Selasa, 31 Januari 2017

ARTI "HIDUP BERJAGA-JAGA" YANG BENAR


Matius 25:13  Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Membaca perumpamaan dalam Matius 25:1-13 mengenai 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana ini menimbulkan suatu perasaan duka karena tragisnya peristiwa yang digambarkan mengenai keadaan 5 gadis bodoh tersebut.
Tetapi sebenarnya ketragisan dalam perumpamaan ini belum mewakili secara penuh ketragisan dari keadaan yang sebenarnya ketika seseorang ditolak oleh Allah yang hidup.
Keaadan itu sangat jauh mengerikan karena seseorang tidak akan mendapat kesempatan kedua untuk memperbaiki diri dan bagi mereka yang ditemukan Tuhan tidak berjaga-jaga dalam segala hal untuk tetap hidup tinggal didalam Firman-Nya maka ia akan mengalami kematian kedua yaitu kematian diapi kekal (Wahyu 21:8).
Pada waktu itu orang akan benar-benar menyadari apa arti keselamatan yang sangat berharga.
Keselamatan ini kalau disia-siakan akan mengakibatkan penolakan Allah atas orang yang menyia-nyiakan keselamatan tersebut (Ibrani 2:1-3).

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan menyia-nyiakan keselamatan?
Menyia-nyiakan keselamatan berarti tidak menerima atau tidak menanggapi keselamatan yang Tuhan berikan dengan cara yang benar.
Perhatikan, bagaimana gadis yang bodoh yang tidak diperkenan masuk ke dalam pesta perjamuan kawin. Mereka bukannya tidak menantikan mempelai tersebut. Mereka juga menantikan, tetapi mereka tidak memiliki persediaan minyak.
Ini berarti berbicara tentang bahwa mereka tidak melakukan penyambutan sesuai dengan prosedur yang benar. Prosedur yang benar adalah memiliki persediaan minyak. Minyak yang dikemukakan Tuhan Yesus dalam perumpamaan ini sebagai suatu gambaran dari sikap berjaga-jaga dalam segala hal agar tetap hidup berkenan dihadapan Tuhan setiap saat.

Dalam perumpamaan tersebut ditunjukkan bagaimana gadis-gadis yang bodoh tidak berkesempatan mencari minyak agar pelitanya menyala. Ini berarti minyak tersebut harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Ini adalah sikap berjaga-jaga.
Banyak orang memang tidak bermaksud mengkhianati Tuhan atau tidak bermaksud meninggalkan-Nya, tetapi hanya menunda memiliki pertobatan dan perubahan hidup menjadi sempurna seperti yang Tuhan kehendaki.
Mereka sibuk dengan banyak urusan, sehingga mereka tidak memperhatikan “talenta” atau kemampuan bermoral seperti karakter Tuhan Yesus yang harus dikembangkan didalam pribadinya dengan tanpa batas.
Sebagai gantinya mereka sibuk dengan segala urusan perkara-perkara duniawi yang sebenarnya kesenangannya hanya bersifat sementara, pada akhir hidupnya pasti juga harus dilepaskan atau ditinggalkan.

Sikap berjaga-jaga berarti suatu hubungan harmonis dengan Tuhan Yesus yang selalu dibangun setiap hari.
Hubungan harmonis adalah hubungan yang baik, yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh Tuhan, yang nyata mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatannya.
Tentu kehidupan orang yang memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan akan terpancar dan dirasakan yang berdampak bagi kehidupan orang lain.

Beberapa ciri dari seseorang yang memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan antara lain:

Pertama, orang yang memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan tidak hanya berjaga-jaga untuk tidak berbuat salah secara moral umum, tetapi cara ia juga ingin memenuhi sikap hidup yang berkenan terutama dalam sikap batiniah/sikap hati yang berkenan dan sempurna dihadapan Tuhan.

Kedua, orang yang seperti ini akan memiliki pertumbuhan kesucian yang nyata dan takut untuk berbuat sesuatu yang menyakiti hati Tuhan.
Takut disini artinya karena ia memiliki hati yang benar-benar mengasihi Tuhan secara murni.

Ketiga, memiliki pembelaan yang sangat tinggi bagi pekerjaan Tuhan.
Baginya pelayanan pekerjaan Tuhan adalah hidup satu-satunya. Semua ini tidak dapat dikerjakan dalam satu hari, satu minggu atau satu bulan atau bahkan satu tahun. Semua ini merupakan pembiasaan hidup yang harus terus berlangsung setiap hari. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Sorga.

Bahaya besar yang tidak disadari oleh banyak orang adalah menunda bersikap benar terhadap keselamatan yang Tuhan berikan, sesuatu yang seharusnya dilakukan dengan segera dan terus menerus.
Dalam Ibrani 12:16-17 diungkapkan kegagalan Esau menikmati atau memanfaatkan hak kesulungannya.
Ia kehilangan hak kesulungannya karena tidak bersikap benar terhadap hak kesulungan yang semestinya menjadi haknya. Ia menukar hak kesulungannya tersebut dengan sepiring makanan.
Dalam kisah yang ditulis dalam Kejadian 27:1-4, nyata bahwa Esau merasa bahwa ia masih memiliki hak kesulungan tersebut. Ia sangat ceroboh, ia menganggap sepi/acuh tak acuh/menganggap tidak penting apa yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa ia menukar hak kesulungan dengan sepiring makanan (Kejadian 25:29-34).
Esau memang tidak serius menjual hak kesulungannnya, tetapi tindakan cerobohnya cukup membuat ia kehilangan hak kesulungannya.
Demikian juga hidup kita yang kadang tanpa sadari sering kali kita menukarkan hak keselamatan kita dengan hidup tidak berjaga-jaga, menggantikan hak keselamatan kehidupan kekal dengan menggelar cara hidup yang tidak berkenan dihadapan Tuhan yang sebenarnya kesenangan hidup yang bersifat temporal/sementara.

Kehidupan Esau tidak mempersoalkan jauh-jauh hari hal kesulungannya.
Ketika keadaan sudah mendesak barulah ia serius mempersoalkan, tetapi ia terlambat untuk memperbaikinya (Kejadian 27:30-35).
Sama dengan 5 gadis bodoh bukannya bermaksud dengan sengaja agar hidupnya hendak ditolak, tetapi kecerobohannya cukup membuat ia kehilangan kesempatan yang berharga.
Lima gadis bodoh baru mempersoalkan persediaan minyak pada waktu yang tidak tepat.
Hal ini mengajarkan kepada kita untuk mempersoalkan secara serius menghidupi keselamatan dengan sikap yang benar setiap saat dan tidak baru mempersoalkan keselamatan pada waktu yang tidak tepat yaitu dimana pada saat hari dimulainya penghakiman terakhir tahta putih yang di gelar oleh Tuhan Yesus sebagai Hakim yang tanpa memandang muka menghakimi setiap orang menurut perbuatannya.
Oleh hal ini Tuhan Yesus mengingatkan agar kita tidak menyia-nyiakan kesempatan selagi hari siang (Yohanes 9:4).

Perhatikan cara iblis merusak kehidupan orang percaya dan membinasakan: iblis membuat seseorang hanyut dalam cita rasa duniawi sampai ia tidak bisa berbalik lagi kepada rancangan Tuhan yang  menghendaki setiap hidup orang percaya menghidupi secara benar keselamatan yang telah Tuhan berikan.
Cita rasa duniawi ini menjadi candu dan senjata utama iblis untuk bisa menawan atau menyandera seseorang sehingga ia terbelenggu sampai pada level tidak bisa dilepaskan sama sekali.
Hal ini mengakibatkan ia termasuk salah satu orang orang yang disebut di Wahyu 21:8 yang semuanya mereka mendapat bagian dalam Murka Allah yang tidak pernah berakhir.

Hendaknya kita tidak menunda bersikap benar terhadap keselamatan yang Tuhan berikan saat ini, sikap ini seharusnya dilakukan dengan segera dan tanpa henti untuk terus-menerus diperagakan didalam hidup ini, sikap ini adalah sikap berjaga jaga karena mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatannya untuk tetap hidup berkenan dihadapan Tuhan setiap saat dan dalam segala hal sampai hari kedatangan Tuhan atau hari terakhir menutup mata.

Lukas 21:36  Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar