Jumat, 15 April 2016

MEMAHAMI MAKNA KALIMAT "BAPA KAMI YANG DI SORGA"


Matius 6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,

Alkitab menyinggung mengenai keadaan fisik di surga (Wahyu 21). Tetapi sebenarnya yang penting bukanlah keadaan fisik surga tersebut, tetapi tempat di mana Tuhan Yesus berada dan orang percaya juga berada. Sebenarnya kita tidak perlu mempersoalkan surga ada di mana, dan bagaimana keadaan fisiknya, tetapi yang penting kebersamaan dengan Tuhan selamanya di rumah Bapa (1Tes. 4:17). Namun, oleh karena sedikit sekali kebenaran mengenai surga ini maka harus disampaikan untuk membuka pikiran umat, agar mereka memahami realitas surga. Kebenaran tersebut akan memberi penghiburan dan kekuatan kepada kekasih-kekasih Tuhan di tengah-tengah dunia yang makin jahat ini. Pengenalan terhadap kebenaran tersebut akan mempengaruhi kualitas kehidupan iman seseorang.

Dalam Doa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, diawali dengan kalimat: “Bapa kami yang di surga” (tesk Yunani : Pater heemoon ho en tois ouranois). Berkaitan dengan kalimat doa yang Tuhan Yesus ajarkan ini kepada murid murid, Tuhan Yesus bisa saja cukup berkata: Bapa kami, “titik”, tidak perlu ada tambahan “yang di surga”?
Tetapi dalam doa yang diajarkan Tuhan Yesus tersebut, Ia menambahkan “yang di surga”. Tentu tambahan ini ada maksudnya.

Alkitab mencatat sering kali pernyataan Tuhan Yesus menyebut Bapa, Ia menambahi dengan kalimat : “Yang di surga”. Apa makna yang terkandung di balik ucapan ini? Pesan apa yang Tuhan hendak sampaikan melalui kalimat tersebut? Dengan kalimat “yang di surga,” Tuhan Yesus hendak menunjukkan bahwa ada satu tempat tertentu yang permanen, yang menjadi tempat domisili Bapa. Ia adalah Bapa yang memiliki tempat, kerajaan atau istana, tempat Ia bertakhta. Hal ini memberi impresi atau kesan bahwa Bapa adalah pribadi yang agung, beribawa dan kaya.

Berbeda dengan iblis yang memang menjadi pengembara, ia dibuang dari hadirat Tuhan ke dalam dunia ini, untuk menanti datangnya hari penghakiman. Alkitab menginformasikan mengenai Lusifer sebagai berikut: “…. Maka Ku buangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Ku lempar, kepada raja-raja engkau Ku serahkan menjadi tontonan bagi matanya (Yeh. 28:13-17).”
Lusifer adalah oknum jahat yang memberontak kepada Bapa di surga. Lucifer bersama dengan malaikat yang jatuh, terbuang dari hadirat Tuhan dan tidak lagi memiliki tempat yang nyaman di surga. Betapa mengerikan manusia yang mengikuti “pribadi yang jahat ini” yang tidak memiliki ketertundukan terhadap Tuhan.

Ketika Tuhan Yesus menambahkan kata “yang di surga” dalam panggilan-Nya kepada Bapa, maka Ia hendak menunjukkan bahwa orang percaya adalah anak-anak Bapa yang memiliki kerajaan yang jelas tempatnya dan permanen yaitu kerajaan sorga. Petrus mengatakan bahwa orang percaya adalah “imamat yang rajani” Imamat rajani berarti juga hulubalang-hulubalang yang memiliki kerajaan.
Kalau meminjam istilah dalam kamus politik, orang percaya bukanlah komunitas yang dapat digolongkan sebagai “kaum apatride”, yaitu orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Orang percaya bukanlah bangsa gelandangan. Orang percaya adalah bangsa yang memiliki kewarganegaraan surga.
Hendaknya kita sebagai anak-anak Allah, umat pilihan-Nya, yaitu orang percaya kepada-Nya harus lebih mengutamakan dan menjunjung tinggi kewarganegaraannya yang di surga, tentu ini ditunjukan lewat kepatuhan kita terhadap perintah dan ketetapan Tuhan Yesus sebagai Bapa kita yang memerintahkan kita untuk selalu setia didalam ketetapan Firman-Nya dan taat melakukan kehendak-Nya.
Dengan menjunjung tinggi kewargaan surga, seseorang akan memiliki jangkauan pandang yang bijaksana dalam menggelar kehidupannya, yaitu kehidupan yang hatinya selalu tertuju kepada langit baru bumi baru dikerajaan Tuhan kita Yesus Kristus.

Wahyu 21:4, 6-7 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.
Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku

Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar