Rabu, 02 Maret 2016

HIDUP LAHIR BARU YANG SESUNGGUHNYA (BAGIAN 1)

Banyak orang tidak mempersoalkan dengan serius hal menjadi anggota keluarga siapa di kekekalan? Mereka cukup puas dengan menjadi anggota keluarga suatu marga di dunia ini. Anggota keluarga suatu marga hanya berlaku di bumi ini. Menjadi orang Kristen bukan berarti otomatis menjadi anggota keluarga Allah. Untuk menjadi keluarga Allah, dibutuhkan “pendandanan”. Ia harus mengenakan pakaian kebesaran keluarga Allah. Pakaian kebesaran ini adalah mengenakan kekudusan Allah atau mengenakan kodrat Ilahi. Hal ini berbicara mengenai karakter. Dalam hidup ini hanya ada dua jenis karakter yang bisa digambarkan sebagai pakaian, karakter Ilahi berarti pakaian keluarga Allah dan karakter manusia kedagingan/keinginan daging.
Roma 8:6-8 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. 
Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. 
( kata "keinginan daging" dalam teks aslinya adalah Sarkos berarti pakaian keluarga yang lain ).

Pada umumnya manusia yang lahir di dunia ini adalah manusia kedagingan, sebab kita diperanakkan dalam dosa, secara otomatis mewarisi kodrat dosa. Inilah yang dikatakan oleh Pemazmur: Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku (Mzm 51:7). Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus bermaksud mengubah dari karakter kedagingan menjadi karakter Ilahi. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan kepada Nikodemus,” Kamu harus dilahirkan kembali”.

Kelahiran baru menunjuk suatu keberadaan baru yang harus dialami setiap orang percaya. Tanpa kelahiran baru, seseorang tidak akan melihat dan masuk dalam Kerajaan Allah, atau menjadi keluarga Allah. 
Yohanes 3:5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah."

Kelahiran baru bukanlah proses otomatis yang berlangsung dalam kehidupan seseorang, tetapi sebuah proses yang melibatkan Roh Kudus dan manusia itu sendiri. Karenanya Tuhan Yesus berkata, bahwa kita harus dilahirkan oleh air dan roh. Air berarti baptisan yaitu kesediaan kita untuk dikuburkan, yaitu kesediaan untuk meninggalkan cara hidup manusia pada umumnya. Dilahirkan oleh Roh berarti menerima penggarapan Roh Kudus untuk bisa mengenakan pakaian Ilahi. Dalam hal ini Roh Kudus bekerja keras untuk bisa melahirkan kita. Untuk itu kita juga harus meresponi kehendak Tuhan secara serius. Respon yang serius ditunjukkan dengan sikap hidup, bukan sekedar hasrat mau menjadi anak Tuhan yang baik. Sikap hidup tersebut adalah usaha untuk mendengar kebenaran Firman Tuhan, sebab iman datang dari pendengaran oleh Firman Kristus. Dari pengertian terhadap kebenaran, selanjutnya harus ada kesediaan untuk meninggalkan cara berpikir dan filosofi hidup yang telah kita warisi dari nenek moyang. Proses ini harus berlangsung secara berkesinambungan. Ini sama dengan sebuah masa kehamilan sampai kelahiran sang bayi.

Keagungan hidup kekristenan bukan karena menjadi aktivis disuatu greja atau menjadi pendeta, tetapi senantiasa membawa kematian Tuhan Yesus di dalam tubuh ini, supaya kehidupan Tuhan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh ini (2 Kor. 4:10). Inilah yang Paulus maksudkan dengan “persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Flp. 3:10). Apa maksud pernyataan Paulus ini? Untuk menjawabnya perlulah kita memeriksa secara teliti seluruh perikop di dalam 2 Korintus 4. Perikop ini berbicara mengenai perjuangan Paulus dalam pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepadanya (2 Kor. 4:1). Hidup Paulus sepenuhnya merupakan perjuangan untuk pekerjaan Tuhan. Pengorbanannya adalah dari harta, jiwa sampai penderitaan fisik. Hal itu akan membentuk gaya hidup yang diperagakan oleh Tuhan Yesus. Ini adalah profil dari seorang yang telah kehilangan hidup, tetapi memperoleh hidup yang baru. Gaya hidup seperti ini jika terus dikembangkan terus sampai pada kualitas hidup “hidupku bukan aku lagi”, tetapi Kristus yang hidup didalam aku (Gal. 2:19-20).

Ini juga yang dimaksud dalam Kolose 3:1-4 "Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. 
Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. 
Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan."
Diayat 3 dijelaskan orang percaya sudah mati, hidupnya tersembunyi bersama dengan kristus di dalam Allah. Sampai pada level ini seseorang dapat disebut sebagai “hidup baru” di dalam Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang pantas disebut sebagai pengikut Kristus dan layak disebut sebagai “Kristen” yang artinya seperti Kristus. Sesuai dengan apa yang ditulis oleh Paulus dalam 2 Korintus 4:10, yaitu supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Dengan demikian seseorang barulah menjadi saksi yang efektif yang dapat membuktikan bahwa Tuhan Yesus bukan tokoh dongeng, bahwa Dia adalah Tuhan Allah yang mati dan bangkit, hidup dan berkuasa yang suatu hari akan tampil sebagai Raja. Kehidupan seperti inilah yang dirindukan oleh Allah Bapa sehingga seseorang pantas mendapat sertifikat yang berbunyi: Inilah anak-Ku yang Ku-kasihi kepadanya Aku berkenan. Dalam hal ini proses keselamatan harus terselenggara dengan baik. Pengalaman ini tidak akan dialami oleh orang yang tidak mengalami kelahiran baru. Gaya hidup seperti ini adalah gaya hidup bangsawan Sorgawi yang bisa diajak menderita bersama dengan Tuhan Yesus. Tentu saja hanya orang-orang seperti ini yang dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus Kristus 
Roma 8:17 "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia." 
Untuk mencapai level ini seseorang harus berjuang dengan keras tanpa batas. Tidak mungkin dapat dialami secara otomatis. Hal ini sangat tergantung pada masing-masing individu untuk meresponi kebaikan Tuhan yang memberikan fasilitas keselamatan yang kekal.

Hidup lahir baru anak Tuhan yang sejati adalah jika kualitas hidupnya sudah mencapai
“hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup dialam aku.”

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar