Senin, 26 September 2016
TETAP BERSUKACITA DI TENGAH KESESAKAN
Roma 12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
Paulus mengajak jemaat untuk tidak menyerah kepada masalah kehidupan, tetapi sentiasa bertekun dan bersikap positif, menjaga suasana hati tetap bersukacita dalam segala hal, bersabar dalam kesesakan, tekun berdoa dan terus menaruh harapan yang pasti kepada Tuhan Yesus.
Orang percaya yang sejati harus memiliki sukacita yang tidak sama dengan anak-anak dunia.
Anak-anak dunia pada umumnya tidak bersukacita dengan masalah-masalah kehidupan yang ia hadapi, orang percaya dipanggil untuk terus bersukacita dalam segala situasi. Inilah yang membedakan.
Persoalannya adalah mungkinkah manusia memiliki sukacita sepanjang waktu hidupnya? Ini sebuah pertanyaan yang penting yang harus kita temukan jawabannya.
Sebelum menjawab persoalan tersebut, terlebih dahulu kita akan bahas: Apa sebenarnya yang dimaksud dengan sukacita itu?
Sukacita sama artinya gembira, bahagia, senang dan bergirang.
Tetapi kata sukacita memiliki kesan lebih kuat untuk menunjukkan suasana hati yang baik atau positif.
Sukacita tidaklah sama dengan tersenyum.
Ada orang tersenyum tetapi tersenyum dalam dukacita.
Sukacita tidak sama dengan tertawa.
Bisa saja seseorang tertawa tetapi hatinya menangis.
Orang gila pun juga bisa tersenyum dan tertawa, tetapi itu bukanlah sukacita. Sukacita hendak menunjukkan suasana hati yang positif, suasana hati yang baik, yang selalu dikuasai iman percaya yang teguh kepada Tuhan Yesus yang memberikan kekuatan dan pengharapan yang baru.
Didalam Habakuk 3:17 menunjukkan di tengah keadaan yang sulit itu ia dapat merasakan sukacita seperti yang disaksikan dalam tulisannya di ayat selanjutnya (18): namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
Mengapa Habakuk dapat merasakan sukacita di tengah keadaan yang sukar tersebut? Apa rahasianya?
Jawabannya di Habakuk 3:19: ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Rahasianya adalah: Ia menjadikan Tuhan kekuatannya.
Pemazmur berkata dalam Mazmur 37:4 "dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu".
Maksud ayat ini sama dengan dengan kitab Habakuk 3:17-19 bahwa kalau kita menjadikan Tuhan kekuatan kita maka kita dapat bersukacita.
Kalau selama ini kita berharap merasakan sukacita karena kekuatan di luar Tuhan seperti harta, teman pejabat tinggi, pangkat, fasilitas dunia dan lain-lain, sekarang kita harus menggantungkan sukacita kita kepada Tuhan.
Kita harus berprinsip bahwa di dalam Tuhan kita dapat merasakan sukacita walaupun keadaan serba sulit.
Bertalian dengan hal ini rasul Paulus dalam Filipi 4:4 berkata: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan.
Kata “senantiasa” artinya terus menerus dan dalam segala keadaan.
Dari penjelasan beberapa ayat ini dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa untuk merasakan sukacita, lingkungan kita tidak harus menyenangkan, tidak harus segala sesuatu berlangsung dengan baik dan aman.
Kita diajar Tuhan untuk memiliki sukacita atau suasana hati yang baik walaupun keadaan sekitar kita buruk (keadaan ekonomi, kesehatan, rumah tangga, pekerjaan dan lain-lain).
Suasana hati seorang anak Tuhan yang sejati tidak boleh ditentukan atau diatur oleh keadaan sekitar.
Kalau suasana hati orang percaya diatur atau ditentukan oleh keadaan sekitarnya, maka mereka pasti terjebak oleh situasi dunia sekitarnya.
Dari Habakuk kita memperoleh pelajaran rohani yang mahal.
Kita harus menjadikan Tuhan kekuatan kita artinya percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, terjadi atas kehendak Tuhan atau diijinkan Tuhan, bahkan rambut kepala kita pun terhitung (Matius 10:30), ini menunjukan hidup kita sepenuhnya ada didalam tangan kuasa-Nya.
Oleh sebab itu kita dapat bersyukur dalam segala keadaan sebab tangan Tuhan selalu menyertai, memberikan kekuatan dan energi agar kita selalu dapat bersukacita dalam segala hal.
Menjadikan Tuhan kekuatan artinya percaya bahwa Tuhan pasti memberi kekuatan kepada kita dalam menghadapi persoalan.
Firman-Nya berkata: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Banyak orang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri tanpa melibatkan Tuhan dan tidak berdoa, maka ia tidak menjadi kuat dalam menghadapi berbagai persoalan hidup yang berat.
Persekutuan dengan Tuhan melalui doa adalah persekutuan yang sangat penting harus selalu kita jaga.
Pada waktu berdoa kekuatan dari Tuhan akan mengalir memberikan energi didalam diri kita agar kita dapat menanggung, menghadapi segala tantangan dan persoalan hidup dizaman ini.
Menjadikan Tuhan kekuatan artinya setelah kita melakukan bagian kita, kita percaya bahwa Tuhan pasti menolong pada waktunya.
Kita harus yakin sungguh-sungguh seperti Firman-Nya yang berkata kepada Yosua bahwa Tuhan tidak akan membiarkan dan tidak akan meninggalkannya seperti itu pula janji Tuhan kepada setiap anak-anak-Nya yang menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Tuhan.
(Ulangan 31:6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau").
Mari kita terus percaya kepada-Nya dan selalu yakin menaruh pengharapan kepada Tuhan Yesus sebagai kekuatan di hidup kita dalam segala hal dan dalam segala situasi maka dari sanalah kita dapat merasakan sukacita mengalir di tengah kesukaran atau penderitaan maupun suasana kegembiraan didalam hidup kita sebab Dia Allah yang tidak akan membiarkan kita berjalan sendirian dan tidak akan meninggalkan kita walaupun sampai pada kesudahan zaman.
Ibrani 13:5b
Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar