Sabtu, 12 Maret 2016
STANDARD IMAN PERCAYA YANG DIBENARKAN OLEH TUHAN YESUS (BAGIAN 1)
Yakobus 2:17-18 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
Dibenarkan karena iman adalah kunci penting dalam keselamatan. Tetapi masalahnya adalah apakah iman itu?
Alkitab mengatakan Ibrani 11:1 "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat".
Bagaimana membangun iman yang benar dihadapan Tuhan Yesus?
Langkah awal membangun iman yang benar dapat kita lihat di Roma 10:17 "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus".
Tentu saja tidak berhenti dilangkah awal ini sebab ini langkah awal ini belum menunjukan iman yang sesungguhnya yang Tuhan maksudkan.
Untuk menjawab bentuk standard iman yang benar itu, tentu ini harus dihubungkan dengan Abraham yang disebut sebagai bapa orang percaya. Bila kita mengamati kehidupan Abraham yang menjadi teladan iman kita, dimana orang percaya diajar untuk memiliki iman seperti itu, dan kita dapat menemukan iman yang benar.
Abraham memiliki respon yang positif dan kuat terhadap kehendak Allah (Kej. 15:6). Alkitab mencatat bahwa Abraham, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah. Abraham disebut sebagai sahabat Tuhan dan imannya diperhitungkan sebagai kebenaran, setelah ia menunjukkan imannya dengan perbuatannya,
Yakobus 2:21-23 "Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
(22)Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
(23)Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."
Respon Abraham tampak nyata dari sejak ia keluar dari Urkasdim. Itulah awal dari perjalanan iman Abraham. Dari langkahnya meninggalkan Urkasdim sampai ia menaati perintah Tuhan untuk mengorbankan anaknya Ishak sebagai korban bakaran, tampak nyata responnya terhadap Tuhan.
Kalau Abraham menolak meninggalkan Urkasdim, ia tidak akan pernah menjadi nenek moyang umat pilihan Allah dan dinyatakan sebagai bapa orang percaya. Tindakan Abraham itulah iman yang membuatnya dibenarkan.
Dengan demikian iman bukan sekedar aktivitas pikiran.
Iman yang hanya aktivitas pikiran adalah iman imaginer atau iman fantasi, tentu ini adalah iman palsu.
Ironinya, tidak sedikit anak anak Tuhan yang merasa sudah memiliki keselamatan dengan iman palsu tersebut. Respon di sini juga bukan hanya sebuah persetujuan pikiran bahwa kita setuju dengan apa yang Tuhan katakan, tetapi respon adalah tindakan konkrit yang menunjukkan percaya kepada-Nya.
Apakah Abraham melakukan semua perintah dan kehendak-Nya karena Tuhan yang menggerakkan secara mutlak, sehingga sekalipun Abraham tidak berminat melakukannya pun ia akan tetap akan melakukannya, sebab Tuhan menghendaki? Tentu tidak! Abraham memang memilih untuk taat.
Itulah sebabnya ia disebut sebagai sahabat Allah. Ia bukan sahabat paksaan atau “sahabat buatan” karena terpaksa atau karena tekanan, tetapi dengan rela Abraham mau menjadi sahabat Tuhan dengan segala harga yang harus dibayarnya. Kalau Abraham menjadi sahabat Allah karena memang “dibuat oleh Dia”, maka Abraham bukan sahabat sejati.
Respon bukanlah ucapan bibir percaya atau setuju dengan apa yang diberitakan, tetapi iman juga dinyatakan dalam tindakan konkrit. Yakobus menegaskan: ”…oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yakobus 2:17-26).
Iman sempurna melalui tindakan perbuatan nyata selama bertahun-tahun, sampai membangun sebuah iman yang murni. Tindakan-tindakan inilah yang sebenarnya disebut sebagai respon iman. Dari pernyataan tersebut ternyata ada hubungan timbal balik antara iman dan perbuatan. Dengan perbuatan melakukan kehendak Tuhan maka imannya menjadi sempurna.
Respon Abraham terhadap panggilan Tuhan bukan hanya satu tindakan saja dan dalam satu kali peristiwa, juga tidak sesaat saja. Respon haruslah tindakan terus menerus, sebuah akumulasi (penumpukan atau pengumpulan) respon yang membawa seseorang kepada tingkat percaya yang murni, seperti yang dimiliki Abraham. Sejak Abraham keluar dari Urkasdim sampai hari tuanya, dimana ia harus mengorbankan Ishak, adalah rentetan pergumulan yang melaluinya iman Abraham disempurnakan. Oleh perbuatan-perbuatannya yang menuruti untuk taat melakukan kehendak-kehendak Allah didalam hidupnya, imannya menjadi sempurna.
Mari mulai saat ini kita terus menerus membawa standard iman percaya yang benar dihadapan Tuhan kita Yesus Kristus yaitu Iman yang sempurna melalui tindakan perbuatan nyata mengakui bahwa disetiap langkah hidup kita hanya untuk menyenangkan hati Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar