Rabu, 07 September 2016

MENJADI MEMPELAI KRISTUS YANG TAK BERNODA


2 Korintus 11:2-3
2 Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
3 Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.

Dalam ayat ini hendak menceritakan Paulus yang kuatir bahwa kesetiaan jemaat Korintus kepada Kristus menjadi pudar karena ketertarikan mereka pada rasul-rasul palsu yang telah mengajarkan kebenaran palsu yang telah menyimpang jauh dari pengajaran yang berasal dari Tuhan Yesus.
Pengajaran tersebut dinilai Paulus bisa merusak bangunan iman dan kesucian umat dalam menantikan kedatangan Tuhan.
Paulus mengingatkan bahwa mereka sudah dipertunangkan kepada Kristus. Karena Kristus sudah menebus mereka, maka mereka harus setia kepada Dia dan tidak tertarik lagi pada pemberitaan "para rasul palsu yang mengajarkan tentang yesus yang lain, roh yang lain dan injil yang lain yang dimana jemaat diarahkan untuk dipertunangkan kepada dunia.
Dari sini kita semakin sadar bahwa tujuan seluruh kegiatan hidup kita adalah pelayanan bagaimana mempertunangkan diri kita dan jemaat dengan Tuhan Yesus sebagai perawan suci bagi Dia dengan tidak bercacat dan tidak bernoda.
Sangat mengerikan jika kita tergiur mempertunangkan diri kita kepada hal yang bersifat kesenangan hidup duniawi yang hanya bisa memberi kebahagiaan terbatas dan temporer.

Orang yang menghayati bahwa dirinya hanya menumpang di bumi akan berusaha menjadikan Tuhan sebagai segalanya dalam hidup ini.
Memang pada akhirnya tidak ada yang dapat dibawa di kekekalan selain harta sorgawi dimana kita sudah menghiasi dan mendandani manusia batiniah kita sebagai persembahan yang suci yang tidak bercacat dan tidak bernoda di hadapan Tuhan (1 Petrus 3:3-4).
Menjadi perawan suci bagi Tuhan berarti menjadikan Tuhan segalanya dan menjadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan hidupnya.
Hal ini sama dengan menjadikan Tuhan satu-satunya harta kekayaannya.
Panggilan Tuhan Yesus agar orang percaya berjaga-jaga dalam hidupnya dan memperhatikan pakaiannya agar jangan berjalan dalam keadaan telanjang (Wahyu 16:15), hal ini hendak menunjukkan kesejajaran dengan kehidupan orang percaya yang harus selalu memastikan dirinya, mempersiapkan diri dan tetap menjaga statusnya sebagai perawan suci yang selalu didapati tidak bercacat dan tidak bernoda pada saat menantikan kedatangan Tuhan.

Dalam tulisannya, Paulus menunjukkan bahwa hubungan jemaat dengan Tuhan Yesus sebagai hubungan mempelai pria dengan mempelai wanita (2 Korintus 11:2-3).
Perjalanan hidup kita adalah perjalanan menemukan hubungan unik ini, mengalaminya dan memilikinya untuk selama-lamanya. Orang yang tidak memiliki hubungan ini tidak akan pernah menjadi sekutu Tuhan atau tidak akan bersama dengan Tuhan selamanya.
Perlu kita ketahui iblis tidak terlalu takut dan khawatir kalau seseorang mulai rajin ke gereja, bahkan menjadi aktivis gereja/pelayan Tuhan, tetapi Iblis akan gentar kalau ada anak-anak Tuhan yang sungguh-sungguh mau mengikatkan dirinya dengan Tuhan dalam hubungan yang eksklusif, yang didalam seluruh kegiatan hidupnya ia menjadikan Tuhan Yesus segala-galanya dan kebahagiaan hidup satu-satunya.
Pengalaman luar biasa ini dialami oleh penulis kitab Mazmur yang menyatakan dengan ungkapan kata: Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya (Mazmur 73:26).
Kata “bagianku” dalam teks aslinya cheleq yang bisa berarti juga (warisan).
Dari pernyataan ini pemazmur hendak mengatakan bahwa dirinya rela tidak memiliki apa pun asal jangan sampai tidak memiliki Tuhan.

Jadi bukan tanpa alasan kalau Paulus berkata: Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
Dengan mendengar Firman yang benar dan mengalami pembaharuan pikiran terus menerus, kita mengerti bagaimana seharusnya mengasihi Tuhan dengan melakukan apa yang baik, berkenan dan yang sempurna sesuai dengan kehendak-Nya (Roma 12:2). Pikiran kita harus dibersihkan melalui pembaharuan pikiran terus menerus dengan Firman Tuhan, dan tidak lagi mengikatkan diri kepada percintaan akan dunia sehingga kita dapat melekatkan hati kita kepada Tuhan secara benar sebagai perawan yang suci bagi Tuhan.
Sebagaimana kita harus meninggalkan ayah dan ibu bersatu dengan pasangan hidup, demikian pula orang percaya harus menanggalkan segala keterikatan untuk bersatu dengan Kristus selamanya.

Menjadi mempelai Kristus yang sejati berarti tidak lagi mencintai dunia lagi sebagai tempat meraih kebahagiaan hidup, hidup harus benar-benar terfokus pada Kerajaan-Nya dan membantu orang lain membangun hubungan menjadi intim dengan Tuhan. Inilah tujuan hidup kita untuk mempersiapkan diri sebagai perawan yang suci bagi Tuhan.
Standar atau ukuran keintiman yang harus dimiliki umat Perjanjian Baru dengan Tuhan adalah hubungan sepasang kekasih, mempelai yang tidak bernoda atau hubungan suami istri (Efesus 5:31-32).
Terdapat perjuangan yang berat untuk menemukan, mengalami dan memiliki secara permanen hubungan ini. Perjuangannya terletak ketika harus melepaskan segala ikatan dan kecintaan terhadap apa pun, baik ikatan kebahagiaan terhadap mamon, kehormatan, gelar pangkat dan lain sebagainya dan meletakkan Tuhan Yesus sebagai pribadi yang paling berharga dan tercinta dalam hidup ini.

Satu hal yang harus selalu menjadi perenungan oleh orang percaya adalah bahwa Tuhan mengingini orang percaya memiliki hubungan yang makin dalam dengan diri-Nya. Allah adalah Allah yang hidup, nyata dan Mahahadir. Ia berkenan dikenal dan sengaja memperkenalkan diri-Nya makin dalam agar dapat terjalin hubungan yang makin mesra dengan Dia. Ia berkata bahwa Ia menyertai orang percaya sampai kesudahan zaman (Matius 28:18-20).
Secara tidak langsung ayat ini menunjukkan bahwa Ia hadir selalu di sisi anak-anak-Nya untuk berjalan bersama.

Hidup ini merupakan petualangan yang hebat kalau diisi dengan pencarian hubungan yang eksklusif dengan Tuhan dari waktu ke waktu untuk menempatkan diri sebagai mempelai wanita yang setia bagi Tuhan.
Suatu kali nanti perjuangan ini akan terbayarkan ketika pesta perkawinan Anak Domba berlangsung, dimana semua orang yang setia sampai akhir menjadi mempelai-Nya akan memperoleh kebahagiaan yang luar biasa hidup didalam kekekalan bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam Kerajaan Sorga.

1 Petrus 3:3-4
3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar