Minggu, 20 Maret 2016

DOA DAN TANGGUNG JAWAB ORANG PERCAYA


Ibrani 4:13  Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Sering kita dengar orang berkata, “Karena doa semua ini dapat terjadi” ketika suatu keberhasilan diraih. Amin, kita setuju segala sesuatu terjadi dalam topangan Tuhan yang sempurna. Tetapi kita tidak boleh menutup mata terhadap peran bagian manusia yang di beri tanggung jawab oleh Tuhan. Ini sama sekali tidak bermaksud hendak mengurangi pengakuan dan penghargaan terhadap anugerah Tuhan di atas segalanya dalam kehidupan kita. Kita ada sebagaimana ada karena anugerah Tuhan semata-mata (1Kor. 15:10).

Beberapa tahun lampau, ketika bintang-bintang bulu tangkis kita masih merajai berbagai turnamen pertandingan bulutangkis, tampilah seorang “hamba Tuhan” yang mengklaim bahwa keberhasilan tim Indonesia adalah karena doanya; sebab sementara pertandingan berlangsung, ia mengangkat tangan seperti Musa di atas bukit ketika bangsa Israel berperang melawan bangsa Amalek (Kel. 17:8-16). Setelah Indonesia mendapat piala, tahun berikutnya prestasi bulu tangkis Indonesia makin merosot. Sejak itu tidak ada lagi yang mengklaim bahwa doanya berkuasa mengantar tim Indonesia. Dalam hal ini, bukan berarti doa tidak berkuasa, tetapi tanggung jawab manusia tidak bisa digantikan dengan doa. Doa itu percakapan, bukan sekadar permintaan, apalagi sarana mengatur Tuhan. Juga, dahulu ada seorang petinju Kristen di Indonesia yang berhasil meraih juara dunia sedang bertanding mempertahankan gelar. Pada waktu itu anak-anak Tuhan diminta untuk berdoa dan berpuasa demi kemenangannya. Tim doa suatu persekutuan doa mati-matian mendoakan sang juara. Hasilnya adalah sang juara kalah, KO. Mengapa? Sebab doa tidak dapat menggantikan tanggung jawab. Bagaimana kalau pihak lawan juga orang Kristen? Mereka juga berdoa mohon pertolongan Tuhan Yesus. Wah, kalau Tuhan seperti kita, pasti Ia bingung; siapa yang dimenangkan dan yang dikalahkan?

Praktek seperti ini selain membuat seseorang melupakan tanggung jawab, juga melahirkan “dukun-dukun” di dalam gereja, yang mengangkat tangan seperti Musa demi berkat Tuhan yang dapat diturunkan padahal peristiwa Musa berbeda sekali konteksnya. Akhirnya terjadi kultus individu yang merusak kemurnian iman Kristen. Di sini, terjadi pelecehan spiritual terhadap jemaat, yang dipermainkan dengan pengajaran palsu yang merusak kinerja hidup mereka. Terjadi pula praktek dominasi seseorang yang dianggap tokoh yang memiliki “kesaktian” terhadap jemaat yang dengan tulus berharap pertolongan Tuhan. Sang tokoh menjadi sumber pertolongan Ini sangat keliru; Tuhanlah yang harus menjadi pusat kehidupan kita.

Doa memang berkuasa, tetapi tanggung jawab manusia tidak bisa digantikan doa.
Tuhan sudah memiliki tatanan dan aturan didalam diri-Nya, Tuhan kita adalah Allah yang penuh dengan keteraturan dan memiliki integritas yang sangat tinggi yang tidak tergoyahkan oleh apapun juga terbukti Ia sangat menentang dan membenci perbuatan dosa dan setiap dosa yang dibuat oleh manusia tetap harus mendapat hukuman dari Tuhan sebagai bentuk disiplin dari Tuhan dan ini merupakan bentuk kasih sayang-Nya, ketika bentuk disiplin tersebut tidak diindahkan oleh manusia ia tetap sabar menunggu agar manusia meresponi bentuk kasih-Nya itu. Jika pada titik tertentu Tuhan menilai manusia ini tidak menghargai bentuk disiplin kasih sayang yang Tuhan berikan sebagai kesempatan untuk menjadi orang yang diselamatkan dari murka Allah yang akan datang, maka Tuhan tidak bisa menyangkal diri sendiri bahwa perbuatan dosa adalah perbuatan yang bertentangan dengan Diri-Nya.
Penghakiman-Nya yang adil dan agung tetap akan dijalankan-Nya.

Sebagai sekutunya Tuhan sepatutnya kita memiliki kegentaran yang luar biasa kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang akan memimpin langsung pengadilan untuk seluruh umat manusia menurut perbuatan-Nya di hari penghakiman terakhir.
Jadi mintalah dalam doa sesuai dengan kehendak Tuhan saja, sebab hanya menurut kehendak-Nya lah kita mendapatkan sesuai dengan ukuran yang pas untuk kita dimampukan oleh-Nya untuk kita bisa menyelaraskan dalam menjalankan tanggung jawab yang diberikan-Nya kepada kita.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar