Dalam ayat ini jelas sekali bahwa Tuhan sudah “berusaha” menunjukkan perbuatan besar (keajaiban dan mujizat) dan menuntun agar bangsa Israel mau dengar-dengaran atau taat, agar mereka sampai ke tanah Kanaan, tetapi ternyata mereka tidak dengar-dengaran dan tidak mau taat. Mereka tetap memberontak kepada Tuhan. Sehingga Tuhan bersumpah dalam murka-Nya bahwa mereka tidak akan masuk ke tempat perhentian.
Kalimat yang diucapkan Tuhan: “sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku”, menunjukkan bahwa Tuhan tidak bersalah kalau menghukum mereka, karena Tuhan telah mengusahakan agar mereka menerima tuntunan-Nya. Mereka telah menerima kesempatan dan tuntunan untuk dengar-dengaran, tetapi mereka sendiri yang menolak dengan sengaja. Dari ayat di atas menunjukkan bahwa penolakan itu jelas bukan karena Tuhan yang merekayasa atau membuat mereka menolak, tetapi kehendak mereka sendiri. Nampak dari teks di atas usaha Tuhan yang serius menuntun mereka kepada rencana-Nya, yaitu membawa ke Kanaan, tetapi mereka tidak mau mengerti. Mereka lebih menuruti keinginannya sendiri. Kalau Tuhan sengaja membuat mereka menolak tuntunan-Nya, tentu Tuhan tidak perlu menunjukkan perbuatan yang besar dari Tuhan agar mereka dengar-dengaran. Dari tindakan Tuhan menampilkan perbuatan-perbuatan-Nya yang dahsyat di mata bangsa Israel, yaitu mujizat dan berbagai kejaiban agar mereka dengar-dengaran, menunjukkan bahwa Tuhan tidak dapat intervensi ke dalam jiwa masing-masing individu, karena masing-masing individu memiliki independensi menerima atau menolak.
Sangatlah keliru kalau ada yang berpikir bahwa Tuhan menentukan hanya orang-orang tertentu yang sampai di Kanaan, sedangkan yang lain ditewaskan di padang gurun. Tuhan tidak menentukan mereka tewas di padang gurun, tetapi pilihan mereka sendiri dari kehendak bebas mereka. Tuhan tidak mengendalikan mereka sehingga menghilangkan independensi masing-masing individu. Hal ini sejajar dengan proses keselamatan atas individu. Tuhan berusaha membawa umat yang dipilih untuk menghuni Kerajaan Sorga, tetapi keputusan dan pilihan masing-masing individu yang menentukan.
Sebagaimana dalam perjalanan di padang gurun dari Mesir ke Kanaan, Tuhan tidak menentukan orang yang tidak bisa menolak anugerah atau tidak bisa menerima anugerah untuk sampai tanah Kanaan, demikian pula keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Tuhan tidak pernah bertindak membuat seseorang tidak bisa menolak anugerah-Nya, juga sisi lain tidak bisa menerima anugerah-Nya. Hal ini perlu ditulis supaya kita yang hidup di zaman akhir ini tidak mengalami seperti yang dialami sebagian besar bangsa Israel yang tewas di padang gurun. Patut kita berhati-hati sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Matius 22:14).
Dalam tulisan Paulus tersebut di 1 Korintus 10:1-5, Paulus menunjukkan bagaimana Allah telah memperlihatkan perkara-perkara besar dan mereka mengalami hal-hal yang luar biasa, tetapi mereka tetap gagal sampai tanah Kanaan karena ketidaktaatan mereka.
Peringatan Paulus kepada jemaat Korintus tersebut adalah peringatan untuk semua kita yang hidup sekarang ini.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk memiliki penurutan terhadap kehendak Allah bukan hal yang mudah. Melihat dan mengalami mujizat bukanlah jaminan seseorang bisa bertobat sehingga selamat.
Olehnya memandang mujizat itu adalah sebagai tuntunan dan panggilan dari Tuhan untuk seseorang melakukan pertobatan secara sempurna dan memberikan hidupnya untuk taat kepada Tuhan sepenuh-Nya
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar