Kamis, 14 April 2016

ARTI MELEPASKAN DIRI DARI SEGALA MILIK


Lukas 14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Sesungguhnya, banyak orang Kristen belum menemukan jiwa atau nafas Kekristenan yang murni. Sehingga mereka belum bisa melakukan kehendak Tuhan didalam hidupnya. Yang dimiliki oleh hampir semua orang Kristen adalah kewajaran hidup, yaitu mempertahankan nyawa. Mempertahankan nyawa artinya bagaimana menikmati dunia hari ini seluas-luasnya dengan segala fasilitas yang ada di atas muka bumi. Tuhan Yesus menyatakan kalau seseorang tidak rela kehilangan nyawa maka mereka tidak akan memperoleh nyawa, artinya tidak akan memiliki kehidupan dalam Kerajaan Surga (Mat. 10:39; 16:25).
Jangkauan pandang orang-orang Kristen seperti ini hanya sebatas apa yang ada di bumi ini. Inilah orang-orang yang dikatakan Paulus: Banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi (Flp. 3:18-19).
Ini sungguh menyedihkan, hal ini membuat mereka tidak menyadari keadaan mereka yang sangat jauh dari standar kehidupan anak Allah yang seharusnya dikenakan. Malahan, mereka merasa sudah menjadi orang Kristen yang normal di mata Tuhan.
Filipi 3:18-19
(18)Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
(19)Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

Kalau pada zaman gereja mula-mula seseorang yang mau mengikut Kristus harus bersedia kehilangan nyawa dalam bentuk mengalami aniaya fisik dan kehilangan segala sesuatu yang dimilikinya, sehingga mereka menjadi orang-orang yang lebih dari orang miskin. Sudah tidak memiliki apa-apa, juga teraniaya.
Hal itu tidak bisa dihindari. Itulah harga yang harus dibayar, sebuah pertaruhan untuk memperoleh iman yang menyelamatkan. Bagaimana dengan orang Kristen hari ini? Apakah bisa memiliki cara hidup yang seperti Tuhan Yesus kehendaki? Atau hanya menjadi Kristen tanpa harga dan pertaruhan yang harus dibayar?.
Paulus mengatakan: aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus (Flp. 3:8). Hukum kehidupan orang percaya yang seperti inilah yang seharusnya kita gelar didalam kehidupan kita sebagai orang percaya sampai dunia ini berakhir.

Orang percaya hari ini harus memenuhi harga dan pertaruhan sebagai umat pilihan untuk memperoleh iman yang menyelamatkan. Kalau pada zaman gereja mula-mula harga dan pertaruhannya adalah aniaya fisik sampai kehilangan segala sesuatu, tetapi bagi orang percaya hari ini bukan aniaya fisik tetapi lebih kepada melepaskan segala sesuatu yang menjadi kesenangan hidupnya, dan hanya Tuhan Yesus yang menjadi tujuan hidupnya.
Orang percaya yang benar yang mau memiliki iman yang menyelamatkan harus berani melepaskan segala miliknya. artinya bukan hanya sifat manusia lama yang harus ditanggalkan namun juga apa yang dimiliki diseluruh wilayah hidupnya hari ini bukanlah kepunyaannya. Apakah ini berarti kita tidak boleh memiliki kehendak memiliki rumah, mobil, uang dan berbagai fasilitas lainnya?, Tentu bukanlah demikian, tetapi yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada pada kita harus diakui sebagai milik Tuhan, bukan milik kita sendiri. Kita harus merasa sebagai orang yang tidak bermilik apa-apa di bumi ini, dan memang Firman Tuhan mengatakan bahwa semua yang kita miliki sekarang ini adalah harta orang lain (Luk. 16:12). Harta kita sendiri di dalam Kerajaan Surga.

Segala sesuatu yang kita upayakan di bumi ini, dari sekolah, kuliah, berkarir, bekerja atau bisnis dan segala hal semata-mata adalah hanya sebagai pengabdian kita kepada Tuhan. Kita tidak mengumpulkan harta di bumi, tetapi menggunakan semua untuk kepentingan Tuhan, dengan cara demikian, kita mengumpulkan harta di surga.
Jadi, sekaya apa pun seorang anak Tuhan yang benar, ia tidak merasa kaya sebab segala sesuatu yang ada padanya bukan miliknya sendiri. Ia hanya sebagai pengelola semata-mata. Orang-orang seperti ini tidak akan bermewah-mewah dengan harta yang dimilikinya. Ia tidak sembarangan menggunakan harta miliknya, tetapi menggunakan semua sesuai dengan perintah atau komando pemiliknya yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang juga menjadi Raja dalam hidupnya.

Dengan kehidupan seperti itu, maka seseorang dapat memadamkan semua keinginan, nafsu dan segala ambisi untuk kesenangan pribadi. Perjalanan hidup di bumi hanyalah perjuangan untuk melakukan kehendak Bapa dan memenuhi rencana-Nya. Ini adalah tujuan hidup kita sebagai anak-anak Allah. Kehidupan seperti ini yang sesungguhnya dikenakan oleh Tuhan Yesus kemudian diteladani oleh orang-orang percaya di abad mula-mula. Orang orang percaya pada abab mula mula mereka memiliki iman yang menyelamatkan, walau mereka dipandang sebagai orang-orang sesat yang tidak beragama dan tidak berhukum. Hukum mereka adalah Tuhan sendiri. Kalau seseorang menjadikan Tuhan menjadi hukumnya, maka ia akan mengerti apa artinya tidak bermilik, sebab kalau Tuhan menjadi hukumnya berarti segala sesuatu harus dilepaskan demi kepatuhannya kepada Tuhan. Yang masih tersisa hanya satu, yaitu Tuhan sendiri. Dengan demikian Tuhan satu-satunya menjadi fokus jangkauan pandangnya.
Dengan demikian kita sebagai orang percaya akan bisa berkata "Selain Engkau ya BAPA tidak ada yang kuingini lagi di bumi".

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar