Sabtu, 28 Januari 2017

MERASA SUDAH MENYEMBAH TUHAN




Lukas 12:15, 20-21 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Banyak orang merasa berhak memiliki apa yang orang lain miliki. Pada umumnya orang terbiasa hidup dengan tidak merasa cukup atas apa yang telah dimilikinya sampai tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan usaha membangun pencitraan diri dengan fasilitas materi. Mereka diperbudak oleh merk, model, pujian dan sanjungan manusia berdasarkan barang yang dipakai.
Kondisi ini membuat seseorang diperhamba oleh barang dunia fana tersebut.
Hal ini menciptakan gaya hidup “konsumerisme tanpa batas”. Gaya hidup ini adalah sebenarnya gaya hidup seorang yang menyembah iblis. Memang secara langsung tidak kelihatan menyembah sang iblis, tetapi secara tidak langsung seseorang yang diperbudak oleh materi berarti menyembah iblis (Lukas 4:5-8).

Lukas 4:5-8
(5)Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.
(6)Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.
(7)Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."
(8)Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Percintaan akan segala kesenangan yang ada di dunia ini dan segala macam atributnya merupakan dosa yang banyak manusia tidak menyadarinya bahwa ia sedang menyembah iblis dan sudah menolak untuk menyembah Bapa di sorga. Gaya hidup konsumerisme seperti ini sudah menjadi gaya hidup yang wajar, khususnya di kalangan masyarakat yang tinggal di kota. Menjelang dunia berakhir semakin kuat pengaruh gaya hidup ini menguasai manusia.
Inilah yang digambarkan oleh kitab Wahyu 18, Babel kota besar.
Alkitab menunjukkan bahwa itulah percabulan rohani, dimana banyak manusia termasuk sebagian orang Kristen telah terperdaya oleh kecantikan dunia sehingga tidak mengingini langit baru dan bumi yang baru yaitu Kerajaan Tuhan Yesus Kristus.

Banyak orang Kristen terbelenggu oleh cara hidup tersebut, tetapi mereka tidak merasa sedang menyembah iblis. Sebab mereka merasa sudah ke gereja, mengikuti liturgi dengan menyanyikan lagu-lagu yang syairnya memuat penyembahan kepada Allah. Pikiran mereka dangkal dan tidak memahami apa yang dimaksud dengan menyembah Allah. Menyembah Allah artinya memperlakukan Tuhan sebagai nilai tertinggi kehidupan. Ketika Tuhan Yesus mengatakan "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Ini artinya hanya menurut kehendak Tuhanlah manusia harus hidup dan bukan lagi atas kesenangan pribadinya.
Menempatkan Tuhan dan Firman-Nya pada posisi yang teratas dari segalanya dan Tuhan sebagai nilai yang tertinggi didalam kehidupannya.
Tentu perlakuan ini pasti dinyatakan dalam perbuatan. Orang yang menyembah Allah Bapa akan merasa cukup dan puas berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani tetapi di lain pihak ia terus menjadi pribadi yang haus dan lapar akan kebenaran Firman-Nya.
Sedikit sekali orang Kristen sampai level ini. Pada umumnya mereka memiliki kualitas hidup sama seperti kebanyakan orang pada umumnya yang mengejar keinginan keinginan hidup, hobi dan kesenangan lainnya, hanya bedanya orang Kristen pergi ke gereja dan sebagian memiliki kehidupan santun di mata manusia. Tetapi pada dasarnya mereka masih memiliki irama hidup seperti kebanyakan manusia yang sukacita hidupnya tertumpu pada fasilitas hidup dunia ini.

Tidak mengasihi dunia adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi didalam kehidupan orang percaya. ­Sebab ­persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah.
Yakobus 4:4 "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah".
Kalau ­seseorang ­masih mengingini apa yang orang lain miliki sebagai kelengkapan hidupnya, merasa berharga dan terhormat dengan fasilitas hidup materi dan merasa berhak ­menikmati hidup seperti anak-anak dunia menikmatinya berarti ia masih bercinta dengan ­dunia dan iblis masih mengikatnya. Faktanya gairah hidup seperti ini dianggap sebagai hal yang wajar dan tidak ­menyalahi etika kehidupan anak Tuhan.
Pada umumnya banyak o­rang ­termasuk orang-orang Kristen terbelenggu dengan pola hidup seperti ini. Mereka tidak merasa bahwa mereka ada dalam situasi yang gawat. Mereka orang-orang Kristen yang berkualitas anak-anak dunia.
Mereka belum hidup dalam keselamatan yang Tuhan Yesus berikan, sebab keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan ­manusia kepada rancangan Allah semula. Rancangan semula Allah adalah pribadi-pribadi yang mengasihi Bapa lebih dari mengasihi dunia ini bahkan diri sendiri.
Matius 10:37 "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku".

Ciri dari anak dunia yang belum dikembalikan kepada rancangan semula ­Allah adalah mengingini sesuatu hanya untuk memuaskan hawa nafsu. Ia merasa memiliki hidup ini untuk memuaskan hasrat dan segala keinginan-keinginannya. ­Seakan-akan ia berkata, ”aku berhak atas diriku sendiri”. Bahkan dalam ­berurusan dengan ­Tuhan, ia berharap Tuhan memberkati hidupnya, yaitu atas apa yang ia miliki untuk bisa dibuat berbunga-bunga lebih indah dan lebih berkembang banyak lagi untuk bisa dinikmati olehnya.
Dalam hal ini ia tidak ­bersahabat dengan ­Tuhan tetapi bersahabat dengan dunia.
Tuhan ­hanya ­menjadi teman (teks Yunani Hetairos), tetapi dunia menjadi kekasih atau sahabat (teks Yunani Philos).
Inilah orang-orang yang tidak setia yang dalam teks aslinya ­disebut sebagai “moikhalides” (pejinah).
Permusuhan ­dengan Allah dalam teks aslinya adalah echthros yang sama artinya dengan ­pembenci Allah.

Jadi bersahabat dengan dunia = membangun permusuhan dengan Allah.

Marilah kita mulai menyembah Allah Bapa kita yang agung Tuhan Allah kita Yesus Kristus dengan benar yang pasti tercermin dalam gaya hidup sehari-hari, yang menjunjung tinggi Tuhan melebihi seluruh dunia ini, melebihi harta yang ditawarkan oleh dunia ini maupun jabatan dan kehormatan duniawi.
Sebagai anak Tuhan yang menjunjung tinggi Tuhan dan kerajaan-Nya hendaknya kita mulai dengan bertekun mentaati seluruh Firman-Nya didalam hidup kita, mengasihi Allah kita melebihi diri kita sendiri dan mentaati seluruh kehendak Allah yang juga memerintahkan kita untuk mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar