Kamis, 12 Januari 2017

PEMIMPIN AGAMA YANG BUTA AKAN KEBENARAN


Matius 15:1-14
1 Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata:
2 "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."
3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?
4 Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.
5 Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah,
6 orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.
7 Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:
8 Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
9 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."
10 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka:
11 "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."
12 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?"
13 Jawab Yesus: "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya.
14 Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang."

Jika pemimpin agama menjadi buta akan kebenaran Injil yang sejati yang diajarkan oleh Tuhan Yesus maka umat Tuhan yang digembalakannya akan memiliki cara hidup yang buta pula akan kebenaran yang sejatinya harus dikenakan sehingga mereka jauh dari perkenanan hidup yang Tuhan kehendaki.
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat memahami Taurat dengan cara yang salah.
Mereka mementingkan apa yang kelihatan tetapi mereka tidak tahu esensi dari Taurat ada pada hati yang bersih.
Tuhan Yesus menemukan kebobrokan dalam ajaran mereka.
Tuhan Yesus menegur kemunafikan mereka karena mengutamakan tradisi agama/adat istiadat daripada perintah Allah.
Contohnya, tradisi memberikan persembahan.
Tradisi ini sebenarnya baik dan mulia.
Namun yang salah ialah demi melakukan tradisi tersebut, mereka mengizinkan seseorang boleh mengabaikan perintah Tuhan untuk menghormati dan memelihara orang tuanya (Matius 15:4-6).
Mereka lebih mengutamakan tradisi manusia daripada perintah Tuhan.
Mereka mengabaikan peraturan yang mewajibkan anak untuk membiayai penghidupan orang tua mereka asalkan uang pembiayaan itu diberikan untuk persembahan kepada Tuhan. Tetapi apakah ini benar? Tentu jawabannya tidak karena itu bukan merupakan hakekat yang Tuhan kehendaki.
Para ahli Taurat dan orang Farisi mengizinkan karena merekalah yang akan menerima “persembahan kepada Tuhan” ini.
Mereka mengatasnamakan Tuhan, tetapi Tuhan tidak akan pernah mengizinkan nama-Nya dipakai untuk orang-orang yang lebih mencintai uang ketimbang orang tua mereka sendiri. Mereka membiarkan orang-orang hidup di dalam kebiasaan tidak menghormati orang tua.
Tuhan sangat membenci hal ini.
Di manakah belas kasihan kepada orang tua yang sudah tidak sanggup bekerja lagi?
Orang-orang yang Tuhan pakai untuk melahirkan dan memelihara, sekarang diabaikan dan dibiarkan mati saja kalau perlu. Betapa jahat hal ini dimata Tuhan.
Mereka hanya memuliakan Allah dengan mulut, tetapi hatinya jauh dari-Nya.
Mereka juga lebih mementingkan hal-hal lahiriah daripada hal-hal batiniah seperti tradisi mencuci tangan sebelum makan. Bagi Tuhan Yesus tidak cuci tangan tidak melanggar Taurat karena yang terpenting ialah hati kudus karena semua hal berasal dari hati. Bila hati kudus, maka pikiran, perkataan dan perbuatan yang dinyatakan juga akan kudus. Namun, bila hati jahat, semua yang dihasilkan juga jahat.

Sebenarnya Taurat diberikan untuk melatih hati umat Tuhan.
Hati yang dibentuk oleh kebenaran Firman Tuhan akan menjadi hati yang mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.
Hati yang makin kudus karena Tuhan Allah adalah kudus.
Hati yang makin peka terhadap keadilan dan belas kasihan.
Hati yang sepikiran dan seperasaan yang sama dengan Tuhan.
Hari-hari ini banyak pemimpin agama/gereja mementingkan tradisi agama seperti merayakan Natal besar-besaran hingga memakan biaya yang tidak sedikit puluhan sampai ratusan juta bahkan ada yang memakan biaya mendekati milyaran rupiah.
Namun ketika membantu orang berkesusahan disekitar mereka, mereka hanya memberi ala kadarnya mungkin nilainya hanya beberapa ratus ribu saja atau beberapa juta saja.
Ini sangat menyedihkan, bertapa hati Tuhan sangat terlukai akan hal ini.
Berkenaan dengan hal ini, Tuhan mengatakan dalam Matius 9:13 "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Ini peringatan yang sangat penting.
Jika kita pun mementingkan tradisi lebih daripada perintah firman Tuhan, maka kita pun sudah jatuh ke dosa yang sama.
Semakin tradisi agama menguasai cara berpikir kita, hati kita pun akan makin terpaut kepada tradisi.
Ini membuat kita hidup dengan cara yang makin jauh dari kebenaran Firman Tuhan yang sejati.
Inilah sebabnya orang-orang Farisi itu tidak bisa melihat mana yang lebih penting.
Mereka tidak menolong/membiayai orang tua yang sudah tidak sanggup membiayai diri? Namun mendorong umat untuk memberi persembahan sebanyak-banyaknya untuk bait Allah seolah-olah untuk Allah padahal semua ditujukan untuk pemimpin agama itu sendiri.

Tradisi Yahudi membiasakan orang Yahudi untuk membasuh tangan sebelum makan. Mereka memiliki begitu banyak ritual-ritual untuk melakukan sesuatu. Siapa yang melanggar ritual ini akan dianggap najis, yaitu orang yang harus dijauhi karena kecemaran mereka.
Tetapi Tuhan Yesus memberikan tradisi yang baru, yang jauh lebih agung dan sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan dibandingkan dengan tradisi Yahudi yaitu manusia harus memiliki kepedulian belas kasihan yang tinggi terhadap sesamanya.
Ini merupakan tradisi yang menyembah Allah bukan dengan ritual agama dengan segala tradisinya tetapi dengan tindakan nyata setiap hari yang melakukan kebenaran Firman Tuhan, menaruh belas kasihan terhadap sesama dan melakukan kasih yang berasal dari hati yang murni mengasihi Tuhan dengan segenap hidup.

Hari-hari ini tidak sedikit orang pemimpin agama yang belum mengerti esensi dari kebenaran Injil yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, mereka mencampur aduk segala sesuatu yang tidak penting ke dalam hal yang sangat penting.
Contoh mereka lebih mengutamakan hari raya dan ritual-ritual agama dari pada mengajarkan/melahirkan orang-orang agar dapat menjadi murid Tuhan yang memiliki karakter yang serupa dengan Tuhan Yesus.
Mereka lebih mengutamakan umat Tuhan bisa berbahasa roh dari pada memiliki buah-buah roh itu sendiri.
Betapa kasihan umat Tuhan jika memiliki pemimpin-pemimpin seperti ini.
Betapa kasihan kalau gereja hanya bicara tentang hal-hal minor tetapi tidak pernah mengerti apa yang Tuhan mau kerjakan tentang hal-hal mayor yaitu menjadikan umat sebagai murid Tuhan memiliki hati yang segambar dengan diri-Nya.
Perlu untuk selalu kita ingat bahwa Tuhan lebih menyukai kita memiliki belas kasihan terhadap sesama seperti Tuhan menaruh belas kasihan-Nya kepada semua manusia.
Itulah sebabnya kalau kita mengabaikan hati yang berbelaskasihan terhadap sesama, Tuhan tidak akan lagi berkenan kepada kita.
Firman Tuhan melatih kita melihat kepada orang lain dengan belas kasihan Tuhan. Firman Tuhan melatih kita untuk memiliki sudut pandang Tuhan mengenai segala kebenaran, kasih, dan keadilan, semua ini harus tertanam menjadi satu di dalam hati orang-orang percaya yang mau bersedia dibentuk menjadi murid Tuhan.

Tanpa sadar kita makin lama makin terseret seperti pemimpin-pemimpin Yahudi ini kalau kita terus mementingkan lembaga agama, uang persembahan, pertambahan jumlah jemaat, dan kesetiaan kepada lembaga agama dari pada kesetiaan kepada firman Tuhan menghendaki kita mengubah diri kita untuk semakin serupa dan mengenakan pribadi Kristus yang kemudian dapat mengubahkan orang lain untuk memiliki cara hidup yang sama seperti yang Tuhan Yesus telah peragakan.
Kita harus sadar bahwa Tuhan lebih mementingkan orang-orang dikembalikan kerancangan Allah yang semula menjadi serupa seperti Kristus telah hidup, menaruh pikiran yang seperti Dia yang kudus, dan hidup dalam kebenaran daripada mementingkan suatu kepentingan lembaga agama itu sendiri.
Tuhan lebih mementingkan supaya orang-orang lebih mengerti, mengenal kebenaran daripada event-event atau kegiatan.
Tuhan lebih mementingkan orang-orang menjadi serupa seperti Dia telah hidup daripada melakukan upacara-upacara agama.
Sadarkah kita akan hal ini?

Para pemimpin agama Yahudi tidak sadar. Mereka benci ketika Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit.
Mereka marah ketika Tuhan Yesus mengampuni pemungut cukai.
Mereka berteriak-teriak mau membunuh seorang perempuan pezinah, tetapi Tuhan Yesus berbelaskasihan kepada dia dan menyuruh dia pergi tanpa dihukum.
Betapa berbeda jika kita memiliki pemimpin yang memiliki berbelaskasihan.
Mereka pasti lebih mengutamakan dan membawa umat Tuhan untuk semakin memburu kebenaran Firman Tuhan untuk dikenakan secara nyata setiap hari agar semakin serupa seperti karakter Tuhan Yesus yang memiliki belas kasihan yang tanpa batas kepada umat manusia.
Doakan agar gereja dan bangsa kita benar-benar diberikan anugerah memiliki pemimpin yang mudah berbelaskasihan dan tidak lagi mengutamakan nama besar lembaganya.
Biarlah gereja Tuhan bisa bangkit dengan adanya hamba-hamba Tuhan dan pemimpin-pemimpin gereja yang memiliki hati seperti Tuhan Yesus.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar