Senin, 18 April 2016

CARA TUHAN MENDEWASAKAN KITA


Ibrani 12:8-10
(8)Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
(9)Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
(10)Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Dalam penggarapan agar orang percaya mengalami kelahiran baru, sering Tuhan harus meremukkan kita dengan segala cara yang sangat menyakitkan, tetapi inilah jalan berkat yang Bapa sediakan bagi kita. Ketika kita dihajar Tuhan dengan pukulan yang menyakitkan, sebenarnya Tuhan sedang mengajarkan sesuatu hal didalam hidup kita yang sebenarnya itu adalah untuk kebaikan kita.
Tuhan memukul untuk menyembuhkan cacat pada karakter kita. Tuhan memukul untuk memperbaiki dan memperbaharui hidup kita dan mengajarkan bagaimana seharusnya menggelar dengan benar hidup kita ke arah yang dikehendaki-Nya. Untuk ini haruslah kita berpikir seperti yang dianjurkan Paulus oleh ilham Roh:“Pikirkan perkara yang di atas, carilah perkara yang di atas”, ayat ini sejajar dengan perkataan Tuhan Yesus “kumpulkan harta di surga bukan di bumi. Sebab dimana ada hartamu disitu hatimu berada”. Ketika kita mengalami keadaan yang tidak menyenangkan, sesungguhnya kita sedang dibentuk oleh Allah untuk menjadi manusia baru di dalam Dia.
Karena memikirkan perkara-perkara yang di atas maka seseorang akan menjadi tabah dan kuat menghadapi segala keadaan yang sulit bagaimana pun.

Dalam kehidupan banyak orang, peristiwa-peristiwa yang luar biasa bisa mengubah keadaan psikologis seseorang. Semakin besar persoalan yang dialami seseorang yang menggoncang perasaan dan pikirannya maka dampaknya juga semakin besar. Tuhan pun memakai cara ini untuk mengubah dan membentuk sifat seseorang sesuai dengan apa yang menjadi seharusnya ditampilkan sebagai anak anak-Nya.
Tentu saja Tuhan memiliki arah yang jelas dalam mengubah hidup seseorang. Itulah sebabnya dikatakan dalam Firman Tuhan bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Sebenarnya dalam teks aslinya tidak ada kata “turut”. Jadi, Allah bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia. Semua kejadian memang dirancang Tuhan untuk membentuk dan mendewasakan kita.

Gereja harus mengajar jemaat untuk mengerti bahwa persoalan-persoalan hidup merupakan cara Tuhan mengubah orang percaya demi pendewasaan rohani mereka. Sangat keliru kalau gereja menjadi penjual jasa hanya untuk mendoakan umat supaya terhindar dari persoalan hidup.
Gereja dan hamba Tuhan yang benar tidak takut mengajarkan bahwa persoalan sulit dalam hidup adalah cara Tuhan mendewasakan kita. Oleh sebab itu pemberitaan Firman yang disampaikan harus mencerdaskan orang percaya. Kecerdasan tersebut membuka mata pengertian jemaat untuk mengerti kehendak Tuhan di balik semua peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Kecerdasan jemaat dapat dibangun dalam kebenaran-kebenaran Firman yang murni yang diajarkan kepada mereka. Dengan kebenaran-kebenaran tersebut jemaat dijadikan manusia rohani. Khotbah-khotbah yang menekankan dan menjanjikan berkat jasmani membuat jemaat tidak mengenali kebenaran yang menuntun umat kepada maksud dan tujuan keselamatan diberikan.

Ketika Paulus menulis surat Kolose, dimana ia menganjurkan jemaat untuk memikirkan perkara-perkara yang di atas, maksudnya adalah agar jemaat mengerti panggilan untuk memfokuskan diri pada perwujudan Kerajaan Allah. Dengan demikian kita mengerti mengapa Tuhan berkata: Dimana ada hartamu di situ hatimu berada. Ketika Tuhan mengucapkan kalimat yang meminta kesediaan kita untuk mengumpulkan harta di surga, hal ini merupakan cara Tuhan agar kita menghayati kehidupan kita sebagai warga Kerajaan Allah. Sampai kita menyadari sedalam-dalamnya bahwa dunia ini bukan rumah kita. Bahwa kita bukan berasal dari dunia ini. Bahwa kita telah mati bagi kesenangan dunia. Sampai tingkat ini iblis tidak lagi bisa membujuk kita untuk menyembahnya lewat tawaran kesenangan yang ada didalam dunia ini seperti yang pernah ia tawarkan pada saat ia mencobai Tuhan Yesus (Lukas 4:5-8)

Untuk mati terhadap kesenangan dunia ini sering Tuhan menghajar anak-anak-Nya yang mengasihi Dia sedemikian rupa sampai mereka menjadi pesimis terhadap keindahan dunia. Hal ini bisa terjadi kalau orang percaya tersebut sulit diubah karena keras kepala. Seharusnya Tuhan tidak perlu melukai jemaat dengan pukulan yang sangat menyakitkan, baru berubah. Dengan peringatan-peringatan yang tidak menyakitkan seharusnya orang percaya sudah disadarkan. Pukulan keras hanya diberikan kepada mereka yang tidak memiliki hati mudah bertobat.
Hendaknya arah pandangan hati kita tidak digantikan oleh keindahan apapun yang berasal dari dunia ini, namun sebaliknya, hati kita harus terus untuk kita arahkan kepada Tuhan Yesus dan kerajaaan-Nya karena disanalah kehidupan yang sebenarnya yang menjadi tujuan hidup bagi orang orang percaya.

Titus 2:12 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar