Jumat, 29 April 2016

MENYINGKIRKAN PONTENSI UNTUK BERBUAT DOSA


2 Petrus 1:3-4
(3)Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
(4)Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

Setiap kali kita memohon ampun kepada Tuhan atas sesuatu yang dirasakan sebagai suatu kesalahan, maka yang dipersoalkan bukan hanya suatu kesalahan yang telah dilakukan tetapi juga keadaan diri yang masih bisa berbuat salah (ketidak tulusan, kesombongan terselubung, kebohongan kecil, keramahtamahan yang dibuat-buat, motivasi yang tidak benar, munafik dan lain sebagainya). Masalahnya bukan hanya kesalahan yang dilakukan tetapi potensi yang masih ada untuk berbuat salah.
Olehnya diayat diatas dianjurkan setiap kita untuk mengambil bagian kodrat Ilahi untuk dikenakan didalam hidup kita. Kodrat Ilahi yaitu (mampu berpikir dan berperasaan seperti Kristus atau memiliki pikiran dan perasaan Kristus). Hal ini dimaksudkan agar umat pilihan mengerti kehendak Tuhan, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Dengan demikian umat pilihan menjadi pribadi yang melakukan kehendak Tuhan Yesus. Inilah target yang harus dicapai sehingga pikiran yang berpotensi membuat kita untuk melakukan perbuatan dosa bisa kita singkirkan dengan cepat.

Memang demikian seharusnya, kesucian bukan hanya tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi keberadaan atau level yang selalu mengenakan pikiran dan perasaan seperti yang Tuhan kehendaki yaitu pikiran Kristus.
Mengisi pikiran Kristus adalah mengisinya dengan Firman Tuhan dan nasehat Paulus yang berkata :
Filipi 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Kematian Tuhan Yesus di kayu salib menyelesaikan semua akibat dosa yang dilakukan seseorang, semua akibat dosa telah dipikul Tuhan Yesus. Ia menyelesaikan dengan sempurna di kayu salib, tetapi bukan berarti manusia bisa bebas begitu saja dari potensi berbuat dosa (hamartia : kemelesetan).
Potensi dosa dalam kehidupan orang percaya menjadi tanggung jawab masing-masing individu oleh pertolongan Roh Kudus.
Mengikis dan membuang semua potensi dosa dalam diri setiap orang ini untuk kemudian bisa berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus inilah yang disebut sebagai mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Filipi 1:12).

Berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus berarti tidak memberi celah sedikit pun terhadap suatu kesalahan. Ini memang tidak mudah dicapai dalam waktu yang singkat, perlu keseriusan, kesungguhan dan kerinduan untuk hidup didalam ketetapan Firman Tuhan, dan hal ini perlu adanya pergumulan yang sungguh sungguh dihadapan Tuhan, dengan hati yang murni untuk mengenakan kehidupan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki maka Roh Kudus akan senantiasa menggarap, menuntun kita kepada kebenaran-Nya yang sejati.
Tuhan Yesus memiliki kesucian yang sangat kokoh, yang akhirnya terbukti ketika Ia taat sampai mati bahkan mati di kayu salib. Kekokohan kesucian seperti inilah yang harus dicapai oleh setiap orang percaya. Kita harus merindukan hal ini lebih dari segala hal. Dengan pengertian ini seseorang akan memahami apa artinya mengalami kehausan dan kelaparan akan kebenaran. Haus dan lapar akan kebenaran di sini maksudnya benar-benar merindukan suatu kehidupan yang mencapai level yang Tuhan kehendaki atau yang berkenan kepada Tuhan kita Yesus Kristus.
Orang percaya yang demikian ini tidak akan berusaha membangun alasan untuk membela perbuatannya. Baginya kesalahan adalah kesalahan, tidak ada alasan untuk membelanya dan memakluminya. Orang seperti ini tidak akan berusaha untuk memiliki nilai diri di hadapan manusia, tetapi ia berusaha untuk mendapat penilaian yang benar di mata Tuhan.
Dari hal inilah seseorang membangun manusia batiniah yang cemerlang di hadapan Allah. Inilah usaha untuk mengumpulkan harta di Sorga seperti yang dikemukakan Tuhan Yesus dalam Matius 6:19-20.

2 Korintus 5:9-10 Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar