Rabu, 27 April 2016
BERTOBAT DARI CARA HIDUP YANG SALAH DAN SIA SIA
1 Petrus 1:17-19
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Bertobat dari cara hidup yang salah dan sia sia adalah hidup yang merubah seluruh cara memandang hidup dan semua filosofinya yang tidak sesuai dengan maksud Tuhan dalam menciptakan kehidupan ini. Sikap pertobatan ini adalah menyangkut cara berpikir dan sikap hati yang pastinya akan berdampak kedalam perbuatan. Pertobatan yang sejati berfokus pada perubahan pikiran dan sikap hati yang tentu saja akan diekpresikan dengan tindakan yang berkenan dihadapan Tuhan.
Dalam bahasa Yunani untuk kata bertobat ini adalah (metanoia) yang artinya perubahan pikiran. Ini berbeda dengan pertobatan menurut konsep agama-agama pada umumnya termasuk pada bangsa Israel yaitu perubahan perbuatan. Ini yang dinyatakan dalam kata “bertobat” yang digunakan di Perjanjian Lama, (shub) yang artinya “berbalik”. Berbalik dari perbuatan yang salah ketika bangsa Israel tidak melakukan Taurat, dan menyembah allah asing.
Bertobatan hendaknya tidak hanya berfokus kepada pengubahan perbuatannya saja namun juga harus disertai pertobatan yang bisa mengubahkan cara berpikirnya dalam memandang setiap perbuatan dosa tersebut.
Memang secara umum dalam pertobatan ada pula perubahan pola berpikir dan sikap hati, tetapi tidak menyeluruh atau tidak terlalu berarti, sebab kalau satu atau lebih perbuatan salahnya diubah, belum tentu pola berpikirnya berubah secara menyeluruh. Tetapi kalau pikiran mengalami perubahan, maka perbuatannya pun pasti berubah dan ia pasti lebih benar benar untuk sungguh sungguh meninggalkan segala macam bentuk dosa didalam kehidupannya.
Setelah seseorang bertobat, ia harus terus-menerus mengalami pembaruan pikiran (metamorfústhe, Roma 12:2). Pembaruan pikiran inilah yang membuat kita mengerti kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Bertobat dari perbuatan yang salah bisa dilakukan dalam waktu singkat, tetapi bertobat dari cara hidup yang salah atau yang sia sia tidak bisa dilakukan dengan singkat karena ini harus disertai perubahan cara berpikir manusia lama kearah cara yang benar yang Tuhan kehendaki yaitu menjadi manusia yang menaruh pikiran dan perasaan Kristus. Tentu untuk memperolehnya kita harus memenuhi pikiran kita dengan Firman Tuhan setiap hari secara memadai.
Bertobat dari perbuatan yang salah bisa dilakukan dengan cara menunjukkan perbuatan yang salah tersebut dan mengarahkan kepada perbuatan yang benar atau baik, tetapi bertobat dari cara hidup yang salah atau yang sia sia hanya bisa dilakukan dengan cara menunjukkan/memfokuskan arah hidup kepada hidup dalam kebenaran Tuhan (Yoh. 8:32).
Hidup dalam kebenaran Tuhan adalah hidup yang cara pandang atau cara berpikirnya telah diperbaharui oleh Firman Tuhan dari waktu ke waktu yang akan menjadikan, membentuk pribadinya menjadi pribadi yang mengasihi Tuhan dan sangat takut untuk menyakiti hati Tuhan karena hidupnya khususnya pikirannya telah dikuasai sepenuhnya oleh Firman Tuhan dan Roh Kudus yang menaungi hidupnya.
Yohanes 8:31-32 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Mengenal kebenaran memerlukan waktu yang panjang. Dalam Yoh. 8:31, kata tetap dalam teks aslinya adalah (ménō) yang berarti “terus-menerus menetap” atau “terus-menerus bertahan”.
Jadi, tetap dalam Firman artinya terus-menerus mempelajari Firman Tuhan.
Dengan demikian bila digambarkan, pertobatan itu bukan suatu titik, tetapi seperti suatu garis panjang. Pertobatan juga merupakan pembaharuan pikiran yang tiada henti sampai kita menutup mata.
Jadi orang yang benar benar serius ingin bertobat kepada Tuhan pasti akan selalu merasa miskin, haus dan lapar akan Firman-Nya yang akan terus menerus menyempurnakan hidupnya, dan adalah wajar apabila selama hidup ini, kita akan terus merasa miskin di hadapan Tuhan agar kita bisa diperkaya oleh Tuhan dalam memahami kebenaran Firman-Nya yang menyelamatkan hidup kita.
Jika ingin dimerdekakan didalam hidup kita, kita harus bertobat dari cara hidup yang salah dan sia sia yang telah kita warisi dari nenek moyang kita, mengubah cara berpikir yang benar yaitu selalu hidup didalam ketetapan Firman-Nya, mengisi pikiran kita dengan Firman-Nya dari waktu kewaktu sehingga kita menjadi peka akan kehendak Tuhan didalam hidup dan membuat kita bisa memiliki pikiran dan perasaan Tuhan disetiap waktu, dengan demikian kita akan menjadi pribadi pribadi yang selalu menjauhkan diri dari cara hidup yang sia sia yang tidak dikehendaki oleh Tuhan.
2 Korintus 5:17
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar