Selasa, 03 Januari 2017

CIRI HIDUP MENERIMA YESUS SEBAGAI TUHAN


Matius 10:34-39
34 "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,
36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Sekilas tampak, perkataan Kristus membawa kontradiksi. Ia yang adalah Raja Damai mengatakan bahwa kedatangan-Nya bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Apakah maksud perkataan Tuhan Yesus bahwa Ia datang membawa pedang?
Ketajaman tuntutan Injil agar setiap orang hidup didalam kebenaran-Nya bagaikan pedang, mengoyak-ngoyak keluarga yang tidak hidup didalam tuntutan kebenaran-Nya.
Tuntutan Injil adalah percaya kepada Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya utama dalam segala hal.
Ini berarti ikatan keluarga, suami-istri, orangtua-anak, kakak-adik, dan seterusnya tidak boleh menghalangi ikatan yang terutama dari segala yang utama yaitu ikatan dengan Tuhan Yesus dan kehendak-Nya.
Ikatan ini akan abadi menjadi ikatan keluarga kerajaan sorga jika kita mengutamakan Tuhan Yesus dan taat terhadap perintah dan kehendak-Nya untuk dilakukan.
Orang yang ingin menjadikan Yesus sebagai Tuhan dalam hidupnya harus mengutamakan Tuhan dan kehendak-Nya dan hidup didalam kebenaran-Nya.
Perikop ini juga berbicara mengenai kesungguhan seseorang mengikut Tuhan Yesus. Seorang pengikut Tuhan Yesus juga harus siap memikul salib.
Memikul salib artinya siap menyerahkan nyawa memperagakan hidup didalam kebenaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus didalam Injil-Nya dan kesediaan diri mengajarkan Injil-Nya kepada orang lain.
Kesiapan menyerahkan nyawa merupakan bukti bahwa nyawanya sudah menjadi milik Tuhan, dan bukan lagi milik dirinya sendiri.

Kedatangan Kristus memang membawa damai, damai antara manusia dengan Allah dan damai di antara sesama manusia yang percaya kepada-Nya. Namun demikian ada hal yang tak dapat dielakkan. Kedatangan Kristus ternyata membawa pertentangan antara Kristus dengan anti Kristus, antara orang yang percaya kepada-Nya dan yang tidak, antara yang benar-benar melakukan perintah & kehendak-Nya dan orang yang suam-suam kuku, antara orang percaya yang konsisten hidup didalam kebenaran dan orang yang mengaku percaya namun hidup didalam kefasikan, antara yang hidup didalam gelap dan orang yang hidup didalam terang-Nya yang ajaib.
Pertentangan ini dapat terjadi bahkan di antara orang-orang yang tinggal dalam satu rumah atau antara orang-orang yang memiliki pertalian darah. Bila mengikut Kristus membuat orang terpisah dari keluarganya, itulah harga yang harus ditanggungnya.
Bila seseorang berdiri di atas kebenaran Kristus membuat seseorang dimusuhi keluarganya, itulah salib yang mesti dipikulnya.
Kristus menuntut diri-Nya diprioritaskan lebih daripada sanak keluarga (ayat 37-38).
Ini memang tidak mudah, akan tetapi, Tuhan menjanjikan bahwa pilihan itu tidak sia-sia. Pilihan itu menunjukkan kesejatian iman orang tersebut terhadap Tuhan.

Banyak orang Kristen yang merasa sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dengan dasar atau alasan sudah menjadi orang Kristen dan pergi ke gereja.
Mereka hanya mengakui dan percaya secara akali atau nalar semata bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat dunia tanpa tertarik untuk taat memperagakan hidup didalam kebenaran-Nya didalam hidup keseharian mereka.
Mereka sudah merasa mengasihi Allah namun tetap melakukan kejahatan dimata Tuhan, tetap hidup didalam keinginan daging, tetap hidup didalam kegelapan.
Mereka termasuk kelompok orang Kristen yang beriman fantasi.
Kekristenan mereka hanya diekspresikan dengan datang ke gereja seminggu sekali serta mengaku sebagai orang percaya.

Sejatinya, menerima Tuhan Yesus berarti menyerahkan atau mempertaruhkan segenap hidup untuk menjadi alat peraga Tuhan.
Orang yang menerima Tuhan Yesus adalah orang-orang yang telah kehilangan hidupnya agar kehidupan Tuhan Yesus nyata dalam dirinya.
Hidup yang mereka miliki hanyalah kehidupan dalam iman kepada Allah yang hidup yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Iman kepada Tuhan Yesus artinya memberikan seluruh hidupnya untuk dikuasai dan dikendalikan oleh Tuhan, hidup hanya untuk melakukan kehendak-Nya, bersedia berkorban apapun untuk taat kepada Tuhan dan hidup bagi kepentinganNya.
Orang yang hidupnya belum menjadi alat peraga Tuhan secara benar berarti belum menerima Dia dengan benar.
Paulus mengajarkan pola hidup yang benar dengan kalimat : namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (Galatia 2:20).

Ketika seseorang menyatakan menerima Yesus sebagai Tuhan, maka sejatinya berarti ia menerima dan mengakui Dia sebagai Penguasa kehidupan ini. Itu berarti pula ia harus bersedia mengakui pemerintahan atau pengaturan-Nya di dalam hidup ini secara absolut.
Yang harus diekspresikan dalam kepercayaannya kepada Yesus sebagai Tuhan bukan hanya dalam pengakuan mulut, tetapi bagaimana memberi diri hidup dalam pengaturan Tuhan Yesus melalui Roh Kudus secara nyata lewat praktek dihidupnya sehari-hari.
Menerima Tuhan Yesus berarti menerjemahkan pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan bukan hanya di ranah teologi dan apologetika (ilmu tentang pembelaan iman Kristen), tetapi pada kehidupan setiap hari secara nyata berjalan dengan Tuhan, hidup seturut kehendak dan kebenaran-Nya.
Hanya dengan demikian seseorang bisa dikatakan sebagai orang yang menerima Dia.

Banyak orang Kristen yang hanya menuangkan pengertian mengenai ke-Ilahian Yesus dalam bingkai sistematika dogmatika dalam literatur, tetapi tidak menuangkannya dalam kehidupan individu secara konkret setiap hari.
Kristologi yang dirumuskan hanya menjadi redaksional/gaya bahasa kalimat, tetapi miskin bahkan mati dalam aplikasi dan implikasi kehidupan nyata.
Bila meneliti kehidupan banyak orang Kristen hari ini, maka dapat disimpulkan bahwa banyak di antara mereka yang menolak untuk menerima Yesus sebagai Tuhan didalam hidupnya.
Secara lahiriah kelihatannya mereka tidak menolak, tetapi sikap hati dan hidup mereka menunjukkan bahwa mereka menolak Tuhan Yesus.
Hal ini kelihatan dari sikap hidup mereka yang tidak setiap saat ada didalam perjuangan menaruh pikiran yang sama dengan pikiran dan perasaan Kristus.
Para suami sebagai orang yang percaya Tuhan sebagai pemimpin keluarga tidak menjalankan fungsinya secara benar, ia tidak dapat mengasihi istri yang tidak menghormatinya, ia baru dapat mengasihi jika istri mengasihi dan mengormatinya.
Para istri sebagai penolong didalam keluarga tidak menjalankan fungsinya dikeluarga dengan tepat, ia tidak menghormati suami secara pantas, padahal Tuhan memerintahkan setiap istri harus tunduk dan menghormati suaminya.
Para anak yang di perintahkan Tuhan menghormati kedua orang tua tidak menjalankan fungsinya sebagai anak yang takut akan Tuhan, ia tetap melanggar apa yang dinasehatkan oleh orang tuanya, ia masih hidup kesenangan dunia ini, mereka masih senang memuaskan diri dengan situs-situs pornografi, hobi yang tidak kudus dan lain sebagainya.
Dalam hal ini kita bisa memahami mengapa Alkitab mengatakan bahwa barang siapa mau mengikut Tuhan Yesus harus meninggalkan segala sesuatu dan menyalibkan daging dengan segala hawa nafsunya (Galatia 5).
Tanpa penyaliban daging seseorang tidak layak bagi Kerajaan Sorga.

Berkenaan dengan hal di atas, perlu diingatkan bahwa Tuhan tidak memandang muka (1 Petrus 1:17).
Siapa pun mereka yang tidak melakukan kehendak Bapa, ditolak dari Kerajaan Allah.
Orang Kristen yang mengaku telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan tidak secara otomatis masuk ke Kerajaan Sorga.
Harus tetap diingat bahwa orang yang diijinkan oleh Tuhan Yesus bisa masuk kedalam Kerajaan Sorga adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa dengan setia (Matius 7:21-23).
Orang yang melakukan kehendak Bapa adalah orang-orang yang sudah memperagakan kehidupan Tuhan Yesus secara bertekun setiap hari bahkan disetiap waktunya taat hidup didalam kebenaran-Nya.
Kita diberi karunia untuk berbuat hal yang sama oleh Tuhan (Roma 8:29).
Inilah sesungguhnya maksud keselamatan itu diberikan.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar