Senin, 11 April 2016

MEMILIKI KEBERIMANAN YANG BENAR


Ibrani 11:1, 8  Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.

Persoalan penting yang harus ditemukan jawabannya hari ini adalah bagaimana kita bisa mengenakan iman yang benar pada zaman kita ini. Untuk menjawab ini tentu kita harus menyelesaikan dulu masalah apakah iman itu. Iman adalah penurutan terhadap kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan di sini bukan hanya diwakili oleh hukum-hukum yang tertulis, tetapi kehendak-Nya dalam kehidupan orang percaya memperagakan Firman-Nya didalam seluruh wilayah hidupnya.
Kalau keberimanan hanya dikaitkan dengan melakukan hukum dan ibadah atau seremonial agama, maka Kekristenan tidak berbeda dengan banyak agama lain. Di sini dalam keberimanan, seseorang dituntut mengenal Allah secara memadai dan memiliki hubungan pribadi yang benar-benar interaktif, sehingga setiap individu bisa mengerti kehendak Allah dalam hidupnya secara pribadi dengan benar, dalam konteks hidupnya yang sangat khusus, tidak sama dengan orang lain.
Selain itu orang beriman harus dapat mengerti rencana Allah dalam hidupnya untuk digenapi. Mengapa ia menjadi pria atau wanita? Mengapa lahir dari etnis atau bangsa tertentu? Mengapa Tuhan memberi DNA dan bakat-bakat tertentu? dan lain sebagainya. Keberadaan unik yang dimiliki masing-masing orang percaya memuat rencana Allah yang harus digenapi atau dipenuhinya.

Mengamati hal keberimanan, maka kalau jujur, banyak orang Kristen belum beriman dengan benar. Pada umumnya orang-orang Kristen merasa sudah beriman sebab mereka sudah mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Itu sebenarnya belum berarti sudah percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus. Itu hanya berarti memercayai identitas-Nya. Memercayai identitas seseorang belum berarti memercayai pribadi orang itu. Seseorang memercayai Mr. Obama adalah presiden Amerika belum berarti memercayai pribadinya. Banyak musuh-musuh Obama tidak menolak bahwa beliau adalah presiden Amerika, tetapi tidak berpihak kepadanya.
Orang Kristen merasa sudah beriman atau percaya kepada Tuhan Yesus hanya karena mengerti Injil dan memercayai sejarah mengenai Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Tidak cukup dengan memercayai sejarah hidup Tuhan Yesus berarti sudah menaruh iman atau percaya kepada-Nya. Orang yang mengenal sejarah Mr. Obama dan memercayai sejarah hidupnya belum tentu memercayai dinya. Hal ini harus membuka mata kita untuk melihat, sebenarnya apakah kita sungguh-sungguh telah memiliki iman kepada Tuhan Yesus.

Gereja Tuhan tidak boleh melegalisir seseorang sebagai orang beriman hanya karena mereka memiliki pengakuan atas identitas dan sejarah Tuhan Yesus yang ditunjukkan dengan mengikuti liturgi gereja setiap Minggu.
Sebagai akibat dari keadaan di atas, membuat mereka tidak sungguh-sungguh berusaha mengenal Tuhan secara memadai dan tidak berjuang untuk memiliki hubungan lebih interaktif secara mendalam dengan Tuhan.
Akibatnya, mereka tidak pernah mengenal Tuhan Yesus secara pribadi, tidak memiliki kepekaan untuk mendengar suara-Nya apalagi mengerti kehendak serta rencana-Nya.
Jemaat seperti ini akan terbentuk menjadi jemaat yang tidak mempersoalkan apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup mereka secara pribadi. Mereka masih memiliki hidup mereka sendiri dan bergaya hidup seperti anak-anak dunia lainnya.
Gereja harusnya memberi pengajaran iman yang benar dan tegas sesuai dengan Firman Tuhan kepada jemaat dan pelayan-pelayan jemaat.
Alkitab mengatakan :
Yakobus 2:20, 22
(20)Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
(22)Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
Dengan kondisi orang Kristen yang tidak memiliki iman yang benar ini, maka mereka tidak pernah menjadi saksi bagi Kristus. Kekristenannya tidak memiliki keistimewaan atau keunggulan dibanding dengan agama-agama lain.

Dengan memahami pengertian iman dengan benar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka untuk memiliki iman berarti kita harus memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh. Inilah perjuangan iman yang murni, yang Alkitab katakan sebagai perlombaan yang diwajibkan supaya memiliki iman yang sempurna (Ibr. 12:1-2). Bisa dimengerti kalau orang percaya pada gereja mula-mula menunjukkan perjuangannya yang sangat berat. Bagi murid-murid Tuhan Yesus, mereka harus meninggalkan segala sesuatu demi pengiringan mereka kepada Yesus.

Demikian pula Abraham, ia mempercayai Tuhan dalam kehendak-Nya untuk meninggalkan kampung halamannya di lembah Sumeria dan itulah pertaruhannya, iman bukan hanya aktivitas pikiran, iman bukan hanya di nalar tetapi iman adalah tindakan penurutan kehendak Allah. Tindakan konkretnya juga harus memenuhi maksud Tuhan, artinya sesuai dengan apa yang diingini oleh Tuhan. Bagi Abraham hal itu berarti ia harus meninggalkan Urkasdim di lembah Sumeria.

Persoalan yang harus kita pecahkan hari ini adalah mengapa orang Kristen seakan-akan bisa beriman tanpa pertaruhan apa apa didalam hidupnya? Pada dasarnya banyak orang Kristen sebenarnya belumlah beriman dengan benar, tetapi mereka merasa sudah beriman. Kalau Abraham beriman harus meninggalkan Urkasdim dengan segala kenyamanannya, orang percaya di Roma harus meninggalkan segala kenyamanan hidup dengan kerelaan kehilangan kewargaan negara, keluarga bahkan nyawa, maka orang percaya hari ini harus juga ada yang ditinggalkan. Apa yang harus ditinggalkan? Yang harus ditinggalkan adalah segala sesuatu yang dapat merintangi dan mengganggu penurutuan terhadap kehendak Allah. Untuk ini segala sesuatu harus rela dilepaskan.
Lukas 14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku

Iman yang benar merupakan iman yang memiliki penurutan terhadap kehendak Tuhan secara total.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar