Jumat, 25 Maret 2016

PENYESALAN TANPA PERTOBATAN


Lukas 22:3-6 Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu.
Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka.
Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya.
Ia menyetujuinya, dan mulai dari waktu itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak.

Yudas Iskariot dan Simon Petrus sama-sama bersalah kepada Tuhan Yesus. Sering timbul pertanyaan, mengapa penyesalan Yudas tidak berakhir pada pertobatan yang sejati seperti yang dialami Petrus? Ketika Petrus menyadari kesalahannya, reaksinya adalah menangis tersedu-sedu (Mrk. 14:72).
Di kemudian hari, dijumpai kehidupan Petrus yang dipulihkan dan diperbarui. Berbeda dengan Yudas. Ketika melihat kenyataan Tuhan Yesus disalib, ia tidak menerima ketidakadilan itu. Ia tahu Tuhan Yesus tidak bersalah. Ia menyesal dan mengembalikan uang 30 keping perak dari imam-imam kepala dan tua-tua Israel. Tetapi penyesalannya tidak berakhir baik. Akhirnya Yudas gantung diri, mengakhiri hidupnya secara tragis (Mat 27:5).

Dalam kisah penyesalan Yudas, tidak kita temukan pertobatannya sampai kepada keselamatan atau pembaruan hidup. Yudas memang masih memiliki hati nurani. Ia sadar bahwa tindakannya salah. Ia juga berusaha membayar kesalahannya dengan mengembalikan uang dari imam-imam dan tua-tua Israel. Tetapi ia tetap binasa. Ini memberi pelajaran yang berharga bagi kita, bahwa nurani yang kelihatannya baik tidak menjamin seseorang memiliki pertobatan yang sejati sampai kepada pemulihan atau pembaruan hidup. Bahkan penyesalan atas suatu yang disadari sebagai suatu kesalahan belum tentu membawa seseorang kepada pertobatan yang sejati. Mengapa demikian?

Mari kita pelajari kehidupan Yudas. Dalam melewati hari-hari hidupnya, pada dasarnya Yudas tidak benar-benar bersih dan berkenan kepada Tuhan, walaupun ia termasuk deretan murid-murid yang dekat dengan Tuhan; bahkan sebagai kepercayaan Tuhan Yesus untuk memegang kas. Yudas tidak jujur. Hatinya bengkok, dan ia tidak menyadari bahwa dirinya jahat (Yoh. 12:6)
Yohanes 12:6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
Kehidupan seperti ini membuka peluang Iblis masuk dalam dirinya dan menguasai hidupnya,
Lukas 22:3 "Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu".
Walaupun ia memiliki nurani yang “lumayan baik”, ternyata ia tidak sanggup untuk keluar dari belenggu kuasa kegelapan yang telah mengikat dirinya selama bertahun-tahun.

Banyak orang mengira dirinya ada di zona yang aman, sebab ia merasa masih memiliki nurani yang “lumayan baik”. Tetapi sementara itu hidupnya tidak benar-benar bersih. Hati-hati, Iblis siap menampi atau mencobai.
Lukas 22:31 "Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum".
Petrus ditampi iblis, tetapi masih bisa berbalik kepada Tuhan. Yudas juga ditampi, tetapi tidak pernah kembali kepada Tuhan. ia binasa selama-lamanya karena ia telah membiarkan ketidakkudusan dalam hidupnya.
Terjadi pembiaran hidup dalam ketidakkudusan selama bertahun tahun inilah yang menyebabkan yudas terus menerus di intimidasi oleh kuasa kegelapan dengan kesalahan kesalahannya dan yang membuatnya tidak menempuh jalan pertobatan yang benar kepada Tuhan.

1 Petrus 5:8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar