Senin, 19 September 2016

MENGAMBIL BAGIAN DALAM KEKUDUSAN ALLAH


Ibrani 12:10  Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Penghayatan yang benar terhadap realitas kekekalan seharusnya dapat menggetarkan jiwa kita dan membangkitkan perasaan krisis dimana kita harus semakin memberi diri hidup memuaskan dan menyenangkan hati Tuhan dalam segala perkara.
Kuasa kegelapan berusaha menyembunyikan kenyataan ini dengan cara menciptakan suatu suasana dunia yang seakan-akan tidak pernah ada ujungnya, orang percaya diupayakan untuk dihambat agar jangan mengenakan kekudusan yang seharusnya dikenakan sebagai gambar diri sebagai anak-anak Allah. Sebisa mungkin dibuat terlena, tenggelam dalam keindahan dunia dan keindahan menikmati dosa sehingga melupakan realitas kehidupan kekal yang menuntut setiap orang percaya menjaga gambar Allah yang ada didalam dirinya, hidup kudus seperti Dia kudus dan yang selalu ada didalam penurutan melakukan kehendak-Nya dengan taat selama ia hidup dibumi ini.

Orang percaya yang tidak mau mengambil bagian dalam kekudusan Allah maka sudah dipastikan ia termasuk orang-orang yang di tolak oleh Tuhan pada hari Tuhan Yesus mendeklarasikan kerajaan-Nya.
Mengambil bagian dalam kekudusan Allah adalah bagian kehidupan yang sangat penting yang harus selalu dijaga dan harus selalu dikenakan didalam kehidupan orang percaya, sebab dari sanalah ia dinilai mampu menghargai dan menghormati gambar Allah yang telah Tuhan percayakan didalam dirinya.
Jika tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk hidup kudus seperti Dia kudus berarti ada usaha oleh diri sendiri untuk merusak gambar Allah didalam dirinya.
Mengambil bagian dalam kekudusan Allah berarti memiliki pola berpikir seperti Tuhan Yesus.
Kekudusan di sini tidak sekedar dipahami sebagai mengerti dan melakukan hukum-hukum agama, sehingga dapat dinyatakan sebagai orang yang tidak bersalah atau suci karena melakukan hukum, peraturan atau syariat.
Kekudusan seperti ini adalah kekudusan umat Perjanjian Lama yang hidup di bawah Hukum Taurat.
Agama-agama di dunia ini pada umumnya memiliki pola kekudusan seperti ini.
Tidak sedikit orang Kris­ten yang masih berpola pikir seperti ini.
Mereka merasa sudah baik sehingga tidak merasa perlu memburu kebenaran Tuhan guna memiliki kekudusan, pola berpikir yang segambar dengan pikiran dan perasaan Kristus.

Kata "kudus" (hagios) artinya di pisahkan dari yang lain atau berbeda dari yang lain.
Orang percaya dipanggil untuk memiliki cara hidup yang berbeda dari dunia ini.
Orang dunia tidak memandang kekudusan menjadi hal yang penting namun tidak dengan hidup orang percaya yang sejati.
Bagi orang percaya yang sejati hidup kudus menunjukkan statusnya sebagai anak-anak Allah dihadapan Tuhan.
Kekudusan orang percaya bukanlah kekudusan yang dibangun pada “melakukan hukum tetapi memiliki pola berpikir seperti Kristus”.
Seperti Tuhan Yesus yang berkeadaan tidak bisa berbuat dosa, seluruh hakekatnya benar dan kudus adanya, seperti itulah orang percaya dipanggil untuk hidup kudus seperti Dia kudus.
Inilah maksud Tuhan Yesus menebus kita agar menjadi umat yang layak bagi kerajaan-Nya.
1 Petrus 1:14-16
14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Kalau Tuhan Yesus melakukan kebenaran, karena hakekat-Nya demikian adanya; Ia tidak bisa me­nyangkali hakekat-Nya yang Maha Kudus.
Orang percaya dipanggil untuk memiliki keberadaan seperti ini.
Orang percaya bisa hidup benar sesuai dengan kekudusan dan kehendak Allah, bukan karena di bawah tekanan atau bayang-bayang hukum, tetapi menjadi kudus adalah karena bagian dari kodrat ilahi sebagai manusia ciptaan baru yang telah ditebus Tuhan Yesus dari kuasa dosa.
Paulus mengatakan bahwa orang percaya harus hidup menurut pimpinan Roh (Galatia 5:18).
Jika roh orang percaya yang terus digores dengan kebenaran-Nya maka kebenaran-Nya itu akan mengarahkan hidupnya dapat memiliki pikiran Kristus yang terus menyempurnakan kekudusannya dihadapan Allah.

Melalui proses pemuridan atau pendewasaan, yang pasti digarap oleh Tuhan Yesus sendiri, Tuhan mengajarkan hakekat-Nya kepada kita yaitu mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, kudus seperti Dia Kudus.
Menjadi anak-anak Allah berarti kita memiliki cara berpikir dan bertindak seperti cara Tuhan Yesus berpikir dan bertindak.
Ini berarti kita tidak boleh membuka sedikitpun celah bagi dosa dan iblis untuk memperbudak hidup kita kembali.
Untuk itu kita harus menjelajah dan menggali Alkitab secara memadai untuk memiliki pemahaman takut akan Tuhan secara benar.
Orang yang menghormati dan takut akan Tuhan Yesus secara benar adalah orang-orang yang menghayati keberadaan Tuhan yang maha hadir, selalu taat menjaga kekudusan hidupnya dalam segala hal dari sikap hati, perkataan, perbuatannya harus sesuai seleranya Tuhan dan harus selalu dapat memuaskan hati-Nya.
Olehnya tidak ada cara yang lain selain mengenakan pola berpikir yang sama yang terdapat juga didalam Kristus Yesus.
Itulah sebabnya kita harus belajar kebenaran Firman Tuhan dan mengenakannya di sepanjang umur hidup kita, sebagai makanan rohani yang mutlak harus tercukupi kebutuhannya (Matius 4:4).

Dengan pimpinan Roh Kudus, Tuhan mengajar dan mendidik kita sampai berhasil lulus dan menang mengalahkan pekerjaan iblis dibumi ini.
Tuhan Yesus menjadi yang sulung yang telah menang atas iblis, artinya bahwa orang percaya juga dapat memiliki pengalaman atau kemampuan yang sama, menang seperti Tuhan Yesus telah menang.
Tuhan Yesus telah menjadi pokok keselamatan artinya menjadi “penggubah”, mengatur dan merancang hidup orang percaya agar dapat memiliki kualitas hidup seperti diri-Nya, kudus seperti Dia adalah kudus.

2 Korintus 7:1  Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar