Sabtu, 09 April 2016
MEMAHAMI BAHASA TUHAN
Yohanes 8:43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.
Di zaman Tuhan Yesus, orang-orang Yahudi tidak mampu memahami perkataan Tuhan sebab mereka tidak memiliki frekuensi yang sama (in tune) dengan Tuhan. Demikian pula kita bisa melihat hari ini banyak orang beragama Kristen, tetapi tidak mengenal kebenaran Tuhan dalam menjadi pelaku kehendak Tuhan sebab frekuensinya berbeda.
Orang yang mengerti bahasa Tuhan tentu mereka juga adalah pribadi pribadi yang selalu melakukan kehendak Bapa dengan taat dan setia, yang dimaksud dengan melakukan kehendak Bapa bukan sekadar melakukan hukum-hukum-Nya seperti yang dianggap oleh orang-orang Yahudi, melainkan mengerti bahasa Tuhan.
Tuhan Yesus memberi tahu mengapa demikian, yaitu sebab mereka tidak dapat menangkap Firman Tuhan. “Tidak dapat menangkap” di sini maksudnya adalah “tidak mampu mengerti”.
Kata “menangkap” dalam teks aslinya adalah (akuō) yang artinya “mendengar sampai mengerti”. Mereka tidak mampu mendengar sampai mengerti, sebab “frekuensi” pikiran mereka tidak sama dengan Tuhan Yesus. Seperti kalau kita mendengarkan radio di frekuensi 90 MHz, maka siaran radio di frekuensi 100 MHz tidak terdengar.
Jadi apakah seseorang bisa dikatakan sebagai anak Allah atau anak iblis itu sebetulnya akan dapat dibuktikan dari perbuatannya, dalam kesehariannya apakah ada penurutan untuk melakukan kehedak Tuhan ataukah kehendaknya sendiri. Tuhan Yesus menegaskan bahwa dari buahnya kita akan mengenal seseorang (Mat. 7:20). Orang yang mulutnya mengaku Yesus sebagai Tuhan saja belum tentu layak disebut anak-anak Allah, sebab perbuatannya yang sesuai dengan kehendak Bapalah yang meneguhkannya. Sesuai dengan panggilan kita untuk hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah secara mutlak, pengakuan dengan mulut saja adalah pengakuan palsu apabila kita tidak mau tunduk sepenuhnya dalam kedaulatan Allah. Oleh karena itu dalam hidup ini kita perlu memahami bahasa Tuhan dengan baik.
Jangan sampai kita seperti orang-orang Yahudi yang disebut oleh Tuhan Yesus pada waktu itu, tidak mengerti apa yang dibahasakan Tuhan. Pikiran mereka dipenuhi dengan kesombongan, bahkan menutup diri dan tidak mau belajar merendahkan hati sehingga “Frekuensi” pikiran yang tidak sama mengakibatkan mereka tidak mengerti maksud-maksud Tuhan. Akhirnya mereka menyalibkan Tuhan Yesus (1Kor. 2:8).
Mari belajar menyelaraskan “frekuensi” pikiran kita kepada Tuhan, sehingga kita bisa mengerti bahasa-Nya. Dengan belajar menerima kebenaran, kita akan dapat menangkap hikmat Allah yang tertuang dalam Injil (Kol. 2:3). Hanya dengan mengerti bahasa-Nyalah kita bisa hidup dalam penurutan yang benar secara mutlak kepada Bapa.
Dalam Yoh. 8:43, bahasa Tuhan atau ucapan Tuhan (teks Yunani : laliá) artinya jiwa atau nafas dari kebenaran yang Tuhan ajarkan; cara berpikir Tuhan. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar orang tua memarahi anaknya dengan berkata, “Kamu tidak mengerti apa yang orang tua mau. Kamu mendengar nasihat, tetapi tidak mengerti”.
Tidak mengerti bukan berarti tidak mendengar. Mereka mendengar, tetapi mereka tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Banyak orang seperti ini: mendengar Firman tetapi tidak mencoba untuk mengerti atau tidak mau mengerti.
Tidak sedikit orang kristen bahkan yang melayani Tuhan sekalipun belum tentu memahami bahasa Tuhan, dan juga tidak berusaha untuk tahu kebenaran Tuhan, dan apa yang ingin Tuhan kehendaki didalam hidupnya. Mereka tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh ingin mengerti apa yang Tuhan mau untuk mereka lakukan bahkan Tuhan menginginkan tiap detik dalam kehidupan kita adalah kita ada didalam perkenanan-Nya.
Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya bahwa Rohlah yang memberi hidup, dan daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan Tuhan adalah roh dan hidup. Ini maksudnya pemahaman bahwa perkataan Tuhan itu menekankan hal-hal sorgawi; tidak ada unsur keduniawiannya. Jadi orang yang masih berpikiran duniawi tidak akan dapat mengerti apa yang diajarkan Tuhan. Orang yang mau mengerti bahasa Tuhan harus mau membuka pikirannya selebar-lebarnya dan menanggalkan segala pola pikir yang lama, yaitu pola pikir yang berbasis pada kehidupan dunia hari ini.
Filosofi filosofi yang berasal dari dunia ini harusnya tidak perlu dilihat lagi dan harus ditinggalkan sama sekali, sebagai orang percaya hanya Firman Tuhan saja yang menjadi filosofi hidup dan menjadi pedoman.
Untuk mengerti perkataan Tuhan, kita tidak boleh merasa sudah tahu,
Matius 18:3-4 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
Orang yang masih mau mempertahankan konsep-konsep hidupnya yang lama dan tidak bersedia menjadi seperti anak kecil yang siap menerima didikan pasti tidak bisa diajar oleh Tuhan. Kita harus menjadi seperti (paidíon), yaitu anak kecil yang bisa dididik. Kata “bertobat” dalam teks ini adalah (stréfō), artinya berbalik arah.
Maka untuk mengerti perkataan Tuhan, kita harus mau berbalik dan menjadi paidíon, anak kecil yang mau dididik. Tentu hidup kita harus di isi dengan Firman Tuhan yang terus berkelanjutan setiap hari yang bukan sekedar sambilan namun ini merupakan makanan wajib/menu wajib setiap hari yang merupakan kebutuhan hidup kita dalam mengikuti Tuhan dan pada akhirnya kita akan mengalami terobosan sehingga mengerti bahasa Tuhan; dan setelahnya kita pasti akan selalu berpedoman kepada kebenaran Firman Tuhan dalam menjalani hidup ini, kita akan mengagumi kebenaran Firman Tuhan dan mau terus-menerus mengerti lebih dalam lagi dan tentu saja untuk dilakukan didalam kehidupan kita.
Untuk mengerti perkataan Tuhan,
kita harus mau berbalik dan menjadi seperti anak kecil yang mau dididik oleh Tuhan mengisi hidupnya dengan Firman Tuhan yang memadai, menjadikan Firman Tuhan sebagai pedoman hidupnya.
Orang yang mengerti bahasa Tuhan tentu mereka juga adalah pribadi pribadi yang selalu melakukan kehendak Bapa dengan taat dan setia yang selalu menjadikan Tuhan Yesus Raja diatas segala Raja didalam hidupnya.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar