Jumat, 18 Maret 2016

MEMBUAT PERJANJIAN UNTUK MENJADI SEKUTU TUHAN


Kejadian 12:1-3 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."

Seperti Tuhan membuat perjanjian dengan Abraham demikian juga kita sebagai anak anak Tuhan di zaman perjanjian baru harus mengikat janji hidup setia dan taat kepada Tuhan Yesus.
Percaya kepada Tuhan Yesus berarti membuat perjanjian dengan Tuhan. Perjanjian tersebut adalah perjanjian menjadi umat dan Tuhan Yesus menjadi Tuhan atau Majikannya.
Perjanjian ini sama dengan bahwa orang percaya menjadi sekutu Tuhan. Menjadi sekutu Tuhan artinya hidup untuk melakukan kehendak-Nya dan memenuhi rencana-Nya. Abraham memiliki perjanjian ini, bahwa ia dipanggil untuk menjadi berkat semua umat manusia.
Untuk rencana ini ia harus keluar dari Urkasdim. Ini sebuah perjanjian. Abraham memenuhi bagiannya dan Tuhan juga memenuhi bagian-Nya. Sebenarnya dalam hal ini yang diuntungkan adalah Abraham, bukan Tuhan, sebab Tuhan tidak membutuhkan apa pun. Abraham hidup hanya untuk melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Ini ciri seorang yang mau menjadi sekutu Tuhan. Tidak ada yang dipertahankan atau disisakan bagi dirinya sendiri.

Betapa bersyukur Abraham menjadi manusia yang dipilih menjadi sekutu Tuhan. Sungguh, lebih baik tidak pernah menjadi manusia, dari pada menjadi manusia tetapi tidak menjadi sekutu Tuhan. Sebab bila tidak menjadi sekutu Tuhan berarti menjadi seteru atau musuh Tuhan.
Banyak orang Kristen masih di persimpangan. Ragu-ragu untuk menjadi sekutu Tuhan atau berdiri di pihak Tuhan. Banyak orang Kristen merasa sudah menjadi sekutu Tuhan, padahal mereka hanya membela dirinya sendiri. Banyak orang merasa sudah memberi hidupnya bagi Tuhan, padahal alasan memberi diri bagi Tuhan hanya hendak mencari pemenuhan kebutuhan hidup/kebutuhan jasmani. Terkait dengan hal ini, kiranya nurani kita harus tersadarkan dan menjadi terang untuk melihat motivasi yang sesungguhnya yang berkuasa dalam diri kita.

Perjanjian dengan Tuhan menuntut segenap hidup kita dipersembahkan bagi Tuhan. Tidak ada yang boleh disisakan untuk diri kita sendiri. Hal ini dapat disadari dan dilakukan, bila kita menghayati betapa besar kasih yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Betapa dahsyat Tuhan semesta alam berkenan menjadikan kita sekutu-Nya, dan betapa tidak berartinya segala sesuatu di hadapan-Nya (keluarga, harta, pangkat, kehormatan dan lain sebagainya). Kita harus menghayati kedahsyatan Tuhan dan melihat betapa tidak berartinya segala sesuatu yang kita lepaskan untuk dipersembahkan bagi Dia.
Untuk ini dibutuhkan pengalaman nyata mengenai kedahsyatan Allah, tetapi berbahagialah orang yang percaya walau tidak melihat. Melalui perenungan terus menerus kita dapat menghayati kedahsyatan Tuhan. Kedahsyatan Tuhan bukan hanya menunjuk atau bertalian dengan kuasa-Nya, tetapi juga hikmat-Nya, jalan Tuhan dan pekerjaan tangan-Nya yang sangat sempurna. Kedahsyatan Tuhan dapat dirasakan atau dialami pada waktu kita memberikan diri kita menjadi sekutunya Tuhan, berdiri dipihak Tuhan/taat melakukan kehendak-Nya.

Kita tidak mempunyai apa-apa yang dapat diperhitungkan bisa berguna bagi Dia. Tetapi oleh anugerah-Nya, Tuhan bisa melengkapi kita segala sesuatu yang berguna bagi kerajaan-Nya. Dalam hal ini, sikap hati kitalah yang berperan, apakah kita memiliki kesediaan untuk menjadi sekutu Tuhan atau seteru Tuhan. Tuhan tidak mencari keuntungan apa pun dari kita, tetapi Tuhan ingin menemukan hati yang mengasihi Dia dan rela berbuat apa pun demi kepentingan-Nya. Jika hati seseorang mangasihi Dia, maka ia pasti tampil sebagai pembela-Nya (sebenarnya Tuhan tidak mencari pembelaan, sebab Tuhan mampu membela diri-Nya sendiri). Ini adalah kesempatan yang sangat berharga, Tuhan semesta alam Yang Mahatinggi, berkenan menjadikan kita sekutu-Nya. Ini sebenarnya sebuah skenario besar. Yang Tuhan bidik bukan hanya pekerjaan-Nya di bumi ini, tetapi pekerjaan-Nya di kekekalan.

Kejadian 2:7 "ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup".
Mengapa Tuhan sedemikian memercayai kita? Sebab kita juga berasal dari Tuhan. Roh yang ada pada kita adalah roh dari Tuhan sendiri yang dihembuskan-Nya kepada kita. Sesungguhnya manusia memiliki kemampuan yang tiada tara dari Tuhan Sang Pencipta. Tuhan merancang suatu keindahan di kekekalan bersama dengan kita, makhluk dahsyat yang telah diciptakan-Nya, yaitu mengelola alam semesta yang tiada batas ini sebagai sarana dunia yang akan datang yang sempurna.
Dalam proyek keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus, Ia membutuhkan manusia manusia yang rela taat kepada-Nya. Orang orang yang di pilih-Nya ini akan diikat kedalam satu perjanjian kekal dengan-Nya dan manusia yang di pilih-Nya ini tentu untuk di tujukan kepada penyelenggarakan pemerintahan bersama sama dengan-Nya dibumi baru langit baru yang akan datang, dan sudah barang tentu orang orang yang terpilih adalah orang orang yang taat mengenakan pribadi-Nya diseluruh wilayah hidupnya dan taat didalam kehendak-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar