Sabtu, 26 Maret 2016

“AKU MAU” vs “JIKA TUHAN MENGHENDAKI”


Yakobus 4:13-17 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",
(14)sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
(15)Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
(16)Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
(17)Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Kalau kita percaya bahwa ada Allah yang menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan kehidupan, itu berarti bahwa hidup yang kita miliki ini adalah milik-Nya, bukan milik kita sendiri. Dalam hal ini kita mengerti mengapa Allah berusaha menghindarkan manusia dari kematian kekal atau sama dengan kematian kedua.
Wahyu 20:14 Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.

Allah menghargai kehidupan dan berusaha untuk mempertahankannya. Banyak orang tidak menyadari hal ini atau jujurnya tidak mau menerima kenyataan ini. Kalau dikatakan Iblis itu pencuri artinya mengambil apa yang bukan miliknya berkenaan dengan relasinya dengan Allah berarti oknum ini mengambil atau menguasai hidupnya sendiri yang seharusnya dipersembahkan bagi Allah.
Yesaya 14:13-14
(13)"engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.
(14)aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!"
Lusifer yang jatuh itu hendak mengambil takhta yang seharusnya dimiliki oleh Sang Pencipta. Modus seperti ini juga dilakukan oleh banyak orang hari ini. Banyak orang mengambil takhta yang seharusnya dimilki oleh Tuhan. Takhta itu namanya “aku mau atau aku hendak”. Oleh sebab gaya hidup “aku mau” sudah menjadi gaya hidup semua orang maka gaya hidup itu dianggap wajar.
Kita pun sudah terbiasa dengan gaya hidup tersebut. Banyak orang berpikir bahwa hidup ini gratis, seperti seorang menemukan suatu barang di suatu tempat tanpa jelas pemiliknya sehingga merasa berhak menggunakan sesuka hati atau menghendakinya secara penuh. Semestinya jika menemukan sesuatu di jalan pun seseorang harus berusaha mencari tahu guna menemukan pemiliknya. Seorang yang menemukan suatu barang lalu memilikinya dianggap sebagai pencuri.

Alkitab mengajarkan siapa pemilik kehidupan ini dan bagaimana kita harus mengembalikannya. Dalam Yohanes 1:1-12, Yohanes menyaksikan bahwa Firman (Teks Yunani : Logos) telah menjadi manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dia-lah Allah yang menciptakan seluruh makhluk dibumi dan alam semesta beserta isinya dan mengembalikan kehidupan ini. Hal ini bukan berarti kita tidak memiliki hidup, tetapi memiliki dengan cara yang benar. Dengan kebenaran Firman Tuhan kita diajar bagaimana menyelenggarakan hidup yang Tuhan berikan. Hidup di dunia ini adalah pelatihan untuk mengenakan model atau gaya hidup yang Tuhan kehendaki. Jadi, kalau seseorang menolak gaya hidup tersebut berarti menolak keselamatan sebab keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Rancangan semula Allah adalah menciptakan makhluk yang mengerti apa yang diinginkan oleh Allah Bapa; segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sesuai dengan pikiran-Nya. Itulah tujuan manusia diciptakan serupa dengan diri-Nya, manusia yang dengan kerelaan sepenuhnya bertindak sesuai dengan keinginan-Nya atau sekualitas dengan Allah Bapa.

Sebagai orang percaya gaya hidup kita harus diubah dengan gaya hidup “jika Tuhan menghendaki”. Hal ini bukan sesuatu yang mudah karena gaya hidup ini tidak ditemukan dalam kehidupan banyak orang di sekitar kita dan kita pun juga tidak terbiasa hidup dengan gaya hidup tersebut. Ketika Tuhan Yesus di bumi dengan tubuh daging seperti kita, Ia memberi teladan bagaimana memiliki hidup yang dikuasai oleh Bapa. Ketika Ia berkata bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, itu berarti Ia memberikan teladan/contoh kepada kita semua yang menjadi pengikut-Nya untuk tidak berhak memiliki keinginan selain keinginan yang diingini oleh Tuhan sendiri/keinginan yang searah dengan kehendak Tuhan.
Yohanes 4:34  Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Untuk itu kita harus mengetahui apa yang baik menurut Tuhan dan berusaha melakukannya. Kata baik dalam Yakobus 4:17 adalah baik dalam perspektif Allah, yaitu apa yang sesuai dengan keinginan atau selera-Nya. Dikatakan dalam Yakobus 4:17, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.

Apakah kita boleh tidak tahu supaya tidak berdosa? Dengan pernyataan Yakobus tersebut secara implisit orang percaya tidak bisa menghindarkan diri dari “tidak tahu”. Orang percaya harus tahu apa yang diingini oleh Tuhan, karenanya kita tidak boleh gegabah mengenai apa yang kita ingini dan rencanakan. Harus diperhatikan secara teliti konteks surat Yakobus, hal ini bukan mengenai hukum (membunuh, mencuri, berzinah, menghormati orang tua dan lain sebagainya), tetapi mengenai apa yang diingini oleh Tuhan didalam kehidupan kita.

Jadi sebagai orang percaya gaya hidup kita harus kita ubah dengan gaya hidup “jika Tuhan menghendaki”

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar