Minggu, 11 September 2016

MELEPASKAN SEGALA MILIK DENGAN RELA


Lukas 14:33  Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Dalam Lukas 14:25-35 Tuhan Yesus berbicara mengenai syarat untuk menjadi pengikut-Nya yaitu harus melepaskan segala sesuatu.
Uang pangkal atau syarat mutlak seorang yang ingin mengikut Tuhan Yesus harus bersedia melepaskan segala miliknya kemudian memberi diri untuk dimuridkan oleh Tuhan guna memiliki karakter-Nya, sempurna seperti diri-Nya.
Meninggalkan segala milik sejajar dengan harus menanggalkan segala kesenangan hidup sebagai manusia dunia dengan segala karakter manusia dosa dan segala agenda hidup dan keinginan yang berasal dari diri sendiri.
Dalam hal ini hidup orang percaya tidak boleh lagi memiliki kerajaan pribadi apapun yang boleh dipertahankan didalam dirinya.
Memang seorang yang bersedia beriman kepada Tuhan haruslah bersedia tidak lagi memiliki apapun yang boleh disisakan untuk dirinya khususnya keinginan-keinginan dari diri sendiri yang sering kali sangat dominan masih merajai hidup banyak orang Kristen.
Inilah standar yang sebenarnya yang ingin menjadi murid Tuhan Yesus, memang standar ini sangat mahal dan tidak semua orang bersedia membayarnya, hal inilah yang membedakan Kekristenan dengan agama-agama dunia pada umumnya.
Olehnya standar ini menjadi hal yang sukar untuk diterima oleh banyak orang termasuk orang Kristen yang masih mengikat dirinya kepada kesenangan dunia seperti anak-anak dunia pada umumnya.

Berkenaan dengan hal ini maka dalam ayat sebelumnya Tuhan menyuruh kita menghitung dulu anggarannya sebelum memutuskan mengikut diri-Nya (Lukas 14:28).
Olehnya dalam Lukas 14:26-27 Tuhan Yesus tegas berkata :
26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Memang inilah harga yang harus kita bayar dalam mengiring Tuhan dimana kecintaan kita kepada segala sesuatu harus ditanggalkan semuanya kemudian Tuhan baru akan menggarapnya.

Pertanyaannya bagaimana keinginan pribadi harus ditanggalkan?, bagaimana bisa manusia tidak memiliki agenda atau keinginan pribadi?
Bukankah pada dasarnya manusia harus mempunyai keinginan dan cita-cita?.
Bagi anak Tuhan yang dewasa akan memahami bahwa semua agenda dan keinginan pribadi haruslah disesuaikan dengan kehendak Tuhan.
Itulah sebabnya keinginan yang berasal dari diri sendiri harus disalibkan.
Berkaitan hal ini Paulus berkata :
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:24).
Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan setiap orang percaya yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus.
Jika tidak demikian maka tidak heran banyak orang jatuh kedalam berbagai-bagai pencobaan yang sebenarnya hal itu terjadi karena diseret oleh keinginan-keinginannya sendiri (Yakobus 1:14-15) yang tidak diselaraskan dengan kehendak dan Agenda Tuhan.

Sudah terlalu lama banyak orang Kisten terbiasa hidup dalam berbagai hasrat dan keinginannya sendiri yang tidak diselaraskaan dengan agenda Tuhan.
Manusia diciptakan Tuhan memang telah di design Tuhan untuk memiliki kehendak atau keinginan, yaitu pribadi yang memiliki pikiran, perasaan dan hasrat, maka kita harus mempertimbangkan dengan serius: Apakah kita boleh sebebas-bebasnya mengumbar keinginan kita, tanpa mempertimbangkan apakah keinginan tersebut sesuai dengan kehendak, pikiran dan perasaan Tuhan atau tidak?
Harus dipahami memang Tuhan sengaja menciptakan manusia memiliki kehendak bebas agar manusia dengan kesadarannya sendiri khusus orang percaya sebagai anak-anak kerajaan dengan rela menampilkan sikap hidup yang mengarahkan segala gerak kehendak, pikiran dan perasaan, hasrat dan hak-haknya untuk diserahkan, dipandu, dipimpin dan disesuaikan dengan kehendak Tuhan.
Dengan demikian dari ketaatan ini kita bisa menjaga keagungan yang telah Tuhan berikan sebagai makhluk agung yang selalu submit/tunduk kepada Tuhan Semesta Alam.

Dahulu, sebelum kita bertobat dan mengikut Tuhan Yesus, kita merasa berhak memiliki diri kita sendiri.
Kita merasa boleh memiliki kerajaan kita sendiri.
Kita seperti Petrus muda yang masih “mengikat pinggang sendiri dan berjalan ke mana saja yang kita kehendaki”, tetapi setelah kita memutuskan untuk mengikut Tuhan kita tidak boleh hidup suka-suka sendiri lagi.
Inilah yang dimaksud dengan kehendak yang disalibkan.
Fenomena ini sejajar dengan doa yang diajarkan Tuhan Yesus yang berbunyi: "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga"(Matius 6:10).
Dalam kehidupan ini, kehendak Tuhanlah yang harus berdaulat secara penuh atas hidup kita termasuk seluruh keuangan dan harta kekayaan kita.
Ketika kita dikatakan memberi baik untuk gereja, memberi kepada orang yang membutuhkan pertolongan dan lain sebagainya, sebenarnya dalam hal ini kita tidaklah dikatakan memberi sebab dengan prinsip melepaskan segala milik berarti kita adalah orang yang tidak lagi bermilik apa-apa dibumi ini selain Tuhan Yesus sendiri yang menjadi harta abadi kita.
Alkitab berkata : Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar (1 Timotius 6:7).
Sebenarnya kita tidak pernah memberi apa-apa buat Tuhan selama dibumi ini namun yang tepat adalah kita mengembalikan segala apa yang telah menjadi milik Tuhan sebab segala sesuatu yang kita punyai saat ini termasuk seluruh keuangan kitapun semuanya adalah milik Tuhan dan harus dikelola berdasarkan pimpinan dan kehendak Tuhan.
Disinilah kita sebagai hamba-hamba-Nya memberi diri tunduk terhadap kedaulatan dan otoritas-Nya secara penuh.
Inilah kehidupan dalam ketaatan penuh/total submission.
Manusia memang dirancang untuk ini sejak dirinya diciptakan Tuhan.
Jadi jika Tuhan mengijinkan seorang anak Tuhan berkelimpahan dalam hal harta kekayaan, ia harus tetap merasa orang yang tidak bermilik atas kekayaan tersebut sebab sebagai murid Tuhan Yesus yang hidup dalam kedaulatan-Nya ia wajib menghidupi benar prinsip hidup sebagai murid Tuhan yang selalu taat "melepaskan segala milik untuk mengikut Tuhan".
Dengan demikian ia baru dapat menjadi saluran berkat dan alat Tuhan untuk mendukung misi Tuhan yang sangat efektif bagi perluasan Injil diberitakan sampai kejung bumi.

Cepat atau lambat setiap insan akan tiba pada suatu saat dimana seseorang harus benar-benar meninggalkan segala miliknya kemudian menghadap Tuhan Yesus untuk memberi raportnya selama hidup dibumi.
Di saat seperti itu seseorang tidak akan mampu memiliki keinginan apa pun lagi.
Saat seperti itu pula seseorang barulah menghayati dan baru menyadari bahwa kekayaan didunia jika tidak dipergunakan untuk hidup bagi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya maka harta kekayaan tersebut akan menjadi mamon yang tidak jujur atau menipu.
Kekayaan itu akhirnya menjadi alat iblis yang sangat efektif dan berdaya guna membinasakan manusia, membuat raport kehidupan manusia pada saat menghadap Tuhan menjadi raport yang merah dan memalukan oleh karena tidak menghormati Tuhan secara pantas sebagai Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu.

Kalau selama hidup seseorang tidak menjadikan Tuhan sebagai sahabat abadi dengan tanda melepaskan segala milik guna memberi diri dimuridkan oleh Tuhan, maka pada saat dimana ia harus menghadap Tuhan memberi tanggung jawabnya, ia tidak lagi bisa berkesempatan memperbaiki nilai raport hidupnya, ia tidak berkesempatan lagi untuk bisa bertobat menjalin hubungan sebagai sahabat atau kekasih abadi-Nya.
Pintu anugerah tertutup, ia tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.
Oleh sebab itu sebelum kita dimintai raport akhir perjalanan hidup kita dibumi ini oleh Tuhan Yesus, maka sekaranglah waktunya kita harus belajar dengan kerelaan menanggalkan kerajaan kita dengan segala keinginannya, baik keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup kemudian memberi diri mengenakan filosofi hidup Tuhan Yesus: makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaaan-Nya.
Inilah agenda Tuhan dan gaya hidup yang Tuhan Yesus ajarkan bagi orang percaya.
Dan setiap orang percaya wajib hidup sama seperti Dia hidup (1 Yohanes 2:6).
Ketika kita menjadi orang percaya, satu-satunya gaya hidup ini yang Tuhan kehendaki untuk kita kenakan.
Itulah sebabnya dikatakan dalam Roma 8:29 bahwa Tuhan Yesus “menjadi yang sulung di antara banyak saudara”.
Dia sebagai teladan yang sudah memulainya terlebih dahulu dan kita meneladani atau mengikuti-Nya.
Dalam hal ini yang diikuti adalah kesediaan hidup dalam ketertundukan terhadap otoritas Bapa kita Tuhan Yesus Kristus dan melepaskan segala milik dengan segala keinginan yang tidak selaras dengan kehendak Tuhan demi rencana Bapa dipenuhi dan nama Tuhan Yesus dipermuliakan untuk selama-lamanya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar