Jumat, 15 April 2016

TOKOH UTAMA DI BALIK LIDAH


Matius 9:4 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?

Sebenarnya lidah hanya sarana, bukan pelaku utama. Ada “tokoh intelektual” di balik lidah, tokoh itu adalah pikiran, perasaan dan kehendak yang berasal dari hati atau jiwanya yang menggerakkannya. Kalau ada orang berkata tentang mulut yang manis dan fasih lidah sebenarnya yang manis bukan mulutnya dan yang fasih bukan lidahnya, tetapi yang menggerakkan lidah tersebut. Jadi, kalau seseorang mau berucap bijak, yang harus dikelola bukan hanya lidahnya secara langsung, tetapi kontrolnya yaitu hati atau jiwanya.
Jadi, sangatlah keliru kalau seseorang hendak memiliki ucapan yang bijaksana hanya berusaha mengendalikan lidahnya. Kita harus terus menerus berada dalam kesadaran bahwa lidah bisa berbahaya, dalam penggunaannya harus “super hati-hati”. Tetapi mengendalikan lidah dengan prinsip ini belumlah cukup. Kalau seseorang tidak memiliki hati yang bijaksana pasti lidahnya juga akan digunakan secara salah sehingga tidak berucap bijak, sebaliknya kalau seseorang bijaksana, maka lidahnya pun akan berucap bijaksana. Kalau seseorang hanya cakap mengendalikan lidah maka ia menjadi licik dan munafik. Orang yang tidak banyak bicara belum tentu memiliki ucapan yang bijaksana, tetapi memang lebih sedikit membawa dampak negatif, daripada orang yang tidak bijaksana tetapi banyak bicara. Akhirnya, bagaimanapun suatu saat akan nampak apakah hati seseorang lurus? Tuhan Yesus berkata: ”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan (Mat. 23:25). Hal ini menunjuk fenomena dimana bagian dalam hidup manusia tidak digarap tetapi bagian luarnya (lidah) digerakkan dengan manis.

Untuk bijaksana seseorang harus memiliki pikiran dan perasaan seperti Kristus. Hal inilah yang sulit. Tetapi kalau diupayakan dengan sungguh-sungguh pasti bisa juga. Upaya yang harus dilakukan adalah selalu berusaha mengalami pembaharuan pikiran melalui Firman-Nya setiap hari. Target yang harus dicapai untuk memiliki kebijaksanaan adalah seperti Tuhan Yesus.
Tentu untuk memiliki hati yang bijaksana kita hendaknya menaruh pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat didalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Filipi 2:5 "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus"
Dengan belajar memiliki pikiran dan perasaan Tuhan maka kita akan terus dimampukan oleh Roh Kudus untuk memiliki hati yang bijaksana dalam menggelar kehidupan kita untuk terus ada didalam perkenanan Tuhan, kebijaksanaan ini seseorang akan dengan sendirinya bisa menempatkan kata dan sikap yang memberkati orang lain.
Dalam hal ini dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dan kerja keras serta waktu yang cukup untuk mengenakan pikiran dan perasaan Tuhan guna untuk terus bisa memiliki hati yang bijaksana.
Dengan kebijaksanaan maka seseorang tidak akan mengucapkan kata-kata yang tidak perlu untuk diucapkan. Kalau ia mengucapkan perkataan, maka perkataannya akan memberkati orang yang mendengarnya. Orang bijaksana tidak diharapkan diam saja, sebab perkataannya akan memberkati orang lain.

Untuk dapat mengendalikan lidah dengan baik seseorang harus memiliki hati yang bijaksana yang selalu mengenakan pikiran dan perasaan yang sama yang terdapat didalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Mazmur 90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar